SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 273
Descargar para leer sin conexión
#BFNBC
BRANDING FOR
NON BRANDING
COMPANY
Dwi H Santoso

insanmandiricendekia
#BFNBC
BRANDING FOR
NON BRANDING COMPANY
Dwi H Santoso

insanmandiricendekia
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk
dan dengan cara apa pun tanpa ijin dari penulis.
#BFNBC – Branding For Non Branding
Company
Penulis : Dwi H Santoso
Cover : Image by jcomp from Freepik
ISBN : 978 -623-6996-16-4
Penerbit:
PT Insan Mandiri Cendekia
Redaksi:
Gedung Palma One lantai 7 Suite 709
Jl. Rasuna Said Kav X2 Kuningan Jakarta Selatan 12950
Telp : (021) 522 8094
Cetakan Pertama, Juni 2021
Memulai memang bukanlah langkah yang mudah
Melakukannya dengan langkah yang benarlah yang
akan membuatnya ringan
(Dwi H Santoso)
Belum melakukan bukanlah berarti anda tidak punya
kemampuan untuk melakukannya. Anda hanyalah belum memulai! Pun
halnya dalam Branding.
Dan jika kesadaran untuk melakukan aktifitas Branding sudah
tumbuh dalam diri dan perusahaan anda, anda hanyalah tinggal memulai
untuk melakukannya. Tentunya memulai dengan ayunan langkah yang
benar, dan tetap melanjutkannya dengan cara yang benar pula
Buku ini mencoba untuk memberikan sedikit inspirasi bagi anda
untuk memulai dan melakukan Branding pada produk atau layanan anda
secara benar. Dilengkap dengan beberapa studi kasus terkait Branding
untuk memahami komplekasitasnya dan membuatnya menjadi lebih
mudah untuk dipahami
Semoga apa yang anda cari dapat anda temukan di buku ini
Bogor, Juni 2021
Dwi H Santoso
Kata Pengantar
iii
iv
Daftar Isi
Ada Apa Dengan Branding (AADB) ? ………. 1
Marketing atau Branding ? ………. 16
Lingkungan Perusahaan ………. 28
Analisa Lingkungan Perusahaan ………. 41
Strategi Branding ………. 64
Taktik Branding ………. 93
Strategi Produk ………. 105
Stratagi Price (Harga) ………. 121
Strategi Price (Distribusi)l ………. 131
Strategi Promotion (Komunikasi Pemasaran) ………. 141
Strategi Proses ………. 151
Strategi People ………. 164
Strategi Physical Evidence (Bukti Fisik) ………. 177
Strategi Digital Marketing ………. 185
Studi Kasus 1 ………. 201
Studi Kasus 2 ………. 223
Presentasi dan Persetujuan Management ………. 245
Rangkuman ………. 252
Daftar Pustaka
Profil Penulis
1
1. Ada Apa Dengan Branding (AADB) ?
Kenapa harus branding ??
Pertanyaan sederhana yang mungkin tidak cukup 7 hari 7 malam
untuk menjawabnya. Iya kenapa? Bukankah selama ini banyak produk dan
layanan yang tidak perlu repot repot melakukan kegiatan branding, toh
tetap saja jualannya laku dan pada akhirnya brand (merek) nya dikenal
orang. Tidak perlu susah susah merenung renung membuat strategi atau
bersusah payah melakukan event untuk menarik perhatian orang atau
bahkan melakukan promo agar harganya menarik di toko ?
Photo by Fikri Rasyid on Unsplash
https://unsplash.com/@honeypoppet
2
Buktinya? Banyak, ini misalnya:
1. Abang bakso Pak Kumis di pengkolan jalan, dulunya hanya pakai
gerobak dorong untuk berdagang. Kemudian berkembang jadi
warung semi permanen di tempat yang sama. Konsumennya juga
bertambah banyak tidak hanya di sekitar warungnya saja, akan tetapi
juga dari tempat yang jauh. Tiap hari banyak mobil dan motor parkir
untuk makan di sana. Karena konsumen makin banyak dan
keuntungan sudah bisa untuk investasi tempat, saat ini sudah punya
lokasi dengan bangunan cukup megah di atas lahan yang cukup luas.
Dan kelihatannya tidak ada kegiatan branding yang dilakukan kecuali
pasang plang nama saja di tempat jualan bakso nya, tapi bisa dikenal
banyak orang
2. Toko assesories handphone di ruko depan kompleks perumahan
sangat ramai dan laris dibandingkan dengan toko assories handphone
lain disekitarnya. Pilihan produk dan design nya memang lebih
banyak, dan harganya relatif lebih murah dari yang lain sebab toko itu
berani ambil stok banyak ke distributor sehingga dapat harga lebih
murah, selain memang hubungannya dengan distributor sangat baik.
Tapi selain itu, tampaknya tidak ada lagi yang dilakukannya, apalagi
dibidang branding. Tapi kenapa tetap banyak dicari konsumen?
3. Abang jualan gorengan dengan bermotor roda 3 (dengan bak
terbuka) di kompleks perumahan yang produknya terkenal dan
banyak dicari (baca : ditunggu) konsumennya. Padahal produknya
samalah dengan tukang gorengan yang biasa mangkal di depan
komplek. Rasa dan variannya juga relatif tidak berbeda.
3
3. Misalnya singkong, mau digoreng dengan minyak goreng apapun
hasilnya akan tetap. Memang ada keunggulan seperti produk dapat
digoreng sesuai permintaan konsumen, produk tersebut akan
diterima oleh konsumen dalam keadaan hangat. Karenanya harganya
memang sedikit lebih mahal. Tapi selain itu, tidak ada hal lain lagi
yang dilakukannya, apalagi kegiatan branding. Kenapa dia bisa lebih
laku dan terkenal?
4. Masih banyak contoh lagi yang nggak bisa disebut semuanya.
Khawatir tulisan di chapter ini isinya hanya contoh contoh saja he..he.
Tapi intinya kurang lebih sama lah, mereka semua sepertinya
melakukan kegiatan tidak branding tapi kenapa bisa laku bahkan ada
yang jadi best seller? Berarti branding nggak penting dong ?
Eitss, nanti dulu. Jangan cepat cepat menyimpulkan bahwa mereka
semua tidak melakukan branding tapi bisa berhasil berjualan. Siapa tahu
mereka justru sudah menerapkan konsep branding tanpa mereka sadari,
bahkan tanpa kita sebagai konsumennya sadari. Buktinya apa? Untuk
menjawabnya,kita telaah kembali kisah bisnis mereka sebagai berikut :
1. Abang bakso Pak Kumis
Mengapa bakso nya laris manis, walau rasa bakso nya sebenarnya tidak
manis he..he? Dari survey kecil kecilan yang dilakukan pada pengunjung
pembeli bakso nya, rata rata menjawab : “bakso nya enak buaaangett,
beda dengan bakso yang lain. Kuahnya juga rasanya enak ada bumbu
4
rahasia sepertinya. Untuk harganya juga sama dengan bakso yang lain,
nggak mahal!”.
Atau ada juga yang menambahkan : “Walaupun tempatnya dulu
sederhana, tapi nyaman dan bersih, nggak ada sampah bertebaran. Dulu
saja waktu masih pakai gerobak dorong, air untuk cuci mangkoknya di
ember, selalu diganti dengan air bersih ketika sudah sedikit kotor. Si abang
bakso mau repot repot ganti air di ember dari keran air yang cukup jauh
dari tempatnya jualan. Berarti dia kan sangat peduli dengan kebersihan
baksonya, berarti peduli dengan kesehatan konsumennya kan ?”
2. Tukang jual aksesories handphone
Mengapa tokonya sangat ramai dan laku sekali dibandingkan dengan
pesaing di sekitarnya. Lagi lagi dilakukan survey kecil ke pengunjung
tokonya. Rata rata menjawab : “Pilihannya banyak dan harganya nggak
mahal, bahkan banyak yang lebih murah sedikit dari yang lain. Jadi kenapa
harus repot mencari ke toko lain?”.
Ada juga yang menambahkan : “Penjaga tokonya juga ramah dan mau
bantu kita pasangkan asesorisnya ke handphone kita. Tempatnya juga
nyaman dan parkiran motor nya cukup luas, mudah dijangkau pula”
5
3. Tukang gorengan keliling
Menapa disukai dan dirindukan oleh pembeli di kompleks perumahan itu,
walau banyak tukang gorengan lain yang mangkal di kios di dalam
kompleks itu? Sekali lagi, survey kecil dilakukan kepada beberapa
konsumennya yang sedang mencegat si abang gorengan d idepan
rumahnya masing masing. Dan rata rata menjawabnya : “Gorengannya
enak karena kebanyakan baru digoreng waktu kita pesan, jadi masih
hangat waktu kita terima. Sudah begitu karena kita lihat di goreng
langsung, kita juga jadi tahu kalau minyak goreng yang digunakan masih
bagus dan belum hitam, jadi kita lebih yakinlah kalau gorengannya lebih
sehat!”
Beberapa juga menambahkan : “Enak kalau beli sama si abang gorengan
itu, praktis kita nggak usah ke depan kompleks dianya yang datang lewat
depan rumah. Bahkan bisa ditelepon jadi kalau pas kita lagi ingin
gorengan, tinggal telepon dan kalau dia lagi nggak melayani konsumen
lain, langsung datang. Memang sedikit mahal, tapi paling 10% lebih mahal
lah, nggak seberapa itu!”
Nah, sekarang masih ada yang berpendapat, 3 abang abang tadi tidak
melakukan apa apa terutama di bidang branding ……?
Waduh masih ada ternyata 
6
1. Si abang tukang bakso dinilai konsumen mempunyai keunggulan
sebagai berikut :
a. Baksonya rasanya enak
b. Kuahnya rasanya enak, dengan bumbu yang khas
c. Harganya sama dengan yang lain
d. Tempatnya nyaman dan bersih
e. Sehat (hygenies) dan peduli konsumen
Keunggulan seperti tersebut di atas dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Point a & b : produk oke
Point c : Harga standard tidak mahal
Point d : Pelayanannya oke
Dan jika digabungkan semua keunggulan tersebut, maka 1 kalimat yang
bisa menggambarkan si abang bakso Pak Kumis menurut pandangan
konsumen adalah :
“Bakso yang enak dengan harga bersaing, dengan kualitas pelayanan
yang baik”
2. Bisnis akan kah Berubah ?
7
2. Si abang aksesories handphone mempunyai keunggulan sebagai
berikut :
a. Produk jualannya bagus kualitasnya
b. Pilihan produknya banyak
c. Harga sama atau bahkan lebih murah dari toko lain
d. Tempatnya nyaman dan aman dan mudah dijangkau
e. Mau bantu pasangkan aksesories yang dibeli konsumen
Keunggulan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Point a & b : produk oke dan banyak pilihan
Point c : Harga kompetitif bahkan lebih murah
Point d : Lokasi sangat mendukung
Point e : Layanan baik
Dan jika digabungkan semua keunggulan tersebut dalam 1 kalimat yang
bisa menggambarkan pandangan konsumen tadi adalah :
“Toko asesories handphone yang lengkap dengan harga yang sangat
kompetitif yang memberikan layanan baik, dengan lokasi yang
mendukung”
8
3. Si abang tukang gorengan keliling, mempunyai beberapa
keunggulan:
a. Gorengannya enak karena fresh dan baru saja di goring
b. Gorengan sehat karena minyak gorengnya masih bagus
c. Bisa dicegat di depan rumah
d. Dapat dipanggil jika diperlukan melalui telepon
e. Harga sedikit lebih mahal tapi masih sesuai dengan layanan
Keunggulan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Point a & b : produk gorengan baik dan relative lebih sehat
Point c & d : Praktis karena bisa didapatkan didepan rumah
Point e : Harga sesuai dengan kualitas
Dan jika digabungkan semua keunggulan tersebut dalam 1 kalimat yang
bisa menggambarkan pendangan konsumen tadi adalah :
“Gorengan hangat yang tersedia pada saat diperlukan di rumah dengan
harga sesuai”
9
Nah, dari 3 contoh pembahasan diatas pada dasarnya ada 2 komponen
dari suatu kegiatan branding:
1. Keunggulan
Sering juga disebut sebagai Unique Selling Point (USP) yang
menunjukkan keunggulan yang dimiliki suatu produk atau layanan/jasa
secara relatif jika dibandingkan dengan pesaingnya
Komponen pembentuknya bisa bermacam macam. Seperti terdapat
dalam 3 contoh seperti tersebut di atas.
Secara konsep, terdapat 7 komponen pembentuk yang lebih dikenal
sebagai 7 P’s yang pertama kali dikemukakan oleh Phillips Kotler, seorang
Professor Marketing dari Amerika Serikat, sebagai berikut :
a. Product (Produk)
b. Price (Harga)
c. Place (Tempat & Lokasi)
d. Promotion (Promosi)
e. People (Orang)
f. Process (Proses)
g. Physical Evidences (Bukti Fisik)
Konsep 7 P’s inilah yang lebih dikenal sebagai Taktik Marketing
(Marketing Tactics) sebagai bagian dari Strategi Marketing suatu brand
(merek) untuk membentuk merek yang kuat dan unik dibandingkan
dengan pesaingnya. Dengan kata lain, kesemua komponen ini adalah juga
komponen untuk proses branding tersebut
10
Jika kita perhatikan kembali pada contoh 3 abang abang tersebut di
atas, mereka sadari atau tidak sebenarnya mereka sudah melakukan
sebagian dari konsep 7 P’s tersebut bukan. Dengan kata lain, sebenarnya
mereka sudah melakukan kegiatan branding juga bukan?
2. Pernyataan/pandangan konsumen
Beberapa keunggulan yang dibentuk oleh beberapa komponen 7 P’s dari
suatu produk, bisa disederhanakan penyebutannya dalam satu kalimat
sehingga lebih mudah untuk diingat oleh konsumen
Contohnya untuk 3 abang abang pada contoh di atas adalah :
- “Bakso yang enak dengan harga bersaing, dengan kualitas
pelayanan yang baik”
- “Toko asesories handphone yang lengkap dengan harga yang sangat
kompetitif yang memberikan layanan baik, dengan lokasi yang
mendukung”
- Gorengan hangat yang tersedia pada saat diperlukan di rumah
dengan harga sesuai”
Dengan kalimat kalimat ini, secara lebih mudah konsumen dapat
mengingat keunggulan masing masing dari pesaingnya. Atau dengan kata
lain, dengan mengingat kalimat ini membuat konsumen dapat
membandingkan bahwa 3 abang abang tadi berbeda dan lebih baik dari
pesaingnya, sehingga layak untuk dapat dipilih/dibeli produknya
11
Dalam istilah branding, kalimat yang membentuk posisi yang
berbeda dari suatu brand (merek) dari suatu produk atau layanan dalam
pandangan/pikiran konsumennya, disebut sebagai positioning.
Dan walaupun kalimat ini tidak dibuat oleh 3 abang abang tadi, tapi
dengan keunggulan yang dapat dirasakan oleh para konsumennya, maka
secara otomatis kalimat ini sudah terbentuk dalam pikiran konsumen dan
menjadi salah satu faktor penting dari keberhasilan mereka untuk
penjualan produk atau layanannya. Dengan kata lain, secara tidak mereka
sadari, sebenarnya mereka sudah melakukan kegiatan positioning yang
adalah bagian kegiatan branding juga bukan?
Dari 2 penjelasan di atas, seharusnya sih sudah tidak ada lagi yang
berpendapat bahwa 3 abang abang tadi tidak melakukan kegiatan
branding kan ☺ Persoalan mereka melakukannya secara sadar dengan
sebelumnya membuat rumusan strategi branding dan marketing secara
terencana dan sistematis, atau justru mereka melakukan semua hal
tersebut dengan menggunakan insting bisnisnya tanpa menyadari bahwa
yang mereka lakukan itu sebenarnya adalah kegiatan branding, itu adalah
hal yang berbeda.
Yang penting sudah terjawab, bahwa mereka berhasil dalam
kegiatan bisnisnya dalam lingkupnya masing masing tersebut, adalah
karena mereka telah melakukan kegiatan branding sebelumnya
panofeed.com
IGNITE!
12
Dalam skala bisnis yang relatif kecil dengan lingkup terbatas, dan
juga tingkat persaingan yang tidak terlalu ketat, memang masih
dimungkinkan terjadinya proses branding yang berjalan secara “alami”
dan mengalir begitu saja tanpa perlu dilakukan kegiatan perencanaan dan
perumusan strategi marketing dan branding secara sistematis dan tertulis.
Akan tetapi bagaimana jika sklanya sudah menengah apalagi besar ?
Bagaimana jika lingkup nya juga sudah jauh lebih luas, misalnya
dipasarkan dalam pasar regional atau bahkan nasional dengan tingkat
persaingan yang jaug lebih kompleks?
Dilema inilah saat ini banyak dialami oleh banyak perusahaan
menengah yang pada posisinya tersebut relatif belum menjalankan
aktifitas branding secara sistematis dan terencana. Bisa jadi mereka sudah
melakukannya, akan tetap relatif masih terbatas dan bersifat insidental
dan tidak kontinyu. Hanya dilakukan pada saat saat tertentu untuk tujuan
tujuan praktis dan tidak didasari pada strategi marketing yang bersifat
menyeluruh.
Misalnya pada saat meluncurkan produk baru, perusahaan
membuat brosur atau katalog untuk diberikan ke toko yang ditawarkan
untuk menjualnya, tanpa sebelumnya dibuat perencanaan yang sistematis
yang terintegrasi dengan strategi marketing yang mencakup semua
kegiatan marketing untuk brand tersebut dalam periode waktu tertentu
(misalnya 1 tahun), termasuk didalamnya kegiatan branding.
13
Dan walaupun relatif belum dilakukan kegiatan branding secara
terintegrasi, akan tetapi perusahaan tersebut masih dapat berkembang
dari skala perusahaan kecil menjadi perusahaan menengah, dengan
berbagai sebab dengan kombinasi kemungkinan sebagai berikut :
✓ Industri perusahaan tersebut termasuk industry yang
pertumbuhannya tinggi karena pasarnya yang besar
✓ Relatif belum banyak pesaingnya
✓ Masih mudah mencari keunggulan yang membedakannya dengan
pesaingnya
✓ Relatif sulit bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar
✓ Perusahaan mempunya keuntungan tertentu, seperti karena
mempunyai akses bahan baku, teknologi, akses kepada pembuat
kebijakan politik, dan alasan alasan lainnya
✓ Kuatnya loyalitas konsumen dengan alasan tertentu, misalnya karena
rasa nasionalisme
✓ Alasan alasan lainnya
Walaupun demikian pada suatu titik tertentu, walaupun masih
didukung oleh berbagai faktor positif penunjang pertumbuhannya seperti
tersebut di atas, pertumbuhan perusahaan yang sudah menjadi
perusahaan menengah tersebut menjadi melambat atau bahkan relative
stragnan. Salah satu alasan yang terutama adalah karena tingginya tingkat
persaingan dengan brand/produk lainnya dalam industry yang sama.
14
Hal ini menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan
untuk menempatkan posisi yang tepat (positioning) untuk brand yang
dimilikinya pada pandangan/persepsi konsumen jika dibandingkan dengan
pesaingnya yang sudah cukup banyak tersebut. Disinilah baru disadari
pentingnya untuk melakukan kegiatan branding dan marketing secara
lebih terencana, sistematis, dan terintegrasi untuk brand (merek) nya
tersebut
Oleh karenanya dalam internal perusahaan tersebut, terutama
pada manajemen puncaknya, untuk mulai fokus pada kegiatan branding
dan marketing. Bisa saja untuk tahap awal hal tersebut dilakukan dengan
bantuan pihak luar perusahaan seperti dari konsultan marketing atau
agensi iklan (advertising agency). Atau bisa saja langsung diputuskan
untuk membentuk tim internal yang didedikasikan untuk melakukan
kegiatan marketing dan branding di perusahaan tersebut
Akan tetapi, memulai kegiatan branding adalah bukan hanya
sekedar keinginan saja, akan tetapi mempunyai banyak konsekuensi untuk
mengimplementasinya. Jika diibaratkan suatu perlombaan lari,
menjalankan kegiatan branding dalam perusahaan yang sebelumnya
relatif belum pernah melakukannya adalah seperti perlombaan lari
marathon yang memerlukan daya tahan yang panjang karena jarak yang
ditempuh juga cukup jauh. Diperukan berbagai strategi dan taktik untuk
dapat memeperthankan daya tahan tersebut untuk waktu yang cukup
panjang tersebut
Karenanya, janganlah pernah ada pikiran bahwa kegiatan branding dapat
ditempuh dalam waktu yang singkat seperti perlombaan lari jarak pendek
(sprint) !
15
16
2, Marketing atau Branding ?
Dari chapter sebelumnya, kita sudah memahami bahwa sebuah
kegiatan usaha sekecil apapun skala bisnisnya dan sesempit apapun ruang
lingkupnya, ternyata juga melakukan kegiatan Branding dan Marketing
dalam mencapai keberhasilannya menjadi usaha yang dipilih konsumen
lebih baik jika dibandingkan kompetitornya. Hal itu terlepas mereka
menyadari atau tidak bahwa mereka telah melakukannya
Perbedaannya adalah “hanya” pada apakah terencana atau tidak.
Jika aktivitas Branding dan Marketing dilakukan melalui perencanaan
yang terstruktur, sistematis, komprehensif, dan sekaligus terintegrasi,
maka aktivitas tentu sangat disadari dilakukan. Demikian pula
sebaliknya
Photo by Eva Elijas from Pexels
16
17
Tentu, semakin disadari dan terencananya aktivitas marketing dan
branding, akan semakin mudah diprediksikan tingkat keberhasilannya
dibandingkan jika dijalankan tanpa perencanaan dan hanya mengandalkan
insting bisnis dari pemilik atau pengelola bisnisnya.
Hal ini terutama terkait dengan kompleksitas usaha bisnisnya.
Semakin besar skala usaha, ruang lingkup usaha, tingkat persaingan, serta
faktor faktor lainnya, akan semakin pula diperlukan perencanaan aktivitas
marketing dan branding secara detail dan sistematis
Jika pada usaha mikro dan kecil masih dimungkinkan adanya
aktivitas marketing dan branding yang tidak/kurang terencana dan bahkan
tidak tertulis, hal tersebut tidak memungkinkan lagi dilakukan oleh usaha
menengah atau besar yang sudah jauh lebih kompleks proses usahanya.
Untuk ke dua jenis ini diperlukan kegiatan marketing dan branding yang
terencana dan sistematis yang tertulis, agar semua kegiatan tersebut
dapat berjalan dan terkoordinasi dengan baik
Berarti clear ya aktivitas branding itu penting bagi semua jenis
usaha ya. Eh, tapi tadi disebut sebut juga mengenai aktivitas marketing
bersamaan dengan aktivitas branding. Perbedaan dan persamaan
keduanya apa sih, dan mengapa keduanya merupakan paket aktivitas yang
tak terpisahkan jika suatu perusahaan menginginkan brand dari produknya
menjadi pilihan utama dari target pasarnya?
18
Walaupun secara disiplin ilmu keduanya masuk dalam ilmu
Marketing, antara marketing dan branding secara konsep dan
implementasi mempunyai perbedaan yang cukup signifikan
Branding secara umum dapat definisikan sebagai :
Cara agar brand (merek) dari produk suatu perusahaan dapat memiliki
citra/kesan yang positif serta dapat menempati posisi yang baik dan
berbeda dengan pesaing pada benak/persepsi target pasar nya
Sedangkan Marketing dapat didefinisikan sebagai :
Cara suatu perusahaan untuk membangun dan membina hubungan
dengan target pasarnya.
Caranya bisa beragam, seperti kegiatan periklanan, event, promosi,
sampai dengan penyediaan produk yang berkualitas atau pemberian
harga yang kompetitif. Intinya adalah bagaimana brand dapat mendekat
dan diterima oleh target pasarnya tersebut.
Lantas bagaimana hubungan antara keduanya serta proses kerja
yang terjadi? Dari definisi masing masing, kita dapat simpulkan sebagai
berikut :
19
1. Branding bersifat konsep, sedangkan Marketing lebih bersifat
implementasi
2. Branding di rumuskan terlebih dahulu, baru kemudian disusul
oleh Marketing
3. Branding menjadi acuan bagaimana aktivitas Marketing
dijalankan
4. Branding terdiri dari satu rangkaian konsep yang terintegratif,
sedangkan Marketing terdiri dari banyak aktivitas yang berbeda
beda yang dapat saling terkait ataupun tidak
5. Branding memerlukan jangka panjang dan menengah,
sementara Marketing bersifat jangka pendek dan menengah
Nah sudah jelaskan perbedaan antara Branding dengan Marketing? Masih
belum juga? 
Oke kalau begitu.. berikut akan dijelaskan lebih dalam lagi untuk lebih
memahami persoalan ini
Jika kembali pada pembahasan chapter sebelumnya, kita
mengetahui bahwa untuk 3 contoh usaha kecil, secara tidak sadar
sebenarnya telah melaksanakan kegiatan marketing & branding, yang
dapat dikategorikan dalam 2 kelompok :
1. Keunggulan dengan 7 komponen pembentuknya atau yang lebih
dikenal 7 P's dari Philip Kotler
2. Posistoning dalam benak/persepsi target konsumen
20
Dalam kasus usaha mikro dan menengah dengan kegiatan branding
yang tidak terencana dan tertulis, umumnya pertimbangan pemilik bisnis
dalam menentukan keunggulan yang akan ditonjolkan pada produk lebih
didasari pada insting bisnis dan subyektifitasnya. Karenanya tahapan
perumusan konsep kurang mendapat perhatian serius dan langsung ke
tahapan perumusan implementasi Marketing berupa pemilihan
keunggulan yang ingin dtonjol dari pilihan komponen 7P yang tersedia.
Walaupun demikian, walaupun perumusan konsep berupa positioning
tidak dirumuskan, akan tetapi jika keunggulan yang dimiliki sangat kuat
dibanding dengan kompetitornya, pada akhirnya konsumen dapat
merumuskan sendiri konsep positioning untuk brand dari produk tersebut
Tentunya yang ideal adalah pemilik brand tersebut sendiri lah yang
menentukan positioning tersebut. Sebab dia lah yang paling tahu apa dan
kemana brand dan produknya tersebut akan diarahkan, termasuk juga
target pasar nya. Jika penentuan positiong tersebut “diserahkan” pada
pasar/konsumennya, sangat mungkin terjadi positioning yang terbentuk
kurang sesuai dengan yang sebenarnya diinginkan oleh pemilik brand dan
produk tersebut. Hal ini dikarenakan pembentukan positioning sangat
ditentukan oleh persepsi/pandangan dari konsumen. Dan jika persepsi
konsumen terhadap brand dan produk tertentu dibiarkan bebas tanpa
ada “intervensi” dari pemilik brand dan produk, maka persepsi tersebut
dapat berkembang bebas yang pada akhirnya akan membentuk
positioning sesuai persepsi yang terbentuk tadi.
Foto oleh Pixabay dari Pexels
21
Jika persepsi tadi masih sesuai dengan keinginan pemilik brand dan
produk tadi, ya tidak ada masalah. Tapi jika yang terjadi justru persepsi
tersebut tidak sesuai atau malah bertentangan, bisa jadi positioning yang
terbentuk tidak sesuai dengan keinginan, atau justru berdampak negatif
terhadap brand dari produk tersebut.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, satu satunya jalan yang
bisa dilakukan pemilik brand adalah dengan melakukan “intervensi” pada
persepsi konsumen agar dapat membentuk persepsi terhadap brand dan
produk tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kata lain, pemilik
brand harus melakukan berbagai upaya agar dapat membentuk persepsi
konsumen (khususnya target pasar nya) terhadap brand sesuai yang
diharapkan. Nah, upaya yang terencana, sistematis, dan terintegrasi inilah
yang kemudian lebih dikenal sebagai upaya Branding.
Dari pengertian ini kita dapat memahami bahwa Branding
sebenarnya terdiri dari rangkaian konsep dan strategi yang terintegrasi
dengan tujuan agar brand dan produk mempunyai posisi terbaik dalam
persepsi konsumen dibandingkan dengan pesaingnya. Dengan posisi
terbaik ini, maka brand dan produk tersebut akan menjadi pilihan utama
konsumen sehingga akan dibeli dan dikonsumsi.
Berarti tujuan akhirnya memang ke penjualan (sales) dan
penguasaan pangsa pasar . UUD alias ujung ujung nya duit juga ☺
22
Namun, jika hanya sekedar strategi dan konsep saja, bisa jadi hal
yang telah dirumuskan tersebut hanya akan berhenti di atas kertas
semata dan tidak terimplementasikan. Karenanya segala konsep dan
strategi tadi perlu untuk dijabarkan dalam langkah langkah yang lebih
terperinci yang bersifat taktis dan dapat langsung diimplementasikan
dalam berbagai langkah langkah yang dapat dirasakan langsung oleh
target pasar nya. Umumnya langkah langkah yang dilakukan tersebut
mengarah hal hal yang dapat menjadi keunggulan dari brand dan produk
tersebut. Dan dari pengalaman pengalaman (experieces) yang dirasakan
oleh target pasar selama berinteraksi dengan langkah implementasi dari
konsep dan strategi Branding ini lah, kemudian diharapkan dapat
terbentuk positioning sesuai yang diinginkan pemilik brand dan produk
Dari pembahasan pada chapter sebelumnya, kita telah mengetahui,
bahwa keunggulan dari suatu brand dan produk dapat dibentuk oleh 7
komponen yang lebih dikenal sebagai 7 P's seperti yang dikemukakan oleh
Philips Kotler itu. 7 komponen tersebut adalah :
1. Product (Produk)
2. Price (Harga)
3. Place (Tempat)
4. Promotion (Promosi)
5. People(Orang)
6. Process (Proses)
7. Physical Evidence (Bukti Fisik)
gambarkeren.pro
Contoh :
- Suatu brand yang mempunyai strategi untuk menjadi brand yang
premium, maka akan implementasi 7 P's sebagai berikut :
• Produk yang berkualitas tinggi
• Harga lebih mahal dari produk standard
• Lokasi penjualan di lokasi premium seperti mall atau toko
sendiri
• Promosi dalam bentuk iklan dengan budget besar
• People (termasuk tenaga penjual) dilatih untuk dapat
menangani konsumen kelas menengah atas sebagai target
pasarnya
• Proses (termasuk proses bisnis) yang baik dan terintegrasi,
misalnya dalam penanganan keluhan pelanggan
• Physical Evidence, termasuk dengan penampilan toko dan
tenaga penjual yang mendukung strategi premium
23
Photo by Jacek Dylag from Unsplash
- Suatu brand yang mempunyai strategi harga ekonomis dan sangat
bersaing dengan pesaing di kelasnya, konsep 7 P's akan
diimplementasikan sebagai berikut :
• Produk dengan kualitas menengah, dengan kelengkapan dan
fitur cukup terbatas
• Harga lebih murah dari penguasa pasar, juga beberapa pesaing
utama lainnya
• Tempat penjualan di lokasi non premium, termasuk pasar
tradisional
• Promosi dilakukan terbatas dengan buget terbatas tapi tetap
diupayakan cukup efektif, misalnya optimalisasi kegiatan digital
marketing
• People (termasuk tenaga penjual) dilatih untuk dapat
menangani konsumen kelas menengah ke bawah
• Process dibuat sesederhana mungkin sehingga dapat lebih
efisien. Misal layanan konsumen dilakukan secara digital
(online) daripada banyak membuka layana konsumen offline
• Physical Evidence, lebih diprioritaskan pada efisiensi biaya,
termasuk penampilan toko yang minimalis
24
Photo by Kampus-Production from Pexels
25
Dari 2 contoh di atas, tentunya kita dapat lebih memahami bahwa
antara Branding dan 7 P's terdapat kaitan yang sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan. Jika Branding berfungsi sebagai konsep dan strategi, 7
P's akan menjadi implementasi dan langkah taktis untuk mewujudkannya
dalam bentuk yang dapat dirasakan langsung oleh target pasarnya
Lantas apa hubungannya dengan Marketing? Konsep 7 P's inilah
yang kemudian lebih dikenal sebagai Marketing. Sehingga pada akhirnya
kita dapat mengatakan bahwa Marketing adalah implementasi dari
konsep dan strategi Branding
Itulah mengapa jika kita berbicara mengenai Branding secara
otomatis kita juga membahas mengenai Marketing
Atau jika menggunakan istilah Marketing sebagai disiplin ilmu, apa
yang kita sebut sebagai Branding dapat pula diistilahkan sebagai Strategi
Marketing (Marketing Strategic), sedangkan yang kita sebut Marketing
dapat pula diistilahkan sebagai Taktik Marketing (Marketing Tactics).
Apapun istilah yang dipergunakan, keduanya (Branding & Marketing)
adalah 2 hal yang menjadi kesatuan yang tak terpisahkan
Nah, sampai disini semestinya sudah tidak ada masalah lagi dalam
memahami Branding dan Marketing ya ☺
26
Selain 2 istilah tersebut, terdapat 2 istilah lain yang pada awal
chapter ini sering disebut dan mungkin agak membingungkan bagi yang
sempat memperhatikan secara lebih mendalam. Ada yang ingat istilah apa
saja? Ya, Brand dan Produk! Sebenarnya apa pengertian masing masing,
dan istilah mana yang paling tepat disebut jika kita berbicara mengenai
Branding ?
Produk (termasuk didalamnya adalah jasa/layanan) pada dasarnya adalah:
sesuatu yang dihasilkan dari suatu usaha bisnis yang ditawarkan kepada
target pasarnya untuk dibeli dan dikonsumsi
Dalam pengertian ini produk menjadi inti dari kegiatan bisnis
dimana target pasar/konsumen menjadi fokus semua kegiatan yang
dilakukan
Agar dapat mudah dikenali dan diingat oleh target pasar nya, suatu
produk harus diberikan unsur yang bisa menjadi tautan atau “jangkar”
bagi seorang konsumen. Dan unsur yang paling efektif yang dapat
membedakan dengan produk lain yang sejenis yang ada di pasar, adalah
dengan memberinya nama yang unik dan berbeda dengan produk lain
sejenis. Analogi nya sama dengan manusia yang masing masing
mempunyai nama yang berbeda sehingga mudah untuk diidentifikasikan
satu sama lainnya.
Nah, nama dari suatu produk inilah yang kemudian dikenal sebagai
merek atau Brand. Secara umum, merek mempunyai beberapa fungsi :
27
1. Sebagai pembeda
Agar produk suatu perusahaan dapat mudah dibedakan dengan produk
yang sama dari perusahaan yang berbeda
2. Sebagai alat promosi
Setiap produk dari suatu perusahaan jika ingin lebih dikenal perlu
melakukan berbagai langkah promosi, misalnya dengan melakukan
kegiatan periklanan. Untuk itu perlu dicantumkan Brand dari produk
tersebut sehingga produk yang sudah diwakili oleh Brand tersebut
menjadi lebih dikenal dengan aktivitas promosi tadi
3. Jaminan Kualitas dan Keunggulan
Produk suatu perusahaan dapat saja memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan dengan pesaingnya. Dengan adanya Brand, target pasar
dapat membedakan mana produk dari perusahaan tadi yang memiliki
kualitas yang baik, dan mana produk dari perusahaan yang kurang baik
Jadi dalam produk yang sudah mempunyai brand tertentu, setiap
kita menyebut Brand tadi, maka secara otomatis kita juga menyebut
produk tersebut dengan segenap atribut/kelengkapannya termasuk
keunggulannya. Sehingga untuk pembahasan mengenai Branding
selanjutnya, kita akan menggunakan istilah Brand saja yang juga sudah
mewakili produknya
3. Lingkungan Perusahaan
Strategi tanpa taktik adalah jalan paling lambat menuju kemenangan,
Taktik tanpa strategi adalah kebisingan sebelum kekalahan
-Suntzu
Demikianlah ungkapan dari seorang ahli seni berperang klasik yang
menggambarkan arti pentingnya strategi dan taktik dalam memenangkan
suatu peperangan
Hal yang sama juga dapat berlaku dalam suatu “peperangan” bisnis.
Kemenangan yang cepat hanya dapat diraih jika sebelumnya dirumuskan
strategi yang tepat, yang kemudian diimplementasikan dalam berbagai
taktik yang mengacu pada strategi yang telah dibuat tersebut. Bahkan
lebih jauh lagi, jika suatu upaya bisnis dilakukan tanpa strategi dan hanya
mengandalkan taktik taktik yang berjalan sendiri sendiri dan tidak
terintegrasi dalam suatu strategi, kekalahan dalam peperangan bisnis
adalah suatu keniscayaan akan terjadi
28
www.pixabay.com
29
Dalam konteks Branding, seperti yang sudah dibahas pada chapter
sebelumnya, untuk memenangkan peperangan merebut hati dan persepsi
pasar sasaran, sangat diperlukan integrasi dari Branding sebagai suatu
Strategi, dengan Marketing (7 P's) sebagai suatu Taktik. Ini berarti
sebelum peperangan dimulai, pemilik Brand harus melakukan perumusan
dan perencanaan konsep dan strategi brand tersebut secara sistematis,
terstruktur, dan terintegrasi, sebelum kemudian diterjemahkan dalam
berbagai taktik pada 7 komponen taktik (7 P's) yang ada
Jika mengacu pada ungkapan dari Suntzu seperti tersebut diatas,
kemenangan memang masih dapat diraih jika pemilik brand hanya
merumuskan strategi pada kegiatan Branding saja, tanpa memiliki
berbagai taktik untuk meng-implementasikannya. Tapi itu akan memakan
waktu yang sangat lama, dan akan menggunakan sumber daya yang besar
pula. Tidak mungkin terjadi kemenangan yang dicapai secara efektif dan
efisien
Apalagi jika yang dijalankan hanyalah berbagai taktik (Marketing)
tanpa sebelumnya dirumuskan suatu strategi (Branding) yang akan
mengintegrasikan semua taktik tersebut. Kekalahan yang nyata dalam
memperebutkan persepsi target pasar adalah suatu keniscayaan,
walaupun sebelumnya juga sudah dikerahkan berbagai sumber daya yang
cukup besar
Karenanya, pembahasan mengenai Branding memegang peranan
yang sangat penting dalam upaya pemilik brand menjadikan brand nya
mendapatkan hati target pasarnya (heart share) untuk kemudian keluar
sebagai pemenang dalam peperangan brand dalam bentuk penguasaan
pasar (market share)
30
Branding secara umum dapat didefinisikan sebagai :
Sebuah kegiatan yang berhubungan dengan segala hal untuk
meningkatkan karakter, citra, kesan dari sebuah perusahaan atau produk
Walaupun Branding pada dasarnya adalah perumusan strategi
suatu brand secara sistematis, terstruktur, dan terintegrasi sehingga lebih
bersifat konsep daripada bentuk implementasi (Marketing/7 P's), akan
tetapi karena konsep tersebut kemudian mendasari dan menjadi acuan
dalam implementasi / taktik dalam Marketing, maka ketika kita berbicara
mengenai Branding, maka secara otomatis kita juga berbicara mengenai
Taktik (Marketing). Karena memang keduanya adalah suatu kesatuan yang
tak terpisahkan jika memang kemenangan peperangan perebutan pasar
adalah menjadi tujuan
Sebagai suatu konsep, Branding pada dasarnya mengacu pada
target pasar yang dituju. Jadi konsep Branding berpusat pada upaya untuk
mengidentifikasikan target pasar mana yang akan dilayani oleh pemilik
brand, dan persepsi apa yang diinginkan akan terbentuk pada target pasar
yang dipilih tersebut terhadap brand tadi
Sehingga, secara umum aktivitas Branding dapat dibagi menjadi 2
aktivitas :
1. Segmentasi & Targeting
2. Positioning
31
Keduanya seringkali digabungkan menjadi satu konsep yang dikenal
sebagai STP (Segmentasi, Targeting, & Positioning) yang dapat
didefinisikan sebagai :
Pendekatan atau model yang digunakan untuk mengembangkan pesan
dan strategi pemasaran yang sesuai pada segmentasi target audiens
tertentu.
Kedua aktivitas inilah yang kemudian menjadi inti dari aktivitas Branding
yang akan mendasari semua aktivitas Marketing (Taktik) selanjut nya
Dan untuk dapat merumuskan sebuah Strategi Branding yang tepat dan
akurat, sebelumnya diperlukan pemahaman yang di sekitar perusahaan
yang akan mempengaruhi perusahaan tersebut, tidak terkecuali pada
Strategi Branding yang akan dirumuskan.
Adapun secara lebih mendetail, lingkungan perusahaan meliputi 2
kelompok besar yang meliputi : :
31
31
32
q
1.Lingkungan Internal Perusahaan
Berupa Visi & Misi perusahaan yang menjadi arah bagi semua aktivitas
dalam perusahaan, termasuk didalamnya aktivitas Branding
Visi & Misi dapat didefinisikan sebagai berikut :
Visi :
Tujuan yang kan diraih perusahaan di masa mendatang
Contoh :
-Menjadi perusahaan produsen produk X nomor 1 di Indonesia dalam
6 tahun
-Menjadi perusahaan penyedia layanan Y yang menjadi pilihan utama
konsumen dalam 6 tahun
Misi :
Cara untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan
Contoh :
Perusahaan produk A
-Visi : Menjadi perusahaan produsen produk X nomor 2 di Indonesia
dalam 4 tahun
-
33
3
- Misi :
• Pemberian jasa yang baik dengan harga yang terjangkau
• Adanya sumber daya manusia berkualitas dan dikelola dengan
baik guna menjamin kenyamanan bekerja
• Memberikan kontribusi positif pada setiap pemangku
kepentingan (stakeholder)
2. Lingkungan Eksternal Perusahaan
Selain faktor yang berasal dari dalam perusahaan pemilik brand,
dalam hal ini adalah Visi & Misi, dalam perumusan strategi pada Branding
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berasal dari luar
perusahaan. Tidak hanya sebatas pada lingkungan persaingan bisnis dan
brand, akan tetapi juga mencakup hal hal lain yang lebih luas.
Lingkungan pada dasarnya adalah faktor yang mempengaruhi
perusahaan yang tidak dapat dipengaruhi karena berada diluar kendali
perusahaan. Hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah
mengantisipasinya apa tang terjadi pada lingkungan yang berada di
sekitar perusahaan
Lingkungan perusahaan dapat dibagi menjadi 2 kategori :
34
3
a. Lingkungan makro
Lingkungan yang berada diluar industri dimana perusahaan berada, dan
relatif tidak dapat dikendalikan dan bahkan sulit untuk dapat dipengaruhi
oleh perusahaan tadi
Perusahaan hanya dapat mengantisipasi dan melakukan penyesuaian
dengan berbagai lingkungan di luar perusahaan tersebut
Terdapat beberapa jenis lingkungan makro, yaitu :
➢ Lingkungan Demografi
Demografi pada dasarnya adalah kajian tentang populasi manusia yang
dinilai berdasarkan lokasi, umur, pekerjaan, kepadatan, jenis kelamin, dan
berbagai statistik lainnya.
Lingkungan Demografi ini sangat berpengaruh pada perusahaan karena
setiap perubahan yang terjadi dapat merubah pola perilaku pembelian
terhadap brand yang dihasilkan perusahaan
Contoh :
✓ Perubahan komposisi penduduk berdasarkan usia dapat berpengaruh
pada produk yang diperlukan konsumen, sebab preferensi pembelian
produk sangat dipengaruhi oleh umur
✓ Perubahan komposisi kelas ekonomi juga dapat mempengaruhi
perusahaan dalam kebijakan brand nya, apakah akan mengambil
strategi harga premium atau harga ekonomis
35
5
➢ Lingkungan Politik & Hukum
Semua kebijakan dan keputusan terkait dengan politik & hukum yang
diambil oleh pihak yang berwenang (pemerintah) yang dapat
berpengaruh pada perusahaan, baik secara langsung atau tidak langsung
Contoh :
✓ Undang Undang (UU) tentang tenaga kerja, UU investasi, UU
persaingan usaha dll
✓ Keputusan pemerintah tentang jadwal pemilu, pengelolaan birokrasi
dll
➢ Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan budaya terdiri dari lembaga dan kekuatan lain yang mampu
mempengaruhi nilai dasar, persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat
setempat.
Nilai nilai ini umumnya sudah sangat mengakar dan sulit untuk berubah,
karenanya perusahan sebagai pemilik brand harus dapat menyesuaikan
produk dan kegiatan branding ya sesuai dengan nilai nilai yang sudah ada
tersebut
Walaupun demikian, dengan adanya perkembangan dapat saja nilai nilai
tersebut berubah misalnya karena adanya modernisasi seperti
berkembangnya teknologi digital yang sangat merevolusi nilai nilai dan
pemikiran dalam masyarakat
35
5
Dalam kondisi nilai nilai yang mengalami pergeseran nilai seperti ini,
perusahaan harus melakukan penyesuaian kembali untuk produk dan
aktivitas branding nya
Contoh :
✓ Saat ini konsumen lebih menyukai segala hal yang bersifat praktis dan
tersedia dengan cepat, yang harus diantisipasi pemilik brand dengan
penyediaan produk yang sesuai, misalnya produk yang bersifat instant
dalam penyajian
➢ Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi akan mempengaruhi faktor daya beli dan pola
pembelanjaan dari konsumen. Daya beli konsumen berpatokan pada
pendapatan, harga, tabungan, dan ketentuan kredit pada saat itu
Contoh :
✓ Kebijakan ekonomi yang mendorong pembukaan banyak lapangan
kerja misalnya dengan pemberian intensif khusus pada pengusaha,
akan memperluas pasar terutama pada kelas menengah. Bagi brand
yang sebelumnya menggunakan strategi harga premium dapat
memperluas pasarnya dengan mengeluarkan brand baru dengan
strategi ekonomis
37
7
➢ Lingkungan Teknologi
Lingkungan teknologi dengan segala perkembangannya sangat
berpengaruh pada kegiatan bisnis perusahaan, seperti pada proses
produksi, sampai dengan proses komunikasi ke konsumen
Contoh :
✓ Pada era digital yang merubah pola komunikasi ini dengan arus
informasi yang mudah terdistribusi secara meluas ini, pemilik brand
harus merubah cara berkomunikasi yang sebelumnya bersifat satu
arah sebagai pemberi informasi tunggal tentang produk, menjadi
komunikasi 2 arah yang lebih bersifat untuk media diskusi dan
pemberian solusi untuk konsumen
b. Lingkungan Mikro
Lingkungan eksternal perusahaan yang berada dalam suatu industri
dimana perusahaan tersebut melakukan kegiatan usaha. Karenya masih
relatif dekat dengan perusahaan. Dalam batas batas tertentu, perusahaan
masih mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi lingkungan ini
Terdapat beberapa bentuk lingkungan mikro ini, yaitu
➢ Pemasok (Suplier)
Yaitu perusahaan rekanan yang memberikan pasokan bahan baku untuk
mendukung proses produksi perusahaan pemilik brand
Pemasok dapat mempengaruhi dari sisi kepastian dan kontinuitas pasokan
bahan baku, serta dari sisi harga dan kualitas
38
➢ Penyalur (Distribusi)
Yaitu perusahaan rekanan yang menyalurkan produk perusahaan pemilik
brand, sehingga bisa didapatkan oleh konsumen di titik penjualan (toko)
Penyalur dapat mempengaruhi dengan kemudahan akses, biaya distribusi
yang ditetapkan, dukungan promosi, dll
➢ Pesaing
Yaitu perusahaan lain yang menjual produk yang sejenis dengan
perusahaan pemilik brand, yang mendistribusikan produknya pada area
distribusi yang sama
Pesaing dapat mempengaruhi melalui penetapan harga, program
promosi, aktivitas marketing, dll
➢ Konsumen/pelanggan
Yaitu konsumen/pelanggan untuk produk yang diproduksi perusahaan,
bisa saat ini sudah menjadi konsumennya bisa juga saat ini masih menjadi
konsumen produk pesaingnya
➢ Perusahaan itu sendirI
Demikianlah lingkungan perusahaan, baik internal maupun eksternal,
yang akan sangat mempengaruhi perumusan strategi Branding pada suatu
perusahaan
39
7
perusahaan pemilik brand yang melakukan perumusan strategi
Branding yang terkesan “mengabaikan” melakukan analisa pada faktor
lingkungan yang sangat mempengaruhi perusahaan ini
Banyak perusahaan yang langsung “melompat” pada proses
perumusan strategi Branding tanpa melewati analisa lingkungan seperti
tersebut di atas. Analisa ini dianggap bisa dilakukan “sambil lalu” pada
saat perumusan strategi Branding dilakukan
Pada kenyataannya, analisa lingkungan perusahaan ini relatif tidak
dibahas dan di dilakukan untuk kemudian di aplikasikan dalam perumusan
strategi, dan kemudian lebih cenderung digunakan asumsi asumsi
berdasarkan “judgement”dan pertimbangan subyektif dari tim perumus
strategi Branding. Sebagai akibatnya, strategi Branding yang dihasilkan
juga cenderung tidak mengacu pada realita lapangan yang sebenarnya.
Hal ini akan memperbesar resiko ketidakakuratan pada strategi yang
dihasilkan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keberhasilan
implementasi strateginya.
Terdapat beberapa alasan terkait dengan “keengganan” perusahaan
pemilik brand untuk melakukan analisa lingkungan ini, seperti :
✓ Kekurangpahaman bahwa analisa lingkungan akan sangat
mempengaruhi kualitas perumusan strategi Branding dan
implementasi Taktik yang akan dijalankan
✓ Kurangnya pengetahuan dalam melakukan analisa lingkungan
perusahaan
40
7
✓ Manajemen menganggap telah mengetahui informasi tentang
lingkungan perusahaan berdasarkan pengalaman selama ini, sehingga
tidak perlu dilakukan analisa lingkungan perusahaan lagi
✓ Dianggap terlalu teoritis, kurang aplikabel
✓ Sulit memperoleh data valid yang diperlukan
✓ Dianggap memakan waktu yang lama dalam melakukannya, padahal
manajemen sudah menginginkan segera melakukan aktifitas taktikal
terkait dengan branding
Akan tetapi mengingat keberhasilan aktivitas Branding akan sangat
ditentukan oleh keakuratan strategi Branding nya, dimana hal ini hanya
dapat diraih dengan sebelumnya melakukan analisa lingkungan
perusahaan yang benar, maka melakukan analisa lingkungan perusahaan
secara benar adalah suatu keniscayaan. Untuk itu diperlukan peningkatan
kesadaran Manajemen puncak dan juga tim perumus strategi Branding
mengenai hal tersebut.
Untuk melakukan analisa lingkungan perusahaan, dikenal satu
metode yang dianggap paling efektif dan paling sering dipergunakan yaitu
Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, & Threat).
Apa dan bagaimana analisa SWOT ini, secara terperinci akan
dibahas pada chapter berikutnya
41
4. Analisa Lingkungan Perusahaan
Kenali musuhmu kenali dirimu, niscaya dari 100 peperangan ada 100
kemenangan
-Suntzu
Lagi lagi pembahasan mengenai Branding dibuka dengan
ungkapan Suntzu, seorang ahli seni berperang klasik yang sudah sangat
dikenal tersebut.
Ya, Branding memang identik dengan peperangan yang
mempunyai tujuan kemenangan. Branding adalah peperangan untuk
merebut hati dan persepsi dari target pasar. Tujuan akhirnya juga sama,
merebut heartshare dan pada akhirnya adalah marketshare.
www,.freepik,.com
42
Seperti dalam ungkapan di atas, kemenangan hanya akan diraih
secara mutlak hanya jika kita paham betul tentang diri kita dan juga
keadaan musuh kita. Dan jika kita berbicara tentang “musuh” tentu kita
tidak hanya berbicara tentang para pesaing kita saja, akan tetapi juga
faktor faktor lain disekitar kita/perusahaan yang secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi keberhasilan upaya kita memenangi
peperangan memperebutkan pasar
Ya, disini kita berbicara mengenai lingkungan di sekitar perusahaan.
Dalam chapter sebelumnya kita telah membahas mengenai hal tersebut,
dimana lingkungan di luar (eksternal) perusahaan dapat dibagi menjadi
lingkungan makro dan mikro. Dan jika mengacu pada ungkapan Suntzu
seperti tersebut di atas, maka pemahaman kita terdapat lingkungan
perusahaan tersebut menjadi satu satu jalan memperoleh kemenangan,
disamping pemahaman mengenai diri kita sendiri
Berbeda dengan pemahaman diri/perusahaan sendiri yang relatif
lebih mudah dilakukan karena semua informasil sudah terdapat dalam
diri/perusahaan sendiri sehingga jauh lebih mudah untuk menggali dan
meng-analisanya, lingkungan eksternal relatif lebih sulit untuk
melakukannya. Oleh karenanya diperlukan tahapan yang lebih panjang
dan terstruktur, yaitu :
43
1. Pengumpulan informasi tentang lingkungan perusahaan
Dilakukan oleh tim internal perusahaan dari berbagai fungsi/bagian yang
ada seperti Sales, Marketing, Keuangan, Legal, dll.
Dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
✓ Pengamatan langsung (observasi) di lapangan
Misal : pencarian data aktivitas pesaing, pangsa pasar (market share),
trend (kecenderungan) di pasar dll
✓ Penggunaan data tertulis (sekunder)
Misal data peraturan dari pemerintah (UU, PP, dll), hasil riset mengenai
industri terkait, artikel media mengenai industri terkait, dll
✓ Melakukan riset pemasaran (baik kualitatif maupun kuantitatif) untuk
mengetahui segala sesuatu hal yang ingin diketahui di pasar
2. Pengolahan data yang diperoleh
Semua data yang didapat kemudian diolah secara internal oleh sebuah
tim adhoc (sementara) yang dibentuk dan terdiri dari berbagai
fungsi/bagian dalam perusahaan
Untuk data kuantitatif diolah dengan perangkat lunak spreadsheet (misal
MS excell dll) atau pengolah data (spss), untuk kemudian diambil
kesimpulan akhir
Untuk data kualitatif diolah dengan melakukan diskusi (brainstorming)
untuk mencapai kesimpulan akhir dari tiap tiap informasi yang diperoleh
tersebut
44
3. Pengelompokkan informasi
Data dan informasi yang sudah diolah dan diambil kesimpulannya dalam
point 2 di atas kemudian dikelompokkan dalam 4 kategori dalam analisa
lingkungan perusahaan dengan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, & Threat)
4. Melakukan Analisa SWOT
Dalam melakukan analisa lingkungan perusahaan, metode yang paling
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai lingkungan perusahaan
dan karenanya yang paling umum digunakan adalah metode yang dikenal
dengan Analisa SWOT itu
Lebih jauh mengenai metode ini akan dibahas pada pembahasan
berikutnya
Analisa SWOT
Analisa SWOT secara umum dapat didefinisikan sebagai :
Suatu teknik atau metode perencanaan strategi yang bertujuan untuk
mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (threats) sebuah perusahaan dalam suatu
proyek atau bisnis dalam perusahaan tersebut
https://id.openrice.com
45
Sebagai suatu metode analisis, Analisa SWOT akan melakukan
analisa berbagai informasi dan data lingkungan yang telah diperoleh dan
diolah, serta telah dikelompokkan dalam 4 komponen analisa ini. Adapun
4 komponen analisa tersebut adalah :
1.Strength
Merupakan unsur dari lingkungan internal perusahaan yang dapat
menjadi kekuatan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
Contoh :
✓ Brand yang kuat
✓ Kualitas produk baik
✓ Harga bersaing
✓ Distribusi luas
✓ Kegiatan promosi beragam
✓ Sumber Daya Manusia berkualitas
✓ Sistem kerja rapi
✓ Infrastruktur perusahaan yang mendukung
✓ Dll
46
2. Weakness
Merupakan unsur dari lingkungan internal perusahaan yang menjadi
kelemahan yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
Contoh :
✓ Brand kurang dikenal
✓ Kualitas produk standard
✓ Harga kurang kompetitif
✓ Distribusi terbatas
✓ Sumber Daya Manusia kurang terampil
✓ Sistem kerja kurang terkoordinasi
✓ Infrastruktur perusahaan kurang baik
✓ Dll
Strength & Weakness adalah merupakan lingkungan internal perusahaan,
karenanya perusahaan masih dapat mempengaruhi untuk membuatnya
lebih baik
47
3. Opportunity
Merupakan unsur lingkungan eksternal perusahaan yang memberikan
peluang positif yang mendukung usaha pencapaian tujuan perusahaan
Contoh :
✓ Pertumbuhan pasar tinggi
✓ Kondisi ekonomi, politik, atau sosial ekonomi yang kondusif
✓ Perkembangan teknologi yang mendukung
✓ Tingkat persaingan kurang ketat
✓ Pasokan bahan baku terjamin
✓ Dll
4. Threat
Merupakan unsur lingkungan eksternal perusahaan yang memberikan
hambatan dalam upaya perusahaan mencapai tujuannya
Contoh :
✓ Pertumbuhan pasar rendah
✓ Kondisi ekonomi, politik, atau sosial ekonomi yang kurang kondusif
✓ Perkembangan teknologi kurang mendukung
✓ Tingkat persaingan sangat ketat
✓ Pasokan bahan baku terbatas
✓ Dll
Opportunity dan Threat adalah merupakan lingkungan eksternal yang
berada di luar perusahaan, karenanya perusahaan relatif tidak dapat
mempengaruhinya. Hal yang bisa dilakukan adalah mengantisipasi
dampak yang ditimbulkannya. Mengoptimalkan dampak positif dan
meminimalisir dampak negatif nya.
48
Sebelum melakukan analisa SWOT, semua informasi mengenai
lingkungan perusahaan yang telah didapatkan dan diolah oleh tim
perumus strategi Branding, di kelompokkan berdasarkan 4
komponen analisa SWOT seperti juga telah di contohkan diatas
Lakukan diskusi dan brainstorming didalam tim tersebut, yang
dipimpin oleh manajemen puncak. Hal ini perlu dilakukan, sebab
tahap penentuan unsur unsur dalam 4 komponen SWOT tersebut
menjadi tahapan yang sangat penting dan sangat menentukan
dalam melakukan analisa ini
Jika informasi yang dimasukkan dalam 4 komponen SWOT
adalah unsur unsur yang secara akurat menggambarkan situasi yang
sebenarnya dari suatu perusahaan, maka analisa SWOT ini akan
menghasilkan alternatif strategi yang akurat pula. Demikian pula jika
sebaliknya
Dan ketika tahapan ini telah berhasil dilakukan dengan baik
dan menghasilkan unsur unsur yang tepat pula untuk mengisi 4
komponen SWOT tersebut, barulah kita dapat bergerak ke tahapan
berikutnya, yaitu Analisa SWOT itu sendiri
49
Untuk lebih mempermudah pemahaman terhadap konsep dan
implementasi dari Analisa SWOT ini, akan dibahas langsung pada
penerapan melalui contoh yang relevan dengan perumusan Strategi
Branding :
Photo by Kaboompics Com by Pexels
50
Studi Kasus :
1.Brand A adalah produk elektronik rumah tangga dengan informasi
sebagai berikut :
• Produk impor berupa produk small appliances seperti blender, mixer,
rice cooker, dll
• Baru sekitar 2 tahun diluncurkan di pasar Indonesia
• Kualitas tinggi dan ditujukan untuk pasar kelas menengah atas
• Selama 2 tahun pertama, manajemen hanya fokus mendistribusikan
produk ke saluran distribusi premium seperti Department store dan
toko elektronik modern dengan target pasar menengah atas
• Aktivitas Branding relatif belum dilakukan dengan anggapan brand
tersebut sudah terkenal di negara asalnya
Pada tahun ke akhir tahun ke 2, manajemen perusahaan pemegang brand
tersebut di Indonesia mempunyai rencana untuk melakukan aktivitas
Branding yang cukup agressive karena menyadari bahwa pencapaian
penjualan yang tidak optimal selama 2 tahun ini karena belum
dilakukannya aktivitas Branding yang signifikan untuk brand tersebut
Manajemen puncak kemudian membentuk tim perumus strategi
branding, yang tugas pertamanya adalah melakukan analisa lingkungan
perusahaan dengan metode analisa SWOT .
51
➢ Strength
✓ Kualitas produk tinggi dan lebih baik jika dibandingkan dengan
pesaing pada target pasar
✓ Produk mempunyai beberapa keunggulan (unique selling point –
USP) dibandingkan dengan pesaing
✓ Rentang produk cukup luas
✓ Harga bersaing, sama atau lebih rendah dari pesaing dengan
target pasar yang sama
✓ Brand internasional dengan dukungan yang relatif kuat dari
kantor pusat dan kantor regional, termasuk berbagai panduan
operasional
✓ Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas disesuaikan dengan
standar yang ditetapkan oleh kantor regional, termasuk untuk
bagian produksi dan layanan service
➢ Weakness
✓ Pengenalan terhadap merek (brand awareness) masih rendah
dibandingkan dengan para pesaing pada target pasar yang sama
✓ Distribusi terbatas pada saluran distribusi/toko premium saja
pada beberapa kota saja
✓ Jaringan layanan service terbatas
✓ Aktivitas branding masih terbatas dan belum terintegrasi
✓ Pemahaman terhadap target pasar kurang baik
52
➢ Opportunity :
✓ Pertumbuhan kelas menengah cukup tinggi, dengan preferensi pada
produk berkualitas
✓ Pertumbuhan ekonomi terus meningkat dalam beberapa tahun
terakhir berpengaruh pada peningkatan daya beli kalangan menengah
✓ Kecenderungan kalangan menengah untuk memasak, membuat
makanan ringan, dan jus sendiri (self cooking) dengan pertimbangan
kesehatan dan kebersihan (hygine)
✓ Perkembangan teknologi yang membuat harga produk small
appliances premium menjadi lebih murah
✓ Perkembangan teknologi digital yang mendorong meluasnya peran
digital marketing dalan aktivitas branding
✓ Kebijakan penerapan SNI pada produk small appliances
✓ Persaingan produk small appliances premium belum ketat, tidak
seperti untuk segmen ekonomis (menengah bawah)
➢ Threat
✓ Kondisi pandemi Covid 19 menghambat distribusi dan penjualan
produk
✓ Pesaing dengan target pasar yang sama, cukup agressive menjalankan
aktivitas sales & marketing
✓ Pengetahuan produk (product knowledge) konsumen terhadap
produk small appliances premium, relatif masih kurang
✓ Terkadang terdapat hambatan pada proses impor produk, terlebih
pada saat pandemi ini
Set your life on
fire. Seek those
who fan your
flames
- Rumi
53
Berdasarkan unsur unsur dari komponen SWOT seperti tersebut di
atas, kemudian dilakukan Analisa SWOT yaitu dengan cara
membandingkan 2 komponen SWOT secara silang untuk dapat
merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pada aktivitas
Branding
Terdapat 4 kombinasi Analisa SWOT yang dapat dilakukan :
1. Strength vs Opportunity
• Strategi Harga Premium
Karena produk berkualitas dan pertumbuhan kelas menengah sebagai
target pasarnya
• Strategi Digital Marketing
Karena perkembangan teknologi digital yang sangat pesat, dan banyak
digunakan oleh target pasar menengah atas
• Strategi Customer Experience melalui event demo produk
Karena keunggulan produk yang perlu dijelaskan ke konsumen secara
langsung, juga karena kecenderungan self cooking pada target pasarnya
• Strategi Visual Merchandising
Demo penggunaan produk juga dapat dibuat dalam bentuk audio visual
(video) dan ditayangkan pada layar LED pada display produk di toko
2. Strength vs Threat
• Strategi Komunikasi Pemasaran
Keunggulan produk dan harga yang perlu dikomunikasikan pada pasar
yang sedang menurun dan saat pesaing cukup agressive melakukan
aktivitas pemasaran
• Strategi Digital Marketing
Keunggulan produk dan harga yang perlu termasuk keunggulannya perlu
dikomunikasika secara efektif dan efisien pada situasi pandemi dan
potensi hambatan penjualan
• Strategi E-Commerce
Optimalisasi strategi digital marketing menjadi akuisisi/transaksi melalui
e-commerce untuk mengatasi hambatan penjualan
• Strategi inventory
Menjaga persediaan dalam level yang aman untuk mengatasi
kemungkinan hambatan impor
54
Photo by Jake Weiric from Unsplash
Quitters
Campers
55
“The
best
view
comes
after
the
hardest
climb”
-unknown
3. Weakness vs Opportunity
• Strategi Komunikasi Pemasaran
Brand yang masih belum kuat dapat ditingkatkan dengan berbagai
aktivitas komunikasi pemasaran pada target pasar kelas menengah yang
sedang tumbuh
• Strategi Pengembangan Distribusi
Distribusi yang belum luas dapat dikbangkan jauh lebih luas pada target
pasar kelas menengah yang sedang tumbuh
• Strategi Pengembangan Layanan Service
Layanan service yang terbatas bisa diperluas bersamaan dengan
pengembangan wilayah distribusi
• Strategi Digital Marketing
Aktivitas Branding dapat ditingkatkan melalui Digital Marketing yang
relatif lebih efisien dari media konvensional
4. Weakness vs Threat
• Strategi Digital Marketing
Aktivitas Branding dapat ditingkatkan secara efisien dengan Digital
Marketing sehingga dapat mengantisipasi aktivitas Branding pesaing yang
agresif
56
• Strategi e-commerce
Distribusi yang terbatas juga dapat diperluas dengan pengembangan
distribusi online melalui e-commerce yang sangat efektif pada saat
pandemi
• Strategi Layanan Konsumen Online
Keterbatasan layanan konsumen offline dapat ditingkatkan dengan layanan
online untuk product knowledge dan konsultasi melalui fasilitas chat dll
Dari semua alternatif strategi seperti tersebut di atas, memang tidak
semuanya bisa dipergunakan dalam perumusan strategi dan taktis dari
Branding, tapi dapat menjadi referensi dalam perumusan aktivitas Branding
yang disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tentunya hal ini akan membuat perumusan Strategi Branding akan menjadi
akurat karena didasarkan pada kondisi lingkungan aktual yang benar benar
terjadi
Selain untuk produk yang bersifat fisik, Analisa SWOT juga dapat diterapkan
pada jasa/layanan yang lebih bersifat abstrak. Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas mengenai hal ini berikut adalah contoh
penerapan Analisa SWOT untuk jasa/layanan
57
2. Brand B adalah brand untuk jasa/layanan transportasi dengan
informasi tersebut :
• Layanan bis antar kota antar propinsi (AKAP) executive (non ekonomi)
trayek Jakarta – beberapa kota di Jawa Tengah & Jawa Timur
• Baru beroperasi 4 tahun pada pasar bis kota AKAP eksekutif yang
umumnya sudah puluhan tahun beroperasi
• Menggunakan brand chassis bus yang dikenal nyaman dengan
karoseri yang berkualitas baik
• Belum melakukan aktivitas Branding secara kontinyu dan terintegrasi
Adapun 4 komponen SWOT nya adalah sebagai berikut :
➢ Strength
✓ Menggunakan brand bus chassis Eropa yang dikenal nyaman dan
aman, dan dengan karoseri bus dari perusahaan karoseri yang
terkenal baik
✓ Bus relatif masih baru (4 tahun)
✓ Pengemudi bus dikenal “halus” dalam mengemudi dan menghindari
kecepatan tinggi (over speed)
✓ Standar layanan tinggi oleh bus crew, untuk ticketing, dll sebagai hasil
training yang kontinyu
✓ Tarif tiket medium (ditengah) untuk kategori bis malam eksekutif
✓ Bis berangkat dari pool parkir milik sendiri dengan ruang tunggu yang
nyaman
-
Photo by chuttersnap on Unsplash
58
58
✓ Selalu berangkat tepat waktu
✓ Ruang bagasi besar dan jatah bagasi untuk setiap penumpang lebih
besar dari perusahaan bis yang lain
➢ Weakness
✓ Tidak menyediakan free meal (makan malam dan makanan ringan)
✓ Poll bus umumnya agak di tengah kota yang mace
✓ Trayek bus relatif lebih sedikit dibandingkan pesaing, hanya Jakarta ke
kota kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur
✓ Aktivitas Branding relatif belum dijalankan
✓ Keunggulan layanan relatif belum diketahui sebagian besar konsumen
pengguna bus antar kota
➢ Opportunity
✓ Pasar transportasi dengan bus malam terus berkembang terutama
karena dapat menjangkau banyak kota kecil dalam 1 trayek perjalanan
✓ Generasi milineal yang semakin mendominasi populasi, dimana salah
karaktekteristik adalah menyukai experience (pengalaman) seperti
perjalanan wisata, akan tetapi perhatian pada kualitas dan harga
✓ Tol trans Jawa sudah beroperasi penuh, mempercepat waktu
perjalanan lewat darat
✓ Teknologi bus chassis dan karoseri yang terus berkembang,
meningkatkan keamanan dan kenyamana
✓ Tarif relatif lebih murah dari moda transportasi lainnya (kereta api,
pesawat berbiaya murah dll)
✓ Unsur rekreasi dalam perjalanan darat karena banyak hal yang dapat
dilihat sepanjang perjalanan
✓ Infrastruktur transportasi darat yang semakin baik termasuk terminal
bus antar kota, tempat peristirahatan (rest area) dll
-
59
✓ Perkembangan tekonologi informasi sehingga peluang untuk
penggunaan pada digital marketing dan pembelian tiket secara
online melalui e-commerce
✓ Terkait pandemi Covid 19, Prosedur Kesehatan (Prokes) pada
transportasi darat masih jauh lebih mudah daripada moda
transportasi udara
➢ Threat
✓ Pandemi Covid 19 menyebabkan penerapan prosedur kesehatan
(prokes) yang ketat pada layanan transportasi termasuk bus antar
kota
✓ Pandemi juga membatasi mobilitas manusia yang cenderung
menurunkan perjalanan jika tidak ada keperluan yang sangat
penting
✓ Brand bus antar kota lain umumnya sudah sangat kuat karena
sudah puluhan tahun beroperasi
✓ Persaingan pada layanan bus antar kota cukup ketat, juga dengan
moda transportasi darat lain seperti kereta api dan transportasi
udara
✓ Lalu lintas yang semakin macet terutama di dalam kota karena
jumlah kendaraan yang semakin banyak
60
Adapun kombinasi komponen Analisa SWOT nya adalah sebagai berikut :
1. Strength vs Opportunity
➢ Strategi Harga Ekonomis
• Layanan dengan kualitas yang baik dengan target pasar yang dominan
generasi milenial yangrelatif sensitif terhadap harga (price sensitive),
dilakukan dengan Strategi multitrip dalam 1 trip perjalanan
• Potensi melewati beberapa kota dalam satu perjalanan yang ditunjang
dengan layanan yang berkualitas baik termasuk pool bis yang baik,
memungkinkan untuk melakukan multitrip (banyak tujuan) sehingga
tingkat penuh kapasitas (occupacy rate) dapat dicapai secara optimal
• Terkait pandemi Covid 19, Prosedur Kesehatan (Prokes) pada
transportasi darat masih jauh lebih mudah daripada moda
transportasi udara
➢ Strategi Komunikasi Pemasaran
Keunggulan layanan perlu dikomunikasikan ke target pasar pada pasar
yang sedang berkembang
➢ Strategi Digital Marketing dan E-Commerce
Komunikasi pemasaran yang akan dilakukan disesuaikan dengan target
pasar milenial yang sudah sangat familiar dengan digital marketing dan e-
commerce
61
2. Strength vs Threat
➢ Strategi Komunikasi Pemasaran
Keunggulan layanan perlu dikomunikasikan secara tepat pada situasi
persaingan yang cukup kuat
➢ Strategi Digital Marketing
Strategi komunikasi pemasaran yang efisien juga dapat dilakukan dengan
digital marketing apalagi pada saat pandemi dimana informasi lebih
banyak diperoleh secara digital
➢ Strategi prosedur kesehatan (prokes)
Layanan yang berkualitas perlu disesuaikan dengan prokes dalam rangka
pandemi. Hal ini akan lebih meningkatkan citra layanan yang baik untuk
kepentingan konsumen. Hal ini perlu di komunikasikan lewat semua
saluran komunikasi pemasaran
➢ Strategi Distribusi
Pool bis di pinggir kota dekat dengan pintu tol sehingga mempercepat
proses penjemputan penumpang di tiap kota tanpa terkena kemacetan
62
3. Weakness vs Opportunity
➢ Strategi Komunikasi Pemasaran
Branding yang belum kuat dalam pasar yang tumbuh dengan segmen
mileneal, memerlukan aktivitas komunikasi pemasaran yang agresif
➢ Strategi Digital Marketing
Aktivitas komunikasi pemasaran yang efektif dalam situasi pandemi
adalah dengan menggunakan saluran digital marketing
➢ Strategi Harga Ekonomis
Hanya memberikan layanan utama transportasi dengan kualitas tinggi
(bus, karyawan, pool) sehingga biaya lebih efisien dan terjangkau oleh
target pasar milenial
➢ Strategi multitrip dalam 1 trip perjalanan
Potensi melewati beberapa kota dalam satu perjalanan yang ditunjang
dengan layanan yang berkualitas baik, memungkinkan untuk melakukan
multitrip (banyak tujuan) sehingga tingkat penuh kapasitas (occupacy
rate) dapat dicapai secara optimal. Efisiensi juga dilakukan dengan fokus
hanya pada fungsi utama layanan transportasi yaitu transportasi yang
aman dan nyaman
4. Weakness & Threat
➢ Strategi Komunikasi Pemasaran & Digital Marketing
Komunikasi pemasaran yang cukup efektif sekaligus efisien adalah melalui
digital marketing dalam situasi pandemi
➢ Strategi Distribusi
Pool bis di pinggir kota dekat dengan pintu tol sehingga mempercepat proses
penjemputan penumpang di tiap kota tanpa terkena kemacetan
Sama seperti Analisa SWOT untuk contoh sebelumnya (Brand A), semua
alternatif strategi dan taktik diatas perlu diinventarisir untuk kemudian
ditentukan mana yang akan dijadikan referensi dalam perumusan Strategi
Branding yang akan disusun. Tidak semua perlu diambil, akan tetapi hanya
strategi yang relevan dengan tujuan perusahaan (termasuk Visi & Misi) saja
Bagaimana cara melakukannya, juga cara untuk melakukan perumusan
Strategi Branding yang komprehensif, akan dibahas pada chapter berikutnya
63
Photo by Juan-Encalada-from Unsplash
https://unsplash.com/@cwmonty
64
5. Strategi Branding
Setelah alternatif strategi dan taktik diperoleh dari rangkaian
Analisa SWOT yang telah dilakukan sebelumnya, maka inilah saat suatu
brand untuk mulai masuk ke “gelanggang peperangan” persepsi
konsumen
Tentu, seperti panduan yang telah diberikan oleh Suntzu,
sebelum benar benar turun gelanggang dengan mengerahkan segala
potensi dan perangkat yang dimiliki, sebelumnya harus dirumuskan
dulu Strategi Branding yang akan menjadi acuan dalam setiap langkah
taktik yang akan dilaksanakan pada “peperangan” tersebut. Ini secara
langsung akan mempengaruhi hasil dalam persaingan untuk merebut
“wilayah” persepsi konsumen
Photo by Kaboompics from Pexels
65
Strategi branding sendiri dapat didefinisikan sebagai :
suatu rencana yang mencakup tujuan jangka panjang dan spesifik yang
hanya dapat dicapai dengan perubahan-perubahan dari brand itu sendiri.
Dari definisi tersebut setidaknya strategi mempunyai beberapa unsur
yaitu:
• Suatu Rencana
• Jangka panjang/ menengah
• Spesifik (terperinci, sistematis, dan terintegrasi)
• Perubahan dari brand tersebut (melalui berbagai taktik yang
dilakukan)
Dari chapter sebelumnya, telah kita ketahui bahwa Strategi Branding
diimplementasikan dalam aktivitas sebagai berikut:
1. Segmentasi & Targeting
2. Positioning
Secara terperinci, akan dijelaskan dalam pembahasan berikut :
66
A. Segmentasi & Targeting
Kepada siapa produk dan layanan ditujukan?
Tentu ini adalah pertanyaan yang sangat mudah dijawab jika
ditanyakan pada pemilik brand. Tentu akan dijawab bahwa semua itu
ditujukan kepada konsumen, pelanggan, pengguna akhir, kustomer, klien,
atau apapun istilah yang diberikan pemilik brand kepada pihak pihak yang
membeli brand yang melekat pada produk atau layanan yang
dihasilkannya
Akan tetapi terdapat istilah yang dapat mewakili semua istilah yang
diberikan oleh pemilik brand di atas, yaitu : pasar (market)
Secara umum, pasar dapat didefinisikan sebagai :
serangkaian sistem (tidak hanya sebatas tempat) yang bisa mengatur
kepentingan pihak pembeli terhadap kepentingan pihak penjual.
Sistem tersebut sebagai aturan atas berbagai unsur, yakni semua
pihak terkait seperti pembeli dan penjual, barang dagangan, serta
peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang disepakati. Terlibat juga
peraturan pemerintah yang saling berhubungan, berinteraksi dan
berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya.
Dari definisi di atas dapat kita ketahui bahwa pengertian pasar itu
sangat luas, namun intinya adalah pertukaran barang dan jasa (dari
produsen/penjual) dengan alat pembayaran/uang dari pembeli. Jadi disini
terdapat beberapa unsur dalam definisi pasar :
67
1. Produsen/penjual
2. Pembeli
3. Produk atau layanan (Brand)
4. Interaksi
5. Proses (termasuk berbagai aturan)
Dari unsur pasar seperti tersebut di atas, kita ketahui bahwa subyek
dari pasar adalah produsen/penjual dan pembeli, sedang 3 unsur terakhir
lebih menjadi obyek yang ditentukan oleh subyek dari pasar
Dari definisi di atas, dari sisi produsen sebagai pemilik brand, jika
berbicara mengenai pasar sudah barang tertentu akan berbicara tentang
pembeli sebagai sesama subyek di dalam pasar, dimana pembeli sering
disebut juga sebagai pasar bagi produsen. Karenanya, untuk dapat
melayani pasarnya tersebut dengan baik, produsen sebagai pemilik brand
perlu memiliki pemahaman yang baik mengenai pembeli/pasar
Satu hal terpenting yang perlu dipahami adalah pertanyaan
mengenai siapakah yang paling tepat menjadi target pasar nya?
Ya, pasar memang mencakup pengertian yang sangat luas yang
meliputi semua segmen yang ada dalam pasar. Disini, pemilik brand perlu
memilih berbagai segmen yang dipasar itu, mana yang paling tepat untuk
dilayani dan dapat memberikan respon dan tanggapan terbaik atas
produk dan layanan yang diberikan pemilik brand tersebut. Untuk itulah
pemilik brand perlu melakukan apa yang dikenal sebagai segmentasi
pasar tersebut
68
Secara umum, segmentasi pasar dapat didefinisikan sebagai :
Pemetaan konsumen yang memiliki karakteristik, daya beli, kebutuhan
yang berbeda-beda di dalam situasi pasar tertentu.
Definisi lainnya adalah :
Mempersatukan seluruh konsumen yang tertarget secara luas, menjadi
lebih heterogen. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan efektifitas
pemasaran sekaligus pemanfaatan sumber daya produksi.
Jika kita rangkum kedua definisi di atas, segmentasi pasar dapat berarti :
Upaya untuk membagi pasar yang sangat luas menjadi beberapa bagian
sehingga lebih mudah untuk melakukan pilihan mana yang akan dilayani
oleh pemilik brand dengan mengabaikan yang lain agar lebih dapat fokus
bagian pasar yang telah dipilih tersebut
Berdasarkan definisi ini, pasar dapat dianalogikan sebagai suatu
benua yang sangat luas, dan kemudian dibagi menjadi beberapa negara
untuk dapat menentukan negara mana saja yang perlu kita kunjungi dan
mana yang tidak, sesuai dengan tujuan kunjungan kita tersebut. Itupun,
ketika kita sudah sampai di suatu negara, kita juga ternyata hanya perlu
mengunjungi beberapa propinsi saja dari keseluruhan propinsi yang ada di
negara tersebut
Adapun dari pasar yang sangat luas tersebut, dapat dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu :
69
1. Segmentasi Demografis
Yaitu pembagian pasar yang terkait dengan status manusia dalam
populasi (dinamika kependudukan) dengan variabel :
• Jenis kelamin
Laki laki & Perempuan
• Usia :
Umur yang memungkinkan 0 – xx tahun
• Status keluarga
Belum menikah, menikah, dll
• Ukuran keluarga
Keluarga inti, Keluarga perluasan (extended) seperti
keluarga inti + kakek & nenek
• Tingkat ekonomi
Kelas atas, menengah, bawah, dll
• Pekerjaan
Karyawan, wirausaha, mahasiswa, dll
• Suku & Ras
• Agama
• Dll
2. Segmentasi Geografis
Yaitu pembagian pasar kedalam berbagai unit unit wilayah tertentu,
seperti :
• Kota, pinggir kota, & pedesaan
• Wilayah barat negara, wilayah timur negara, dll
70
3. Segmentasi Psikografis
Yaitu pembagian pasar dengan menggunakan metode psikologi
konsumen dengan karakteristik psikografis seperti :
• Kepribadian
- Terbuka (ekstrovert)
- Tertutup (intovert)
- diantara keduanya (berbagai tingkatan)
• Gaya Hidup
- Sensitif harga (price sensitive)
- Hemat – boros
- Impulse buying (pembelian tidak terencana)
- Hedonis (suka akan kemewahan)
- Dll
• Ketertarikan (Preferensi)
- Hobi : olahraga, seni, indoor, outdoor, dll
- Kebiasaan penggunaan media : media elektronik, media
cetak, media online, dll
- Mengisi waktu luang : melakukan hobi, menyendiri,
bersosialisasi, dll
- Dll
• Opini, sikap, atau kepercayaan
- Sikap politik : pro pemerintah, oposisi, dll
- Sikap keagamaan : Religius, kurang religius dll
- Dll
71
• Nilai yang dianut
- Meliputi berbagai nilai (values), masing masing berbagai
tingkatannya
4. Segmentasi Sosial Budaya
Segmentasi yang didasarkan pada kondisi sosial-budaya. Biasanya
segmentasi pasar ini memiliki variabel seperti sosiologis (kelompok) dan
antropologis (budaya) dibagi dalam segmen yang sesuai tahap pada:
• Daur hidup keluarga :
- keluarga belum ada anak
- keluarga dengan anak
- keluarga dengan anak yang sudah mandiri dan keluar dari
rumah
• Kelas sosial :
- tokoh masyarakat
- masyarakat biasa
- dll
• Budaya dan sub budaya
• Lintas budaya atau segmentasi pemasaran global
72
Dari 4 segmentasi di atas, selain pembagian kedalam variabel
variabel yang telah dibahas diatas yang sangat umum dipergunakan dalam
kegiatan segmentasi pemasaran, sebenarnya masih terdapat banyak
variabel lain yang dapat dipergunakan yang disesuaikan dengan keperluan
Memang tidak semua variabel segmentasi dari 4 kategori
segmentasi yang ada perlu dipergunakan dalam kegiatan segmentasi
pemasaran. Yang penting pemilik brand mengetahui variabel variabel
segmentasi dari 4 kategori segmentasi di atas apa saja yang perlu
dipergunakan dalam melakukan perumusan Strategi Brandingnya
Dan setelah hal tersebut dapat dipahami dan telah ditentukan
variabel apa saja yang akan dipergunakan, barulah pemilik brand dapat
melangkah pada tahap berikutnya dari perumusan Strategi Branding
berikutnya, yaitu Targeting
www,.freepik,.com
73
B. Targeting
Seberapapun besar pasar yang akan dilayani oleh suatu brand, dari
tingkat lokal yang hanya melayani pasar di sekitar tempat brand tersebut
dipasarkan, sampai dengan ingkatt global yang melayani konsumen di
seluruh dunia, pemilik brand harus menentukan bagian pasar mana yang
akan dilayaninya berdasarkan 4 kategori segmentasi seperti yang telah
dibahas sebelumnya
Dari masing masing kategori, telah kita ketahui pula dapat di bagi
lagi menjadi beberapa variabel segmentasi, seperti :
Segmentasi Demografi yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa variabel
seperti :
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Pekerjaan
d. Status Pernikahan
e. Pendidikan
f. Ukuran Keluarga
g. Dll
Pertanyaannya, apakah jika pemilik brand sudah menentukan
kategori segmen dan variabel variabelnya yang akan diambil sebagai
target pasarnya, hal tersebut sudah cukup akurat untuk menetukan target
pasar nya? Belum tentu!
74
Coba kita telaah lebih dalam lagi dari contoh di atas :
Untuk sebuah brand, misalnya minuman ringan (softdrink) seperti
minuman bersoda rasa buah, mengambil segmentasi Demografi untuk
penentuan target pasar nya
➢ Usia : 0 – 90 tahun
Pertanyaannya, apakah usia 0-2 tahun, atau 50- 90 tahun
mengkonsumsi produk tersebut?
➢ Penghasilan : kelas atas paling atas, sampai dengan kelas bawah
paling bawah
Pertanyaannya, apakah kelas atas yang paling atas masih
mengkonsumsi minuman bersoda yang relatif kurang sehat, atau
kelompok bawah paling bawah punya kemampuan untuk
membelinya?
➢ Pendidikan : TK – Universitas (S1/S2/S3)
Pertanyaannya apakah lulusan Universitas di bidang kesehatan
masih mengkonsumsi minuman bersoda yang relatif kurang sehat
➢ Ukuran Keluarga : keluarga inti belum ada anak – keluarga inti
dengan anak
Pertanyannya, apakah potensi membeli brand ini lebih besar pada
keluarga dengan anak kecil yang umumnya suka minuman bersoda,
atau pada keluarga yang belum ada anak
➢ Dan variabel lainnya
75
Dari pembahasan tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa di
setiap variabel segmentasi terdapat beberapa pilihan unsur variabel yang
bersifat spesifik dan masing masing mempunyai karakter yang berbeda
beda dan mempunyai dampak yang berbeda pula terhadap brand
Misalnya pada contoh di atas, usia 0 – 2 tahun tentu belum bisa
mengkonsumsi minuman bersoda, demikian pula usia 50 – 90 tahun yang
umumnya tidak mengkonsumsi minuman bersoda dengan pertimbangan
menjaga kesehatan
Sehingga yang dapat diambil sebagai target pasar adalah usia 2 – 50
tahun. Itu pun potensinya lebih besar pads usia 2 – 20 tahun
dibandingkan dengan usia 40-50 tahun yang lebih suka minuman lain
seperti kopi, teh, atau justru minuman isotonik yang berisi berbagai
mineral untuk meningkatkan energi
Oleh sebab itu, dari setiap variabel segmentasi yang terdiri
beberapa unsur, perlu di seleksi dan dipilih unsur yang masih potensial
mengkonsumsi suatu brand dan mengabaikan unsur lainnya. Proses
pemilihan (seleksi) inilah yang disebut sebagai Targeting.
76
Secara umum Targeting didefinisikan sebagai :
Tindakan menilai ketertarikan dan minat dari beragam segmen pasar,
kemudian menentukan segmen pasar mana yang akan Anda jadikan
sebagai target pasar.
Target pasar dipahami sebagai kelompok yang dipilih oleh suatu
bisnis untuk dijadikan sebagai calon pelanggan dengan melakukan
penargetan dan segmentasi.
Sekali target pasar telah dipilih, maka semua strategi dan taktik
branding harus di fokuskan pada target pasar tersebut, agar segala
sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat secara efektif dan efisien
dialokasikan dalam setiap aktivitas branding untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
Terdapat beberapa metode dalam melakukan Targeting :
1.Undifferenteated Marketing
Dalam metode targeting ini, setelah pemilik brand melakukan
segmentasi pemasaran dan memilih variabel variabel nya yang akan
menjadi target pasarnya, pemilik brand kemudian menjadikannya sebagai
target pasar sebagai satu target pasar tanpa dibeda bedakan lagi.
Karena dianggap satu target pasar yang sama, maka segala strategi
dan taktik yang kemudian akan diterapkan oleh pemilik brand akan sama
untuk setiap konsumen yang menjadi target pasarnya tersebut
https://unsplash.com/@cwmonty
77
Contoh :
✓ Minimarket yang berada di suatu terminal bis, akan menjadikan semua
pengunjung terminal bis tersebut sebagai target pasarnya tanpa membeda
bedakannya lagi, semua dilayani secara sama
✓ Pengemudi angkutan kota, akan menganggap semua orang yang akan
menggunakan angkutan kota sebagai target pasarnya tanpa membeda
bedakannya lagi, semua akan dianggap sama
2. Differented Marketing
Dalam metode targeting ini, pemilik brand melakukan segmentasi
pemasaran dan memilih variabel variabel nya yang akan menjadi target
pasarnya, kemudian target pasar yang telah dipilihnya tersebut akan dibagi
menjadi beberapa bagian dari target pasar yang masing masing akan dilayani
dan diperlakukan secara berbeda
Contoh :
✓ Pemilik warung bakso yang berada di kios di suatu komplek perumahan
yang kemudian membuka kios di foodcourt di suatu mall,. Walaupun
secara resep dan menu di kedua tempat tersebut relatif tidak berbeda,
akan tetapi untuk keduanya dapat ditentukan target pasar yang berbeda
dan dapat diberikan layanan yang berbeda dari sisi :
- Brand
- Harga
- Tempat dan fasilitas
- Program promosi
- Layanan konsumen, misalnya ucapan salam (greeting
78
✓ Pemilik pencucian dan salon mobil dengan target pasar pemilik mobil
yang tidak biasa mencuci mobilnya sendiri, akan membagi target
pasar sesuai lokasi outlet,.
Outlet di perumahan mewah tentu target pasarnya beda dengan outlet di
perumahan menengah. Layanan yang diberikan pun juga bisa dibedakan
walaupun masih menggunakan brand yang sama
2. Concentred Marketing
Dalam metode targeting ini, pemilik brand melakukan segmentasi
pemasaran dan memilih variabel variabel nya yang akan menjadi target
pasarnya, dan hanya fokus pada target pasar tertentu walaupun
sebenarnya potensi target pasarnya lebih besar dari yang dipilih tersebut
dengan tujuan agar dapat fokus melayani target pasar tertentu yang
memberikan keuntungan yang jauh lebih besar
Contoh :
✓ Pemilik brand jam tangan yang walaupun mempunyai kemampuan
memproduksi jam dalam berbagai tingkat kualitas, tapi memilih fokus
memproduksi jam tangan kualitas tinggi untuk melayani target pasar
premium yang memberikan keuntungan yang jauh lebih besar.
Sehingga dapat lebih fokus melayani konsumen premiun
✓ Perusahaan layanan internet (internet service provider) yang memiliki
teknologi untuk layanan internet kecepatan tinggi (premium) dan
kecepatan menengah (economy) akan tetapi memutuskan untuk
melayani target pasar economy dengan pertimbangan pasar yang
lebih luas dan lebih menguntungkan
79
Apapun metode targeting yang akan dilakukan, pemilik brand
dalam penetapan target pasar perlu mempertimbangkan hal hal sebagai
berikut :
1. Ukuran pasar
Harus cukup besar untuk dapat memberikan potensi penjualan
yang akan memberikan keuntungan yang diinginkan
2. Perbedaan
Perbedaan antar target pasar cukup jelas, sehingga perbedaan
layanan juga lebih mudah dilakukan
3. Keuntungan
Target pasar dapat memberikan keuntungan sesuai yang ditetapkan
4. Dapat diakses
Target pasar dapat diakses dengan mudah oleh pemilik brand
Satu kali target pasar sudah ditentukan, saat itu pulalah pemilik
brand sudah harus fokus untuk hanya memikirkan dan melayani nya tanpa
memperhatikan bagian pasar yang lainnya. Semua sumber daya yang
dimiliki pemilik brand sudah harus dialokasikan pada target pasar yang
telah dipilih tersebut
Hal inipun juga berlaku pada saat perumusan Strategi Branding
selanjutnya, yaitu pembentukan persepsi tertentu yang spesifik dari brand
dalam pikiran target pasar atau yang biasa disebut dengan positioning itu.
80
Hal inipun juga berlaku pada saat perumusan Strategi Branding
selanjutnya, yaitu pembentukan persepsi tertentu yang spesifik dari brand
dalam pikiran target pasar atau yang biasa disebut dengan positioning itu.
Apapun positioning yang akan dirumuskan, semua harus mengacu
pada persepsi dari target pasar yang telah dipilih, termasuk pada
implementasi berbagai Taktik Branding sebagai implementasinya
tersebut. Adapun secara rinci, positioning akan dibahas pada bagian
selanjutnya dari chapter ini
C. Positioning
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, positioning
(pasar) dapat didefinisikan sebagai berikut :
Metode untuk membentuk persepsi tertentu yang spesifik dalam pikiran
target pasar oleh suatu brand, sehingga dapat terbentuk posisi yang
spesifik dalam persepsi/pikiran target pasar sesuai dengan yang
diinginkan pemilik brand, yang berbeda dengan posisi pesaingnya
Dalam melakukan proses positioning, pemilik brand perlu untuk
memahami tujuan dari dilakukannya perumusan strategi positioning,
sebagai berikut :
81
✓ Menempatkan brand pada pasar tertentu supaya brand berbeda
dengan pesaing serup
✓ Menyampaikan image/citra atau atribut yang berkenaan dengan
brand kepada konsumen
✓ Menciptakan keyakinan akan brand kepada konsumen
✓ Memenuhi kebutuhan produk sesuai segmentasi pasar
Menurut Philip Kotler, seorang professor marketing yang sangat dikenal
itu, positioning dapat dilakukan dengan berbagai bentuk :
1. Atribut Produk
Metode positioning dengan mendasarkan pada atribut produk
seperti ukuran, simbol, warna, dan lainnya. Semua atribut tersebut
masih berkaitan erat dengan nilai nilai yang melekat pada target
pasarnya
Contoh positioning :
- Sebuah brand pulpen :
Pulpen mini yang mudah untuk menulis dan mudah dibawa,
dengan warna yang cerah dan dinamis
2. Manfaat Produk
Metode positioning dengan mendasarkan pada manfaat produk,
dengan menonjolkan manfaat yang lebih baik dari pesaingnya
82
Contoh positioning :
-Sebuah brand parfum yang diklaim dapat melembutkan kulit :
Parfum dengan cita rasa wewangian yang lembut dan elegan, yang dapat
melembutkan kulit anda
3. Harga Produk
Metode positioning dengan mendasarkan pada harga produk, apakah
akan menerapkan harga premium yang tinggi atau harga ekonomis yang
murah
Contoh positioning :
- Brand tas dengan ekonomis
Tas dengan desain eksklusif dengan kualitas yang baik, tetap dengan
harga yang sangat bersaing
4. Pemakai Produk
Metode positioning yang mendasarkan pada pemakai produk
Contoh positioning :
Brand makanan ringan untuk remaja
Camilan lezat dan trendy yang memberikan energi pada generasi milenial
5. Menurut pesaing
Metode positioning dengan mendasarkan pada perbandingan
dengan pesaing
83
Contoh positioning :
Air mineral dalam kemasan yang ingin dicitrakan dengan kesehatan :
Air mineral dari sumber mata air yang murni alami dan diproses secara
hygenies yang juga akan menjaga kesehatan anda
6. Kategori Produk
Metode positioning dengan mendasarkan pada klaim keunggulan di
kategorinya dibanding pesaing
Contoh positioning :
Brand cuci piring :
Pencuci piring yang wangi membersihkan dan menjadi pilihan nomer 1
para ibu
Untuk dapat lebih memahami keterkaitan antara positioning dengan
keseluruhan strategi Branding, berikut akan dibahas dalam studi kasus
dengan menggunakan kasus produk elektronik premium dan layanan
transportasi bus antar kota seperti dalam pembahasan studi kasus analisa
lingkungan perusahaan pada chapter sebelumnya
84
Studi kasus :
A. Produk Elektronik Rumah Tangga (small appliances) Premium
1. Segmentasi
a. Segmentasi Demografi
- Usia : 0 – 90 tahun
- Jenis Kelamin : Laki laki dan perempuan
- Tingkat ekonomi : Kelas Ekonomi (SES) Atas (A) – Bawah (E)
- Pendidikan : SD – Universitas
- Status Pernikahan : Belum menikah – Sudah menikah
- Ukuran Keluarga : Keluarga inti – Keluarga perluasan (extended)
b. Segmentasi Geografis
- Wilayah Distribusi : Nasional
- Lokasi Distribusi : Urban (kota), Sub urban (pinggir kota dan
kota kecil), Rural (Desa)
85
c. Segmentasi Psikografis
- Kepribadian : Ekstrovert, Introvert
- Gaya hidup : fokus kualitas – sensitif harga, gaya hidup sehat –
gaya hidup tidak sehat, pelopor atau pengikut, rasa ingin tahu –
apatis, sosialisasi – individualis dll
- Minat :
Minat makan sehat – minat makanan fastfood/junk food,
minat olah raga – tidak minat olah raga, minat masak – tidak
minat masak dll
- Opini
Kesehatan dimulai dari pengolahan makanan – Kesehatan
dimulai dari olah raga, dll
- Nilai
Menjaga kesehatan adalah yang terpenting – menikmati
hidup dengan makanan lezat walau tidak sehat
d. Segmentasi Sosial & Budaya
- Daur hidup keluarga
Keluarga belum ada anak – dengan anak
- Posisi sosial
Pemberi pengaruh (influencer) – pengikut yang awam
- Budaya
Adat istiadat di masing masing area distribusi
86
2. Targeting
Dari sekian banyak variabel segmentasi yang tersedia seperti tersebut di
atas, pemilik brand akan memilih yang paling tepat dengan target pasar
yang akan dipilih yang paling memberikan keuntungan yang paling besar
untuk brand
Untuk kasus produk elektronik premium, target pasar yang dipilih
adalah :
a. Segmentasi Demografi
- Usia : 25 – 50 tahun
- Jenis kelamin : Laki laki dan perempuan
- Tingkat Ekonomi : SES Atas (A) – Menengah atas (B)
- Pendidikan : SMA – Universitas
- Status pernikahan : menikah
- Ukuran Keluarga : keluarga inti
b. Segmentasi Demografi
Area Distribusi : Urban & Sub Urbab
c. Segmentasi Psikografis
- Kepribadian :
Introvert & Ekstrovert
- Gaya hidup
Perhatian pada kualitas, perhatian pada menjaga kesehatan,
perhatian pada pengolahan makanan pribadi (self cook)
- Ketertarikan
Minat pada pengolahan makanan (food process), minat pada
makanan sehat, dan minat pada olahraga serta kegiatan
outdoor
87
- Opini
Opini kesehatan dimulai dari makanan yang sehat dan diolah
secara sehat pula
- Nilai
Menjaga kesehatan termasuk hal yang terpenting
d. Segmentasi Sosial Budaya
- Daur hidup keluarga
Keluarga dengan anak
- Budaya
Nilai universal dalam menjaga (kesehatan keluarga)
- Lintas Budaya
Brand global dengan budaya perhatian pada kualitas dan
inovasi tinggi
3. Positioning
Dari Targeting yang dilakukan, target pasar yang dipilih mempunyai
karakteristik seperti :
✓ Perhatian pada kualitas produk, bukan pada harga
✓ Perhatian pada keluarga
✓ Perhatian pada makanan sehat dan menjaga kesehatan
✓ Gaya hidup sehat
Berdasarkan hal tersebut, maka positioning yang tepat untuk brand
tersebut adalah :
Peralatan rumah tangga elektronik berkualitas untuk pengolahan
makanan sehat yang akan mendukung gaya hidup sehat keluarga anda
88
B.Layanan Transportasi Bus Antar Kota (Executive – AC)
1. Segmentasi
a. Segmentasi Demografi
- Usia : 0 – 70 tahun
- Jenis Kelamin : Laki laki dan perempuan
- Tingkat ekonomi : Kelas Ekonomi (SES) Atas (A) – Bawah (E)
- Pendidikan : SD – Universitas
- Status Pernikahan : Belum menikah – Sudah menikah
- Ukuran Keluarga : Keluarga inti – Keluarga perluasan (extended)
b. Segmentasi Geografis
- Wilayah Distribusi : Kota kota di Pulau Jawa
- Lokasi Distribusi : Urban (kota), Sub urban (pinggir kota dan
kota kecil), Rural (Desa)
89
c. Segmentasi Psikografis
- Kepribadian : Ekstrovert, Introvert
- Gaya hidup :
Perhatian dengan kualitas – perhatiaan dengan harga,
Perhatian pada kenyamanan & keamanan – perhatian pada
kecepatan perjalanan, perhatian pada kepraktisan –
perhatian pada kemewahan, perhatian pada pengalaman
perjalanan, dll
- Ketertarikan :
Minat pada kenyamanan dan keamanan, minat pada
kepraktisan - minat pada kemewahan, minat kepada
kecepatan perjalanan – minat pengalaman perjalanan, dll
- Opini
Perjalanan yang penting adalah aman dan nyaman,
kecepatan adalah yang terpenting dalam perjalanan, selain
fasilitas diperlukan juga benefit tambahan, dll
- Nilai
Perhatian pada kualitas dapat dilakukan dengan harga yang
efisien juga, Kecepatan dan tepat waktu adalah fokus dari
layanan transportasi, Nyaman tidak harus mewah, dll
d. Segmentasi Sosial & Budaya
- Daur hidup keluarga
Keluarga belum ada anak – dengan anak
- Posisi sosial
Pemberi pengaruh (influencer) – pengikut yang awam
- Budaya
Adat istiadat di masing masing area distribusi
90
2. Targeting
Dari sekian banyak variabel segmentasi yang tersedia seperti tersebut di
atas, pemilik brand akan memilih yang paling tepat dengan target pasar
yang akan dipilih yang paling memberikan keuntungan yang paling besar
untuk brand
a. Segmentasi Demografi
- Usia : Target utama : 17 – 40 (milenial), target kedua : 41 - 60
- Jenis kelamin : Laki laki dan perempuan
- Tingkat Ekonomi : SES Menegah Atas (B) – Menengah bawah (C)
- Pendidikan : SMP – Universitas
- Status pernikahan : Belum menikah, menikah
- Ukuran Keluarga : keluarga inti dan keluarga perluasan
(extended)
b. Segmentasi Demografi
Area Distribusi : Urban, Sub Urban, Rural
c. Segmentasi Psikografis
- Kepribadian :
Introvert & Ekstrovert
- Gaya hidup
Perhatian pada kenyamanan dan keamanan, Perhatian pada
kepraktisan, Perhatian pada harga yang ekonomis, pola pikir
dinamis dan mengikuti trend
-
91
- Ketertarikan
Minat pada informasi yang updated, minat pada pengalaman
dalam perjalanan, minat untuk melakukan perjalanan
(traveling)
- Opini
Perjalanan yang terpenting adalah pengalaman (experience),
Kenyamanan adalah yang terpenting
- Nilai
Kualitas dan harga harus seimbang, perhatian pada harga
yang tepat, kebersamaan dalam
Perjalanan
d. Segmentasi Sosial Budaya
- Daur hidup keluarga
Belum berkeluarga, keluarga dengan anak (belum dewasa)
- Budaya
Mempersiapkan perjalanan dengan baik, kebersamaan dalam
perjalanan
3. Positioning
Dari Targeting yang dilakukan, target pasar yang dipilih mempunyai
karakteristik seperti :
- Perhatian pada kenyamanan dan keamanan
- Perhatian pada harga yang bersaing
- Perhatian pada kepraktisan dalam perjalanan
-Perhatian pada pengalaman dalam perjalanan
-Perhatian pada informasi dan online entertainment
Dari karakteristik target pasar tersebut, untuk mendapatkan posisi terbaik
dalam persepsi konsumen yang membedakannya dengan pesaing, maka
dapat dirumuskan positioning sebagai berikut :
Perjalanan aman, nyaman, dan mudah yang akan memberikan
pengalaman perjalanan menyenangkan yang terjangkau
92
Photo by Ivan Bertolazzi from Pexels
93
6. Taktik Branding
Usaha dan keberanian tidak cukup tanpa tujuan dan arah perencanaan
John F Kennedy
Sekali Strategi Branding telah dirumuskan dan ditetapkan, dan juga
disetujui oleh Manajemen Puncak, maka 50% kemenangan sudah berada
didalam genggaman tangan.
Berlebihan dan over confidence kah ??
Tergantung! Lha, maksudnya apa??
www.freepik.com
94
94
https://unsplash.com/@markusspiske
94
Maksudnya, tergantung pada bagaimana anda merumuskan Strategi
Branding yang terdiri Segmentasi, Targeting, & Positioning (STP) itu. Jika
ketika pemilik brand melakukannya dengan :
1. Melakukan Analisa Lingkungan (SWOT)
Untuk menjadi rujukan dalam melakukan pengumpulan dan analisa
data terkait Segmentasi, Targeting, & Positioning (STP)
2. Berdasarkan data obyektif
Semua proses perumusan strategi Branding menggunakan data
yang obyektif dan menghindarkan opini dan penilaian subyektif.
Data dapat diperoleh dari :
✓ Data Primer, diperoleh dari riset dan pengumpulan data secara
langsung
✓ Data Sekuder, diperoleh dari studi dari buku dan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh pihak lain
3. Dilakukan oleh tim yang dibentuk khusus (adhoc) yang dipimpin
oleh personal Marketing dan bertanggung jawab langsung ke
Manajemen Puncak
4. Berbasis diskusi dan brainstorming
Analisa data dan perumusan strategi dilakukan dalam proses diskusi
dan brainstorming dengan menggunakan berbagai metode yang
ada, seperti fishbone methods dll
5. Dukungan penuh dari Manajemen Puncak dalam setiap proses yang
berjalan
95
95
maka Strategi Branding yang sudah disusun dengan proses yang
benar tersebut akan menghasilkan perencanaan (planning) yang secara
tepat akan mengarahkan pada Taktik Branding yang paling efektif dan
efisien bagi suatu brand. Pada akhirnya, hal ini akan mengarahkan pada
kemenangan merebut posisi terbaik pada persepsi target pasar
Karenanya, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa setengah
keberhasilan datang dari strategi Branding tersebut.
Walaupun demikian, setengah kemenangan yang sudah “ditangan”
tersebut dapat menjadi sia sia jika Strategi Branding tersebut tidak dapat
diimplementasikan dengan berbagai rencana taktik yang tepat dan di
eksekusi secara tepat pula. Karenanya, setelah Strategi Branding selesai
dirumuskan dan kemudian ditetapkan, tugas berikutnya adalah
bagaimana merumuskan Taktik Marketing sebagai implementasinya
Untuk melakukan perumusan Taktik Marketing ini dapat dilakukan
oleh tim adhoc yang sebelumnya telah bertugas merumuskan Strategi
Branding. Hal ini terutama jika tim adhoc adalah tim kecil yang terdiri dari
beberapa orang saja.
Akan tetapi jika dengan pertimbangan kompleksnya data dan
informasi yang harus diolah dan dianalisa, sehingga memerlukan tim
adhoc untuk perumusan Strategi Marketing dengan anggota yang cukup
besar, perumusan Taktik Marketing ini sebaiknya dilakukan sebagian kecil
dari anggota tim adhoc ini. Pilihlah anggota tim yang benar benar
kompeten dalam hal ini, umumnya berasal dari Divisi Marketing.
96
Hal ini dikarenakan perumusan Taktik Marketing adalah suatu
proses yang panjang, komprehensif, dan terintegratif, sehingga untuk
memastikan semuanya dapat dirumuskan dan direncanakan secara
konsistent dan terintegrasi, maka yang terbaik adalah disusun oleh
sedikit orang. Toh adanya Strategi Branding yang merupakan hasil
brainstorming banyak pihak tersebut itu dapat menjadikan panduan
dalam perumusan dan implementasi Taktik Marketing sehingga
memperkecil kemungkinan terjadinya penyimpangan (deviasi).
Karenanya, berbeda dengan perumusan Strategi Branding yang
memang memerlukan diskusi dan brainstorming dari banyak pihak di
berbagai bagian perusahaan, perumusan Taktik Marketing dapat
dilakukan oleh 1 atau beberapa orang saja, walau juga tetap
memerlukan berbagai informasi dari pihak lain dalam proses
perumusan tersebut. Dan inilah yang kemudian menjadi tugas seorang
Brand Manager dan/atau Marketing Manager
Brand atau Marketing Manager umumnya dalam merumuskan
Taktik Marketing sebagai implementasi dari Strategi Branding itu
dibatasi oleh :
1. Periode tertentu
Misalnya untuk periode 1 tahun
2. Dana (Budget) tertentu
Ditentukan dengan kriteria tertentu, misal persentase tertentu dari
nilai penjualan pada periode tertentu seperti pada point 1
97
Adapun proses yang perlu dilakukan dalam perumusan Taktik Marketing
adalah sebagai berikut :
1. Inventarisir hasil analisa SWOT dan Strategi Branding yang sudah
dirumuskan dan dilakukan sebelnya
2. Mencari informasi tambahan terkait dengan perumusan unsur Taktik
Marketing, yang biasa disebut dengan ” 7 P's” itu :
- Product
- Price
- Place
- Promotion
- People
- Process
- Physical Evidence
3. Merumuskan berbagai aktivitas Taktik Marketing pada masing
masing unsurnya (7 P's) dengan memperhatikan konsistensi dan
integrasi antar aktivitas Taktik Marketing tersebut
4. Tentukan Budget total untuk semua aktivitas Taktik Marketing
5. Tentukan besaran budget yang diperlukan untuk setiap aktivitas
Taktik Marketing yang direncanakan
6. Setiap aktivitas Taktik Marketing yang telah mendapatkan alokasi
budget tersebut sesuai dengan point no 5, kemudian di bagi menjadi
beberapa aktivitas dalam periode yang sudah ditentukan
7. Membuat time schedule (penjadwalan) seperti pada point 6 untuk
setiap aktivitas Taktik Marketing
98
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam perumusan Taktik
Marketing dalam hal inventarisasi Analisa SWOT dan Strategi Branding,
akan menggunakan 2 studi kasus yang telah digunakan pada pembahasan
chapter sebelumnya, yaitu untuk brand produk elektronik rumah tangga
(small appliances) dan layanan transportasi angkutan umum bus antar
kota (executive AC)
STUDI KASUS
A. Brand Elektronik Rumah Tangga (Small Appliances)
1. Inventarisir data Analisa SWOT
Beberapa alternatif Strategi/Taktik yang bisa dilakukan disesuaikan
dengan lingkungan perusahaan :
a. Strategi Harga Premium
b. Strategi Digital Marketing
c. Strategi Customer Experience melalui even t
d. Strategi Visual
e. Strategi Komunikasi Pemasarsan
f. Strategi E-Commerce
g. Strategi Inventory
h. Strategi Pengembangan Distribusi
i. Strategi pengembangan distribusi
j. Strategi pengembangan service
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso
Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso

Más contenido relacionado

Similar a Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso

Proposal kewirausahaan jagung bakar
Proposal kewirausahaan jagung bakarProposal kewirausahaan jagung bakar
Proposal kewirausahaan jagung bakar
arief rahman
 
rumah makan bakso cinta
rumah makan bakso cintarumah makan bakso cinta
rumah makan bakso cinta
Moh Said
 
TUGAS KWU.pptx
TUGAS KWU.pptxTUGAS KWU.pptx
TUGAS KWU.pptx
DJGemoy
 
Membuat SOP (Standard Operating Procedure)
Membuat SOP (Standard Operating Procedure)Membuat SOP (Standard Operating Procedure)
Membuat SOP (Standard Operating Procedure)
andhi dian
 
210050096 rancangan produk manajemen bisnis.pdf
210050096 rancangan produk manajemen bisnis.pdf210050096 rancangan produk manajemen bisnis.pdf
210050096 rancangan produk manajemen bisnis.pdf
Komangary1
 

Similar a Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso (20)

Cindy
CindyCindy
Cindy
 
iklan line.pptx
iklan line.pptxiklan line.pptx
iklan line.pptx
 
Proposal kewirausahaan jagung bakar
Proposal kewirausahaan jagung bakarProposal kewirausahaan jagung bakar
Proposal kewirausahaan jagung bakar
 
MODULE - Cashier Customer Services & Selling Skills.pdf
MODULE - Cashier Customer Services & Selling Skills.pdfMODULE - Cashier Customer Services & Selling Skills.pdf
MODULE - Cashier Customer Services & Selling Skills.pdf
 
190482 acara workshop 3
190482 acara workshop 3190482 acara workshop 3
190482 acara workshop 3
 
Skb makalah
Skb makalahSkb makalah
Skb makalah
 
Proposal bisnis
Proposal bisnisProposal bisnis
Proposal bisnis
 
Manajemen mutu.dox
Manajemen mutu.doxManajemen mutu.dox
Manajemen mutu.dox
 
Guerilla marketing
Guerilla marketingGuerilla marketing
Guerilla marketing
 
rumah makan bakso cinta
rumah makan bakso cintarumah makan bakso cinta
rumah makan bakso cinta
 
Bisnis BBM Eceran (Premium, Pertalite, dan Pertamax) yang ada di desa saya. s...
Bisnis BBM Eceran (Premium, Pertalite, dan Pertamax) yang ada di desa saya. s...Bisnis BBM Eceran (Premium, Pertalite, dan Pertamax) yang ada di desa saya. s...
Bisnis BBM Eceran (Premium, Pertalite, dan Pertamax) yang ada di desa saya. s...
 
product knowledge
product knowledgeproduct knowledge
product knowledge
 
TUGAS KWU.pptx
TUGAS KWU.pptxTUGAS KWU.pptx
TUGAS KWU.pptx
 
PPT.pptx
PPT.pptxPPT.pptx
PPT.pptx
 
Membuat SOP (Standard Operating Procedure)
Membuat SOP (Standard Operating Procedure)Membuat SOP (Standard Operating Procedure)
Membuat SOP (Standard Operating Procedure)
 
Marketing Revolusion Menurut Tung Dasem Waringin
Marketing Revolusion Menurut Tung Dasem WaringinMarketing Revolusion Menurut Tung Dasem Waringin
Marketing Revolusion Menurut Tung Dasem Waringin
 
Bisnis plan
Bisnis planBisnis plan
Bisnis plan
 
tugas Laporan penjualan
tugas Laporan penjualantugas Laporan penjualan
tugas Laporan penjualan
 
210050096 rancangan produk manajemen bisnis.pdf
210050096 rancangan produk manajemen bisnis.pdf210050096 rancangan produk manajemen bisnis.pdf
210050096 rancangan produk manajemen bisnis.pdf
 
Proposal siti fix
Proposal siti fixProposal siti fix
Proposal siti fix
 

Más de Dwi Hertyanto Santoso

Más de Dwi Hertyanto Santoso (12)

Branding Mistakes - Final.pdf
Branding Mistakes - Final.pdfBranding Mistakes - Final.pdf
Branding Mistakes - Final.pdf
 
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H SantosoNovel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Merawat Takdir Cinta by Dwi H Santoso
 
Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H SantosoNovel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
 
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H SantosoNovel - Semua Demi Cinta by Dwi H Santoso
Novel - Semua Demi Cinta by Dwi H Santoso
 
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H Santoso
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H SantosoNovel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H Santoso
Novel - Semua Bisa Kena : Kisah Penyintas Serangan Jantung by Dwi H Santoso
 
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif by Dwi H Santoso
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif  by Dwi H SantosoBuku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif  by Dwi H Santoso
Buku - Trade & Shopper Marketing : Sebuah Perspektif by Dwi H Santoso
 
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H Santoso
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H SantosoBuku - Bosque Otoriter by Dwi H Santoso
Buku - Bosque Otoriter by Dwi H Santoso
 
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H Santoso
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H SantosoNovel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H Santoso
Novel - Citaku Berawal dari Pesantren by Dwi H Santoso
 
Rasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggalRasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggal
 
Marketing saat Krisis : Dampak & Solusi
Marketing saat Krisis : Dampak & SolusiMarketing saat Krisis : Dampak & Solusi
Marketing saat Krisis : Dampak & Solusi
 
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKM
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKMKembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKM
Kembangkan Layar Arungi Asa : Strategi MArketing untuk UMKM
 
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati Badai
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati BadaiMarketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati Badai
Marketing di New Normal : Strategi & Taktik Melewati Badai
 

Buku - #BFNBC Branding For Non Branding Company by Dwi H Santoso

  • 1. #BFNBC BRANDING FOR NON BRANDING COMPANY Dwi H Santoso  insanmandiricendekia
  • 2.
  • 3. #BFNBC BRANDING FOR NON BRANDING COMPANY Dwi H Santoso  insanmandiricendekia
  • 4. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun tanpa ijin dari penulis. #BFNBC – Branding For Non Branding Company Penulis : Dwi H Santoso Cover : Image by jcomp from Freepik ISBN : 978 -623-6996-16-4 Penerbit: PT Insan Mandiri Cendekia Redaksi: Gedung Palma One lantai 7 Suite 709 Jl. Rasuna Said Kav X2 Kuningan Jakarta Selatan 12950 Telp : (021) 522 8094 Cetakan Pertama, Juni 2021
  • 5. Memulai memang bukanlah langkah yang mudah Melakukannya dengan langkah yang benarlah yang akan membuatnya ringan (Dwi H Santoso)
  • 6. Belum melakukan bukanlah berarti anda tidak punya kemampuan untuk melakukannya. Anda hanyalah belum memulai! Pun halnya dalam Branding. Dan jika kesadaran untuk melakukan aktifitas Branding sudah tumbuh dalam diri dan perusahaan anda, anda hanyalah tinggal memulai untuk melakukannya. Tentunya memulai dengan ayunan langkah yang benar, dan tetap melanjutkannya dengan cara yang benar pula Buku ini mencoba untuk memberikan sedikit inspirasi bagi anda untuk memulai dan melakukan Branding pada produk atau layanan anda secara benar. Dilengkap dengan beberapa studi kasus terkait Branding untuk memahami komplekasitasnya dan membuatnya menjadi lebih mudah untuk dipahami Semoga apa yang anda cari dapat anda temukan di buku ini Bogor, Juni 2021 Dwi H Santoso Kata Pengantar iii
  • 7. iv Daftar Isi Ada Apa Dengan Branding (AADB) ? ………. 1 Marketing atau Branding ? ………. 16 Lingkungan Perusahaan ………. 28 Analisa Lingkungan Perusahaan ………. 41 Strategi Branding ………. 64 Taktik Branding ………. 93 Strategi Produk ………. 105 Stratagi Price (Harga) ………. 121 Strategi Price (Distribusi)l ………. 131 Strategi Promotion (Komunikasi Pemasaran) ………. 141 Strategi Proses ………. 151 Strategi People ………. 164 Strategi Physical Evidence (Bukti Fisik) ………. 177 Strategi Digital Marketing ………. 185 Studi Kasus 1 ………. 201 Studi Kasus 2 ………. 223 Presentasi dan Persetujuan Management ………. 245 Rangkuman ………. 252 Daftar Pustaka Profil Penulis
  • 8.
  • 9. 1 1. Ada Apa Dengan Branding (AADB) ? Kenapa harus branding ?? Pertanyaan sederhana yang mungkin tidak cukup 7 hari 7 malam untuk menjawabnya. Iya kenapa? Bukankah selama ini banyak produk dan layanan yang tidak perlu repot repot melakukan kegiatan branding, toh tetap saja jualannya laku dan pada akhirnya brand (merek) nya dikenal orang. Tidak perlu susah susah merenung renung membuat strategi atau bersusah payah melakukan event untuk menarik perhatian orang atau bahkan melakukan promo agar harganya menarik di toko ? Photo by Fikri Rasyid on Unsplash
  • 10. https://unsplash.com/@honeypoppet 2 Buktinya? Banyak, ini misalnya: 1. Abang bakso Pak Kumis di pengkolan jalan, dulunya hanya pakai gerobak dorong untuk berdagang. Kemudian berkembang jadi warung semi permanen di tempat yang sama. Konsumennya juga bertambah banyak tidak hanya di sekitar warungnya saja, akan tetapi juga dari tempat yang jauh. Tiap hari banyak mobil dan motor parkir untuk makan di sana. Karena konsumen makin banyak dan keuntungan sudah bisa untuk investasi tempat, saat ini sudah punya lokasi dengan bangunan cukup megah di atas lahan yang cukup luas. Dan kelihatannya tidak ada kegiatan branding yang dilakukan kecuali pasang plang nama saja di tempat jualan bakso nya, tapi bisa dikenal banyak orang 2. Toko assesories handphone di ruko depan kompleks perumahan sangat ramai dan laris dibandingkan dengan toko assories handphone lain disekitarnya. Pilihan produk dan design nya memang lebih banyak, dan harganya relatif lebih murah dari yang lain sebab toko itu berani ambil stok banyak ke distributor sehingga dapat harga lebih murah, selain memang hubungannya dengan distributor sangat baik. Tapi selain itu, tampaknya tidak ada lagi yang dilakukannya, apalagi dibidang branding. Tapi kenapa tetap banyak dicari konsumen? 3. Abang jualan gorengan dengan bermotor roda 3 (dengan bak terbuka) di kompleks perumahan yang produknya terkenal dan banyak dicari (baca : ditunggu) konsumennya. Padahal produknya samalah dengan tukang gorengan yang biasa mangkal di depan komplek. Rasa dan variannya juga relatif tidak berbeda.
  • 11. 3 3. Misalnya singkong, mau digoreng dengan minyak goreng apapun hasilnya akan tetap. Memang ada keunggulan seperti produk dapat digoreng sesuai permintaan konsumen, produk tersebut akan diterima oleh konsumen dalam keadaan hangat. Karenanya harganya memang sedikit lebih mahal. Tapi selain itu, tidak ada hal lain lagi yang dilakukannya, apalagi kegiatan branding. Kenapa dia bisa lebih laku dan terkenal? 4. Masih banyak contoh lagi yang nggak bisa disebut semuanya. Khawatir tulisan di chapter ini isinya hanya contoh contoh saja he..he. Tapi intinya kurang lebih sama lah, mereka semua sepertinya melakukan kegiatan tidak branding tapi kenapa bisa laku bahkan ada yang jadi best seller? Berarti branding nggak penting dong ? Eitss, nanti dulu. Jangan cepat cepat menyimpulkan bahwa mereka semua tidak melakukan branding tapi bisa berhasil berjualan. Siapa tahu mereka justru sudah menerapkan konsep branding tanpa mereka sadari, bahkan tanpa kita sebagai konsumennya sadari. Buktinya apa? Untuk menjawabnya,kita telaah kembali kisah bisnis mereka sebagai berikut : 1. Abang bakso Pak Kumis Mengapa bakso nya laris manis, walau rasa bakso nya sebenarnya tidak manis he..he? Dari survey kecil kecilan yang dilakukan pada pengunjung pembeli bakso nya, rata rata menjawab : “bakso nya enak buaaangett, beda dengan bakso yang lain. Kuahnya juga rasanya enak ada bumbu
  • 12. 4 rahasia sepertinya. Untuk harganya juga sama dengan bakso yang lain, nggak mahal!”. Atau ada juga yang menambahkan : “Walaupun tempatnya dulu sederhana, tapi nyaman dan bersih, nggak ada sampah bertebaran. Dulu saja waktu masih pakai gerobak dorong, air untuk cuci mangkoknya di ember, selalu diganti dengan air bersih ketika sudah sedikit kotor. Si abang bakso mau repot repot ganti air di ember dari keran air yang cukup jauh dari tempatnya jualan. Berarti dia kan sangat peduli dengan kebersihan baksonya, berarti peduli dengan kesehatan konsumennya kan ?” 2. Tukang jual aksesories handphone Mengapa tokonya sangat ramai dan laku sekali dibandingkan dengan pesaing di sekitarnya. Lagi lagi dilakukan survey kecil ke pengunjung tokonya. Rata rata menjawab : “Pilihannya banyak dan harganya nggak mahal, bahkan banyak yang lebih murah sedikit dari yang lain. Jadi kenapa harus repot mencari ke toko lain?”. Ada juga yang menambahkan : “Penjaga tokonya juga ramah dan mau bantu kita pasangkan asesorisnya ke handphone kita. Tempatnya juga nyaman dan parkiran motor nya cukup luas, mudah dijangkau pula”
  • 13. 5 3. Tukang gorengan keliling Menapa disukai dan dirindukan oleh pembeli di kompleks perumahan itu, walau banyak tukang gorengan lain yang mangkal di kios di dalam kompleks itu? Sekali lagi, survey kecil dilakukan kepada beberapa konsumennya yang sedang mencegat si abang gorengan d idepan rumahnya masing masing. Dan rata rata menjawabnya : “Gorengannya enak karena kebanyakan baru digoreng waktu kita pesan, jadi masih hangat waktu kita terima. Sudah begitu karena kita lihat di goreng langsung, kita juga jadi tahu kalau minyak goreng yang digunakan masih bagus dan belum hitam, jadi kita lebih yakinlah kalau gorengannya lebih sehat!” Beberapa juga menambahkan : “Enak kalau beli sama si abang gorengan itu, praktis kita nggak usah ke depan kompleks dianya yang datang lewat depan rumah. Bahkan bisa ditelepon jadi kalau pas kita lagi ingin gorengan, tinggal telepon dan kalau dia lagi nggak melayani konsumen lain, langsung datang. Memang sedikit mahal, tapi paling 10% lebih mahal lah, nggak seberapa itu!” Nah, sekarang masih ada yang berpendapat, 3 abang abang tadi tidak melakukan apa apa terutama di bidang branding ……? Waduh masih ada ternyata 
  • 14. 6 1. Si abang tukang bakso dinilai konsumen mempunyai keunggulan sebagai berikut : a. Baksonya rasanya enak b. Kuahnya rasanya enak, dengan bumbu yang khas c. Harganya sama dengan yang lain d. Tempatnya nyaman dan bersih e. Sehat (hygenies) dan peduli konsumen Keunggulan seperti tersebut di atas dapat dikelompokkan sebagai berikut: Point a & b : produk oke Point c : Harga standard tidak mahal Point d : Pelayanannya oke Dan jika digabungkan semua keunggulan tersebut, maka 1 kalimat yang bisa menggambarkan si abang bakso Pak Kumis menurut pandangan konsumen adalah : “Bakso yang enak dengan harga bersaing, dengan kualitas pelayanan yang baik”
  • 15. 2. Bisnis akan kah Berubah ? 7 2. Si abang aksesories handphone mempunyai keunggulan sebagai berikut : a. Produk jualannya bagus kualitasnya b. Pilihan produknya banyak c. Harga sama atau bahkan lebih murah dari toko lain d. Tempatnya nyaman dan aman dan mudah dijangkau e. Mau bantu pasangkan aksesories yang dibeli konsumen Keunggulan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : Point a & b : produk oke dan banyak pilihan Point c : Harga kompetitif bahkan lebih murah Point d : Lokasi sangat mendukung Point e : Layanan baik Dan jika digabungkan semua keunggulan tersebut dalam 1 kalimat yang bisa menggambarkan pandangan konsumen tadi adalah : “Toko asesories handphone yang lengkap dengan harga yang sangat kompetitif yang memberikan layanan baik, dengan lokasi yang mendukung”
  • 16. 8 3. Si abang tukang gorengan keliling, mempunyai beberapa keunggulan: a. Gorengannya enak karena fresh dan baru saja di goring b. Gorengan sehat karena minyak gorengnya masih bagus c. Bisa dicegat di depan rumah d. Dapat dipanggil jika diperlukan melalui telepon e. Harga sedikit lebih mahal tapi masih sesuai dengan layanan Keunggulan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : Point a & b : produk gorengan baik dan relative lebih sehat Point c & d : Praktis karena bisa didapatkan didepan rumah Point e : Harga sesuai dengan kualitas Dan jika digabungkan semua keunggulan tersebut dalam 1 kalimat yang bisa menggambarkan pendangan konsumen tadi adalah : “Gorengan hangat yang tersedia pada saat diperlukan di rumah dengan harga sesuai”
  • 17. 9 Nah, dari 3 contoh pembahasan diatas pada dasarnya ada 2 komponen dari suatu kegiatan branding: 1. Keunggulan Sering juga disebut sebagai Unique Selling Point (USP) yang menunjukkan keunggulan yang dimiliki suatu produk atau layanan/jasa secara relatif jika dibandingkan dengan pesaingnya Komponen pembentuknya bisa bermacam macam. Seperti terdapat dalam 3 contoh seperti tersebut di atas. Secara konsep, terdapat 7 komponen pembentuk yang lebih dikenal sebagai 7 P’s yang pertama kali dikemukakan oleh Phillips Kotler, seorang Professor Marketing dari Amerika Serikat, sebagai berikut : a. Product (Produk) b. Price (Harga) c. Place (Tempat & Lokasi) d. Promotion (Promosi) e. People (Orang) f. Process (Proses) g. Physical Evidences (Bukti Fisik) Konsep 7 P’s inilah yang lebih dikenal sebagai Taktik Marketing (Marketing Tactics) sebagai bagian dari Strategi Marketing suatu brand (merek) untuk membentuk merek yang kuat dan unik dibandingkan dengan pesaingnya. Dengan kata lain, kesemua komponen ini adalah juga komponen untuk proses branding tersebut
  • 18. 10 Jika kita perhatikan kembali pada contoh 3 abang abang tersebut di atas, mereka sadari atau tidak sebenarnya mereka sudah melakukan sebagian dari konsep 7 P’s tersebut bukan. Dengan kata lain, sebenarnya mereka sudah melakukan kegiatan branding juga bukan? 2. Pernyataan/pandangan konsumen Beberapa keunggulan yang dibentuk oleh beberapa komponen 7 P’s dari suatu produk, bisa disederhanakan penyebutannya dalam satu kalimat sehingga lebih mudah untuk diingat oleh konsumen Contohnya untuk 3 abang abang pada contoh di atas adalah : - “Bakso yang enak dengan harga bersaing, dengan kualitas pelayanan yang baik” - “Toko asesories handphone yang lengkap dengan harga yang sangat kompetitif yang memberikan layanan baik, dengan lokasi yang mendukung” - Gorengan hangat yang tersedia pada saat diperlukan di rumah dengan harga sesuai” Dengan kalimat kalimat ini, secara lebih mudah konsumen dapat mengingat keunggulan masing masing dari pesaingnya. Atau dengan kata lain, dengan mengingat kalimat ini membuat konsumen dapat membandingkan bahwa 3 abang abang tadi berbeda dan lebih baik dari pesaingnya, sehingga layak untuk dapat dipilih/dibeli produknya
  • 19. 11 Dalam istilah branding, kalimat yang membentuk posisi yang berbeda dari suatu brand (merek) dari suatu produk atau layanan dalam pandangan/pikiran konsumennya, disebut sebagai positioning. Dan walaupun kalimat ini tidak dibuat oleh 3 abang abang tadi, tapi dengan keunggulan yang dapat dirasakan oleh para konsumennya, maka secara otomatis kalimat ini sudah terbentuk dalam pikiran konsumen dan menjadi salah satu faktor penting dari keberhasilan mereka untuk penjualan produk atau layanannya. Dengan kata lain, secara tidak mereka sadari, sebenarnya mereka sudah melakukan kegiatan positioning yang adalah bagian kegiatan branding juga bukan? Dari 2 penjelasan di atas, seharusnya sih sudah tidak ada lagi yang berpendapat bahwa 3 abang abang tadi tidak melakukan kegiatan branding kan ☺ Persoalan mereka melakukannya secara sadar dengan sebelumnya membuat rumusan strategi branding dan marketing secara terencana dan sistematis, atau justru mereka melakukan semua hal tersebut dengan menggunakan insting bisnisnya tanpa menyadari bahwa yang mereka lakukan itu sebenarnya adalah kegiatan branding, itu adalah hal yang berbeda. Yang penting sudah terjawab, bahwa mereka berhasil dalam kegiatan bisnisnya dalam lingkupnya masing masing tersebut, adalah karena mereka telah melakukan kegiatan branding sebelumnya
  • 20. panofeed.com IGNITE! 12 Dalam skala bisnis yang relatif kecil dengan lingkup terbatas, dan juga tingkat persaingan yang tidak terlalu ketat, memang masih dimungkinkan terjadinya proses branding yang berjalan secara “alami” dan mengalir begitu saja tanpa perlu dilakukan kegiatan perencanaan dan perumusan strategi marketing dan branding secara sistematis dan tertulis. Akan tetapi bagaimana jika sklanya sudah menengah apalagi besar ? Bagaimana jika lingkup nya juga sudah jauh lebih luas, misalnya dipasarkan dalam pasar regional atau bahkan nasional dengan tingkat persaingan yang jaug lebih kompleks? Dilema inilah saat ini banyak dialami oleh banyak perusahaan menengah yang pada posisinya tersebut relatif belum menjalankan aktifitas branding secara sistematis dan terencana. Bisa jadi mereka sudah melakukannya, akan tetap relatif masih terbatas dan bersifat insidental dan tidak kontinyu. Hanya dilakukan pada saat saat tertentu untuk tujuan tujuan praktis dan tidak didasari pada strategi marketing yang bersifat menyeluruh. Misalnya pada saat meluncurkan produk baru, perusahaan membuat brosur atau katalog untuk diberikan ke toko yang ditawarkan untuk menjualnya, tanpa sebelumnya dibuat perencanaan yang sistematis yang terintegrasi dengan strategi marketing yang mencakup semua kegiatan marketing untuk brand tersebut dalam periode waktu tertentu (misalnya 1 tahun), termasuk didalamnya kegiatan branding.
  • 21. 13 Dan walaupun relatif belum dilakukan kegiatan branding secara terintegrasi, akan tetapi perusahaan tersebut masih dapat berkembang dari skala perusahaan kecil menjadi perusahaan menengah, dengan berbagai sebab dengan kombinasi kemungkinan sebagai berikut : ✓ Industri perusahaan tersebut termasuk industry yang pertumbuhannya tinggi karena pasarnya yang besar ✓ Relatif belum banyak pesaingnya ✓ Masih mudah mencari keunggulan yang membedakannya dengan pesaingnya ✓ Relatif sulit bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar ✓ Perusahaan mempunya keuntungan tertentu, seperti karena mempunyai akses bahan baku, teknologi, akses kepada pembuat kebijakan politik, dan alasan alasan lainnya ✓ Kuatnya loyalitas konsumen dengan alasan tertentu, misalnya karena rasa nasionalisme ✓ Alasan alasan lainnya Walaupun demikian pada suatu titik tertentu, walaupun masih didukung oleh berbagai faktor positif penunjang pertumbuhannya seperti tersebut di atas, pertumbuhan perusahaan yang sudah menjadi perusahaan menengah tersebut menjadi melambat atau bahkan relative stragnan. Salah satu alasan yang terutama adalah karena tingginya tingkat persaingan dengan brand/produk lainnya dalam industry yang sama.
  • 22. 14 Hal ini menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan untuk menempatkan posisi yang tepat (positioning) untuk brand yang dimilikinya pada pandangan/persepsi konsumen jika dibandingkan dengan pesaingnya yang sudah cukup banyak tersebut. Disinilah baru disadari pentingnya untuk melakukan kegiatan branding dan marketing secara lebih terencana, sistematis, dan terintegrasi untuk brand (merek) nya tersebut Oleh karenanya dalam internal perusahaan tersebut, terutama pada manajemen puncaknya, untuk mulai fokus pada kegiatan branding dan marketing. Bisa saja untuk tahap awal hal tersebut dilakukan dengan bantuan pihak luar perusahaan seperti dari konsultan marketing atau agensi iklan (advertising agency). Atau bisa saja langsung diputuskan untuk membentuk tim internal yang didedikasikan untuk melakukan kegiatan marketing dan branding di perusahaan tersebut Akan tetapi, memulai kegiatan branding adalah bukan hanya sekedar keinginan saja, akan tetapi mempunyai banyak konsekuensi untuk mengimplementasinya. Jika diibaratkan suatu perlombaan lari, menjalankan kegiatan branding dalam perusahaan yang sebelumnya relatif belum pernah melakukannya adalah seperti perlombaan lari marathon yang memerlukan daya tahan yang panjang karena jarak yang ditempuh juga cukup jauh. Diperukan berbagai strategi dan taktik untuk dapat memeperthankan daya tahan tersebut untuk waktu yang cukup panjang tersebut
  • 23. Karenanya, janganlah pernah ada pikiran bahwa kegiatan branding dapat ditempuh dalam waktu yang singkat seperti perlombaan lari jarak pendek (sprint) ! 15
  • 24. 16 2, Marketing atau Branding ? Dari chapter sebelumnya, kita sudah memahami bahwa sebuah kegiatan usaha sekecil apapun skala bisnisnya dan sesempit apapun ruang lingkupnya, ternyata juga melakukan kegiatan Branding dan Marketing dalam mencapai keberhasilannya menjadi usaha yang dipilih konsumen lebih baik jika dibandingkan kompetitornya. Hal itu terlepas mereka menyadari atau tidak bahwa mereka telah melakukannya Perbedaannya adalah “hanya” pada apakah terencana atau tidak. Jika aktivitas Branding dan Marketing dilakukan melalui perencanaan yang terstruktur, sistematis, komprehensif, dan sekaligus terintegrasi, maka aktivitas tentu sangat disadari dilakukan. Demikian pula sebaliknya Photo by Eva Elijas from Pexels 16
  • 25. 17 Tentu, semakin disadari dan terencananya aktivitas marketing dan branding, akan semakin mudah diprediksikan tingkat keberhasilannya dibandingkan jika dijalankan tanpa perencanaan dan hanya mengandalkan insting bisnis dari pemilik atau pengelola bisnisnya. Hal ini terutama terkait dengan kompleksitas usaha bisnisnya. Semakin besar skala usaha, ruang lingkup usaha, tingkat persaingan, serta faktor faktor lainnya, akan semakin pula diperlukan perencanaan aktivitas marketing dan branding secara detail dan sistematis Jika pada usaha mikro dan kecil masih dimungkinkan adanya aktivitas marketing dan branding yang tidak/kurang terencana dan bahkan tidak tertulis, hal tersebut tidak memungkinkan lagi dilakukan oleh usaha menengah atau besar yang sudah jauh lebih kompleks proses usahanya. Untuk ke dua jenis ini diperlukan kegiatan marketing dan branding yang terencana dan sistematis yang tertulis, agar semua kegiatan tersebut dapat berjalan dan terkoordinasi dengan baik Berarti clear ya aktivitas branding itu penting bagi semua jenis usaha ya. Eh, tapi tadi disebut sebut juga mengenai aktivitas marketing bersamaan dengan aktivitas branding. Perbedaan dan persamaan keduanya apa sih, dan mengapa keduanya merupakan paket aktivitas yang tak terpisahkan jika suatu perusahaan menginginkan brand dari produknya menjadi pilihan utama dari target pasarnya?
  • 26. 18 Walaupun secara disiplin ilmu keduanya masuk dalam ilmu Marketing, antara marketing dan branding secara konsep dan implementasi mempunyai perbedaan yang cukup signifikan Branding secara umum dapat definisikan sebagai : Cara agar brand (merek) dari produk suatu perusahaan dapat memiliki citra/kesan yang positif serta dapat menempati posisi yang baik dan berbeda dengan pesaing pada benak/persepsi target pasar nya Sedangkan Marketing dapat didefinisikan sebagai : Cara suatu perusahaan untuk membangun dan membina hubungan dengan target pasarnya. Caranya bisa beragam, seperti kegiatan periklanan, event, promosi, sampai dengan penyediaan produk yang berkualitas atau pemberian harga yang kompetitif. Intinya adalah bagaimana brand dapat mendekat dan diterima oleh target pasarnya tersebut. Lantas bagaimana hubungan antara keduanya serta proses kerja yang terjadi? Dari definisi masing masing, kita dapat simpulkan sebagai berikut :
  • 27. 19 1. Branding bersifat konsep, sedangkan Marketing lebih bersifat implementasi 2. Branding di rumuskan terlebih dahulu, baru kemudian disusul oleh Marketing 3. Branding menjadi acuan bagaimana aktivitas Marketing dijalankan 4. Branding terdiri dari satu rangkaian konsep yang terintegratif, sedangkan Marketing terdiri dari banyak aktivitas yang berbeda beda yang dapat saling terkait ataupun tidak 5. Branding memerlukan jangka panjang dan menengah, sementara Marketing bersifat jangka pendek dan menengah Nah sudah jelaskan perbedaan antara Branding dengan Marketing? Masih belum juga?  Oke kalau begitu.. berikut akan dijelaskan lebih dalam lagi untuk lebih memahami persoalan ini Jika kembali pada pembahasan chapter sebelumnya, kita mengetahui bahwa untuk 3 contoh usaha kecil, secara tidak sadar sebenarnya telah melaksanakan kegiatan marketing & branding, yang dapat dikategorikan dalam 2 kelompok : 1. Keunggulan dengan 7 komponen pembentuknya atau yang lebih dikenal 7 P's dari Philip Kotler 2. Posistoning dalam benak/persepsi target konsumen
  • 28. 20 Dalam kasus usaha mikro dan menengah dengan kegiatan branding yang tidak terencana dan tertulis, umumnya pertimbangan pemilik bisnis dalam menentukan keunggulan yang akan ditonjolkan pada produk lebih didasari pada insting bisnis dan subyektifitasnya. Karenanya tahapan perumusan konsep kurang mendapat perhatian serius dan langsung ke tahapan perumusan implementasi Marketing berupa pemilihan keunggulan yang ingin dtonjol dari pilihan komponen 7P yang tersedia. Walaupun demikian, walaupun perumusan konsep berupa positioning tidak dirumuskan, akan tetapi jika keunggulan yang dimiliki sangat kuat dibanding dengan kompetitornya, pada akhirnya konsumen dapat merumuskan sendiri konsep positioning untuk brand dari produk tersebut Tentunya yang ideal adalah pemilik brand tersebut sendiri lah yang menentukan positioning tersebut. Sebab dia lah yang paling tahu apa dan kemana brand dan produknya tersebut akan diarahkan, termasuk juga target pasar nya. Jika penentuan positiong tersebut “diserahkan” pada pasar/konsumennya, sangat mungkin terjadi positioning yang terbentuk kurang sesuai dengan yang sebenarnya diinginkan oleh pemilik brand dan produk tersebut. Hal ini dikarenakan pembentukan positioning sangat ditentukan oleh persepsi/pandangan dari konsumen. Dan jika persepsi konsumen terhadap brand dan produk tertentu dibiarkan bebas tanpa ada “intervensi” dari pemilik brand dan produk, maka persepsi tersebut dapat berkembang bebas yang pada akhirnya akan membentuk positioning sesuai persepsi yang terbentuk tadi.
  • 29. Foto oleh Pixabay dari Pexels 21 Jika persepsi tadi masih sesuai dengan keinginan pemilik brand dan produk tadi, ya tidak ada masalah. Tapi jika yang terjadi justru persepsi tersebut tidak sesuai atau malah bertentangan, bisa jadi positioning yang terbentuk tidak sesuai dengan keinginan, atau justru berdampak negatif terhadap brand dari produk tersebut. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, satu satunya jalan yang bisa dilakukan pemilik brand adalah dengan melakukan “intervensi” pada persepsi konsumen agar dapat membentuk persepsi terhadap brand dan produk tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kata lain, pemilik brand harus melakukan berbagai upaya agar dapat membentuk persepsi konsumen (khususnya target pasar nya) terhadap brand sesuai yang diharapkan. Nah, upaya yang terencana, sistematis, dan terintegrasi inilah yang kemudian lebih dikenal sebagai upaya Branding. Dari pengertian ini kita dapat memahami bahwa Branding sebenarnya terdiri dari rangkaian konsep dan strategi yang terintegrasi dengan tujuan agar brand dan produk mempunyai posisi terbaik dalam persepsi konsumen dibandingkan dengan pesaingnya. Dengan posisi terbaik ini, maka brand dan produk tersebut akan menjadi pilihan utama konsumen sehingga akan dibeli dan dikonsumsi. Berarti tujuan akhirnya memang ke penjualan (sales) dan penguasaan pangsa pasar . UUD alias ujung ujung nya duit juga ☺
  • 30. 22 Namun, jika hanya sekedar strategi dan konsep saja, bisa jadi hal yang telah dirumuskan tersebut hanya akan berhenti di atas kertas semata dan tidak terimplementasikan. Karenanya segala konsep dan strategi tadi perlu untuk dijabarkan dalam langkah langkah yang lebih terperinci yang bersifat taktis dan dapat langsung diimplementasikan dalam berbagai langkah langkah yang dapat dirasakan langsung oleh target pasar nya. Umumnya langkah langkah yang dilakukan tersebut mengarah hal hal yang dapat menjadi keunggulan dari brand dan produk tersebut. Dan dari pengalaman pengalaman (experieces) yang dirasakan oleh target pasar selama berinteraksi dengan langkah implementasi dari konsep dan strategi Branding ini lah, kemudian diharapkan dapat terbentuk positioning sesuai yang diinginkan pemilik brand dan produk Dari pembahasan pada chapter sebelumnya, kita telah mengetahui, bahwa keunggulan dari suatu brand dan produk dapat dibentuk oleh 7 komponen yang lebih dikenal sebagai 7 P's seperti yang dikemukakan oleh Philips Kotler itu. 7 komponen tersebut adalah : 1. Product (Produk) 2. Price (Harga) 3. Place (Tempat) 4. Promotion (Promosi) 5. People(Orang) 6. Process (Proses) 7. Physical Evidence (Bukti Fisik)
  • 31. gambarkeren.pro Contoh : - Suatu brand yang mempunyai strategi untuk menjadi brand yang premium, maka akan implementasi 7 P's sebagai berikut : • Produk yang berkualitas tinggi • Harga lebih mahal dari produk standard • Lokasi penjualan di lokasi premium seperti mall atau toko sendiri • Promosi dalam bentuk iklan dengan budget besar • People (termasuk tenaga penjual) dilatih untuk dapat menangani konsumen kelas menengah atas sebagai target pasarnya • Proses (termasuk proses bisnis) yang baik dan terintegrasi, misalnya dalam penanganan keluhan pelanggan • Physical Evidence, termasuk dengan penampilan toko dan tenaga penjual yang mendukung strategi premium 23 Photo by Jacek Dylag from Unsplash
  • 32. - Suatu brand yang mempunyai strategi harga ekonomis dan sangat bersaing dengan pesaing di kelasnya, konsep 7 P's akan diimplementasikan sebagai berikut : • Produk dengan kualitas menengah, dengan kelengkapan dan fitur cukup terbatas • Harga lebih murah dari penguasa pasar, juga beberapa pesaing utama lainnya • Tempat penjualan di lokasi non premium, termasuk pasar tradisional • Promosi dilakukan terbatas dengan buget terbatas tapi tetap diupayakan cukup efektif, misalnya optimalisasi kegiatan digital marketing • People (termasuk tenaga penjual) dilatih untuk dapat menangani konsumen kelas menengah ke bawah • Process dibuat sesederhana mungkin sehingga dapat lebih efisien. Misal layanan konsumen dilakukan secara digital (online) daripada banyak membuka layana konsumen offline • Physical Evidence, lebih diprioritaskan pada efisiensi biaya, termasuk penampilan toko yang minimalis 24 Photo by Kampus-Production from Pexels
  • 33. 25 Dari 2 contoh di atas, tentunya kita dapat lebih memahami bahwa antara Branding dan 7 P's terdapat kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Jika Branding berfungsi sebagai konsep dan strategi, 7 P's akan menjadi implementasi dan langkah taktis untuk mewujudkannya dalam bentuk yang dapat dirasakan langsung oleh target pasarnya Lantas apa hubungannya dengan Marketing? Konsep 7 P's inilah yang kemudian lebih dikenal sebagai Marketing. Sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa Marketing adalah implementasi dari konsep dan strategi Branding Itulah mengapa jika kita berbicara mengenai Branding secara otomatis kita juga membahas mengenai Marketing Atau jika menggunakan istilah Marketing sebagai disiplin ilmu, apa yang kita sebut sebagai Branding dapat pula diistilahkan sebagai Strategi Marketing (Marketing Strategic), sedangkan yang kita sebut Marketing dapat pula diistilahkan sebagai Taktik Marketing (Marketing Tactics). Apapun istilah yang dipergunakan, keduanya (Branding & Marketing) adalah 2 hal yang menjadi kesatuan yang tak terpisahkan Nah, sampai disini semestinya sudah tidak ada masalah lagi dalam memahami Branding dan Marketing ya ☺
  • 34. 26 Selain 2 istilah tersebut, terdapat 2 istilah lain yang pada awal chapter ini sering disebut dan mungkin agak membingungkan bagi yang sempat memperhatikan secara lebih mendalam. Ada yang ingat istilah apa saja? Ya, Brand dan Produk! Sebenarnya apa pengertian masing masing, dan istilah mana yang paling tepat disebut jika kita berbicara mengenai Branding ? Produk (termasuk didalamnya adalah jasa/layanan) pada dasarnya adalah: sesuatu yang dihasilkan dari suatu usaha bisnis yang ditawarkan kepada target pasarnya untuk dibeli dan dikonsumsi Dalam pengertian ini produk menjadi inti dari kegiatan bisnis dimana target pasar/konsumen menjadi fokus semua kegiatan yang dilakukan Agar dapat mudah dikenali dan diingat oleh target pasar nya, suatu produk harus diberikan unsur yang bisa menjadi tautan atau “jangkar” bagi seorang konsumen. Dan unsur yang paling efektif yang dapat membedakan dengan produk lain yang sejenis yang ada di pasar, adalah dengan memberinya nama yang unik dan berbeda dengan produk lain sejenis. Analogi nya sama dengan manusia yang masing masing mempunyai nama yang berbeda sehingga mudah untuk diidentifikasikan satu sama lainnya. Nah, nama dari suatu produk inilah yang kemudian dikenal sebagai merek atau Brand. Secara umum, merek mempunyai beberapa fungsi :
  • 35. 27 1. Sebagai pembeda Agar produk suatu perusahaan dapat mudah dibedakan dengan produk yang sama dari perusahaan yang berbeda 2. Sebagai alat promosi Setiap produk dari suatu perusahaan jika ingin lebih dikenal perlu melakukan berbagai langkah promosi, misalnya dengan melakukan kegiatan periklanan. Untuk itu perlu dicantumkan Brand dari produk tersebut sehingga produk yang sudah diwakili oleh Brand tersebut menjadi lebih dikenal dengan aktivitas promosi tadi 3. Jaminan Kualitas dan Keunggulan Produk suatu perusahaan dapat saja memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya. Dengan adanya Brand, target pasar dapat membedakan mana produk dari perusahaan tadi yang memiliki kualitas yang baik, dan mana produk dari perusahaan yang kurang baik Jadi dalam produk yang sudah mempunyai brand tertentu, setiap kita menyebut Brand tadi, maka secara otomatis kita juga menyebut produk tersebut dengan segenap atribut/kelengkapannya termasuk keunggulannya. Sehingga untuk pembahasan mengenai Branding selanjutnya, kita akan menggunakan istilah Brand saja yang juga sudah mewakili produknya
  • 36. 3. Lingkungan Perusahaan Strategi tanpa taktik adalah jalan paling lambat menuju kemenangan, Taktik tanpa strategi adalah kebisingan sebelum kekalahan -Suntzu Demikianlah ungkapan dari seorang ahli seni berperang klasik yang menggambarkan arti pentingnya strategi dan taktik dalam memenangkan suatu peperangan Hal yang sama juga dapat berlaku dalam suatu “peperangan” bisnis. Kemenangan yang cepat hanya dapat diraih jika sebelumnya dirumuskan strategi yang tepat, yang kemudian diimplementasikan dalam berbagai taktik yang mengacu pada strategi yang telah dibuat tersebut. Bahkan lebih jauh lagi, jika suatu upaya bisnis dilakukan tanpa strategi dan hanya mengandalkan taktik taktik yang berjalan sendiri sendiri dan tidak terintegrasi dalam suatu strategi, kekalahan dalam peperangan bisnis adalah suatu keniscayaan akan terjadi 28 www.pixabay.com
  • 37. 29 Dalam konteks Branding, seperti yang sudah dibahas pada chapter sebelumnya, untuk memenangkan peperangan merebut hati dan persepsi pasar sasaran, sangat diperlukan integrasi dari Branding sebagai suatu Strategi, dengan Marketing (7 P's) sebagai suatu Taktik. Ini berarti sebelum peperangan dimulai, pemilik Brand harus melakukan perumusan dan perencanaan konsep dan strategi brand tersebut secara sistematis, terstruktur, dan terintegrasi, sebelum kemudian diterjemahkan dalam berbagai taktik pada 7 komponen taktik (7 P's) yang ada Jika mengacu pada ungkapan dari Suntzu seperti tersebut diatas, kemenangan memang masih dapat diraih jika pemilik brand hanya merumuskan strategi pada kegiatan Branding saja, tanpa memiliki berbagai taktik untuk meng-implementasikannya. Tapi itu akan memakan waktu yang sangat lama, dan akan menggunakan sumber daya yang besar pula. Tidak mungkin terjadi kemenangan yang dicapai secara efektif dan efisien Apalagi jika yang dijalankan hanyalah berbagai taktik (Marketing) tanpa sebelumnya dirumuskan suatu strategi (Branding) yang akan mengintegrasikan semua taktik tersebut. Kekalahan yang nyata dalam memperebutkan persepsi target pasar adalah suatu keniscayaan, walaupun sebelumnya juga sudah dikerahkan berbagai sumber daya yang cukup besar Karenanya, pembahasan mengenai Branding memegang peranan yang sangat penting dalam upaya pemilik brand menjadikan brand nya mendapatkan hati target pasarnya (heart share) untuk kemudian keluar sebagai pemenang dalam peperangan brand dalam bentuk penguasaan pasar (market share)
  • 38. 30 Branding secara umum dapat didefinisikan sebagai : Sebuah kegiatan yang berhubungan dengan segala hal untuk meningkatkan karakter, citra, kesan dari sebuah perusahaan atau produk Walaupun Branding pada dasarnya adalah perumusan strategi suatu brand secara sistematis, terstruktur, dan terintegrasi sehingga lebih bersifat konsep daripada bentuk implementasi (Marketing/7 P's), akan tetapi karena konsep tersebut kemudian mendasari dan menjadi acuan dalam implementasi / taktik dalam Marketing, maka ketika kita berbicara mengenai Branding, maka secara otomatis kita juga berbicara mengenai Taktik (Marketing). Karena memang keduanya adalah suatu kesatuan yang tak terpisahkan jika memang kemenangan peperangan perebutan pasar adalah menjadi tujuan Sebagai suatu konsep, Branding pada dasarnya mengacu pada target pasar yang dituju. Jadi konsep Branding berpusat pada upaya untuk mengidentifikasikan target pasar mana yang akan dilayani oleh pemilik brand, dan persepsi apa yang diinginkan akan terbentuk pada target pasar yang dipilih tersebut terhadap brand tadi Sehingga, secara umum aktivitas Branding dapat dibagi menjadi 2 aktivitas : 1. Segmentasi & Targeting 2. Positioning
  • 39. 31 Keduanya seringkali digabungkan menjadi satu konsep yang dikenal sebagai STP (Segmentasi, Targeting, & Positioning) yang dapat didefinisikan sebagai : Pendekatan atau model yang digunakan untuk mengembangkan pesan dan strategi pemasaran yang sesuai pada segmentasi target audiens tertentu. Kedua aktivitas inilah yang kemudian menjadi inti dari aktivitas Branding yang akan mendasari semua aktivitas Marketing (Taktik) selanjut nya Dan untuk dapat merumuskan sebuah Strategi Branding yang tepat dan akurat, sebelumnya diperlukan pemahaman yang di sekitar perusahaan yang akan mempengaruhi perusahaan tersebut, tidak terkecuali pada Strategi Branding yang akan dirumuskan. Adapun secara lebih mendetail, lingkungan perusahaan meliputi 2 kelompok besar yang meliputi : :
  • 40. 31 31 32 q 1.Lingkungan Internal Perusahaan Berupa Visi & Misi perusahaan yang menjadi arah bagi semua aktivitas dalam perusahaan, termasuk didalamnya aktivitas Branding Visi & Misi dapat didefinisikan sebagai berikut : Visi : Tujuan yang kan diraih perusahaan di masa mendatang Contoh : -Menjadi perusahaan produsen produk X nomor 1 di Indonesia dalam 6 tahun -Menjadi perusahaan penyedia layanan Y yang menjadi pilihan utama konsumen dalam 6 tahun Misi : Cara untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan Contoh : Perusahaan produk A -Visi : Menjadi perusahaan produsen produk X nomor 2 di Indonesia dalam 4 tahun -
  • 41. 33 3 - Misi : • Pemberian jasa yang baik dengan harga yang terjangkau • Adanya sumber daya manusia berkualitas dan dikelola dengan baik guna menjamin kenyamanan bekerja • Memberikan kontribusi positif pada setiap pemangku kepentingan (stakeholder) 2. Lingkungan Eksternal Perusahaan Selain faktor yang berasal dari dalam perusahaan pemilik brand, dalam hal ini adalah Visi & Misi, dalam perumusan strategi pada Branding juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berasal dari luar perusahaan. Tidak hanya sebatas pada lingkungan persaingan bisnis dan brand, akan tetapi juga mencakup hal hal lain yang lebih luas. Lingkungan pada dasarnya adalah faktor yang mempengaruhi perusahaan yang tidak dapat dipengaruhi karena berada diluar kendali perusahaan. Hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah mengantisipasinya apa tang terjadi pada lingkungan yang berada di sekitar perusahaan Lingkungan perusahaan dapat dibagi menjadi 2 kategori :
  • 42. 34 3 a. Lingkungan makro Lingkungan yang berada diluar industri dimana perusahaan berada, dan relatif tidak dapat dikendalikan dan bahkan sulit untuk dapat dipengaruhi oleh perusahaan tadi Perusahaan hanya dapat mengantisipasi dan melakukan penyesuaian dengan berbagai lingkungan di luar perusahaan tersebut Terdapat beberapa jenis lingkungan makro, yaitu : ➢ Lingkungan Demografi Demografi pada dasarnya adalah kajian tentang populasi manusia yang dinilai berdasarkan lokasi, umur, pekerjaan, kepadatan, jenis kelamin, dan berbagai statistik lainnya. Lingkungan Demografi ini sangat berpengaruh pada perusahaan karena setiap perubahan yang terjadi dapat merubah pola perilaku pembelian terhadap brand yang dihasilkan perusahaan Contoh : ✓ Perubahan komposisi penduduk berdasarkan usia dapat berpengaruh pada produk yang diperlukan konsumen, sebab preferensi pembelian produk sangat dipengaruhi oleh umur ✓ Perubahan komposisi kelas ekonomi juga dapat mempengaruhi perusahaan dalam kebijakan brand nya, apakah akan mengambil strategi harga premium atau harga ekonomis
  • 43. 35 5 ➢ Lingkungan Politik & Hukum Semua kebijakan dan keputusan terkait dengan politik & hukum yang diambil oleh pihak yang berwenang (pemerintah) yang dapat berpengaruh pada perusahaan, baik secara langsung atau tidak langsung Contoh : ✓ Undang Undang (UU) tentang tenaga kerja, UU investasi, UU persaingan usaha dll ✓ Keputusan pemerintah tentang jadwal pemilu, pengelolaan birokrasi dll ➢ Lingkungan Sosial Budaya Lingkungan budaya terdiri dari lembaga dan kekuatan lain yang mampu mempengaruhi nilai dasar, persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat setempat. Nilai nilai ini umumnya sudah sangat mengakar dan sulit untuk berubah, karenanya perusahan sebagai pemilik brand harus dapat menyesuaikan produk dan kegiatan branding ya sesuai dengan nilai nilai yang sudah ada tersebut Walaupun demikian, dengan adanya perkembangan dapat saja nilai nilai tersebut berubah misalnya karena adanya modernisasi seperti berkembangnya teknologi digital yang sangat merevolusi nilai nilai dan pemikiran dalam masyarakat
  • 44. 35 5 Dalam kondisi nilai nilai yang mengalami pergeseran nilai seperti ini, perusahaan harus melakukan penyesuaian kembali untuk produk dan aktivitas branding nya Contoh : ✓ Saat ini konsumen lebih menyukai segala hal yang bersifat praktis dan tersedia dengan cepat, yang harus diantisipasi pemilik brand dengan penyediaan produk yang sesuai, misalnya produk yang bersifat instant dalam penyajian ➢ Lingkungan Ekonomi Lingkungan ekonomi akan mempengaruhi faktor daya beli dan pola pembelanjaan dari konsumen. Daya beli konsumen berpatokan pada pendapatan, harga, tabungan, dan ketentuan kredit pada saat itu Contoh : ✓ Kebijakan ekonomi yang mendorong pembukaan banyak lapangan kerja misalnya dengan pemberian intensif khusus pada pengusaha, akan memperluas pasar terutama pada kelas menengah. Bagi brand yang sebelumnya menggunakan strategi harga premium dapat memperluas pasarnya dengan mengeluarkan brand baru dengan strategi ekonomis
  • 45. 37 7 ➢ Lingkungan Teknologi Lingkungan teknologi dengan segala perkembangannya sangat berpengaruh pada kegiatan bisnis perusahaan, seperti pada proses produksi, sampai dengan proses komunikasi ke konsumen Contoh : ✓ Pada era digital yang merubah pola komunikasi ini dengan arus informasi yang mudah terdistribusi secara meluas ini, pemilik brand harus merubah cara berkomunikasi yang sebelumnya bersifat satu arah sebagai pemberi informasi tunggal tentang produk, menjadi komunikasi 2 arah yang lebih bersifat untuk media diskusi dan pemberian solusi untuk konsumen b. Lingkungan Mikro Lingkungan eksternal perusahaan yang berada dalam suatu industri dimana perusahaan tersebut melakukan kegiatan usaha. Karenya masih relatif dekat dengan perusahaan. Dalam batas batas tertentu, perusahaan masih mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi lingkungan ini Terdapat beberapa bentuk lingkungan mikro ini, yaitu ➢ Pemasok (Suplier) Yaitu perusahaan rekanan yang memberikan pasokan bahan baku untuk mendukung proses produksi perusahaan pemilik brand Pemasok dapat mempengaruhi dari sisi kepastian dan kontinuitas pasokan bahan baku, serta dari sisi harga dan kualitas
  • 46. 38 ➢ Penyalur (Distribusi) Yaitu perusahaan rekanan yang menyalurkan produk perusahaan pemilik brand, sehingga bisa didapatkan oleh konsumen di titik penjualan (toko) Penyalur dapat mempengaruhi dengan kemudahan akses, biaya distribusi yang ditetapkan, dukungan promosi, dll ➢ Pesaing Yaitu perusahaan lain yang menjual produk yang sejenis dengan perusahaan pemilik brand, yang mendistribusikan produknya pada area distribusi yang sama Pesaing dapat mempengaruhi melalui penetapan harga, program promosi, aktivitas marketing, dll ➢ Konsumen/pelanggan Yaitu konsumen/pelanggan untuk produk yang diproduksi perusahaan, bisa saat ini sudah menjadi konsumennya bisa juga saat ini masih menjadi konsumen produk pesaingnya ➢ Perusahaan itu sendirI Demikianlah lingkungan perusahaan, baik internal maupun eksternal, yang akan sangat mempengaruhi perumusan strategi Branding pada suatu perusahaan
  • 47. 39 7 perusahaan pemilik brand yang melakukan perumusan strategi Branding yang terkesan “mengabaikan” melakukan analisa pada faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi perusahaan ini Banyak perusahaan yang langsung “melompat” pada proses perumusan strategi Branding tanpa melewati analisa lingkungan seperti tersebut di atas. Analisa ini dianggap bisa dilakukan “sambil lalu” pada saat perumusan strategi Branding dilakukan Pada kenyataannya, analisa lingkungan perusahaan ini relatif tidak dibahas dan di dilakukan untuk kemudian di aplikasikan dalam perumusan strategi, dan kemudian lebih cenderung digunakan asumsi asumsi berdasarkan “judgement”dan pertimbangan subyektif dari tim perumus strategi Branding. Sebagai akibatnya, strategi Branding yang dihasilkan juga cenderung tidak mengacu pada realita lapangan yang sebenarnya. Hal ini akan memperbesar resiko ketidakakuratan pada strategi yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keberhasilan implementasi strateginya. Terdapat beberapa alasan terkait dengan “keengganan” perusahaan pemilik brand untuk melakukan analisa lingkungan ini, seperti : ✓ Kekurangpahaman bahwa analisa lingkungan akan sangat mempengaruhi kualitas perumusan strategi Branding dan implementasi Taktik yang akan dijalankan ✓ Kurangnya pengetahuan dalam melakukan analisa lingkungan perusahaan
  • 48. 40 7 ✓ Manajemen menganggap telah mengetahui informasi tentang lingkungan perusahaan berdasarkan pengalaman selama ini, sehingga tidak perlu dilakukan analisa lingkungan perusahaan lagi ✓ Dianggap terlalu teoritis, kurang aplikabel ✓ Sulit memperoleh data valid yang diperlukan ✓ Dianggap memakan waktu yang lama dalam melakukannya, padahal manajemen sudah menginginkan segera melakukan aktifitas taktikal terkait dengan branding Akan tetapi mengingat keberhasilan aktivitas Branding akan sangat ditentukan oleh keakuratan strategi Branding nya, dimana hal ini hanya dapat diraih dengan sebelumnya melakukan analisa lingkungan perusahaan yang benar, maka melakukan analisa lingkungan perusahaan secara benar adalah suatu keniscayaan. Untuk itu diperlukan peningkatan kesadaran Manajemen puncak dan juga tim perumus strategi Branding mengenai hal tersebut. Untuk melakukan analisa lingkungan perusahaan, dikenal satu metode yang dianggap paling efektif dan paling sering dipergunakan yaitu Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, & Threat). Apa dan bagaimana analisa SWOT ini, secara terperinci akan dibahas pada chapter berikutnya
  • 49. 41 4. Analisa Lingkungan Perusahaan Kenali musuhmu kenali dirimu, niscaya dari 100 peperangan ada 100 kemenangan -Suntzu Lagi lagi pembahasan mengenai Branding dibuka dengan ungkapan Suntzu, seorang ahli seni berperang klasik yang sudah sangat dikenal tersebut. Ya, Branding memang identik dengan peperangan yang mempunyai tujuan kemenangan. Branding adalah peperangan untuk merebut hati dan persepsi dari target pasar. Tujuan akhirnya juga sama, merebut heartshare dan pada akhirnya adalah marketshare. www,.freepik,.com
  • 50. 42 Seperti dalam ungkapan di atas, kemenangan hanya akan diraih secara mutlak hanya jika kita paham betul tentang diri kita dan juga keadaan musuh kita. Dan jika kita berbicara tentang “musuh” tentu kita tidak hanya berbicara tentang para pesaing kita saja, akan tetapi juga faktor faktor lain disekitar kita/perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi keberhasilan upaya kita memenangi peperangan memperebutkan pasar Ya, disini kita berbicara mengenai lingkungan di sekitar perusahaan. Dalam chapter sebelumnya kita telah membahas mengenai hal tersebut, dimana lingkungan di luar (eksternal) perusahaan dapat dibagi menjadi lingkungan makro dan mikro. Dan jika mengacu pada ungkapan Suntzu seperti tersebut di atas, maka pemahaman kita terdapat lingkungan perusahaan tersebut menjadi satu satu jalan memperoleh kemenangan, disamping pemahaman mengenai diri kita sendiri Berbeda dengan pemahaman diri/perusahaan sendiri yang relatif lebih mudah dilakukan karena semua informasil sudah terdapat dalam diri/perusahaan sendiri sehingga jauh lebih mudah untuk menggali dan meng-analisanya, lingkungan eksternal relatif lebih sulit untuk melakukannya. Oleh karenanya diperlukan tahapan yang lebih panjang dan terstruktur, yaitu :
  • 51. 43 1. Pengumpulan informasi tentang lingkungan perusahaan Dilakukan oleh tim internal perusahaan dari berbagai fungsi/bagian yang ada seperti Sales, Marketing, Keuangan, Legal, dll. Dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti : ✓ Pengamatan langsung (observasi) di lapangan Misal : pencarian data aktivitas pesaing, pangsa pasar (market share), trend (kecenderungan) di pasar dll ✓ Penggunaan data tertulis (sekunder) Misal data peraturan dari pemerintah (UU, PP, dll), hasil riset mengenai industri terkait, artikel media mengenai industri terkait, dll ✓ Melakukan riset pemasaran (baik kualitatif maupun kuantitatif) untuk mengetahui segala sesuatu hal yang ingin diketahui di pasar 2. Pengolahan data yang diperoleh Semua data yang didapat kemudian diolah secara internal oleh sebuah tim adhoc (sementara) yang dibentuk dan terdiri dari berbagai fungsi/bagian dalam perusahaan Untuk data kuantitatif diolah dengan perangkat lunak spreadsheet (misal MS excell dll) atau pengolah data (spss), untuk kemudian diambil kesimpulan akhir Untuk data kualitatif diolah dengan melakukan diskusi (brainstorming) untuk mencapai kesimpulan akhir dari tiap tiap informasi yang diperoleh tersebut
  • 52. 44 3. Pengelompokkan informasi Data dan informasi yang sudah diolah dan diambil kesimpulannya dalam point 2 di atas kemudian dikelompokkan dalam 4 kategori dalam analisa lingkungan perusahaan dengan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, & Threat) 4. Melakukan Analisa SWOT Dalam melakukan analisa lingkungan perusahaan, metode yang paling dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai lingkungan perusahaan dan karenanya yang paling umum digunakan adalah metode yang dikenal dengan Analisa SWOT itu Lebih jauh mengenai metode ini akan dibahas pada pembahasan berikutnya Analisa SWOT Analisa SWOT secara umum dapat didefinisikan sebagai : Suatu teknik atau metode perencanaan strategi yang bertujuan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats) sebuah perusahaan dalam suatu proyek atau bisnis dalam perusahaan tersebut
  • 53. https://id.openrice.com 45 Sebagai suatu metode analisis, Analisa SWOT akan melakukan analisa berbagai informasi dan data lingkungan yang telah diperoleh dan diolah, serta telah dikelompokkan dalam 4 komponen analisa ini. Adapun 4 komponen analisa tersebut adalah : 1.Strength Merupakan unsur dari lingkungan internal perusahaan yang dapat menjadi kekuatan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan Contoh : ✓ Brand yang kuat ✓ Kualitas produk baik ✓ Harga bersaing ✓ Distribusi luas ✓ Kegiatan promosi beragam ✓ Sumber Daya Manusia berkualitas ✓ Sistem kerja rapi ✓ Infrastruktur perusahaan yang mendukung ✓ Dll
  • 54. 46 2. Weakness Merupakan unsur dari lingkungan internal perusahaan yang menjadi kelemahan yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan Contoh : ✓ Brand kurang dikenal ✓ Kualitas produk standard ✓ Harga kurang kompetitif ✓ Distribusi terbatas ✓ Sumber Daya Manusia kurang terampil ✓ Sistem kerja kurang terkoordinasi ✓ Infrastruktur perusahaan kurang baik ✓ Dll Strength & Weakness adalah merupakan lingkungan internal perusahaan, karenanya perusahaan masih dapat mempengaruhi untuk membuatnya lebih baik
  • 55. 47 3. Opportunity Merupakan unsur lingkungan eksternal perusahaan yang memberikan peluang positif yang mendukung usaha pencapaian tujuan perusahaan Contoh : ✓ Pertumbuhan pasar tinggi ✓ Kondisi ekonomi, politik, atau sosial ekonomi yang kondusif ✓ Perkembangan teknologi yang mendukung ✓ Tingkat persaingan kurang ketat ✓ Pasokan bahan baku terjamin ✓ Dll 4. Threat Merupakan unsur lingkungan eksternal perusahaan yang memberikan hambatan dalam upaya perusahaan mencapai tujuannya Contoh : ✓ Pertumbuhan pasar rendah ✓ Kondisi ekonomi, politik, atau sosial ekonomi yang kurang kondusif ✓ Perkembangan teknologi kurang mendukung ✓ Tingkat persaingan sangat ketat ✓ Pasokan bahan baku terbatas ✓ Dll Opportunity dan Threat adalah merupakan lingkungan eksternal yang berada di luar perusahaan, karenanya perusahaan relatif tidak dapat mempengaruhinya. Hal yang bisa dilakukan adalah mengantisipasi dampak yang ditimbulkannya. Mengoptimalkan dampak positif dan meminimalisir dampak negatif nya.
  • 56. 48 Sebelum melakukan analisa SWOT, semua informasi mengenai lingkungan perusahaan yang telah didapatkan dan diolah oleh tim perumus strategi Branding, di kelompokkan berdasarkan 4 komponen analisa SWOT seperti juga telah di contohkan diatas Lakukan diskusi dan brainstorming didalam tim tersebut, yang dipimpin oleh manajemen puncak. Hal ini perlu dilakukan, sebab tahap penentuan unsur unsur dalam 4 komponen SWOT tersebut menjadi tahapan yang sangat penting dan sangat menentukan dalam melakukan analisa ini Jika informasi yang dimasukkan dalam 4 komponen SWOT adalah unsur unsur yang secara akurat menggambarkan situasi yang sebenarnya dari suatu perusahaan, maka analisa SWOT ini akan menghasilkan alternatif strategi yang akurat pula. Demikian pula jika sebaliknya Dan ketika tahapan ini telah berhasil dilakukan dengan baik dan menghasilkan unsur unsur yang tepat pula untuk mengisi 4 komponen SWOT tersebut, barulah kita dapat bergerak ke tahapan berikutnya, yaitu Analisa SWOT itu sendiri
  • 57. 49 Untuk lebih mempermudah pemahaman terhadap konsep dan implementasi dari Analisa SWOT ini, akan dibahas langsung pada penerapan melalui contoh yang relevan dengan perumusan Strategi Branding : Photo by Kaboompics Com by Pexels
  • 58. 50 Studi Kasus : 1.Brand A adalah produk elektronik rumah tangga dengan informasi sebagai berikut : • Produk impor berupa produk small appliances seperti blender, mixer, rice cooker, dll • Baru sekitar 2 tahun diluncurkan di pasar Indonesia • Kualitas tinggi dan ditujukan untuk pasar kelas menengah atas • Selama 2 tahun pertama, manajemen hanya fokus mendistribusikan produk ke saluran distribusi premium seperti Department store dan toko elektronik modern dengan target pasar menengah atas • Aktivitas Branding relatif belum dilakukan dengan anggapan brand tersebut sudah terkenal di negara asalnya Pada tahun ke akhir tahun ke 2, manajemen perusahaan pemegang brand tersebut di Indonesia mempunyai rencana untuk melakukan aktivitas Branding yang cukup agressive karena menyadari bahwa pencapaian penjualan yang tidak optimal selama 2 tahun ini karena belum dilakukannya aktivitas Branding yang signifikan untuk brand tersebut Manajemen puncak kemudian membentuk tim perumus strategi branding, yang tugas pertamanya adalah melakukan analisa lingkungan perusahaan dengan metode analisa SWOT .
  • 59. 51 ➢ Strength ✓ Kualitas produk tinggi dan lebih baik jika dibandingkan dengan pesaing pada target pasar ✓ Produk mempunyai beberapa keunggulan (unique selling point – USP) dibandingkan dengan pesaing ✓ Rentang produk cukup luas ✓ Harga bersaing, sama atau lebih rendah dari pesaing dengan target pasar yang sama ✓ Brand internasional dengan dukungan yang relatif kuat dari kantor pusat dan kantor regional, termasuk berbagai panduan operasional ✓ Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh kantor regional, termasuk untuk bagian produksi dan layanan service ➢ Weakness ✓ Pengenalan terhadap merek (brand awareness) masih rendah dibandingkan dengan para pesaing pada target pasar yang sama ✓ Distribusi terbatas pada saluran distribusi/toko premium saja pada beberapa kota saja ✓ Jaringan layanan service terbatas ✓ Aktivitas branding masih terbatas dan belum terintegrasi ✓ Pemahaman terhadap target pasar kurang baik
  • 60. 52 ➢ Opportunity : ✓ Pertumbuhan kelas menengah cukup tinggi, dengan preferensi pada produk berkualitas ✓ Pertumbuhan ekonomi terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir berpengaruh pada peningkatan daya beli kalangan menengah ✓ Kecenderungan kalangan menengah untuk memasak, membuat makanan ringan, dan jus sendiri (self cooking) dengan pertimbangan kesehatan dan kebersihan (hygine) ✓ Perkembangan teknologi yang membuat harga produk small appliances premium menjadi lebih murah ✓ Perkembangan teknologi digital yang mendorong meluasnya peran digital marketing dalan aktivitas branding ✓ Kebijakan penerapan SNI pada produk small appliances ✓ Persaingan produk small appliances premium belum ketat, tidak seperti untuk segmen ekonomis (menengah bawah) ➢ Threat ✓ Kondisi pandemi Covid 19 menghambat distribusi dan penjualan produk ✓ Pesaing dengan target pasar yang sama, cukup agressive menjalankan aktivitas sales & marketing ✓ Pengetahuan produk (product knowledge) konsumen terhadap produk small appliances premium, relatif masih kurang ✓ Terkadang terdapat hambatan pada proses impor produk, terlebih pada saat pandemi ini
  • 61. Set your life on fire. Seek those who fan your flames - Rumi 53 Berdasarkan unsur unsur dari komponen SWOT seperti tersebut di atas, kemudian dilakukan Analisa SWOT yaitu dengan cara membandingkan 2 komponen SWOT secara silang untuk dapat merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pada aktivitas Branding Terdapat 4 kombinasi Analisa SWOT yang dapat dilakukan : 1. Strength vs Opportunity • Strategi Harga Premium Karena produk berkualitas dan pertumbuhan kelas menengah sebagai target pasarnya • Strategi Digital Marketing Karena perkembangan teknologi digital yang sangat pesat, dan banyak digunakan oleh target pasar menengah atas • Strategi Customer Experience melalui event demo produk Karena keunggulan produk yang perlu dijelaskan ke konsumen secara langsung, juga karena kecenderungan self cooking pada target pasarnya • Strategi Visual Merchandising Demo penggunaan produk juga dapat dibuat dalam bentuk audio visual (video) dan ditayangkan pada layar LED pada display produk di toko
  • 62. 2. Strength vs Threat • Strategi Komunikasi Pemasaran Keunggulan produk dan harga yang perlu dikomunikasikan pada pasar yang sedang menurun dan saat pesaing cukup agressive melakukan aktivitas pemasaran • Strategi Digital Marketing Keunggulan produk dan harga yang perlu termasuk keunggulannya perlu dikomunikasika secara efektif dan efisien pada situasi pandemi dan potensi hambatan penjualan • Strategi E-Commerce Optimalisasi strategi digital marketing menjadi akuisisi/transaksi melalui e-commerce untuk mengatasi hambatan penjualan • Strategi inventory Menjaga persediaan dalam level yang aman untuk mengatasi kemungkinan hambatan impor 54 Photo by Jake Weiric from Unsplash
  • 63. Quitters Campers 55 “The best view comes after the hardest climb” -unknown 3. Weakness vs Opportunity • Strategi Komunikasi Pemasaran Brand yang masih belum kuat dapat ditingkatkan dengan berbagai aktivitas komunikasi pemasaran pada target pasar kelas menengah yang sedang tumbuh • Strategi Pengembangan Distribusi Distribusi yang belum luas dapat dikbangkan jauh lebih luas pada target pasar kelas menengah yang sedang tumbuh • Strategi Pengembangan Layanan Service Layanan service yang terbatas bisa diperluas bersamaan dengan pengembangan wilayah distribusi • Strategi Digital Marketing Aktivitas Branding dapat ditingkatkan melalui Digital Marketing yang relatif lebih efisien dari media konvensional 4. Weakness vs Threat • Strategi Digital Marketing Aktivitas Branding dapat ditingkatkan secara efisien dengan Digital Marketing sehingga dapat mengantisipasi aktivitas Branding pesaing yang agresif
  • 64. 56 • Strategi e-commerce Distribusi yang terbatas juga dapat diperluas dengan pengembangan distribusi online melalui e-commerce yang sangat efektif pada saat pandemi • Strategi Layanan Konsumen Online Keterbatasan layanan konsumen offline dapat ditingkatkan dengan layanan online untuk product knowledge dan konsultasi melalui fasilitas chat dll Dari semua alternatif strategi seperti tersebut di atas, memang tidak semuanya bisa dipergunakan dalam perumusan strategi dan taktis dari Branding, tapi dapat menjadi referensi dalam perumusan aktivitas Branding yang disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tentunya hal ini akan membuat perumusan Strategi Branding akan menjadi akurat karena didasarkan pada kondisi lingkungan aktual yang benar benar terjadi Selain untuk produk yang bersifat fisik, Analisa SWOT juga dapat diterapkan pada jasa/layanan yang lebih bersifat abstrak. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai hal ini berikut adalah contoh penerapan Analisa SWOT untuk jasa/layanan
  • 65. 57 2. Brand B adalah brand untuk jasa/layanan transportasi dengan informasi tersebut : • Layanan bis antar kota antar propinsi (AKAP) executive (non ekonomi) trayek Jakarta – beberapa kota di Jawa Tengah & Jawa Timur • Baru beroperasi 4 tahun pada pasar bis kota AKAP eksekutif yang umumnya sudah puluhan tahun beroperasi • Menggunakan brand chassis bus yang dikenal nyaman dengan karoseri yang berkualitas baik • Belum melakukan aktivitas Branding secara kontinyu dan terintegrasi Adapun 4 komponen SWOT nya adalah sebagai berikut : ➢ Strength ✓ Menggunakan brand bus chassis Eropa yang dikenal nyaman dan aman, dan dengan karoseri bus dari perusahaan karoseri yang terkenal baik ✓ Bus relatif masih baru (4 tahun) ✓ Pengemudi bus dikenal “halus” dalam mengemudi dan menghindari kecepatan tinggi (over speed) ✓ Standar layanan tinggi oleh bus crew, untuk ticketing, dll sebagai hasil training yang kontinyu ✓ Tarif tiket medium (ditengah) untuk kategori bis malam eksekutif ✓ Bis berangkat dari pool parkir milik sendiri dengan ruang tunggu yang nyaman -
  • 66. Photo by chuttersnap on Unsplash 58 58 ✓ Selalu berangkat tepat waktu ✓ Ruang bagasi besar dan jatah bagasi untuk setiap penumpang lebih besar dari perusahaan bis yang lain ➢ Weakness ✓ Tidak menyediakan free meal (makan malam dan makanan ringan) ✓ Poll bus umumnya agak di tengah kota yang mace ✓ Trayek bus relatif lebih sedikit dibandingkan pesaing, hanya Jakarta ke kota kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur ✓ Aktivitas Branding relatif belum dijalankan ✓ Keunggulan layanan relatif belum diketahui sebagian besar konsumen pengguna bus antar kota ➢ Opportunity ✓ Pasar transportasi dengan bus malam terus berkembang terutama karena dapat menjangkau banyak kota kecil dalam 1 trayek perjalanan ✓ Generasi milineal yang semakin mendominasi populasi, dimana salah karaktekteristik adalah menyukai experience (pengalaman) seperti perjalanan wisata, akan tetapi perhatian pada kualitas dan harga ✓ Tol trans Jawa sudah beroperasi penuh, mempercepat waktu perjalanan lewat darat ✓ Teknologi bus chassis dan karoseri yang terus berkembang, meningkatkan keamanan dan kenyamana ✓ Tarif relatif lebih murah dari moda transportasi lainnya (kereta api, pesawat berbiaya murah dll) ✓ Unsur rekreasi dalam perjalanan darat karena banyak hal yang dapat dilihat sepanjang perjalanan ✓ Infrastruktur transportasi darat yang semakin baik termasuk terminal bus antar kota, tempat peristirahatan (rest area) dll -
  • 67. 59 ✓ Perkembangan tekonologi informasi sehingga peluang untuk penggunaan pada digital marketing dan pembelian tiket secara online melalui e-commerce ✓ Terkait pandemi Covid 19, Prosedur Kesehatan (Prokes) pada transportasi darat masih jauh lebih mudah daripada moda transportasi udara ➢ Threat ✓ Pandemi Covid 19 menyebabkan penerapan prosedur kesehatan (prokes) yang ketat pada layanan transportasi termasuk bus antar kota ✓ Pandemi juga membatasi mobilitas manusia yang cenderung menurunkan perjalanan jika tidak ada keperluan yang sangat penting ✓ Brand bus antar kota lain umumnya sudah sangat kuat karena sudah puluhan tahun beroperasi ✓ Persaingan pada layanan bus antar kota cukup ketat, juga dengan moda transportasi darat lain seperti kereta api dan transportasi udara ✓ Lalu lintas yang semakin macet terutama di dalam kota karena jumlah kendaraan yang semakin banyak
  • 68. 60 Adapun kombinasi komponen Analisa SWOT nya adalah sebagai berikut : 1. Strength vs Opportunity ➢ Strategi Harga Ekonomis • Layanan dengan kualitas yang baik dengan target pasar yang dominan generasi milenial yangrelatif sensitif terhadap harga (price sensitive), dilakukan dengan Strategi multitrip dalam 1 trip perjalanan • Potensi melewati beberapa kota dalam satu perjalanan yang ditunjang dengan layanan yang berkualitas baik termasuk pool bis yang baik, memungkinkan untuk melakukan multitrip (banyak tujuan) sehingga tingkat penuh kapasitas (occupacy rate) dapat dicapai secara optimal • Terkait pandemi Covid 19, Prosedur Kesehatan (Prokes) pada transportasi darat masih jauh lebih mudah daripada moda transportasi udara ➢ Strategi Komunikasi Pemasaran Keunggulan layanan perlu dikomunikasikan ke target pasar pada pasar yang sedang berkembang ➢ Strategi Digital Marketing dan E-Commerce Komunikasi pemasaran yang akan dilakukan disesuaikan dengan target pasar milenial yang sudah sangat familiar dengan digital marketing dan e- commerce
  • 69. 61 2. Strength vs Threat ➢ Strategi Komunikasi Pemasaran Keunggulan layanan perlu dikomunikasikan secara tepat pada situasi persaingan yang cukup kuat ➢ Strategi Digital Marketing Strategi komunikasi pemasaran yang efisien juga dapat dilakukan dengan digital marketing apalagi pada saat pandemi dimana informasi lebih banyak diperoleh secara digital ➢ Strategi prosedur kesehatan (prokes) Layanan yang berkualitas perlu disesuaikan dengan prokes dalam rangka pandemi. Hal ini akan lebih meningkatkan citra layanan yang baik untuk kepentingan konsumen. Hal ini perlu di komunikasikan lewat semua saluran komunikasi pemasaran ➢ Strategi Distribusi Pool bis di pinggir kota dekat dengan pintu tol sehingga mempercepat proses penjemputan penumpang di tiap kota tanpa terkena kemacetan
  • 70. 62 3. Weakness vs Opportunity ➢ Strategi Komunikasi Pemasaran Branding yang belum kuat dalam pasar yang tumbuh dengan segmen mileneal, memerlukan aktivitas komunikasi pemasaran yang agresif ➢ Strategi Digital Marketing Aktivitas komunikasi pemasaran yang efektif dalam situasi pandemi adalah dengan menggunakan saluran digital marketing ➢ Strategi Harga Ekonomis Hanya memberikan layanan utama transportasi dengan kualitas tinggi (bus, karyawan, pool) sehingga biaya lebih efisien dan terjangkau oleh target pasar milenial ➢ Strategi multitrip dalam 1 trip perjalanan Potensi melewati beberapa kota dalam satu perjalanan yang ditunjang dengan layanan yang berkualitas baik, memungkinkan untuk melakukan multitrip (banyak tujuan) sehingga tingkat penuh kapasitas (occupacy rate) dapat dicapai secara optimal. Efisiensi juga dilakukan dengan fokus hanya pada fungsi utama layanan transportasi yaitu transportasi yang aman dan nyaman 4. Weakness & Threat ➢ Strategi Komunikasi Pemasaran & Digital Marketing Komunikasi pemasaran yang cukup efektif sekaligus efisien adalah melalui digital marketing dalam situasi pandemi
  • 71. ➢ Strategi Distribusi Pool bis di pinggir kota dekat dengan pintu tol sehingga mempercepat proses penjemputan penumpang di tiap kota tanpa terkena kemacetan Sama seperti Analisa SWOT untuk contoh sebelumnya (Brand A), semua alternatif strategi dan taktik diatas perlu diinventarisir untuk kemudian ditentukan mana yang akan dijadikan referensi dalam perumusan Strategi Branding yang akan disusun. Tidak semua perlu diambil, akan tetapi hanya strategi yang relevan dengan tujuan perusahaan (termasuk Visi & Misi) saja Bagaimana cara melakukannya, juga cara untuk melakukan perumusan Strategi Branding yang komprehensif, akan dibahas pada chapter berikutnya 63 Photo by Juan-Encalada-from Unsplash
  • 72. https://unsplash.com/@cwmonty 64 5. Strategi Branding Setelah alternatif strategi dan taktik diperoleh dari rangkaian Analisa SWOT yang telah dilakukan sebelumnya, maka inilah saat suatu brand untuk mulai masuk ke “gelanggang peperangan” persepsi konsumen Tentu, seperti panduan yang telah diberikan oleh Suntzu, sebelum benar benar turun gelanggang dengan mengerahkan segala potensi dan perangkat yang dimiliki, sebelumnya harus dirumuskan dulu Strategi Branding yang akan menjadi acuan dalam setiap langkah taktik yang akan dilaksanakan pada “peperangan” tersebut. Ini secara langsung akan mempengaruhi hasil dalam persaingan untuk merebut “wilayah” persepsi konsumen Photo by Kaboompics from Pexels
  • 73. 65 Strategi branding sendiri dapat didefinisikan sebagai : suatu rencana yang mencakup tujuan jangka panjang dan spesifik yang hanya dapat dicapai dengan perubahan-perubahan dari brand itu sendiri. Dari definisi tersebut setidaknya strategi mempunyai beberapa unsur yaitu: • Suatu Rencana • Jangka panjang/ menengah • Spesifik (terperinci, sistematis, dan terintegrasi) • Perubahan dari brand tersebut (melalui berbagai taktik yang dilakukan) Dari chapter sebelumnya, telah kita ketahui bahwa Strategi Branding diimplementasikan dalam aktivitas sebagai berikut: 1. Segmentasi & Targeting 2. Positioning Secara terperinci, akan dijelaskan dalam pembahasan berikut :
  • 74. 66 A. Segmentasi & Targeting Kepada siapa produk dan layanan ditujukan? Tentu ini adalah pertanyaan yang sangat mudah dijawab jika ditanyakan pada pemilik brand. Tentu akan dijawab bahwa semua itu ditujukan kepada konsumen, pelanggan, pengguna akhir, kustomer, klien, atau apapun istilah yang diberikan pemilik brand kepada pihak pihak yang membeli brand yang melekat pada produk atau layanan yang dihasilkannya Akan tetapi terdapat istilah yang dapat mewakili semua istilah yang diberikan oleh pemilik brand di atas, yaitu : pasar (market) Secara umum, pasar dapat didefinisikan sebagai : serangkaian sistem (tidak hanya sebatas tempat) yang bisa mengatur kepentingan pihak pembeli terhadap kepentingan pihak penjual. Sistem tersebut sebagai aturan atas berbagai unsur, yakni semua pihak terkait seperti pembeli dan penjual, barang dagangan, serta peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang disepakati. Terlibat juga peraturan pemerintah yang saling berhubungan, berinteraksi dan berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Dari definisi di atas dapat kita ketahui bahwa pengertian pasar itu sangat luas, namun intinya adalah pertukaran barang dan jasa (dari produsen/penjual) dengan alat pembayaran/uang dari pembeli. Jadi disini terdapat beberapa unsur dalam definisi pasar :
  • 75. 67 1. Produsen/penjual 2. Pembeli 3. Produk atau layanan (Brand) 4. Interaksi 5. Proses (termasuk berbagai aturan) Dari unsur pasar seperti tersebut di atas, kita ketahui bahwa subyek dari pasar adalah produsen/penjual dan pembeli, sedang 3 unsur terakhir lebih menjadi obyek yang ditentukan oleh subyek dari pasar Dari definisi di atas, dari sisi produsen sebagai pemilik brand, jika berbicara mengenai pasar sudah barang tertentu akan berbicara tentang pembeli sebagai sesama subyek di dalam pasar, dimana pembeli sering disebut juga sebagai pasar bagi produsen. Karenanya, untuk dapat melayani pasarnya tersebut dengan baik, produsen sebagai pemilik brand perlu memiliki pemahaman yang baik mengenai pembeli/pasar Satu hal terpenting yang perlu dipahami adalah pertanyaan mengenai siapakah yang paling tepat menjadi target pasar nya? Ya, pasar memang mencakup pengertian yang sangat luas yang meliputi semua segmen yang ada dalam pasar. Disini, pemilik brand perlu memilih berbagai segmen yang dipasar itu, mana yang paling tepat untuk dilayani dan dapat memberikan respon dan tanggapan terbaik atas produk dan layanan yang diberikan pemilik brand tersebut. Untuk itulah pemilik brand perlu melakukan apa yang dikenal sebagai segmentasi pasar tersebut
  • 76. 68 Secara umum, segmentasi pasar dapat didefinisikan sebagai : Pemetaan konsumen yang memiliki karakteristik, daya beli, kebutuhan yang berbeda-beda di dalam situasi pasar tertentu. Definisi lainnya adalah : Mempersatukan seluruh konsumen yang tertarget secara luas, menjadi lebih heterogen. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan efektifitas pemasaran sekaligus pemanfaatan sumber daya produksi. Jika kita rangkum kedua definisi di atas, segmentasi pasar dapat berarti : Upaya untuk membagi pasar yang sangat luas menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah untuk melakukan pilihan mana yang akan dilayani oleh pemilik brand dengan mengabaikan yang lain agar lebih dapat fokus bagian pasar yang telah dipilih tersebut Berdasarkan definisi ini, pasar dapat dianalogikan sebagai suatu benua yang sangat luas, dan kemudian dibagi menjadi beberapa negara untuk dapat menentukan negara mana saja yang perlu kita kunjungi dan mana yang tidak, sesuai dengan tujuan kunjungan kita tersebut. Itupun, ketika kita sudah sampai di suatu negara, kita juga ternyata hanya perlu mengunjungi beberapa propinsi saja dari keseluruhan propinsi yang ada di negara tersebut Adapun dari pasar yang sangat luas tersebut, dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
  • 77. 69 1. Segmentasi Demografis Yaitu pembagian pasar yang terkait dengan status manusia dalam populasi (dinamika kependudukan) dengan variabel : • Jenis kelamin Laki laki & Perempuan • Usia : Umur yang memungkinkan 0 – xx tahun • Status keluarga Belum menikah, menikah, dll • Ukuran keluarga Keluarga inti, Keluarga perluasan (extended) seperti keluarga inti + kakek & nenek • Tingkat ekonomi Kelas atas, menengah, bawah, dll • Pekerjaan Karyawan, wirausaha, mahasiswa, dll • Suku & Ras • Agama • Dll 2. Segmentasi Geografis Yaitu pembagian pasar kedalam berbagai unit unit wilayah tertentu, seperti : • Kota, pinggir kota, & pedesaan • Wilayah barat negara, wilayah timur negara, dll
  • 78. 70 3. Segmentasi Psikografis Yaitu pembagian pasar dengan menggunakan metode psikologi konsumen dengan karakteristik psikografis seperti : • Kepribadian - Terbuka (ekstrovert) - Tertutup (intovert) - diantara keduanya (berbagai tingkatan) • Gaya Hidup - Sensitif harga (price sensitive) - Hemat – boros - Impulse buying (pembelian tidak terencana) - Hedonis (suka akan kemewahan) - Dll • Ketertarikan (Preferensi) - Hobi : olahraga, seni, indoor, outdoor, dll - Kebiasaan penggunaan media : media elektronik, media cetak, media online, dll - Mengisi waktu luang : melakukan hobi, menyendiri, bersosialisasi, dll - Dll • Opini, sikap, atau kepercayaan - Sikap politik : pro pemerintah, oposisi, dll - Sikap keagamaan : Religius, kurang religius dll - Dll
  • 79. 71 • Nilai yang dianut - Meliputi berbagai nilai (values), masing masing berbagai tingkatannya 4. Segmentasi Sosial Budaya Segmentasi yang didasarkan pada kondisi sosial-budaya. Biasanya segmentasi pasar ini memiliki variabel seperti sosiologis (kelompok) dan antropologis (budaya) dibagi dalam segmen yang sesuai tahap pada: • Daur hidup keluarga : - keluarga belum ada anak - keluarga dengan anak - keluarga dengan anak yang sudah mandiri dan keluar dari rumah • Kelas sosial : - tokoh masyarakat - masyarakat biasa - dll • Budaya dan sub budaya • Lintas budaya atau segmentasi pemasaran global
  • 80. 72 Dari 4 segmentasi di atas, selain pembagian kedalam variabel variabel yang telah dibahas diatas yang sangat umum dipergunakan dalam kegiatan segmentasi pemasaran, sebenarnya masih terdapat banyak variabel lain yang dapat dipergunakan yang disesuaikan dengan keperluan Memang tidak semua variabel segmentasi dari 4 kategori segmentasi yang ada perlu dipergunakan dalam kegiatan segmentasi pemasaran. Yang penting pemilik brand mengetahui variabel variabel segmentasi dari 4 kategori segmentasi di atas apa saja yang perlu dipergunakan dalam melakukan perumusan Strategi Brandingnya Dan setelah hal tersebut dapat dipahami dan telah ditentukan variabel apa saja yang akan dipergunakan, barulah pemilik brand dapat melangkah pada tahap berikutnya dari perumusan Strategi Branding berikutnya, yaitu Targeting www,.freepik,.com
  • 81. 73 B. Targeting Seberapapun besar pasar yang akan dilayani oleh suatu brand, dari tingkat lokal yang hanya melayani pasar di sekitar tempat brand tersebut dipasarkan, sampai dengan ingkatt global yang melayani konsumen di seluruh dunia, pemilik brand harus menentukan bagian pasar mana yang akan dilayaninya berdasarkan 4 kategori segmentasi seperti yang telah dibahas sebelumnya Dari masing masing kategori, telah kita ketahui pula dapat di bagi lagi menjadi beberapa variabel segmentasi, seperti : Segmentasi Demografi yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa variabel seperti : a. Jenis kelamin b. Usia c. Pekerjaan d. Status Pernikahan e. Pendidikan f. Ukuran Keluarga g. Dll Pertanyaannya, apakah jika pemilik brand sudah menentukan kategori segmen dan variabel variabelnya yang akan diambil sebagai target pasarnya, hal tersebut sudah cukup akurat untuk menetukan target pasar nya? Belum tentu!
  • 82. 74 Coba kita telaah lebih dalam lagi dari contoh di atas : Untuk sebuah brand, misalnya minuman ringan (softdrink) seperti minuman bersoda rasa buah, mengambil segmentasi Demografi untuk penentuan target pasar nya ➢ Usia : 0 – 90 tahun Pertanyaannya, apakah usia 0-2 tahun, atau 50- 90 tahun mengkonsumsi produk tersebut? ➢ Penghasilan : kelas atas paling atas, sampai dengan kelas bawah paling bawah Pertanyaannya, apakah kelas atas yang paling atas masih mengkonsumsi minuman bersoda yang relatif kurang sehat, atau kelompok bawah paling bawah punya kemampuan untuk membelinya? ➢ Pendidikan : TK – Universitas (S1/S2/S3) Pertanyaannya apakah lulusan Universitas di bidang kesehatan masih mengkonsumsi minuman bersoda yang relatif kurang sehat ➢ Ukuran Keluarga : keluarga inti belum ada anak – keluarga inti dengan anak Pertanyannya, apakah potensi membeli brand ini lebih besar pada keluarga dengan anak kecil yang umumnya suka minuman bersoda, atau pada keluarga yang belum ada anak ➢ Dan variabel lainnya
  • 83. 75 Dari pembahasan tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa di setiap variabel segmentasi terdapat beberapa pilihan unsur variabel yang bersifat spesifik dan masing masing mempunyai karakter yang berbeda beda dan mempunyai dampak yang berbeda pula terhadap brand Misalnya pada contoh di atas, usia 0 – 2 tahun tentu belum bisa mengkonsumsi minuman bersoda, demikian pula usia 50 – 90 tahun yang umumnya tidak mengkonsumsi minuman bersoda dengan pertimbangan menjaga kesehatan Sehingga yang dapat diambil sebagai target pasar adalah usia 2 – 50 tahun. Itu pun potensinya lebih besar pads usia 2 – 20 tahun dibandingkan dengan usia 40-50 tahun yang lebih suka minuman lain seperti kopi, teh, atau justru minuman isotonik yang berisi berbagai mineral untuk meningkatkan energi Oleh sebab itu, dari setiap variabel segmentasi yang terdiri beberapa unsur, perlu di seleksi dan dipilih unsur yang masih potensial mengkonsumsi suatu brand dan mengabaikan unsur lainnya. Proses pemilihan (seleksi) inilah yang disebut sebagai Targeting.
  • 84. 76 Secara umum Targeting didefinisikan sebagai : Tindakan menilai ketertarikan dan minat dari beragam segmen pasar, kemudian menentukan segmen pasar mana yang akan Anda jadikan sebagai target pasar. Target pasar dipahami sebagai kelompok yang dipilih oleh suatu bisnis untuk dijadikan sebagai calon pelanggan dengan melakukan penargetan dan segmentasi. Sekali target pasar telah dipilih, maka semua strategi dan taktik branding harus di fokuskan pada target pasar tersebut, agar segala sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat secara efektif dan efisien dialokasikan dalam setiap aktivitas branding untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Terdapat beberapa metode dalam melakukan Targeting : 1.Undifferenteated Marketing Dalam metode targeting ini, setelah pemilik brand melakukan segmentasi pemasaran dan memilih variabel variabel nya yang akan menjadi target pasarnya, pemilik brand kemudian menjadikannya sebagai target pasar sebagai satu target pasar tanpa dibeda bedakan lagi. Karena dianggap satu target pasar yang sama, maka segala strategi dan taktik yang kemudian akan diterapkan oleh pemilik brand akan sama untuk setiap konsumen yang menjadi target pasarnya tersebut
  • 85. https://unsplash.com/@cwmonty 77 Contoh : ✓ Minimarket yang berada di suatu terminal bis, akan menjadikan semua pengunjung terminal bis tersebut sebagai target pasarnya tanpa membeda bedakannya lagi, semua dilayani secara sama ✓ Pengemudi angkutan kota, akan menganggap semua orang yang akan menggunakan angkutan kota sebagai target pasarnya tanpa membeda bedakannya lagi, semua akan dianggap sama 2. Differented Marketing Dalam metode targeting ini, pemilik brand melakukan segmentasi pemasaran dan memilih variabel variabel nya yang akan menjadi target pasarnya, kemudian target pasar yang telah dipilihnya tersebut akan dibagi menjadi beberapa bagian dari target pasar yang masing masing akan dilayani dan diperlakukan secara berbeda Contoh : ✓ Pemilik warung bakso yang berada di kios di suatu komplek perumahan yang kemudian membuka kios di foodcourt di suatu mall,. Walaupun secara resep dan menu di kedua tempat tersebut relatif tidak berbeda, akan tetapi untuk keduanya dapat ditentukan target pasar yang berbeda dan dapat diberikan layanan yang berbeda dari sisi : - Brand - Harga - Tempat dan fasilitas - Program promosi - Layanan konsumen, misalnya ucapan salam (greeting
  • 86. 78 ✓ Pemilik pencucian dan salon mobil dengan target pasar pemilik mobil yang tidak biasa mencuci mobilnya sendiri, akan membagi target pasar sesuai lokasi outlet,. Outlet di perumahan mewah tentu target pasarnya beda dengan outlet di perumahan menengah. Layanan yang diberikan pun juga bisa dibedakan walaupun masih menggunakan brand yang sama 2. Concentred Marketing Dalam metode targeting ini, pemilik brand melakukan segmentasi pemasaran dan memilih variabel variabel nya yang akan menjadi target pasarnya, dan hanya fokus pada target pasar tertentu walaupun sebenarnya potensi target pasarnya lebih besar dari yang dipilih tersebut dengan tujuan agar dapat fokus melayani target pasar tertentu yang memberikan keuntungan yang jauh lebih besar Contoh : ✓ Pemilik brand jam tangan yang walaupun mempunyai kemampuan memproduksi jam dalam berbagai tingkat kualitas, tapi memilih fokus memproduksi jam tangan kualitas tinggi untuk melayani target pasar premium yang memberikan keuntungan yang jauh lebih besar. Sehingga dapat lebih fokus melayani konsumen premiun ✓ Perusahaan layanan internet (internet service provider) yang memiliki teknologi untuk layanan internet kecepatan tinggi (premium) dan kecepatan menengah (economy) akan tetapi memutuskan untuk melayani target pasar economy dengan pertimbangan pasar yang lebih luas dan lebih menguntungkan
  • 87. 79 Apapun metode targeting yang akan dilakukan, pemilik brand dalam penetapan target pasar perlu mempertimbangkan hal hal sebagai berikut : 1. Ukuran pasar Harus cukup besar untuk dapat memberikan potensi penjualan yang akan memberikan keuntungan yang diinginkan 2. Perbedaan Perbedaan antar target pasar cukup jelas, sehingga perbedaan layanan juga lebih mudah dilakukan 3. Keuntungan Target pasar dapat memberikan keuntungan sesuai yang ditetapkan 4. Dapat diakses Target pasar dapat diakses dengan mudah oleh pemilik brand Satu kali target pasar sudah ditentukan, saat itu pulalah pemilik brand sudah harus fokus untuk hanya memikirkan dan melayani nya tanpa memperhatikan bagian pasar yang lainnya. Semua sumber daya yang dimiliki pemilik brand sudah harus dialokasikan pada target pasar yang telah dipilih tersebut Hal inipun juga berlaku pada saat perumusan Strategi Branding selanjutnya, yaitu pembentukan persepsi tertentu yang spesifik dari brand dalam pikiran target pasar atau yang biasa disebut dengan positioning itu.
  • 88. 80 Hal inipun juga berlaku pada saat perumusan Strategi Branding selanjutnya, yaitu pembentukan persepsi tertentu yang spesifik dari brand dalam pikiran target pasar atau yang biasa disebut dengan positioning itu. Apapun positioning yang akan dirumuskan, semua harus mengacu pada persepsi dari target pasar yang telah dipilih, termasuk pada implementasi berbagai Taktik Branding sebagai implementasinya tersebut. Adapun secara rinci, positioning akan dibahas pada bagian selanjutnya dari chapter ini C. Positioning Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, positioning (pasar) dapat didefinisikan sebagai berikut : Metode untuk membentuk persepsi tertentu yang spesifik dalam pikiran target pasar oleh suatu brand, sehingga dapat terbentuk posisi yang spesifik dalam persepsi/pikiran target pasar sesuai dengan yang diinginkan pemilik brand, yang berbeda dengan posisi pesaingnya Dalam melakukan proses positioning, pemilik brand perlu untuk memahami tujuan dari dilakukannya perumusan strategi positioning, sebagai berikut :
  • 89. 81 ✓ Menempatkan brand pada pasar tertentu supaya brand berbeda dengan pesaing serup ✓ Menyampaikan image/citra atau atribut yang berkenaan dengan brand kepada konsumen ✓ Menciptakan keyakinan akan brand kepada konsumen ✓ Memenuhi kebutuhan produk sesuai segmentasi pasar Menurut Philip Kotler, seorang professor marketing yang sangat dikenal itu, positioning dapat dilakukan dengan berbagai bentuk : 1. Atribut Produk Metode positioning dengan mendasarkan pada atribut produk seperti ukuran, simbol, warna, dan lainnya. Semua atribut tersebut masih berkaitan erat dengan nilai nilai yang melekat pada target pasarnya Contoh positioning : - Sebuah brand pulpen : Pulpen mini yang mudah untuk menulis dan mudah dibawa, dengan warna yang cerah dan dinamis 2. Manfaat Produk Metode positioning dengan mendasarkan pada manfaat produk, dengan menonjolkan manfaat yang lebih baik dari pesaingnya
  • 90. 82 Contoh positioning : -Sebuah brand parfum yang diklaim dapat melembutkan kulit : Parfum dengan cita rasa wewangian yang lembut dan elegan, yang dapat melembutkan kulit anda 3. Harga Produk Metode positioning dengan mendasarkan pada harga produk, apakah akan menerapkan harga premium yang tinggi atau harga ekonomis yang murah Contoh positioning : - Brand tas dengan ekonomis Tas dengan desain eksklusif dengan kualitas yang baik, tetap dengan harga yang sangat bersaing 4. Pemakai Produk Metode positioning yang mendasarkan pada pemakai produk Contoh positioning : Brand makanan ringan untuk remaja Camilan lezat dan trendy yang memberikan energi pada generasi milenial 5. Menurut pesaing Metode positioning dengan mendasarkan pada perbandingan dengan pesaing
  • 91. 83 Contoh positioning : Air mineral dalam kemasan yang ingin dicitrakan dengan kesehatan : Air mineral dari sumber mata air yang murni alami dan diproses secara hygenies yang juga akan menjaga kesehatan anda 6. Kategori Produk Metode positioning dengan mendasarkan pada klaim keunggulan di kategorinya dibanding pesaing Contoh positioning : Brand cuci piring : Pencuci piring yang wangi membersihkan dan menjadi pilihan nomer 1 para ibu Untuk dapat lebih memahami keterkaitan antara positioning dengan keseluruhan strategi Branding, berikut akan dibahas dalam studi kasus dengan menggunakan kasus produk elektronik premium dan layanan transportasi bus antar kota seperti dalam pembahasan studi kasus analisa lingkungan perusahaan pada chapter sebelumnya
  • 92. 84 Studi kasus : A. Produk Elektronik Rumah Tangga (small appliances) Premium 1. Segmentasi a. Segmentasi Demografi - Usia : 0 – 90 tahun - Jenis Kelamin : Laki laki dan perempuan - Tingkat ekonomi : Kelas Ekonomi (SES) Atas (A) – Bawah (E) - Pendidikan : SD – Universitas - Status Pernikahan : Belum menikah – Sudah menikah - Ukuran Keluarga : Keluarga inti – Keluarga perluasan (extended) b. Segmentasi Geografis - Wilayah Distribusi : Nasional - Lokasi Distribusi : Urban (kota), Sub urban (pinggir kota dan kota kecil), Rural (Desa)
  • 93. 85 c. Segmentasi Psikografis - Kepribadian : Ekstrovert, Introvert - Gaya hidup : fokus kualitas – sensitif harga, gaya hidup sehat – gaya hidup tidak sehat, pelopor atau pengikut, rasa ingin tahu – apatis, sosialisasi – individualis dll - Minat : Minat makan sehat – minat makanan fastfood/junk food, minat olah raga – tidak minat olah raga, minat masak – tidak minat masak dll - Opini Kesehatan dimulai dari pengolahan makanan – Kesehatan dimulai dari olah raga, dll - Nilai Menjaga kesehatan adalah yang terpenting – menikmati hidup dengan makanan lezat walau tidak sehat d. Segmentasi Sosial & Budaya - Daur hidup keluarga Keluarga belum ada anak – dengan anak - Posisi sosial Pemberi pengaruh (influencer) – pengikut yang awam - Budaya Adat istiadat di masing masing area distribusi
  • 94. 86 2. Targeting Dari sekian banyak variabel segmentasi yang tersedia seperti tersebut di atas, pemilik brand akan memilih yang paling tepat dengan target pasar yang akan dipilih yang paling memberikan keuntungan yang paling besar untuk brand Untuk kasus produk elektronik premium, target pasar yang dipilih adalah : a. Segmentasi Demografi - Usia : 25 – 50 tahun - Jenis kelamin : Laki laki dan perempuan - Tingkat Ekonomi : SES Atas (A) – Menengah atas (B) - Pendidikan : SMA – Universitas - Status pernikahan : menikah - Ukuran Keluarga : keluarga inti b. Segmentasi Demografi Area Distribusi : Urban & Sub Urbab c. Segmentasi Psikografis - Kepribadian : Introvert & Ekstrovert - Gaya hidup Perhatian pada kualitas, perhatian pada menjaga kesehatan, perhatian pada pengolahan makanan pribadi (self cook) - Ketertarikan Minat pada pengolahan makanan (food process), minat pada makanan sehat, dan minat pada olahraga serta kegiatan outdoor
  • 95. 87 - Opini Opini kesehatan dimulai dari makanan yang sehat dan diolah secara sehat pula - Nilai Menjaga kesehatan termasuk hal yang terpenting d. Segmentasi Sosial Budaya - Daur hidup keluarga Keluarga dengan anak - Budaya Nilai universal dalam menjaga (kesehatan keluarga) - Lintas Budaya Brand global dengan budaya perhatian pada kualitas dan inovasi tinggi 3. Positioning Dari Targeting yang dilakukan, target pasar yang dipilih mempunyai karakteristik seperti : ✓ Perhatian pada kualitas produk, bukan pada harga ✓ Perhatian pada keluarga ✓ Perhatian pada makanan sehat dan menjaga kesehatan ✓ Gaya hidup sehat Berdasarkan hal tersebut, maka positioning yang tepat untuk brand tersebut adalah : Peralatan rumah tangga elektronik berkualitas untuk pengolahan makanan sehat yang akan mendukung gaya hidup sehat keluarga anda
  • 96. 88 B.Layanan Transportasi Bus Antar Kota (Executive – AC) 1. Segmentasi a. Segmentasi Demografi - Usia : 0 – 70 tahun - Jenis Kelamin : Laki laki dan perempuan - Tingkat ekonomi : Kelas Ekonomi (SES) Atas (A) – Bawah (E) - Pendidikan : SD – Universitas - Status Pernikahan : Belum menikah – Sudah menikah - Ukuran Keluarga : Keluarga inti – Keluarga perluasan (extended) b. Segmentasi Geografis - Wilayah Distribusi : Kota kota di Pulau Jawa - Lokasi Distribusi : Urban (kota), Sub urban (pinggir kota dan kota kecil), Rural (Desa)
  • 97. 89 c. Segmentasi Psikografis - Kepribadian : Ekstrovert, Introvert - Gaya hidup : Perhatian dengan kualitas – perhatiaan dengan harga, Perhatian pada kenyamanan & keamanan – perhatian pada kecepatan perjalanan, perhatian pada kepraktisan – perhatian pada kemewahan, perhatian pada pengalaman perjalanan, dll - Ketertarikan : Minat pada kenyamanan dan keamanan, minat pada kepraktisan - minat pada kemewahan, minat kepada kecepatan perjalanan – minat pengalaman perjalanan, dll - Opini Perjalanan yang penting adalah aman dan nyaman, kecepatan adalah yang terpenting dalam perjalanan, selain fasilitas diperlukan juga benefit tambahan, dll - Nilai Perhatian pada kualitas dapat dilakukan dengan harga yang efisien juga, Kecepatan dan tepat waktu adalah fokus dari layanan transportasi, Nyaman tidak harus mewah, dll d. Segmentasi Sosial & Budaya - Daur hidup keluarga Keluarga belum ada anak – dengan anak - Posisi sosial Pemberi pengaruh (influencer) – pengikut yang awam - Budaya Adat istiadat di masing masing area distribusi
  • 98. 90 2. Targeting Dari sekian banyak variabel segmentasi yang tersedia seperti tersebut di atas, pemilik brand akan memilih yang paling tepat dengan target pasar yang akan dipilih yang paling memberikan keuntungan yang paling besar untuk brand a. Segmentasi Demografi - Usia : Target utama : 17 – 40 (milenial), target kedua : 41 - 60 - Jenis kelamin : Laki laki dan perempuan - Tingkat Ekonomi : SES Menegah Atas (B) – Menengah bawah (C) - Pendidikan : SMP – Universitas - Status pernikahan : Belum menikah, menikah - Ukuran Keluarga : keluarga inti dan keluarga perluasan (extended) b. Segmentasi Demografi Area Distribusi : Urban, Sub Urban, Rural c. Segmentasi Psikografis - Kepribadian : Introvert & Ekstrovert - Gaya hidup Perhatian pada kenyamanan dan keamanan, Perhatian pada kepraktisan, Perhatian pada harga yang ekonomis, pola pikir dinamis dan mengikuti trend -
  • 99. 91 - Ketertarikan Minat pada informasi yang updated, minat pada pengalaman dalam perjalanan, minat untuk melakukan perjalanan (traveling) - Opini Perjalanan yang terpenting adalah pengalaman (experience), Kenyamanan adalah yang terpenting - Nilai Kualitas dan harga harus seimbang, perhatian pada harga yang tepat, kebersamaan dalam Perjalanan d. Segmentasi Sosial Budaya - Daur hidup keluarga Belum berkeluarga, keluarga dengan anak (belum dewasa) - Budaya Mempersiapkan perjalanan dengan baik, kebersamaan dalam perjalanan 3. Positioning Dari Targeting yang dilakukan, target pasar yang dipilih mempunyai karakteristik seperti : - Perhatian pada kenyamanan dan keamanan - Perhatian pada harga yang bersaing - Perhatian pada kepraktisan dalam perjalanan
  • 100. -Perhatian pada pengalaman dalam perjalanan -Perhatian pada informasi dan online entertainment Dari karakteristik target pasar tersebut, untuk mendapatkan posisi terbaik dalam persepsi konsumen yang membedakannya dengan pesaing, maka dapat dirumuskan positioning sebagai berikut : Perjalanan aman, nyaman, dan mudah yang akan memberikan pengalaman perjalanan menyenangkan yang terjangkau 92 Photo by Ivan Bertolazzi from Pexels
  • 101. 93 6. Taktik Branding Usaha dan keberanian tidak cukup tanpa tujuan dan arah perencanaan John F Kennedy Sekali Strategi Branding telah dirumuskan dan ditetapkan, dan juga disetujui oleh Manajemen Puncak, maka 50% kemenangan sudah berada didalam genggaman tangan. Berlebihan dan over confidence kah ?? Tergantung! Lha, maksudnya apa?? www.freepik.com
  • 102. 94 94 https://unsplash.com/@markusspiske 94 Maksudnya, tergantung pada bagaimana anda merumuskan Strategi Branding yang terdiri Segmentasi, Targeting, & Positioning (STP) itu. Jika ketika pemilik brand melakukannya dengan : 1. Melakukan Analisa Lingkungan (SWOT) Untuk menjadi rujukan dalam melakukan pengumpulan dan analisa data terkait Segmentasi, Targeting, & Positioning (STP) 2. Berdasarkan data obyektif Semua proses perumusan strategi Branding menggunakan data yang obyektif dan menghindarkan opini dan penilaian subyektif. Data dapat diperoleh dari : ✓ Data Primer, diperoleh dari riset dan pengumpulan data secara langsung ✓ Data Sekuder, diperoleh dari studi dari buku dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain 3. Dilakukan oleh tim yang dibentuk khusus (adhoc) yang dipimpin oleh personal Marketing dan bertanggung jawab langsung ke Manajemen Puncak 4. Berbasis diskusi dan brainstorming Analisa data dan perumusan strategi dilakukan dalam proses diskusi dan brainstorming dengan menggunakan berbagai metode yang ada, seperti fishbone methods dll 5. Dukungan penuh dari Manajemen Puncak dalam setiap proses yang berjalan
  • 103. 95 95 maka Strategi Branding yang sudah disusun dengan proses yang benar tersebut akan menghasilkan perencanaan (planning) yang secara tepat akan mengarahkan pada Taktik Branding yang paling efektif dan efisien bagi suatu brand. Pada akhirnya, hal ini akan mengarahkan pada kemenangan merebut posisi terbaik pada persepsi target pasar Karenanya, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa setengah keberhasilan datang dari strategi Branding tersebut. Walaupun demikian, setengah kemenangan yang sudah “ditangan” tersebut dapat menjadi sia sia jika Strategi Branding tersebut tidak dapat diimplementasikan dengan berbagai rencana taktik yang tepat dan di eksekusi secara tepat pula. Karenanya, setelah Strategi Branding selesai dirumuskan dan kemudian ditetapkan, tugas berikutnya adalah bagaimana merumuskan Taktik Marketing sebagai implementasinya Untuk melakukan perumusan Taktik Marketing ini dapat dilakukan oleh tim adhoc yang sebelumnya telah bertugas merumuskan Strategi Branding. Hal ini terutama jika tim adhoc adalah tim kecil yang terdiri dari beberapa orang saja. Akan tetapi jika dengan pertimbangan kompleksnya data dan informasi yang harus diolah dan dianalisa, sehingga memerlukan tim adhoc untuk perumusan Strategi Marketing dengan anggota yang cukup besar, perumusan Taktik Marketing ini sebaiknya dilakukan sebagian kecil dari anggota tim adhoc ini. Pilihlah anggota tim yang benar benar kompeten dalam hal ini, umumnya berasal dari Divisi Marketing.
  • 104. 96 Hal ini dikarenakan perumusan Taktik Marketing adalah suatu proses yang panjang, komprehensif, dan terintegratif, sehingga untuk memastikan semuanya dapat dirumuskan dan direncanakan secara konsistent dan terintegrasi, maka yang terbaik adalah disusun oleh sedikit orang. Toh adanya Strategi Branding yang merupakan hasil brainstorming banyak pihak tersebut itu dapat menjadikan panduan dalam perumusan dan implementasi Taktik Marketing sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya penyimpangan (deviasi). Karenanya, berbeda dengan perumusan Strategi Branding yang memang memerlukan diskusi dan brainstorming dari banyak pihak di berbagai bagian perusahaan, perumusan Taktik Marketing dapat dilakukan oleh 1 atau beberapa orang saja, walau juga tetap memerlukan berbagai informasi dari pihak lain dalam proses perumusan tersebut. Dan inilah yang kemudian menjadi tugas seorang Brand Manager dan/atau Marketing Manager Brand atau Marketing Manager umumnya dalam merumuskan Taktik Marketing sebagai implementasi dari Strategi Branding itu dibatasi oleh : 1. Periode tertentu Misalnya untuk periode 1 tahun 2. Dana (Budget) tertentu Ditentukan dengan kriteria tertentu, misal persentase tertentu dari nilai penjualan pada periode tertentu seperti pada point 1
  • 105. 97 Adapun proses yang perlu dilakukan dalam perumusan Taktik Marketing adalah sebagai berikut : 1. Inventarisir hasil analisa SWOT dan Strategi Branding yang sudah dirumuskan dan dilakukan sebelnya 2. Mencari informasi tambahan terkait dengan perumusan unsur Taktik Marketing, yang biasa disebut dengan ” 7 P's” itu : - Product - Price - Place - Promotion - People - Process - Physical Evidence 3. Merumuskan berbagai aktivitas Taktik Marketing pada masing masing unsurnya (7 P's) dengan memperhatikan konsistensi dan integrasi antar aktivitas Taktik Marketing tersebut 4. Tentukan Budget total untuk semua aktivitas Taktik Marketing 5. Tentukan besaran budget yang diperlukan untuk setiap aktivitas Taktik Marketing yang direncanakan 6. Setiap aktivitas Taktik Marketing yang telah mendapatkan alokasi budget tersebut sesuai dengan point no 5, kemudian di bagi menjadi beberapa aktivitas dalam periode yang sudah ditentukan 7. Membuat time schedule (penjadwalan) seperti pada point 6 untuk setiap aktivitas Taktik Marketing
  • 106. 98 Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam perumusan Taktik Marketing dalam hal inventarisasi Analisa SWOT dan Strategi Branding, akan menggunakan 2 studi kasus yang telah digunakan pada pembahasan chapter sebelumnya, yaitu untuk brand produk elektronik rumah tangga (small appliances) dan layanan transportasi angkutan umum bus antar kota (executive AC) STUDI KASUS A. Brand Elektronik Rumah Tangga (Small Appliances) 1. Inventarisir data Analisa SWOT Beberapa alternatif Strategi/Taktik yang bisa dilakukan disesuaikan dengan lingkungan perusahaan : a. Strategi Harga Premium b. Strategi Digital Marketing c. Strategi Customer Experience melalui even t d. Strategi Visual e. Strategi Komunikasi Pemasarsan f. Strategi E-Commerce g. Strategi Inventory h. Strategi Pengembangan Distribusi i. Strategi pengembangan distribusi j. Strategi pengembangan service