SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 5
Pneumonia in the Elderly
Tanda dan gejala pneumonia:
- Batuk (productif-purulen, mukopurulen, atau sputum “rust-colored ”
- Demam
- Menggigil
- Nyeri dada pleuritik
- Extrapulmoner: mual, muntah, diare
- Pada PF ditemukan crackles atau rales pada paru, perkusi redup, peningkatan fremitus
taktil dan vocal, napas bronchial, dan gesekan friksi pleura.
http://emedicine.medscape.com/article/300157-treatment
Bagi anggota keluarga penderita dengan risiko tinggi, dapat dilakukan pencegahan dengan
vaksinasi. PPSV23(pneumococcal polysaccharide vaccine / Pneumovax 23). dianjurkan untuk
orang berusia di atas 65 atau di atas 2 tahun. Bagi dewasa berusia 19-65 tahun dengan kondisi
khusus seperti diabetes, penyakit jantung, ataupun ginjal, pecandu alcohol, penyakit paru
ataupun sirosis juga disarankan untuk menerima PPSV23. Vaksin PCV13(pneumococcal
conjugate vaccine / Prevnar) dianjurkan untuk dewasa dan anak kecil yang belum menerima
vaksin sebelumnya dan orang dewasa dengan imunodefisiensi ataupun dengan factor risiko
lainnya. Kedua vaksin ini digunakan untuk mencegah pneumococcal pneumonia.)
http://cid.oxfordjournals.org/content/31/4/1066.full
Pneumonia pada lansia biasanya diikuti oleh sedikit gejala pernapasan dan bermanifestasi
sebagai delirium, kebingungan kronis, dan risiko terjatuh.
Beberapa variable kunci dalam menentukan terapi terbaik untuk Community Acquired
Pneumonia adalah tempat perawatan, pemeriksaan diagnostic, terapi antimicrobial empiris,
kapan mengganti terapi antibiotic dari IV menjadi oral, kondisi untuk memulangkan pasien, dan
follow up. Keputusan terpenting dapat berupa perlu atau tidaknya pasien dirawat di rumah sakit.
Pasien dapat dirawat jalan, bangsal perawatan, ataupun medical intensive care unit (ICU).
Sebagai salah satu cara dalam menentukan tingkat mortalitas dan perawatan pasien, dapat
digunakan pneumonia severity index (PSI).
 Tempat perawatan
1. Nursing home
2. Intensive care unit
Bila:
memiliki 2 dari 3 kriteria minor (tekanan parsial O2 arteri/fraksi inspirasi O2 <250 mm
Hg; keterlibatan multilobar; tekanan darah sistol ⩽90 mm Hg) ditambah 1 atau 2 kriteria
mayor (septic shock atau ventilasi mekanis).
 Diagnostic workup.
1. Pada pasien lansia, dengan sering memiliki komorbid, perlu dilakukan pemeriksaan
hitung sel darah lengkap, pengukuran elektrolit, dan serum kreatinin.
2. Semua pasien dengan perawatan rumah sakit harus melakukan foto torak (chest
radiography). Keterbatasan foto torak pada diagnosis pneumonia lansia juga perlu
disertakan. Biasanya yang dapat dilakukan adalah film portable anteroposterior film
dengan kualitas suboptimal.
3. Perlu juga dilakukan kultur darah, meski hanya 6%–10% pasien CAP akan
bakteremik. Alasan rekomendasi ini adalah karena kultur darah positif patogen adalah
bukti pasti mikroorganisme pneumonia. Hal ini juga dapat digunakan untuk
mendeteksi resistensi antimicrobial sehingga terapi dapat lebih spesifik.
4. Pemeriksaan gram dari specimen sputum (<10 sel squamous epithelial tiap low-
powered field; >25 WBCs tiap low-powered field) digunakan untuk terapi antibiotic.
Misalnya, specimen dengan gram-positif diplokokus menyatakan diagnosis
pneumococcal pneumonia sehingga terapi antibiotic lebih spesifik. Selain itu, terdapat
keterbatasan dari pemeriksaan sputum yang dibatukkan, terutama pada lansia dimana
kolonisasi orofaring dengan bakteri aerobik basil gram negatif sering terjadi sehingga
membedakan kolonisasi dari infeksi sering kali menjadi sulit.
5. Bronchoscopy sering dilakukan pada pasien ICU, misalnya untuk pengambilan secret
saluran napas bawah. Open-lung biopsy jarang diperlukan.
6. Tes serologis tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin, kecuali bila agen
penyebabnya adalah Coxiella burnetii, M. pneumoniae, C. pneumoniae, atau virus, tes
serologis dapat membantu diagnosis. Sayangnya hasilnya baru dapat diperoleh 3–4
minggu sehingga hasil pemeriksaan hanya untuk tujuan kesehatan masyarakat saat
wabah.
7. Spesimen urine untuk mendeteksi antigen Legionella pada kasus pneumonia parah
8. PCR untuk amplifikasi DNA pathogen dari sampel nasofaring, jaringan paru, dan sel
darah putih. Saat ini, PCR tidak digunakan dalam pemeriksaan rutin.
 Terapi antimicrobial
Terapi suportif
Beberapa terapi suportif yang dapat dilakukan adalah:
 Analgesik dan antipiretik
 Fisioterapi dada
 Cairan intravena, atau sebaliknya, diuretic
 Monitoring – Pulse oximetry dengan atau tanpa control kardiak
 Suplementasi Oxygen
 Posisikan pasien untuk mengurangi risiko aspirasi
 Terapi respirasi, termasuk bronkodilator dan N -acetylcysteine
 Suction dan bronchial hygiene – suction secret, fisioterapi toraks, pengaturan posisi untuk
drainase, dan spirometri insentif untuk meningkatkan eliminasi sputum purulen dan
mencegah atelektasis.
 Bila pernapasan pasien dengan volume tidal rendah (6 mL/kg dengan berat badan ideal)
membutuhkan ventilasi mekanis terhadap pneumonia bilateral atau acute respiratory
distress syndrome (ARDS)
 Terapi suportif sistemik seperti hidrasi yang cukup, nutrisi, dan gerak yang cukup untuk
membuat pasien lebih segar untuk melawan infeksi dan mempercepat penyembuhan.
Pergerakan dini pada pasien, dengan dukungan untuk duduk, berdiri, dan berjalan pada
batas tertentu dapat mempercepat penyembuhan.
 Menganti terapi IV menjadi oral dan durasi terapi. Ramirez membuat kriteria untuk peralihan
antibiotik IV menjadi oral:
(1) 2 pembacaan temperatur normal pada dua kali pengukuran dengan selisih waktu 8 jam
pada pasien demam sebelumnya
(2) hitung WBC kembali normal
(3) berkurangnya batuk subjektif
(4) berkurangnya sesak napas subjektif
Lama terapi antibiotik optimal yang untuk CAP belum dapat dipastikan. Perlu studi lebih
lanjut untuk menentukan apakah durasi terapi pada lansia lebih panjang. Durasi terapi yang
umum saat ini adalah 10–14 hari. Pada penyakit Legionnaires perlu 21 hari, layaknya
pneumonia karena Pneumocystis carinii.
 Memulangkan pasien
Halm et al. meneliti waktu pasien dirawat hingga stabil. Waktu rata-rata yang diperoleh
sekitar 2 hari dengan denyut nadi (⩽100 detak/menit) dan tekanan darah sistolik (⩾90
mmHg). Bila respiratory rate ⩽24 kali/menit, tingkat saturasi oksigen ⩾90%, dan temperatur
⩽37.2°C dibutuhkan 3 hari. Pasien lansia biasanya dirawat lebih dari waktu tersebut untuk
mencapai stabilitas fisik untuk mengembalikan fungsi normalnya yang menurun selama masa
sakit akut,
 Follow-up. Semua pasien lansia dengan CAP perlu dilakukan radiografi toraks sebagai
follow-up untuk memastikan resolusi pneumonia. Pada sebuah studi, resolusi radiografi
terjadi dalam ⩾12 minggu pada pasien bakteremik pneumococcal pneumonia dengan usia
>50 tahun, PPOK, dan alkoholik
Issues that Are Especially Significant When Treating Elderly Patients with Pneumonia
- Pemeriksaan fungsional. Perlu dilakukan pengukuran tingkat fungsional lansia dengan
menggunakan Barthel's index dan pemeriksaan hierarki keseimbangan dan mobilitas. Pada
BI ditinjau 15 faktor yang dinyatakan berdasarkan penilaian individual ( nilai 0 tergantung
total – 100 mandiri). Pemeriksaan hierarki keseimbangan dan mobilitas dibagi 3 kategori –
mobilitas, perpindahan tempat, dan keseimbangan.
- Rujukan ke tim pemeriksaan geriatri dan perawatan restoratif. Pasien usia lanjut yang secara
fungsional terganggu (lansia rentan yang lemah) harus dirujuk untuk pemeriksaan geriatri.
Beberapa pasien ini mungkin perli masuk ke pusat rehabilitasi geriatrik setelah pneumonia
pulih. Penelitian menunjukkan bahwa tim pemeriksaan geriatri yang meningkatkan
perawatan lansia, sehingga terjadi penurunan jumlah pasien yang membutuhkan institusi
perawatan jangka panjang
- Pemeriksaan nutrisi. Pada usia 30 hingga 80 tahun terjadi penurunana 1/3 pemakaian energy,
namun tidak diikuti penurunan kebutuhan protein. Malnutrisi merupakan factor risiko CAP
pada lansia. Kualitas makan populasi lansia dipengaruhi oleh factor fisik seperti gigi yang
buruk, perubahan pengecapan, mobilitas terbatas, dan polifarmasi dan factor fisiologis seperti
depresi, demensia, dan motivasi kurang. Factor sosial seperti tinggal sendiri, isolasi, dan
pendidikan rendah juga berpengaruh. Hal ini juga diperberat dengan factor ekonomi seperti
pendapatan kurang, memasak yang tidak layak, dan biaya perawatan kesehatan. Penting
untuk mengidentifikasi risiko nutrisi pada pasien CAP lansia. Kehilangan berat badan >10%
dinyatakan tingkat mortalitas tinggi dan signifikan, 5%–10% berpotensi, dan <5% dinyatakan
tidak signifikan
- Fungsi hati dan ginjal buruk. Pada kondisi ini, dokter harus memperhatikan dosis dan
interaksi obat.
- Pencegahan episode lanjutan pneumonia. Pasien dengan risiko aspirasi perlu diposisikan
sudut 45° ketika makan dan perlu diberi makanan bubur. Vaksin influenza dan pneumococcal
terbukti bermanfaat dalam pencegahan pneumonia pada lansia.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente (20)

4. tabel nic noc
4. tabel nic noc4. tabel nic noc
4. tabel nic noc
 
Sepsis 2016
Sepsis 2016Sepsis 2016
Sepsis 2016
 
04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik
 
Studi kasus penggunaan antibiotik
Studi kasus penggunaan antibiotik Studi kasus penggunaan antibiotik
Studi kasus penggunaan antibiotik
 
askep gangguan pertukaran gas
askep gangguan pertukaran gasaskep gangguan pertukaran gas
askep gangguan pertukaran gas
 
Nanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hepNanda nic noc si hep
Nanda nic noc si hep
 
Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA
Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA
Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Pankreatitis
PankreatitisPankreatitis
Pankreatitis
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018Updated National Early Warning Score System versi 2 2018
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018
 
Pankreatitis akut ppt by skl
Pankreatitis  akut ppt by sklPankreatitis  akut ppt by skl
Pankreatitis akut ppt by skl
 
Laporan kasus haemoroid stase anestesi
Laporan kasus haemoroid stase anestesiLaporan kasus haemoroid stase anestesi
Laporan kasus haemoroid stase anestesi
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
PPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.Kep
PPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.KepPPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.Kep
PPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.Kep
 
Analisa data
Analisa dataAnalisa data
Analisa data
 
Copd dr irene
Copd dr ireneCopd dr irene
Copd dr irene
 
ASKEP ca paru
ASKEP ca paruASKEP ca paru
ASKEP ca paru
 
Nic noc 2007
Nic noc 2007Nic noc 2007
Nic noc 2007
 
Kmb1 pnemonia
Kmb1  pnemoniaKmb1  pnemonia
Kmb1 pnemonia
 
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
 

Similar a Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly

R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptxR5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptxDimasSevanto
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colonarie setyawan
 
Gagal nafas-final
Gagal nafas-final Gagal nafas-final
Gagal nafas-final Zaenal Arif
 
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptxGuideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptxDONNYARDIKANOVANANDA
 
Analisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAnalisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAmalia Senja
 
Askep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptxAskep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptxamin265170
 
laporan kasus anestesi TOF.pptx
laporan kasus anestesi TOF.pptxlaporan kasus anestesi TOF.pptx
laporan kasus anestesi TOF.pptxkamismisteri
 
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.Aprita Ma'ruf
 
03-Early-Warning-Score-EWS-System-pada-Pasien-CKD.pdf
03-Early-Warning-Score-EWS-System-pada-Pasien-CKD.pdf03-Early-Warning-Score-EWS-System-pada-Pasien-CKD.pdf
03-Early-Warning-Score-EWS-System-pada-Pasien-CKD.pdfssusere8d51b
 
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi KhususDokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khususpjj_kemenkes
 
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi KhususDokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khususpjj_kemenkes
 
Diagnosis kegagalan terapi arv
Diagnosis kegagalan terapi arvDiagnosis kegagalan terapi arv
Diagnosis kegagalan terapi arvAbdul Hakim
 
Infeksi dengue anak dan remaja.pptx
Infeksi dengue anak dan remaja.pptxInfeksi dengue anak dan remaja.pptx
Infeksi dengue anak dan remaja.pptxssuser7b8609
 
Acute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAcute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAtin Nishi
 
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah nanda yudip
 

Similar a Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly (20)

R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptxR5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
R5- MODUL INTENSIVE CARE.pptx
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
Gagal nafas-final
Gagal nafas-final Gagal nafas-final
Gagal nafas-final
 
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptxGuideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
 
Analisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAnalisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBS
 
Intensif Covid.pptx
Intensif Covid.pptxIntensif Covid.pptx
Intensif Covid.pptx
 
Askep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptxAskep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptx
 
Pneumonia_.ppt
Pneumonia_.pptPneumonia_.ppt
Pneumonia_.ppt
 
laporan kasus anestesi TOF.pptx
laporan kasus anestesi TOF.pptxlaporan kasus anestesi TOF.pptx
laporan kasus anestesi TOF.pptx
 
tugas sepsis.pptx
tugas sepsis.pptxtugas sepsis.pptx
tugas sepsis.pptx
 
PPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptxPPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptx
 
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
 
03-Early-Warning-Score-EWS-System-pada-Pasien-CKD.pdf
03-Early-Warning-Score-EWS-System-pada-Pasien-CKD.pdf03-Early-Warning-Score-EWS-System-pada-Pasien-CKD.pdf
03-Early-Warning-Score-EWS-System-pada-Pasien-CKD.pdf
 
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi KhususDokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
 
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi KhususDokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
Dokumentasi Keperawatan pada Strategi Khusus
 
Diagnosis kegagalan terapi arv
Diagnosis kegagalan terapi arvDiagnosis kegagalan terapi arv
Diagnosis kegagalan terapi arv
 
Infeksi dengue anak dan remaja.pptx
Infeksi dengue anak dan remaja.pptxInfeksi dengue anak dan remaja.pptx
Infeksi dengue anak dan remaja.pptx
 
Acute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAcute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritis
 
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
 
Rds
RdsRds
Rds
 

Último

FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...IdjaMarasabessy
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)AsriSetiawan3
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 

Último (20)

FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 

Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly

  • 1. Pneumonia in the Elderly Tanda dan gejala pneumonia: - Batuk (productif-purulen, mukopurulen, atau sputum “rust-colored ” - Demam - Menggigil - Nyeri dada pleuritik - Extrapulmoner: mual, muntah, diare - Pada PF ditemukan crackles atau rales pada paru, perkusi redup, peningkatan fremitus taktil dan vocal, napas bronchial, dan gesekan friksi pleura. http://emedicine.medscape.com/article/300157-treatment Bagi anggota keluarga penderita dengan risiko tinggi, dapat dilakukan pencegahan dengan vaksinasi. PPSV23(pneumococcal polysaccharide vaccine / Pneumovax 23). dianjurkan untuk orang berusia di atas 65 atau di atas 2 tahun. Bagi dewasa berusia 19-65 tahun dengan kondisi khusus seperti diabetes, penyakit jantung, ataupun ginjal, pecandu alcohol, penyakit paru ataupun sirosis juga disarankan untuk menerima PPSV23. Vaksin PCV13(pneumococcal conjugate vaccine / Prevnar) dianjurkan untuk dewasa dan anak kecil yang belum menerima vaksin sebelumnya dan orang dewasa dengan imunodefisiensi ataupun dengan factor risiko lainnya. Kedua vaksin ini digunakan untuk mencegah pneumococcal pneumonia.) http://cid.oxfordjournals.org/content/31/4/1066.full Pneumonia pada lansia biasanya diikuti oleh sedikit gejala pernapasan dan bermanifestasi sebagai delirium, kebingungan kronis, dan risiko terjatuh. Beberapa variable kunci dalam menentukan terapi terbaik untuk Community Acquired Pneumonia adalah tempat perawatan, pemeriksaan diagnostic, terapi antimicrobial empiris, kapan mengganti terapi antibiotic dari IV menjadi oral, kondisi untuk memulangkan pasien, dan follow up. Keputusan terpenting dapat berupa perlu atau tidaknya pasien dirawat di rumah sakit. Pasien dapat dirawat jalan, bangsal perawatan, ataupun medical intensive care unit (ICU). Sebagai salah satu cara dalam menentukan tingkat mortalitas dan perawatan pasien, dapat digunakan pneumonia severity index (PSI).  Tempat perawatan 1. Nursing home
  • 2. 2. Intensive care unit Bila: memiliki 2 dari 3 kriteria minor (tekanan parsial O2 arteri/fraksi inspirasi O2 <250 mm Hg; keterlibatan multilobar; tekanan darah sistol ⩽90 mm Hg) ditambah 1 atau 2 kriteria mayor (septic shock atau ventilasi mekanis).  Diagnostic workup. 1. Pada pasien lansia, dengan sering memiliki komorbid, perlu dilakukan pemeriksaan hitung sel darah lengkap, pengukuran elektrolit, dan serum kreatinin. 2. Semua pasien dengan perawatan rumah sakit harus melakukan foto torak (chest radiography). Keterbatasan foto torak pada diagnosis pneumonia lansia juga perlu disertakan. Biasanya yang dapat dilakukan adalah film portable anteroposterior film dengan kualitas suboptimal. 3. Perlu juga dilakukan kultur darah, meski hanya 6%–10% pasien CAP akan bakteremik. Alasan rekomendasi ini adalah karena kultur darah positif patogen adalah bukti pasti mikroorganisme pneumonia. Hal ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi resistensi antimicrobial sehingga terapi dapat lebih spesifik. 4. Pemeriksaan gram dari specimen sputum (<10 sel squamous epithelial tiap low- powered field; >25 WBCs tiap low-powered field) digunakan untuk terapi antibiotic. Misalnya, specimen dengan gram-positif diplokokus menyatakan diagnosis pneumococcal pneumonia sehingga terapi antibiotic lebih spesifik. Selain itu, terdapat keterbatasan dari pemeriksaan sputum yang dibatukkan, terutama pada lansia dimana kolonisasi orofaring dengan bakteri aerobik basil gram negatif sering terjadi sehingga membedakan kolonisasi dari infeksi sering kali menjadi sulit. 5. Bronchoscopy sering dilakukan pada pasien ICU, misalnya untuk pengambilan secret saluran napas bawah. Open-lung biopsy jarang diperlukan. 6. Tes serologis tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin, kecuali bila agen penyebabnya adalah Coxiella burnetii, M. pneumoniae, C. pneumoniae, atau virus, tes serologis dapat membantu diagnosis. Sayangnya hasilnya baru dapat diperoleh 3–4 minggu sehingga hasil pemeriksaan hanya untuk tujuan kesehatan masyarakat saat wabah. 7. Spesimen urine untuk mendeteksi antigen Legionella pada kasus pneumonia parah 8. PCR untuk amplifikasi DNA pathogen dari sampel nasofaring, jaringan paru, dan sel darah putih. Saat ini, PCR tidak digunakan dalam pemeriksaan rutin.  Terapi antimicrobial
  • 3. Terapi suportif Beberapa terapi suportif yang dapat dilakukan adalah:  Analgesik dan antipiretik  Fisioterapi dada  Cairan intravena, atau sebaliknya, diuretic  Monitoring – Pulse oximetry dengan atau tanpa control kardiak
  • 4.  Suplementasi Oxygen  Posisikan pasien untuk mengurangi risiko aspirasi  Terapi respirasi, termasuk bronkodilator dan N -acetylcysteine  Suction dan bronchial hygiene – suction secret, fisioterapi toraks, pengaturan posisi untuk drainase, dan spirometri insentif untuk meningkatkan eliminasi sputum purulen dan mencegah atelektasis.  Bila pernapasan pasien dengan volume tidal rendah (6 mL/kg dengan berat badan ideal) membutuhkan ventilasi mekanis terhadap pneumonia bilateral atau acute respiratory distress syndrome (ARDS)  Terapi suportif sistemik seperti hidrasi yang cukup, nutrisi, dan gerak yang cukup untuk membuat pasien lebih segar untuk melawan infeksi dan mempercepat penyembuhan. Pergerakan dini pada pasien, dengan dukungan untuk duduk, berdiri, dan berjalan pada batas tertentu dapat mempercepat penyembuhan.  Menganti terapi IV menjadi oral dan durasi terapi. Ramirez membuat kriteria untuk peralihan antibiotik IV menjadi oral: (1) 2 pembacaan temperatur normal pada dua kali pengukuran dengan selisih waktu 8 jam pada pasien demam sebelumnya (2) hitung WBC kembali normal (3) berkurangnya batuk subjektif (4) berkurangnya sesak napas subjektif Lama terapi antibiotik optimal yang untuk CAP belum dapat dipastikan. Perlu studi lebih lanjut untuk menentukan apakah durasi terapi pada lansia lebih panjang. Durasi terapi yang umum saat ini adalah 10–14 hari. Pada penyakit Legionnaires perlu 21 hari, layaknya pneumonia karena Pneumocystis carinii.  Memulangkan pasien Halm et al. meneliti waktu pasien dirawat hingga stabil. Waktu rata-rata yang diperoleh sekitar 2 hari dengan denyut nadi (⩽100 detak/menit) dan tekanan darah sistolik (⩾90 mmHg). Bila respiratory rate ⩽24 kali/menit, tingkat saturasi oksigen ⩾90%, dan temperatur ⩽37.2°C dibutuhkan 3 hari. Pasien lansia biasanya dirawat lebih dari waktu tersebut untuk mencapai stabilitas fisik untuk mengembalikan fungsi normalnya yang menurun selama masa sakit akut,  Follow-up. Semua pasien lansia dengan CAP perlu dilakukan radiografi toraks sebagai follow-up untuk memastikan resolusi pneumonia. Pada sebuah studi, resolusi radiografi terjadi dalam ⩾12 minggu pada pasien bakteremik pneumococcal pneumonia dengan usia >50 tahun, PPOK, dan alkoholik
  • 5. Issues that Are Especially Significant When Treating Elderly Patients with Pneumonia - Pemeriksaan fungsional. Perlu dilakukan pengukuran tingkat fungsional lansia dengan menggunakan Barthel's index dan pemeriksaan hierarki keseimbangan dan mobilitas. Pada BI ditinjau 15 faktor yang dinyatakan berdasarkan penilaian individual ( nilai 0 tergantung total – 100 mandiri). Pemeriksaan hierarki keseimbangan dan mobilitas dibagi 3 kategori – mobilitas, perpindahan tempat, dan keseimbangan. - Rujukan ke tim pemeriksaan geriatri dan perawatan restoratif. Pasien usia lanjut yang secara fungsional terganggu (lansia rentan yang lemah) harus dirujuk untuk pemeriksaan geriatri. Beberapa pasien ini mungkin perli masuk ke pusat rehabilitasi geriatrik setelah pneumonia pulih. Penelitian menunjukkan bahwa tim pemeriksaan geriatri yang meningkatkan perawatan lansia, sehingga terjadi penurunan jumlah pasien yang membutuhkan institusi perawatan jangka panjang - Pemeriksaan nutrisi. Pada usia 30 hingga 80 tahun terjadi penurunana 1/3 pemakaian energy, namun tidak diikuti penurunan kebutuhan protein. Malnutrisi merupakan factor risiko CAP pada lansia. Kualitas makan populasi lansia dipengaruhi oleh factor fisik seperti gigi yang buruk, perubahan pengecapan, mobilitas terbatas, dan polifarmasi dan factor fisiologis seperti depresi, demensia, dan motivasi kurang. Factor sosial seperti tinggal sendiri, isolasi, dan pendidikan rendah juga berpengaruh. Hal ini juga diperberat dengan factor ekonomi seperti pendapatan kurang, memasak yang tidak layak, dan biaya perawatan kesehatan. Penting untuk mengidentifikasi risiko nutrisi pada pasien CAP lansia. Kehilangan berat badan >10% dinyatakan tingkat mortalitas tinggi dan signifikan, 5%–10% berpotensi, dan <5% dinyatakan tidak signifikan - Fungsi hati dan ginjal buruk. Pada kondisi ini, dokter harus memperhatikan dosis dan interaksi obat. - Pencegahan episode lanjutan pneumonia. Pasien dengan risiko aspirasi perlu diposisikan sudut 45° ketika makan dan perlu diberi makanan bubur. Vaksin influenza dan pneumococcal terbukti bermanfaat dalam pencegahan pneumonia pada lansia.