SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 6
Descargar para leer sin conexión
42
Perlunya Konsep Kimia Secara Benar Pada Buku Ajar Kimia SMA
(The Important of Right Concept in Chemistry Text Book at SMA)
Sri Winarni
Dosen Program Studi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Email: winpmk_79@yahoo.com
Abstract
Text book of chemistry is one of the most common learning sources that used at SMA. In reality,
there is still some text book of chemistry at SMA which imprecise the explanation. This is one
matter that causes students’ misconception in chemistry concept. For that, it is a need of chemistry
text book that gives right explanation towards chemistry concept.
Key words: Right concept, chemistry, learning sources
PENDAHULUAN
Ilmu kimia hampir selalu
berkembang. Perkembangan ilmu kimia
sejalan dengan fenomena alam, kemajuan
teknologi, dan perkembangan ilmu-ilmu lain
yang berhubungan dengan kimia. Hal ini
dapat dilihat dari teori atom yang terus
mengalami perkembangan dari teori atom
democritus sampai yang terakhir teori atom
berdasarkan mekanika kuantum. Selain itu,
bisa dilihat juga perkembangan ilmu kimia
dari artikel jurnal atau publikasi lain yang
hampir setiap saat terbit. Artikel atau dalam
bentuk publikasi lain ini ada yag bersifat
lokal, nasional, maupun international.
Perkembangan ilmu kimia juga
dapat dilihat dari jumlah senyawa kompleks
yang berhasil disintesis. Tidak kurang dari
10000 senyawa kompleks baru yang berhasil
disintesis setiap tahun (Effendy, 2000).
Termasuk senyawa kompleks dari logam-
logam alkali dan alkali tanah. Dengan ini,
anggapan bahwa senyawa kompleks hanya
dapat dibentuk dengan logam-logam transisi
sebagai atom atau ion pusat perlu direvisi.
*Sri Winarni adalah dosen Jurusan
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Syiah
Ku
Dari uraian di atas dapat diartikan
bahwa kajian terhadap ilmu kimia selalu
diperlukan. Kajian terhadap buku ajar kimia
merupakan salah satu kajian ilmu kimia
dalam dunia pendidikan. Kajian buku ajar
biasanya dilakukan guru, dosen, dan
mahasiswa. Ini bertujuan untuk memperbaiki
kesalahan konsep yang terdapat dalam buku
ajar kimia.
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Pemahaman Konsep
Kimia Secara Tepat
Dalam mempelajari ilmu kimia,
siswa banyak dikenalkan dengan konsep-
konsep yang abstrak (Wiseman, 1981), maka
untuk pengungkapan konsep yang abstrak
tersebut guru atau dalam buku teks
memberikan gambaran atau definisi yang
mewakili konsep tersebut. Menurut Ibnu
(1989) kadangkala siswa mengidentikkan
antara konsep sebenarnya dengan obyek yang
dijadikan sebagai gambaran konsep tersebut.
Hal ini akan menyulitkan siswa dalam
memahami konsep atau bahkan berimplikasi
pada salah satu konsep. Di samping abstrak,
konsep dalam ilmu kimia dapat memiliki arti
lebih dari satu arti dan setiap konsep tidak
dapat berdiri sendiri seperti pada contoh
karakteristik konsep kimia. Fenomena ini
menunjukkan pentingnya pemahaman konsep
yang benar dalam mempelajari konsep-
konsep dalam ilmu kimia.
Pemahaman konsep yang benar
merupakan landasan yang memungkinkan
terbentuknya pemahaman yang benar
terhadap konsep-konsep lain yang
berhubungan atau konsep yang lebih
kompleks, fakta, hukum, prinsip dan teori-
teori dalam ilmu kimia. Terlebih lagi jika
diingat bahwa salah satu karakteristik dari
konsep ilmu kimia adalah adanya saling
keterkaitan dan berkembang dari konsep yang
sederhana menuju konsep yang lebih
kompleks (Middlecamp dan Kean, 1989:8;
Sastrawijaya, 1988:103). Pemahaman suatu
konsep yang tidak benar memungkinkan
terbentuknya konsep-konsep lain yang
berkaitan tidak benar pula.
43
Menurut Dahar (1989:79), untuk
dapat memecahkan masalah seseorang harus
mengetahui aturan-aturan yang relevan dan
aturan-aturan ini didasarkan pada konsep
yang diperolehnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa konsep merupakan batu
pembangun berfikir, sehingga pemahaman
konsep yang benar menjadi sangat penting
untuk dimiliki. Pemahaman konsep yang
benar merupakan landasan dalam memahami
fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip
dan teori-teori dalam ilmu kimia secara
benar. Selain itu, pemahaman konsep secara
benar akan menghasilkan penerapan konsep
yang benar sebagai landasan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan iptek yang sangat cepat
perkembangannya.
B. Teori Tentang Pemerolehan Konsep
Kimia
Pengetahuan adalah bentukan
(konstruksi) pribadi yang sedang
menekuninya (Graserfield dalam Suparno,
1997). Pengetahuan merupakan bentukan dari
seseorang yang sedang menekuninya, bukan
sesuatu yang sudah jadi tetapi harus dibentuk
dalam pikiran. Proses pembentukan akan
terus berjalan setiap kali terjadi reorganisasi
karena adanya pemahaman baru.
Konsep-konsep yang diperoleh oleh
siswa untuk dibangun dalam otaknya
merupakan suatu pengetahuan yang dibangun
dengan mengikuti pola-pola aturan tertentu.
Hal tersebut berkaitan dengan pola-pola
pemerolehan konsep yang telah banyak
dikemukakan oleh para ahli diantaranya oleh
Bruner, Auseble, Osborne, Wittrock dan
Piaget.
1. Pemerolehan Konsep Berdasarkan
Teori Bruner
Pemerolehan konsep menurut
Bruner, menekankan belajar dengan cara
penemuan. Pendekatan Bruner tentang belajar
penemuan didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi yang pertama, pemerolehan
pengetahuan merupakan suatu proses
interakstif dimana individu yang belajar
berinteraksi dengan lingkungannya, tetapi
juga pada diri individu itu. Asumsi yang
kedua, individu membangun pengetahuannya
dengan menghubungkan informasi baru
dengan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya (Dahar, 1989:119).
Pendekatan Bruner terhadap belajar
dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan
kategorisasi. Bruner beranggapan, bahwa
semua interaki-interaksi kita dengan alam
melibatkan kategori-kategori yang
dibutuhkan bagi pemungsian manusia.
Ringkasnya, bahwa belajar merupakan
pengembangan kategori-kategori dan
pengembangan suatu sistem pengkodean
(coding).
Bruner (dalam Dahar, 1989:122)
mengemukakan bahwa belajar konsep
sebagai proses kognitif melibatkan tiga
proses yang berlangsung hampir bersamaan
meliputi : (1) memperoleh informasi baru, (2)
transformasi informasi, (3) menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar
dengan partisipasi secara aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip secara
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip agar mereka memperoleh
pengalaman, melakukan eksperimen-
eksperimen yang mengijinkan mereka untuk
menemukan prinsip-prinsip itu sendiri,
berusaha sendiri untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang
menyertainya sehingga menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna
yang dikenal sebagai belajar penemuan.
Bruner menganggap, bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberikan hasil yang
paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, meghasilkan pengetahuan
yang benar-benar bermakna.
Pengetahuan yang diperoleh dengan
belajar penemuan menunjukkan beberapa
kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan
atau lama dapat diingat atau lebih mudah
diingat, bila dibandingkan dengan
pengathuan yang dipelajari dengan cara yang
lain. Kedua, hasil belajar penemuan
mempunyai efek transfer yang lebih baik dari
pada hasil belajar lainnya. Dengan lain
perkataan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih
mudah diterapkan pada situasi-situasi yang
baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar
penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Secara khusus belajar penemuan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif siswa
untuk menemukan dan memecahkan masalah
tanpa pertolongan orang lain.
44
2. Pemerolehan Konsep Berdasarkan
Teori Ausubel
Pemerolehan konsep menurut
Ausubel, menekankan pada belajar bermakna
yang merupakan suatu proses belajar dimana
informasi dikaitkan pada konsep-konsep
relevan yang telah ada dalam struktur
kognitif. Konsep yang telah ada dapat
berfungsi sebagai pengatur awal untuk
menghubungkan dan membantu memahami
konsep baru yang diterimanya. Struktur
kognitif yang dimiliki siswa dapat berupa
bangunan konsep yang saling berkaitan satu
sama lain dan dapat pula berupa sekumpulan
konsep yang berdiri sendiri. Jenis struktur
kognitif ini berhubungan dengan ciri ilmu
yang dipelajari serta sumber proses belajar
yang diterapkan dalam mempelajari suatu
ilmu. Proses pembentukan struktur kognitif
yang diharapkan adalah menghasilkan prinsip
belajar bermakna.
Menurut Ausubel, belajar dapat
dikategorikan ke dalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi
atau materi pelajaran disajikan pada siswa,
melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi
kedua menyangkut cara bagaimana siswa
dapat mengaitkannya informasi itu pada
struktur kognitif yang telah ada (Dahar,
1988:134).
Struktur kognitif adalah fakta-fakta,
konsep-konsep dan generalisaasi-generalisasi
yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh
dengan dua cara, yaitu formasi konsep
(concept formation) dan asimilasi konsep
(concept asimilation) (Dahar, 1989:134).
Pembentukan konsep merupakan merupakan
bentuk perolehan konsep-konsep sebelum
dan setelah anak-anak masuk sekolah yang
melibatkan proses-proses psikologis seperti
analisis diskriminasi, abstraksi, diferensiasi,
pembentukan hipotesis dan pengujian, dan
generalisasi. Asimilasi konsep merupakan
cara untuk memperoleh konsep-konsep
selama dan sesudah sekolah yang diawali
dengan penyajian tentang definisi formal dari
konsep-konsep itu.
3. Pemerolehan Konsep Menurut Osborne
Menurut Osborne dan Wittrock
pemerolehan konsep juga disebut sebagai
hasil belajar generatif, yang merupakan
pengembangan dari model belajar bermakna
(Pikoli, 2003). Ciri utama belajar generatif
adalah orang akan cenderung belajar
membentuk persepsi dan arti yang konsisten
dengan hasil belajar awalnya. Dalam hal ini
siswa tidak mengalami pembelajaran di kelas
dengan pikiran kosong yang dapat diisi
dengan pengetahuan, dan kemungkinan siswa
sudah mendapatkan pengetahuan dari
kehidupan sehari-hari atau membaca buku
teks atau buku panduan.
C. Bahan Ajar
Sebelum mengkaji suatu bahan ajar
diperlukan pengertian dari bahan ajar.
Suprawoto (2009) memberikan definisi bahan
ajar sebagai berikut: 1) segala bentuk bahan
yang digunakan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis atau bahan tidak tertulis, 2)
merupakan informasi, alat dan/atau teks yang
diperlukan oleh guru untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran, 3)
seperangkat materi yang disusun secara
sistematis baik tertulis maupun tidak
sehingga tercipta lingkungan/suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa bahan ajar merupakan materi ajar baik
tertulis maupun tidak tertulis yang disusun
secara sistematis untuk terciptanya suatu
pembelajaran. Dalam ilmu kimia materi ajar
yang tersusun secara sistematis disebut
dengan bahan ajar kimia. Departemen
Pendidikan Nasional (2006) memberikan
definisi Materi Ajar (instructional materials)
sebagai bahan yang diperlukan untuk
pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dikuasai siswa dalam
rangka memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan. Materi Pembelajaran menempati
posisi yang sangat penting dari keseluruhan
kurikulum, yang harus dipersiapkan agar
pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai
sasaran materi yang dipilih untuk kegiatan
pembelajaran hendaknya materi yang benar-
benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
Ragam bahan ajar dapat berupa
media cetak, audio visual, audio, visual, dan
multi media. Bahan ajar media cetak berupa
lembar kerja siswa (LKS), handout, buku,
modul, brosur, leaflet, wallchart, dll. Bahan
ajar audio visual dapat berupa film, video,
dan VCD. Bahan ajar berbentuk audio berupa
kasset, radio, dan CD audio. Bahan ajar
visual dapat berupa foto, gambar, model,
maket, dan laboratorium. Dalam ilmu kimia
laboratorium mempunyai makna yang luas.
Lingkungan dan alam sekitar merupakan
laboratrium tanpa batas dalam ilmu kimia.
45
Bahan ajar multi media dapat berupa CD
Interaktif, computer based learning, internet.
Dalam penyusunan bahan ajar
diperlukan sumber -sumber bahan ajar yang
sering dikenal dengan sumber belajar.
Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
buku, laporan hasil penelitian, jurnal
(penerbitan hasil penelitian dan pemikiran
ilmiah), majalah ilmiah, kajian pakar bidang
studi, karya profesional,buku kurikulum,
terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan
bulanan, situs-situs Internet, multimedia (TV,
Video, VCD, kaset audio, dsb), lingkungan
(alam, sosial, seni budaya, teknik, industri,
ekonomi), dan narasumber.
Tidaklah tepat jika seorang guru
hanya bergantung pada satu jenis sumber
sebagai satu-satunya sumber belajar. Sumber
Belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai
sumber belajar tersebut seorang guru harus
melakukan analisis dan mengumpulkan
materi yang sesuai untuk dikembangkan
dalam bentuk bahan ajar. Kegiatan
pembelajaran bukanlah usaha
mengkhatamkan (menyelesaikan)
keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu
peserta didik mencapai kompetensi.
Sebaiknya guru menggunakan sumber belajar
maupun bahan ajar secara bervariasi. Salah
satu sumber belajar yang umum digunakan di
sekolah-sekolah adalah buku ajar atau sering
juga disebut buku teks.
1. Pengertian dan Peranan Buku Teks
Kimia
Bacon (dalam Tarigan, 1989:11)
menjelaskan bahwa buku teks adalah buku
yang dirancang untuk digunakan di kelas,
disusun secara cermat dan disiapkan oleh
para ahli dalam bidang yang bersangkutan
serta dilengkapi sarana dan prasarana
pengajaran yang sesuai dan serasi. Buku teks
merupakan buku standar dalam bidang
tertentu yang disusun oleh para ahli dalam
bidang tertentu dan tujuan instruksional dan
dilengkapi dengan sarana pengajaran yang
serasi dan mudah dipahami oleh para
pemakainya di sekolah atau di perguruan
tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu
program pengajaran (Tarigan, 1989:13).
Sejalan dengan itu, buku teks merupakan
materi pelajaran tertentu yang disusun oleh
para ahli dibidangnya dan sudah ditelaah
oleh ahli dibidang tersebut, sehingga isi dari
materi yang ada dalam buku teks dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya
(Wibowo, 2006).
Buku teks mempunyai peranan yang
penting dalam membantu siswa memahami
konsep tertentu selain mendapatkan
pengajaran di kelas. Wibowo (2006)
menuliskan beberapa peranan buku teks
dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain:
1)sebagai sumber belajar; 2) petunjuk
kegiatan; 3) pendorong motivasi siswa; 4)
penyedia pertanyaan-pertanyaan; 5)
penghubung materi pelajaran dengan
pengalaman kehidupan sehari-hari.
Buku teks berperan sebagai sebagai
revisi bagi siswa jika seorang siswa
mempunyai pertanyaan yang belum bisa
dijawab oleh siswa sendiri, maka siswa dapat
mencari jawabannya di dalam buku teks.
Pada dasarnya konsep-konsep sain diperoleh
melalui kegiatan observasi, pengamatan dan
eksperimen, karena itu buku teks sain perlu
diberi petunjuk kegiatan. Buku teks dapat
memberi motivasi bagi siswa jika penyajian
masalahnya menarik, disertai dengan
penjelasan yang konkrit dan dapat
membimbing siswa untuk bertanya serta
ingin tahu sehingga siswa terdorong untuk
mencari jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan
yang disajikan dalam buku teks dapat berupa
evaluasi untuk mengetahui apakah siswa
telah menguasai konsep dan materi atau
dengan tujuan untuk pengayaan. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut biasanya pada tiap akhir
pokok bahasan. Penyajian materi buku teks
diusahakan adanya keterkaitan materi
pelajaran yang ada dengan pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kesalahan Buku Teks Kimia
Kesalahan yang terjadi dalam
mempelajari ilmu kimia secara umum dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (1)
kesalahan yang terjadi secara acak tanpa
sumber tertentu (misalnya salah hitung atau
salah menuliskan rumus), (2) salah ingat atau
hafal, dan (3) kesalahan yang terjadi secara
terus menerus serta menunjukkan kesalahan
dengan sumber-sumber tertentu. Kesalahan
jenis ketiga inilah yang biasa disebut
kesalahan konsep (Berg, 1991). Kesalahan
konsep tersebut tidak hanya terjadi pada
siswa, tetapi memungkinkan terjadi juga pada
guru atau sumber belajarnya, yaitu buku teks
atau bahan ajar. Kesalahan atau kekurangan
dalam buku teks atau bahan ajar
kemungkinan dapat meyebabkan kesalahan
konsep pada siswa yang menggunakannya
(Wibowo, 2006).
Kesalahan konsep dalam kimia
adalah satu hal mendasar. Kesalahan konsep
46
yang terjadi dapat disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah interaksi siswa
dengan guru atau dengan buku-buku
pelajaran. Kesalahan konsep menurut Dahar
(1989), dapat timbul jika tidak ada
kemampuan mengkaitkan antara konsep satu
dengan konsep yang lain sehingga
mengakibatkan proporsi yang salah. Berg
(1991) mengemukakan bahwa terjadinya
kesalahan konsep dapat pula disebabkan oleh
gagasan-gagasan yang muncul dalam pikiran
seseorang.
Hasil dari proses pembelajaran di
kelas dengan apa yang diperoleh siswa
dengan membaca buku teks atau bahan ajar,
kemungkinan siswa akan memadukan konsep
yang diperoleh atau siswa tidak terpengaruh
dengan hasil pembelajaran di kelas. Menurut
Ibnu (1989:27) kemungkinan yang terjadi
akibat adanya konflik tersebut adalah (1)
tetap berpegang pada konsep lama dan
menolak sepenuhnya konsep baru yang
diperkenalkan (2) memahami konsep baru
secara tidak utuh, dikombinasikan dengan
aspek-aspek konsep yang lama atau
digunakan secara bergantian dalam situasi
yang dianggap cocok (3) mengadopsi secara
utuh konsep yang baru dan meninggalkan
konsep yang lama.
Kesalahan konsep dalam belajar
kimia akan mengakibatkan lemahnya
penguasaan terhadap materi secara utuh.
Kesalahan pada konsep dasar akan
mengakibatkan kesulitan dalam penguasaan
konsep selanjutnya, mengingat urutan materi
dalam pelajaran kimia tersusun secara
hirarkis dan berjenjang, konsep satu menjadi
dasar konsep yang lain. Jika sumber belajar
(dalam hal ini buku teks) terdapat kesalahan
konsep maka dimungkinkan siswa atau guru
akan mengalami kesalahan konsep.
Buku teks kimia merupakan buku
pelajaran dalam bidang kimia yang
disesuaikan dengan kurikulum, yang disusun
oleh ahli dalam bidang kimia. Penulis buku
sering memberikan penjelasan yang kurang
tepat atau kurang memadai. Kesalahan-
kesalahan dalam buku teks kimia kebanyakan
adalah kesalahan-kesalahan yang sangat
mendasar. Seringkali hal ini disebabkan oleh
adanya penyederhanaan dalam penjelasan
yang diberikan oleh penulis buku atau
referensi penulis buku yang sudah terlalu
lama dan tidak sesuai lagi dengan
perkembangan ilmu pada masa sekarang.
Wibowo (2006) menyatakan
kebanyakan buku teks di Indonesia memiliki
kelemahan yaitu kurang atau tidak adanya
pereview buku teks dari segi isi dan materi.
Dari kelemahan tersebut kemungkinan terjadi
kesalahan-kesalahan dalam contoh-contoh
dan penjelasan yang diberikan dalam buku-
buku kimia, dan ini memerlukan analisis
yang lebih jauh. Misalnya dalam buku kimia
SMA yang ditulis Retnowati (2004), yang
memberikan contoh dan penjelasan ikatan
kovalen nonpolar sebagai berikut: Molekul
CH4 dan CO2 meskipun atom-atomnya tidak
sejenis akan tetapi pasangan elektron tampak
tersebar secara simetris antara atom-atom
penyusun senyawa, sehingga pasangan
elektron tertarik sama kuat ke semua atom.
Pernyataan ini dalah tidak tepat karena ikatan
yang terjadi antara atom-atom dalam molekul
CH4 dan CO2 adalah ikatan kovalen polar,
karena harga keelektronegatifan dari atom-
atom penyusunnya adalah berbeda. Demikian
juga dalam buku kimia SMA yang ditulis
Purba (2004) yang memberikan contoh dan
penjelasan tentang kepolaran molekul sebagai
berikut: molekul H2O dan NH3 bersifat polar
karena ikatan O-H mapun N-H bersifat polar
dan bentuk molekul tidak simetris dan
molekul BeCl2 dan BCl3 bersifat nonpolar
karena molekulnya nonpolar (Wibowo,
2006). Pernyataan ini tidak tepat. Karena baik
molekul H2O maupun BeCl2 merupakan
molekul-molekul simetrik, relatif terhadap
unsur-unsur simetri tertentu (Effendy, 2005 :
16).
Beberapa buku kimia SMA kurang
memadai dalam menjelaskan materi ikatan
hidrogen. Ini dapat diketahui dari beberapa
buku yang menggolongkan ikatan hidrogen
termasuk dalam ikatan kimia. Menurut
Effendy (2006) Ikatan hidrogen merupakan
gaya dipol-dipol yang paling kuat. Ikatan
hidrogen mempunyai energi antara 4 sampai
45 kJ/mol, jauh lebih lemah dibandingkan
energi ikatan ionik atau ikatan kovalen yang
besarnya antara 400 sampai 500 kJ/mol.
Meskipun energi ikatan hidrogen adalah
lemah, akan tetapi ikatan ini sangat penting
untuk kehidupan organisme di dunia.
Seandainya antara molekul-molekul air tidak
terjadi ikatan hidrogen maka pada tekanan 1
atm air akan mendidih pada suhu sekitar -
100o
C sehingga tidak akan memungkinkan
untuk terjadinya kehidupan organisme di
bumi. Tanpa adanya ikatan hidrogen manusia
tidak akan dapat membuat minuman, apalagi
es krim. Jadi ikatan hidrogen itu merupakan
salah satu nikmat besar dari sang maha
pencipta yang wajib kita syukuri (Effendy,
2006).
47
SIMPULAN
` Penjelasan yang tidak tepat atau
kurang memadai dalam buku atau bahan ajar
kimia kimia SMA dapat menyebabkan
kesalahan konsep pada guru dan siswa yang
menggunakannya. Untuk itu diperlukan buku
ajar yang mengandung konsep kimia secara
benar.
DAFTAR PUSTAKA
Berg, V.D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan
Remidiasi. Sebuah Pengantar
Berdasarkan Lokakarya di
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga 7 – 10 Agustus 1990.
Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar.
Jakarta: P2LPTK.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006.
Pedoman Pengembangan Materi
Pembelajaran. Jakarta
Effendy. 2000. Sintesis dan Struktur
Senyawa-Senyawa Kompleks dari
Logam-logam Alkali dan Alkali
Tanah Serta Implikasinya pada
Pengajaran Kimia. Makalah
Seminar Nasional Riset dan
Pembelajaran Kimia di Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang
Effendy. 2002. Upaya Untuk Mengatasi
Kesalahan Konsep Dalam
Pengajaran Dengan Menggunakan
Strategi Konflik Kognitif. Media
Komunikasi Kimia, 2(6): 1-19.
Effendy. 2005. Simetri dan Kelompok Titik.
Bahan Kuliah Ikatan Kimia. Tidak
Diterbitkan. Jurusan Kimia FMIPA.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Effendy. 2006. Teori VSEPR, Kepolaran, dan
Gaya Antarmolekul Edisi 2.
Malang: Bayumedia.
Gilbert, J.K. & Watts, D.M. 1983. “Concepts,
Misconceptions and Alternative
Conceptions: Changing Perspectives
in Science Education”. Studies in
Science Education, 10: 61-98.
Ibnu, S. 1989. Kesalahan Atas Konsep-
Konsep IPA Karena Ketidaktepatan
Pendekatan yang Digunakan.
Kumpulan Makalah. Malang.
Middlecamp, C. & Kean, E. 1985. Panduan
Belajar Kimia Dasar. Jakarta:
Gramedia.
Pikoli, M. 2003. Kajian Kesalahan Konsep
dalam Materi Ikatan Kovalen
Mahasiswa Program Studi
pendidikan Kimia FKIP Universitas
Haluoleo. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Purba, M. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas X.
Jakarta: Erlangga.
Retnowati, P. 2004. Kimia SMA Untuk Kelas
X. Jakarta: Erlangga.
Sastrawijaya, T. 1998. Proses Belajar
Mengajar Kimia. Jakarta:
Depdikbud.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme
Dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Suprawoto, N.A. 2009. Mengembangkan
Bahan Ajar dengan Menyusun
Modul. Makalah
Tarigan, H.G. & Tarigan, D. 1986. Telaah
Buku Teks Bahasa Indonesia.
Bandung: Angkasa Bandung.
Wertsch, J.V. 1985. Vygotsky and the Social
Formation of Mind. Cambridge
Mass: Havard University Press.
Wibowo, A.M. 2006. Analisis Kesalahan
Konsep Materi Ikatan Kimia pada
Buku Kimia SMA dan perbaikannya
dengan menggunakan bahan ajar.
Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Wiseman, F.L. 1981. “The Teaching of
College Chemistry: Role of Student
Development Level”. Journal of
Chemical Education, 58(6) : 484-
488.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Aplikasi teori-belajar
Aplikasi teori-belajarAplikasi teori-belajar
Aplikasi teori-belajar
awalp awalp
 
Teori behaviorisme
Teori behaviorismeTeori behaviorisme
Teori behaviorisme
AHMAD TAHA
 
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
Ahmad Adnan
 
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKAPENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
Hikmawati Suhardi
 

La actualidad más candente (17)

Teori Belajar Bruner
Teori Belajar BrunerTeori Belajar Bruner
Teori Belajar Bruner
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
 
Aplikasi teori-belajar
Aplikasi teori-belajarAplikasi teori-belajar
Aplikasi teori-belajar
 
Pragmatisme
PragmatismePragmatisme
Pragmatisme
 
Teori behaviorisme
Teori behaviorismeTeori behaviorisme
Teori behaviorisme
 
Filsafat olahraga, filsafat timur dan pragmatisme
Filsafat olahraga, filsafat timur dan pragmatismeFilsafat olahraga, filsafat timur dan pragmatisme
Filsafat olahraga, filsafat timur dan pragmatisme
 
TEORI BELAJAR
TEORI BELAJARTEORI BELAJAR
TEORI BELAJAR
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Ppt brunner revisi
Ppt brunner revisiPpt brunner revisi
Ppt brunner revisi
 
Filsafat pragmatisme dalam pendidikan
Filsafat pragmatisme dalam pendidikanFilsafat pragmatisme dalam pendidikan
Filsafat pragmatisme dalam pendidikan
 
Teori sibernetik dalam pembelajaran
Teori sibernetik dalam pembelajaranTeori sibernetik dalam pembelajaran
Teori sibernetik dalam pembelajaran
 
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
 
Ppt teori j.bruner
Ppt teori j.brunerPpt teori j.bruner
Ppt teori j.bruner
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKAPENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
 
Konstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiahKonstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiah
 

Similar a 1042 2013-1-pb

Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaranSusiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Fheby Chem'
 
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Yoshiie Srinita
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
Cikgu Zatiah
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
Yanbin Lim
 
Tugas 2 SBMM Kelompok 4.pptx
Tugas 2 SBMM Kelompok 4.pptxTugas 2 SBMM Kelompok 4.pptx
Tugas 2 SBMM Kelompok 4.pptx
ArofiNafsak
 
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptxPPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
MARSIH4
 
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptxTEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
elva675670
 
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Dedi Yulianto
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
Ballakzx
 

Similar a 1042 2013-1-pb (20)

Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaranSusiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
Susiwi 26). handout-pendekatan_pembelajaran
 
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
 
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Makalah belajar pembelajaran
Makalah belajar pembelajaranMakalah belajar pembelajaran
Makalah belajar pembelajaran
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
 
Model pembelajaran quantum
Model pembelajaran quantumModel pembelajaran quantum
Model pembelajaran quantum
 
1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasi1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasi
 
Tugas 2 SBMM Kelompok 4.pptx
Tugas 2 SBMM Kelompok 4.pptxTugas 2 SBMM Kelompok 4.pptx
Tugas 2 SBMM Kelompok 4.pptx
 
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptxPPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
PPT_TEORI KURIKULUM_MARSIH_NIRWANTO.pptx
 
HAKIKAT ILMU KIMIA
HAKIKAT ILMU KIMIAHAKIKAT ILMU KIMIA
HAKIKAT ILMU KIMIA
 
2. Trends Penelitian.ppt
2. Trends Penelitian.ppt2. Trends Penelitian.ppt
2. Trends Penelitian.ppt
 
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptxTEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
 
Teori kognitif
Teori kognitif  Teori kognitif
Teori kognitif
 
Prinsip
PrinsipPrinsip
Prinsip
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Teori kognitif
Teori kognitifTeori kognitif
Teori kognitif
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
 
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 

1042 2013-1-pb

  • 1. 42 Perlunya Konsep Kimia Secara Benar Pada Buku Ajar Kimia SMA (The Important of Right Concept in Chemistry Text Book at SMA) Sri Winarni Dosen Program Studi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email: winpmk_79@yahoo.com Abstract Text book of chemistry is one of the most common learning sources that used at SMA. In reality, there is still some text book of chemistry at SMA which imprecise the explanation. This is one matter that causes students’ misconception in chemistry concept. For that, it is a need of chemistry text book that gives right explanation towards chemistry concept. Key words: Right concept, chemistry, learning sources PENDAHULUAN Ilmu kimia hampir selalu berkembang. Perkembangan ilmu kimia sejalan dengan fenomena alam, kemajuan teknologi, dan perkembangan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan kimia. Hal ini dapat dilihat dari teori atom yang terus mengalami perkembangan dari teori atom democritus sampai yang terakhir teori atom berdasarkan mekanika kuantum. Selain itu, bisa dilihat juga perkembangan ilmu kimia dari artikel jurnal atau publikasi lain yang hampir setiap saat terbit. Artikel atau dalam bentuk publikasi lain ini ada yag bersifat lokal, nasional, maupun international. Perkembangan ilmu kimia juga dapat dilihat dari jumlah senyawa kompleks yang berhasil disintesis. Tidak kurang dari 10000 senyawa kompleks baru yang berhasil disintesis setiap tahun (Effendy, 2000). Termasuk senyawa kompleks dari logam- logam alkali dan alkali tanah. Dengan ini, anggapan bahwa senyawa kompleks hanya dapat dibentuk dengan logam-logam transisi sebagai atom atau ion pusat perlu direvisi. *Sri Winarni adalah dosen Jurusan Pendidikan Kimia FKIP Universitas Syiah Ku Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa kajian terhadap ilmu kimia selalu diperlukan. Kajian terhadap buku ajar kimia merupakan salah satu kajian ilmu kimia dalam dunia pendidikan. Kajian buku ajar biasanya dilakukan guru, dosen, dan mahasiswa. Ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan konsep yang terdapat dalam buku ajar kimia. PEMBAHASAN A. Pentingnya Pemahaman Konsep Kimia Secara Tepat Dalam mempelajari ilmu kimia, siswa banyak dikenalkan dengan konsep- konsep yang abstrak (Wiseman, 1981), maka untuk pengungkapan konsep yang abstrak tersebut guru atau dalam buku teks memberikan gambaran atau definisi yang mewakili konsep tersebut. Menurut Ibnu (1989) kadangkala siswa mengidentikkan antara konsep sebenarnya dengan obyek yang dijadikan sebagai gambaran konsep tersebut. Hal ini akan menyulitkan siswa dalam memahami konsep atau bahkan berimplikasi pada salah satu konsep. Di samping abstrak, konsep dalam ilmu kimia dapat memiliki arti lebih dari satu arti dan setiap konsep tidak dapat berdiri sendiri seperti pada contoh karakteristik konsep kimia. Fenomena ini menunjukkan pentingnya pemahaman konsep yang benar dalam mempelajari konsep- konsep dalam ilmu kimia. Pemahaman konsep yang benar merupakan landasan yang memungkinkan terbentuknya pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep lain yang berhubungan atau konsep yang lebih kompleks, fakta, hukum, prinsip dan teori- teori dalam ilmu kimia. Terlebih lagi jika diingat bahwa salah satu karakteristik dari konsep ilmu kimia adalah adanya saling keterkaitan dan berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks (Middlecamp dan Kean, 1989:8; Sastrawijaya, 1988:103). Pemahaman suatu konsep yang tidak benar memungkinkan terbentuknya konsep-konsep lain yang berkaitan tidak benar pula.
  • 2. 43 Menurut Dahar (1989:79), untuk dapat memecahkan masalah seseorang harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep yang diperolehnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep merupakan batu pembangun berfikir, sehingga pemahaman konsep yang benar menjadi sangat penting untuk dimiliki. Pemahaman konsep yang benar merupakan landasan dalam memahami fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori dalam ilmu kimia secara benar. Selain itu, pemahaman konsep secara benar akan menghasilkan penerapan konsep yang benar sebagai landasan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan iptek yang sangat cepat perkembangannya. B. Teori Tentang Pemerolehan Konsep Kimia Pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) pribadi yang sedang menekuninya (Graserfield dalam Suparno, 1997). Pengetahuan merupakan bentukan dari seseorang yang sedang menekuninya, bukan sesuatu yang sudah jadi tetapi harus dibentuk dalam pikiran. Proses pembentukan akan terus berjalan setiap kali terjadi reorganisasi karena adanya pemahaman baru. Konsep-konsep yang diperoleh oleh siswa untuk dibangun dalam otaknya merupakan suatu pengetahuan yang dibangun dengan mengikuti pola-pola aturan tertentu. Hal tersebut berkaitan dengan pola-pola pemerolehan konsep yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli diantaranya oleh Bruner, Auseble, Osborne, Wittrock dan Piaget. 1. Pemerolehan Konsep Berdasarkan Teori Bruner Pemerolehan konsep menurut Bruner, menekankan belajar dengan cara penemuan. Pendekatan Bruner tentang belajar penemuan didasarkan pada dua asumsi. Asumsi yang pertama, pemerolehan pengetahuan merupakan suatu proses interakstif dimana individu yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya, tetapi juga pada diri individu itu. Asumsi yang kedua, individu membangun pengetahuannya dengan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya (Dahar, 1989:119). Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan kategorisasi. Bruner beranggapan, bahwa semua interaki-interaksi kita dengan alam melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan bagi pemungsian manusia. Ringkasnya, bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding). Bruner (dalam Dahar, 1989:122) mengemukakan bahwa belajar konsep sebagai proses kognitif melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan meliputi : (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi, (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar dengan partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip- prinsip agar mereka memperoleh pengalaman, melakukan eksperimen- eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna yang dikenal sebagai belajar penemuan. Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, meghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan atau lama dapat diingat atau lebih mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengathuan yang dipelajari dengan cara yang lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya. Dengan lain perkataan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi yang baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
  • 3. 44 2. Pemerolehan Konsep Berdasarkan Teori Ausubel Pemerolehan konsep menurut Ausubel, menekankan pada belajar bermakna yang merupakan suatu proses belajar dimana informasi dikaitkan pada konsep-konsep relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. Konsep yang telah ada dapat berfungsi sebagai pengatur awal untuk menghubungkan dan membantu memahami konsep baru yang diterimanya. Struktur kognitif yang dimiliki siswa dapat berupa bangunan konsep yang saling berkaitan satu sama lain dan dapat pula berupa sekumpulan konsep yang berdiri sendiri. Jenis struktur kognitif ini berhubungan dengan ciri ilmu yang dipelajari serta sumber proses belajar yang diterapkan dalam mempelajari suatu ilmu. Proses pembentukan struktur kognitif yang diharapkan adalah menghasilkan prinsip belajar bermakna. Menurut Ausubel, belajar dapat dikategorikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkannya informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada (Dahar, 1988:134). Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisaasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept asimilation) (Dahar, 1989:134). Pembentukan konsep merupakan merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum dan setelah anak-anak masuk sekolah yang melibatkan proses-proses psikologis seperti analisis diskriminasi, abstraksi, diferensiasi, pembentukan hipotesis dan pengujian, dan generalisasi. Asimilasi konsep merupakan cara untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah yang diawali dengan penyajian tentang definisi formal dari konsep-konsep itu. 3. Pemerolehan Konsep Menurut Osborne Menurut Osborne dan Wittrock pemerolehan konsep juga disebut sebagai hasil belajar generatif, yang merupakan pengembangan dari model belajar bermakna (Pikoli, 2003). Ciri utama belajar generatif adalah orang akan cenderung belajar membentuk persepsi dan arti yang konsisten dengan hasil belajar awalnya. Dalam hal ini siswa tidak mengalami pembelajaran di kelas dengan pikiran kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan, dan kemungkinan siswa sudah mendapatkan pengetahuan dari kehidupan sehari-hari atau membaca buku teks atau buku panduan. C. Bahan Ajar Sebelum mengkaji suatu bahan ajar diperlukan pengertian dari bahan ajar. Suprawoto (2009) memberikan definisi bahan ajar sebagai berikut: 1) segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis atau bahan tidak tertulis, 2) merupakan informasi, alat dan/atau teks yang diperlukan oleh guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran, 3) seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa bahan ajar merupakan materi ajar baik tertulis maupun tidak tertulis yang disusun secara sistematis untuk terciptanya suatu pembelajaran. Dalam ilmu kimia materi ajar yang tersusun secara sistematis disebut dengan bahan ajar kimia. Departemen Pendidikan Nasional (2006) memberikan definisi Materi Ajar (instructional materials) sebagai bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi Pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran materi yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar- benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ragam bahan ajar dapat berupa media cetak, audio visual, audio, visual, dan multi media. Bahan ajar media cetak berupa lembar kerja siswa (LKS), handout, buku, modul, brosur, leaflet, wallchart, dll. Bahan ajar audio visual dapat berupa film, video, dan VCD. Bahan ajar berbentuk audio berupa kasset, radio, dan CD audio. Bahan ajar visual dapat berupa foto, gambar, model, maket, dan laboratorium. Dalam ilmu kimia laboratorium mempunyai makna yang luas. Lingkungan dan alam sekitar merupakan laboratrium tanpa batas dalam ilmu kimia.
  • 4. 45 Bahan ajar multi media dapat berupa CD Interaktif, computer based learning, internet. Dalam penyusunan bahan ajar diperlukan sumber -sumber bahan ajar yang sering dikenal dengan sumber belajar. Beberapa jenis sumber belajar antara lain: buku, laporan hasil penelitian, jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah), majalah ilmiah, kajian pakar bidang studi, karya profesional,buku kurikulum, terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan, situs-situs Internet, multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb), lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi), dan narasumber. Tidaklah tepat jika seorang guru hanya bergantung pada satu jenis sumber sebagai satu-satunya sumber belajar. Sumber Belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan dalam bentuk bahan ajar. Kegiatan pembelajaran bukanlah usaha mengkhatamkan (menyelesaikan) keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi. Sebaiknya guru menggunakan sumber belajar maupun bahan ajar secara bervariasi. Salah satu sumber belajar yang umum digunakan di sekolah-sekolah adalah buku ajar atau sering juga disebut buku teks. 1. Pengertian dan Peranan Buku Teks Kimia Bacon (dalam Tarigan, 1989:11) menjelaskan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang untuk digunakan di kelas, disusun secara cermat dan disiapkan oleh para ahli dalam bidang yang bersangkutan serta dilengkapi sarana dan prasarana pengajaran yang sesuai dan serasi. Buku teks merupakan buku standar dalam bidang tertentu yang disusun oleh para ahli dalam bidang tertentu dan tujuan instruksional dan dilengkapi dengan sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah atau di perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran (Tarigan, 1989:13). Sejalan dengan itu, buku teks merupakan materi pelajaran tertentu yang disusun oleh para ahli dibidangnya dan sudah ditelaah oleh ahli dibidang tersebut, sehingga isi dari materi yang ada dalam buku teks dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Wibowo, 2006). Buku teks mempunyai peranan yang penting dalam membantu siswa memahami konsep tertentu selain mendapatkan pengajaran di kelas. Wibowo (2006) menuliskan beberapa peranan buku teks dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain: 1)sebagai sumber belajar; 2) petunjuk kegiatan; 3) pendorong motivasi siswa; 4) penyedia pertanyaan-pertanyaan; 5) penghubung materi pelajaran dengan pengalaman kehidupan sehari-hari. Buku teks berperan sebagai sebagai revisi bagi siswa jika seorang siswa mempunyai pertanyaan yang belum bisa dijawab oleh siswa sendiri, maka siswa dapat mencari jawabannya di dalam buku teks. Pada dasarnya konsep-konsep sain diperoleh melalui kegiatan observasi, pengamatan dan eksperimen, karena itu buku teks sain perlu diberi petunjuk kegiatan. Buku teks dapat memberi motivasi bagi siswa jika penyajian masalahnya menarik, disertai dengan penjelasan yang konkrit dan dapat membimbing siswa untuk bertanya serta ingin tahu sehingga siswa terdorong untuk mencari jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam buku teks dapat berupa evaluasi untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai konsep dan materi atau dengan tujuan untuk pengayaan. Pertanyaan- pertanyaan tersebut biasanya pada tiap akhir pokok bahasan. Penyajian materi buku teks diusahakan adanya keterkaitan materi pelajaran yang ada dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kesalahan Buku Teks Kimia Kesalahan yang terjadi dalam mempelajari ilmu kimia secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (1) kesalahan yang terjadi secara acak tanpa sumber tertentu (misalnya salah hitung atau salah menuliskan rumus), (2) salah ingat atau hafal, dan (3) kesalahan yang terjadi secara terus menerus serta menunjukkan kesalahan dengan sumber-sumber tertentu. Kesalahan jenis ketiga inilah yang biasa disebut kesalahan konsep (Berg, 1991). Kesalahan konsep tersebut tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi memungkinkan terjadi juga pada guru atau sumber belajarnya, yaitu buku teks atau bahan ajar. Kesalahan atau kekurangan dalam buku teks atau bahan ajar kemungkinan dapat meyebabkan kesalahan konsep pada siswa yang menggunakannya (Wibowo, 2006). Kesalahan konsep dalam kimia adalah satu hal mendasar. Kesalahan konsep
  • 5. 46 yang terjadi dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah interaksi siswa dengan guru atau dengan buku-buku pelajaran. Kesalahan konsep menurut Dahar (1989), dapat timbul jika tidak ada kemampuan mengkaitkan antara konsep satu dengan konsep yang lain sehingga mengakibatkan proporsi yang salah. Berg (1991) mengemukakan bahwa terjadinya kesalahan konsep dapat pula disebabkan oleh gagasan-gagasan yang muncul dalam pikiran seseorang. Hasil dari proses pembelajaran di kelas dengan apa yang diperoleh siswa dengan membaca buku teks atau bahan ajar, kemungkinan siswa akan memadukan konsep yang diperoleh atau siswa tidak terpengaruh dengan hasil pembelajaran di kelas. Menurut Ibnu (1989:27) kemungkinan yang terjadi akibat adanya konflik tersebut adalah (1) tetap berpegang pada konsep lama dan menolak sepenuhnya konsep baru yang diperkenalkan (2) memahami konsep baru secara tidak utuh, dikombinasikan dengan aspek-aspek konsep yang lama atau digunakan secara bergantian dalam situasi yang dianggap cocok (3) mengadopsi secara utuh konsep yang baru dan meninggalkan konsep yang lama. Kesalahan konsep dalam belajar kimia akan mengakibatkan lemahnya penguasaan terhadap materi secara utuh. Kesalahan pada konsep dasar akan mengakibatkan kesulitan dalam penguasaan konsep selanjutnya, mengingat urutan materi dalam pelajaran kimia tersusun secara hirarkis dan berjenjang, konsep satu menjadi dasar konsep yang lain. Jika sumber belajar (dalam hal ini buku teks) terdapat kesalahan konsep maka dimungkinkan siswa atau guru akan mengalami kesalahan konsep. Buku teks kimia merupakan buku pelajaran dalam bidang kimia yang disesuaikan dengan kurikulum, yang disusun oleh ahli dalam bidang kimia. Penulis buku sering memberikan penjelasan yang kurang tepat atau kurang memadai. Kesalahan- kesalahan dalam buku teks kimia kebanyakan adalah kesalahan-kesalahan yang sangat mendasar. Seringkali hal ini disebabkan oleh adanya penyederhanaan dalam penjelasan yang diberikan oleh penulis buku atau referensi penulis buku yang sudah terlalu lama dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pada masa sekarang. Wibowo (2006) menyatakan kebanyakan buku teks di Indonesia memiliki kelemahan yaitu kurang atau tidak adanya pereview buku teks dari segi isi dan materi. Dari kelemahan tersebut kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan dalam contoh-contoh dan penjelasan yang diberikan dalam buku- buku kimia, dan ini memerlukan analisis yang lebih jauh. Misalnya dalam buku kimia SMA yang ditulis Retnowati (2004), yang memberikan contoh dan penjelasan ikatan kovalen nonpolar sebagai berikut: Molekul CH4 dan CO2 meskipun atom-atomnya tidak sejenis akan tetapi pasangan elektron tampak tersebar secara simetris antara atom-atom penyusun senyawa, sehingga pasangan elektron tertarik sama kuat ke semua atom. Pernyataan ini dalah tidak tepat karena ikatan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul CH4 dan CO2 adalah ikatan kovalen polar, karena harga keelektronegatifan dari atom- atom penyusunnya adalah berbeda. Demikian juga dalam buku kimia SMA yang ditulis Purba (2004) yang memberikan contoh dan penjelasan tentang kepolaran molekul sebagai berikut: molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O-H mapun N-H bersifat polar dan bentuk molekul tidak simetris dan molekul BeCl2 dan BCl3 bersifat nonpolar karena molekulnya nonpolar (Wibowo, 2006). Pernyataan ini tidak tepat. Karena baik molekul H2O maupun BeCl2 merupakan molekul-molekul simetrik, relatif terhadap unsur-unsur simetri tertentu (Effendy, 2005 : 16). Beberapa buku kimia SMA kurang memadai dalam menjelaskan materi ikatan hidrogen. Ini dapat diketahui dari beberapa buku yang menggolongkan ikatan hidrogen termasuk dalam ikatan kimia. Menurut Effendy (2006) Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol-dipol yang paling kuat. Ikatan hidrogen mempunyai energi antara 4 sampai 45 kJ/mol, jauh lebih lemah dibandingkan energi ikatan ionik atau ikatan kovalen yang besarnya antara 400 sampai 500 kJ/mol. Meskipun energi ikatan hidrogen adalah lemah, akan tetapi ikatan ini sangat penting untuk kehidupan organisme di dunia. Seandainya antara molekul-molekul air tidak terjadi ikatan hidrogen maka pada tekanan 1 atm air akan mendidih pada suhu sekitar - 100o C sehingga tidak akan memungkinkan untuk terjadinya kehidupan organisme di bumi. Tanpa adanya ikatan hidrogen manusia tidak akan dapat membuat minuman, apalagi es krim. Jadi ikatan hidrogen itu merupakan salah satu nikmat besar dari sang maha pencipta yang wajib kita syukuri (Effendy, 2006).
  • 6. 47 SIMPULAN ` Penjelasan yang tidak tepat atau kurang memadai dalam buku atau bahan ajar kimia kimia SMA dapat menyebabkan kesalahan konsep pada guru dan siswa yang menggunakannya. Untuk itu diperlukan buku ajar yang mengandung konsep kimia secara benar. DAFTAR PUSTAKA Berg, V.D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Sebuah Pengantar Berdasarkan Lokakarya di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 7 – 10 Agustus 1990. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta Effendy. 2000. Sintesis dan Struktur Senyawa-Senyawa Kompleks dari Logam-logam Alkali dan Alkali Tanah Serta Implikasinya pada Pengajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional Riset dan Pembelajaran Kimia di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Effendy. 2002. Upaya Untuk Mengatasi Kesalahan Konsep Dalam Pengajaran Dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif. Media Komunikasi Kimia, 2(6): 1-19. Effendy. 2005. Simetri dan Kelompok Titik. Bahan Kuliah Ikatan Kimia. Tidak Diterbitkan. Jurusan Kimia FMIPA. Malang: Universitas Negeri Malang. Effendy. 2006. Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul Edisi 2. Malang: Bayumedia. Gilbert, J.K. & Watts, D.M. 1983. “Concepts, Misconceptions and Alternative Conceptions: Changing Perspectives in Science Education”. Studies in Science Education, 10: 61-98. Ibnu, S. 1989. Kesalahan Atas Konsep- Konsep IPA Karena Ketidaktepatan Pendekatan yang Digunakan. Kumpulan Makalah. Malang. Middlecamp, C. & Kean, E. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia. Pikoli, M. 2003. Kajian Kesalahan Konsep dalam Materi Ikatan Kovalen Mahasiswa Program Studi pendidikan Kimia FKIP Universitas Haluoleo. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Purba, M. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Retnowati, P. 2004. Kimia SMA Untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga. Sastrawijaya, T. 1998. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suprawoto, N.A. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. Makalah Tarigan, H.G. & Tarigan, D. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung. Wertsch, J.V. 1985. Vygotsky and the Social Formation of Mind. Cambridge Mass: Havard University Press. Wibowo, A.M. 2006. Analisis Kesalahan Konsep Materi Ikatan Kimia pada Buku Kimia SMA dan perbaikannya dengan menggunakan bahan ajar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Wiseman, F.L. 1981. “The Teaching of College Chemistry: Role of Student Development Level”. Journal of Chemical Education, 58(6) : 484- 488.