Dokumen tersebut membahas tentang hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam. Secara umum, peserta didik didefinisikan sebagai individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis yang membutuhkan bimbingan. Dokumen tersebut juga menjelaskan pengertian peserta didik dari perspektif Islam, sifat yang harus dimiliki, kriteria, etika, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik.
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel4.docx
1. Resume Filsafat Pendidikan
Hakikat Peserta didik dalam Islam
Dhinda Vadya Izmi ( 202127020 )
1. Pengertian Peserta didik
Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Disini, peserta
didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum
mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian
lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang
dinamis dan perlu dikembangkan.
Secara bahasa peserta didik adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri
dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan yang
menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis
Berikut ini akan diuraikan pengertian peserta didik dari sudut pandang Pendidikan Islam,
yaitu:
A. Muta’allim
Muta’allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar. Muta’allim erat
kaitannya dengan mu’allim karena mu’allim adalah orang yang mengajar, sedangkanmuta’allim
adalah orang yang diajar. Kewajiban menuntut ilmu atau belajar sesuai dengan dengan firman
Allah Swt. yang artinya: “Dan bertanyalah kepada orang-orang yg berilmu jika kalian tdk
mengetahui.” Dan Sabda Rasulullah SAW: “Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan
perempuan.
B. Mutarabbi
Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang dipelihara.
DefenisiMutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik, pengasuh. Sedangkan
mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.
C. Muta’addib
Muta’addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yang dididik
untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta’addib juga berasal dari muaddib yang artinya
2. mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi, mutaaddib adalah orang yang diberi
pendidikan tentang tingkah laku.
2. Sifat yang harus dimiliki oleh Peserta didik
Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta hendaknya memiliki dan
menanamkan sifat–sifat yang baik dalam diri dan kepribadiannya. Berkenaan dengan sifat, Imam
al-Ghazali merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki peserta didik :
Belajar dengan niat ibadah dalam rangkataqarrub ilâ Allah.
Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi sebaliknya;
Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
Mempelajari ilmu-ilmu yang perpuji baik ilmu umum maupun agama.
Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
3. Kriteria Peserta didik
Syamsul Nizar sebagaimana dikutip oleh Ramayulis (2006:77) mendeskripsikan enam
kriteria peserta didik adalah sebagai berikut:
Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi ia memiliki dunianya sendiri.
Peserta didik memiliki metode belajar mengajar tersendiri, ia tidak boleh dieksploitasi
oleh orang dewasa dengan memaksakan anak didik untuk mengikuti metode belajar
mengajar orang dewasa, sehingga peserta didik kehilangan dunianya;
Peserta didik memiliki masa atau priodisasi perkembangan dan pertumbuhannya.
Menurut Abraham Maslow, terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokan
menjadi dua kategori. Pertama, kebutuhan taraf dasar (basic needs) yang meliputi
kebutuhan fisik, rasa aman, dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial) dan harga diri.
Kedua, metakebutuhan (meta needs) meliputi aktualisasi diri seperti keadilan, kebaikan,
keindahan, keteraturan, kesatuan dan lain sebagainya;
Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan antara individu yang satu
dengan individu yang lain baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan
dimana ia berada. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor endogen (fitrah) seperti jasmani,
inteligensi, sosial, bakat dan minat sedangkan faktor eksogen (lingkungan) dipengaruhi
oleh pergaulan dan pengajaran yang di dapatkan di lingkungan ia berada;
Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki
daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu;
Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat
manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik
walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan
karsa);
3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi ataufitrah yang dapat dikembangkan
dan berkembang secara dinamis (fleksibel).
4. Etika dan Kebutuhan Peserta didik
Ahmad Tafsir (2006:168-169) mengatakan tentang etika murid kepada gurunya, beliau
mengutip perkataan Sa’id Hawwa adalah sebagai berikut;
Murid haruslah mendahulukan kesucian jiwa sebelum memulai pelajaran yang akan
diberikan oleh sang guru. Menyemarakan hati dengan ilmu tidak akan shah kecuali
setelah hati itu suci dari kekotoran akhlak. Intinya di sini ialah murid itu jiwanya harus
suci. Indikatornya terlihat pada akhlaknya.
Murid harus mengurangi keterikatan dengan kesibukan duniawiah karena kesibukan itu
akan melengahkannya dari menuntut ilmu;
Tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak sewenang-wenang terhadap
guru, ia harus patuh terhadap guru; ia harus patuh kepada guru. Murid harus tawadhu
kepada gurunya dan mencari pahala dengan cara berkhidmat kepada guru. Intinya ialah
patuh pada guru, tawadhu merupakan salah satu indikator kepatuhan.
Murid yang dalam proses pembelajaran tahap awal harus menjaga diri dari
mendengarkan perbedaan pendapat atau khilafiyah antar mazhab karena h al ini akan
membingungkan dan membimbangkan pikirannya.
Murid haruslah lebih mengutamakan ilmu yang terpenting untuk dirinya.
Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang paling penting.
Ilmu yang lebih utama adalah ilmu tauhid mengenal keesaan Allah Swt.
Tidak mempelajari ilmu lain sebelum menguasai ilmu yang sedang dipelajarinya, karena
antara satu ilmu dengan ilmu yang lain seringkali memiliki sifat prerequisite.
Murid hendaknya mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia dan paling utama. Ilmu
agama lebih mulia dan abadi dibandingkan dengan ilmu dunia bersifat fana tetapi ilmu
dunia tidak boleh diitinggalkan, sebab Nabi Muhammad Saw selalu berdoa untuk selalu
meraih kebahagian dunia dan akhirat.
Kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik, diantaranya:
1. Kebutuhan Fisik : Fisik peserta didik mengalami pertumbuhan fisik yang cepat terutama
pada masa puberitas. Kebutuhan biologis, yaitu berupa makan, minum dan istirahat,
dimana hal ini menuntut peserta didik untuk memenuhinya.
2. Kebutuhan Sosial : Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung
dengan masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat
lingkungannya, seperti diterima oleh teman-temannya secara wajar.
3. Kebutuhan untuk mendapatkan status : Peserta didik pada usia remaja membutuhkan
suatu yang menjadikan dirinya berguna bagi masyarakat. Kebanggaan terhadap diri.
4. 4. Kebutuhan Mandiri : Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan atau
aturan orang tuanya dan mencoba untuk mengarahkan dan mendisiplinkan dirinya
sendiri.
5. Kebutuhan untuk berprestasi : Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan
kebutuhan mendapat status dan mandiri. Artinya dengan terpenuhinya kebutuhan untuk
memiliki status atau penghargaan dan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat
peserta didik giat untuk mengejar prestasi.
6. Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai : Rasa ingin disayangi dan dicintai merupakan
kebutuhan yang esensial, karena dengan terpenuhi kebutuhan ini akan mempengaruhi
sikap mental peserta didik. Banyak anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari
orang tua, guru dan lain-lainnya mengalami prestasi dalam hidup. Dalam agama cinta
kasih yang paling tinggi diharapkan dari Allah Swt.
7. Kebutuhan untuk mencurahkan perasaan : Kebutuhan untuk curhat terutama remaja
dimaksudkan suatu kebutuhan untuk dipahami ide-ide dan permasalahan yang
dihadapinya. Peserta didik mengharapkan agar apa yang dialami, dirasakan terutama
dalam masa pubertas.
8. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup : Peserta didik pada usia remaja mulai tertarik
untuk mengetahui tentang kebenaran dan nilai-nilai ideal. Mereka mempunyai keinginan
untuk mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan itu diperoleh. Karena itu
mereka membutuhkan pengetahuan- pengetahuan yang jelas sebagai suatu filsafat hidup
yang memuaskan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.