SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 181
Descargar para leer sin conexión
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | i
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | i
SISTEM MANAJEMEN KINERJA
APARATUR SIPIL NEGARA
Adi Suryanto, et.al. (Editors)
Copyright @ 2021 Lembaga Administrasi Negara. All Right Reserved.
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
Judul Buku : Sistem Manajemen Kinerja Aparatur Sipil Negara
Penerbit : Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2021
Cetakan Ke : 1 (Pertama)
ISBN : 978 – 623 – 98929 – 5 - 1
IKAPI : Nomor Anggota 599/Anggota Luar Biasa/DKI/2021
Redaksi:
Gedung Atmodarminto, BPPK Kementerian Keuangan
Jl. Purnawarman No.99, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Email : bppdapwi@gmail.com
Website : https://www.bppdapwi.com
Whatsapp : 083840572182
ii | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
SISTEM MANAJEMEN KINERJA
APARATUR SIPIL NEGARA
Editor:
1. Dr. Adi Suryanto, M.Si.
2. Dr. Agus Sudrajat, MA.
3. Sri Hadiati WK, SH., MBA.
Reviewer:
1. Dr. Agus Sudrajat, MA.
2. Sri Hadiati WK, SH., MBA.
3. Drs. Riyadi, M.Si.
4. Suripto, S.Sos., MAB.
5. Marsono, SE., MM.
6. Drs. Haris Faozan, M.Si.
7. Dr. Suwatin, S.Sos., MA.
8. Arif Ramadhan, SAP., MAP.
9. Yoga Suganda Sukanto, S.Sos.
Desain Sampul dan Tata Letak
1. Agus Pahrul Sidik, ST. MT.
2. Arif Ramadhan, SAP., MAP.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | iii
Tim Penulis
1 Dr. Hary Supriadi, SH. MA Widyaswara Ahli Utama
2 Suripto, S.Sos., MAB Peneliti Ahli Madya
3 Marsono, SE. MM Peneliti Ahli Madya
4 Arif Ramadhan, SAP., MAP Peneliti Ahli Pertama
5 Parjiono, S.Sos Analis Kepegawaian Ahli Madya
6 Drs. Hari Budimawan Analis Kepegawaian Ahli Muda
7 Dr. Sri Wahyu Wijayanti,
SE. M.SE.
Peneliti Ahli Muda
8 Azizah Puspasari, SPd.,
MPA
Analis Kebijakan Ahli Muda
9 Agustinus Sulistyo Tri P, SE.
MSi.
Peneliti Ahli Madya
10 Renny Savitri, S.IP., MA Peneliti Ahli Muda
11 Ichwan Santosa, S.Sos. Analis Kebijakan Ahli Pertama
12 Octa Soehartono, S.E.,
M.P.A.
Analis Kepegawaian Ahli Muda
13 Witra Apdhi Yohanitas,
S.Kom., M.A.P.
Peneliti Ahli Muda
14 Azwar Aswin, S.Sos., MAP Peneliti Ahli Pertama
iv | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
SAMBUTAN
MENTERI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
Visi mewujudkan Indonesia yang maju, bermartabat,
berdaya saing, dan sejajar dengan negara-negara maju
di dunia menuntut birokrasi berkelas dunia. Birokrasi
harus kapabel, berdaya saing, mampu mengelola roda
pemerintahan secara efektif, efisien, dan akuntabel.
Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan
menekankan pentingnya menciptakan birokrasi yang
berorientasi pada hasil, tidak semata berorientasi pada prosedur, proses,
dan rutinitas. Oleh karena itu, Kementerian PANRB memiliki peran yang
sangat strategis dalam membangun birokrasi berkelas dunia. Untuk
mencapai visi reformasi birokrasi tahun 2024, Kementerian PANRB telah
menerapkan dua tahap roadmap reformasi birokrasi. Untuk meningkatkan
pencapaian target roadmap reformasi birokrasi tahap kedua, Kementerian
PANRB telah menerbitkan kebijakan tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Sistem Kinerja Pegawai.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa taala, semangat
untuk pembenahan dan perbaikan juga dimiliki oleh
Kementerian/Lembaga, salah satunya Lembaga Administrasi Negara
melalui Kedeputian Bidang Kajian dan Inovasi Manajemen Aparatur Sipil
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | v
Negara yang telah berinisiatif untuk menyusun Buku Sistem Manajemen
Kinerja Aparatur Sipil Negara. Dari isi buku ini, tentunya sangat penting dan
sangat baik dalam memperkuat implementasi Peraturan Menteri PANRB
Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri
Sipil. Sebagai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019
tentang Penilaian Kinerja PNS dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.
Akhir kata, sebagai Menteri PANRB, saya mengucapkan terima kasih
kepada Lembaga Administrasi Negara c.q. Kedeputian Bidang Kajian dan
Inovasi Manajemen Aparatur Sipil Negara yang telah berinisiatif menyusun
buku ini. Semoga buku Manajemen ASN ini dapat memberikan kontribusi
dalam Implementasi PermenPANRB Nomor 8 Tahun 2021.
Jakarta, 22 Desember 2021
H. Tjahjo Kumolo, S.H.
vi | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
SEKAPUR SIRIH
KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI
Sebagai salah satu institusi yang mendapatkan
mandat langsung dari Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Lembaga
Administrasi Negara telah dan akan terus
menguatkan komitmen untuk menjadi penggerak
utama dalam mewujudkan world class government.
Untuk itu, dalam rangka melaksanakan tugasnya
untuk meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi,
penguatan terhadap manajemen ASN akan terus
dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan dalam bidang ASN.
Saat ini kita memasuki era Revolusi Industri 4.0, dimana dunia dihadapkan
pada kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), yang
diperberat dengan pandemi Covid-19. Disinilah setiap organisasi pemerintah
atau swasta diuji serta dituntut untuk berkinerja tinggi. Pembahasan terkait
dengan kinerja PNS sampai saat ini masih menjadi isu yang sangat krusial.
Kementerian PANRB pernah mengungkapkan bahwa lebih dari 30% PNS
berkinerja buruk. Untuk itu dibutuhkan konsep dan kebijakan manajemen
kinerja yang baik dan implementatif.
Inisiatif Lembaga Administrasi Negara ini penting dalam menjawab
tantangan manajemen kinerja ASN tersebut. Buku Sistem Manajemen
Kinerja ASN layak menjadi referensi utama dalam mengimplementasikan
manajemen kinerja ASN di instansi pemerintah baik pusat maupun daerah.
Materi dalam buku ini selain merujuk pada kebijakan yang ada, juga
diperkaya dengan konsep dan langkah praktis pada setiap aspeknya. Selain
itu juga membahas model manajemen kinerja berbasis flexible work
arrangement (FWA) yang sangat relevan dengan kondisi saat ini.
Sebagai penutup, saya mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih
kepada tim penulis dan kontributor buku ini. Semoga Buku Manajemen
Kinerja ASN ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengelolaan
manajemen kinerja di instansi pemerintah pusat maupun daerah, sehingga
harapan untuk mewujudkan pemerintahan yang berkinerja tinggi dapat
terwujud.
Jakarta, 22 Desember 2021
Dr. Adi Suryanto, M.Si
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | vii
SALAM PEMBUKA
CEO GLOBAL TANOTO FOUNDATION
Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi
independen yang berkomitmen untuk meningkatkan
kekuatan transformatif pendidikan termasuk juga
pengembangan SDM Aparatur di Indonesia. Kami juga
menjadi katalis kemitraan pemerintah dan swasta
untuk menghasilkan ide-ide yang progresif.
Sejalan dengan misi kami, Tanoto Foundation
mendukung sepenuhnya Lembaga Administrasi
Negara dalam penyelenggaraan pengembangan kompetensi Aparatur Sipil
Negara demi terciptanya peningkatan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan khususnya dalam memberikan pelayanan publik yang prima
yang dampaknya akan meningkatkan kepuasan masyarakat atas layanan
pemerintahan.
Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN ini kami pandang sangat penting
sebagai pedoman bagi ASN untuk meningkatkan kinerja mereka sehingga
kinerja yang diharapkan dapat sejalan dengan tujuan organisasi.
Sebagai penutup kami menyampaikan terima kasih kepada Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia yang telah menginisiasi buku ini dan
melibatkan kami dalam penyusunan buku ini, semoga kontribusi kami juga
memberikan manfaat bagi negeri. Semoga bermanfaat, selamat membaca.
Jakarta, 22 Desember 2021
Dr. J. Satrijo Tanudjojo
viii | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
SELAYANG PANDANG
DEPUTI KAJIAN & INOVASI MANAJEMEN ASN
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI
Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN ini
merupakan buku pedoman praktis Manajemen
Kinerja ASN di Indonesia yang secara substantif
menyajikan Manajemen Kinerja ASN dari sisi
urgensi, kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
pengukuran, pembinaan, penilaian kinerja dan
sistem informasi kinerja. Sisi menarik dari buku ini
juga menyajikan manajemen kinerja dengan model
flexible work arrangement (FWA) yang tidak hanya
merupakan opsi baru, namun juga merupakan
tuntutan pola kerja saat ini.
Terwujudnya FWA ini tentunya tidak sekadar tersedianya sistem jaringan
internet yang stabil, perangkat keras dan lunak yang memadai, namun juga
tata kelola pekerjaan yang sesuai dan berkesinambungan serta peraturan
yang mendukung. Tentunya hal ini tidak mudah terealisasi seperti
membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan komitmen dan keinginan kuat
untuk berubah menjadi lebih dinamis dan fleksibel dalam pengabdian.
Semua tentu bermuara pada upaya menapaki peta jalan pembangunan ASN
seperti yang termaktub dalam RPJM (2020-2024), yakni birokrasi kelas dunia.
Kami sangat mengapresiasi hadirnya buku ini, sebagai sumbangsih Lembaga
Administrasi Negara untuk negeri khususnya di bidang pengembangan
kompetensi dan peningkatan kinerja ASN. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Tanoto Foundation atas dukungannya dalam pengembangan
knowledge creation selama ini.
Sebagai penutup, semoga buku ini bermanfaat bagi ASN, akademisi, praktisi,
mahasiswa dan semua kalangan yang membaca buku ini. Kami membuka
masukan seluas-luasnya demi perbaikan buku ini di masa mendatang.
Selamat membaca.
Jakarta, 22 Desember 2021
Dr. Agus Sudrajat, M.A.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | ix
DAFTAR ISI
Identitas Buku i
Tim Penulis iii
Sambutan Menteri PAN RB iv
Sekapur Sirih Kepala LAN vi
Salam Pembuka Tanoto Foundation vii
Selayang Pandang DKIM ASN viii
Daftar Isi ix
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Esensi Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN xiii
BAB I URGENSI MANAJEMEN KINERJA ASN
Hary Supriadi
1
BAB II PERENCANAAN KINERJA PEGAWAI
Suripto
15
BAB III PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN KINERJA
Marsono dan Arif Ramadhan
45
BAB IV KONSELING, MENTORING DAN COACHING
Parjiyono dan Hari Budimawan
55
BAB V PENGUKURAN KINERJA PEGAWAI
Sri Wahyu Wijayanti dan Azizah Puspasari
83
BAB VI TINDAK LANJUT PENILAIAN KINERJA
Agustinus Sulistyo Tri P dan Renny Savitri
98
BAB VII MANAJEMEN KINERJA DENGAN MODEL FWA
(FLEXIBLE WORKING ARRANGEMENT)
Ichwan Santoso dan Octa Soehartono
117
BAB VIII SISTEM INFORMASI KINERJA
Witra Apdhi Yohanitas dan Azwar Aswin
138
DAFTAR PUSTAKA 148
BIODATA PENULIS 153
x | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sistem Manajemen Kinerja 9
Gambar 1.2 Tantangan Penerapan Sistem Manajemen Kinerja 13
Gambar 3.1 Skema Proses Pelaksanaan Manajemen Kinerja ASN 46
Gambar 3.2 Alur Rencana Kinerja JPT, JA, dan JF 49
Gambar 3.3 Format Rencana Aksi/ Inisiatif Strategis 50
Gambar 3.4 Format Pendokumentasian Kinerja 50
Gambar 3.5 Siklus Pelaksanaan Manajemen Kinerja ASN Agile 51
Gambar 3.6 Mekanisme Perubahan SKP 54
Gambar 4.1. Siklus Manajemen Kinerja 57
Gambar 5.1 Penilaian Kinerja PNS 91
Gambar 5.2 Penilaian SKP bagi JPT 91
Gambar 5.3 Penilaian SKP bagi JA dan JF 92
Gambar 5.4 Siklus Manajemen Kinerja PNS 92
Gambar 5.5 Format Penilaian Kinerja 95
Gambar 6.1 Penghargaan dan Pembinaan bagi ASN 116
Gambar 7.1 Kotak Manajemen Talenta 125
Gambar 7.2 Platform Utama Integrated Digital Workspace 134
Gambar 7.3 Mekanisme Kerja Flexiwork Bappenas 135
Gambar 7.4 Pola Kerja di Kemenkeu 136
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rujukan Penjabaran Kinerja Utama 22
Tabel 2.2 Manual Indikator Kinerja 27
Tabel 2.3 Rencana SKP Pejabat Tinggi dan Pimpinan Unit
Kerja Mandiri
29
Tabel 2.4 Rencana SKP Pejabat Tinggi dan Pimpinan Unit
Kerja Mandiri
31
Tabel 2.5 Rencana SKP Pejabat Administrasi 33
Tabel 2.6 Rencana SKP Pejabat Fungsional 34
Tabel 2.7 Keterkaitan SKP dengan Angka Kredit Pejabat
Fungsional
35
Tabel 2.8 Verifikasi Keterkaitan SKP dengan Angka Kredit JF 35
Tabel 2.9 Kategori Penilaian Kinerja Individu 36
Tabel 2.10 Rencana SKP Pejabat Administrasi 37
Tabel 2.11 Rencana SKP Pejabat Fungsional 38
Tabel 2.12 Aspek Orientasi Pelayanan 39
Tabel 2.13 Aspek Komitmen 40
Tabel 2.14 Aspek Inisiatif Kerja 41
Tabel 2.15 Aspek Kerja Sama 42
Tabel 2.16 Aspek Kepemimpinan 43
Tabel 2.17 Level Perilaku Kerja yang Dipersyaratkan 44
Tabel 4.1 Formulir Penetapan Kegiatan Konseling 63
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Konseling PNS 64
Tabel 4.3 Daftar Nama Peserta Kegiatan Konseling 65
Tabel 4.4 Daftar Nama Peserta Pascakonseling 67
xii | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Tabel 4.5 Daftar Nama Peserta Mentoring 72
Tabel 4.6 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Mentoring 74
Tabel 4.7 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Mentoring 75
Tabel 4.8 Daftar Nama Peserta Pengukuran Potensial 80
Tabel 4.9 Daftar Nama Peserta Pelaksanaan Kegiatan
Coaching
81
Tabel 5.1 Perspektif Balance Scorecard pada Sektor Swasta
dan Publik
84
Tabel 5.2 Perbandingan Kebijakan Penilaian Kinerja PNS 86
Tabel 7.1 Identifikasi Jabatan untuk Penentuan Jenis FWA 127
Tabel 7.2 Jenis/Metode Flexible Work Arrangement (FWA) 129
Tabel 7.3 Contoh Laporan Kinerja Harian 131
Tabel 8.1 Perkembangan IP-TIK Indonesia, 2018-2019 139
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | xiii
Esensi Buku
Sistem Manajemen Kinerja ASN
“a systematic process for improving organizational
performance by developing the performance of individuals
and teams” (Amstrong - 2006)
Manajemen kinerja memiliki peran strategis dalam meningkatkan
kinerja organisasi yang menghubungkan sinergi antara tujuan individual
dengan visi dan misi organisasi. Namun, dalam sistem pemerintahan
Indonesia, manajemen kinerja dinilai masih belum terimplementasikan
dengan baik, dan masih dalam tataran konsep dan kebijakan yang ramai
didiskusikan di berbagai seminar ataupun diskusi terbatas.
Lahirnya Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara menegaskan mengenai pentingnya kinerja, sebagaimana tertuang
dalam konsideran menimbang huruf c bahwa ASN wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya. Selanjutnya, dijabarkan lebih lanjut
dalam sebuah kebijakan berupa Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
Dalam hubungannya dengan manajemen kinerja, kebijakan tersebut
menyebutkan beberapa aspek dalam manajemen kinerja yang meliputi:
perencanaan kinerja; pelaksanaan kinerja, pemantauan kinerja, pembinaan
kinerja, penilaian kinerja, tindak lanjut, dan Sistem Informasi Kinerja PNS.
Kemudian secara teknis dijabarkan dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 8 Tahun
2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
Dalam upaya memperkaya referensi Manajemen Kinerja Pegawai, Buku
Sistem Manajemen Kinerja ASN ini membahas beberapa hal mendasar
meliputi:
1. Perencanaan Kinerja Pegawai,
2. Pelaksanaan dan Pemantauan Kinerja,
3. Coaching dan Mentoring,
xiv | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
4. Pengukuran Kinerja Pegawai,
5. Tindak Lanjut Penilaian Kinerja, dan
6. Sistem Informasi Kinerja.
Dan salah satu hal yang sedang “happening” saat ini dari organisasi
berbasis kinerja adalah fleksibilitas, bekerja dari mana saja dan kapan saja,
untuk itu buku ini juga menambahkan satu pembahasan lagi tentang
Manajemen Kinerja dengan FWA (Flexible Work Arrangement).
Sebelum masuk ke pembahasan mengenai penerapan Manajemen
Kinerja, pada BAB I URGENSI MANAJEMEN KINERJA ASN pembaca akan
disajikan tentang peran strategis Manajemen Kinerja termasuk pengertian,
ruang lingkup dan tujuan serta tantangan manajemen kinerja di masa
depan.
Perencanaan kinerja pegawai merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam proses manajemen kinerja dan dapat menentukan
keberhasilan organisasi. Untuk itu, pada BAB II PERENCANAAN KINERJA
PEGAWAI membahas tentang urgensi perencanaan kinerja untuk
menegaskan pentingnya sebuah perencanaan kinerja, seberapa besar
pentingnya perencanaan kinerja dalam sebuah manajemen kinerja pegawai.
Untuk penerapan teknis operasionalnya, bab ini membahas juga tentang
Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), SKP Model Dasar/inisiasi dan
Model Pengembangan serta informasi yang harus dimuat dalam SKP.
Bagaimana menyusun indikator kinerja individu secara SMART dan
menentukan target kinerja, serta memahami jenis–jenis kinerja pegawai. Hal
penting lainnya yang dibahas dalam bab ini adalah mengenai manual
indikator kinerja sebagai instrumen pelengkap SKP yang akan memperjelas
dalam memantau dan mengukur kinerja pegawai. Selain SKP, buku ini juga
menyajikan aspek-aspek perilaku kerja yang disertai dengan definisi
orientasi, level perilaku kerja dan indikator kinerja serta situasi
penggunaanya.
Perencanaan yang baik tanpa implementasi yang baik adalah kegagalan.
Untuk memandu dalam implementasinya, BAB III PELAKSANAAN DAN
PEMANTAUAN KINERJA akan membahas tentang implementasi dan
pemantauan kinerja melalui proses pendokumentasian kinerja. Teknik
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | xv
Pendokumentasian dapat dilakukan secara harian, mingguan, bulanan,
triwulanan, semesteran, dan tahunan tergantung pada kebutuhan
organisasi. Dokumentasi ini digunakan sebagai evidence saat pemantauan
kinerja PNS yang dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS secara berkala
dan berkelanjutan dalam proses pelaksanaan SKP.
Pembinaan kinerja merupakan salah satu tahapan penting untuk
efektivitas implementasi dan pemantauan kinerja. Dalam BAB IV COACHING
DAN MENTORING ini membahas pentingnya, pengertian dan tujuan
coaching dan mentoring. Bab ini juga memperkaya dengan bahasan
kebijakan dan mekanisme serta contoh instrumen coaching dan mentoring
di lingkungan PNS.
Pengukuran kinerja menjadi salah satu tahapan yang sangat penting
dalam manajemen kinerja. Dimana hasil pengukuran akan menjadi dasar
pertimbangan atas reward dan punishment yang akan diberikan kepada
pegawai. Untuk itu, BAB V PENGUKURAN KINERJA PEGAWAI membahas
urgensi, kebijakan, pengertian, tujuan, dan waktu dalam pengukuran kinerja
pegawai. Bab ini juga membahas tentang tahapan penilaian pegawai,
metode pengukuran dengan kelebihan dan kekurangannya serta kategori
hasil penilaian.
Tindak lanjut penilaian kinerja menjadi tahapan penting lainnya dalam
proses manajemen kinerja pegawai yang maksudkan untuk memotivasi
pegawai sebagai konsekuensi atas capaian kinerjanya. Tindak lanjut ini dapat
berupa reward dan sanction/punishment. Oleh karena itu, dalam BAB VI
TINDAK LANJUT PENILAIAN KINERJA membahas tentang berbagai
kebijakan yang terkait dengan pemberian reward dan punishment mulai dari
pengembangan kompetensi, pemberian insentif/tunjangan serta
penghargaan lainnya untuk pegawai yang berkinerja baik dan sebagai
penegakan disiplin untuk pegawai yang kinerjanya sangat kurang. Dalam
pembahasan bab ini, dilengkapi pula dengan beberapa instrumen untuk
tindak lanjut.
Flexible Work Arrangements (FWA) dapat menjadi budaya kerja baru
dalam lingkungan ASN. FWA lebih fokus pada output atau hasil daripada
prosedur kerja. FWA ini bukan merupakan salah satu aspek dalam
xvi | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
manajemen kinerja yang diamanatkan dalam Sistem Manajemen Kinerja
PNS, tetapi menarik untuk dibahas karena menjadi sesuatu yang baru dalam
lingkungan kerja ASN. Oleh karena itu, BAB VII MANAJEMEN KINERJA
DENGAN MODEL FWA disajikan untuk membahas konsepsi FWA dari
berbagai variabel yang biasa digunakan, urgensi penerapannya di
lingkungan pemerintahan saat ini, kebijakan dan implementasi FWA, teknis
penentuan jenis FWA yang tepat untuk masing masing jabatan, serta kunci
sukses penerapan Manajemen Kinerja Berbasis FWA.
Perkembangan teknologi digital semakin cepat dalam mengubah cara
kerja dan budaya kerja. Untuk itu, penggunaan teknologi dalam sistem
manajemen kinerja menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam
Pengembangan Manajemen Kinerja ASN. Dalam upaya membangunkan
kesadaran mengenai pentingnya hal tersebut, BAB VIII SISTEM INFORMASI
KINERJA membahas tentang transformasi dan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, urgensi penerapannya dalam sistem manajemen
kinerja pegawai, serta model dan teknis pengelolaan sistem informasi
kinerja.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 1
BAB I
URGENSI MANAJEMEN KINERJA ASN
Peran Strategis Manajemen Kinerja
Kesan apa yang dapat kita tangkap saat memasuki sebuah ruang
pelayanan sebuah bank? Pada sebuah unit kecil kemungkinan anda akan
diterima oleh seorang petugas keamanan, satu petugas layanan pelanggan
(CS), dua orang teller, dan mungkin seorang unit manager. Semua terlihat
bekerja dan menjalankan fungsinya secara penuh, tidak ada yang
menganggur. Semua bekerja sesuai dengan tanggung jawab, dan tentu
dengan reward yang berbeda. Apabila seorang dari mereka berhalangan ke
kantor, misalnya karena sakit, proses layanan akan terganggu baik karena
tugasnya saling berhubungan satu dengan lain juga karena setiap personel
mendapat tugas dan target tertentu sesuai job description. Jika personel yang
bertugas sebagai CS tidak hadir misalnya, maka pelaksanaan tugasnya harus
segera ada yang menggantikan agar proses pelayanan tetap terlaksana
sesuai dengan core business-nya.
Nah sekarang apa yang bisa kita amati pada situasi kerja instansi
pemerintah? Sebagai organisasi yang besar, sebuah raksasa birokrasi,
terdapat banyak pegawai dengan berbagai jabatan dan status. Namun
bagaimana pembagian tugasnya? Apakah jika salah satu dari mereka tidak
hadir akan sangat berpengaruh kepada proses kerja dan kinerja?
Berbeda dengan contoh lingkungan unit perbankan tadi, maka pada
organisasi pemerintah pada umumnya persoalan ketidakhadiran atau
keterlambatan dalam pelaksanaan tugas tidak akan terlalu berpengaruh.
Disamping karena jumlah pegawai yang banyak, pembagian tugas dan target
kinerja yang dibebankan juga seringkali tidak jelas. Atau setidaknya beban
target kinerja hanya diberikan kepada “orang-orang tertentu” saja. Selain itu
ketidakhadiran atau keterlambatan atau ketidaktercapaian (under
performance) juga tidak memiliki konsekuensi berarti terhadap reward yang
didapatkan atau bahkan tidak ada konsekuensi sama sekali. Jika antara
pegawai berkinerja tinggi dengan kinerja rendah tidak memiliki konsekuensi
2 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
terhadap reward yang diterima, lalu apa yang mendorong orang untuk
berkinerja tinggi? Disinilah justru terjadi situasi perilaku “makan tulang
kawan”. Suatu kondisi dimana pekerjaan dilaksanakan orang lain namun
turut merasakan hasilnya. Bekerja secukupnya, jika perlu cukup menjadi
penggembira atau penonton saja! Hadir ke kantor tepat waktu atau
terlambat, menghasilkan kinerja tinggi, sedang atau rendah, toh akan
mendapatkan gaji dan tunjangan yang sama. Istilah PGPS, Pintar “G#@*k”
Pendapatan Sama, juga masih relevan. Kualifikasi dan kinerja tidak banyak
berdampak pada pendapatan yang dibawa pulang.
Karena kondisi demikian akhirnya pola pengawasan banyak
dititikberatkan kepada kehadiran, berupaya memastikan bahwa pegawai
hadir pada jam kerja yang ditentukan. Kontrol dilakukan untuk memastikan
bahwa semua pegawai hadir tepat waktu, selalu berada di kantor (atau
bahkan di rumah, saat WFH), bukan melihat pada kinerja yang dihasilkan dan
hanya dititikberatkan pada kehadiran.
Jelas kondisi di atas berdampak kepada motivasi pegawai. Jika tidak
bekerja atau berkinerja tetap mendapatkan reward yang sama maka untuk
apa bekerja dan berkinerja lebih? Pegawai akan berpikir yang penting hadir,
gaji dan tunjangan tetap akan diterima dengan utuh. Bahkan jika sudah ada
sistem kinerja yang melakukan pemotongan terhadap gaji dan tunjangan
kepada mereka yang kehadirannya kurang, atau kinerjanya kurang, namun
tidak akan memberi pengaruh banyak karena nilainya yang tidak signifikan.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka jelas dibutuhkan sebuah
manajemen kinerja yang baik. Pengelolaan kinerja dimulai sejak
perencanaan, penetapan target, pembagian target hingga individu,
pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi serta reward berdasarkan
kinerja. Kinerja tidak lagi diukur dari kehadiran namun menggunakan
indikator yang baik, terukur, dapat dicapai, dan dapat dibandingkan.
Sejalan dengan itu, buku ini bermaksud membantu menyediakan
rujukan bagi upaya mengelola kinerja pegawai (ASN) pada instansi
pemerintah sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Selain dari segi regulasi
terkait kinerja juga dilakukan pembahasan tentang problem dan dinamika
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 3
penerapan manajemen kinerja. Berbagai persoalan yang sering dihadapi
maupun tantangan pengelolaan kinerja pegawai dimasa yang akan datang.
Buku ini diharapkan bisa menjadi pedoman praktis yang mudah
dipahami dan implementatif. Dengan implementasi manajemen kinerja
yang baik diharapkan kinerja ASN di instansi masing-masing dapat
meningkat, sehingga bisa dicapai kinerja organisasi yang tinggi.
Pengertian, Ruang Lingkup, dan Tujuan Manajemen Kinerja
Kinerja (performance) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
1) sesuatu yang dicapai; 2) prestasi yang diperlihatkan; 3) kemampuan kerja
(tentang peralatan). Sementara itu PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Perintah mendefinisikan kinerja sebagai
keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
terukur. Sedangkan, PP 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja
memberikan batasan pengertian kinerja dikaitkan dengan keberadaan PNS
yakni kinerja PNS yang diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai oleh setiap
PNS pada organisasi/unit sesuai dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan
Perilaku Kerja.
Dari berbagai pengertian tentang kinerja tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai dari suatu proses kerja
yang dapat diukur. Oleh karenanya aspek pengukuran menjadi sangat
penting, baik ukuran yang digunakan, cara mengukur, maupun pengelolaan
data hasil pengukuran tersebut.
Pada evaluasinya atas administrasi pemerintahan (public service) tahun
2008-2013, OECD memberi perhatian khusus atas bagaimana manajemen
sumber daya manusia memberi kontribusi. Isu utama yang menjadi
perhatian adalah bagaimana mengukur kinerja dan bagaimana strategi
untuk melibatkan pegawai dalam meningkatkan kinerja (OECD, 2016).
Agar kinerja dapat dicapai dengan baik, tentunya dibutuhkan
manajemen yang baik. Untuk itulah, maka manajemen kinerja menjadi
sangat penting bagi organisasi dalam upaya mewujudkan kinerja yang
diharapkan. Manajemen kinerja menurut Amstrong (2006) adalah
4 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
“a systematic process for improving organizational performance by developing
the performance of individuals and teams” yang berarti bahwa manajemen
kinerja adalah sebuah proses proses sistematis untuk meningkatkan
kinerja organisasi dengan cara meningkatkan kinerja individu dan tim.
Dari pengertian ini, kita dapat menarik pemahaman bahwa manajemen
kinerja sebagai sebuah proses sistematis dalam suatu organisasi akan
dipengaruhi oleh capaian kinerja individu dan tim dalam organisasi tersebut.
Pendapat ini sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh J. Lockett
(dalam Amstrong, 2006), yang secara lebih tegas menyebutkan bahwa
manajemen kinerja adalah “The development of individuals with competence
and commitment, working towards the achievement of shared meaningful
objectives within an organisation which supports and encourages their
achievement” (Pengembangan kompetensi dan membangun komitmen
individu, untuk bekerja dalam rangka pencapaian tujuan bersama dalam
organisasi, dimana organisasi memberikan dukungan dan semangat untuk
pencapaian individu tersebut). Dengan demikian, secara umum manajemen
kinerja dapat dinyatakan sebagai suatu proses menyelaraskan atau
mengintegrasikan sasaran organisasi dengan individu untuk mencapai
efektivitas organisasi. Definisi tersebut juga menekankan pada
pengembangan yang merupakan tujuan utama manajemen kinerja.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikemukakan lingkup dari
manajemen kinerja paling tidak menjadi 3 (tiga) indikator, yaitu:
1. Inputs (masukkan). Masukkan yang diperlukan untuk proses
manajemen kinerja antara lain berupa kapabilitas sumber daya
manusia, baik sebagai individu maupun tim, yang diwujudkan dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya.
2. Proses. Manajemen kinerja membutuhkan proses pelaksanaan
kinerja, bagaimana kinerja dijalankan, mulai dari perencanaan
sampai dengan tujuan yang diharapkan.
3. Outputs (Keluaran). Keluaran atau hasil kerja organisasi, baik dalam
bentuk barang ataupun jasa, perlu dibandingkan dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Apakah ada kesesuaian untuk
pencapaian tujuan atau tidak. Jika terjadi deviasi antara keluaran
dengan tujuan, maka perlu dilakukan umpan balik.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 5
Sebagai sebuah proses, manajemen kinerja merupakan kesepakatan
yang terkait dengan tujuan yang ingin dicapai, standar dan kompetensi yang
dibutuhkan. Oleh karenanya, dalam proses ini ada unsur pengembangan
pegawai agar kemungkinan tercapainya target yang ditentukan lebih baik.
Selanjutnya, sistem manajemen kinerja seperti apa yang sebaiknya
diterapkan oleh organisasi? Untuk memilih sistem kinerja yang cocok bagi
sebuah organisasi, tentunya tidak bisa disamakan. Hal ini tergantung kepada
karakter, kultur dan sistem yang diterapkan dalam organisasi itu sendiri.
Dengan kata lain, tugas dan fungsi yang menjadi core business organisasi
serta budaya kerja yang ada dalam organisasi, akan menjadi unsur penentu
untuk menetapkan manajemen kinerja apa yang cocok. Pulakos (2004)
mengemukakan bahwa “memilih sistem manajemen kinerja ditentukan atau
mempertimbangkan kebutuhan fungsi dan tujuan organisasi, budaya
organisasi, dan bagaimana integrasinya dengan sistem pengelolaan SDM
lainnya. Tidak ada satu sistem manajemen kinerja yang tepat untuk semua
organisasi”.
Namun perlu dipahami bersama bahwa manajemen kinerja dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi dan untuk menjamin aktivitas organisasi
agar mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya
manajemen dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, hakikat manajemen
kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketepatan
dalam memilih dan menerapkan manajemen kinerja yang sesuai dengan
kebutuhan tugas dan fungsi organisasi serta budaya kerja yang ada,
kemudian mampu diintegrasikan dengan sistem pengelolaan sumber daya
organisasi dengan baik, akan memengaruhi terhadap efektivitas proses
manajemen kinerja itu sendiri.
Salah satu contoh terkait dengan efektivitas sistem manajemen kinerja
hasil survei Watson Wyatt (dalam Pulakos, 2004) menyimpulkan bahwa
hanya 3 dari 10 pekerja yang setuju bahwa sistem manajemen kinerja di
perusahaannya berhasil mendorong peningkatan kinerja. Bahkan kurang
dari 40 persen pekerja berpendapat bahwa telah terdapat kejelasan target
kinerja, adanya umpan balik yang jujur, atau telah berhasil menerapkan
teknologi untuk membantu melakukan penyederhanaan proses.
6 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan mengapa respons
pekerja masih rendah (kurang dari 40% yang merespons positif) terhadap
efektivitas sistem manajemen kinerja ini. Misalnya: dimungkinkan pemilihan
sistem manajemen kinerja yang diterapkan kurang tepat relevansinya
dengan kebutuhan fungsi organisasi ketika diintegrasikan dengan sistem
manajemen sumber daya lainnya. Atau dimungkinkan pula ada proses yang
kurang sesuai dengan budaya kerja organisasi sehingga memengaruhi
persepsi pegawai, baik secara individu maupun tim, terhadap penerapan
sistem manajemen kinerja ini. Hal ini relevan dengan pendapat Amstrong
(2006) yang mengidentifikasi bahwa hambatan dalam penerapan
manajemen kinerja ini bisa timbul dari kalangan manajer (pimpinan) dan
pegawai (karyawan) yang merasa bahwa dengan penerapan manajemen
kinerja ini menjadi beban tambahan dalam bekerja, atau karena ada
kepentingan yang kemungkinan terganggu. Jadi Persoalannya bukan pada
buruknya desain sistem manajemen kinerja itu sendiri, baik instrumen
maupun prosesnya, namun permasalahannya terletak pada inti dari kinerja
itu sendiri yang kurang terakomodasikan sifatnya jika dikaitkan dengan
kondisi organisasi, yakni karena kinerja sangat bersifat personal,
menyangkut karakter individu pegawai dan budaya organisasi yang
diterapkannya.
Khusus untuk sektor publik, tantangan manajemen kinerja tidak kalah
besarnya karena berbagai permasalahan dalam karakter budayanya. Sistem
manajemen yang cenderung masih bersifat birokratis, pola hierarki yang
kuat, dengan “red tape” birokrasi yang kental, sedangkan sistem manajemen
kinerja membutuhkan dinamisasi yang didukung oleh kompetensi dan
kapabilitas yang harmonis. Di samping itu, instansi pemerintah memiliki
tugas dan fungsi yang cenderung masih bersifat umum dengan output yang
bersifat “samar” sebagai salah satu ukuran akuntabilitas, menjadi sulit
terukur. Sebagai entitas yang diberi kepercayaan mengurus kepentingan
publik, maka kinerja yang jelas dan terukur menjadi ukuran apakah
pengelolaan yang dilaksanakannya telah sesuai dengan amanat yang
diberikan.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 7
Kebijakan Manajemen Kinerja Saat Ini
Rujukan utama manajemen ASN saat ini adalah Undang-Undang No. 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, atau disebut juga UU ASN.
Sebagai pedoman utama, maka UU ASN menyebutkan pentingnya kinerja
bagi ASN antara lain:
 ASN wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya (konsideran
Menimbang huruf c)
 Kinerja sebagai sebagai salah satu unsur dalam menerapkan sistem
merit (Ketentuan Umum Pasal 1 angka 22)
 Sebagai nilai dasar yang harus dipertanggungjawabkan kepada publik
(Pasal 4 huruf h)
Beberapa lembaga yang kewenangannya diatur dalam UU ASN juga
diberi amanat untuk mengawal kinerja ASN, seperti: KASN antara lain untuk
mewujudkan ASN berkinerja tinggi, BKN untuk membina dan mengevaluasi
pelaksanaan manajemen ASN termasuk untuk membangun sistem penilaian
kinerja ASN, serta Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendorong
perwujudan ASN berkinerja tinggi melalui pembinaan dan penyelenggaraan
pengembangan kompetensinya.
Namun demikian, dalam siklus manajemen PNS, aspek kinerja hanya
dalam hal “penilaian kinerja” (pasal 55 Ayat (4)) dan tidak menjelaskan proses
manajemen kinerja secara keseluruhan. Sedangkan pada pasal lainnya
penilaian kinerja diamanatkan sebagai salah satu pertimbangan dalam
pengembangan karier, disamping aspek lainnya dalam pertimbangan karier
yaitu kualifikasi, kompetensi, dan kebutuhan instansi (Pasal 69 ayat (1)).
Sejalan dengan substansi aspek manajemen PNS berupa “penilaian
kinerja”, UU ASN mengatur lebih lanjut terkait penilaian kinerja tersebut
sebagaimana tertuang dalam pasal 75 hingga 78. Pasal 78 selanjutnya
mengamanatkan agar pengaturan terkait penilaian kinerja ini diatur lanjut
dengan Peraturan Pemerintah (PP). Kemudian, diterbitkanlah PP No. 30
Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja PNS. Akan tetapi, kebijakan tersebut
hanya mengatur tentang Kinerja PNS, sedangkan penilaian kinerja PPPK
tidak diatur, padahal unsur ASN meliputi: PNS maupun dan PPPK. Hal ini
8 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
perlu menjadi perhatian, karena PPPK juga merupakan bagian dari ASN
sehingga maka perlu dibangun juga sistem pengelolaan kinerjanya agar
pengelolaan terhadap kinerja ASN menjadi utuh dan tidak parsial.
Jika merujuk pada regulasi yang mengatur tentang PPPK selain UU ASN,
yakni Peraturan Pemerintah (PP) No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, sebenarnya telah
diamanatkan juga untuk mengatur kinerja PPPK. Beberapa ketentuan
tersebut antara lain:
● Salah satu aspek dari 9 aspek manajemen PPPK adalah
penilaian kinerja (Pasal 3 huruf c).
● Perjanjian Kerja harus mencantumkan antara lain
“target kinerja” (Pasal 33 huruf b)
● “Penilaian Kinerja” diatur dalam Pasal 35 dan 36,
dimana pasal 36 mengamanatkan agar ketentuan lebih
lanjut terkait penilaian kinerja bagi PPPK ini diatur
dengan Peraturan Menteri.
Sementara ini, Peraturan Menteri untuk mengatur sistem penilaian
kinerja PPPK masih belum tersedia. Dan ini berarti menjadi salah satu
“pekerjaan rumah” yang harus menjadi perhatian agar pengelolaan kinerja
ASN benar-benar terkelola secara lengkap dan menyeluruh.
Merujuk kepada kebijakan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2019
tentang Penilaian Kinerja PNS, dapat diketahui bahwa sistem manajemen
kinerja PNS meliputi komponen-komponen sebagaimana gambar berikut:
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 9
Gambar 1.1. Sistem Manajemen Kinerja
Pembahasan lebih lanjut tentang komponen-komponen di atas akan
dibahas dalam bab-bab selanjutnya dalam buku ini. Selanjutnya, terkait
dengan pembahasan secara teknis dalam kebijakan selanjutnya mengenai
Sistem Manajemen Kinerja PNS, perencanaan kinerja, standar perilaku kerja
dalam jabatan, pelaksanaan, pemantauan kinerja, pembinaan kinerja,
penciptaan ide baru dan/atau cara baru dalam peningkatan kinerja yang
memberi manfaat bagi organisasi atau negara, penilaian kinerja, tindak
lanjut, dan Sistem Informasi Kinerja PNS, diatur dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan
RB) Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri
Sipil.
Dalam Pasal 1 ayat (1) kebijakan tersebut, dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil adalah
suatu proses sistematis yang terdiri dari perencanaan kinerja; pelaksanaan,
pemantauan dan pembinaan kinerja; penilaian kinerja; tindak lanjut; dan
sistem informasi kinerja. Dalam kebijakan ini diatur mengenai seluruh
komponen dari suatu manajemen kinerja termasuk bagaimana agar data
manajemen kinerja bisa dikelola dengan baik melalui suatu sistem informasi.
10 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Manajemen Kinerja dan SAKIP
Berbicara tentang manajemen kinerja, maka kita perlu melihat kinerja
individu sebagai bagian tidak terpisahkan dari kinerja organisasi. Keterikatan
ini berawal sejak perencanaan kinerja dimana rencana strategis organisasi
(instansi) harus dijabarkan secara cascade ke unit-unit yang lebih kecil. Setiap
pimpinan unit bertanggung jawab atas target pencapaian kinerja unitnya
yang didistribusikan ke dalam target unit yang lebih rendah/lebih kecil
hingga pada akhirnya sampai pada unit terkecil yaitu staf pelaksana secara
individual.
Proses perencanaan strategis, penentuan dan pendistribusian target
sampai pada tingkat pengukurannya ini disebut sebagai Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Pengaturan SAKIP ini tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah dan ditindaklanjuti dengan Peraturan
Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Dalam Perpres No. 29 Tahun 2014 tersebut dinyatakan bahwa Sistem
Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) sebagai rangkaian sistematik dari berbagai
aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan
pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan
pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka
pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Selain
sebagai instrumen akuntabilitas SAKIP ini juga sebagai instrumen untuk
mendorong peningkatan kinerja. Kinerja dalam hal ini didefinisikan sebagai
keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau hendak dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
terukur.
Tantangan Penerapan Manajemen Kinerja
Melihat berbagai capaian kinerja instansi pemerintah saat ini yang
cenderung belum optimal, tentunya dibutuhkan upaya terencana dan
berkelanjutan dalam rangka memperbaikinya. PP No. 30 Tahun 2019 tentang
Manajemen Kinerja dan Permenpan Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem
Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil, menjadi landasan untuk
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 11
mengambil langkah-langkah strategis memperbaiki manajemen kinerja di
masing-masing instansi. Namun demikian, upaya ini dihadapkan pada
beberapa tantangan yang menuntut upaya antisipasi dan langkah-langkah
relevan yang efektif.
Beberapa tantangan dalam melaksanakan sistem manajemen kinerja
yang baik saat ini antara lain adalah:
 pedoman teknis dan instrumentasi yang ada masih terlalu
komplek dan rumit;
 sinkronisasi manajemen kinerja pada level instansi dengan kinerja
individu;
 penerapan pengelolaan data kinerja dengan pemanfaatan TI
belum terintegrasi;
 pemanfaatan dan tindak lanjut hasil penilaian kinerja belum
diterapkan;
 penerapan sistem kerja fleksibel (flexible work arrangement – FWA)
belum diatur dalam kebijakan Sistem Manajemen Kinerja yang
ada; dan
 manajemen kinerja bagi PPPK belum diatur secara tegas dan jelas.
Dalam hal pedoman lebih teknis, termasuk instrumentasi yang
dibutuhkan untuk menerapkan sistem manajemen kinerja, PP No. 30 Tahun
2019, mengamanatkan beberapa peraturan pelaksanaan yang harus sudah
ada selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak PP tersebut diundangkan.
Karena PP No. 30 Tahun 2019 diundangkan pada 29 April 2019, maka
berbagai peraturan pelaksanaan yang diamanatkan seyogianya telah
tersedia paling lambat pada tanggal 29 April 2021.
Dengan diterbitkannya Permenpan RB No. 8 Tahun 2021 tentang Sistem
Manajemen Kinerja pada tanggal 17 Maret 2021, maka amanat Pasal 60 PP
No. 30 Tahun 2019 khususnya ayat (1), telah terpenuhi. Namun demikian,
terdapat tiga ayat amanat dari pasal 60 yang belum ditindaklanjuti yaitu:
● Ayat (2) tentang ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme
persetujuan dan evaluasi bersama dan mekanisme pengawasan
penerapan Sistem Manajemen Kinerja PNS (Peraturan Menteri yang
12 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan
aparatur negara);
● Ayat (3) tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan sanksi
administrasi sampai dengan pemberhentian bagi pejabat fungsional
yang mendapatkan penilaian kinerja dengan predikat Kurang atau
Sangat Kurang (Peraturan Menteri yang menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan
aparatur negara); dan
● Ayat (4) mengenai ketentuan lebih lanjut tata cara survei secara
tertutup (Peraturan Kepala BKN); tata cara survei secara tertutup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Pemeringkatan Kinerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dan pengelolaan informasi
dan data penilaian kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam Peraturan Kepala BKN.
Dalam hal pemberlakuannya, PP No. 30 Tahun 2019 ditetapkan untuk
efektif berlaku (2) dua tahun sejak pengundangannya, sebagaimana
disebutkan sebelumnya berarti seyogianya efektif berlaku sejak 29 April
2021. Namun demikian khusus terkait dengan ketentuan “Penilaian Perilaku
Kerja berdasarkan penilaian rekan kerja setingkat dan bawahan langsung”,
masih diberikan kelonggaran waktu maksimal hingga 5 (lima) tahun sejak
diundangkan, yakni harus diberlakukan selambatnya tanggal 29 April 2024.
Tantangan berikutnya adalah bagaimana menyelaraskan target kinerja
organisasi dengan target kinerja individu. Tentu saja penyelarasan ini harus
diawali dengan penentuan indikator kinerja yang juga harus dibagi secara
berjenjang (cascading) yang kemudian dilanjutkan dengan target yang harus
dicapai dengan proses penetapan yang terbagi secara berjenjang pula.
Praktik penetapan indikator, target, dan mendistribusikannya hingga tataran
individu masih menjadi tantangan besar di berbagai instansi pemerintah.
Unsur yang sangat penting dalam manajemen kinerja berikutnya adalah
terkait dengan pengelolaan data dalam bentuk sistem informasi. Mengingat
data yang dikelola banyak dan dinamis, maka dibutuhkan teknologi
informasi yang dapat mengakomodir keadaan tersebut. PP No. 30 Tahun
2019 secara khusus memberikan perhatian atas pentingnya sistem
informasi. Dalam Bab VII, yang secara khusus mengatur sistem informasi ini,
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 13
diatur bahwa data dan informasi seluruh aspek manajemen kinerja harus
dikelola dalam sebuah sistem informasi sejak perencanaan kinerja,
pelaksanaan, pemantauan, pembinaan, penilaian, hingga tindak lanjut.
Gambar 1.2. Tantangan Penerapan Sistem Manajemen Kinerja
Pentingnya sistem informasi ini, dimaksudkan agar dalam mengelola
kinerja, aspek data dan informasi sebagai aspek yang sangat penting dapat
terkelola dengan baik. Untuk itu bagaimana sistem ini dapat berjalan, baik
terkait komitmen anggaran, dukungan teknologi informasi, ketersediaan
sumber daya manusia yang kompeten di bidang teknologi informasi, dan
infrastruktur masih menjadi tantangan untuk dapat tersedia secara merata
di seluruh instansi pemerintah di segenap wilayah Indonesia.
Aspek selanjutnya yang menjadi tantangan adalah bagaimana
memanfaatkan hasil penilaian kinerja khususnya dikaitkan dengan
pembinaan pegawai. Hal ini penting menjadi perhatian karena jika kinerja
yang tinggi tidak mendapat penghargaan yang memadai, maka akan
menimbulkan demotivasi karena timbulnya perasaan tidak adil. Menjadi
tantangan semua instansi untuk dapat menindaklanjuti hasil penilaian baik
terhadap yang berkinerja tinggi maupun terhadap pegawai yang berkinerja
rendah dibawah standar atau target yang ditetapkan.
Demikian pula saat pandemi Covid-19 yang memaksa ASN untuk bekerja
dari rumah (Work From Home-WFH atau flexible work arrangement – FWA)
telah memunculkan tantangan tersendiri dalam mengelola kinerja. Tentu
dalam konteks kinerja, yang tidak hanya melihat aspek kehadiran dan kerja
semata, namun juga lebih berorientasi pada pencapaian kinerja tanpa
kehadiran pegawai di kantor. Namun kondisi manajemen kinerja di sebagian
14 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
besar instansi pemerintah, saat ini belum siap dalam melaksanakan pola
kerja dengan orientasi kinerja sepenuhnya.
Tantangan terakhir adalah terkait dengan keberadaan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang merupakan bagian dari
ASN. Pengelolaan kinerja PPPK perlu mendapat perhatian tersendiri karena
sifat ikatan kerja PPPK yang tidak permanen (temporary), dan mereka
direkrut dengan kompetensi khusus yang dibutuhkan organisasi dalam
keadaan mendesak. Dalam kondisi ini, dibutuhkan kemampuan untuk
melakukan sinkronisasi target instansi, distribusi target (cascading) hingga
level individu yang tentunya meliputi PNS maupun PPPK tersebut.
Karena berbagai tantangan tersebut, maka saat ini praktik manajemen
kinerja menggunakan sistem yang bervariasi antara instansi pemerintah
baik pusat maupun daerah. Namun demikian, buku ini tidak bermaksud
menyeragamkan sistem manajemen kinerja yang harus diterapkan, namun
lebih ditujukan untuk membantu instansi yang masih kesulitan dalam
menerapkan sistem manajemen kinerja yang baik. Untuk itu buku ini juga
memberikan gambaran atau contoh sistem manajemen kinerja yang
diterapkan di berbagai instansi pemerintah yang dipandang dapat menjadi
inspirasi. Inovasi tetap dibutuhkan agar sistem yang dibangun dapat optimal
sesuai dengan kemampuan dan kondisi organisasi, dengan tetap sama-
sama diarahkan pada upaya menciptakan kinerja pegawai dan kinerja
organisasi yang optimal.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 15
BAB II
PERENCANAAN KINERJA PEGAWAI
Urgensi Perencanaan Kinerja
Sebagai masyarakat urban yang tingggal di kota, kita mungkin pernah
merasakan kekesalan karena kemacetan yang parah. Hal ini disebabkan
pembangunan yang tidak direncanakan dengan baik dan benar oleh
pemerintah kota. Biasanya berkaitan dengan pembangunan jalan,
pembuatan trotoar, pembuatan saluran air, pemasangan kabel listrik,
pemasangan kabel telepon, pemasangan pipa air minum dan lainnya tidak
dilakukan secara berurutan secara benar. Hal yang sering ditemui setelah
pembangunan jalan selesai, tidak lama kemudian dibongkar lagi untuk
pemasangan kabel listrik atau kabel telepon atau pipa air minum, setelah itu
membangun trotoar dan setelah itu dibongkar lagi untuk membangun
saluran air. Pelaksanaan pekerjaan seperti ini selain membutuhkan waktu
yang lebih lama juga menjadikan kualitas pekerjaan menjadi tidak sesuai
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan hal ini sering kita temukan
jalan yang amblas karena bekas galian pekerjaan lainnya. Oleh karena itu,
merencanakan kegiatan dan atau aktivitas secara baik dan benar menjadi
sangat penting. Baik dalam arti pembagian peran dari setiap level organisasi
dan pegawai harus jelas dan tidak saling tumpang tindih. Benar dalam arti
kegiatan yang dilakukan berurutan sebagaimana bisnis proses atau standar
operasional prosedur yang telah ditetapkan.
Melihat kasus tersebut diatas, maka perencanaan kinerja yang baik
harus ada keterkaitan antara rencana kinerja organisasi pada level makro,
messo, mikro serta sampai kinerja pegawai. Pada dasarnya secara
konseptual, para pakar kinerja menyepakati bahwa manajemen kinerja
pegawai merupakan bagian integral dari manajemen kinerja organisasi. Hal
ini karena target kinerja pegawai akan menjadi kontribusi kinerja organisasi
mikro, messo dan makro. Aguinis (2013, p.2) bahkan secara tegas
mendefinisikan manajemen kinerja sebagai “continuous process of identifying,
measuring, and developing the performance of individuals and teams and
16 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
aligning performance with the strategic goals of the organisation”. Tetapi dalam
praktiknya, rencana kinerja organisasi dan rencana kinerja pegawai belum
saling terkait. Bahkan, tak hanya dengan rencana organisasi, rencana kinerja
pimpinan dengan rencana kinerja pegawai masih belum terkait satu dengan
lainnya. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2019
Tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil memberikan spirit untuk
menyinergikan antara rencana kinerja organisasi dan rencana kinerja
pegawai. Ini terlihat pada Pasal 8 ayat 2 khususnya yang menyebutkan
bahwa Proses Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai dilakukan dengan
memperhatikan Perencanaan Strategis Instansi Pemerintah, Perjanjian
Kinerja, Organisasi dan Tata Laksana, Uraian Jabatan dan SKP atasan
langsung.
Michael Amstrong (2006) menyebutkan Sistem Manajemen Kinerja
meliputi perencanaan kinerja, pelaksanaan rencana kinerja, monitor,
penilaian dan tindak lanjut. Dapat dipastikan semua pakar manajemen
menempatkan fungsi perencanaan menjadi hal pertama yang harus
dilakukan dalam siklus manajemen. Urgensi perencanaan menjadi tahap
pertama dalam manajemen antara lain karena memberikan arah,
mengurangi risiko ketidakpastian, mengurangi tumpeng tindih,
mempromosikan ide kreatif, fasilitasi pengambilan keputusan, menetapkan
standar pengendalian. Dalam Peraturan Meneteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) No. 12 tahun 2015 tentang
Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, Aspek Perencanaan Kinerja bahkan diberikan bobot penilaian
paling tinggi sebesar 30%, Pengukuran Kinerja 25%, Pelaporan Kinerja 15%,
Evaluasi Kinerja 10% dan Capaian Kinerja 20%. Dengan demikian, organisasi
yang tidak memiliki rencana kinerja sama dengan organisasi yang tidak
memiliki arah, tidak memiliki standar kinerja, kebijakan organisasi bukan
karena kebutuhan, dan inefisiensi yang besar.
Selanjutnya, Perencanaan kinerja menurut Michael Amstrong (2006)
dapat dipahami sebagai kesepakatan pimpinan dan pegawai tentang apa
dan bagaimana mencapai tujuan (kinerja). Apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan, meningkatkan standar, meningkatkan kinerja dan
mengembangkan kompetensi. Dan, bagaimana teknis pengukuran kinerja
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 17
dan bukti-bukti yang dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat
kompetensinya. Apakah merujuk pada output kegiatan dan atau aktivitas
yang menjadi kesepakatan harus dicapai atau dilakukan pada waktu
tertentu. Target kinerja yang menjadi kesepakatan tersebut minimal
memiliki unsur kuantitas, kualitas dan waktu sebagai standar kinerja. Untuk
mempermudah dalam pengendalian pencapaian kinerja juga perlu
dilengkapi dengan rencana aksi. Selanjutnya untuk penilaian kinerja pegawai
secara objektif, adil dan transparan maka setiap kegiatan dan atau aktivitas
memiliki teknis pengukuran yang reliable. Pengukuran kinerja yang objektif
sangat penting untuk pemberian reward dan tindak lanjut atas capaian
kinerjanya.
Perencanaan kinerja pegawai diamanatkan dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a
Peraturan Pemerintah (PP) No.30 Tahun 2019 Tentang Penilaian Kinerja
Pegawai Negeri Sipil bahwa Sistem Manajemen Kinerja PNS terdiri atas: a)
perencanaan kinerja, b) pelaksanaan, pemantauan kinerja, dan pembinaan
kinerja, c) penilaian kinerja, d) tindak lanjut, dan e) Sistem Informasi Kinerja
PNS. Sistem manajemen kinerja sebagaimana diatur dalam Pasal 3
merupakan prasyarat untuk melakukan penilaian kinerja PNS dilakukan
berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau
organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang
dicapai, serta perilaku PNS.
Selanjutnya secara lebih lengkap rinci, perencanaan kinerja diatur pada
Bab III yang meliputi Bagian Kesatu: Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai,
Bagian Kedua: Penyusunan SKP Bagi Pejabat Pimpinan Tinggi, Bagian Ketiga:
Penyusunan SKP bagi Pejabat Pimpinan Unit Kerja Mandiri, Bagian Keempat:
Penyusunan SKP bagi Pejabat Administrasi, Bagian Kelima: Penyusunan SKP
bagi Pejabat Fungsional, Bagian Keenam: Penyusunan SKP bagi Pejabat
Fungsional yang Rangkap Jabatan, Bagian Kedelapan: Penetapan SKP
Pegawai dan Bagian Kesembilan: Perilaku Kerja. Pengaturan Sasaran Kinerja
Pegawai lebih detail selanjutnya diatur pada PermenPANRB No. 8 Tahun
2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Dan secara
lebih detail akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
18 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Sasaran Kinerja Pegawai
Diundangkannya PP No 30 tahun 2019 menjadi momentum untuk
mengubah secara esensial perencanaan kinerja pegawai, tidak hanya
formalitas tetapi lebih fungsional. Salah satu permasalahan mendasar dalam
implementasi SKP berdasarkan PP No. 46 tahun 2011 yakni keberadaan SKP
hanya untuk kebutuhan formalitas administratif. Permasalahan inilah yang
menyebabkan SKP tidak dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan,
pemantauan, pembinaan, pengukuran dan penilaian kinerja pegawai secara
objektif dan optimal.
Dalam ketentuan umum PP No. 30 Tahun 2019, Sasaran Kinerja Pegawai
adalah rencana kinerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS yang
harus dicapai setiap tahun. Sasaran Kinerja Pegawai tersebut sering disebut
juga dengan SKP. Penggunaan istilah SKP sebenarnya sudah diperkenalkan
sejak sepuluh tahun yang lalu sejak diterbitkannya PP No. 46 tahun 2011.
Sehingga istilah tersebut sudah cukup familer untuk para PNS. Tetapi yang
menjadi pertanyaan mendasar, apakah setiap PNS memahami SKP secara
benar menurut ketentuan PP No. 30 tahun 2019? Apa perbedaan mendasar
dengan SKP yang selama ini dikerjakan? Oleh karena itu, sebelum
membahas lebih detail dan lebih teknis, kita akan membahas pemahaman
mendasar tentang SKP.
Memahami SKP bukan hanya tahu pengertian atau definisi tentang SKP
saja, tetapi harus mampu memahami secara esensial SKP sesuai ruh dari PP
No. 30 tahun 2019. Ini penting untuk dapat membuat rencana kinerja
pegawai secara benar, karena selama ini implementasi SKP dengan PP No.
46 Tahun 2011 juga banyak variasi dan perbedaan antara satu dengan
lainnya. Hal ini menyebabkan SKP hanya sebagai dokumen formalitas
administrasi saja, tanpa memberikan kontribusi yang optimal dalam kinerja
organisasi. Hal ini sebagaimana dijelaskan Bapak Supranawa Yusuf,
Sekretaris Utama BKN, yang menyebutkan terdapat perbedaan antara
15-20% penilaian kinerja organsiasi dan kinerja pegawai.
Meskipun kedua peraturan menggunakan istilah SKP, tetapi secara
esensial memiliki makna yang sangat berbeda. PP No. 30 Tahun 2019
menggunakan “Kinerja”, sedangkan PP No. 46 tahun 2011 menggunakan
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 19
“Kerja”. Dilihat dari pemilihan kata “Kinerja” dan “Kerja” saja tentunya sudah
sangat berbeda. Secara harfiah (kbbi.web.id) kinerja dipahami sebagai
sesuatu yang dicapai, sedangkan kerja dipahami sebagai kegiatan
melakukan sesuatu. Dari pengertian tersebut, secara dummy dapat dipahami
bahwa kinerja berfokus pada hasil, sedangkan kerja berfokus pada
proses/aktivitas. Akan tetapi, untuk para pengelola kinerja organisasi dan
kinerja pegawai yakni para pimpinan organisasi tidak cukup hanya
pemahaman dummy, tetapi harus memahami manajemen kinerja secara
lebih detail dan komprehensif. Ketidakpahaman pimpinan tentang
manajemen kinerja dapat berdampak fatal pada kinerja organisasi. Dampak
fatalnya pelaksanaan sistem manajemen kinerja mulai perencanaan kinerja
tidak jelas, pelaksanaan tidak terarah, pemantauan kinerja tidak optimal,
pengukuran dan penilaian kinerja tidak valid dan objektif, dan tidak
memberikan masukan untuk rencana kinerja tahun selanjutnya.
Dalam Peraturan PANRB No. 8 Tahun 2021 Pasal 7, penyusunan rencana
SKP dapat dilakukan dengan dua model yakni: (1) dasar/inisiasi, (2)
pengembangan. Model dasar/inisiasi dapat dilakukan oleh instansi
pemerintah yang akan membangun Sistem Manajemen Kinerja Pegawai.
Sedangkan model pengembangan dapat dilakukan oleh instansi pemerintah
yang telah membangun Sistem Manajemen Kinerja Pegawai. Untuk dapat
menyusun SKP secara baik dan benar akan dijelaskan beberapa hal pokok
pada subbab berikutnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SKP yakni bahwa
minimal setiap SKP memuat dua informasi penting meliputi indikator
kinerja individu dan target kinerja. Kedua hal tersebut akan dijadikan
sebagai alat ukuran keberhasilan kerja PNS dalam waktu tertentu.
Indikator Kinerja Individu
Indikator Kinerja Individu merupakan ukuran keberhasilan kinerja yang
akan dicapai pegawai. Oleh karena itu, penyusunan indikator kinerja tidak
dapat dilakukan dengan massal, tetapi harus memenuhi beberapa kriteria
sehingga menjadi indikator yang akuntabel. Beberapa pakar kinerja
menyebutkan bahwa kriteria Indikator kinerja harus “SMART” yang
20 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
merupakan akronim dari Spesific, Measurable, Achievable, Reliable dan Time
bound.
 Spesifik (Spesific) artinya menunjukan kekhasan/keunikan uraian tugas
kerja. Dengan demikian Indikator kinerja individu harus dibuat secara
rinci dan detail sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab
unit/pegawai.
Contoh:
o Pemerintah daerah ingin meningkatkan produksi sektor
pertanian, maka harus secara spesifik dipilih jenis tanaman dan
komoditasnya serta wilayahnya. Contoh: Meningkatkan produksi
padi varietas kaliabang di Kecamatan Adimulyo.
o Untuk pekerjaan dalam bentuk proyek atau kegiatan juga perlu
secara detail dan cakupannya. Contoh: Menyusun Naskah
Akademik Peraturan Pemerintah tentang Sistem Manajemen
ASN.
 Terukur (Measurable) artinya kinerja dapat diukur dengan jelas, memiliki
satuan pengukuran serta cara pengukurannya. Ukurannya yang dapat
digunakan misalnya volume, rupiah, meter, kilogram, persentase atau
angka nominal, unit/buah, dokumen dan lain-lain.
Contoh:
o Meningkatkan produksi padi varietas kaliabang sebanyak 10% di
Kecamatan Adimulyo.
o Meningkatkan produksi padi varietas kaliabang sebanyak 3
ton/hektar di Kecamatan Adimulyo.
o Menyusun 1 (satu) dokumen Naskah Akademik Peraturan
Pemerintah tentang Sistem Manajemen ASN.
Selain ukuran tersebut diatas, indikator kinerja juga dapat menggunakan
beberapa yang lazim digunakan selama ini antara lain antara lain: %
jumlah tugas yang dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan;
indeks profesionalisme pegawai; indeks persepsi korupsi; skor
kompetensi pegawai, dll.
 Realistis (Achievable) artinya target yang ditetapkan dapat dicapai secara
optimal dengan dukungan sumber daya yang tersedia. Untuk dapat
menetapkan target yang realitis, maka unit kerja perlu memperhatikan
data-data antara lain data kinerja tiga tahun terakhir, data kinerja
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 21
unit/sektor yang sama, serta data kondisi lingkungan strategis. Selain itu,
penetapan target kinerja juga harus menggunakan prinsip “stretching
goals” untuk menantang dan memotivasi kinerja pegawai serta
melahirkan terobosan baru/inovasi dalam produksi tanaman padi.
Contoh:
o Jika berdasarkan data tiga tahun terakhir produksi padi varietas
kaliabang di Kecamatan Adimulyo meningkat sebanyak 5%. Dan
produksi di kecamatan lainnya di lingkungan Kabupaten
Kebumen juga meningkat 5%, maka target dapat dibuat lebih
tinggi dari 5% seperti 7%, 8%, atau bahkan 10%.
 Adaptif (Reliable) artinya indikator kinerja dapat disesuaikan dengan
perubahan kondisi internal dan eksternal organisasi.
Contoh: Perubahan rencana kinerja yang disebabkan kebijakan re-
focusing anggaran untuk penanganan pandemi Covid-19 sebagai berikut:
o Perubahan rencana kinerja produksi padi varitas kaliabang di
Kecamatan Adimulyo yang semula pada minggu ke IV bulan Juni
2021 meningkat 5% menjadi 2,5%, minggu ke IV bulan Desember
2021 meningkat 10% menjadi 5%.
o Penghapusan Kegiatan Laporan Naskah Akademik Peraturan
Pemerintah tentang Sistem Manajemen ASN selesai minggu ke-
IV bulan Oktober 2021. Diganti dengan Kajian Pemulihan
ekonomi sektor Industri dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
 Batas waktu (time-bound) artinya setiap proses pencapaian indikator
kinerja harus memiliki batas waktu yang jelas, kapan proyek/kegiatan
harus selesai.
Contoh:
o Produksi padi varitas kaliabang di Kecamatan Adimulyo pada
minggu ke IV bulan Juni 2021 meningkat 5%, minggu ke IV bulan
Desember 2021 meningkat 10%.
o Laporan bulanan selesai setiap minggu 1 bulan berikutnya.
o Laporan Naskah Akademik Peraturan Pemerintah tentang Sistem
Manajemen ASN selesai minggu ke-IV bulan Oktober 2021.
22 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Jenis Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai dibedakan menjadi dua jenis yakni kinerja utama dan
kinerja tambahan. Kinerja utama merupakan hasil kerja yang berkaitan
dengan fungsi organisasi yang menjadi sasaran prioritas pada waktu
tersebut. Kinerja utama selalu berkaitan dengan hasil kerja dari rencana
strategis, perjanjian kinerja, SKP atasan langsung dan uraian tugas pokok
jabatan. Untuk rujukan utama dalam penjabaran kinerja utama pejabat
pimpinan tinggi/unit mandiri, pejabat administrasi dan pejabat fungsional
seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Rujukan Penjabaran Kinerja Utama
PEJABAT RUJUKAN UTAMA
PIMPINAN TINGGI Penjabaran sasaran unit/organisasi (didalam Renstra,
Perjanjian Kinerja, organisasi dan tata kerja, uraian jabatan)
UNIT MANDIRI Penjabaran sasaran unit/organisasi (didalam Renstra,
Perjanjian Kinerja, organisasi dan tata kerja, uraian jabatan)
ADMINISTRASI Penjabaran kegiatan atasan langsung (SKP atasan langsung,
organisasi dan tata kerja, uraian jabatan)
FUNGSIONAL Penjabaran sasaran unit/organisasi dan/atau kegiatan
atasan langsung dan organisasi dan tata kerja, uraian
jabatan).
Sumber: diolah dari PermenPANRB 8 / 2021
Sedangkan kinerja tambahan merupakan tugas dari pimpinan unit
kerja/organisasi yang bersifat strategis, tetapi bukan tugas pokok jabatan
pegawai bersangkutan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam memberikan tugas tambahan yakni sebagai berikut:
 Disepakati pimpinan dan pegawai. Pemberian kinerja tambahan
pegawai harus disepakati antara pegawai dan pimpinan unit kerja
atau pejabat penilai kinerja. Kesepatan tersebut juga harus
diformalkan dalam bentuk surat tugas atau surat keputusan.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 23
 Di luar tugas pokok jabatan. Setiap pegawai pasti menduduki
jabatan dan setiap jabatan harus memiliki uraian tugas jabatan.
Sebagaimana dijelaskan di kinerja utama, setiap uraian tugas jabatan
merupakan kinerja utama pegawai. Oleh karena itu, setiap tugas yang
tidak terdapat dalam uraian tugas jabatan merupakan tugas
tambahan pegawai. Meskipun demikian, kinerja tambahan harus
memberikan kontribusi pada pencapaian sasaran starategis
organisasi.
Contoh:
o Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura diberikan
tugas tambahan pengembangan teknologi pengolahan hasil
pertanian. Kinerja utama Kepala Bidang Tanaman Pangan dan
Hortikultura adalah dalam meningkatkan perbenihan dan
perlindungan tanaman, produksi tanaman pangan dan
hortikultura. Tugas tambahan untuk mengembangan teknologi
pengolahan hasil pertanian, yang seharusnya menjadi kinerja
utama Kepala Bidang Teknologi Pertanian Pengolahan dan
Pemasaran.
o Fungsional Peneliti Madya diberikan tugas tambahan
Koordinator Administrasi Umum. Tugas peneliti adalah
melakukan Penelitian, Pengembangan, dan/atau Pengkajian Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dengan Kinerja Utama Peneliti
Madya adalah hasil kerja minimal yang meliputi 1) Pemakalah
oral di pertemuan ilmiah terindeks global. 2). Kontributor anggota
karya tulis ilmiah dalam bentuk artikel di prosiding ilmiah
terindeks global bereputasi. 3) Kontributor anggota karya tulis
ilmiah dalam bentuk artikel di jurnal ilmiah terindeks global
bereputasi menengah/ buku ilmiah atau bagian dari buku ilmiah
diterbitkan oleh penerbit internasional lainnya/kekayaan
intelektual bersertifikat telah dikabulkan (selain paten
sederhana), atau naskah akademis R-PP atau R-Perpres, atau
transaksi lisensi dengan mitra nasional. Tugas tambahan untuk
menjadi koordintaor umum unit kerja/organisasi dalam
24 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
menangani tugas adminsitrasi tata naskah dinas, perencanaan,
keuangan dan pelaporan sebagai tugas supporting unit.
 Sesuai dengan kapasitas pegawai. Pegawai yang mendapatkan
tugas tambahan harus memiliki kompetensi sesuai kebutuhan untuk
melaksanakan tugas tambahan tersebut.
Contoh:
o Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura diberikan
tugas tambahan pengembangan teknologi pengolahan hasil
pertanian, maka harus dipastikan pegawai tersebut memiliki
kompetensi dalam pengolahan hasil pertanian. Kompetensi
tersebut dapat ditunjukan dengan pengalaman menduduki
jabatan atau pernah mengikuti pelatihan tentang pengolahan
hasil pertanian.
o Fungsional Peneliti Madya mendapatkan tugas tambahan
Koordinator Administrasi Umum, maka harus dipastikan pegawai
tersebut memiliki kompetensi dalam pengelolaan administrasi
keuangan, pengelolaan tata naskah dinas dan arsip, serta lainnya.
Kompetensi tersebut dapat ditunjukkan dengan pengalaman
menduduki jabatan atau pernah mengikuti pelatihan, bimbingan
teknis, workshop atau sosialisasi terkait hal tersebut.
 Terkait langsung dengan tugas atau output organisasi, artinya kinerja
tambahan yang di dalam SKP harus berkaitan dengan kinerja
organisasi tersebut, sebagaimana contoh diatas. Jika mendapatkan
tugas tambahan tidak terkait dengan kinerja organisasi, maka tidak
perlu dimasukan dalam dokumen SKP.
Contoh:
o Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura
mendapatkan tugas tambahan melakukan razia yustisi Covid-19.
o Fungsional Peneliti Madya mendapatkan tugas melaksanakan
pemberian bantuan langsung Covid-19.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 25
 Harus bersifat strategis, artinya tugas tambahan berkaitan dengan
pelaksanaan strategi organisasi yang dapat meningkatkan kinerja
organisasi contohnya komitmen dalam meningkatkan kompetensi,
pengetahuan dan keterampilan.
 Lingkup penugasan dapat bersifat nasional, provinsi atau kabupaten
kota yang dibuktikan dengan Surat Keputusan.
Target Kinerja
Target kinerja adalah jumlah hasil kerja yang akan dicapai dari setiap
pelaksanaan tugas jabatan yang meliputi aspek: kuantitas, kualitas, waktu
dan/atau biaya.
 Kuantitas yaitu jumlah/banyaknya keluaran (output) dan/atau manfaat
(outcome). Ukuran output/outcome sebagaimana dijelaskan pada kriteria
Terukur (Measurable).
 Kualitas yaitu mutu output/outcome. Ukuran mutu ditentukan jenis dan
karakteristik output/outcome. Contoh:
o Kualitas Produksi barang misalnya SNI, standar Euro II/Euro
III/Euro IV.
o Kualitas standar kerja misalnya ISO 9001, ISO 14001, ISO 45001,
OHSAS 18001
o Karya Tulis Ilmiah/Buku dengan publikasi terindeks
nasional/global seperti SINTA, SCOPUS
o Atau menggunakan standar kualitas yang sangat umum
menggunakan persentase.
 Waktu yaitu standar waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
kegiatan. Jika pada kriteria batas waktu menentukan akhir
proyek/kegiatan. Dalam waktu ini menggunakan lama waktu proyek /
kegiatan. Contoh: sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan, enam bulan,
setahun, lima tahun, dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan.
 Biaya yaitu dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.
Sesuai dengan ketentuan dalam penjelasan PP 30 Tahun 2019, aspek
kuantitas harus ada dalam setiap target kinerja. Sedangkan kualitas, waktu
26 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
dan biaya tidak selalu harus ada dalam target kinerja, disesuaikan dengan
jenis dan karakteristik kegiatan yang dilaksanakan.
Manual Indikator Kinerja
Manual indikator kinerja merupakan sebuah instumen tambahan SKP
yang berisi deskripsi, formula pengukuran setiap indikator kinerja.
Instrumen ini penting untuk digunakan pada tahap pemantauan dan
pengukuran kinerja pegawai. Oleh karena itu, Manual indikator kinerja
menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari SKP.
Dalam menyusun manual indikator kinerja yang baik, minimal memuat
beberapa informasi sebagai berikut:
 Deskripsi rencana kinerja yang menggambarkan hasil yang akan dicapai
organisasi secara jelas, spesifik, dapat dicapai dan terukur. Dalam
deskripsi ini bukan menjelaskan aktivitas atau kategori pekerjaan.
 Deskripsi Indikator Kinerja Individu menjelaskan ukuran keberhasilan
kinerja yang akan dicapai pegawai dengan lebih operasional, formula
pengukuran kinerja serta tujuannya.
 Satuan pengukuran Indikator Kinerja Individu yang tetap dan sesuai
dengan jenis kinerja pegawainya.
 Kualitas dan tingkat kendali IKI menjelaskan tingkatan kinerja sesuai
dengan tingkatan organisasi antara lain outcome, output tingkat kendali
rendah, output tingkat kendali sedang.
 Unit penyedia data untuk pengukuran kinerja menjelaskan unit kerja
yang akan menjadi rujukan untuk mendapatkan data kinerja.
 Periode pelaporan menjelaskan waktu dalam memberikan laporan
secara berkala antara lain laporan bulanan, triwulan, semester dan
tahunan.
Namun jika indikator kinerja pada rencana strategis atau perjanjian
kinerja telah memiliki manual indikator kinerja, maka PPT dan PUKM tidak
perlu menyusunnya.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 27
Tabel 2.2. FORMAT A.3
MANUAL INDIKATOR KINERJA
SKP PEJABAT TINGGI DAN PIMPINAN UNIT KERJA MANDIRI
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JAN S.D … DES TAHUN …
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/ GR PANGKAT/ GR
JABATAN JABATAN
UNIT KERJA UNIT KERJA
RENCANA KINERJA
DESKRIPSI
RENCANA KINERJA
INDIKATOR KINERJA
DESKRIPSI Definisi
Formula
Tujuan
SATUAN
PENGUKURAN
JENIS IKU ( ) Outcome ( ) Output kendali
rendah
( ) Output
kendali sedang
PENANGGUNG
JAWAB
PIHAK PENYEDIA
DATA
SUMBER DATA
PERIODE
PELAPORAN
( )
Bulanan
( )
Triwulanan
( )
Semesteran
( )
Tahunan
Tempat, tanggal bulan tahun
Pegawai yang dinilai
Nama
NIP
28 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Penyusunan Rencana SKP
Dalam Peraturan PANRB No. 8 Tahun 2021 Pasal 7, penyusunan rencana
SKP dibedakan menjadi dua model yakni: (1) dasar/inisiasi, (2)
pengembangan. Model dasar/inisiasi dilakukan untuk instansi pemerintah
yang akan membangun Sistem Manajemen Kinerja Pegawai. Sedangkan,
Model pengembangan dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang telah
membangun Sistem Manajemen Kinerja Pegawai.
Hal yang penting dalam menyusun rencana SKP yang baik harus
memperhatikan dua hal yakni (1) SKP disusun berjenjang, (2) dilaksanakan
dengan dialog. SKP disusun berjenjang mulai dari JPT atau Pimpinan Unit
Kerja Mandiri ke Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional sesuai dengan
tingkatannya, seperti Tabel 2. Proses penyusunan SKP dilakukan dengan
dialog antara pegawai dengan pejabat penilai dan atau tim/pengelola
kinerja. Hal ini bertujuan untuk memastikan penyusunan secara berjenjang
selaras dengan sasaran kinerja organisasi, unit kerja, tim kerja dan atasan
langsung. Hal ini menegaskan bahwa penyusunan SKP tidak dapat dilakukan
masing-masing pegawai. Tetapi, penyusunan harus dilakukan secara
bersama-sama pimpinan dan pegawai dalam organisasi tersebut. Oleh
karena itu, waktu penyusunan rencana SKP bersamaan dengan penyusunan
Rencana Kinerja Tahunan Instansi Pemerintah dan Perjanjian Kinerja, yakni
tahun anggaran sebelumnya. Jika pada minggu kedua bulan Januari tidak
melakukan proses penyusunan SKP, pengelola kinerja /tim pengelola kinerja
menyusun rencana SKP tersebut.
 Pejabat Pimpinan Tinggi dan Unit Kerja Mandiri
Tahapan menyusun SKP Pejabat Pimpinan Tinggi dan Unit Kerja Mandiri
model dasar/inisiatif sebagai berikut:
 Mempelajari rencana strategis dan perjanjian kinerja.
Tahapan ini dilakukan untuk memahami sasaran strategis organisasi,
sasaran kinerja dan menyelaraskan sasaran strategis.
 Menyusun Sasaran Kinerja Pegawai.
Tahapan ini mengidentifikasi kinerja utama, kinerja tambahan dan
manual indikatornya.
 Menyusun Manual Indikator Kinerja.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 29
Tabel 2.3. FORMAT A.1.1
RENCANA SKP PEJABAT TINGGI DAN PIMPINAN UNIT KERJA MANDIRI
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN …
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/
GOLRUANG
PANGKAT/
GOLRUANG
JABATAN JABATAN
INSTANSI INSTANSI
NO RENCANA KINERJA
INDIKATOR KINERJA
INDIVIDU
TARGET
(1) (2) (3) (4)
A. KINERJA UTAMA
1 Rencana Kinerja Utama 1 IKI 1.1 Target 1.1
(diisi dengan sasaran
yang terdapat pada PK
dan dapat ditambah
Renstra, RKT dan direktif)
(diisi dengan indicator
kinerja yang terdapat
pada PK dan dapat
ditambah Renstra, RKT
dan direktif)
(diisi dengan target yang
terdapat pada PK dan
dapat ditambah Renstra,
RKT dan direktif)
IKI 1.2 Target 1.2
2 Rencana Kinerja Utama 2 IKI 2.1 Target 2.1
(diisi dengan rencana
aksi/inisiatif strategis
untuk mencapai sasaran
pada PK dan dapat
ditambah Renstra, RKT
dan direktif)
(diisi dengan indicator
kinerja rencana
aksi/inisiatif strategis
untuk mencapai sasaran
pada PK dan dapat
ditambah Renstra, RKT
dan direktif)
(diisi dengan target
rencana aksi/inisiatif
strategis untuk mencapai
sasaran pada PK dan
dapat ditambah Renstra,
RKT dan direktif)
IKI 2.2 Target 2.2
B. KINERJA TAMBAHAN
1 Rencana Kinerja
Tambahan 1
(dapat ditambhkan pada
tahun berjalan)
IKI 1.1 Target 1.1
Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
30 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Tahapan menyusun SKP Pejabat Pimpinan Tinggi dan Unit Kerja Mandiri
model pengembangan sebagai berikut:
 Mempelajari rencana strategis dan perjanjian kinerja.
Tahapan ini dilakukan untuk memahami sasaran strategis organisasi,
sasaran kinerja dan menyelaraskan sasaran strategis.
 Menyusun Sasaran Kinerja Pegawai.
Tahapan ini mengidentifikasi kinerja utama, kinerja tambahan,
mengelompokkan rencana kinerja dan manual indikatornya.
 Mengelompokkan Rencana Kinerja.
Tahap ini kinerja dikelompokkan menjadi 4 aspek, meliputi penerima
layanan, proses bisnis, penguatan internal, dan anggaran.
 Menyusun Manual Indikator Kinerja.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 31
Tabel 2.4. FORMAT A.2.1
RENCANA SKP PEJABAT TINGGI DAN PIMPINAN UNIT KERJA MANDIRI
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JANUARI S.D .. DESEMBER
TAHUN …
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/
GOLRUANG
JABATAN JABATAN
INSTANSI INSTANSI
PERSPEKTIF NO RENCANA KINERJA INDIKATOR KINERJA
INDIVIDU
TARGET
(1) (2) (2) (3) (4)
A. KINERJA UTAMA
Penerima Layanan/
Proses Bisnis/
Penguatan
Internal/ Anggaran
1 Rencana Kinerja Utama
1
IKI 1.1 Target 1.1
(diisi dengan sasaran
yang terdapat pada PK
dan dapat ditambah
Renstra, RKT dan
direktif)
(diisi dengan indicator
kinerja yang terdapat
pada PK dan dapat
ditambah Renstra, RKT
dan direktif)
(diisi dengan target
yang terdapat pada
PK dan dapat
ditambah Renstra,
RKT dan direktif)
IKI 1.2 Target 1.2
Penerima Layanan/
Proses Bisnis/
Penguatan
Internal/ Anggaran
2 Rencana Kinerja Utama
2
IKI 2.1 Target 2.1
(diisi dengan rencana
aksi/inisiatif strategis
untuk mencapai sasaran
pada PK dan dapat
ditambah Renstra, RKT
dan direktif)
(diisi dengan indicator
kinerja rencana
aksi/inisiatif strategis
untuk mencapai sasaran
pada PK dan dapat
ditambah Renstra, RKT
dan direktif)
(diisi dengan target
rencana aksi/inisiatif
strategis untuk
mencapai sasaran
pada PK dan dapat
ditambah Renstra,
RKT dan direktif)
IKI 2.2 Target 2.2
B. KINERJA TAMBAHAN
1 Rencana Kinerja
Tambahan 1
(dapat ditambhkan pada
tahun berjalan)
IKI 1.1 Target 1.1
Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
32 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
 Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional
Tahapan menyusun SKP Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional model
inisiatif/dasar sebagai berikut:
 Mempelajari rencana strategis, rencana kerja tahunan unit kerja dan
instansi.
Tahapan ini dilakukan untuk memahami sasaran strategis organisasi,
sasaran kinerja dan menyelaraskan sasaran strategis.
 Membagi peran koordinator/ketua dan anggota tim kerja.
Tahap ini membagi rencana kinerja atasan langsung (pejabat
pimpinan tinggi atau pimpinan unit kerja mandiri) kepada
koordiantor/ketua tim kerja. Selanjutnya peran tersebut dibagi ke
seluruh tim/pegawai. Dalam membagi dapat menggunakan metode
direct cascading dan non-direct cascading
 Menentukan rencana kinerja.
Tahap ini menyusun kinerja utama dan kinerja tambahan. Kinerja
utama merupakan kinerja wajib yang terkait dengan strategi rencana
kinerja atasan langsung untuk pencapaian sasaran unit kerja dan
organisasi.
 Menentukan aspek indikator dan indikator kinerja individu.
Tahap ini menentukan aspek indikator kinerja yang tepat untuk
mengukur suatu rencana kinerja (kuantitas, kualitas, waktu dan
biaya).
 Menetapkan Target.
Menentukan hasil kerja yang diharapkan sesuai dengan kebijakan,
ekspektasi stakeholder, dan rasional. Serta memberikan toleransi
batas kesalahan atas kinerja.
 Menyusun Keterkaitan SKP dan Angka Kredit.
Tahap ini khusus pejabat fungsional dan menjadi lampiran format
SKP.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 33
Tabel 2.5. FORMAT A.1.2
RENCANA SKP PEJABAT ADMINISTRASI
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN …
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/
GOLRUANG
PANGKAT/
GOLRUANG
JABATAN JABATAN
UNIT KERJA UNIT KERJA
NO RENCANA
KINERJA
ATASAN
LANGSUNG
INDIKATOR
KINERJA INDIVIDU
ASPEK INDIKATOR
KINERJA
INDIVIDU
TARGET
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. KINERJA UTAMA
1 Rencana
Kinerja
Atasan
Langsung
yang
diintervensi
Rencana Kinerja
Utama 1
(diisi dengan
rencana kinerja
yang dituangkan
dalam matriks
peran dan hasil
serta sesuai
dengan tugas
pokok jabatan)
Kuantitas /
Kualitas /
Waktu
IKI.1.1 Target 1.1
Kuantitas /
Kualitas /
Waktu
IKI.1.2 Target 1.2
B. KINERJA TAMBAHAN
1 - Rencana Kinerja
Utama 1
(diisi dengan
rencana kinerja
yang dituangkan
dalam matrik
peran dan
hasil/direktif/
penugasan diluar
tugas pokok
jabatan)
Kuantitas /
Kualitas /
Waktu
IKI.1.1 Target 1.1
Kuantitas /
Kualitas /
Waktu
IKI.1.2 Target 1.2
Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
34 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Tabel 2.6. FORMAT A.1.2
RENCANA SKP PEJABAT FUNGSIONAL
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN …
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/
GOLRUANG
JABATAN JABATAN
UNIT KERJA UNIT KERJA
NO RENCANA
KINERJA
ATASAN
LANGSUNG /
UNIT KERJA /
ORGANISASI
INDIKATOR KINERJA INDIVIDU ASPEK INDIKATOR
KINERJA
INDIVIDU
TARGET
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. KINERJA UTAMA
1 Rencana
Kinerja Atasan
Langsung yang
diintervensi
Rencana Kinerja Utama 1
(diisi dengan rencana kinerja
yang dituangkan dalam
matriks peran dan hasil serta
sesuai dengan tugas pokok
jabatan)
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.1 Target 1.1
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.2 Target 1.2
Rencana Kinerja Utama 2
(dapat ditambahkan direktif
untuk pencapaian sasaran
organisasi/unit kerja yang
sesuai dengan tugas pokok
jabatan)
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.2.1 Target 2.1
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.2.2 Target 2.2
B. KINERJA TAMBAHAN
1 - Rencana Kinerja Utama 1
(diisi dengan rencana kinerja
yang dituangkan dalam
matriks peran dan
hasil/direktif/penugasan
diluar tugas pokok jabatan)
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.1 Target 1.1
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.2 Target 1.2
Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 35
Lampiran untuk Pejabat Fungsional sebagai berikut
Tabel 2.7. KETERKAITAN SKP DENGAN ANGKA KREDIT PEJABAT FUNGSIONAL
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN …
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG
JABATAN JABATAN
UNIT KERJA UNIT KERJA
NO RENCANA KINERJA BUTIR KEGIATAN
YANG TERKAIT
OUTPUT BUTIR
KEGIATAN
ANGKA KREDIT
(1) (2) (3) (4) (5)
A. KINERJA UTAMA
1
2
(tempat), (tanggal, bulan, tahun)
Pegawai yang dinilai
(Nama)
(NIP)
Tabel 2.8. VERIFIKASI KETERKAITAN SKP DENGAN ANGKA KREDIT PEJABAT
FUNGSIONAL
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN …
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG
JABATAN JABATAN
UNIT KERJA UNIT KERJA
NO RENCANA
KINERJA
BUTIR KEGIATAN
YANG TERKAIT
OUTPUT BUTIR
KEGIATAN
ANGKA
KREDIT
VERIFIKASI TIM PENILAI
ANGKA KREDIT
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. KINERJA UTAMA
1
2
(tempat), (tanggal, bulan, tahun)
Pegawai yang dinilai
(Nama)
(NIP)
36 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Tahapan menyusun SKP Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional model
pengembangan, setelah menetapkan target selanjutnya sebagai berikut:
 Mengembangkan Kategori Penilaian Kinerja.
Tahap ini menetapkan level penilaian hasil akhir kinerja yang akan
digunakan untuk setiap rencana kinerja. Level Penilaian sebagai
berikut:
Tabel 2.9. Kategori Penilaian Kinerja Individu
Jenis Level
Kategori Penilaian / Standar Kinerja Individu
Sangat
Kurang
(Tidak
dapat
diterima)
Kurang
(Jauh
dibawah
Target)
Cukup
(Sedikit
dibawah
target)
Baik
(Sesuai
target)
Sangat Baik
(Melampaui
target)
A. 2 Level x x
B. 3 Level x x x
C. 4 Level x x x x
D. 5 Level x x x x x
 Menentukan cara memantau kinerja.
Menentukan cara memantau setiap rencana kinerja dan
menentukan sumber data untuk pengukuran/pemantauan.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 37
FORMAT A.2.2
Tabel 2.10. RENCANA SKP PEJABAT ADMINISTRASI
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN …
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/
GOLRUANG
JABATAN JABATAN
UNIT KERJA UNIT KERJA
NO RENCANA
KINERJA
ATASAN
LANGSUNG
INDIKATOR
KINERJA
INDIVIDU
ASPEK INDIKATOR
KINERJA
INDIVIDU
TARGET KATAGORI PENILAIAN /
STANDAR
SUMBER
DATA
KURANG/
JAUH
DIBAWAH
TARGET
CUKUP /
SEDIKIT
DIBAWAH
TARGET
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
C. KINERJA UTAMA
1 Rencana
Kinerja
Atasan
Langsung
yang
diintervensi
Rencana
Kinerja Utama
1
(diisi dengan
rencana
kinerja yang
dituangkan
dalam matriks
peran dan
hasil serta
sesuai dengan
tugas pokok
jabatan)
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.1 Target
1.1
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.2 Target
1.2
D. KINERJA TAMBAHAN
1 - Rencana
Kinerja Utama
1
(diisi dengan
rencana kinerja
yang dituangkan
dalam matriks
peran dan
hasil/direktif/
penugasan
diluar tugas
pokok jabatan)
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.1 Target
1.1
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.2 Target
1.2
Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
38 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
FORMAT A.2.3
Tabel 2.11. RENCANA SKP PEJABAT FUNGSIONAL
NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN
.. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN
PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA
NAMA NAMA
NIP NIP (*opsional)
PANGKAT/
GOLRUANG
PANGKAT/ GOLRUANG
JABATAN JABATAN
UNIT KERJA UNIT KERJA
NO RENCANA
KINERJA
ATASAN
LANGSUNG
INDIKATOR
KINERJA
INDIVIDU
ASPEK INDIKATOR
KINERJA
INDIVIDU
TARGET KATEGORI PENILAIAN /
STANDAR
SUMBER
DATA
KURANG/
JAUH
DIBAWAH
TARGET
CUKUP /
SEDIKIT
DIBAWAH
TARGET
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
A. KINERJA UTAMA
1 Rencana
Kinerja Atasan
Langsung yang
diintervensi
Rencana Kinerja
Utama 1
(diisi dengan
rencana kinerja
yang dituangkan
dalam matriks
peran dan hasil
serta sesuai
dengan tugas
pokok jabatan)
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.1 Target
1.1
Rencana Kinerja
Utama 2
(dapat
ditambahkan
direktif untuk
pencapaian
sasaran
organisasi/unit
kerja yang sesuai
dengan tugas
pokok jabatan)
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.2 Target
1.2
B. KINERJA TAMBAHAN
1 - Rencana Kinerja
Utama 1
(diisi dengan
rencana kinerja
yang dituangkan
dalam matriks
peran dan
hasil/direktif/
penugasan diluar
tugas pokok
jabatan)
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.1 Target
1.1
Kuantitas
/ Kualitas
/ Waktu
IKI.1.2 Target
1.2
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 39
Perilaku Kerja
Perilaku Kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perilaku kerja PNS meliputi 5 (lima) aspek yakni orientasi pelayanan,
komitmen, inisiatif kerja, kerja sama dan kepemimpinan. Aspek
kepemimpinan diberlakukan bagi pegawai yang menduduki Jabatan
Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas dan Jabatan
Fungsional dengan kegiatan yang membutuhkan aspek kepemimpinan.
Kelima aspek tersebut dijabatkan dalam 7 (tujuh) level perilaku sebagai
berikut:
Tabel 2.12. Aspek Orientasi Pelayanan
ASPEK PERILAKU KERJA ORIENTASI PELAYANAN
DEFINISI
Sikap dan perilaku kerja pegawai dalam memberikan
pelayanan terbaik kepada yang dilayani antara lain masyarakat,
atasan, rekan kerja, unit kerja terkait atau instansi lainnya.
LEVEL
PERILAKU
KERJA
INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
1 Memahami dan memberikan
pelayanan yang baik sesuai standar
 Ketika memberikan
pelayanan kepada
pihak pihak yang
dilayani
 Ketika membangun
hubungan dengan
pihak yang dilayani
 Ketika diharapkan
memberikan nilai
nilai tumbuh atas
layanan yang
diberikan kepada
pihak pihak yang
dilayani
2 Memberikan pelayanan sesuai
standar dan menunjukan komitmen
dalam pelayanan
3 Memberikan pelayanan diatas
standar untuk memastikan
keputusan pihak pihak yang dilayani
sesuai arahan atasan
4 Memberikan pelayanan diatas
standar dan membangun nilai
tambah dalam pelayanan
5 Berusaha memenuhi kebutuhan
mendasar dalam pelayanan dan
mempercepat penanganan masalah
40 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
6 Mengevaluasi dan mengantisipasi
kebutuhan pihak-pihak yang dilayani
 Ketika beradaptasi
dengan menggunakan
teknologi digital
 Ketika dihadapkan
pada benturan
kepentingan
7 Mengembangkan sistem pelayanan
baru bersifat jangka panjang untuk
memastikan kebutuhan dan
kepuasan pihak-pihak yang dilayani
Tabel 2.13. Aspek Komitmen
ASPEK PERILAKU KERJA KOMITMEN
DEFINISI
Kemauan dan kemampuan untuk menyelaraskan sikap dan
tindakan pegawai untuk mewujudkan tujuan organisasi dengan
mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan diri
sendiri, seseorang dan/atau golongan
LEVEL
PERILAKU
KERJA
INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
1 Memahami dan memberikan
perilaku dasar menyangkut
komitmen organisasi
 Ketika menjalankan
tugas serta kewajiban
sebagai anggota
organisasi
 Ketika harus menjaga
citra organisasi
 Ketika menghadapi
keadaan dilematis
 Ketika diharapkan
memupuk jiwa
nasionalisme
 Ketika dihadapkan
dengan masalah KKN
2 Menunjukan perilaku dan tindakan
sesuai aturan atau nilai-nilai
organisasi sebatas mengikuti arahan
atasan
3 Menunjukkan perilaku dan tindakan
yang konsisten serta meneladani
perilaku komitmen terhadap
organisasi
4 Mendukung tujuan serta menjaga
citra organisasi secara konsisten
5 Bertindak berdasarkan nilai nilai
organisasi secara konsisten
6 Menunjukan komitmen atas
kepentingan yang lebih besar
daripada kepentingan pribadi
7 Mengambil keputusan atau tindakan
yang menumbuhkan pengorbanan
yang besar (menjadi model perilaku
positif yang terintegrasi)
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 41
Tabel 2. 14. Aspek Inisiatif Kerja
ASPEK PERILAKU INISIATIF KERJA
DEFINISI
Kemauan dan kemampuan untuk melahirkan ide-ide baru,
cara-cara baru untuk peningkatan kinerja, kemauan untuk
membantu rekan kerja yang membutuhkan bantuan, melihat
masalah sebagai peluang bukan ancaman, kemauan bekerja
menjadi lebih baik setiap hari, serta penuh semangat dan
antusiasme, aspek inisiatif juga termasuk inovasi yang
dilakukan oleh pegawai
LEVEL
PERILAKU
KERJA
INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
1 Memahami apa yang harus dilakukan dalam
merespons tugas atau pekerjaan, belum
menunjukan perilaku dasar yang
diharapkan organisasi
 Ketika
menjalankan
tugas yang
berkaitan
dengan
pekerjaan
 Ketika
kondisi/situasi
penyelesaian
 Ketika
menjadi
bagian
anggota
tim/kelompok
kerja
 Ketika
menghadapi
masalah sulit
 Ketika
dituntut
bekerja lebih
baik.
2 Cepat tanggap ketika menerima tugas atau
pekerjaan dengan menyusun target,
mencari ide baru ataupun menunjukkan
keinginan untuk berkontribusi dalam tugas,
dan menghadapi permasalahan dengan
menghubungi pihak berwenang atau atasan
3 Dapat kerja secara mandiri, kemauan untuk
mencoba hal baru dan membangun
jejaring. Mampu bertindak secara mandiri
sesuai kewenangan dalam menangani
permasalahan rutin
4 Bertindak proaktif pada situasi kritis,
terbuka terhadap pendekatan baru, dan
secara sukarela mengembangkan
kemampuan orang lain
5 Menyusun rencana tindakan taktis maupun
langkah antisipatif terhadap permasalahan
rutin. Menyusun perbaikan berkelanjutan
dan menghargai orang lain.
6 Merancang rencana jangka pendek,
antisipasi ide untuk meningkatkan kinerja
dan memberikan dukungan terhadap orang
lain
7 Merancang rencana yang komprehensif,
berorientasi jangka panjang,
mempertimbangkan kesuksesan anggota
organisasi serta membuat terobosan baru
42 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Tabel 2.15. Aspek Kerja sama
ASPEK PERILAKU KERJA SAMA
DEFINISI
Kemauan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan rekan
kerja, atasan, bawahan dalam unit kerjanya serta instansi lain
dalam menyelesaikan suatu tugas dan tanggung jawab yang
ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna
sebesar-besarnya
LEVEL
PERILAKU
KERJA
INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
1 Memahami peran dalam tim dan
menunjukan sikap positif dalam
hubungan kerja sama
 Ketika menghadapi
masalah dengan
pegawai lain/orang
yang tidak disukai
ditempat kerja
 Ketika mendapatkan
pembagian tugas yang
tidak menyenangkan
 Ketika menghadapi
pimpinan yang tidak
mempedulikan
kontribusi anggota tim
 Ketika bekerja di
dalam kelompok/tim
 Ketika dituntut untuk
mengembangkan
jejaring kerja sama
2 Berusaha menunjukan perilaku
kooperatif dan sikap profesional
sesuai standar prosedur
3 Menunjukan komitmen atas
profesionalitas dan harapan positif
terhadap tim/kelompok kecil
4 Bersikap transparan dan terbuka
serta menghargai anggota
kelompoknya
5 Berkomitmen terhadap
penyelesaian tugas dan
memberikan dukungan secara aktif
terhdap anggota tim yang lebih
besar dan beragam
6 Membangun semangat kelompok
besar dan nilai tambah dalam
pelaksanaan tugas
7 Secara aktif menjaga motivasi dan
hubungan yang positif dalam
organisasi
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 43
Tabel 2.16. Aspek Kepemimpinan
ASPEK PERILAKU KEPEMIMPINAN
DEFINISI
Kemauan dan kemampuan pegawai untuk memotivasi dan
memengaruhi bawahan atau orang lain yang berkaitan dengan
bidang tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi
LEVEL
PERILAKU
KERJA
INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI
1 Memahami dan menunjukkan
sikap kepedulian, memberikan
arahan tugas serta
mempertimbangkan risiko
 Ketika menjadi
pemimpin informal
dalam unit
kerja/organisasi
 Ketika diharapkan
menjadi penyemangat
rekan kerja/bawahan
 Ketika terjadi
perselisihan dalam
kelompok/unit
kerja/organisasi
 Ketika mengatur
pelaksanaan tugas/
pekerjaan bawahan
 Ketika memengaruhi
orang lain untuk
mencapai tujuan
 Ketika dihadapkan
dengan situasi tidak
pasti (kemungkinan
mendapatkan hasil
negatif)
 Ketika terjadi
perubahan-
perubahan yang
spesifik dalam
organisasi
2 Menunjukkan perilaku positif,
memberikan bimbingan dan
motivasi, serta keberanian
mengambil risiko personal
3 Bersedia untuk memberikan
pengarahan, motivasi dan
menunjukkan komitmen atas
perilaku positif dan keberanian
dalam mengambil risiko
4 Memberikan dukungan terhadap
orang lain serta menunjukan tekad
untuk mengambil risiko
5 Menunjukkan kepercayaan diri
serta sikap yang adil dan
profesional dalam segala situasi,
serta bersedia untuk mengambil
risiko
6 Menunjukkan kemandirian dan
kemampuan menjadi katalisator
7 Menjadi teladan dalam
kepemimpinan organisasi
44 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Standar perilaku ditetapkan sesuai dengan level yang dipersyaratkan
berdasarkan jenis, dan jenjang jabatan sebagai berikut:
Tabel 2.17. LEVEL PERILAKU KERJA YANG DIPERSYARATKAN
JABATAN JENJANG
JABATAN
LEVEL YANG
DIPERSYARATKAN
Jabatan Pimpinan
Tinggi
Utama 6
Madya 6 – 7
Pratama 5 – 6
Jabatan Administasi Administrator 4 – 5
Pengawas 3 - 4
Pelaksana 1 - 2
Jabatan Fungsional
Keahlian
Utama 5 – 6
Madya 4 – 5
Muda 3 - 4
Pertama 2 - 3
Jabatan Fungsional
Terampil
Penyelia 3 - 4
Mahir 2 - 3
Terampil 1 - 2
Pemula 1 - 2
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 45
BAB III
PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN KINERJA
Urgensi bab pelaksanaan manajemen kinerja ASN dalam buku ini adalah
bahwa gambaran secara konkret implementasi manajemen kinerja baik
dalam tataran kebijakan maupun praktiknya selama ini kurang mendapat
perhatian, sehingga desain sistem manajemen kinerja sulit dipahami dan
diimplementasikan. Dalam praktik secara nyata, pada hakikatnya subbab
pelaksanaan manajemen kinerja adalah implementasi rencana kinerja dan
SKP dalam aktivitas kegiatan sehari-hari para ASN.
Pembahasan mengenai pelaksanaan manajemen kinerja sangat penting
karena terkait dengan bagaimana ASN secara individu melakukan tugas
pekerjaannya untuk mencapai target kinerja yang tertuang dalam Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP) dan mendokumentasikan hasil kerja setiap harinya
dalam bentuk laporan kinerja harian.
Selanjutnya agar SKP dapat dioperasionalkan dan menjadi dasar
penilaian kinerja individu ASN, baik harian, mingguan, bulanan, triwulan
maupun tahunan, maka diperlukan dokumen rencana kegiatan (rencana
aksi) dan target output mingguan dan bulanan yang disusun oleh unit kerja.
Berdasarkan rencana aksi dan target output yang telah disusun unit kerja
itulah masing-masing individu ASN melaksanakan aktivitas hariannya untuk
berkontribusi dalam pencapaian target output sesuai dengan SKP masing-
masing. Dengan begitu output kinerja masing-masing individu ASN
didokumentasikan secara harian yang sekaligus menjadi dokumen kinerja
harian bagi setiap ASN. Melalui cara seperti itu maka para individu ASN
memiliki dokumen kinerja yang dapat diformulasi ke dalam kinerja harian,
mingguan, bulanan, triwulan, semester maupun tahunan.
46 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N
Adapun gambaran secara skematik proses pelaksanaan manajemen
ASN adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Skema Proses Pelaksanaan Manajemen Kinerja ASN
Sumber: PP 30 Tahun 2019 dan PermenPANRB 8 Tahun 2021 (diolah)
Oleh karena itu, secara simulasi pelaksanaan manajemen kinerja ASN
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Setelah IKU/Perjanjian kinerja Unit Kerja dan dokumen SKP ASN
ditetapkan sebagaimana dapat dilihat pada Bab 2, maka untuk
menjembatani proses pelaksanaan manajemen kinerja individual, maka
pimpinan unit menyusun Rencana Kerja/Rencana Aksi bulanan beserta
target output-nya dalam bentuk rincian kegiatan dan aktivitas secara
sistematis untuk setiap minggunya (minggu 1, 2, 3, 4 dan 5).
Selanjutnya berdasarkan rincian kegiatan unit kerja tersebut, maka
masing-masing ASN mengambil peran dan berkontribusi sesuai dengan
peran dan tanggung jawabnya sebagaimana tertuang dalam SKP masing-
masing. Adapun output dari pelaksanaan kegiatan harian didokumentasikan
sebagai hasil kerja masing-masing ASN.
Sebagai contoh: Untuk mencapai IKU/Perjanjian Kinerja Unit Kerja A,
misalnya Laporan Kajian Kebutuhan Bangkom ASN. Untuk menghasilkan
Laporan Kajian Pemetaan Kebutuhan Bangkom ASN tersebut, target capaian
kegiatan bulan pertama adalah TOR Kajian. Dengan demikian, Rencana
Kegiatan/Rencana Aksi bulan 1 unit kerja A berisi langkah-langkah kegiatan
atau urutan kegiatan untuk menyusun TOR Kajian.
S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 47
Contoh Rencana Kegiatan/Rencana Aksi Bulan 1 Penyusunan TOR
Rincian kegiatan tersebut di atas dapat dikelompokkan ke dalam
kegiatan mingguan yang pada akhirnya nanti akan menjadi dokumen data
kinerja mingguan dan seterusnya sampai berapa bulan kegiatan Kajian
Pemetaan Kebutuhan Bangkom ASN akan diselesaikan.
Poin-poin kegiatan dan rencana aksi unit kerja tersebut masih dapat
dirinci lebih detail, sehingga terkait dengan pengumpulan referensi dan
kebutuhan data dukung dapat dilakukan masing-masing ASN dengan
berbagai cara dan strategi. Salah satunya dengan browsing, ke Perpustakaan,
dari hasil kajian terdahulu atau menggali data dukung langsung ke lokus dan
lain-lain. Aktivitas-aktiitas inilah yang dilakukan masing-masing ASN untuk
dapat mewujudkan target kinerja Unit Kerja pada bulan pertama yaitu TOR
Kajian Pemetaan Kebutuhan Bangkom ASN.
Dengan demikian terdapat benang merah antara pencapaian
IKU/Perjanjian Kinerja Unit Kerja, SKP dan Rencana Kegiatan/Rencana Aksi.
Dengan demikian output kinerja individu ASN, kontribusi individu terhadap
capaian target kinerja unit kerja baik mingguan, bulanan, triwulan, semester
maupun tahunan dapat terlihat secara konkret, terukur dan nyata.
Setelah perencanaan kinerja ditetapkan SKP, setiap pegawai
melaksanakan rencana kinerja disertai pendokumentasian output rencana
kinerja dan/atau rencana aksi. Selama pelaksanaan, dilakukan pemantauan
oleh pejabat penilai dibantu manajer kinerja terhadap hasil pemantauan
dilakukan pengukuran kemajuan atau progres pencapaian SKP.
 Pengumpulan referensi yang relevan dan up to
date
 Pengumpulan data dukung penyusunan TOR
 Menyusun konsep dan teori
 Menggali isu-isu aktual terkait
 Menyusun logical frame work Kajian
 Membuat draf TOR
 Review draf TOR
 FGD pembahasan TOR
 Finalisasi TOR
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari
Azizah Puspasari

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Peran Core Value ASN Dalam Reformasi Birokrasi
Peran Core Value ASN Dalam Reformasi BirokrasiPeran Core Value ASN Dalam Reformasi Birokrasi
Peran Core Value ASN Dalam Reformasi BirokrasiTri Widodo W. UTOMO
 
Pemetaan Kompetensi Sosio-Kultural ASN
Pemetaan Kompetensi Sosio-Kultural ASNPemetaan Kompetensi Sosio-Kultural ASN
Pemetaan Kompetensi Sosio-Kultural ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Pemetaan Manajemen ASN Berbasis Sistem Merit Mendukung Terwujudnya Birokrasi ...
Pemetaan Manajemen ASN Berbasis Sistem Merit Mendukung Terwujudnya Birokrasi ...Pemetaan Manajemen ASN Berbasis Sistem Merit Mendukung Terwujudnya Birokrasi ...
Pemetaan Manajemen ASN Berbasis Sistem Merit Mendukung Terwujudnya Birokrasi ...Ridho Fitrah Hyzkia
 
Paparan Reformasi Birokrasi
Paparan Reformasi BirokrasiPaparan Reformasi Birokrasi
Paparan Reformasi BirokrasiAshep Ramdhan
 
Penyusunan skp permenpan 8
Penyusunan skp permenpan 8Penyusunan skp permenpan 8
Penyusunan skp permenpan 8KutsiyatinMSi
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Pengukuran Indeks Penerapan Sistem Merit
Pengukuran Indeks Penerapan Sistem MeritPengukuran Indeks Penerapan Sistem Merit
Pengukuran Indeks Penerapan Sistem MeritRidho Fitrah Hyzkia
 
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP DesaPerencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP DesaFormasi Org
 
Sosialisasi per lan pka pkp
Sosialisasi per lan pka pkpSosialisasi per lan pka pkp
Sosialisasi per lan pka pkptemanna #LABEDDU
 
Bahan materi pemahaman pelaksanaan tugas jf analis sdma agama
Bahan materi pemahaman pelaksanaan tugas jf analis sdma agamaBahan materi pemahaman pelaksanaan tugas jf analis sdma agama
Bahan materi pemahaman pelaksanaan tugas jf analis sdma agamaKutsiyatinMSi
 
BUM Desa : Analisa Usaha Berbasis Data
BUM Desa :  Analisa Usaha Berbasis DataBUM Desa :  Analisa Usaha Berbasis Data
BUM Desa : Analisa Usaha Berbasis DataFormasi Org
 
Buku pedoman-cascading-target-kinerja
Buku pedoman-cascading-target-kinerjaBuku pedoman-cascading-target-kinerja
Buku pedoman-cascading-target-kinerjaKutsiyatinMSi
 
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaArdi Susanto
 
Pengawasan dan Pemeriksaan oleh dprd
Pengawasan dan Pemeriksaan oleh dprdPengawasan dan Pemeriksaan oleh dprd
Pengawasan dan Pemeriksaan oleh dprdAlma'Arif Pangulu
 

La actualidad más candente (20)

Manajemen talenta ASN arah model birokrasi 2020 2024
Manajemen talenta ASN arah model birokrasi 2020 2024Manajemen talenta ASN arah model birokrasi 2020 2024
Manajemen talenta ASN arah model birokrasi 2020 2024
 
Peran Core Value ASN Dalam Reformasi Birokrasi
Peran Core Value ASN Dalam Reformasi BirokrasiPeran Core Value ASN Dalam Reformasi Birokrasi
Peran Core Value ASN Dalam Reformasi Birokrasi
 
Pemetaan Kompetensi Sosio-Kultural ASN
Pemetaan Kompetensi Sosio-Kultural ASNPemetaan Kompetensi Sosio-Kultural ASN
Pemetaan Kompetensi Sosio-Kultural ASN
 
Perencanaan dan pengadaan aparatur sipil negara (ASN)
Perencanaan dan pengadaan aparatur sipil negara (ASN)Perencanaan dan pengadaan aparatur sipil negara (ASN)
Perencanaan dan pengadaan aparatur sipil negara (ASN)
 
Peta proses bisnis permen panrb no 19 tahun 2018
Peta proses bisnis   permen panrb no 19 tahun 2018Peta proses bisnis   permen panrb no 19 tahun 2018
Peta proses bisnis permen panrb no 19 tahun 2018
 
Pemetaan Manajemen ASN Berbasis Sistem Merit Mendukung Terwujudnya Birokrasi ...
Pemetaan Manajemen ASN Berbasis Sistem Merit Mendukung Terwujudnya Birokrasi ...Pemetaan Manajemen ASN Berbasis Sistem Merit Mendukung Terwujudnya Birokrasi ...
Pemetaan Manajemen ASN Berbasis Sistem Merit Mendukung Terwujudnya Birokrasi ...
 
Paparan Reformasi Birokrasi
Paparan Reformasi BirokrasiPaparan Reformasi Birokrasi
Paparan Reformasi Birokrasi
 
Penyusunan skp permenpan 8
Penyusunan skp permenpan 8Penyusunan skp permenpan 8
Penyusunan skp permenpan 8
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pengukuran Indeks Penerapan Sistem Merit
Pengukuran Indeks Penerapan Sistem MeritPengukuran Indeks Penerapan Sistem Merit
Pengukuran Indeks Penerapan Sistem Merit
 
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP DesaPerencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
 
Sosialisasi per lan pka pkp
Sosialisasi per lan pka pkpSosialisasi per lan pka pkp
Sosialisasi per lan pka pkp
 
Bahan materi pemahaman pelaksanaan tugas jf analis sdma agama
Bahan materi pemahaman pelaksanaan tugas jf analis sdma agamaBahan materi pemahaman pelaksanaan tugas jf analis sdma agama
Bahan materi pemahaman pelaksanaan tugas jf analis sdma agama
 
BUM Desa : Analisa Usaha Berbasis Data
BUM Desa :  Analisa Usaha Berbasis DataBUM Desa :  Analisa Usaha Berbasis Data
BUM Desa : Analisa Usaha Berbasis Data
 
Pembangunan sdm asn dan penyederhanaan birokrasi
Pembangunan sdm asn dan penyederhanaan birokrasiPembangunan sdm asn dan penyederhanaan birokrasi
Pembangunan sdm asn dan penyederhanaan birokrasi
 
Buku pedoman-cascading-target-kinerja
Buku pedoman-cascading-target-kinerjaBuku pedoman-cascading-target-kinerja
Buku pedoman-cascading-target-kinerja
 
APBD, pengertian
APBD, pengertianAPBD, pengertian
APBD, pengertian
 
overview-pka-pkp.pptx
overview-pka-pkp.pptxoverview-pka-pkp.pptx
overview-pka-pkp.pptx
 
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa
 
Pengawasan dan Pemeriksaan oleh dprd
Pengawasan dan Pemeriksaan oleh dprdPengawasan dan Pemeriksaan oleh dprd
Pengawasan dan Pemeriksaan oleh dprd
 

Similar a Azizah Puspasari

Modul whole of government cetak
Modul whole of government cetakModul whole of government cetak
Modul whole of government cetakHarun Surya
 
1. whole of government
1. whole of government1. whole of government
1. whole of governmentdillaazhar
 
2. Manajemen ASN.pdf
2. Manajemen ASN.pdf2. Manajemen ASN.pdf
2. Manajemen ASN.pdfNagaTanggar
 
Buku-Panduan-Learning-Organization-Lengkap.pdf
Buku-Panduan-Learning-Organization-Lengkap.pdfBuku-Panduan-Learning-Organization-Lengkap.pdf
Buku-Panduan-Learning-Organization-Lengkap.pdfAkuhuruf
 
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)temanna #LABEDDU
 
Modul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakModul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakHarun Surya
 
Himpunan Inovasi Administrasi Negara (HIAN)
Himpunan Inovasi Administrasi Negara (HIAN)Himpunan Inovasi Administrasi Negara (HIAN)
Himpunan Inovasi Administrasi Negara (HIAN)Nugroho Setiawan
 
Manajemen Inovasi Dalam Birokrasi
Manajemen Inovasi Dalam BirokrasiManajemen Inovasi Dalam Birokrasi
Manajemen Inovasi Dalam BirokrasiTri Widodo W. UTOMO
 
Naskah Kajian Ilmiah Masukan untuk RPJPD Kabupaten Wajo 2025-2045
Naskah Kajian Ilmiah  Masukan untuk RPJPD Kabupaten Wajo 2025-2045Naskah Kajian Ilmiah  Masukan untuk RPJPD Kabupaten Wajo 2025-2045
Naskah Kajian Ilmiah Masukan untuk RPJPD Kabupaten Wajo 2025-2045Dadang Solihin
 
Agenda ii pkp-modul diagnosa organisasi-
Agenda ii pkp-modul diagnosa organisasi-Agenda ii pkp-modul diagnosa organisasi-
Agenda ii pkp-modul diagnosa organisasi-temanna #LABEDDU
 
Laporan Aktualisasi CPNS Kemdikbud 2019
Laporan Aktualisasi CPNS Kemdikbud 2019Laporan Aktualisasi CPNS Kemdikbud 2019
Laporan Aktualisasi CPNS Kemdikbud 2019Khrisna Ariyudha
 

Similar a Azizah Puspasari (20)

3. Transformasi Pengembangan Modal Insani Sektor Publik (2021).pdf
3. Transformasi Pengembangan Modal Insani Sektor Publik (2021).pdf3. Transformasi Pengembangan Modal Insani Sektor Publik (2021).pdf
3. Transformasi Pengembangan Modal Insani Sektor Publik (2021).pdf
 
5. Policy Brief The Future Leader (2021).pdf
5. Policy Brief The Future Leader (2021).pdf5. Policy Brief The Future Leader (2021).pdf
5. Policy Brief The Future Leader (2021).pdf
 
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
 
8. Antologi Pengembangan Kompetensi ASN (2021).pdf
8. Antologi Pengembangan Kompetensi ASN (2021).pdf8. Antologi Pengembangan Kompetensi ASN (2021).pdf
8. Antologi Pengembangan Kompetensi ASN (2021).pdf
 
1. Manajemen ASN Outlook (2021).pdf
1. Manajemen ASN Outlook (2021).pdf1. Manajemen ASN Outlook (2021).pdf
1. Manajemen ASN Outlook (2021).pdf
 
7. Infografis Inovasi Manajemen ASN (2021).pdf
7. Infografis Inovasi Manajemen ASN (2021).pdf7. Infografis Inovasi Manajemen ASN (2021).pdf
7. Infografis Inovasi Manajemen ASN (2021).pdf
 
MODEL KESEJAHTERAAN ASN BERKINERJA TINGGI
MODEL KESEJAHTERAAN ASN BERKINERJA TINGGIMODEL KESEJAHTERAAN ASN BERKINERJA TINGGI
MODEL KESEJAHTERAAN ASN BERKINERJA TINGGI
 
Modul whole of government cetak
Modul whole of government cetakModul whole of government cetak
Modul whole of government cetak
 
1. whole of government
1. whole of government1. whole of government
1. whole of government
 
2. Manajemen ASN.pdf
2. Manajemen ASN.pdf2. Manajemen ASN.pdf
2. Manajemen ASN.pdf
 
Buku-Panduan-Learning-Organization-Lengkap.pdf
Buku-Panduan-Learning-Organization-Lengkap.pdfBuku-Panduan-Learning-Organization-Lengkap.pdf
Buku-Panduan-Learning-Organization-Lengkap.pdf
 
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
Aktualisasi Latsar (alfa sari ode rusli)
 
3. Modul Kompeten (1).pdf
3. Modul Kompeten (1).pdf3. Modul Kompeten (1).pdf
3. Modul Kompeten (1).pdf
 
Modul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakModul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetak
 
Laporan koordinasi internal eksternal
Laporan koordinasi internal eksternalLaporan koordinasi internal eksternal
Laporan koordinasi internal eksternal
 
Himpunan Inovasi Administrasi Negara (HIAN)
Himpunan Inovasi Administrasi Negara (HIAN)Himpunan Inovasi Administrasi Negara (HIAN)
Himpunan Inovasi Administrasi Negara (HIAN)
 
Manajemen Inovasi Dalam Birokrasi
Manajemen Inovasi Dalam BirokrasiManajemen Inovasi Dalam Birokrasi
Manajemen Inovasi Dalam Birokrasi
 
Naskah Kajian Ilmiah Masukan untuk RPJPD Kabupaten Wajo 2025-2045
Naskah Kajian Ilmiah  Masukan untuk RPJPD Kabupaten Wajo 2025-2045Naskah Kajian Ilmiah  Masukan untuk RPJPD Kabupaten Wajo 2025-2045
Naskah Kajian Ilmiah Masukan untuk RPJPD Kabupaten Wajo 2025-2045
 
Agenda ii pkp-modul diagnosa organisasi-
Agenda ii pkp-modul diagnosa organisasi-Agenda ii pkp-modul diagnosa organisasi-
Agenda ii pkp-modul diagnosa organisasi-
 
Laporan Aktualisasi CPNS Kemdikbud 2019
Laporan Aktualisasi CPNS Kemdikbud 2019Laporan Aktualisasi CPNS Kemdikbud 2019
Laporan Aktualisasi CPNS Kemdikbud 2019
 

Más de National Institute of Public Administration, Republic of Indonesia

Más de National Institute of Public Administration, Republic of Indonesia (12)

8. ANTHOLOGY OF STATE CIVIL APPARATUS COMPETENCY DEVELOPMENT_THEORY, POLICY, ...
8. ANTHOLOGY OF STATE CIVIL APPARATUS COMPETENCY DEVELOPMENT_THEORY, POLICY, ...8. ANTHOLOGY OF STATE CIVIL APPARATUS COMPETENCY DEVELOPMENT_THEORY, POLICY, ...
8. ANTHOLOGY OF STATE CIVIL APPARATUS COMPETENCY DEVELOPMENT_THEORY, POLICY, ...
 
7. INFOGRAPHICS INNOVATION OF STATE CIVIL APPARATUS MANAGEMENT (2021).pdf
7. INFOGRAPHICS INNOVATION OF STATE CIVIL APPARATUS MANAGEMENT (2021).pdf7. INFOGRAPHICS INNOVATION OF STATE CIVIL APPARATUS MANAGEMENT (2021).pdf
7. INFOGRAPHICS INNOVATION OF STATE CIVIL APPARATUS MANAGEMENT (2021).pdf
 
6. BOOK REVIEW CONTEMPORARY PUBLIC ADMINISTRATION (2021).pdf
6. BOOK REVIEW CONTEMPORARY PUBLIC ADMINISTRATION (2021).pdf6. BOOK REVIEW CONTEMPORARY PUBLIC ADMINISTRATION (2021).pdf
6. BOOK REVIEW CONTEMPORARY PUBLIC ADMINISTRATION (2021).pdf
 
5. POLICY BRIEF THE FUTURE LEADER (2021).pdf
5. POLICY BRIEF THE FUTURE LEADER (2021).pdf5. POLICY BRIEF THE FUTURE LEADER (2021).pdf
5. POLICY BRIEF THE FUTURE LEADER (2021).pdf
 
4. POLICY BRIEF PUBLIC ADMINISTRATION INNOVATION (2021).pdf
4. POLICY BRIEF PUBLIC ADMINISTRATION INNOVATION (2021).pdf4. POLICY BRIEF PUBLIC ADMINISTRATION INNOVATION (2021).pdf
4. POLICY BRIEF PUBLIC ADMINISTRATION INNOVATION (2021).pdf
 
3. TRANSFORMATION OF HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT OF THE PUBLIC SECTOR IN INDONE...
3. TRANSFORMATION OF HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT OF THE PUBLIC SECTOR IN INDONE...3. TRANSFORMATION OF HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT OF THE PUBLIC SECTOR IN INDONE...
3. TRANSFORMATION OF HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT OF THE PUBLIC SECTOR IN INDONE...
 
2. STATE CIVIL APPARATUS PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEM (2021).pdf
2. STATE CIVIL APPARATUS PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEM (2021).pdf2. STATE CIVIL APPARATUS PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEM (2021).pdf
2. STATE CIVIL APPARATUS PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEM (2021).pdf
 
1. STATE CIVIL APPARATUS MANAGEMENT OUTLOOK (2021).pdf
1. STATE CIVIL APPARATUS MANAGEMENT OUTLOOK (2021).pdf1. STATE CIVIL APPARATUS MANAGEMENT OUTLOOK (2021).pdf
1. STATE CIVIL APPARATUS MANAGEMENT OUTLOOK (2021).pdf
 
Kelupas Tipis Sisi Analisis dan Politis NASKAH KEBIJAKAN_Policy Analysts Lear...
Kelupas Tipis Sisi Analisis dan Politis NASKAH KEBIJAKAN_Policy Analysts Lear...Kelupas Tipis Sisi Analisis dan Politis NASKAH KEBIJAKAN_Policy Analysts Lear...
Kelupas Tipis Sisi Analisis dan Politis NASKAH KEBIJAKAN_Policy Analysts Lear...
 
6. Resensi Buku Administrasi Negara Kontemporer (2021).pdf
6. Resensi Buku Administrasi Negara Kontemporer (2021).pdf6. Resensi Buku Administrasi Negara Kontemporer (2021).pdf
6. Resensi Buku Administrasi Negara Kontemporer (2021).pdf
 
Meta Case Study of Public Services Based Sub-district Organization Models _ ...
Meta Case Study of Public Services Based Sub-district Organization Models  _ ...Meta Case Study of Public Services Based Sub-district Organization Models  _ ...
Meta Case Study of Public Services Based Sub-district Organization Models _ ...
 
Public Services Based Sub-District Organization Model - 2011 KAPS Internation...
Public Services Based Sub-District Organization Model - 2011 KAPS Internation...Public Services Based Sub-District Organization Model - 2011 KAPS Internation...
Public Services Based Sub-District Organization Model - 2011 KAPS Internation...
 

Último

MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukumbrunojahur
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 

Último (8)

MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 

Azizah Puspasari

  • 1. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | i
  • 2.
  • 3. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | i SISTEM MANAJEMEN KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA Adi Suryanto, et.al. (Editors) Copyright @ 2021 Lembaga Administrasi Negara. All Right Reserved. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang. Judul Buku : Sistem Manajemen Kinerja Aparatur Sipil Negara Penerbit : Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia Tempat Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 2021 Cetakan Ke : 1 (Pertama) ISBN : 978 – 623 – 98929 – 5 - 1 IKAPI : Nomor Anggota 599/Anggota Luar Biasa/DKI/2021 Redaksi: Gedung Atmodarminto, BPPK Kementerian Keuangan Jl. Purnawarman No.99, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Email : bppdapwi@gmail.com Website : https://www.bppdapwi.com Whatsapp : 083840572182
  • 4. ii | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N SISTEM MANAJEMEN KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA Editor: 1. Dr. Adi Suryanto, M.Si. 2. Dr. Agus Sudrajat, MA. 3. Sri Hadiati WK, SH., MBA. Reviewer: 1. Dr. Agus Sudrajat, MA. 2. Sri Hadiati WK, SH., MBA. 3. Drs. Riyadi, M.Si. 4. Suripto, S.Sos., MAB. 5. Marsono, SE., MM. 6. Drs. Haris Faozan, M.Si. 7. Dr. Suwatin, S.Sos., MA. 8. Arif Ramadhan, SAP., MAP. 9. Yoga Suganda Sukanto, S.Sos. Desain Sampul dan Tata Letak 1. Agus Pahrul Sidik, ST. MT. 2. Arif Ramadhan, SAP., MAP.
  • 5. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | iii Tim Penulis 1 Dr. Hary Supriadi, SH. MA Widyaswara Ahli Utama 2 Suripto, S.Sos., MAB Peneliti Ahli Madya 3 Marsono, SE. MM Peneliti Ahli Madya 4 Arif Ramadhan, SAP., MAP Peneliti Ahli Pertama 5 Parjiono, S.Sos Analis Kepegawaian Ahli Madya 6 Drs. Hari Budimawan Analis Kepegawaian Ahli Muda 7 Dr. Sri Wahyu Wijayanti, SE. M.SE. Peneliti Ahli Muda 8 Azizah Puspasari, SPd., MPA Analis Kebijakan Ahli Muda 9 Agustinus Sulistyo Tri P, SE. MSi. Peneliti Ahli Madya 10 Renny Savitri, S.IP., MA Peneliti Ahli Muda 11 Ichwan Santosa, S.Sos. Analis Kebijakan Ahli Pertama 12 Octa Soehartono, S.E., M.P.A. Analis Kepegawaian Ahli Muda 13 Witra Apdhi Yohanitas, S.Kom., M.A.P. Peneliti Ahli Muda 14 Azwar Aswin, S.Sos., MAP Peneliti Ahli Pertama
  • 6. iv | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN MENTERI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Visi mewujudkan Indonesia yang maju, bermartabat, berdaya saing, dan sejajar dengan negara-negara maju di dunia menuntut birokrasi berkelas dunia. Birokrasi harus kapabel, berdaya saing, mampu mengelola roda pemerintahan secara efektif, efisien, dan akuntabel. Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya menciptakan birokrasi yang berorientasi pada hasil, tidak semata berorientasi pada prosedur, proses, dan rutinitas. Oleh karena itu, Kementerian PANRB memiliki peran yang sangat strategis dalam membangun birokrasi berkelas dunia. Untuk mencapai visi reformasi birokrasi tahun 2024, Kementerian PANRB telah menerapkan dua tahap roadmap reformasi birokrasi. Untuk meningkatkan pencapaian target roadmap reformasi birokrasi tahap kedua, Kementerian PANRB telah menerbitkan kebijakan tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Sistem Kinerja Pegawai. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa taala, semangat untuk pembenahan dan perbaikan juga dimiliki oleh Kementerian/Lembaga, salah satunya Lembaga Administrasi Negara melalui Kedeputian Bidang Kajian dan Inovasi Manajemen Aparatur Sipil
  • 7. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | v Negara yang telah berinisiatif untuk menyusun Buku Sistem Manajemen Kinerja Aparatur Sipil Negara. Dari isi buku ini, tentunya sangat penting dan sangat baik dalam memperkuat implementasi Peraturan Menteri PANRB Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Sebagai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja PNS dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Akhir kata, sebagai Menteri PANRB, saya mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Administrasi Negara c.q. Kedeputian Bidang Kajian dan Inovasi Manajemen Aparatur Sipil Negara yang telah berinisiatif menyusun buku ini. Semoga buku Manajemen ASN ini dapat memberikan kontribusi dalam Implementasi PermenPANRB Nomor 8 Tahun 2021. Jakarta, 22 Desember 2021 H. Tjahjo Kumolo, S.H.
  • 8. vi | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N SEKAPUR SIRIH KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI Sebagai salah satu institusi yang mendapatkan mandat langsung dari Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Lembaga Administrasi Negara telah dan akan terus menguatkan komitmen untuk menjadi penggerak utama dalam mewujudkan world class government. Untuk itu, dalam rangka melaksanakan tugasnya untuk meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi, penguatan terhadap manajemen ASN akan terus dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan dalam bidang ASN. Saat ini kita memasuki era Revolusi Industri 4.0, dimana dunia dihadapkan pada kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), yang diperberat dengan pandemi Covid-19. Disinilah setiap organisasi pemerintah atau swasta diuji serta dituntut untuk berkinerja tinggi. Pembahasan terkait dengan kinerja PNS sampai saat ini masih menjadi isu yang sangat krusial. Kementerian PANRB pernah mengungkapkan bahwa lebih dari 30% PNS berkinerja buruk. Untuk itu dibutuhkan konsep dan kebijakan manajemen kinerja yang baik dan implementatif. Inisiatif Lembaga Administrasi Negara ini penting dalam menjawab tantangan manajemen kinerja ASN tersebut. Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN layak menjadi referensi utama dalam mengimplementasikan manajemen kinerja ASN di instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Materi dalam buku ini selain merujuk pada kebijakan yang ada, juga diperkaya dengan konsep dan langkah praktis pada setiap aspeknya. Selain itu juga membahas model manajemen kinerja berbasis flexible work arrangement (FWA) yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Sebagai penutup, saya mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada tim penulis dan kontributor buku ini. Semoga Buku Manajemen Kinerja ASN ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengelolaan manajemen kinerja di instansi pemerintah pusat maupun daerah, sehingga harapan untuk mewujudkan pemerintahan yang berkinerja tinggi dapat terwujud. Jakarta, 22 Desember 2021 Dr. Adi Suryanto, M.Si
  • 9. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | vii SALAM PEMBUKA CEO GLOBAL TANOTO FOUNDATION Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi independen yang berkomitmen untuk meningkatkan kekuatan transformatif pendidikan termasuk juga pengembangan SDM Aparatur di Indonesia. Kami juga menjadi katalis kemitraan pemerintah dan swasta untuk menghasilkan ide-ide yang progresif. Sejalan dengan misi kami, Tanoto Foundation mendukung sepenuhnya Lembaga Administrasi Negara dalam penyelenggaraan pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara demi terciptanya peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam memberikan pelayanan publik yang prima yang dampaknya akan meningkatkan kepuasan masyarakat atas layanan pemerintahan. Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN ini kami pandang sangat penting sebagai pedoman bagi ASN untuk meningkatkan kinerja mereka sehingga kinerja yang diharapkan dapat sejalan dengan tujuan organisasi. Sebagai penutup kami menyampaikan terima kasih kepada Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia yang telah menginisiasi buku ini dan melibatkan kami dalam penyusunan buku ini, semoga kontribusi kami juga memberikan manfaat bagi negeri. Semoga bermanfaat, selamat membaca. Jakarta, 22 Desember 2021 Dr. J. Satrijo Tanudjojo
  • 10. viii | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N SELAYANG PANDANG DEPUTI KAJIAN & INOVASI MANAJEMEN ASN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN ini merupakan buku pedoman praktis Manajemen Kinerja ASN di Indonesia yang secara substantif menyajikan Manajemen Kinerja ASN dari sisi urgensi, kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengukuran, pembinaan, penilaian kinerja dan sistem informasi kinerja. Sisi menarik dari buku ini juga menyajikan manajemen kinerja dengan model flexible work arrangement (FWA) yang tidak hanya merupakan opsi baru, namun juga merupakan tuntutan pola kerja saat ini. Terwujudnya FWA ini tentunya tidak sekadar tersedianya sistem jaringan internet yang stabil, perangkat keras dan lunak yang memadai, namun juga tata kelola pekerjaan yang sesuai dan berkesinambungan serta peraturan yang mendukung. Tentunya hal ini tidak mudah terealisasi seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan komitmen dan keinginan kuat untuk berubah menjadi lebih dinamis dan fleksibel dalam pengabdian. Semua tentu bermuara pada upaya menapaki peta jalan pembangunan ASN seperti yang termaktub dalam RPJM (2020-2024), yakni birokrasi kelas dunia. Kami sangat mengapresiasi hadirnya buku ini, sebagai sumbangsih Lembaga Administrasi Negara untuk negeri khususnya di bidang pengembangan kompetensi dan peningkatan kinerja ASN. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Tanoto Foundation atas dukungannya dalam pengembangan knowledge creation selama ini. Sebagai penutup, semoga buku ini bermanfaat bagi ASN, akademisi, praktisi, mahasiswa dan semua kalangan yang membaca buku ini. Kami membuka masukan seluas-luasnya demi perbaikan buku ini di masa mendatang. Selamat membaca. Jakarta, 22 Desember 2021 Dr. Agus Sudrajat, M.A.
  • 11. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | ix DAFTAR ISI Identitas Buku i Tim Penulis iii Sambutan Menteri PAN RB iv Sekapur Sirih Kepala LAN vi Salam Pembuka Tanoto Foundation vii Selayang Pandang DKIM ASN viii Daftar Isi ix Daftar Gambar x Daftar Tabel xi Esensi Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN xiii BAB I URGENSI MANAJEMEN KINERJA ASN Hary Supriadi 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA PEGAWAI Suripto 15 BAB III PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN KINERJA Marsono dan Arif Ramadhan 45 BAB IV KONSELING, MENTORING DAN COACHING Parjiyono dan Hari Budimawan 55 BAB V PENGUKURAN KINERJA PEGAWAI Sri Wahyu Wijayanti dan Azizah Puspasari 83 BAB VI TINDAK LANJUT PENILAIAN KINERJA Agustinus Sulistyo Tri P dan Renny Savitri 98 BAB VII MANAJEMEN KINERJA DENGAN MODEL FWA (FLEXIBLE WORKING ARRANGEMENT) Ichwan Santoso dan Octa Soehartono 117 BAB VIII SISTEM INFORMASI KINERJA Witra Apdhi Yohanitas dan Azwar Aswin 138 DAFTAR PUSTAKA 148 BIODATA PENULIS 153
  • 12. x | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Sistem Manajemen Kinerja 9 Gambar 1.2 Tantangan Penerapan Sistem Manajemen Kinerja 13 Gambar 3.1 Skema Proses Pelaksanaan Manajemen Kinerja ASN 46 Gambar 3.2 Alur Rencana Kinerja JPT, JA, dan JF 49 Gambar 3.3 Format Rencana Aksi/ Inisiatif Strategis 50 Gambar 3.4 Format Pendokumentasian Kinerja 50 Gambar 3.5 Siklus Pelaksanaan Manajemen Kinerja ASN Agile 51 Gambar 3.6 Mekanisme Perubahan SKP 54 Gambar 4.1. Siklus Manajemen Kinerja 57 Gambar 5.1 Penilaian Kinerja PNS 91 Gambar 5.2 Penilaian SKP bagi JPT 91 Gambar 5.3 Penilaian SKP bagi JA dan JF 92 Gambar 5.4 Siklus Manajemen Kinerja PNS 92 Gambar 5.5 Format Penilaian Kinerja 95 Gambar 6.1 Penghargaan dan Pembinaan bagi ASN 116 Gambar 7.1 Kotak Manajemen Talenta 125 Gambar 7.2 Platform Utama Integrated Digital Workspace 134 Gambar 7.3 Mekanisme Kerja Flexiwork Bappenas 135 Gambar 7.4 Pola Kerja di Kemenkeu 136
  • 13. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rujukan Penjabaran Kinerja Utama 22 Tabel 2.2 Manual Indikator Kinerja 27 Tabel 2.3 Rencana SKP Pejabat Tinggi dan Pimpinan Unit Kerja Mandiri 29 Tabel 2.4 Rencana SKP Pejabat Tinggi dan Pimpinan Unit Kerja Mandiri 31 Tabel 2.5 Rencana SKP Pejabat Administrasi 33 Tabel 2.6 Rencana SKP Pejabat Fungsional 34 Tabel 2.7 Keterkaitan SKP dengan Angka Kredit Pejabat Fungsional 35 Tabel 2.8 Verifikasi Keterkaitan SKP dengan Angka Kredit JF 35 Tabel 2.9 Kategori Penilaian Kinerja Individu 36 Tabel 2.10 Rencana SKP Pejabat Administrasi 37 Tabel 2.11 Rencana SKP Pejabat Fungsional 38 Tabel 2.12 Aspek Orientasi Pelayanan 39 Tabel 2.13 Aspek Komitmen 40 Tabel 2.14 Aspek Inisiatif Kerja 41 Tabel 2.15 Aspek Kerja Sama 42 Tabel 2.16 Aspek Kepemimpinan 43 Tabel 2.17 Level Perilaku Kerja yang Dipersyaratkan 44 Tabel 4.1 Formulir Penetapan Kegiatan Konseling 63 Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Konseling PNS 64 Tabel 4.3 Daftar Nama Peserta Kegiatan Konseling 65 Tabel 4.4 Daftar Nama Peserta Pascakonseling 67
  • 14. xii | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Tabel 4.5 Daftar Nama Peserta Mentoring 72 Tabel 4.6 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Mentoring 74 Tabel 4.7 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Mentoring 75 Tabel 4.8 Daftar Nama Peserta Pengukuran Potensial 80 Tabel 4.9 Daftar Nama Peserta Pelaksanaan Kegiatan Coaching 81 Tabel 5.1 Perspektif Balance Scorecard pada Sektor Swasta dan Publik 84 Tabel 5.2 Perbandingan Kebijakan Penilaian Kinerja PNS 86 Tabel 7.1 Identifikasi Jabatan untuk Penentuan Jenis FWA 127 Tabel 7.2 Jenis/Metode Flexible Work Arrangement (FWA) 129 Tabel 7.3 Contoh Laporan Kinerja Harian 131 Tabel 8.1 Perkembangan IP-TIK Indonesia, 2018-2019 139
  • 15. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | xiii Esensi Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN “a systematic process for improving organizational performance by developing the performance of individuals and teams” (Amstrong - 2006) Manajemen kinerja memiliki peran strategis dalam meningkatkan kinerja organisasi yang menghubungkan sinergi antara tujuan individual dengan visi dan misi organisasi. Namun, dalam sistem pemerintahan Indonesia, manajemen kinerja dinilai masih belum terimplementasikan dengan baik, dan masih dalam tataran konsep dan kebijakan yang ramai didiskusikan di berbagai seminar ataupun diskusi terbatas. Lahirnya Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menegaskan mengenai pentingnya kinerja, sebagaimana tertuang dalam konsideran menimbang huruf c bahwa ASN wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya. Selanjutnya, dijabarkan lebih lanjut dalam sebuah kebijakan berupa Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Dalam hubungannya dengan manajemen kinerja, kebijakan tersebut menyebutkan beberapa aspek dalam manajemen kinerja yang meliputi: perencanaan kinerja; pelaksanaan kinerja, pemantauan kinerja, pembinaan kinerja, penilaian kinerja, tindak lanjut, dan Sistem Informasi Kinerja PNS. Kemudian secara teknis dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Dalam upaya memperkaya referensi Manajemen Kinerja Pegawai, Buku Sistem Manajemen Kinerja ASN ini membahas beberapa hal mendasar meliputi: 1. Perencanaan Kinerja Pegawai, 2. Pelaksanaan dan Pemantauan Kinerja, 3. Coaching dan Mentoring,
  • 16. xiv | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N 4. Pengukuran Kinerja Pegawai, 5. Tindak Lanjut Penilaian Kinerja, dan 6. Sistem Informasi Kinerja. Dan salah satu hal yang sedang “happening” saat ini dari organisasi berbasis kinerja adalah fleksibilitas, bekerja dari mana saja dan kapan saja, untuk itu buku ini juga menambahkan satu pembahasan lagi tentang Manajemen Kinerja dengan FWA (Flexible Work Arrangement). Sebelum masuk ke pembahasan mengenai penerapan Manajemen Kinerja, pada BAB I URGENSI MANAJEMEN KINERJA ASN pembaca akan disajikan tentang peran strategis Manajemen Kinerja termasuk pengertian, ruang lingkup dan tujuan serta tantangan manajemen kinerja di masa depan. Perencanaan kinerja pegawai merupakan langkah awal yang sangat penting dalam proses manajemen kinerja dan dapat menentukan keberhasilan organisasi. Untuk itu, pada BAB II PERENCANAAN KINERJA PEGAWAI membahas tentang urgensi perencanaan kinerja untuk menegaskan pentingnya sebuah perencanaan kinerja, seberapa besar pentingnya perencanaan kinerja dalam sebuah manajemen kinerja pegawai. Untuk penerapan teknis operasionalnya, bab ini membahas juga tentang Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), SKP Model Dasar/inisiasi dan Model Pengembangan serta informasi yang harus dimuat dalam SKP. Bagaimana menyusun indikator kinerja individu secara SMART dan menentukan target kinerja, serta memahami jenis–jenis kinerja pegawai. Hal penting lainnya yang dibahas dalam bab ini adalah mengenai manual indikator kinerja sebagai instrumen pelengkap SKP yang akan memperjelas dalam memantau dan mengukur kinerja pegawai. Selain SKP, buku ini juga menyajikan aspek-aspek perilaku kerja yang disertai dengan definisi orientasi, level perilaku kerja dan indikator kinerja serta situasi penggunaanya. Perencanaan yang baik tanpa implementasi yang baik adalah kegagalan. Untuk memandu dalam implementasinya, BAB III PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN KINERJA akan membahas tentang implementasi dan pemantauan kinerja melalui proses pendokumentasian kinerja. Teknik
  • 17. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | xv Pendokumentasian dapat dilakukan secara harian, mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan tergantung pada kebutuhan organisasi. Dokumentasi ini digunakan sebagai evidence saat pemantauan kinerja PNS yang dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS secara berkala dan berkelanjutan dalam proses pelaksanaan SKP. Pembinaan kinerja merupakan salah satu tahapan penting untuk efektivitas implementasi dan pemantauan kinerja. Dalam BAB IV COACHING DAN MENTORING ini membahas pentingnya, pengertian dan tujuan coaching dan mentoring. Bab ini juga memperkaya dengan bahasan kebijakan dan mekanisme serta contoh instrumen coaching dan mentoring di lingkungan PNS. Pengukuran kinerja menjadi salah satu tahapan yang sangat penting dalam manajemen kinerja. Dimana hasil pengukuran akan menjadi dasar pertimbangan atas reward dan punishment yang akan diberikan kepada pegawai. Untuk itu, BAB V PENGUKURAN KINERJA PEGAWAI membahas urgensi, kebijakan, pengertian, tujuan, dan waktu dalam pengukuran kinerja pegawai. Bab ini juga membahas tentang tahapan penilaian pegawai, metode pengukuran dengan kelebihan dan kekurangannya serta kategori hasil penilaian. Tindak lanjut penilaian kinerja menjadi tahapan penting lainnya dalam proses manajemen kinerja pegawai yang maksudkan untuk memotivasi pegawai sebagai konsekuensi atas capaian kinerjanya. Tindak lanjut ini dapat berupa reward dan sanction/punishment. Oleh karena itu, dalam BAB VI TINDAK LANJUT PENILAIAN KINERJA membahas tentang berbagai kebijakan yang terkait dengan pemberian reward dan punishment mulai dari pengembangan kompetensi, pemberian insentif/tunjangan serta penghargaan lainnya untuk pegawai yang berkinerja baik dan sebagai penegakan disiplin untuk pegawai yang kinerjanya sangat kurang. Dalam pembahasan bab ini, dilengkapi pula dengan beberapa instrumen untuk tindak lanjut. Flexible Work Arrangements (FWA) dapat menjadi budaya kerja baru dalam lingkungan ASN. FWA lebih fokus pada output atau hasil daripada prosedur kerja. FWA ini bukan merupakan salah satu aspek dalam
  • 18. xvi | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N manajemen kinerja yang diamanatkan dalam Sistem Manajemen Kinerja PNS, tetapi menarik untuk dibahas karena menjadi sesuatu yang baru dalam lingkungan kerja ASN. Oleh karena itu, BAB VII MANAJEMEN KINERJA DENGAN MODEL FWA disajikan untuk membahas konsepsi FWA dari berbagai variabel yang biasa digunakan, urgensi penerapannya di lingkungan pemerintahan saat ini, kebijakan dan implementasi FWA, teknis penentuan jenis FWA yang tepat untuk masing masing jabatan, serta kunci sukses penerapan Manajemen Kinerja Berbasis FWA. Perkembangan teknologi digital semakin cepat dalam mengubah cara kerja dan budaya kerja. Untuk itu, penggunaan teknologi dalam sistem manajemen kinerja menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam Pengembangan Manajemen Kinerja ASN. Dalam upaya membangunkan kesadaran mengenai pentingnya hal tersebut, BAB VIII SISTEM INFORMASI KINERJA membahas tentang transformasi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, urgensi penerapannya dalam sistem manajemen kinerja pegawai, serta model dan teknis pengelolaan sistem informasi kinerja.
  • 19. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 1 BAB I URGENSI MANAJEMEN KINERJA ASN Peran Strategis Manajemen Kinerja Kesan apa yang dapat kita tangkap saat memasuki sebuah ruang pelayanan sebuah bank? Pada sebuah unit kecil kemungkinan anda akan diterima oleh seorang petugas keamanan, satu petugas layanan pelanggan (CS), dua orang teller, dan mungkin seorang unit manager. Semua terlihat bekerja dan menjalankan fungsinya secara penuh, tidak ada yang menganggur. Semua bekerja sesuai dengan tanggung jawab, dan tentu dengan reward yang berbeda. Apabila seorang dari mereka berhalangan ke kantor, misalnya karena sakit, proses layanan akan terganggu baik karena tugasnya saling berhubungan satu dengan lain juga karena setiap personel mendapat tugas dan target tertentu sesuai job description. Jika personel yang bertugas sebagai CS tidak hadir misalnya, maka pelaksanaan tugasnya harus segera ada yang menggantikan agar proses pelayanan tetap terlaksana sesuai dengan core business-nya. Nah sekarang apa yang bisa kita amati pada situasi kerja instansi pemerintah? Sebagai organisasi yang besar, sebuah raksasa birokrasi, terdapat banyak pegawai dengan berbagai jabatan dan status. Namun bagaimana pembagian tugasnya? Apakah jika salah satu dari mereka tidak hadir akan sangat berpengaruh kepada proses kerja dan kinerja? Berbeda dengan contoh lingkungan unit perbankan tadi, maka pada organisasi pemerintah pada umumnya persoalan ketidakhadiran atau keterlambatan dalam pelaksanaan tugas tidak akan terlalu berpengaruh. Disamping karena jumlah pegawai yang banyak, pembagian tugas dan target kinerja yang dibebankan juga seringkali tidak jelas. Atau setidaknya beban target kinerja hanya diberikan kepada “orang-orang tertentu” saja. Selain itu ketidakhadiran atau keterlambatan atau ketidaktercapaian (under performance) juga tidak memiliki konsekuensi berarti terhadap reward yang didapatkan atau bahkan tidak ada konsekuensi sama sekali. Jika antara pegawai berkinerja tinggi dengan kinerja rendah tidak memiliki konsekuensi
  • 20. 2 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N terhadap reward yang diterima, lalu apa yang mendorong orang untuk berkinerja tinggi? Disinilah justru terjadi situasi perilaku “makan tulang kawan”. Suatu kondisi dimana pekerjaan dilaksanakan orang lain namun turut merasakan hasilnya. Bekerja secukupnya, jika perlu cukup menjadi penggembira atau penonton saja! Hadir ke kantor tepat waktu atau terlambat, menghasilkan kinerja tinggi, sedang atau rendah, toh akan mendapatkan gaji dan tunjangan yang sama. Istilah PGPS, Pintar “G#@*k” Pendapatan Sama, juga masih relevan. Kualifikasi dan kinerja tidak banyak berdampak pada pendapatan yang dibawa pulang. Karena kondisi demikian akhirnya pola pengawasan banyak dititikberatkan kepada kehadiran, berupaya memastikan bahwa pegawai hadir pada jam kerja yang ditentukan. Kontrol dilakukan untuk memastikan bahwa semua pegawai hadir tepat waktu, selalu berada di kantor (atau bahkan di rumah, saat WFH), bukan melihat pada kinerja yang dihasilkan dan hanya dititikberatkan pada kehadiran. Jelas kondisi di atas berdampak kepada motivasi pegawai. Jika tidak bekerja atau berkinerja tetap mendapatkan reward yang sama maka untuk apa bekerja dan berkinerja lebih? Pegawai akan berpikir yang penting hadir, gaji dan tunjangan tetap akan diterima dengan utuh. Bahkan jika sudah ada sistem kinerja yang melakukan pemotongan terhadap gaji dan tunjangan kepada mereka yang kehadirannya kurang, atau kinerjanya kurang, namun tidak akan memberi pengaruh banyak karena nilainya yang tidak signifikan. Atas dasar hal tersebut di atas, maka jelas dibutuhkan sebuah manajemen kinerja yang baik. Pengelolaan kinerja dimulai sejak perencanaan, penetapan target, pembagian target hingga individu, pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi serta reward berdasarkan kinerja. Kinerja tidak lagi diukur dari kehadiran namun menggunakan indikator yang baik, terukur, dapat dicapai, dan dapat dibandingkan. Sejalan dengan itu, buku ini bermaksud membantu menyediakan rujukan bagi upaya mengelola kinerja pegawai (ASN) pada instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Selain dari segi regulasi terkait kinerja juga dilakukan pembahasan tentang problem dan dinamika
  • 21. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 3 penerapan manajemen kinerja. Berbagai persoalan yang sering dihadapi maupun tantangan pengelolaan kinerja pegawai dimasa yang akan datang. Buku ini diharapkan bisa menjadi pedoman praktis yang mudah dipahami dan implementatif. Dengan implementasi manajemen kinerja yang baik diharapkan kinerja ASN di instansi masing-masing dapat meningkat, sehingga bisa dicapai kinerja organisasi yang tinggi. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Tujuan Manajemen Kinerja Kinerja (performance) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 1) sesuatu yang dicapai; 2) prestasi yang diperlihatkan; 3) kemampuan kerja (tentang peralatan). Sementara itu PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Perintah mendefinisikan kinerja sebagai keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Sedangkan, PP 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja memberikan batasan pengertian kinerja dikaitkan dengan keberadaan PNS yakni kinerja PNS yang diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS pada organisasi/unit sesuai dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja. Dari berbagai pengertian tentang kinerja tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai dari suatu proses kerja yang dapat diukur. Oleh karenanya aspek pengukuran menjadi sangat penting, baik ukuran yang digunakan, cara mengukur, maupun pengelolaan data hasil pengukuran tersebut. Pada evaluasinya atas administrasi pemerintahan (public service) tahun 2008-2013, OECD memberi perhatian khusus atas bagaimana manajemen sumber daya manusia memberi kontribusi. Isu utama yang menjadi perhatian adalah bagaimana mengukur kinerja dan bagaimana strategi untuk melibatkan pegawai dalam meningkatkan kinerja (OECD, 2016). Agar kinerja dapat dicapai dengan baik, tentunya dibutuhkan manajemen yang baik. Untuk itulah, maka manajemen kinerja menjadi sangat penting bagi organisasi dalam upaya mewujudkan kinerja yang diharapkan. Manajemen kinerja menurut Amstrong (2006) adalah
  • 22. 4 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N “a systematic process for improving organizational performance by developing the performance of individuals and teams” yang berarti bahwa manajemen kinerja adalah sebuah proses proses sistematis untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan cara meningkatkan kinerja individu dan tim. Dari pengertian ini, kita dapat menarik pemahaman bahwa manajemen kinerja sebagai sebuah proses sistematis dalam suatu organisasi akan dipengaruhi oleh capaian kinerja individu dan tim dalam organisasi tersebut. Pendapat ini sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh J. Lockett (dalam Amstrong, 2006), yang secara lebih tegas menyebutkan bahwa manajemen kinerja adalah “The development of individuals with competence and commitment, working towards the achievement of shared meaningful objectives within an organisation which supports and encourages their achievement” (Pengembangan kompetensi dan membangun komitmen individu, untuk bekerja dalam rangka pencapaian tujuan bersama dalam organisasi, dimana organisasi memberikan dukungan dan semangat untuk pencapaian individu tersebut). Dengan demikian, secara umum manajemen kinerja dapat dinyatakan sebagai suatu proses menyelaraskan atau mengintegrasikan sasaran organisasi dengan individu untuk mencapai efektivitas organisasi. Definisi tersebut juga menekankan pada pengembangan yang merupakan tujuan utama manajemen kinerja. Berdasarkan definisi di atas, dapat dikemukakan lingkup dari manajemen kinerja paling tidak menjadi 3 (tiga) indikator, yaitu: 1. Inputs (masukkan). Masukkan yang diperlukan untuk proses manajemen kinerja antara lain berupa kapabilitas sumber daya manusia, baik sebagai individu maupun tim, yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya. 2. Proses. Manajemen kinerja membutuhkan proses pelaksanaan kinerja, bagaimana kinerja dijalankan, mulai dari perencanaan sampai dengan tujuan yang diharapkan. 3. Outputs (Keluaran). Keluaran atau hasil kerja organisasi, baik dalam bentuk barang ataupun jasa, perlu dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apakah ada kesesuaian untuk pencapaian tujuan atau tidak. Jika terjadi deviasi antara keluaran dengan tujuan, maka perlu dilakukan umpan balik.
  • 23. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 5 Sebagai sebuah proses, manajemen kinerja merupakan kesepakatan yang terkait dengan tujuan yang ingin dicapai, standar dan kompetensi yang dibutuhkan. Oleh karenanya, dalam proses ini ada unsur pengembangan pegawai agar kemungkinan tercapainya target yang ditentukan lebih baik. Selanjutnya, sistem manajemen kinerja seperti apa yang sebaiknya diterapkan oleh organisasi? Untuk memilih sistem kinerja yang cocok bagi sebuah organisasi, tentunya tidak bisa disamakan. Hal ini tergantung kepada karakter, kultur dan sistem yang diterapkan dalam organisasi itu sendiri. Dengan kata lain, tugas dan fungsi yang menjadi core business organisasi serta budaya kerja yang ada dalam organisasi, akan menjadi unsur penentu untuk menetapkan manajemen kinerja apa yang cocok. Pulakos (2004) mengemukakan bahwa “memilih sistem manajemen kinerja ditentukan atau mempertimbangkan kebutuhan fungsi dan tujuan organisasi, budaya organisasi, dan bagaimana integrasinya dengan sistem pengelolaan SDM lainnya. Tidak ada satu sistem manajemen kinerja yang tepat untuk semua organisasi”. Namun perlu dipahami bersama bahwa manajemen kinerja dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dan untuk menjamin aktivitas organisasi agar mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, hakikat manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketepatan dalam memilih dan menerapkan manajemen kinerja yang sesuai dengan kebutuhan tugas dan fungsi organisasi serta budaya kerja yang ada, kemudian mampu diintegrasikan dengan sistem pengelolaan sumber daya organisasi dengan baik, akan memengaruhi terhadap efektivitas proses manajemen kinerja itu sendiri. Salah satu contoh terkait dengan efektivitas sistem manajemen kinerja hasil survei Watson Wyatt (dalam Pulakos, 2004) menyimpulkan bahwa hanya 3 dari 10 pekerja yang setuju bahwa sistem manajemen kinerja di perusahaannya berhasil mendorong peningkatan kinerja. Bahkan kurang dari 40 persen pekerja berpendapat bahwa telah terdapat kejelasan target kinerja, adanya umpan balik yang jujur, atau telah berhasil menerapkan teknologi untuk membantu melakukan penyederhanaan proses.
  • 24. 6 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan mengapa respons pekerja masih rendah (kurang dari 40% yang merespons positif) terhadap efektivitas sistem manajemen kinerja ini. Misalnya: dimungkinkan pemilihan sistem manajemen kinerja yang diterapkan kurang tepat relevansinya dengan kebutuhan fungsi organisasi ketika diintegrasikan dengan sistem manajemen sumber daya lainnya. Atau dimungkinkan pula ada proses yang kurang sesuai dengan budaya kerja organisasi sehingga memengaruhi persepsi pegawai, baik secara individu maupun tim, terhadap penerapan sistem manajemen kinerja ini. Hal ini relevan dengan pendapat Amstrong (2006) yang mengidentifikasi bahwa hambatan dalam penerapan manajemen kinerja ini bisa timbul dari kalangan manajer (pimpinan) dan pegawai (karyawan) yang merasa bahwa dengan penerapan manajemen kinerja ini menjadi beban tambahan dalam bekerja, atau karena ada kepentingan yang kemungkinan terganggu. Jadi Persoalannya bukan pada buruknya desain sistem manajemen kinerja itu sendiri, baik instrumen maupun prosesnya, namun permasalahannya terletak pada inti dari kinerja itu sendiri yang kurang terakomodasikan sifatnya jika dikaitkan dengan kondisi organisasi, yakni karena kinerja sangat bersifat personal, menyangkut karakter individu pegawai dan budaya organisasi yang diterapkannya. Khusus untuk sektor publik, tantangan manajemen kinerja tidak kalah besarnya karena berbagai permasalahan dalam karakter budayanya. Sistem manajemen yang cenderung masih bersifat birokratis, pola hierarki yang kuat, dengan “red tape” birokrasi yang kental, sedangkan sistem manajemen kinerja membutuhkan dinamisasi yang didukung oleh kompetensi dan kapabilitas yang harmonis. Di samping itu, instansi pemerintah memiliki tugas dan fungsi yang cenderung masih bersifat umum dengan output yang bersifat “samar” sebagai salah satu ukuran akuntabilitas, menjadi sulit terukur. Sebagai entitas yang diberi kepercayaan mengurus kepentingan publik, maka kinerja yang jelas dan terukur menjadi ukuran apakah pengelolaan yang dilaksanakannya telah sesuai dengan amanat yang diberikan.
  • 25. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 7 Kebijakan Manajemen Kinerja Saat Ini Rujukan utama manajemen ASN saat ini adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, atau disebut juga UU ASN. Sebagai pedoman utama, maka UU ASN menyebutkan pentingnya kinerja bagi ASN antara lain:  ASN wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya (konsideran Menimbang huruf c)  Kinerja sebagai sebagai salah satu unsur dalam menerapkan sistem merit (Ketentuan Umum Pasal 1 angka 22)  Sebagai nilai dasar yang harus dipertanggungjawabkan kepada publik (Pasal 4 huruf h) Beberapa lembaga yang kewenangannya diatur dalam UU ASN juga diberi amanat untuk mengawal kinerja ASN, seperti: KASN antara lain untuk mewujudkan ASN berkinerja tinggi, BKN untuk membina dan mengevaluasi pelaksanaan manajemen ASN termasuk untuk membangun sistem penilaian kinerja ASN, serta Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendorong perwujudan ASN berkinerja tinggi melalui pembinaan dan penyelenggaraan pengembangan kompetensinya. Namun demikian, dalam siklus manajemen PNS, aspek kinerja hanya dalam hal “penilaian kinerja” (pasal 55 Ayat (4)) dan tidak menjelaskan proses manajemen kinerja secara keseluruhan. Sedangkan pada pasal lainnya penilaian kinerja diamanatkan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan karier, disamping aspek lainnya dalam pertimbangan karier yaitu kualifikasi, kompetensi, dan kebutuhan instansi (Pasal 69 ayat (1)). Sejalan dengan substansi aspek manajemen PNS berupa “penilaian kinerja”, UU ASN mengatur lebih lanjut terkait penilaian kinerja tersebut sebagaimana tertuang dalam pasal 75 hingga 78. Pasal 78 selanjutnya mengamanatkan agar pengaturan terkait penilaian kinerja ini diatur lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP). Kemudian, diterbitkanlah PP No. 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja PNS. Akan tetapi, kebijakan tersebut hanya mengatur tentang Kinerja PNS, sedangkan penilaian kinerja PPPK tidak diatur, padahal unsur ASN meliputi: PNS maupun dan PPPK. Hal ini
  • 26. 8 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N perlu menjadi perhatian, karena PPPK juga merupakan bagian dari ASN sehingga maka perlu dibangun juga sistem pengelolaan kinerjanya agar pengelolaan terhadap kinerja ASN menjadi utuh dan tidak parsial. Jika merujuk pada regulasi yang mengatur tentang PPPK selain UU ASN, yakni Peraturan Pemerintah (PP) No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, sebenarnya telah diamanatkan juga untuk mengatur kinerja PPPK. Beberapa ketentuan tersebut antara lain: ● Salah satu aspek dari 9 aspek manajemen PPPK adalah penilaian kinerja (Pasal 3 huruf c). ● Perjanjian Kerja harus mencantumkan antara lain “target kinerja” (Pasal 33 huruf b) ● “Penilaian Kinerja” diatur dalam Pasal 35 dan 36, dimana pasal 36 mengamanatkan agar ketentuan lebih lanjut terkait penilaian kinerja bagi PPPK ini diatur dengan Peraturan Menteri. Sementara ini, Peraturan Menteri untuk mengatur sistem penilaian kinerja PPPK masih belum tersedia. Dan ini berarti menjadi salah satu “pekerjaan rumah” yang harus menjadi perhatian agar pengelolaan kinerja ASN benar-benar terkelola secara lengkap dan menyeluruh. Merujuk kepada kebijakan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja PNS, dapat diketahui bahwa sistem manajemen kinerja PNS meliputi komponen-komponen sebagaimana gambar berikut:
  • 27. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 9 Gambar 1.1. Sistem Manajemen Kinerja Pembahasan lebih lanjut tentang komponen-komponen di atas akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya dalam buku ini. Selanjutnya, terkait dengan pembahasan secara teknis dalam kebijakan selanjutnya mengenai Sistem Manajemen Kinerja PNS, perencanaan kinerja, standar perilaku kerja dalam jabatan, pelaksanaan, pemantauan kinerja, pembinaan kinerja, penciptaan ide baru dan/atau cara baru dalam peningkatan kinerja yang memberi manfaat bagi organisasi atau negara, penilaian kinerja, tindak lanjut, dan Sistem Informasi Kinerja PNS, diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Dalam Pasal 1 ayat (1) kebijakan tersebut, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil adalah suatu proses sistematis yang terdiri dari perencanaan kinerja; pelaksanaan, pemantauan dan pembinaan kinerja; penilaian kinerja; tindak lanjut; dan sistem informasi kinerja. Dalam kebijakan ini diatur mengenai seluruh komponen dari suatu manajemen kinerja termasuk bagaimana agar data manajemen kinerja bisa dikelola dengan baik melalui suatu sistem informasi.
  • 28. 10 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Manajemen Kinerja dan SAKIP Berbicara tentang manajemen kinerja, maka kita perlu melihat kinerja individu sebagai bagian tidak terpisahkan dari kinerja organisasi. Keterikatan ini berawal sejak perencanaan kinerja dimana rencana strategis organisasi (instansi) harus dijabarkan secara cascade ke unit-unit yang lebih kecil. Setiap pimpinan unit bertanggung jawab atas target pencapaian kinerja unitnya yang didistribusikan ke dalam target unit yang lebih rendah/lebih kecil hingga pada akhirnya sampai pada unit terkecil yaitu staf pelaksana secara individual. Proses perencanaan strategis, penentuan dan pendistribusian target sampai pada tingkat pengukurannya ini disebut sebagai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Pengaturan SAKIP ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Perpres No. 29 Tahun 2014 tersebut dinyatakan bahwa Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) sebagai rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Selain sebagai instrumen akuntabilitas SAKIP ini juga sebagai instrumen untuk mendorong peningkatan kinerja. Kinerja dalam hal ini didefinisikan sebagai keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Tantangan Penerapan Manajemen Kinerja Melihat berbagai capaian kinerja instansi pemerintah saat ini yang cenderung belum optimal, tentunya dibutuhkan upaya terencana dan berkelanjutan dalam rangka memperbaikinya. PP No. 30 Tahun 2019 tentang Manajemen Kinerja dan Permenpan Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil, menjadi landasan untuk
  • 29. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 11 mengambil langkah-langkah strategis memperbaiki manajemen kinerja di masing-masing instansi. Namun demikian, upaya ini dihadapkan pada beberapa tantangan yang menuntut upaya antisipasi dan langkah-langkah relevan yang efektif. Beberapa tantangan dalam melaksanakan sistem manajemen kinerja yang baik saat ini antara lain adalah:  pedoman teknis dan instrumentasi yang ada masih terlalu komplek dan rumit;  sinkronisasi manajemen kinerja pada level instansi dengan kinerja individu;  penerapan pengelolaan data kinerja dengan pemanfaatan TI belum terintegrasi;  pemanfaatan dan tindak lanjut hasil penilaian kinerja belum diterapkan;  penerapan sistem kerja fleksibel (flexible work arrangement – FWA) belum diatur dalam kebijakan Sistem Manajemen Kinerja yang ada; dan  manajemen kinerja bagi PPPK belum diatur secara tegas dan jelas. Dalam hal pedoman lebih teknis, termasuk instrumentasi yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem manajemen kinerja, PP No. 30 Tahun 2019, mengamanatkan beberapa peraturan pelaksanaan yang harus sudah ada selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak PP tersebut diundangkan. Karena PP No. 30 Tahun 2019 diundangkan pada 29 April 2019, maka berbagai peraturan pelaksanaan yang diamanatkan seyogianya telah tersedia paling lambat pada tanggal 29 April 2021. Dengan diterbitkannya Permenpan RB No. 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja pada tanggal 17 Maret 2021, maka amanat Pasal 60 PP No. 30 Tahun 2019 khususnya ayat (1), telah terpenuhi. Namun demikian, terdapat tiga ayat amanat dari pasal 60 yang belum ditindaklanjuti yaitu: ● Ayat (2) tentang ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme persetujuan dan evaluasi bersama dan mekanisme pengawasan penerapan Sistem Manajemen Kinerja PNS (Peraturan Menteri yang
  • 30. 12 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara); ● Ayat (3) tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan sanksi administrasi sampai dengan pemberhentian bagi pejabat fungsional yang mendapatkan penilaian kinerja dengan predikat Kurang atau Sangat Kurang (Peraturan Menteri yang menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara); dan ● Ayat (4) mengenai ketentuan lebih lanjut tata cara survei secara tertutup (Peraturan Kepala BKN); tata cara survei secara tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Pemeringkatan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dan pengelolaan informasi dan data penilaian kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam Peraturan Kepala BKN. Dalam hal pemberlakuannya, PP No. 30 Tahun 2019 ditetapkan untuk efektif berlaku (2) dua tahun sejak pengundangannya, sebagaimana disebutkan sebelumnya berarti seyogianya efektif berlaku sejak 29 April 2021. Namun demikian khusus terkait dengan ketentuan “Penilaian Perilaku Kerja berdasarkan penilaian rekan kerja setingkat dan bawahan langsung”, masih diberikan kelonggaran waktu maksimal hingga 5 (lima) tahun sejak diundangkan, yakni harus diberlakukan selambatnya tanggal 29 April 2024. Tantangan berikutnya adalah bagaimana menyelaraskan target kinerja organisasi dengan target kinerja individu. Tentu saja penyelarasan ini harus diawali dengan penentuan indikator kinerja yang juga harus dibagi secara berjenjang (cascading) yang kemudian dilanjutkan dengan target yang harus dicapai dengan proses penetapan yang terbagi secara berjenjang pula. Praktik penetapan indikator, target, dan mendistribusikannya hingga tataran individu masih menjadi tantangan besar di berbagai instansi pemerintah. Unsur yang sangat penting dalam manajemen kinerja berikutnya adalah terkait dengan pengelolaan data dalam bentuk sistem informasi. Mengingat data yang dikelola banyak dan dinamis, maka dibutuhkan teknologi informasi yang dapat mengakomodir keadaan tersebut. PP No. 30 Tahun 2019 secara khusus memberikan perhatian atas pentingnya sistem informasi. Dalam Bab VII, yang secara khusus mengatur sistem informasi ini,
  • 31. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 13 diatur bahwa data dan informasi seluruh aspek manajemen kinerja harus dikelola dalam sebuah sistem informasi sejak perencanaan kinerja, pelaksanaan, pemantauan, pembinaan, penilaian, hingga tindak lanjut. Gambar 1.2. Tantangan Penerapan Sistem Manajemen Kinerja Pentingnya sistem informasi ini, dimaksudkan agar dalam mengelola kinerja, aspek data dan informasi sebagai aspek yang sangat penting dapat terkelola dengan baik. Untuk itu bagaimana sistem ini dapat berjalan, baik terkait komitmen anggaran, dukungan teknologi informasi, ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten di bidang teknologi informasi, dan infrastruktur masih menjadi tantangan untuk dapat tersedia secara merata di seluruh instansi pemerintah di segenap wilayah Indonesia. Aspek selanjutnya yang menjadi tantangan adalah bagaimana memanfaatkan hasil penilaian kinerja khususnya dikaitkan dengan pembinaan pegawai. Hal ini penting menjadi perhatian karena jika kinerja yang tinggi tidak mendapat penghargaan yang memadai, maka akan menimbulkan demotivasi karena timbulnya perasaan tidak adil. Menjadi tantangan semua instansi untuk dapat menindaklanjuti hasil penilaian baik terhadap yang berkinerja tinggi maupun terhadap pegawai yang berkinerja rendah dibawah standar atau target yang ditetapkan. Demikian pula saat pandemi Covid-19 yang memaksa ASN untuk bekerja dari rumah (Work From Home-WFH atau flexible work arrangement – FWA) telah memunculkan tantangan tersendiri dalam mengelola kinerja. Tentu dalam konteks kinerja, yang tidak hanya melihat aspek kehadiran dan kerja semata, namun juga lebih berorientasi pada pencapaian kinerja tanpa kehadiran pegawai di kantor. Namun kondisi manajemen kinerja di sebagian
  • 32. 14 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N besar instansi pemerintah, saat ini belum siap dalam melaksanakan pola kerja dengan orientasi kinerja sepenuhnya. Tantangan terakhir adalah terkait dengan keberadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang merupakan bagian dari ASN. Pengelolaan kinerja PPPK perlu mendapat perhatian tersendiri karena sifat ikatan kerja PPPK yang tidak permanen (temporary), dan mereka direkrut dengan kompetensi khusus yang dibutuhkan organisasi dalam keadaan mendesak. Dalam kondisi ini, dibutuhkan kemampuan untuk melakukan sinkronisasi target instansi, distribusi target (cascading) hingga level individu yang tentunya meliputi PNS maupun PPPK tersebut. Karena berbagai tantangan tersebut, maka saat ini praktik manajemen kinerja menggunakan sistem yang bervariasi antara instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Namun demikian, buku ini tidak bermaksud menyeragamkan sistem manajemen kinerja yang harus diterapkan, namun lebih ditujukan untuk membantu instansi yang masih kesulitan dalam menerapkan sistem manajemen kinerja yang baik. Untuk itu buku ini juga memberikan gambaran atau contoh sistem manajemen kinerja yang diterapkan di berbagai instansi pemerintah yang dipandang dapat menjadi inspirasi. Inovasi tetap dibutuhkan agar sistem yang dibangun dapat optimal sesuai dengan kemampuan dan kondisi organisasi, dengan tetap sama- sama diarahkan pada upaya menciptakan kinerja pegawai dan kinerja organisasi yang optimal.
  • 33. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 15 BAB II PERENCANAAN KINERJA PEGAWAI Urgensi Perencanaan Kinerja Sebagai masyarakat urban yang tingggal di kota, kita mungkin pernah merasakan kekesalan karena kemacetan yang parah. Hal ini disebabkan pembangunan yang tidak direncanakan dengan baik dan benar oleh pemerintah kota. Biasanya berkaitan dengan pembangunan jalan, pembuatan trotoar, pembuatan saluran air, pemasangan kabel listrik, pemasangan kabel telepon, pemasangan pipa air minum dan lainnya tidak dilakukan secara berurutan secara benar. Hal yang sering ditemui setelah pembangunan jalan selesai, tidak lama kemudian dibongkar lagi untuk pemasangan kabel listrik atau kabel telepon atau pipa air minum, setelah itu membangun trotoar dan setelah itu dibongkar lagi untuk membangun saluran air. Pelaksanaan pekerjaan seperti ini selain membutuhkan waktu yang lebih lama juga menjadikan kualitas pekerjaan menjadi tidak sesuai standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan hal ini sering kita temukan jalan yang amblas karena bekas galian pekerjaan lainnya. Oleh karena itu, merencanakan kegiatan dan atau aktivitas secara baik dan benar menjadi sangat penting. Baik dalam arti pembagian peran dari setiap level organisasi dan pegawai harus jelas dan tidak saling tumpang tindih. Benar dalam arti kegiatan yang dilakukan berurutan sebagaimana bisnis proses atau standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Melihat kasus tersebut diatas, maka perencanaan kinerja yang baik harus ada keterkaitan antara rencana kinerja organisasi pada level makro, messo, mikro serta sampai kinerja pegawai. Pada dasarnya secara konseptual, para pakar kinerja menyepakati bahwa manajemen kinerja pegawai merupakan bagian integral dari manajemen kinerja organisasi. Hal ini karena target kinerja pegawai akan menjadi kontribusi kinerja organisasi mikro, messo dan makro. Aguinis (2013, p.2) bahkan secara tegas mendefinisikan manajemen kinerja sebagai “continuous process of identifying, measuring, and developing the performance of individuals and teams and
  • 34. 16 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N aligning performance with the strategic goals of the organisation”. Tetapi dalam praktiknya, rencana kinerja organisasi dan rencana kinerja pegawai belum saling terkait. Bahkan, tak hanya dengan rencana organisasi, rencana kinerja pimpinan dengan rencana kinerja pegawai masih belum terkait satu dengan lainnya. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil memberikan spirit untuk menyinergikan antara rencana kinerja organisasi dan rencana kinerja pegawai. Ini terlihat pada Pasal 8 ayat 2 khususnya yang menyebutkan bahwa Proses Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai dilakukan dengan memperhatikan Perencanaan Strategis Instansi Pemerintah, Perjanjian Kinerja, Organisasi dan Tata Laksana, Uraian Jabatan dan SKP atasan langsung. Michael Amstrong (2006) menyebutkan Sistem Manajemen Kinerja meliputi perencanaan kinerja, pelaksanaan rencana kinerja, monitor, penilaian dan tindak lanjut. Dapat dipastikan semua pakar manajemen menempatkan fungsi perencanaan menjadi hal pertama yang harus dilakukan dalam siklus manajemen. Urgensi perencanaan menjadi tahap pertama dalam manajemen antara lain karena memberikan arah, mengurangi risiko ketidakpastian, mengurangi tumpeng tindih, mempromosikan ide kreatif, fasilitasi pengambilan keputusan, menetapkan standar pengendalian. Dalam Peraturan Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) No. 12 tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Aspek Perencanaan Kinerja bahkan diberikan bobot penilaian paling tinggi sebesar 30%, Pengukuran Kinerja 25%, Pelaporan Kinerja 15%, Evaluasi Kinerja 10% dan Capaian Kinerja 20%. Dengan demikian, organisasi yang tidak memiliki rencana kinerja sama dengan organisasi yang tidak memiliki arah, tidak memiliki standar kinerja, kebijakan organisasi bukan karena kebutuhan, dan inefisiensi yang besar. Selanjutnya, Perencanaan kinerja menurut Michael Amstrong (2006) dapat dipahami sebagai kesepakatan pimpinan dan pegawai tentang apa dan bagaimana mencapai tujuan (kinerja). Apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, meningkatkan standar, meningkatkan kinerja dan mengembangkan kompetensi. Dan, bagaimana teknis pengukuran kinerja
  • 35. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 17 dan bukti-bukti yang dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat kompetensinya. Apakah merujuk pada output kegiatan dan atau aktivitas yang menjadi kesepakatan harus dicapai atau dilakukan pada waktu tertentu. Target kinerja yang menjadi kesepakatan tersebut minimal memiliki unsur kuantitas, kualitas dan waktu sebagai standar kinerja. Untuk mempermudah dalam pengendalian pencapaian kinerja juga perlu dilengkapi dengan rencana aksi. Selanjutnya untuk penilaian kinerja pegawai secara objektif, adil dan transparan maka setiap kegiatan dan atau aktivitas memiliki teknis pengukuran yang reliable. Pengukuran kinerja yang objektif sangat penting untuk pemberian reward dan tindak lanjut atas capaian kinerjanya. Perencanaan kinerja pegawai diamanatkan dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a Peraturan Pemerintah (PP) No.30 Tahun 2019 Tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil bahwa Sistem Manajemen Kinerja PNS terdiri atas: a) perencanaan kinerja, b) pelaksanaan, pemantauan kinerja, dan pembinaan kinerja, c) penilaian kinerja, d) tindak lanjut, dan e) Sistem Informasi Kinerja PNS. Sistem manajemen kinerja sebagaimana diatur dalam Pasal 3 merupakan prasyarat untuk melakukan penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS. Selanjutnya secara lebih lengkap rinci, perencanaan kinerja diatur pada Bab III yang meliputi Bagian Kesatu: Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai, Bagian Kedua: Penyusunan SKP Bagi Pejabat Pimpinan Tinggi, Bagian Ketiga: Penyusunan SKP bagi Pejabat Pimpinan Unit Kerja Mandiri, Bagian Keempat: Penyusunan SKP bagi Pejabat Administrasi, Bagian Kelima: Penyusunan SKP bagi Pejabat Fungsional, Bagian Keenam: Penyusunan SKP bagi Pejabat Fungsional yang Rangkap Jabatan, Bagian Kedelapan: Penetapan SKP Pegawai dan Bagian Kesembilan: Perilaku Kerja. Pengaturan Sasaran Kinerja Pegawai lebih detail selanjutnya diatur pada PermenPANRB No. 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Dan secara lebih detail akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
  • 36. 18 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Sasaran Kinerja Pegawai Diundangkannya PP No 30 tahun 2019 menjadi momentum untuk mengubah secara esensial perencanaan kinerja pegawai, tidak hanya formalitas tetapi lebih fungsional. Salah satu permasalahan mendasar dalam implementasi SKP berdasarkan PP No. 46 tahun 2011 yakni keberadaan SKP hanya untuk kebutuhan formalitas administratif. Permasalahan inilah yang menyebabkan SKP tidak dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan, pemantauan, pembinaan, pengukuran dan penilaian kinerja pegawai secara objektif dan optimal. Dalam ketentuan umum PP No. 30 Tahun 2019, Sasaran Kinerja Pegawai adalah rencana kinerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS yang harus dicapai setiap tahun. Sasaran Kinerja Pegawai tersebut sering disebut juga dengan SKP. Penggunaan istilah SKP sebenarnya sudah diperkenalkan sejak sepuluh tahun yang lalu sejak diterbitkannya PP No. 46 tahun 2011. Sehingga istilah tersebut sudah cukup familer untuk para PNS. Tetapi yang menjadi pertanyaan mendasar, apakah setiap PNS memahami SKP secara benar menurut ketentuan PP No. 30 tahun 2019? Apa perbedaan mendasar dengan SKP yang selama ini dikerjakan? Oleh karena itu, sebelum membahas lebih detail dan lebih teknis, kita akan membahas pemahaman mendasar tentang SKP. Memahami SKP bukan hanya tahu pengertian atau definisi tentang SKP saja, tetapi harus mampu memahami secara esensial SKP sesuai ruh dari PP No. 30 tahun 2019. Ini penting untuk dapat membuat rencana kinerja pegawai secara benar, karena selama ini implementasi SKP dengan PP No. 46 Tahun 2011 juga banyak variasi dan perbedaan antara satu dengan lainnya. Hal ini menyebabkan SKP hanya sebagai dokumen formalitas administrasi saja, tanpa memberikan kontribusi yang optimal dalam kinerja organisasi. Hal ini sebagaimana dijelaskan Bapak Supranawa Yusuf, Sekretaris Utama BKN, yang menyebutkan terdapat perbedaan antara 15-20% penilaian kinerja organsiasi dan kinerja pegawai. Meskipun kedua peraturan menggunakan istilah SKP, tetapi secara esensial memiliki makna yang sangat berbeda. PP No. 30 Tahun 2019 menggunakan “Kinerja”, sedangkan PP No. 46 tahun 2011 menggunakan
  • 37. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 19 “Kerja”. Dilihat dari pemilihan kata “Kinerja” dan “Kerja” saja tentunya sudah sangat berbeda. Secara harfiah (kbbi.web.id) kinerja dipahami sebagai sesuatu yang dicapai, sedangkan kerja dipahami sebagai kegiatan melakukan sesuatu. Dari pengertian tersebut, secara dummy dapat dipahami bahwa kinerja berfokus pada hasil, sedangkan kerja berfokus pada proses/aktivitas. Akan tetapi, untuk para pengelola kinerja organisasi dan kinerja pegawai yakni para pimpinan organisasi tidak cukup hanya pemahaman dummy, tetapi harus memahami manajemen kinerja secara lebih detail dan komprehensif. Ketidakpahaman pimpinan tentang manajemen kinerja dapat berdampak fatal pada kinerja organisasi. Dampak fatalnya pelaksanaan sistem manajemen kinerja mulai perencanaan kinerja tidak jelas, pelaksanaan tidak terarah, pemantauan kinerja tidak optimal, pengukuran dan penilaian kinerja tidak valid dan objektif, dan tidak memberikan masukan untuk rencana kinerja tahun selanjutnya. Dalam Peraturan PANRB No. 8 Tahun 2021 Pasal 7, penyusunan rencana SKP dapat dilakukan dengan dua model yakni: (1) dasar/inisiasi, (2) pengembangan. Model dasar/inisiasi dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang akan membangun Sistem Manajemen Kinerja Pegawai. Sedangkan model pengembangan dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang telah membangun Sistem Manajemen Kinerja Pegawai. Untuk dapat menyusun SKP secara baik dan benar akan dijelaskan beberapa hal pokok pada subbab berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SKP yakni bahwa minimal setiap SKP memuat dua informasi penting meliputi indikator kinerja individu dan target kinerja. Kedua hal tersebut akan dijadikan sebagai alat ukuran keberhasilan kerja PNS dalam waktu tertentu. Indikator Kinerja Individu Indikator Kinerja Individu merupakan ukuran keberhasilan kinerja yang akan dicapai pegawai. Oleh karena itu, penyusunan indikator kinerja tidak dapat dilakukan dengan massal, tetapi harus memenuhi beberapa kriteria sehingga menjadi indikator yang akuntabel. Beberapa pakar kinerja menyebutkan bahwa kriteria Indikator kinerja harus “SMART” yang
  • 38. 20 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N merupakan akronim dari Spesific, Measurable, Achievable, Reliable dan Time bound.  Spesifik (Spesific) artinya menunjukan kekhasan/keunikan uraian tugas kerja. Dengan demikian Indikator kinerja individu harus dibuat secara rinci dan detail sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab unit/pegawai. Contoh: o Pemerintah daerah ingin meningkatkan produksi sektor pertanian, maka harus secara spesifik dipilih jenis tanaman dan komoditasnya serta wilayahnya. Contoh: Meningkatkan produksi padi varietas kaliabang di Kecamatan Adimulyo. o Untuk pekerjaan dalam bentuk proyek atau kegiatan juga perlu secara detail dan cakupannya. Contoh: Menyusun Naskah Akademik Peraturan Pemerintah tentang Sistem Manajemen ASN.  Terukur (Measurable) artinya kinerja dapat diukur dengan jelas, memiliki satuan pengukuran serta cara pengukurannya. Ukurannya yang dapat digunakan misalnya volume, rupiah, meter, kilogram, persentase atau angka nominal, unit/buah, dokumen dan lain-lain. Contoh: o Meningkatkan produksi padi varietas kaliabang sebanyak 10% di Kecamatan Adimulyo. o Meningkatkan produksi padi varietas kaliabang sebanyak 3 ton/hektar di Kecamatan Adimulyo. o Menyusun 1 (satu) dokumen Naskah Akademik Peraturan Pemerintah tentang Sistem Manajemen ASN. Selain ukuran tersebut diatas, indikator kinerja juga dapat menggunakan beberapa yang lazim digunakan selama ini antara lain antara lain: % jumlah tugas yang dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan; indeks profesionalisme pegawai; indeks persepsi korupsi; skor kompetensi pegawai, dll.  Realistis (Achievable) artinya target yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal dengan dukungan sumber daya yang tersedia. Untuk dapat menetapkan target yang realitis, maka unit kerja perlu memperhatikan data-data antara lain data kinerja tiga tahun terakhir, data kinerja
  • 39. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 21 unit/sektor yang sama, serta data kondisi lingkungan strategis. Selain itu, penetapan target kinerja juga harus menggunakan prinsip “stretching goals” untuk menantang dan memotivasi kinerja pegawai serta melahirkan terobosan baru/inovasi dalam produksi tanaman padi. Contoh: o Jika berdasarkan data tiga tahun terakhir produksi padi varietas kaliabang di Kecamatan Adimulyo meningkat sebanyak 5%. Dan produksi di kecamatan lainnya di lingkungan Kabupaten Kebumen juga meningkat 5%, maka target dapat dibuat lebih tinggi dari 5% seperti 7%, 8%, atau bahkan 10%.  Adaptif (Reliable) artinya indikator kinerja dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi internal dan eksternal organisasi. Contoh: Perubahan rencana kinerja yang disebabkan kebijakan re- focusing anggaran untuk penanganan pandemi Covid-19 sebagai berikut: o Perubahan rencana kinerja produksi padi varitas kaliabang di Kecamatan Adimulyo yang semula pada minggu ke IV bulan Juni 2021 meningkat 5% menjadi 2,5%, minggu ke IV bulan Desember 2021 meningkat 10% menjadi 5%. o Penghapusan Kegiatan Laporan Naskah Akademik Peraturan Pemerintah tentang Sistem Manajemen ASN selesai minggu ke- IV bulan Oktober 2021. Diganti dengan Kajian Pemulihan ekonomi sektor Industri dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.  Batas waktu (time-bound) artinya setiap proses pencapaian indikator kinerja harus memiliki batas waktu yang jelas, kapan proyek/kegiatan harus selesai. Contoh: o Produksi padi varitas kaliabang di Kecamatan Adimulyo pada minggu ke IV bulan Juni 2021 meningkat 5%, minggu ke IV bulan Desember 2021 meningkat 10%. o Laporan bulanan selesai setiap minggu 1 bulan berikutnya. o Laporan Naskah Akademik Peraturan Pemerintah tentang Sistem Manajemen ASN selesai minggu ke-IV bulan Oktober 2021.
  • 40. 22 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Jenis Kinerja Pegawai Kinerja pegawai dibedakan menjadi dua jenis yakni kinerja utama dan kinerja tambahan. Kinerja utama merupakan hasil kerja yang berkaitan dengan fungsi organisasi yang menjadi sasaran prioritas pada waktu tersebut. Kinerja utama selalu berkaitan dengan hasil kerja dari rencana strategis, perjanjian kinerja, SKP atasan langsung dan uraian tugas pokok jabatan. Untuk rujukan utama dalam penjabaran kinerja utama pejabat pimpinan tinggi/unit mandiri, pejabat administrasi dan pejabat fungsional seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Rujukan Penjabaran Kinerja Utama PEJABAT RUJUKAN UTAMA PIMPINAN TINGGI Penjabaran sasaran unit/organisasi (didalam Renstra, Perjanjian Kinerja, organisasi dan tata kerja, uraian jabatan) UNIT MANDIRI Penjabaran sasaran unit/organisasi (didalam Renstra, Perjanjian Kinerja, organisasi dan tata kerja, uraian jabatan) ADMINISTRASI Penjabaran kegiatan atasan langsung (SKP atasan langsung, organisasi dan tata kerja, uraian jabatan) FUNGSIONAL Penjabaran sasaran unit/organisasi dan/atau kegiatan atasan langsung dan organisasi dan tata kerja, uraian jabatan). Sumber: diolah dari PermenPANRB 8 / 2021 Sedangkan kinerja tambahan merupakan tugas dari pimpinan unit kerja/organisasi yang bersifat strategis, tetapi bukan tugas pokok jabatan pegawai bersangkutan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memberikan tugas tambahan yakni sebagai berikut:  Disepakati pimpinan dan pegawai. Pemberian kinerja tambahan pegawai harus disepakati antara pegawai dan pimpinan unit kerja atau pejabat penilai kinerja. Kesepatan tersebut juga harus diformalkan dalam bentuk surat tugas atau surat keputusan.
  • 41. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 23  Di luar tugas pokok jabatan. Setiap pegawai pasti menduduki jabatan dan setiap jabatan harus memiliki uraian tugas jabatan. Sebagaimana dijelaskan di kinerja utama, setiap uraian tugas jabatan merupakan kinerja utama pegawai. Oleh karena itu, setiap tugas yang tidak terdapat dalam uraian tugas jabatan merupakan tugas tambahan pegawai. Meskipun demikian, kinerja tambahan harus memberikan kontribusi pada pencapaian sasaran starategis organisasi. Contoh: o Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura diberikan tugas tambahan pengembangan teknologi pengolahan hasil pertanian. Kinerja utama Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura adalah dalam meningkatkan perbenihan dan perlindungan tanaman, produksi tanaman pangan dan hortikultura. Tugas tambahan untuk mengembangan teknologi pengolahan hasil pertanian, yang seharusnya menjadi kinerja utama Kepala Bidang Teknologi Pertanian Pengolahan dan Pemasaran. o Fungsional Peneliti Madya diberikan tugas tambahan Koordinator Administrasi Umum. Tugas peneliti adalah melakukan Penelitian, Pengembangan, dan/atau Pengkajian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan Kinerja Utama Peneliti Madya adalah hasil kerja minimal yang meliputi 1) Pemakalah oral di pertemuan ilmiah terindeks global. 2). Kontributor anggota karya tulis ilmiah dalam bentuk artikel di prosiding ilmiah terindeks global bereputasi. 3) Kontributor anggota karya tulis ilmiah dalam bentuk artikel di jurnal ilmiah terindeks global bereputasi menengah/ buku ilmiah atau bagian dari buku ilmiah diterbitkan oleh penerbit internasional lainnya/kekayaan intelektual bersertifikat telah dikabulkan (selain paten sederhana), atau naskah akademis R-PP atau R-Perpres, atau transaksi lisensi dengan mitra nasional. Tugas tambahan untuk menjadi koordintaor umum unit kerja/organisasi dalam
  • 42. 24 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N menangani tugas adminsitrasi tata naskah dinas, perencanaan, keuangan dan pelaporan sebagai tugas supporting unit.  Sesuai dengan kapasitas pegawai. Pegawai yang mendapatkan tugas tambahan harus memiliki kompetensi sesuai kebutuhan untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut. Contoh: o Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura diberikan tugas tambahan pengembangan teknologi pengolahan hasil pertanian, maka harus dipastikan pegawai tersebut memiliki kompetensi dalam pengolahan hasil pertanian. Kompetensi tersebut dapat ditunjukan dengan pengalaman menduduki jabatan atau pernah mengikuti pelatihan tentang pengolahan hasil pertanian. o Fungsional Peneliti Madya mendapatkan tugas tambahan Koordinator Administrasi Umum, maka harus dipastikan pegawai tersebut memiliki kompetensi dalam pengelolaan administrasi keuangan, pengelolaan tata naskah dinas dan arsip, serta lainnya. Kompetensi tersebut dapat ditunjukkan dengan pengalaman menduduki jabatan atau pernah mengikuti pelatihan, bimbingan teknis, workshop atau sosialisasi terkait hal tersebut.  Terkait langsung dengan tugas atau output organisasi, artinya kinerja tambahan yang di dalam SKP harus berkaitan dengan kinerja organisasi tersebut, sebagaimana contoh diatas. Jika mendapatkan tugas tambahan tidak terkait dengan kinerja organisasi, maka tidak perlu dimasukan dalam dokumen SKP. Contoh: o Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura mendapatkan tugas tambahan melakukan razia yustisi Covid-19. o Fungsional Peneliti Madya mendapatkan tugas melaksanakan pemberian bantuan langsung Covid-19.
  • 43. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 25  Harus bersifat strategis, artinya tugas tambahan berkaitan dengan pelaksanaan strategi organisasi yang dapat meningkatkan kinerja organisasi contohnya komitmen dalam meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan keterampilan.  Lingkup penugasan dapat bersifat nasional, provinsi atau kabupaten kota yang dibuktikan dengan Surat Keputusan. Target Kinerja Target kinerja adalah jumlah hasil kerja yang akan dicapai dari setiap pelaksanaan tugas jabatan yang meliputi aspek: kuantitas, kualitas, waktu dan/atau biaya.  Kuantitas yaitu jumlah/banyaknya keluaran (output) dan/atau manfaat (outcome). Ukuran output/outcome sebagaimana dijelaskan pada kriteria Terukur (Measurable).  Kualitas yaitu mutu output/outcome. Ukuran mutu ditentukan jenis dan karakteristik output/outcome. Contoh: o Kualitas Produksi barang misalnya SNI, standar Euro II/Euro III/Euro IV. o Kualitas standar kerja misalnya ISO 9001, ISO 14001, ISO 45001, OHSAS 18001 o Karya Tulis Ilmiah/Buku dengan publikasi terindeks nasional/global seperti SINTA, SCOPUS o Atau menggunakan standar kualitas yang sangat umum menggunakan persentase.  Waktu yaitu standar waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kegiatan. Jika pada kriteria batas waktu menentukan akhir proyek/kegiatan. Dalam waktu ini menggunakan lama waktu proyek / kegiatan. Contoh: sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan, enam bulan, setahun, lima tahun, dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan.  Biaya yaitu dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan. Sesuai dengan ketentuan dalam penjelasan PP 30 Tahun 2019, aspek kuantitas harus ada dalam setiap target kinerja. Sedangkan kualitas, waktu
  • 44. 26 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N dan biaya tidak selalu harus ada dalam target kinerja, disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kegiatan yang dilaksanakan. Manual Indikator Kinerja Manual indikator kinerja merupakan sebuah instumen tambahan SKP yang berisi deskripsi, formula pengukuran setiap indikator kinerja. Instrumen ini penting untuk digunakan pada tahap pemantauan dan pengukuran kinerja pegawai. Oleh karena itu, Manual indikator kinerja menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari SKP. Dalam menyusun manual indikator kinerja yang baik, minimal memuat beberapa informasi sebagai berikut:  Deskripsi rencana kinerja yang menggambarkan hasil yang akan dicapai organisasi secara jelas, spesifik, dapat dicapai dan terukur. Dalam deskripsi ini bukan menjelaskan aktivitas atau kategori pekerjaan.  Deskripsi Indikator Kinerja Individu menjelaskan ukuran keberhasilan kinerja yang akan dicapai pegawai dengan lebih operasional, formula pengukuran kinerja serta tujuannya.  Satuan pengukuran Indikator Kinerja Individu yang tetap dan sesuai dengan jenis kinerja pegawainya.  Kualitas dan tingkat kendali IKI menjelaskan tingkatan kinerja sesuai dengan tingkatan organisasi antara lain outcome, output tingkat kendali rendah, output tingkat kendali sedang.  Unit penyedia data untuk pengukuran kinerja menjelaskan unit kerja yang akan menjadi rujukan untuk mendapatkan data kinerja.  Periode pelaporan menjelaskan waktu dalam memberikan laporan secara berkala antara lain laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan. Namun jika indikator kinerja pada rencana strategis atau perjanjian kinerja telah memiliki manual indikator kinerja, maka PPT dan PUKM tidak perlu menyusunnya.
  • 45. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 27 Tabel 2.2. FORMAT A.3 MANUAL INDIKATOR KINERJA SKP PEJABAT TINGGI DAN PIMPINAN UNIT KERJA MANDIRI NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JAN S.D … DES TAHUN … PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GR PANGKAT/ GR JABATAN JABATAN UNIT KERJA UNIT KERJA RENCANA KINERJA DESKRIPSI RENCANA KINERJA INDIKATOR KINERJA DESKRIPSI Definisi Formula Tujuan SATUAN PENGUKURAN JENIS IKU ( ) Outcome ( ) Output kendali rendah ( ) Output kendali sedang PENANGGUNG JAWAB PIHAK PENYEDIA DATA SUMBER DATA PERIODE PELAPORAN ( ) Bulanan ( ) Triwulanan ( ) Semesteran ( ) Tahunan Tempat, tanggal bulan tahun Pegawai yang dinilai Nama NIP
  • 46. 28 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Penyusunan Rencana SKP Dalam Peraturan PANRB No. 8 Tahun 2021 Pasal 7, penyusunan rencana SKP dibedakan menjadi dua model yakni: (1) dasar/inisiasi, (2) pengembangan. Model dasar/inisiasi dilakukan untuk instansi pemerintah yang akan membangun Sistem Manajemen Kinerja Pegawai. Sedangkan, Model pengembangan dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang telah membangun Sistem Manajemen Kinerja Pegawai. Hal yang penting dalam menyusun rencana SKP yang baik harus memperhatikan dua hal yakni (1) SKP disusun berjenjang, (2) dilaksanakan dengan dialog. SKP disusun berjenjang mulai dari JPT atau Pimpinan Unit Kerja Mandiri ke Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional sesuai dengan tingkatannya, seperti Tabel 2. Proses penyusunan SKP dilakukan dengan dialog antara pegawai dengan pejabat penilai dan atau tim/pengelola kinerja. Hal ini bertujuan untuk memastikan penyusunan secara berjenjang selaras dengan sasaran kinerja organisasi, unit kerja, tim kerja dan atasan langsung. Hal ini menegaskan bahwa penyusunan SKP tidak dapat dilakukan masing-masing pegawai. Tetapi, penyusunan harus dilakukan secara bersama-sama pimpinan dan pegawai dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu, waktu penyusunan rencana SKP bersamaan dengan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan Instansi Pemerintah dan Perjanjian Kinerja, yakni tahun anggaran sebelumnya. Jika pada minggu kedua bulan Januari tidak melakukan proses penyusunan SKP, pengelola kinerja /tim pengelola kinerja menyusun rencana SKP tersebut.  Pejabat Pimpinan Tinggi dan Unit Kerja Mandiri Tahapan menyusun SKP Pejabat Pimpinan Tinggi dan Unit Kerja Mandiri model dasar/inisiatif sebagai berikut:  Mempelajari rencana strategis dan perjanjian kinerja. Tahapan ini dilakukan untuk memahami sasaran strategis organisasi, sasaran kinerja dan menyelaraskan sasaran strategis.  Menyusun Sasaran Kinerja Pegawai. Tahapan ini mengidentifikasi kinerja utama, kinerja tambahan dan manual indikatornya.  Menyusun Manual Indikator Kinerja.
  • 47. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 29 Tabel 2.3. FORMAT A.1.1 RENCANA SKP PEJABAT TINGGI DAN PIMPINAN UNIT KERJA MANDIRI NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN … PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG JABATAN JABATAN INSTANSI INSTANSI NO RENCANA KINERJA INDIKATOR KINERJA INDIVIDU TARGET (1) (2) (3) (4) A. KINERJA UTAMA 1 Rencana Kinerja Utama 1 IKI 1.1 Target 1.1 (diisi dengan sasaran yang terdapat pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) (diisi dengan indicator kinerja yang terdapat pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) (diisi dengan target yang terdapat pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) IKI 1.2 Target 1.2 2 Rencana Kinerja Utama 2 IKI 2.1 Target 2.1 (diisi dengan rencana aksi/inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) (diisi dengan indicator kinerja rencana aksi/inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) (diisi dengan target rencana aksi/inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) IKI 2.2 Target 2.2 B. KINERJA TAMBAHAN 1 Rencana Kinerja Tambahan 1 (dapat ditambhkan pada tahun berjalan) IKI 1.1 Target 1.1 Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
  • 48. 30 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Tahapan menyusun SKP Pejabat Pimpinan Tinggi dan Unit Kerja Mandiri model pengembangan sebagai berikut:  Mempelajari rencana strategis dan perjanjian kinerja. Tahapan ini dilakukan untuk memahami sasaran strategis organisasi, sasaran kinerja dan menyelaraskan sasaran strategis.  Menyusun Sasaran Kinerja Pegawai. Tahapan ini mengidentifikasi kinerja utama, kinerja tambahan, mengelompokkan rencana kinerja dan manual indikatornya.  Mengelompokkan Rencana Kinerja. Tahap ini kinerja dikelompokkan menjadi 4 aspek, meliputi penerima layanan, proses bisnis, penguatan internal, dan anggaran.  Menyusun Manual Indikator Kinerja.
  • 49. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 31 Tabel 2.4. FORMAT A.2.1 RENCANA SKP PEJABAT TINGGI DAN PIMPINAN UNIT KERJA MANDIRI NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN … PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG JABATAN JABATAN INSTANSI INSTANSI PERSPEKTIF NO RENCANA KINERJA INDIKATOR KINERJA INDIVIDU TARGET (1) (2) (2) (3) (4) A. KINERJA UTAMA Penerima Layanan/ Proses Bisnis/ Penguatan Internal/ Anggaran 1 Rencana Kinerja Utama 1 IKI 1.1 Target 1.1 (diisi dengan sasaran yang terdapat pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) (diisi dengan indicator kinerja yang terdapat pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) (diisi dengan target yang terdapat pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) IKI 1.2 Target 1.2 Penerima Layanan/ Proses Bisnis/ Penguatan Internal/ Anggaran 2 Rencana Kinerja Utama 2 IKI 2.1 Target 2.1 (diisi dengan rencana aksi/inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) (diisi dengan indicator kinerja rencana aksi/inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) (diisi dengan target rencana aksi/inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pada PK dan dapat ditambah Renstra, RKT dan direktif) IKI 2.2 Target 2.2 B. KINERJA TAMBAHAN 1 Rencana Kinerja Tambahan 1 (dapat ditambhkan pada tahun berjalan) IKI 1.1 Target 1.1 Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
  • 50. 32 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N  Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional Tahapan menyusun SKP Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional model inisiatif/dasar sebagai berikut:  Mempelajari rencana strategis, rencana kerja tahunan unit kerja dan instansi. Tahapan ini dilakukan untuk memahami sasaran strategis organisasi, sasaran kinerja dan menyelaraskan sasaran strategis.  Membagi peran koordinator/ketua dan anggota tim kerja. Tahap ini membagi rencana kinerja atasan langsung (pejabat pimpinan tinggi atau pimpinan unit kerja mandiri) kepada koordiantor/ketua tim kerja. Selanjutnya peran tersebut dibagi ke seluruh tim/pegawai. Dalam membagi dapat menggunakan metode direct cascading dan non-direct cascading  Menentukan rencana kinerja. Tahap ini menyusun kinerja utama dan kinerja tambahan. Kinerja utama merupakan kinerja wajib yang terkait dengan strategi rencana kinerja atasan langsung untuk pencapaian sasaran unit kerja dan organisasi.  Menentukan aspek indikator dan indikator kinerja individu. Tahap ini menentukan aspek indikator kinerja yang tepat untuk mengukur suatu rencana kinerja (kuantitas, kualitas, waktu dan biaya).  Menetapkan Target. Menentukan hasil kerja yang diharapkan sesuai dengan kebijakan, ekspektasi stakeholder, dan rasional. Serta memberikan toleransi batas kesalahan atas kinerja.  Menyusun Keterkaitan SKP dan Angka Kredit. Tahap ini khusus pejabat fungsional dan menjadi lampiran format SKP.
  • 51. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 33 Tabel 2.5. FORMAT A.1.2 RENCANA SKP PEJABAT ADMINISTRASI NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN … PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG JABATAN JABATAN UNIT KERJA UNIT KERJA NO RENCANA KINERJA ATASAN LANGSUNG INDIKATOR KINERJA INDIVIDU ASPEK INDIKATOR KINERJA INDIVIDU TARGET (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. KINERJA UTAMA 1 Rencana Kinerja Atasan Langsung yang diintervensi Rencana Kinerja Utama 1 (diisi dengan rencana kinerja yang dituangkan dalam matriks peran dan hasil serta sesuai dengan tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.1 Target 1.1 Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.2 Target 1.2 B. KINERJA TAMBAHAN 1 - Rencana Kinerja Utama 1 (diisi dengan rencana kinerja yang dituangkan dalam matrik peran dan hasil/direktif/ penugasan diluar tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.1 Target 1.1 Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.2 Target 1.2 Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
  • 52. 34 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Tabel 2.6. FORMAT A.1.2 RENCANA SKP PEJABAT FUNGSIONAL NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN … PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG JABATAN JABATAN UNIT KERJA UNIT KERJA NO RENCANA KINERJA ATASAN LANGSUNG / UNIT KERJA / ORGANISASI INDIKATOR KINERJA INDIVIDU ASPEK INDIKATOR KINERJA INDIVIDU TARGET (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. KINERJA UTAMA 1 Rencana Kinerja Atasan Langsung yang diintervensi Rencana Kinerja Utama 1 (diisi dengan rencana kinerja yang dituangkan dalam matriks peran dan hasil serta sesuai dengan tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.1 Target 1.1 Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.2 Target 1.2 Rencana Kinerja Utama 2 (dapat ditambahkan direktif untuk pencapaian sasaran organisasi/unit kerja yang sesuai dengan tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.2.1 Target 2.1 Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.2.2 Target 2.2 B. KINERJA TAMBAHAN 1 - Rencana Kinerja Utama 1 (diisi dengan rencana kinerja yang dituangkan dalam matriks peran dan hasil/direktif/penugasan diluar tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.1 Target 1.1 Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.2 Target 1.2 Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
  • 53. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 35 Lampiran untuk Pejabat Fungsional sebagai berikut Tabel 2.7. KETERKAITAN SKP DENGAN ANGKA KREDIT PEJABAT FUNGSIONAL NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN … PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG JABATAN JABATAN UNIT KERJA UNIT KERJA NO RENCANA KINERJA BUTIR KEGIATAN YANG TERKAIT OUTPUT BUTIR KEGIATAN ANGKA KREDIT (1) (2) (3) (4) (5) A. KINERJA UTAMA 1 2 (tempat), (tanggal, bulan, tahun) Pegawai yang dinilai (Nama) (NIP) Tabel 2.8. VERIFIKASI KETERKAITAN SKP DENGAN ANGKA KREDIT PEJABAT FUNGSIONAL NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN … PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG JABATAN JABATAN UNIT KERJA UNIT KERJA NO RENCANA KINERJA BUTIR KEGIATAN YANG TERKAIT OUTPUT BUTIR KEGIATAN ANGKA KREDIT VERIFIKASI TIM PENILAI ANGKA KREDIT (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. KINERJA UTAMA 1 2 (tempat), (tanggal, bulan, tahun) Pegawai yang dinilai (Nama) (NIP)
  • 54. 36 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Tahapan menyusun SKP Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional model pengembangan, setelah menetapkan target selanjutnya sebagai berikut:  Mengembangkan Kategori Penilaian Kinerja. Tahap ini menetapkan level penilaian hasil akhir kinerja yang akan digunakan untuk setiap rencana kinerja. Level Penilaian sebagai berikut: Tabel 2.9. Kategori Penilaian Kinerja Individu Jenis Level Kategori Penilaian / Standar Kinerja Individu Sangat Kurang (Tidak dapat diterima) Kurang (Jauh dibawah Target) Cukup (Sedikit dibawah target) Baik (Sesuai target) Sangat Baik (Melampaui target) A. 2 Level x x B. 3 Level x x x C. 4 Level x x x x D. 5 Level x x x x x  Menentukan cara memantau kinerja. Menentukan cara memantau setiap rencana kinerja dan menentukan sumber data untuk pengukuran/pemantauan.
  • 55. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 37 FORMAT A.2.2 Tabel 2.10. RENCANA SKP PEJABAT ADMINISTRASI NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN … PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG JABATAN JABATAN UNIT KERJA UNIT KERJA NO RENCANA KINERJA ATASAN LANGSUNG INDIKATOR KINERJA INDIVIDU ASPEK INDIKATOR KINERJA INDIVIDU TARGET KATAGORI PENILAIAN / STANDAR SUMBER DATA KURANG/ JAUH DIBAWAH TARGET CUKUP / SEDIKIT DIBAWAH TARGET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) C. KINERJA UTAMA 1 Rencana Kinerja Atasan Langsung yang diintervensi Rencana Kinerja Utama 1 (diisi dengan rencana kinerja yang dituangkan dalam matriks peran dan hasil serta sesuai dengan tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.1 Target 1.1 Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.2 Target 1.2 D. KINERJA TAMBAHAN 1 - Rencana Kinerja Utama 1 (diisi dengan rencana kinerja yang dituangkan dalam matriks peran dan hasil/direktif/ penugasan diluar tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.1 Target 1.1 Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.2 Target 1.2 Sumber: Lampiran PermenPANRB 8/2021
  • 56. 38 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N FORMAT A.2.3 Tabel 2.11. RENCANA SKP PEJABAT FUNGSIONAL NAMA INSTANSI PERIODE PENILAIAN .. JANUARI S.D .. DESEMBER TAHUN PEGAWAI YANG DINILAI PEJABAT PENILAI KINERJA NAMA NAMA NIP NIP (*opsional) PANGKAT/ GOLRUANG PANGKAT/ GOLRUANG JABATAN JABATAN UNIT KERJA UNIT KERJA NO RENCANA KINERJA ATASAN LANGSUNG INDIKATOR KINERJA INDIVIDU ASPEK INDIKATOR KINERJA INDIVIDU TARGET KATEGORI PENILAIAN / STANDAR SUMBER DATA KURANG/ JAUH DIBAWAH TARGET CUKUP / SEDIKIT DIBAWAH TARGET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) A. KINERJA UTAMA 1 Rencana Kinerja Atasan Langsung yang diintervensi Rencana Kinerja Utama 1 (diisi dengan rencana kinerja yang dituangkan dalam matriks peran dan hasil serta sesuai dengan tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.1 Target 1.1 Rencana Kinerja Utama 2 (dapat ditambahkan direktif untuk pencapaian sasaran organisasi/unit kerja yang sesuai dengan tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.2 Target 1.2 B. KINERJA TAMBAHAN 1 - Rencana Kinerja Utama 1 (diisi dengan rencana kinerja yang dituangkan dalam matriks peran dan hasil/direktif/ penugasan diluar tugas pokok jabatan) Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.1 Target 1.1 Kuantitas / Kualitas / Waktu IKI.1.2 Target 1.2
  • 57. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 39 Perilaku Kerja Perilaku Kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perilaku kerja PNS meliputi 5 (lima) aspek yakni orientasi pelayanan, komitmen, inisiatif kerja, kerja sama dan kepemimpinan. Aspek kepemimpinan diberlakukan bagi pegawai yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas dan Jabatan Fungsional dengan kegiatan yang membutuhkan aspek kepemimpinan. Kelima aspek tersebut dijabatkan dalam 7 (tujuh) level perilaku sebagai berikut: Tabel 2.12. Aspek Orientasi Pelayanan ASPEK PERILAKU KERJA ORIENTASI PELAYANAN DEFINISI Sikap dan perilaku kerja pegawai dalam memberikan pelayanan terbaik kepada yang dilayani antara lain masyarakat, atasan, rekan kerja, unit kerja terkait atau instansi lainnya. LEVEL PERILAKU KERJA INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI 1 Memahami dan memberikan pelayanan yang baik sesuai standar  Ketika memberikan pelayanan kepada pihak pihak yang dilayani  Ketika membangun hubungan dengan pihak yang dilayani  Ketika diharapkan memberikan nilai nilai tumbuh atas layanan yang diberikan kepada pihak pihak yang dilayani 2 Memberikan pelayanan sesuai standar dan menunjukan komitmen dalam pelayanan 3 Memberikan pelayanan diatas standar untuk memastikan keputusan pihak pihak yang dilayani sesuai arahan atasan 4 Memberikan pelayanan diatas standar dan membangun nilai tambah dalam pelayanan 5 Berusaha memenuhi kebutuhan mendasar dalam pelayanan dan mempercepat penanganan masalah
  • 58. 40 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N 6 Mengevaluasi dan mengantisipasi kebutuhan pihak-pihak yang dilayani  Ketika beradaptasi dengan menggunakan teknologi digital  Ketika dihadapkan pada benturan kepentingan 7 Mengembangkan sistem pelayanan baru bersifat jangka panjang untuk memastikan kebutuhan dan kepuasan pihak-pihak yang dilayani Tabel 2.13. Aspek Komitmen ASPEK PERILAKU KERJA KOMITMEN DEFINISI Kemauan dan kemampuan untuk menyelaraskan sikap dan tindakan pegawai untuk mewujudkan tujuan organisasi dengan mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan/atau golongan LEVEL PERILAKU KERJA INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI 1 Memahami dan memberikan perilaku dasar menyangkut komitmen organisasi  Ketika menjalankan tugas serta kewajiban sebagai anggota organisasi  Ketika harus menjaga citra organisasi  Ketika menghadapi keadaan dilematis  Ketika diharapkan memupuk jiwa nasionalisme  Ketika dihadapkan dengan masalah KKN 2 Menunjukan perilaku dan tindakan sesuai aturan atau nilai-nilai organisasi sebatas mengikuti arahan atasan 3 Menunjukkan perilaku dan tindakan yang konsisten serta meneladani perilaku komitmen terhadap organisasi 4 Mendukung tujuan serta menjaga citra organisasi secara konsisten 5 Bertindak berdasarkan nilai nilai organisasi secara konsisten 6 Menunjukan komitmen atas kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan pribadi 7 Mengambil keputusan atau tindakan yang menumbuhkan pengorbanan yang besar (menjadi model perilaku positif yang terintegrasi)
  • 59. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 41 Tabel 2. 14. Aspek Inisiatif Kerja ASPEK PERILAKU INISIATIF KERJA DEFINISI Kemauan dan kemampuan untuk melahirkan ide-ide baru, cara-cara baru untuk peningkatan kinerja, kemauan untuk membantu rekan kerja yang membutuhkan bantuan, melihat masalah sebagai peluang bukan ancaman, kemauan bekerja menjadi lebih baik setiap hari, serta penuh semangat dan antusiasme, aspek inisiatif juga termasuk inovasi yang dilakukan oleh pegawai LEVEL PERILAKU KERJA INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI 1 Memahami apa yang harus dilakukan dalam merespons tugas atau pekerjaan, belum menunjukan perilaku dasar yang diharapkan organisasi  Ketika menjalankan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan  Ketika kondisi/situasi penyelesaian  Ketika menjadi bagian anggota tim/kelompok kerja  Ketika menghadapi masalah sulit  Ketika dituntut bekerja lebih baik. 2 Cepat tanggap ketika menerima tugas atau pekerjaan dengan menyusun target, mencari ide baru ataupun menunjukkan keinginan untuk berkontribusi dalam tugas, dan menghadapi permasalahan dengan menghubungi pihak berwenang atau atasan 3 Dapat kerja secara mandiri, kemauan untuk mencoba hal baru dan membangun jejaring. Mampu bertindak secara mandiri sesuai kewenangan dalam menangani permasalahan rutin 4 Bertindak proaktif pada situasi kritis, terbuka terhadap pendekatan baru, dan secara sukarela mengembangkan kemampuan orang lain 5 Menyusun rencana tindakan taktis maupun langkah antisipatif terhadap permasalahan rutin. Menyusun perbaikan berkelanjutan dan menghargai orang lain. 6 Merancang rencana jangka pendek, antisipasi ide untuk meningkatkan kinerja dan memberikan dukungan terhadap orang lain 7 Merancang rencana yang komprehensif, berorientasi jangka panjang, mempertimbangkan kesuksesan anggota organisasi serta membuat terobosan baru
  • 60. 42 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Tabel 2.15. Aspek Kerja sama ASPEK PERILAKU KERJA SAMA DEFINISI Kemauan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan rekan kerja, atasan, bawahan dalam unit kerjanya serta instansi lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan tanggung jawab yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna sebesar-besarnya LEVEL PERILAKU KERJA INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI 1 Memahami peran dalam tim dan menunjukan sikap positif dalam hubungan kerja sama  Ketika menghadapi masalah dengan pegawai lain/orang yang tidak disukai ditempat kerja  Ketika mendapatkan pembagian tugas yang tidak menyenangkan  Ketika menghadapi pimpinan yang tidak mempedulikan kontribusi anggota tim  Ketika bekerja di dalam kelompok/tim  Ketika dituntut untuk mengembangkan jejaring kerja sama 2 Berusaha menunjukan perilaku kooperatif dan sikap profesional sesuai standar prosedur 3 Menunjukan komitmen atas profesionalitas dan harapan positif terhadap tim/kelompok kecil 4 Bersikap transparan dan terbuka serta menghargai anggota kelompoknya 5 Berkomitmen terhadap penyelesaian tugas dan memberikan dukungan secara aktif terhdap anggota tim yang lebih besar dan beragam 6 Membangun semangat kelompok besar dan nilai tambah dalam pelaksanaan tugas 7 Secara aktif menjaga motivasi dan hubungan yang positif dalam organisasi
  • 61. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 43 Tabel 2.16. Aspek Kepemimpinan ASPEK PERILAKU KEPEMIMPINAN DEFINISI Kemauan dan kemampuan pegawai untuk memotivasi dan memengaruhi bawahan atau orang lain yang berkaitan dengan bidang tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi LEVEL PERILAKU KERJA INDIKATOR PERILAKU KERJA SITUASI 1 Memahami dan menunjukkan sikap kepedulian, memberikan arahan tugas serta mempertimbangkan risiko  Ketika menjadi pemimpin informal dalam unit kerja/organisasi  Ketika diharapkan menjadi penyemangat rekan kerja/bawahan  Ketika terjadi perselisihan dalam kelompok/unit kerja/organisasi  Ketika mengatur pelaksanaan tugas/ pekerjaan bawahan  Ketika memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan  Ketika dihadapkan dengan situasi tidak pasti (kemungkinan mendapatkan hasil negatif)  Ketika terjadi perubahan- perubahan yang spesifik dalam organisasi 2 Menunjukkan perilaku positif, memberikan bimbingan dan motivasi, serta keberanian mengambil risiko personal 3 Bersedia untuk memberikan pengarahan, motivasi dan menunjukkan komitmen atas perilaku positif dan keberanian dalam mengambil risiko 4 Memberikan dukungan terhadap orang lain serta menunjukan tekad untuk mengambil risiko 5 Menunjukkan kepercayaan diri serta sikap yang adil dan profesional dalam segala situasi, serta bersedia untuk mengambil risiko 6 Menunjukkan kemandirian dan kemampuan menjadi katalisator 7 Menjadi teladan dalam kepemimpinan organisasi
  • 62. 44 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Standar perilaku ditetapkan sesuai dengan level yang dipersyaratkan berdasarkan jenis, dan jenjang jabatan sebagai berikut: Tabel 2.17. LEVEL PERILAKU KERJA YANG DIPERSYARATKAN JABATAN JENJANG JABATAN LEVEL YANG DIPERSYARATKAN Jabatan Pimpinan Tinggi Utama 6 Madya 6 – 7 Pratama 5 – 6 Jabatan Administasi Administrator 4 – 5 Pengawas 3 - 4 Pelaksana 1 - 2 Jabatan Fungsional Keahlian Utama 5 – 6 Madya 4 – 5 Muda 3 - 4 Pertama 2 - 3 Jabatan Fungsional Terampil Penyelia 3 - 4 Mahir 2 - 3 Terampil 1 - 2 Pemula 1 - 2
  • 63. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 45 BAB III PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN KINERJA Urgensi bab pelaksanaan manajemen kinerja ASN dalam buku ini adalah bahwa gambaran secara konkret implementasi manajemen kinerja baik dalam tataran kebijakan maupun praktiknya selama ini kurang mendapat perhatian, sehingga desain sistem manajemen kinerja sulit dipahami dan diimplementasikan. Dalam praktik secara nyata, pada hakikatnya subbab pelaksanaan manajemen kinerja adalah implementasi rencana kinerja dan SKP dalam aktivitas kegiatan sehari-hari para ASN. Pembahasan mengenai pelaksanaan manajemen kinerja sangat penting karena terkait dengan bagaimana ASN secara individu melakukan tugas pekerjaannya untuk mencapai target kinerja yang tertuang dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan mendokumentasikan hasil kerja setiap harinya dalam bentuk laporan kinerja harian. Selanjutnya agar SKP dapat dioperasionalkan dan menjadi dasar penilaian kinerja individu ASN, baik harian, mingguan, bulanan, triwulan maupun tahunan, maka diperlukan dokumen rencana kegiatan (rencana aksi) dan target output mingguan dan bulanan yang disusun oleh unit kerja. Berdasarkan rencana aksi dan target output yang telah disusun unit kerja itulah masing-masing individu ASN melaksanakan aktivitas hariannya untuk berkontribusi dalam pencapaian target output sesuai dengan SKP masing- masing. Dengan begitu output kinerja masing-masing individu ASN didokumentasikan secara harian yang sekaligus menjadi dokumen kinerja harian bagi setiap ASN. Melalui cara seperti itu maka para individu ASN memiliki dokumen kinerja yang dapat diformulasi ke dalam kinerja harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester maupun tahunan.
  • 64. 46 | S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N Adapun gambaran secara skematik proses pelaksanaan manajemen ASN adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Skema Proses Pelaksanaan Manajemen Kinerja ASN Sumber: PP 30 Tahun 2019 dan PermenPANRB 8 Tahun 2021 (diolah) Oleh karena itu, secara simulasi pelaksanaan manajemen kinerja ASN dapat dijelaskan sebagai berikut: Setelah IKU/Perjanjian kinerja Unit Kerja dan dokumen SKP ASN ditetapkan sebagaimana dapat dilihat pada Bab 2, maka untuk menjembatani proses pelaksanaan manajemen kinerja individual, maka pimpinan unit menyusun Rencana Kerja/Rencana Aksi bulanan beserta target output-nya dalam bentuk rincian kegiatan dan aktivitas secara sistematis untuk setiap minggunya (minggu 1, 2, 3, 4 dan 5). Selanjutnya berdasarkan rincian kegiatan unit kerja tersebut, maka masing-masing ASN mengambil peran dan berkontribusi sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya sebagaimana tertuang dalam SKP masing- masing. Adapun output dari pelaksanaan kegiatan harian didokumentasikan sebagai hasil kerja masing-masing ASN. Sebagai contoh: Untuk mencapai IKU/Perjanjian Kinerja Unit Kerja A, misalnya Laporan Kajian Kebutuhan Bangkom ASN. Untuk menghasilkan Laporan Kajian Pemetaan Kebutuhan Bangkom ASN tersebut, target capaian kegiatan bulan pertama adalah TOR Kajian. Dengan demikian, Rencana Kegiatan/Rencana Aksi bulan 1 unit kerja A berisi langkah-langkah kegiatan atau urutan kegiatan untuk menyusun TOR Kajian.
  • 65. S i s t e m M a n a j e m e n K i n e r j a A S N | 47 Contoh Rencana Kegiatan/Rencana Aksi Bulan 1 Penyusunan TOR Rincian kegiatan tersebut di atas dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan mingguan yang pada akhirnya nanti akan menjadi dokumen data kinerja mingguan dan seterusnya sampai berapa bulan kegiatan Kajian Pemetaan Kebutuhan Bangkom ASN akan diselesaikan. Poin-poin kegiatan dan rencana aksi unit kerja tersebut masih dapat dirinci lebih detail, sehingga terkait dengan pengumpulan referensi dan kebutuhan data dukung dapat dilakukan masing-masing ASN dengan berbagai cara dan strategi. Salah satunya dengan browsing, ke Perpustakaan, dari hasil kajian terdahulu atau menggali data dukung langsung ke lokus dan lain-lain. Aktivitas-aktiitas inilah yang dilakukan masing-masing ASN untuk dapat mewujudkan target kinerja Unit Kerja pada bulan pertama yaitu TOR Kajian Pemetaan Kebutuhan Bangkom ASN. Dengan demikian terdapat benang merah antara pencapaian IKU/Perjanjian Kinerja Unit Kerja, SKP dan Rencana Kegiatan/Rencana Aksi. Dengan demikian output kinerja individu ASN, kontribusi individu terhadap capaian target kinerja unit kerja baik mingguan, bulanan, triwulan, semester maupun tahunan dapat terlihat secara konkret, terukur dan nyata. Setelah perencanaan kinerja ditetapkan SKP, setiap pegawai melaksanakan rencana kinerja disertai pendokumentasian output rencana kinerja dan/atau rencana aksi. Selama pelaksanaan, dilakukan pemantauan oleh pejabat penilai dibantu manajer kinerja terhadap hasil pemantauan dilakukan pengukuran kemajuan atau progres pencapaian SKP.  Pengumpulan referensi yang relevan dan up to date  Pengumpulan data dukung penyusunan TOR  Menyusun konsep dan teori  Menggali isu-isu aktual terkait  Menyusun logical frame work Kajian  Membuat draf TOR  Review draf TOR  FGD pembahasan TOR  Finalisasi TOR