SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 15
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
A. PENGERTIAN
Istilah Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan Inquiry
(penyelidikan), Sund (1975) berpendapat bahwa Discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Sedangkan Inquiry adalah perluasan proses
Discovery yang digunakan lebih mendalam.(Suryo Subroto, 2002:193)
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya
dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah
adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek
pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003). Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur
yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam
upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam
kehidupan sehari-hari.
(Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004).
Ada berbagai rumusan tentang pengajaran berdasarkan inkuiri, antara yang satu dengan
yang lainnya berbeda secara gradual. Diantara rumusan itu adalah: “Diskover terjadi bila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses-proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip”. Rumusan ini menggambarkan, bahwa diskover dilakukan melalui
proses mental, yakni observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan. Proses-proses
tersebut disebut Discovery Cognitive Process. Sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilating concept and priciples in the mind. Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar
diskoveri, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan
kemampuan lainnya.
Rumusan lainnya menyatakan, “Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi
yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry kedalam suatu isu atau mencari
jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas
dan struktural kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 219-220).
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis da analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi
heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
(Wina Sanjaya, 2007: 194)
Selain itu inkuiri dapat merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematik, kritis, dan
analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
(W.Gelly, 1984: 190-191)
B. TUJUAN PEMBELAJARAN INKUIRI
Metode pembelajaran inkuiri di samping mengantarkan siswa pada tujuan instruksional
tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberi tujuan iringan ( nutrunant effect ) sebagai berikut:
1) Memperoleh keterampilan untuk memproses secara Ilmiah ( mengamati, mengumpulkan dan
mengorganisasikan data,mengidentifikasikan variabel, merumuskan, danmenguji hipotesis, serta
mengambil kesimpulan ).
2) Lebih berkembangnya daya kreativitas anak.
3) Belajar secara mandiri.
4) Lebih memahami hal-hal yang mendua.
5) Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo,
2002:101)
C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN INKUIRI
Inquiry (kegiatan menemukan). Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar
berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode
inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang
perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah
yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih
diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperolah sendiri oleh siswa.
Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, antara lain:
1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Artinya, pendekatan inkuiri dapat menempatkan siswa sebagai subjek
belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahakan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapakan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental.
(Wina Sanjaya, 2007: 194-195).
D. SASARAN PEMBELAJARAN INKUIRI
Sasaran dari pembelajaran inkuiri ada 2, yaitu sasaran kognitif dan afektif.
1) Sasaran Kognitif
 Memahami bidang khusus dari materi pembelajaran
 Mengembangkan kemampuan bertanya dan memecahkan masalah
 Menerapkan pengetahuan dengan situasi baru yang berbeda
 Mengevaluasi dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru
 Memperkuat ketrampilan berfikir kritis
2) Sasaran Afektif
 Mengembangkan minat kepada pelajaran dan bidang ilmu
 Memperoleh apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang relevan dengan bidang ilmu
tertentu
 Meningkatka intelektual dan integritas
 Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan (Gebi Dwiyanti,
2010)
E. TINGKATAN-TINGKATAN INKUIRI
Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi topik masalah, sumber
masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis
data serta pengambilan kesimpulan Bonnstetter (2000) membedakan inkuiri menjadi tiga tingkat
yaitu praktikum (tradisional hands-on), pengalaman sains terstruktur (structured science
experiences), dan inkuiri siswa mandiri (student directed inquiry ),. Klasifikasi inkuiri menurut
Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat kesederhanaan kegiatan siswa dan dinyatakan
sebaiknya penerapan inkuiri merupakan suatu kontinum yaitu dimulai dari yang paling sederhana
terlebih dahulu:
1. Praktikum ( tradisional hands-on ) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Dalam praktikum
guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan
siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini komponen esensial dari inkuiri
yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul, oleh karena itu, Martin-Hansen (2002),
menyatakan bahwa praktikum tidak termasuk kegiatan inkuiri.
2. Pengalaman sains yang terstruktur ( structured science experiences ), yaitu kegiatan inkuiri di
mana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan
kesimpulan dilakukan oleh siswa. Jenis yang ketiga ialah inkuiri terbimbing ( guided inquiry ), di
mana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan
mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan
bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
3. Inkuiri siswa mandiri ( student directed inquiry ), dapat dikatakan sebagai inkuiri penuh (Martin-
Hansen, 2002) karena pada tingkatan ini siswa bertanggungjawab secara penuh terhadap proses
belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan
pengembangan pertanyaan. Tipe inkuiri yang paling kompleks ialah penelitian siswa ( student
research ). Dalam inkuiri tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri
menjadi tangungjawab siswa.
(Muslimin Ibrahim, 2007)
F. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI
Pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget
dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu Maturattion, Physical Experience, Social Experience dan
Equilibration.
1. Maturattion atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu
proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan
pertumbuhan system saraf.
2. Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap
benda-benda yang ada dilingkungan sekitarnya.
3. Social Experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Equilibiration adalah proeses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan
pengetahuan yang baru ditemukan.
Atas dasar penjelasan diatas, maka dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat
berberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian,
strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar.
2. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun
interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru
sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya
sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(Learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.
5. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja
terjadi. Oleh sebab itu siswa perlu di berikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
(Wina Sanjaya, 2007: 196-199).
G. LANGKAH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
Tabel. 1 Sintak Metode Pembelajaran Inkuiri
FASE KEGIATAN
1. Orientasi masalah  Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
 Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan
belajar
2. Merumuskan Masalah  Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh
siswa.
 Masalah yang dikaji adalah masalah yang
mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
 Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-
konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu
oleh siswa.
3. Merumuskan Hipotesis  Mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data  Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis  Mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban
yang diberikan
6. Merumuskan Kesimpulan Menunjukan data mana yang relevan
(Wina Sanjaya, 2007: 200-203
H. STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM KELAS
Strategi pelaksanaan pembelajaran inkuri dalam kelas adalah Discovery-Oriented Inquiry dan
Policy-Based Inquiry.
Inkuiri Berorientasi Diskoveri (Discovery-Oriented Inquiry)
Inkuiri berorientasi menunjuk pada situasi-situasi akademik dimana kelompok-kelompok
kecil siswa (umumnya antara 4 sampai 5 anggota) berupaya menemukan jawaban-jawaban atas
topik-topik inkuiri. Dalam situasi tersebut para siswa dapat menemukan konsep atau rincian
infor,asi. Model ini dapat dilaksanakan kepada seluruh kelas sebagai bagian dari kegiatan-
kegiatan inkuiri, yang disebut Social Inquiry.
Asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri ini ialah:
a. Ketrampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan
pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.
b. Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi,
berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
c. Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan diskoveri
menambah motivasi dan memajukan partisipasi.
Penggunaan Strategi Inkuiri Berorientasi Diskoveri dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi focus inkuiri secara jelas.
b. Mengajukuan suatu pertanyaan tentang fakta.
c. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada
langkah 2.
d. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipótesis dan menyatakan jawaban
sebagai proporsi tentang fakta.
Inkuiri Berdasarkan Kebijakan (Policy-Based Inquiry)
Inkuiri berdasarkan kebijakan adalah suatu bentuk inkuiri yang lebih proaktif yang berkenaan
dengan adnya proposisi-proposisi kebijakan, yakni pertanyaan ”Apa yang harus”, yang
berorientasi pada tindakan, hal mana bertentangan dengan proposisi fakta pernyataan tentang
”Apa”.
Pendekatan ini dilandasi oleh asumsi bahwa:
a. Tujuan utama pendidikan harus menjadi ulangan refflektif terhadap nilai-nilai dan isu-isu
penting dewasa ini.
b. Ilmu sosial harus dipelajari dalam pelajaran tentang upaya untuk mengembangkan solusi-
solusi masalah-masalah yang berarti.
c. Situasi-situasi inkuiri memungkinkan siswa mengembangkan kesadaran dan
memfasilitasi tentang peran dan fungsi kelompok serta teknik-teknik pembuatan
keputusan.
Model inkuiri ini dilaksanakan oleh kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk
berdasarkan rentang intelektual dan ketrampilan-ketrampilan sosial.
b. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada sesama kelompok. Tiap kelompok
diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
c. Membentuk proposisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pertanyaan
apa yang harus dikerjakan.
d. Merumuskan semua istilah yang berkembang dalam proposisi kebijakan.
e. Menyelidik validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
f. Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur/isi proposisi.
g. Menganalisis solusi-solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok.
h. Menilai proses kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 220-224).
I. PENDEKATAN INKUIRI
Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian ketepatan dan
kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan masalah yang erat
hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, siswa akan terlibat dalam kegiatan
inquiry dengan melalui 5 fase ialah:
Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan untuk
diteliti.
Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek teliti
dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.
Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis dan
bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat.
Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip
yang lebih formal.
Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru maupun
siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat.
Agar teknik dalam fase-fase diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka memerlukan
kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi
b. Kondisi lingkungan yang responsive
c. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian
d. Kondisi yang bebas dari tekanan
Dalam teknik inkuiri seorang guru berperan untuk :
a. Menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir
b. Memberikan fleksibilitas atau kebebasab untuk berinisiatif dan bertindak
c. Memberikan dukungan untuk “inkuiri”
d. Menentukan diagnose kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya
e. Mengidentifikasi dan menggunakan “teach able moment” sebaik-baiknya
Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui “inkuiri” :
a. Otonom siswa
b. Kebebasan dan dukungan pada siswa
c. Sikap keterbukaan
d. Percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri
e. Self-concept
f. Pengalaman inkuiri, terlibat dalam masalah-masalah (Roestiyah N.K, 2008: 79-80)
J. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN INKUIRI
1) Keunggulan yang dapat dikemukakan dari inkuiri adalah sebagai berikut :
a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi baru.
c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur
dan terbuka.
d. Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsic.
f. Situasi proses belajar jadi lebih merangsang kerja otak.
g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i. Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara yang tradisional.
j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi. (Roestiyah N.K, 2008: 76-77)
k. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa
yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar. (Akhmad Sudradjat, 2007)
2) Kelemahan Inkuiri
a. Jika SPI digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga
sering kali guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang ditentukannya.
d. Selama criteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai pelajaran,
maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. (Wina Sanjaya, 2010: 208-209)
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. ”Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta.
amayanti, Gebi. 2009. ”Model Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Rineka Cipta.
ersedia di http://gebi.blogspot.com/2010/07/model-pembelajaran-inkuiri.html Diakses pada tanggal 25
September 2010.
Hermalik, Oemar. 2005. “Proses Belajar Mengajar”. Jakarta : Bumi Aksara.
Herfis. 2009. “Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Bumi Aksara.
ersedia di http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html Diakses pada tanggal 01 Oktober 2010.
brahim, Muslimin. Selasa, 24 Juli 2007. “Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Rineka Cipta.
Subroto, Suryo. 2002. ”Proses Belajar Mengajar di Sekolah”. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
oestiyah, N.K. 2008. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta.
Wina Sanjaya. 2007 ”Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”. Jakarta: Kencana.
Winatapura, U. S. 1993. Strategi belajar mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
ersedia di http://ahmad_sudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran_inkuiri/ Diakses pada tanggal 17
September 2011.
Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode,
Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran
Posted on 12 September 2008 by Akhmad Sudrajat — 311 Komentar
oleh: Akhmad Sudrajat
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)
pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) teknik
pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan
istilah tersebut.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
guru (teacher centered approach).
Strategi pembelajaran.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam Strategi
Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur
strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik
awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk
mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan
pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling
efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik
pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran
baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya,
bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya,
2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving
something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Metode pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi;
(4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium,
dan sebagainya.
Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas
yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun
dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan
metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense
of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam
gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan
kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model
modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran.
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas
pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu
sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan
dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing
akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan
cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-
urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan
tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru
dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau
calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang
untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit
menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami
konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif
mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi
nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.
==========
Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah).
Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
(hxxp://smacepiring.wordpress.com/)
=========

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moral
fara dillah
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Alfiramita Hertanti
 
Definisi kognitif
Definisi kognitifDefinisi kognitif
Definisi kognitif
sujiadisss
 
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikanSejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
محمد خيرى
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Bun Faris
 

La actualidad más candente (20)

Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moral
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
 
Definisi kognitif
Definisi kognitifDefinisi kognitif
Definisi kognitif
 
Metodologi Studi Islam
Metodologi Studi IslamMetodologi Studi Islam
Metodologi Studi Islam
 
Model Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran InquiryModel Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran Inquiry
 
Progresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikanProgresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikan
 
Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikanPengertian pendidikan
Pengertian pendidikan
 
Ppt penilaian autentik
Ppt penilaian autentikPpt penilaian autentik
Ppt penilaian autentik
 
Aliran essensialisme
Aliran  essensialismeAliran  essensialisme
Aliran essensialisme
 
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikanSejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
 
Al kindi
Al kindiAl kindi
Al kindi
 
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivisme
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar KonstruktivismePsikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivisme
Psikologi Pendidikan dan Teori Belajar Konstruktivisme
 
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikanMotivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
 
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxKD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Pemikiran ibnu taimiyah dalam pendidikan islam
Pemikiran ibnu taimiyah dalam pendidikan islamPemikiran ibnu taimiyah dalam pendidikan islam
Pemikiran ibnu taimiyah dalam pendidikan islam
 
Teori belajar vygotsky
Teori belajar vygotskyTeori belajar vygotsky
Teori belajar vygotsky
 
Konsep kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013Konsep kurikulum 2013
Konsep kurikulum 2013
 
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan Futuristik
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan FuturistikKB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan Futuristik
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan Futuristik
 
Psikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndikePsikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndike
 

Destacado

Aplikasi pembelajaran-kooperatif-dalam-pengajaran
Aplikasi pembelajaran-kooperatif-dalam-pengajaranAplikasi pembelajaran-kooperatif-dalam-pengajaran
Aplikasi pembelajaran-kooperatif-dalam-pengajaran
sk zainab 2
 

Destacado (13)

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRIMODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
 
Bab II
Bab IIBab II
Bab II
 
Koperatif
KoperatifKoperatif
Koperatif
 
Pendekatan inkuiri
Pendekatan inkuiriPendekatan inkuiri
Pendekatan inkuiri
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
 
Makalah inkuiri2
Makalah inkuiri2Makalah inkuiri2
Makalah inkuiri2
 
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbm
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbmMakalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbm
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbm
 
Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatifPembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif
 
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)
 
Model pembelajaran inkuiri
Model pembelajaran inkuiriModel pembelajaran inkuiri
Model pembelajaran inkuiri
 
Strategi Pembelajaran Kooperatif: Flipped Classroom (Nota)
Strategi Pembelajaran Kooperatif: Flipped Classroom (Nota)Strategi Pembelajaran Kooperatif: Flipped Classroom (Nota)
Strategi Pembelajaran Kooperatif: Flipped Classroom (Nota)
 
Pendekatan inkuiri penemuan
Pendekatan inkuiri penemuanPendekatan inkuiri penemuan
Pendekatan inkuiri penemuan
 
Aplikasi pembelajaran-kooperatif-dalam-pengajaran
Aplikasi pembelajaran-kooperatif-dalam-pengajaranAplikasi pembelajaran-kooperatif-dalam-pengajaran
Aplikasi pembelajaran-kooperatif-dalam-pengajaran
 

Similar a Strategi pembelajaran inkuiri

Pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiriPembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiri
Sapiah Asri
 
Ahapan model pembelajaran inkuiri
Ahapan model pembelajaran inkuiriAhapan model pembelajaran inkuiri
Ahapan model pembelajaran inkuiri
Setio Adiatma
 
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiriMakalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Chi'onk Pemimpin
 
IMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (FAISAL).docx
IMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (FAISAL).docxIMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (FAISAL).docx
IMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (FAISAL).docx
FaisalFaiz19
 
K1A_INDRALAYA_PENDEKATAN SAINTIFK.pptx
K1A_INDRALAYA_PENDEKATAN SAINTIFK.pptxK1A_INDRALAYA_PENDEKATAN SAINTIFK.pptx
K1A_INDRALAYA_PENDEKATAN SAINTIFK.pptx
YolandaYol
 

Similar a Strategi pembelajaran inkuiri (20)

Inquiry Learning
Inquiry LearningInquiry Learning
Inquiry Learning
 
Modul (kb 5) inkuiri
Modul (kb 5) inkuiriModul (kb 5) inkuiri
Modul (kb 5) inkuiri
 
2. bab 2
2. bab 22. bab 2
2. bab 2
 
Pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiriPembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiri
 
Ahapan model pembelajaran inkuiri
Ahapan model pembelajaran inkuiriAhapan model pembelajaran inkuiri
Ahapan model pembelajaran inkuiri
 
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiriIntan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
Intan mustika nsp s081708006 tugas 1 essai inkuiri
 
Makalah pembelajaran inquiry
Makalah pembelajaran inquiryMakalah pembelajaran inquiry
Makalah pembelajaran inquiry
 
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiriMakalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiri
 
Web laksmi purnayanti
Web laksmi purnayantiWeb laksmi purnayanti
Web laksmi purnayanti
 
Sip inquiry
Sip inquirySip inquiry
Sip inquiry
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
4 modelnl
4 modelnl4 modelnl
4 modelnl
 
Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Pendekatan Pembelajaran SaintifikPendekatan Pembelajaran Saintifik
Pendekatan Pembelajaran Saintifik
 
Prinsip –prinsip belajar kelompok 2
Prinsip –prinsip belajar kelompok 2Prinsip –prinsip belajar kelompok 2
Prinsip –prinsip belajar kelompok 2
 
IMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (FAISAL).docx
IMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (FAISAL).docxIMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (FAISAL).docx
IMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (FAISAL).docx
 
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan InkuiriPendekatan Inkuiri
Pendekatan Inkuiri
 
10 pendekatan-saintifik
10 pendekatan-saintifik10 pendekatan-saintifik
10 pendekatan-saintifik
 
K1A_INDRALAYA_PENDEKATAN SAINTIFK.pptx
K1A_INDRALAYA_PENDEKATAN SAINTIFK.pptxK1A_INDRALAYA_PENDEKATAN SAINTIFK.pptx
K1A_INDRALAYA_PENDEKATAN SAINTIFK.pptx
 
Strategi pembelajaran inkuiri dan ekspositori (new)
Strategi pembelajaran inkuiri dan ekspositori (new)Strategi pembelajaran inkuiri dan ekspositori (new)
Strategi pembelajaran inkuiri dan ekspositori (new)
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 

Último

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 

Último (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Strategi pembelajaran inkuiri

  • 1. STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI A. PENGERTIAN Istilah Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan Inquiry (penyelidikan), Sund (1975) berpendapat bahwa Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Sedangkan Inquiry adalah perluasan proses Discovery yang digunakan lebih mendalam.(Suryo Subroto, 2002:193) Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003). Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari. (Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004). Ada berbagai rumusan tentang pengajaran berdasarkan inkuiri, antara yang satu dengan yang lainnya berbeda secara gradual. Diantara rumusan itu adalah: “Diskover terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses-proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip”. Rumusan ini menggambarkan, bahwa diskover dilakukan melalui proses mental, yakni observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan. Proses-proses tersebut disebut Discovery Cognitive Process. Sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concept and priciples in the mind. Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya. Rumusan lainnya menyatakan, “Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry kedalam suatu isu atau mencari
  • 2. jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 219-220). Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis da analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. (Wina Sanjaya, 2007: 194) Selain itu inkuiri dapat merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematik, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. (W.Gelly, 1984: 190-191) B. TUJUAN PEMBELAJARAN INKUIRI Metode pembelajaran inkuiri di samping mengantarkan siswa pada tujuan instruksional tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberi tujuan iringan ( nutrunant effect ) sebagai berikut: 1) Memperoleh keterampilan untuk memproses secara Ilmiah ( mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data,mengidentifikasikan variabel, merumuskan, danmenguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan ). 2) Lebih berkembangnya daya kreativitas anak. 3) Belajar secara mandiri. 4) Lebih memahami hal-hal yang mendua. 5) Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo, 2002:101) C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN INKUIRI Inquiry (kegiatan menemukan). Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah
  • 3. yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperolah sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, antara lain: 1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pendekatan inkuiri dapat menempatkan siswa sebagai subjek belajar. 2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahakan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapakan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. 3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. (Wina Sanjaya, 2007: 194-195). D. SASARAN PEMBELAJARAN INKUIRI Sasaran dari pembelajaran inkuiri ada 2, yaitu sasaran kognitif dan afektif. 1) Sasaran Kognitif  Memahami bidang khusus dari materi pembelajaran  Mengembangkan kemampuan bertanya dan memecahkan masalah  Menerapkan pengetahuan dengan situasi baru yang berbeda  Mengevaluasi dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru  Memperkuat ketrampilan berfikir kritis 2) Sasaran Afektif  Mengembangkan minat kepada pelajaran dan bidang ilmu
  • 4.  Memperoleh apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang relevan dengan bidang ilmu tertentu  Meningkatka intelektual dan integritas  Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan (Gebi Dwiyanti, 2010) E. TINGKATAN-TINGKATAN INKUIRI Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan Bonnstetter (2000) membedakan inkuiri menjadi tiga tingkat yaitu praktikum (tradisional hands-on), pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), dan inkuiri siswa mandiri (student directed inquiry ),. Klasifikasi inkuiri menurut Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat kesederhanaan kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan inkuiri merupakan suatu kontinum yaitu dimulai dari yang paling sederhana terlebih dahulu: 1. Praktikum ( tradisional hands-on ) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Dalam praktikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini komponen esensial dari inkuiri yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul, oleh karena itu, Martin-Hansen (2002), menyatakan bahwa praktikum tidak termasuk kegiatan inkuiri. 2. Pengalaman sains yang terstruktur ( structured science experiences ), yaitu kegiatan inkuiri di mana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. Jenis yang ketiga ialah inkuiri terbimbing ( guided inquiry ), di mana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator. 3. Inkuiri siswa mandiri ( student directed inquiry ), dapat dikatakan sebagai inkuiri penuh (Martin- Hansen, 2002) karena pada tingkatan ini siswa bertanggungjawab secara penuh terhadap proses belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan. Tipe inkuiri yang paling kompleks ialah penelitian siswa ( student research ). Dalam inkuiri tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
  • 5. sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri menjadi tangungjawab siswa. (Muslimin Ibrahim, 2007) F. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI Pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu Maturattion, Physical Experience, Social Experience dan Equilibration. 1. Maturattion atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan system saraf. 2. Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada dilingkungan sekitarnya. 3. Social Experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. 4. Equilibiration adalah proeses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru ditemukan. Atas dasar penjelasan diatas, maka dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat berberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain: 1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. 2. Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
  • 6. 3. Prinsip Bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. 4. Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (Learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. 5. Prinsip Keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu siswa perlu di berikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. (Wina Sanjaya, 2007: 196-199). G. LANGKAH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI Tabel. 1 Sintak Metode Pembelajaran Inkuiri FASE KEGIATAN 1. Orientasi masalah  Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.  Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.  Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar 2. Merumuskan Masalah  Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.  Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.  Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-
  • 7. konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. 3. Merumuskan Hipotesis  Mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data  Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5. Menguji Hipotesis  Mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan 6. Merumuskan Kesimpulan Menunjukan data mana yang relevan (Wina Sanjaya, 2007: 200-203 H. STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM KELAS Strategi pelaksanaan pembelajaran inkuri dalam kelas adalah Discovery-Oriented Inquiry dan Policy-Based Inquiry. Inkuiri Berorientasi Diskoveri (Discovery-Oriented Inquiry) Inkuiri berorientasi menunjuk pada situasi-situasi akademik dimana kelompok-kelompok kecil siswa (umumnya antara 4 sampai 5 anggota) berupaya menemukan jawaban-jawaban atas topik-topik inkuiri. Dalam situasi tersebut para siswa dapat menemukan konsep atau rincian infor,asi. Model ini dapat dilaksanakan kepada seluruh kelas sebagai bagian dari kegiatan- kegiatan inkuiri, yang disebut Social Inquiry. Asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri ini ialah: a. Ketrampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis. b. Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
  • 8. c. Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan diskoveri menambah motivasi dan memajukan partisipasi. Penggunaan Strategi Inkuiri Berorientasi Diskoveri dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi focus inkuiri secara jelas. b. Mengajukuan suatu pertanyaan tentang fakta. c. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2. d. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipótesis dan menyatakan jawaban sebagai proporsi tentang fakta. Inkuiri Berdasarkan Kebijakan (Policy-Based Inquiry) Inkuiri berdasarkan kebijakan adalah suatu bentuk inkuiri yang lebih proaktif yang berkenaan dengan adnya proposisi-proposisi kebijakan, yakni pertanyaan ”Apa yang harus”, yang berorientasi pada tindakan, hal mana bertentangan dengan proposisi fakta pernyataan tentang ”Apa”. Pendekatan ini dilandasi oleh asumsi bahwa: a. Tujuan utama pendidikan harus menjadi ulangan refflektif terhadap nilai-nilai dan isu-isu penting dewasa ini. b. Ilmu sosial harus dipelajari dalam pelajaran tentang upaya untuk mengembangkan solusi- solusi masalah-masalah yang berarti. c. Situasi-situasi inkuiri memungkinkan siswa mengembangkan kesadaran dan memfasilitasi tentang peran dan fungsi kelompok serta teknik-teknik pembuatan keputusan. Model inkuiri ini dilaksanakan oleh kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektual dan ketrampilan-ketrampilan sosial.
  • 9. b. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada sesama kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya. c. Membentuk proposisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pertanyaan apa yang harus dikerjakan. d. Merumuskan semua istilah yang berkembang dalam proposisi kebijakan. e. Menyelidik validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya. f. Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur/isi proposisi. g. Menganalisis solusi-solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok. h. Menilai proses kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 220-224). I. PENDEKATAN INKUIRI Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian ketepatan dan kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, siswa akan terlibat dalam kegiatan inquiry dengan melalui 5 fase ialah: Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan untuk diteliti. Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi. Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat. Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip yang lebih formal. Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat. Agar teknik dalam fase-fase diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut : a. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi b. Kondisi lingkungan yang responsive c. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian
  • 10. d. Kondisi yang bebas dari tekanan Dalam teknik inkuiri seorang guru berperan untuk : a. Menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir b. Memberikan fleksibilitas atau kebebasab untuk berinisiatif dan bertindak c. Memberikan dukungan untuk “inkuiri” d. Menentukan diagnose kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya e. Mengidentifikasi dan menggunakan “teach able moment” sebaik-baiknya Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui “inkuiri” : a. Otonom siswa b. Kebebasan dan dukungan pada siswa c. Sikap keterbukaan d. Percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri e. Self-concept f. Pengalaman inkuiri, terlibat dalam masalah-masalah (Roestiyah N.K, 2008: 79-80) J. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN INKUIRI 1) Keunggulan yang dapat dikemukakan dari inkuiri adalah sebagai berikut : a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik. b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi baru. c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. d. Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsic. f. Situasi proses belajar jadi lebih merangsang kerja otak. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. i. Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara yang tradisional. j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. (Roestiyah N.K, 2008: 76-77)
  • 11. k. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. (Akhmad Sudradjat, 2007) 2) Kelemahan Inkuiri a. Jika SPI digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering kali guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang ditentukannya. d. Selama criteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. (Wina Sanjaya, 2010: 208-209) DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. ”Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta. amayanti, Gebi. 2009. ”Model Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Rineka Cipta.
  • 12. ersedia di http://gebi.blogspot.com/2010/07/model-pembelajaran-inkuiri.html Diakses pada tanggal 25 September 2010. Hermalik, Oemar. 2005. “Proses Belajar Mengajar”. Jakarta : Bumi Aksara. Herfis. 2009. “Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Bumi Aksara. ersedia di http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html Diakses pada tanggal 01 Oktober 2010. brahim, Muslimin. Selasa, 24 Juli 2007. “Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Rineka Cipta. Subroto, Suryo. 2002. ”Proses Belajar Mengajar di Sekolah”. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. oestiyah, N.K. 2008. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta. Wina Sanjaya. 2007 ”Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”. Jakarta: Kencana. Winatapura, U. S. 1993. Strategi belajar mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud. ersedia di http://ahmad_sudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran_inkuiri/ Diakses pada tanggal 17 September 2011.
  • 13. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran Posted on 12 September 2008 by Akhmad Sudrajat — 311 Komentar oleh: Akhmad Sudrajat Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Strategi pembelajaran. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu: 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. 2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. 4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya,
  • 14. 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Metode pembelajaran Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Teknik Pembelajaran Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Taktik Pembelajaran. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat) Model Pembelajaran Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
  • 15. Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan- urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun. Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. ========== Sumber: Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (hxxp://smacepiring.wordpress.com/) =========