1. MAKALAH
PENELITIAN ABK DI DESA SEMEN
SPECIAL EDUCATIONAL NEEDS (SEN)
Nama : Siti Purwaningsih
NIM : 11321159
No. telp : 085736618528
Kelas/Semester : 2E
Mata Kuliah : Special Educational Needs (SEN)
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI MADIUN
2012
2. i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar isi............................................................................................................... i
BAB I
1.1 Identitas Anak........................................................................................ 1
1.2 Alasan Memilih...................................................................................... 1
1.3 Riwayat Hidup dan Dugaan Awal Jenis SEN........................................ 1
BAB II
2.1 Karakteristik Sumber Penelitian Berdasarkan Referensi....................... 2
2.2 Karakteristik Sumber Penelitian Berdasarkan Wawancara.................... 2
2.3 Karakteristik Sumber Penelitian Berdasarkan Pengamatan................... 3
2.4 Karakteristik Sumber Penelitian Berdasarkan Pendapat Profesional..... 3
BAB III
3.1 Upaya Penggalian Potensi dan Bakat Sumber Penelitian....................... 4
3.2 Upaya yang Disarankan bagi Kemampuan Berbahasa........................... 4
3.3 Upaya yang dilakukan Berdasarkan Referensi....................................... 5
3.4 Kemungkinan Mengoptimalkan Kemandirian....................................... 6
KESIMPULAN................................................................................................... . 9
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
3. BAB I
1
1.1 Identitas Anak
Nama : Viola Reyneldis Eleonora Ailsya Cinara
Nama panggilan : Vio
Tempat,tanggal lahir : Magetan, 30 September 2004
Umur : 7 tahun
Nama ayah : Mahmud Iswahyudi
Nama Ibu : Endri Yuliana
Alamat : Dk. Suro, Ds. Semen, RT 05 RW 01, Kec. Nguntoronadi,
Kab. Magetan
1.2 Alasan Memilih
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki karakteristik
yang menonjol yang membedakannya dengan anak-anak lain yang seusia
dengannya. Vio merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus. Dilihat dari
karakteristik fisiknya saja, ia memang sudah terlihat berbeda dengan anak-anak
seusianya. Kekurangan yang ia miliki banyak mendapat simpati orang, termasuk
saya. Ia tinggal tidak jauh dari rumah saya, bahkan masih terikat tali
persaudaraan antara keluarga kami. Kerap saya melihatnya, dengan
keterbatasannya ia masih terlihat ramah dengan memberi senyum kepada setiap
orang yang dilihatnya. Tampak keluguan dan ketidakberdayaanya. Itulah alasan
saya memilihnya sebagai sumber penelitian. Meskipun ia memiliki kekurangan
dan keterbatasan, ia tetap diberi kelebihan oleh Tuhan.
1.3 Riwayat Hidup dan Dugaan Awal Jenis SEN
Viola Reyneldis Eleonora Ailsya Cinara, yang akrab dipanggil Vio, lahir
pada 30 September 2004. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Mahmud
Iswahyudi dan Endri Yuliana. Ia memiliki seorang kakak perempuan bernama
Laura Reyneldis Eleonora Ailsya Cinara, yang merupakan saudara kembarnya.
Vio merupakan bayi yang lahir prematur, ia hanya memiliki berat badan 1,3 kg
4. saat dilahirkan. Itulah sebabnya ia harus di inkubator selama 12 hari di rumah
sakit. Setelah keluar dari inkubator, pertumbuhannya masih berjalan
sebagaimana mestinya. Ia tetap tumbuh layaknya anak yang seusia dengannya.
Namun ada kendala terhadap perkembangannya. Ia mengalami hambatan dalam
proses perkembangannya, terutama perkembangan motoriknya. Sampai
sekarang, usianya hampir menginjak 8 tahun, ia belum dapat duduk dengan
normal, berjalan, bahkan berdiri pun ia belum sanggup melakukannya sendiri.
Setiap hari ia selalu digendong atau dinaikkan di atas kereta dorongnya. Hingga
kini, ia juga mengalami kesulitan bicara.
Berdasarkan karakteristik yang ia miliki, dugaan awal ia menderita
cerebral palsy (kelumpuhan otak). Cerebral Palsy merupakan gangguan syaraf
yang mengakibatkan anak terganggu fungsi motorik kasar, motorik halus, juga
kemampuan bicara dan gangguan lainnya. Salah satu penyebabnya adalah bayi
yang dilahirkan prematur. Anak yang mengalami cerebral palsy biasanya
ditemukan pada yang lahir prematur, dimana bagian otak yang mengendalikan
pergerakan otot pada bayi tersebut sangat rentan terhadap cedera. Cerebral palsy
ditandai oleh adanya kelainan gerak, sikap atau bentuk tubuh, gangguan
koordinasi, kadang-kadang juga disertai gangguan psikologis dan sensoris.
2
5. BAB II
2.1 Karakteristik Sumber Penelitian Berdasarkan Referensi
Ciri-ciri anak yang mengalami cerebral palsy :
a. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
b. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak terkendali)
c. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih
3
kecil dari biasa
d. Terdapat cacat pada alat gerak
e. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
f. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk,dan menunjukkan sikap tubuh
tidak normal
g. Perkembangan motorik yang terlambat
h. Koordinasi otot yang tidak normal
i. Koordinasi gerakan yang buruk
j. Refleks yang seharusnya menghilang tapi masih ada seperti:
Refleks menggenggam hilang saat bayi berusia 3 bulan
Bayi yang berjalan jinjit atau merangkak dengan satu kaki diseret
k. Adanya gangguan/ disfungsi otak, seperti otak kekurangan oksigen
l. Selain mengalami cacat tubuh, biasanya mengalami gangguan lain,
seperti gangguan pendengaran, penglihatan dan gangguan bicara
2.2 Karakteristik Sumber Penelitian Berdasarkan Wawancara
Karakteristik anak (sumber penelitian) berdasarkan hasil wawancara adalah
sebagai berikut :
1. Tidak bisa melakukan aktifitas sendiri, seperti duduk, berdiri, makan,
berganti pakaian, mandi, dan lain sebagainya
2. Belum bisa berjalan, sehingga perlu digendong
3. Sering ngeces (mengeluarkan liur)
4. Belum bisa berbicara dengan lancar
6. 5. Sering mengalami kejang pada otot mata dan tangannya
2.3 Karakteristik Sumber Penelitian Berdasarkan Pengamatan
Karakteristik anak (sumber penelitian) berdasarkan pengamatan adalah
4
sebagai berikut :
1. Badannya sangat kurus, anggota gerak seperti tangan dan kaki terlihat
kaku dan kecil (kurus)
2. Tidak bisa duduk dengan benar (posisi duduknya terlihat aneh)
3. Belum bisa berdiri maupun berjalan
4. Jari-jari tangannya terlihat kaku, terlihat sulit menggenggam atau
memegang benda
5. Sering ngeces (mengeluarkan liur)
6. Bicaranya belum lancar, suaranya pelan/lirih, dan cara mengucapkan
kata demi kata terlihat sangat sulit
2.4 Karakteristik Sumber Penelitian Berdasarkan Pendapat Profesional
Mengalami gangguan bicara yang disebabkan oleh kelainan motorik dari
otot-otot bicara. Otot-otot bicara mengalami kelumpuhan atau kaku, sehingga
mengganggu pembentukan artikulasi dengan benar.
Mengalami gangguan fungsi kinestetik. Terbukti dengan adanya gerakan-gerakan
yang tidak disadari atau tidak disengaja dalam menjaga keseimbangan
tubuh, misalnya sulit menahan atau mengontrol posisi kepala dan badan pada
saat duduk, sulit mengontrol dan menjaga keseimbangan gerakan tangan saat
memegang sesuatu.
7. BAB III
3.1 Upaya Penggalian Potensi dan Bakat Sumber Penelitian
Meskipun anak cerebral palsy memiliki keterbatasan dalam ketrampilan
motoriknya, baik motorik kasar maupun motorik halus, namun mereka tetap
memiliki potensi dan bakat. Begitu juga anak sumber penelitian saya, belum
terlihat bakat apa yang ia miliki, namun ia suka dengan hal-hal yang baru dan
permainan. Berbagai hal telah diupayakan untuk mengembangkan potensi dan
bakatnya. Berikut merupakan upaya penggalian potensi dan bakat yang telah
dilakukan oleh lingkungan :
Mengajarkannya bersosialisasi dengan orang lain. Biasanya, ia selalu
diajak untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat, seperti
mengajaknya bermain di lingkungan luar rumah. Hal ini bertujuan agar ia
memiliki konsep diri yang positif.
Memberinya permainan yang dapat melatih gerakan motoriknya,
misalnya memberinya bola, atau benda-benda lain yang dapat ia gunakan
untuk latihan menggenggam dan memegang benda.
Memberinya permainan origami (seni melipat kertas). Hal ini dirasa
mampu melatih motorik halusnya. Meskipun ia belum bisa menguasai
permainan ini dan belum sepenuhnya bisa melakukannya, namun ia
terlihat senang.
Memberi permainan puzzle dan balok warna untuk membantu ia lebih
5
kreatif dan mengenal warna.
3.2 Upaya yang Disarankan bagi Kemampuan Berbahasa
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa anak cerebral palsy. Berikut adalah metode yang dapat membantu
perkembangan bahasa anak cerebral palsy :
1. Terapi bicara
8. Dalam terapi bicara, ahli terapi bicara akan bekerjasama dengan anak
yang mengalami cerebral palsy untuk mengembangkan kontrol otot
rahang dan mulut untuk membantu kemampuan berbahasa.
6
2. Alat bantu komunikasi
Alat bantu komunikasi dapat berupa papan komunikasiyang
menggunakan gambar untuk mengomunikasikan gagasan. Perangkat
bentu komputer juga dapat digunakan untuk berbicara bagi anak yang
mengalami cerebral palsy.
3. Bahasa isyarat
Bahasa isyarat berfungsi sebagai pilihan lain untuk perkembangan bahasa
pada anak cerebral palsy.
3.3 Upaya yang dilakukan Berdasarkan Referensi
Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan lumpuh otak.
Namun tetap ada harapan untuk mengoptimalkan kemampuan anak lumpuh otak
dan membuatnya mandiri dengan terapi.
Terapi yang diberikan pada penderita lumpuh otak akan disesuaikan dengan
usia anak, berat/ ringan penyakit, dan menimbang dari area pada otak mana yang
rusak. Terapi dapat mulai dilakukan segera setelah si anak didiagnosa. Anak
dapat diikutsertakan mengikuti terapi gerak, belajar, bicara, pendengaran, serta
terapi untuk perkembangan sosialnya. Sebagai tambahan, pemberian obat-obatan
(sesuai anjuran dokter), operasi, dan bantuan alat khusus, seperti kawat gigi dan
kursi roda, dapat membantu meningkatkan fungsi otot si anak.
Meski ada bagian otak yang rusak, namun sel-sel yang bagus akan menutupi
sel-sel yang rusak, dengan cara mengoptimalkan bagian otak yang sehat seperti
pemberian rangsangan agar otak anak berkembang baik. Rangsangan/ stimulasi
otak secara intensif bisa dilakukan melalui panca indera. Salah satu cara adalah
dengan Compensatory Dendrite Sprouting yaitu rangsangan agar dendrit
tersebar dengan berimbang.
Beberapa orangtua yang memiliki anak penderita lumpuh otak mengaku
berhasil mengoptimalkan kemampuan anaknya lewat metode Glenn Doman .
9. Metode ini digunakan untuk anak dengan cedera otak berupa patterning (pola)
untuk melatih :
Gerakan kaki dan tangan (merayap, merangkak)
Menghirup oksigen (masking) untuk melatih paru-paru agar membesar.
3.4 Kemungkinan Mengoptimalkan Kemandirian
Connor (1975) dalam Musyafak Assyari (1995) mengemukakan bahwa
dalam pendidikan anak cerebral palsy perlu dikembangkan 7 aspek yang
bertujuan membentuk kemandirian dan keutuhan pribadi anak. Ketujuh aspek
tersebut diadaptasi sebagai berikut :
1. Pengembangan intelektual dan akademik
Pengembangan aspek ini dapat dilaksanakan secara formal di sekolah
melalui kegiatan pembelajaran. Di sekolah khusus biasanya tersedia
seperangkat kurikulum dengan semua pedoman pelaksanaannya, namun
hal terpenting adalah pemberian kesempatan dan perhatian khusus untuk
mengoptimalkan perkembangan intelektual dan akademiknya.
7
2. Membantu perkembangan fisik
Karena anak cerebral palsy mengalami cacat fisik, maka perlu ada proses
pengembangan fisik. Hambatan utama ada pada gangguan motoriknya,
karena itu guru harus dapat mengatasi gangguan tersebut, misalnya
dengan membantu memelihara kesehatan fisik anak, mengoreksi gerakan
anak yang salah dan mengembangkan ke arah gerak yang normal.
3. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
Proses penanaman konsep diri yang positif terhadap kecacatan dapat
dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat
mendorong terciptanya interaksi yang harmonis.
4. Mematangkan aspek sosial
Aspek sosial meliputi kegiatan kelompok dan kebersaman perlu
ditanamkan untuk melatihnya bertanggungjawab.
5. Mematangkan moral dan spiritual
Dengan mengajarkan tentang nilai-nilai, norma kehidupan dan
keagamaan untuk membantu mematangkan moral spiritualnya.
10. 8
6. Meningkatkan ekspresi diri
Ekspresi diri anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan kesenian,
keterampilan atau kerajinan.
7. Mempersiapkan masa depan anak
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membiasakan anak melakukan
aktifitas sesuai kemampuannya, membekali mereka dengan latihan
ketrampilan yang menghasilkan sesuatu yang dapat dijadikan bekal
hidupnya.
11. KESIMPULAN
Cerebral Palsy merupakan gangguan syaraf yang mengakibatkan anak
terganggu fungsi motorik kasar, motorik halus, juga kemampuan bicara dan
gangguan lainnya. Salah satu penyebabnya adalah bayi yang dilahirkan
prematur. Cerebral palsy biasanya ditandai oleh adanya kelainan gerak, sikap
atau bentuk tubuh, gangguan koordinasi, kadang-kadang juga disertai gangguan
psikologis dan sensoris.
Dugaan awal, Vio merupakan anak yang mengidap cerebral palsy. Ia lahir
prematur dan memiliki karakteristik layaknya anak yang mengidap cerebral
palsy, antara lain: 1) Memiliki anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh, 2)
Kesulitan dalam gerakan sehingga tidak bisa melakukan aktifitas sendiri, seperti
duduk, berdiri, makan, berganti pakaian, mandi, dan lain sebagainya, 3) Sering
ngeces (mengeluarkan liur), 4) Belum bisa berbicara dengan lancar, suaranya
pelan/lirih, dan cara mengucapkan kata demi kata terlihat sangat sulit, dan lain
sebagainya.
9
12. LAMPIRAN
Gambar saran alat bantu :
Gambar. Kursi roda khusus untuk anak cerebral palsy
Gambar. Corner seat, biasanya digunakan untuk positioning dalam terapi bagi
anak cerebral palsy
Gambar. Permainan origami dapat melatih kemampuan motorik halus
13. DAFTAR PUSTAKA
Wardani, I. G. A. K, dkk. 2004. Pengantar Pendidkan Luar Biasa. Jakarta:
Universitas Terbuka
Nur’aeni. 1997. Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah. Jakarta: Rineka Cipta
http://www.sekolahautismeal- ihsan.com/artikel/cerebral-palsy
http://www.slbk-batam.org
http://www.sunaji-aktivitasbelajar.blogspot.com
http://www.cerpenik.blogspot.com