2. • Bagaimana sejarah perkembanagn
hadist pada masa Rasulullah SAW ?
• Bagaimana sejarah perkembangan
hadist pada masa Sahabat (Khulafa’ AlRasyidin) ?
• Bagaimana sejarah perkembangan
hadist pada masa Tabi’in ?
3. Hadist pada Masa Rasulullah SAW
• Pertama, melalui para jama’ah yang berada di
pusat pembinaan atau majelis al-ilmi.
• Kedua, dalam banyak kesempatan, Rasulullah
SAW juga menyampaikan hadistnya melalui
para sahabat tertentu, kemudian mereka
menyampaikannya kepada orang lain.
• Ketiga, melalui ceramah atau pidato ditempat
terbuka, seperti ketika haji wada’ dan Futuh
Makkah.
4. Pemeliharaan Hadist dalam
Hafalan dan Tulisan
• Kegiatan menghafal merupakan budaya Arab yang
telah ada sejak zaman praIslam.
• Mereka terkenal kuat hafalan jika dibanding
bangsa-bangsa lain.
• Rasulullah banyak memberi spirit melalui doadoanya agar mereka diberikan kekuatan hafalan
dan dapat mencapai derajat yang tinggi.
• Dan Rasul sering kali menjanjikan kebaikan akhirat
bagi mereka yang menghafalkan hadist dan
menyampaikan kepada orang lain
5. AKTIFITAS MENULIS HADIST
ada larangan penulisan hadist dari Nabi
SAW dengan sabdanya:
.
” jangan menulis apa-apa selain Al-Qur’an
dari saya, barang siapa yang menulis
dari saya selain Al-Qur’an hendaklah
menghapusnya”. (Hr. Muslim dari Abu
Sa;id Al-Khudry)
6. ada juga hadist yang membolehkan
penulisan hadist, yaitu sabda Nabi SAW:
” tulislah dari saya, demi Dzat yang diriku
didalam kekuasaan-NYA, tidak keluar
dari mulutku kecuali yang hak”.
7. 2) Hadist Pada Masa Sahabat
Dan Tabi’in
A.Hadist pada masa sahabat
• Periode kedua sejarah perkembangan
hadist, adalah masa sahabat,
khususnya masa Khulafa Al-Rasyidin
(Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Usman
Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib) yang
berlangsung sekitar 11 H sampai 40 H,
masa ini juga disebut dengan sahabat
besar.
8. ”Telah aku tinggalkan untuk kalian dua
macam, yang tidak akan tersesat
setelah berpegang kepada keduanya,
yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan
sunnahku (Al-Hadist) ” H.R Malik
9. 1. masa ini belum ada usaha resmi untuk
menghimpun hadist dalam suatu kitab
2. para sahabat yang banyak menerima hadist
dari Rasul SAW sudah tersebar diberbagai
daerah kekuasaaan islam
3. membukukan hadist dikalangan para
sahabat sendiri terjadi perselisihan
pendapat, belum lagi terjadinya perselisihan
soal lafadz dan kesahihannya
10. Ada dua jalan sahabat dalam
meriwayatkan hadist dari Rasul
SAW:
• Pertama, periwayatan lafdzi (redaksinya persis seperti
yang disampaikan Rasul). Kebanyakan para sahabat
meriwayatkan hadist dengan jalan ini. Mereka berusaha
agar periwayatan hadist sesuai dengan redaksi dari Rasul
SAW, seperti sahabat Ibnu Umar.
• Kedua, periwayatan maknawi (maknanya saja).
Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadist yang
matannya tidak persis sama dengan yang didengarnya
dari Rasul SAW akan tetapi isi atau maknanya tetap
terjaga secara utuh, sesuai dengan yang dimaksudkan
oleh Rasul SAW tanpa ada perubahan.
11. • Abu Bakar
Untuk menghindari kebohongan itu, misalnya Abu
Bakar meminta pengukuhan sahabat lain ketika
seorang nenek datang padanya mengatakan ”saya
mempunyai hak atas harta yang ditinggal oleh para
anak laki-laki saya” kata Abu Bakar ” saya tidak
melihat ketentuan seperti itu, baik dari Al-Qur’an
maupun dari rasul” maka tampillah Muhammad Bin
Maslamah sebagai saksi bahwa seoarang nenek
seperti kasus tersebut mendapat bagian (1/6)
harta peninggalan cucu dari anak laki-lakinya.
12. Lanjutan
• Umar bin Khattab
• Ibn Qutaibah berkata, sebagai dikutip Ajjaj al_Khatib
mengatakan Umar bin Al-Khatab adalah orang yang
sangat keras menentang orang-orang yang
menghambarkan riwayat hadist, atau orang yang
membawa hadist (khabar) mengenai hukum tertentu
tetapi tidak diperkuat dengan seorang saksi. Umar bin
Khatab tidak senang dengan terhadap orang yang
memperbanyak periwayatan hadist dengan terlalu mudah
dan sembrono. Tentu agar kemurnian hadist nabi dapat
terpelihara. Ini tidak berarti bahwa beliau anti periwayatan
hadist, Umar r.A mengutus para ulama’ mengajarkan
islam dan sunnah nabi pada penduduk negeri.
13. • Sikap kehati-hatian kedua sahabat tersebut, juga
diikuti oleh Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Ali bin Abi
Thalib tidak menerima hadist sebelum yang
meriwayatkan itu disumpah. Pada masa ini juga
belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun
hadist dalam suatu kitab halnya Al-Qur’an, hal ini
disebabkan karena:
• Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam
mempelajari Al-Qur’an.
• Para sahabat yang banyak menerima hadist dari
Rasul SAW sudah tersebar ke berbagai daerah
kekuasaan Islam.
14. B. Hadist pada masa Tabi’in
• Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh
kalangan Tabi’in tidak berbeda dengan yang
dilakukan oleh para sahabat sebagai para guruguru mereka
• Ketika pemerintahan dipegang Bani Umayyah,
wilayah kekuasaan islam sudah meliputi Makkah,
Madinah, Bashrah, Khurasan, Mesir, Persia, Irak,
Afrika Selatan, Samarkand, dan Spanyol. Sejalan
dengan pesatnya perluasaan kekuasaan Islam
tersebut, penyebaran sahabat ke daerah-daerah
juga meningkat. Oleh sebab itu, masa itu dikenal
masa penyebaran periwayatan hadist.
15. • Pada masa tabi’in ini muncul atau terjadi sejak masa
sahabat, setelah terjadinya perang Jamal dan perang
Siffin yaitu tatkala kekuasaan dipegang oleh Ali bin Abi
Thalib. Akan tetapi akibatnya cukup panjang dan berlarutlarut dengan terpecahnya umat Islam ke dalam beberapa
kelompok, yaitu Khawarij, Syiah, Muawiyah dan golongan
minoritas yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok
tersebut.
• Dari persoalan politik diatas langsung atau tidak langsung
cukup memberikan pengaruh, baik positif maupun negatif
terhadap perkembangan hadist berikutnya. Pengaruh
yang langsung dan bersifat negatif mendukung
kepentingan politik masing-masing kelompok
menjatuhkan posisi lawan-lawannya. Adapun pengaruh
yang berakibat positif adalah hadist sebagai upaya
penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan.