SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 24
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
1 Februari 2022
KEBIJAKAN PKB, BBNKB, DAN PAB
DALAM UU HKPD
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
1 HIGHLIGHT PENGATURAN PDRD
DALAM UU HKPD
2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3
MENURUNKAN ADMINISTRATION DAN COMPLIANCE COST
• Restrukturisasi Jenis Pajak Daerah, khususnya yang
berbasis konsumsi (Hotel, Restoran, Hiburan, Parkir, dan
PPJ) menjadi Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT)
• Rasionalisasi retribusi dari 32 jenis layanan menjadi 18
jenis layanan
Make a big impact with our
professional slides.
Make a big impact with our
professional slides.
MEMPERLUAS BASIS PAJAK
• Opsen Pajak Provinsi dan Kab/Kota sebagai penggantian
skema bagi hasil dan penyesuaian kewenangan (Opsen PKB,
BBNKB, MBLB) tanpa tambahan beban WP
• Perluasan objek melalui sinergitas Pajak Pusat dan Daerah
(valet parkir, objek rekreasi, dsb)
HARMONISASI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN LAIN
• Putusan MK Terkait Alat Berat/Alat Besar  Pajak Alat Berat
• Putusan MK Terkait PPJ  PBJT Tenaga Listrik
• UU 23/2014 dan UU 3/2020 terkait sinkronisasi
kewenangan
• UU Cipta Kerja  Mendukung Kemudahan Berusaha
• dsb
HKPD
KEY POLICIES
RUU HKPD Meningkatkan Local Taxing Power Dengan Tetap Menjaga Kemudahan Berusaha di Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4
Provinsi Kab/Kota
1. PKB
2. BBNKB
3. PAB
4. PBBKB
5. PAP
6. Pajak Rokok
7. Opsen Pajak
MBLB
1. PBB-P2
2. PBJT (Hotel,
Restoran, Hiburan,
Listrik, Parkir)
3. BPHTB
4. Pajak MBLB
5. Pajak Reklame
6. PAT
7. Pajak Sarang Burung Walet
8. Opsen PKB dan Opsen BBNKB
PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
Jasa Umum Jasa Usaha
1.Pelayanan
Kesehatan
2.Pelayanan
Kebersihan
3.Pelayanan Parkir
Tepi Jalan Umum
4.Pelayanan Pasar
5.Pengendalian Lalu
Lintas
1. Tempat kegiatan usaha,
grosir, perotokan
2. Pelelangan ikan, ternak,
hasil bumi, dan hasil hutan
3. Tempat khusus parkir
4. Tempat
penginapan/pesanggrahan
/ vila
5. Rumah potong hewan
ternak
6. Jasa Kepelabuhanan
7. Rekreasi, pariwisata,
olahraga
8. Penyeberangan orang dan
barang di air
9. Penjualan hasil produksi
usaha
10.Pemanfaatan
(optimalisasi) aset daerah
Perizinan
Tertentu
1.Persetujuan
Bangunan Gedung
(PBG)
2.Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
(PTKA)
3.Pengelolaan
Pertambangan
Rakyat
STRUKTUR PDRD DALAM RUU HKPD
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5
3 BASIS PAJAK DAERAH DALAM UU HKPD
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Rokok, PBJT (Makanan/Minuman,
Jasa Perhotelan, Kesenian Hiburan, Parkir, Tenaga Listrik), Pajak Reklame
KONSUMSI
01
02
03
• Kepemilikan/Penguasaan: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Opsen
PKB, PBB-P2, Pajak Alat Berat
• Transfer of title: BPHTB, BBNKB, Opsen BBNKB
PROPERTI
Pajak Air Permukaan, Pajak MBLB, Opsen Pajak MBLB, Pajak
Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet
SUMBER DAYA ALAM
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6
HIGHLIGHT PENGATURAN PAJAK DAERAH
Pengaturan Opsen dimaksudkan untuk tidak menambah beban WP melainkan percepatan penerimaan bagian PKB dan
BBNKB bagi kab/kota dan sinergi pemungutan pajak antara provinsi dan kab/kota
SINERGI PEMUNGUTAN
PROV-KAB/KOTA
MELALUI OPSEN
PAJAK BARANG
DAN JASA
TERTENTU (PBJT)
GREEN POLICY
PKB DAN BBNKB
DUKUNGAN PADA
USAHA MIKRO
DAN ULTRA MIKRO
PERUBAHAN
KEBIJAKAN
JENIS, OBJEK, DPP, &
TARIF PAJAK
 Opsen tidak menambah
beban WP
 Opsen PKB dan BBNKB
menggantikan bagi hasil
PKB dan BBNKB, sekaligus
mempercepat penerimaan
kab/kota
 Opsen MBLB untuk
mendanai kewenangan
provinsi dalam penerbitan
dan pengawasan izin MBLB
 Menuntut sinergi yang baik
antara Provinsi dan
kab/kota
 PBJT mengintegrasikan pajak-
pajak daerah berbasis
konsumsi (Pajak Hotel,
Restoran, Hiburan, PPJ, dan
Parkir)
 Tujuannya untuk:
• mempermudah administrasi
pembayaran dan pelaporan
dari sisi WP,
• meningkatkan efisiensi
layanan perpajakan dan
pengawasan dari sisi Pemda
 Termasuk perluasan objek
(valet parkir, rekreasi, dsb)
 Kendaraan bermotor
berbasis energi terbarukan
(nonfosil) dikecualikan dari
PKB dan BBNKB
 Contoh: Kendaraan Bermotor
Tenaga Listrik, Surya, dsb
 Mendukung program
percepatan Kendaraan
Bermotor Listrik Berbasis
Baterai (KBLBB)
 NJKB lebih tinggi untuk
Kendaraan Bermotor Fosil
yang menghasilkan emisi
lebih besar
 Insentif fiskal dapat diberikan
kepada WP pelaku usaha
dengan kriteria tertentu,
termasuk usaha mikro dan
ultra mikro
 Pemberian Insentif Fiskal
melalui permohonan WP
atau secara jabatan oleh
Kepala Daerah
 Pemberian Insentif Fiskal
ditetapkan dalam Peraturan
Kepala Daerah dan
diberitahukan kepada DPRD
 Memperkenalkan Pajak Alat
Berat (PAB)
 Tarif maks PBB-P2 menjadi
0,5%, dengan assessment
ratio (NJKP Kena Pajak 20%-
100%)
 BBNKB hanya atas Kendaraan
Bermotor baru
 Earmarking sebagian
penerimaan PKB, PBJKT
Listrik, Pajak Rokok, dan PAT,
yang detilnya diatur dalam PP
 NPOPTKP paling rendah Rp
80 juta
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
2
PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
(PKB)
(Mulai Berlaku 5 Januari 2025)
7
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8
OBJEK DAN PENGECUALIAN OBJEK
OBJEK
kepemilikan dan/atau penguasaan atas Kendaraan Bermotor.
PENDAFTARAN OBJEK
Kepemilikan/penguasaan Kendaraan Bermotor yang menjadi objek PKB adalah
yang wajib didaftarkan di wilayah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.
PENGECUALIAN OBJEK
Kepemilikan/penguasaan atas:
 Kereta api;
 Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan
pertahanan dan keamanan negara;
 Kendaraan Bermotor kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan
asas timbal balik, dan lembagalembaga internasional yang memperoleh
fasilitas pembebasan Pajak dari Pemerintah;
 Kendaraan Bermotor berbasis energi terbarukan;
 Kendaraan Bermotor lainnya yang ditetapkan dengan Perda
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9
SUBJEK, WAJIB PAJAK, DAN TARIF PAJAK
1
2
3
Wajib PKB adalah orang pribadi atau Badan yang
memiliki Kendaraan Bermotor
Subjek PKB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki
dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor
Kendaraan Bermotor Kepemilikan I
1,2%
6%
2%
10%
0,5%
Kendaraan Bermotor Kepemilikan II, III, dst
Kendaraan Bermotor Kepemilikan I untuk Pemda Provinsi yang tidak terbagi dalam
kab/kota otonom
Kendaraan Bermotor Kepemilikan II, III, dst untuk Pemda Provinsi yang tidak terbagi
dalam kab/kota otonom
Angkutan umum, angkutan karyawan, angkutan sekolah, ambulans, pemadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah
Green Policy Bagi Kendaraan Berbasis
Energi Terbarukan
Kendaraan Berbasis energi terbarukan, termasuk Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai (KBLBB) dikecualikan dari objek PKB, dalam rangka
mendukung target pencapaian penurunan emisi karbon sesuai UU 16 Tahun
2016  Target NDC (Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia
untuk mengurangi emisi sebesar 29 % sampai 41 %
TARIF MAKSIMUM Tarif maksimum turun, namun tidak ada lagi kewajiban bagi hasil Provinsi ke Kab/kota
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 10
DASAR PENGENAAN PAJAK
Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB)
• Berdasarkan harga pasaran umum kendaraan bermotor, yaitu harga
rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat
• Berdasarkan harga pasaran umum minggu pertama bulan desember
tahun sebelumnya
• Dalam hal harga pasaran tidak diketahui, dapat menggunakan
sebagian atau seluruh faktor-faktor: isi silinder, peruntukan
umum/pribadi, merek, tahun pembuatan, pembuat (produsen),
kendaraan bermotor sejenis, dokumen Pemberitahuan Impor Barang
(PIB)
Bobot Kerusakan Jalan dan/atau Pencemaran Lingkungan
• koefisien = 1  dampak kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan oleh penggunaan Kendaraan
Bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi
• koefisien > 1  dampak penggunaan Kendaraan Bermotor
tersebut dianggap melewati batas toleransi
• Bobot dihitung dengan menggunakan faktor-faktor:
 tekanan gandar
 jenis bahan bakar
 Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin
PENETAPAN DASAR PENGENAAN PKB
Ditetapkan dalam tabel:
 Untuk Kendaraan baru  dengan Permendagri setelah mendapat pertimbangan Menteri
Keuangan
 Untuk Kendaraan lama  dengan Peraturan Gubernur
Ditinjau paling lambat setiap 3 tahun memperhatikan indeks harga dan perkembangan
perekonomian
Dasar pengenaan PKB = Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) x bobot kerusakan jalan dan bobot pencemaran lingkungan
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
3
OPSEN PAJAK KENDARAAN
BERMOTOR (OPSEN PKB)
(Mulai Berlaku 5 Januari 2025)
11
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12
KETENTUAN MATERIIL OPSEN PKB
OBJEK, PENGECUALIAN OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK, SAAT TERUTANG
• Sama dengan PKB
• Dipungut bersamaan dengan pemungutan PKB
DASAR PENGENAAN
OPSEN
= Besaran PKB terutang (bukan NJKB)
TARIF OPSEN
66%
Besaran Opsen PKB = Tarif Opsen x PKB Terutang
Opsen adalah = Pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu  tarif disesuaikan untuk menjaga beban WP
Tujuan Opsen PKB:
 Mempercepat penerimaan kab/kota atas PKB yang selama ini diterima dari provinsi dalam bentuk bagi hasil secara periodik
(bergantung provinsi masing-masing)
 Sinergi pemungutan dan pengawasan antara Pemda Provinsi dan Kab/kota
 Memperbaiki postur APBD kab/kota  Selama ini diterima sebagai pendapatan transfer (bagi hasil Pajak Provinsi) menjadi PAD
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13
CONTOH PENGHITUNGAN PKB DAN OPSEN PKB
(Mulai berlaku 5 Januari 2025)
• Sebuah kendaraan bermotor memiliki NJKB sebesar Rp
200 juta, dengan bobot kerusakan jalan dan bobot
pencemaran lingkungan = 1.
• Kendaraan tersebut merupakan kendaraan pertama
Wajib Pajak.
• Tarif PKB kepemilikan I dalam Perda PDRD Provinsi ybs =
1,1%
Pajak Daerah terutang
• PKB terutang = 1,1% x Rp 200 juta = Rp 2,2 juta (masuk
ke RKUD Pemda Provinsi ybs)
• Opsen PKB = 66% x Rp 2,2 juta = 1,45 juta (masuk ke
RKUD Pemda kab/kota sesuai alamat/NIK WP)
Administrasi Perpajakan
• Beban Wajib Pajak = Rp 2,2 juta + Rp 1,45 juta = Rp 3,62 juta
(setara dengan tarif PKB 1,8% jika menggunakan UU
28/2009)
• Pembayaran Rp 3,62 juta dilakukan secara bersamaan di
SAMSAT, bank tempat pembayaran melakukan split ke RKUD
Prov dan Kab/kota
• Secara umum tidak menambah beban administrasi
perpajakan WP
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
4
BEA BALIK NAMA KENDARAAN
BERMOTOR (BBNKB)
(Mulai Berlaku 5 Januari 2025)
14
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15
OBJEK DAN PENGECUALIAN OBJEK
OBJEK
Penyerahan pertama atas Kendaraan Bermotor.
PENDAFTARAN OBJEK
Penyerahan Kendaraan Bermotor yang menjadi objek BBNKB adalah yang
wajib didaftarkan di wilayah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.
PENGECUALIAN OBJEK
Penyerahan atas:
 Kereta api;
 Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan
pertahanan dan keamanan negara;
 Kendaraan Bermotor kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan
asas timbal balik, dan lembagalembaga internasional yang memperoleh
fasilitas pembebasan Pajak dari Pemerintah;
 Kendaraan Bermotor berbasis energi terbarukan;
 Kendaraan Bermotor lainnya yang ditetapkan dengan Perda
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 16
SUBJEK, WAJIB PAJAK, DAN TARIF PAJAK
1
2
3
Wajib PKB adalah orang pribadi atau Badan yang
menerima penyerahan Kendaraan Bermotor
Subjek BBNKB adalah orang pribadi atau Badan yang
menerima penyerahan Kendaraan Bermotor
Tarif umum
12%
20% Khusus Pemda Provinsi yang tidak terbagi dalam kab/kota otonom
Green Policy Bagi Kendaraan Berbasis
Energi Terbarukan
Kendaraan Berbasis energi terbarukan, termasuk Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai (KBLBB) dikecualikan dari objek BBNKB (sejalan dengan
kebijakan PKB), dalam rangka mendukung target pencapaian penurunan emisi
karbon sesuai UU 16 Tahun 2016  Target NDC Indonesia untuk mengurangi
emisi sebesar 29 % sampai 41 %
TARIF MAKSIMUM Tarif maksimum turun, namun tidak ada lagi kewajiban bagi hasil Provinsi ke Kab/kota
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17
DASAR PENGENAAN PAJAK
Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB)
• Berdasarkan harga pasaran umum kendaraan bermotor, yaitu harga
rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat
• Berdasarkan harga pasaran umum minggu pertama bulan desember
tahun sebelumnya
• Dalam hal harga pasaran tidak diketahui, dapat menggunakan
sebagian atau seluruh faktor-faktor: isi silinder, peruntukan
umum/pribadi, merek, tahun pembuatan, pembuat (produsen),
kendaraan bermotor sejenis, dokumen Pemberitahuan Impor Barang
(PIB)
Bobot Kerusakan Jalan dan/atau Pencemaran Lingkungan
• koefisien = 1  dampak kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan oleh penggunaan Kendaraan
Bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi
• koefisien > 1  dampak penggunaan Kendaraan Bermotor
tersebut dianggap melewati batas toleransi
• Bobot dihitung dengan menggunakan faktor-faktor:
 tekanan gandar
 jenis bahan bakar
 Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin
PENETAPAN DASAR PENGENAAN PKB
Ditetapkan dalam tabel:
 Untuk Kendaraan baru  dengan Permendagri setelah mendapat pertimbangan Menteri
Keuangan
 Untuk Kendaraan lama  dengan Peraturan Gubernur
Ditinjau paling lambat setiap 3 tahun memperhatikan indeks harga dan perkembangan
perekonomian
Dasar pengenaan BBNKB = Dasar pengenaan PKB = Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) x bobot kerusakan jalan dan bobot pencemaran lingkungan
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
5
OPSEN BEA BALIK NAMA
KENDARAAN BERMOTOR
(OPSEN BBNKB)
(Mulai Berlaku 5 Januari 2025)
18
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19
KETENTUAN MATERIIL OPSEN BBNKB
OBJEK, PENGECUALIAN OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK, SAAT TERUTANG
• Sama dengan BBNKB
• Dipungut bersamaan dengan pemungutan BBNKB
DASAR PENGENAAN
OPSEN
= Besaran BBNKB terutang (bukan NJKB)
TARIF OPSEN
66%
Besaran Opsen BBNKB = Tarif Opsen x BBNKB Terutang
Opsen adalah = Pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu  tarif disesuaikan untuk menjaga beban WP
Tujuan Opsen BBNKB:
 Mempercepat penerimaan kab/kota atas BBNKB yang selama ini diterima dari provinsi dalam bentuk bagi hasil secara periodik
(bergantung provinsi masing-masing)
 Sinergi pemungutan dan pengawasan antara Pemda Provinsi dan Kab/kota
 Memperbaiki postur APBD kab/kota  Selama ini diterima sebagai pendapatan transfer (bagi hasil Pajak Provinsi) menjadi PAD
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 20
CONTOH PENGHITUNGAN BBNKB DAN OPSEN BBNKB
(Mulai berlaku 5 Januari 2025)
• Sebuah kendaraan bermotor baru, memiliki NJKB
sebesar Rp 200 juta, dengan bobot kerusakan jalan dan
bobot pencemaran lingkungan = 1.
• Tarif BBNKB dalam Perda PDRD Provinsi ybs = 10%
Pajak Daerah terutang
• BBNKB terutang = 8% x Rp 200 juta = Rp 16 juta (masuk
ke RKUD Pemda Provinsi ybs)
• Opsen BBNKB = 66% x Rp 16 juta = 10,56 juta (masuk ke
RKUD Pemda kab/kota sesuai alamat/NIK WP)
Administrasi Perpajakan
• Beban Wajib Pajak = Rp 16 juta + Rp 10,56 juta = Rp 26,56 juta
(setara dengan tarif BBNKB 13,28% jika menggunakan UU
28/2009)
• Pembayaran Rp 26,56 juta dilakukan secara bersamaan di
SAMSAT, bank tempat pembayaran melakukan split ke RKUD
Prov dan Kab/kota
• Secara umum tidak menambah beban administrasi perpajakan
WP
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
6 PAJAK ALAT BERAT
21
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
• PAB merupakan nomenklatur pajak baru sesuai amanat Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017, menggantikan PKB Alat Berat/Alat Besar
• Alat Berat adalah alat yang diciptakan untuk membantu pekerjaan konstruksi dan pekerjaan teknik sipil lainnya yang sifatnya berat apabila
dikerjakan oleh tenaga manusia, beroperasi menggunakan motor dengan atau tanpa roda, tidak melekat secara permanen serta
beroperasi pada area tertentu, termasuk tetapi tidak terbatas pada area konstruksi, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan
22
OBJEK DAN PENGECUALIAN OBJEK PAB
Objek
Dikecualikan
kepemilikan dan/atau penguasaan Alat Berat.
• dimiliki dan/atau dikuasai Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia
• dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat,
perwakilan negara asing dengan asas timbal
balik dan lembaga internasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari
Pemerintah
• lainya yang diatur dalam Perda
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 23
SUBJEK, WAJIB PAJAK, TARIF PAJAK, DASAR
PENGENAAN
1
2
3
Wajib PKB adalah orang pribadi atau Badan yang
memiliki dan/atau menguasai AIat Berat
Subjek PAB adalah orang pribadi atau Badan yang
memiliki dan/atau menguasai AIat Berat
Sama dengan tarif maksimum PKB Alat Berat/Alat Besar dalam
UU 28/2009
0,2%
Prinsip Pemungutan
 PAB merupakan property tax murni (kepemilikan/penguasaan), berbeda dengan PKB
dan BBNKB yang berbasis pada pendaftaran.
 Hanya bisa mulai dipungut jika Pemda telah menetapkan Perda baru sesuai UU
HKPD
 untuk kepemilikan dan/atau penguasaan AIat Berat selama jangka waktu 12 (dua
belas) bulan berturut-turut  dibayar di muka
 keadaan kahar yang mengakibatkan penggunaan Alat Berat belum sampai 12 bulan
 restitusi secara proporsional
TARIF MAKSIMUM Tidak diatur lagi tarif minimum sebagaimana dalam UU 28/2009, untuk memberikan diskresi yang luas bagi Pemda dalam
mendukung kemudahan berusaha
DASAR PENGENAAN
• DPP = Nilai Jual Alat Berat (NJAB)
• NJAB ditentukan berdasarkan Harga rata-rata pasaran umum, yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat pada minggu
pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya.
• NJAB ditentukan dalam Permendagri setelah mendapat pertimbangan Menkeu
• NJAB ditinjau kembali paling lama setiap 3 (tiga) tahun dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
TERIMA KASIH
Direktorat Jenderal
Perimbangan
Keuangan
Kementerian Keuangan RI
1 5 0 4 2 0
d i r ekt o rat j end er al
p er i m b angan keuangan
d i t j enp k @ D i t jenPK
D i t j enPK
K em enkeu R I
24

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Pengembangan Investasi bagi Pembangunan Daerah
Pengembangan Investasi bagi Pembangunan DaerahPengembangan Investasi bagi Pembangunan Daerah
Pengembangan Investasi bagi Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan berdasarkan UU25/2004 dan Permendagri 54...
Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan berdasarkan UU25/2004 dan Permendagri 54...Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan berdasarkan UU25/2004 dan Permendagri 54...
Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan berdasarkan UU25/2004 dan Permendagri 54...Dadang Solihin
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan DaerahPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Kebijakan dana insentif-daerah-2021
Kebijakan dana insentif-daerah-2021Kebijakan dana insentif-daerah-2021
Kebijakan dana insentif-daerah-2021BappedaLampungUtara
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD Dadang Solihin
 
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah Dadang Solihin
 
ARAH-KEBIJAKAN-PERMENDAGRI-NO.-77-TAHUN-2020-BAB-I-SIPD.pptx
ARAH-KEBIJAKAN-PERMENDAGRI-NO.-77-TAHUN-2020-BAB-I-SIPD.pptxARAH-KEBIJAKAN-PERMENDAGRI-NO.-77-TAHUN-2020-BAB-I-SIPD.pptx
ARAH-KEBIJAKAN-PERMENDAGRI-NO.-77-TAHUN-2020-BAB-I-SIPD.pptxarraf3
 
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)Mohammad Ramadhan
 
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022BappedaLampungUtara
 
SPBE dan Masa Depan Pelayanan Publik Berbasis Elektronik
SPBE dan Masa Depan Pelayanan Publik Berbasis ElektronikSPBE dan Masa Depan Pelayanan Publik Berbasis Elektronik
SPBE dan Masa Depan Pelayanan Publik Berbasis ElektronikTri Widodo W. UTOMO
 
Konsep Reformasi Birokrasi & Inovasi
Konsep Reformasi Birokrasi & InovasiKonsep Reformasi Birokrasi & Inovasi
Konsep Reformasi Birokrasi & InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanMonitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanDadang Solihin
 
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptxIrwin Sopyanudin
 

La actualidad más candente (20)

Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
Isu isu strategis dan agenda pembangunan rt rpjmn 2020-2024
 
Pengembangan Investasi bagi Pembangunan Daerah
Pengembangan Investasi bagi Pembangunan DaerahPengembangan Investasi bagi Pembangunan Daerah
Pengembangan Investasi bagi Pembangunan Daerah
 
Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan berdasarkan UU25/2004 dan Permendagri 54...
Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan berdasarkan UU25/2004 dan Permendagri 54...Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan berdasarkan UU25/2004 dan Permendagri 54...
Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan berdasarkan UU25/2004 dan Permendagri 54...
 
materi BPKP
materi BPKPmateri BPKP
materi BPKP
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan DaerahPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
 
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Reformasi Pelayanan Publik
Reformasi Pelayanan PublikReformasi Pelayanan Publik
Reformasi Pelayanan Publik
 
Kebijakan dana insentif-daerah-2021
Kebijakan dana insentif-daerah-2021Kebijakan dana insentif-daerah-2021
Kebijakan dana insentif-daerah-2021
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
 
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah Penyusunan  Dokumen RPJP Daerah
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
 
ARAH-KEBIJAKAN-PERMENDAGRI-NO.-77-TAHUN-2020-BAB-I-SIPD.pptx
ARAH-KEBIJAKAN-PERMENDAGRI-NO.-77-TAHUN-2020-BAB-I-SIPD.pptxARAH-KEBIJAKAN-PERMENDAGRI-NO.-77-TAHUN-2020-BAB-I-SIPD.pptx
ARAH-KEBIJAKAN-PERMENDAGRI-NO.-77-TAHUN-2020-BAB-I-SIPD.pptx
 
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
 
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
 
SPBE dan Masa Depan Pelayanan Publik Berbasis Elektronik
SPBE dan Masa Depan Pelayanan Publik Berbasis ElektronikSPBE dan Masa Depan Pelayanan Publik Berbasis Elektronik
SPBE dan Masa Depan Pelayanan Publik Berbasis Elektronik
 
Konsep Reformasi Birokrasi & Inovasi
Konsep Reformasi Birokrasi & InovasiKonsep Reformasi Birokrasi & Inovasi
Konsep Reformasi Birokrasi & Inovasi
 
Paparan bappeda
Paparan bappedaPaparan bappeda
Paparan bappeda
 
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanMonitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
 
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
 
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
 

Similar a Paparan Sosialisasi RUU HKPD - Materi PKB_BBNKB_Opsen PKB_Opsen BBNKB.pptx

Presentasi Sosialisasi Kel. Margo Mulyo.pptx
Presentasi Sosialisasi Kel. Margo Mulyo.pptxPresentasi Sosialisasi Kel. Margo Mulyo.pptx
Presentasi Sosialisasi Kel. Margo Mulyo.pptxmariaolga24
 
LKPD Provinsi Bengkulu 2009
LKPD Provinsi Bengkulu 2009LKPD Provinsi Bengkulu 2009
LKPD Provinsi Bengkulu 2009Usman Yasin
 
Bahan ksd opsen PKB dan BBNKB Lampung (1).pptx
Bahan ksd opsen PKB dan BBNKB Lampung (1).pptxBahan ksd opsen PKB dan BBNKB Lampung (1).pptx
Bahan ksd opsen PKB dan BBNKB Lampung (1).pptxBagianHukumTubaba
 
optimalisasi pajak.pptx
optimalisasi pajak.pptxoptimalisasi pajak.pptx
optimalisasi pajak.pptxbandisyah3
 
Pengantar tek pertambangan-02 pendapatan negara sektor pertambangan dalam per...
Pengantar tek pertambangan-02 pendapatan negara sektor pertambangan dalam per...Pengantar tek pertambangan-02 pendapatan negara sektor pertambangan dalam per...
Pengantar tek pertambangan-02 pendapatan negara sektor pertambangan dalam per...Moehammad Bambang Soegeng
 
Materi Webinar ARC Mengupas PMK Pelaksana UU HPP.pdf
Materi Webinar ARC Mengupas PMK Pelaksana UU HPP.pdfMateri Webinar ARC Mengupas PMK Pelaksana UU HPP.pdf
Materi Webinar ARC Mengupas PMK Pelaksana UU HPP.pdfChandraBangun
 
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdfpp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdferikhighflier
 
UU HPP Ver KPDJP Modif KB181121.pptx
UU HPP Ver KPDJP Modif KB181121.pptxUU HPP Ver KPDJP Modif KB181121.pptx
UU HPP Ver KPDJP Modif KB181121.pptxariefyusuf11
 
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptxBahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptxNurrahmiRahim
 
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptxBahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptxNurrahmiRahim
 
Paparan Pedum 2021 LENGKAP edit.pptx
Paparan Pedum 2021 LENGKAP edit.pptxPaparan Pedum 2021 LENGKAP edit.pptx
Paparan Pedum 2021 LENGKAP edit.pptxalpin14
 
Penyusunan APBD 2021.pptx
Penyusunan APBD 2021.pptxPenyusunan APBD 2021.pptx
Penyusunan APBD 2021.pptxJoseRizal53
 

Similar a Paparan Sosialisasi RUU HKPD - Materi PKB_BBNKB_Opsen PKB_Opsen BBNKB.pptx (20)

Presentasi Sosialisasi Kel. Margo Mulyo.pptx
Presentasi Sosialisasi Kel. Margo Mulyo.pptxPresentasi Sosialisasi Kel. Margo Mulyo.pptx
Presentasi Sosialisasi Kel. Margo Mulyo.pptx
 
LKPD Provinsi Bengkulu 2009
LKPD Provinsi Bengkulu 2009LKPD Provinsi Bengkulu 2009
LKPD Provinsi Bengkulu 2009
 
Bahan ksd opsen PKB dan BBNKB Lampung (1).pptx
Bahan ksd opsen PKB dan BBNKB Lampung (1).pptxBahan ksd opsen PKB dan BBNKB Lampung (1).pptx
Bahan ksd opsen PKB dan BBNKB Lampung (1).pptx
 
SLIDE_8 PAJAK PROVINSI.pdf
SLIDE_8  PAJAK PROVINSI.pdfSLIDE_8  PAJAK PROVINSI.pdf
SLIDE_8 PAJAK PROVINSI.pdf
 
optimalisasi pajak.pptx
optimalisasi pajak.pptxoptimalisasi pajak.pptx
optimalisasi pajak.pptx
 
PBB.pptx
PBB.pptxPBB.pptx
PBB.pptx
 
Pengantar tek pertambangan-02 pendapatan negara sektor pertambangan dalam per...
Pengantar tek pertambangan-02 pendapatan negara sektor pertambangan dalam per...Pengantar tek pertambangan-02 pendapatan negara sektor pertambangan dalam per...
Pengantar tek pertambangan-02 pendapatan negara sektor pertambangan dalam per...
 
Materi Webinar ARC Mengupas PMK Pelaksana UU HPP.pdf
Materi Webinar ARC Mengupas PMK Pelaksana UU HPP.pdfMateri Webinar ARC Mengupas PMK Pelaksana UU HPP.pdf
Materi Webinar ARC Mengupas PMK Pelaksana UU HPP.pdf
 
Ukin
UkinUkin
Ukin
 
PP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptxPP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptx
 
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdfpp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
 
Asdasda
AsdasdaAsdasda
Asdasda
 
2019_Perda_04 (4).pdf
2019_Perda_04 (4).pdf2019_Perda_04 (4).pdf
2019_Perda_04 (4).pdf
 
Paparan OSS Pemilihan KBLI Kegiatan Usaha
Paparan OSS Pemilihan KBLI Kegiatan UsahaPaparan OSS Pemilihan KBLI Kegiatan Usaha
Paparan OSS Pemilihan KBLI Kegiatan Usaha
 
UU HPP Ver KPDJP Modif KB181121.pptx
UU HPP Ver KPDJP Modif KB181121.pptxUU HPP Ver KPDJP Modif KB181121.pptx
UU HPP Ver KPDJP Modif KB181121.pptx
 
Pengertian PPN
Pengertian PPNPengertian PPN
Pengertian PPN
 
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptxBahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
 
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptxBahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx
 
Paparan Pedum 2021 LENGKAP edit.pptx
Paparan Pedum 2021 LENGKAP edit.pptxPaparan Pedum 2021 LENGKAP edit.pptx
Paparan Pedum 2021 LENGKAP edit.pptx
 
Penyusunan APBD 2021.pptx
Penyusunan APBD 2021.pptxPenyusunan APBD 2021.pptx
Penyusunan APBD 2021.pptx
 

Último

Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsunghaechanlee650
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSriHandayani820917
 
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnisMemahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnisGallynDityaManggala
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanHakamNiazi
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh Cityjaanualu31
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptmuhammadarsyad77
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianHALIABUTRA1
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okegaluhmutiara
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptpebipebriyantimdpl
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptzulfikar425966
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan SosroSistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosromohhmamedd
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121tubagus30
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 

Último (18)

Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
 
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnisMemahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan SosroSistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 

Paparan Sosialisasi RUU HKPD - Materi PKB_BBNKB_Opsen PKB_Opsen BBNKB.pptx

  • 1. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 1 Februari 2022 KEBIJAKAN PKB, BBNKB, DAN PAB DALAM UU HKPD
  • 2. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1 HIGHLIGHT PENGATURAN PDRD DALAM UU HKPD 2
  • 3. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3 MENURUNKAN ADMINISTRATION DAN COMPLIANCE COST • Restrukturisasi Jenis Pajak Daerah, khususnya yang berbasis konsumsi (Hotel, Restoran, Hiburan, Parkir, dan PPJ) menjadi Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) • Rasionalisasi retribusi dari 32 jenis layanan menjadi 18 jenis layanan Make a big impact with our professional slides. Make a big impact with our professional slides. MEMPERLUAS BASIS PAJAK • Opsen Pajak Provinsi dan Kab/Kota sebagai penggantian skema bagi hasil dan penyesuaian kewenangan (Opsen PKB, BBNKB, MBLB) tanpa tambahan beban WP • Perluasan objek melalui sinergitas Pajak Pusat dan Daerah (valet parkir, objek rekreasi, dsb) HARMONISASI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN LAIN • Putusan MK Terkait Alat Berat/Alat Besar  Pajak Alat Berat • Putusan MK Terkait PPJ  PBJT Tenaga Listrik • UU 23/2014 dan UU 3/2020 terkait sinkronisasi kewenangan • UU Cipta Kerja  Mendukung Kemudahan Berusaha • dsb HKPD KEY POLICIES RUU HKPD Meningkatkan Local Taxing Power Dengan Tetap Menjaga Kemudahan Berusaha di Daerah
  • 4. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4 Provinsi Kab/Kota 1. PKB 2. BBNKB 3. PAB 4. PBBKB 5. PAP 6. Pajak Rokok 7. Opsen Pajak MBLB 1. PBB-P2 2. PBJT (Hotel, Restoran, Hiburan, Listrik, Parkir) 3. BPHTB 4. Pajak MBLB 5. Pajak Reklame 6. PAT 7. Pajak Sarang Burung Walet 8. Opsen PKB dan Opsen BBNKB PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH Jasa Umum Jasa Usaha 1.Pelayanan Kesehatan 2.Pelayanan Kebersihan 3.Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum 4.Pelayanan Pasar 5.Pengendalian Lalu Lintas 1. Tempat kegiatan usaha, grosir, perotokan 2. Pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan 3. Tempat khusus parkir 4. Tempat penginapan/pesanggrahan / vila 5. Rumah potong hewan ternak 6. Jasa Kepelabuhanan 7. Rekreasi, pariwisata, olahraga 8. Penyeberangan orang dan barang di air 9. Penjualan hasil produksi usaha 10.Pemanfaatan (optimalisasi) aset daerah Perizinan Tertentu 1.Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 2.Penggunaan Tenaga Kerja Asing (PTKA) 3.Pengelolaan Pertambangan Rakyat STRUKTUR PDRD DALAM RUU HKPD
  • 5. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5 3 BASIS PAJAK DAERAH DALAM UU HKPD Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Rokok, PBJT (Makanan/Minuman, Jasa Perhotelan, Kesenian Hiburan, Parkir, Tenaga Listrik), Pajak Reklame KONSUMSI 01 02 03 • Kepemilikan/Penguasaan: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Opsen PKB, PBB-P2, Pajak Alat Berat • Transfer of title: BPHTB, BBNKB, Opsen BBNKB PROPERTI Pajak Air Permukaan, Pajak MBLB, Opsen Pajak MBLB, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet SUMBER DAYA ALAM
  • 6. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6 HIGHLIGHT PENGATURAN PAJAK DAERAH Pengaturan Opsen dimaksudkan untuk tidak menambah beban WP melainkan percepatan penerimaan bagian PKB dan BBNKB bagi kab/kota dan sinergi pemungutan pajak antara provinsi dan kab/kota SINERGI PEMUNGUTAN PROV-KAB/KOTA MELALUI OPSEN PAJAK BARANG DAN JASA TERTENTU (PBJT) GREEN POLICY PKB DAN BBNKB DUKUNGAN PADA USAHA MIKRO DAN ULTRA MIKRO PERUBAHAN KEBIJAKAN JENIS, OBJEK, DPP, & TARIF PAJAK  Opsen tidak menambah beban WP  Opsen PKB dan BBNKB menggantikan bagi hasil PKB dan BBNKB, sekaligus mempercepat penerimaan kab/kota  Opsen MBLB untuk mendanai kewenangan provinsi dalam penerbitan dan pengawasan izin MBLB  Menuntut sinergi yang baik antara Provinsi dan kab/kota  PBJT mengintegrasikan pajak- pajak daerah berbasis konsumsi (Pajak Hotel, Restoran, Hiburan, PPJ, dan Parkir)  Tujuannya untuk: • mempermudah administrasi pembayaran dan pelaporan dari sisi WP, • meningkatkan efisiensi layanan perpajakan dan pengawasan dari sisi Pemda  Termasuk perluasan objek (valet parkir, rekreasi, dsb)  Kendaraan bermotor berbasis energi terbarukan (nonfosil) dikecualikan dari PKB dan BBNKB  Contoh: Kendaraan Bermotor Tenaga Listrik, Surya, dsb  Mendukung program percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB)  NJKB lebih tinggi untuk Kendaraan Bermotor Fosil yang menghasilkan emisi lebih besar  Insentif fiskal dapat diberikan kepada WP pelaku usaha dengan kriteria tertentu, termasuk usaha mikro dan ultra mikro  Pemberian Insentif Fiskal melalui permohonan WP atau secara jabatan oleh Kepala Daerah  Pemberian Insentif Fiskal ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah dan diberitahukan kepada DPRD  Memperkenalkan Pajak Alat Berat (PAB)  Tarif maks PBB-P2 menjadi 0,5%, dengan assessment ratio (NJKP Kena Pajak 20%- 100%)  BBNKB hanya atas Kendaraan Bermotor baru  Earmarking sebagian penerimaan PKB, PBJKT Listrik, Pajak Rokok, dan PAT, yang detilnya diatur dalam PP  NPOPTKP paling rendah Rp 80 juta
  • 7. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2 PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) (Mulai Berlaku 5 Januari 2025) 7
  • 8. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8 OBJEK DAN PENGECUALIAN OBJEK OBJEK kepemilikan dan/atau penguasaan atas Kendaraan Bermotor. PENDAFTARAN OBJEK Kepemilikan/penguasaan Kendaraan Bermotor yang menjadi objek PKB adalah yang wajib didaftarkan di wilayah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. PENGECUALIAN OBJEK Kepemilikan/penguasaan atas:  Kereta api;  Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara;  Kendaraan Bermotor kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik, dan lembagalembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan Pajak dari Pemerintah;  Kendaraan Bermotor berbasis energi terbarukan;  Kendaraan Bermotor lainnya yang ditetapkan dengan Perda
  • 9. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9 SUBJEK, WAJIB PAJAK, DAN TARIF PAJAK 1 2 3 Wajib PKB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor Subjek PKB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Kepemilikan I 1,2% 6% 2% 10% 0,5% Kendaraan Bermotor Kepemilikan II, III, dst Kendaraan Bermotor Kepemilikan I untuk Pemda Provinsi yang tidak terbagi dalam kab/kota otonom Kendaraan Bermotor Kepemilikan II, III, dst untuk Pemda Provinsi yang tidak terbagi dalam kab/kota otonom Angkutan umum, angkutan karyawan, angkutan sekolah, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah Green Policy Bagi Kendaraan Berbasis Energi Terbarukan Kendaraan Berbasis energi terbarukan, termasuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dikecualikan dari objek PKB, dalam rangka mendukung target pencapaian penurunan emisi karbon sesuai UU 16 Tahun 2016  Target NDC (Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia untuk mengurangi emisi sebesar 29 % sampai 41 % TARIF MAKSIMUM Tarif maksimum turun, namun tidak ada lagi kewajiban bagi hasil Provinsi ke Kab/kota
  • 10. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 10 DASAR PENGENAAN PAJAK Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) • Berdasarkan harga pasaran umum kendaraan bermotor, yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat • Berdasarkan harga pasaran umum minggu pertama bulan desember tahun sebelumnya • Dalam hal harga pasaran tidak diketahui, dapat menggunakan sebagian atau seluruh faktor-faktor: isi silinder, peruntukan umum/pribadi, merek, tahun pembuatan, pembuat (produsen), kendaraan bermotor sejenis, dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) Bobot Kerusakan Jalan dan/atau Pencemaran Lingkungan • koefisien = 1  dampak kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan oleh penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi • koefisien > 1  dampak penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap melewati batas toleransi • Bobot dihitung dengan menggunakan faktor-faktor:  tekanan gandar  jenis bahan bakar  Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin PENETAPAN DASAR PENGENAAN PKB Ditetapkan dalam tabel:  Untuk Kendaraan baru  dengan Permendagri setelah mendapat pertimbangan Menteri Keuangan  Untuk Kendaraan lama  dengan Peraturan Gubernur Ditinjau paling lambat setiap 3 tahun memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian Dasar pengenaan PKB = Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) x bobot kerusakan jalan dan bobot pencemaran lingkungan
  • 11. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3 OPSEN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (OPSEN PKB) (Mulai Berlaku 5 Januari 2025) 11
  • 12. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12 KETENTUAN MATERIIL OPSEN PKB OBJEK, PENGECUALIAN OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK, SAAT TERUTANG • Sama dengan PKB • Dipungut bersamaan dengan pemungutan PKB DASAR PENGENAAN OPSEN = Besaran PKB terutang (bukan NJKB) TARIF OPSEN 66% Besaran Opsen PKB = Tarif Opsen x PKB Terutang Opsen adalah = Pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu  tarif disesuaikan untuk menjaga beban WP Tujuan Opsen PKB:  Mempercepat penerimaan kab/kota atas PKB yang selama ini diterima dari provinsi dalam bentuk bagi hasil secara periodik (bergantung provinsi masing-masing)  Sinergi pemungutan dan pengawasan antara Pemda Provinsi dan Kab/kota  Memperbaiki postur APBD kab/kota  Selama ini diterima sebagai pendapatan transfer (bagi hasil Pajak Provinsi) menjadi PAD
  • 13. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13 CONTOH PENGHITUNGAN PKB DAN OPSEN PKB (Mulai berlaku 5 Januari 2025) • Sebuah kendaraan bermotor memiliki NJKB sebesar Rp 200 juta, dengan bobot kerusakan jalan dan bobot pencemaran lingkungan = 1. • Kendaraan tersebut merupakan kendaraan pertama Wajib Pajak. • Tarif PKB kepemilikan I dalam Perda PDRD Provinsi ybs = 1,1% Pajak Daerah terutang • PKB terutang = 1,1% x Rp 200 juta = Rp 2,2 juta (masuk ke RKUD Pemda Provinsi ybs) • Opsen PKB = 66% x Rp 2,2 juta = 1,45 juta (masuk ke RKUD Pemda kab/kota sesuai alamat/NIK WP) Administrasi Perpajakan • Beban Wajib Pajak = Rp 2,2 juta + Rp 1,45 juta = Rp 3,62 juta (setara dengan tarif PKB 1,8% jika menggunakan UU 28/2009) • Pembayaran Rp 3,62 juta dilakukan secara bersamaan di SAMSAT, bank tempat pembayaran melakukan split ke RKUD Prov dan Kab/kota • Secara umum tidak menambah beban administrasi perpajakan WP
  • 14. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4 BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) (Mulai Berlaku 5 Januari 2025) 14
  • 15. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15 OBJEK DAN PENGECUALIAN OBJEK OBJEK Penyerahan pertama atas Kendaraan Bermotor. PENDAFTARAN OBJEK Penyerahan Kendaraan Bermotor yang menjadi objek BBNKB adalah yang wajib didaftarkan di wilayah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. PENGECUALIAN OBJEK Penyerahan atas:  Kereta api;  Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara;  Kendaraan Bermotor kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik, dan lembagalembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan Pajak dari Pemerintah;  Kendaraan Bermotor berbasis energi terbarukan;  Kendaraan Bermotor lainnya yang ditetapkan dengan Perda
  • 16. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 16 SUBJEK, WAJIB PAJAK, DAN TARIF PAJAK 1 2 3 Wajib PKB adalah orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan Kendaraan Bermotor Subjek BBNKB adalah orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan Kendaraan Bermotor Tarif umum 12% 20% Khusus Pemda Provinsi yang tidak terbagi dalam kab/kota otonom Green Policy Bagi Kendaraan Berbasis Energi Terbarukan Kendaraan Berbasis energi terbarukan, termasuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dikecualikan dari objek BBNKB (sejalan dengan kebijakan PKB), dalam rangka mendukung target pencapaian penurunan emisi karbon sesuai UU 16 Tahun 2016  Target NDC Indonesia untuk mengurangi emisi sebesar 29 % sampai 41 % TARIF MAKSIMUM Tarif maksimum turun, namun tidak ada lagi kewajiban bagi hasil Provinsi ke Kab/kota
  • 17. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17 DASAR PENGENAAN PAJAK Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) • Berdasarkan harga pasaran umum kendaraan bermotor, yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat • Berdasarkan harga pasaran umum minggu pertama bulan desember tahun sebelumnya • Dalam hal harga pasaran tidak diketahui, dapat menggunakan sebagian atau seluruh faktor-faktor: isi silinder, peruntukan umum/pribadi, merek, tahun pembuatan, pembuat (produsen), kendaraan bermotor sejenis, dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) Bobot Kerusakan Jalan dan/atau Pencemaran Lingkungan • koefisien = 1  dampak kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan oleh penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi • koefisien > 1  dampak penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap melewati batas toleransi • Bobot dihitung dengan menggunakan faktor-faktor:  tekanan gandar  jenis bahan bakar  Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin PENETAPAN DASAR PENGENAAN PKB Ditetapkan dalam tabel:  Untuk Kendaraan baru  dengan Permendagri setelah mendapat pertimbangan Menteri Keuangan  Untuk Kendaraan lama  dengan Peraturan Gubernur Ditinjau paling lambat setiap 3 tahun memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian Dasar pengenaan BBNKB = Dasar pengenaan PKB = Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) x bobot kerusakan jalan dan bobot pencemaran lingkungan
  • 18. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5 OPSEN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (OPSEN BBNKB) (Mulai Berlaku 5 Januari 2025) 18
  • 19. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19 KETENTUAN MATERIIL OPSEN BBNKB OBJEK, PENGECUALIAN OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK, SAAT TERUTANG • Sama dengan BBNKB • Dipungut bersamaan dengan pemungutan BBNKB DASAR PENGENAAN OPSEN = Besaran BBNKB terutang (bukan NJKB) TARIF OPSEN 66% Besaran Opsen BBNKB = Tarif Opsen x BBNKB Terutang Opsen adalah = Pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu  tarif disesuaikan untuk menjaga beban WP Tujuan Opsen BBNKB:  Mempercepat penerimaan kab/kota atas BBNKB yang selama ini diterima dari provinsi dalam bentuk bagi hasil secara periodik (bergantung provinsi masing-masing)  Sinergi pemungutan dan pengawasan antara Pemda Provinsi dan Kab/kota  Memperbaiki postur APBD kab/kota  Selama ini diterima sebagai pendapatan transfer (bagi hasil Pajak Provinsi) menjadi PAD
  • 20. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 20 CONTOH PENGHITUNGAN BBNKB DAN OPSEN BBNKB (Mulai berlaku 5 Januari 2025) • Sebuah kendaraan bermotor baru, memiliki NJKB sebesar Rp 200 juta, dengan bobot kerusakan jalan dan bobot pencemaran lingkungan = 1. • Tarif BBNKB dalam Perda PDRD Provinsi ybs = 10% Pajak Daerah terutang • BBNKB terutang = 8% x Rp 200 juta = Rp 16 juta (masuk ke RKUD Pemda Provinsi ybs) • Opsen BBNKB = 66% x Rp 16 juta = 10,56 juta (masuk ke RKUD Pemda kab/kota sesuai alamat/NIK WP) Administrasi Perpajakan • Beban Wajib Pajak = Rp 16 juta + Rp 10,56 juta = Rp 26,56 juta (setara dengan tarif BBNKB 13,28% jika menggunakan UU 28/2009) • Pembayaran Rp 26,56 juta dilakukan secara bersamaan di SAMSAT, bank tempat pembayaran melakukan split ke RKUD Prov dan Kab/kota • Secara umum tidak menambah beban administrasi perpajakan WP
  • 21. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6 PAJAK ALAT BERAT 21
  • 22. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA • PAB merupakan nomenklatur pajak baru sesuai amanat Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017, menggantikan PKB Alat Berat/Alat Besar • Alat Berat adalah alat yang diciptakan untuk membantu pekerjaan konstruksi dan pekerjaan teknik sipil lainnya yang sifatnya berat apabila dikerjakan oleh tenaga manusia, beroperasi menggunakan motor dengan atau tanpa roda, tidak melekat secara permanen serta beroperasi pada area tertentu, termasuk tetapi tidak terbatas pada area konstruksi, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan 22 OBJEK DAN PENGECUALIAN OBJEK PAB Objek Dikecualikan kepemilikan dan/atau penguasaan Alat Berat. • dimiliki dan/atau dikuasai Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia • dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah • lainya yang diatur dalam Perda
  • 23. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 23 SUBJEK, WAJIB PAJAK, TARIF PAJAK, DASAR PENGENAAN 1 2 3 Wajib PKB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai AIat Berat Subjek PAB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai AIat Berat Sama dengan tarif maksimum PKB Alat Berat/Alat Besar dalam UU 28/2009 0,2% Prinsip Pemungutan  PAB merupakan property tax murni (kepemilikan/penguasaan), berbeda dengan PKB dan BBNKB yang berbasis pada pendaftaran.  Hanya bisa mulai dipungut jika Pemda telah menetapkan Perda baru sesuai UU HKPD  untuk kepemilikan dan/atau penguasaan AIat Berat selama jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut  dibayar di muka  keadaan kahar yang mengakibatkan penggunaan Alat Berat belum sampai 12 bulan  restitusi secara proporsional TARIF MAKSIMUM Tidak diatur lagi tarif minimum sebagaimana dalam UU 28/2009, untuk memberikan diskresi yang luas bagi Pemda dalam mendukung kemudahan berusaha DASAR PENGENAAN • DPP = Nilai Jual Alat Berat (NJAB) • NJAB ditentukan berdasarkan Harga rata-rata pasaran umum, yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat pada minggu pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya. • NJAB ditentukan dalam Permendagri setelah mendapat pertimbangan Menkeu • NJAB ditinjau kembali paling lama setiap 3 (tiga) tahun dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
  • 24. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TERIMA KASIH Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI 1 5 0 4 2 0 d i r ekt o rat j end er al p er i m b angan keuangan d i t j enp k @ D i t jenPK D i t j enPK K em enkeu R I 24

Notas del editor

  1. Gambar bisa diganti dan disesuaikan
  2. Gambar bisa diganti dan disesuaikan
  3. Gambar bisa diganti dan disesuaikan
  4. Gambar bisa diganti dan disesuaikan
  5. Gambar bisa diganti dan disesuaikan
  6. Gambar bisa diganti dan disesuaikan