SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 31
Descargar para leer sin conexión
LAPORAN PRAKTIKUM FHA




               Disusun oleh :
      Heri Abrianto          230210110050
      Dyah Retno             230210110055
      Cholik Kholidin        230210110058




    PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

      UNIVERSITAS PADJADJARAN
              JATINANGOR



                      2012
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap
Membuka dan Menutup Operculum Ikan Mas.”

       Laporan Praktikum ini berisi tentang informasi klasifikasi ikan, morfologi ikan dan
pengaruh suhu terhadap operculum ikan.

       Kami menyadari bahwa lapran praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami ha rapkan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.

       Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

                                                                 Bandung, 15 Oktober 2012




                                                                                  Penyusun




                                                                                          1
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................                  i
DAFTAR ISI ...................................................................................................       1
BAB I PENDAHULUAN
          1.1     LATAR BELAKANG ...............................................................                     2
          1.2     TUJUAN PRAKTIKUM ...........................................................                       3
          1.3     MANFAAT ................................................................................           3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
          2.1 IKAN ..............................................................................................    4
                2.1.1 KLASIFIKASI ......................................................................            4
                2.1.2 MORFOLOGI .......................................................................             5
          2.2 SISTEM PERNAFASAN ..............................................................                      9
          2.3 SUHU .............................................................................................    13
BAB III BAHAN DAN METODE
            2.1 WAKTU DAN TEMPAT .............................................................                      20
            2.2 ALAT DAN BAHAN .................................................................                    20
            2.3 PROSEDUR KERJA ..................................................................                   21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
            4.1 HASIL PENGAMATAN ............................................................                       25
            4.2 PEMBAHASAN .........................................................................                27
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
            5.1 SIMPULAN .................................................................................          28
            5.2 SARAN ........................................................................................      28
DAFTAR ACUAN ..........................................................................................             29




                                                                                                                         2
BAB I

                                      PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang

       Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Fisiologi ikan mencakup proses
osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan,
organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi.

       Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O 2
berdifusi masuk dan CO 2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup
insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum.

       Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai
alat ekskresi garam- garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O 2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O 2 .

   Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase
inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian O 2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa
ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO 2 yang dibawa oleh
darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.


                                                                                               3
1.2 Tujuan Praktikum
       Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu panas dan
suhu dingin media air terhadap membuka & menutup operculum benih ikan mas yang secara
tidak langsung ingin mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.


1.3 Manfaat
       Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui dan memahami tingkah laku
ikan dan laju pernafasan ikan pada saat terjadinya perubahan suhu panas dan suhu dingin.




                                                                                           4
BAB II
                                    TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan

Ikan, d idefinis ika n. secara umum sebaga i hewan ya ng hid up d i a ir, bertulang belakang,
poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat
sisi ( linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.

2.1.1 Klasifikasi ikan

Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) dikelompokkan ke dalam:

Kerajaan : Animalia

Filum      : Chordata

Kelas      : Actinopterygii

Ordo       : Cypriniformes

Famili     : Cyprinidae

Genus      : Cyprinus

Spesies    : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)

Secara umum, ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke
samping. Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, tipe mulut terminal, dapat
disembulkan, terdapat dua pasang sungut, dan tidak bergerigi. Sirip punggung (dorsal) ikan mas
memanjang dan berjari-jari keras, sedangkan di bagian akhir bergerigi. Begitu juga dengan sirip
dubur (anal) dan sirip ekor (caudal) berbentuk cagak. Tipe sisik pada ikan ini adalah lingkaran
(cycloid)yang terletak beraturan. Garis rusuk (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah
tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Lentera
2004). Ikan mas tergolong ikan air tawar, namun ikan mas terkadang dapat ditemukan di perairan
payau atau di muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-300 /00 .

                                                                                              5
2.1.2 Morfologi ikan

             Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut – turut adalah :

   1) Kepala (caput) : bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai nnbagian belakang operculum.

   2) Tubuh (truncus) : bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum nnsampai anus

   3) Ekor (cauda) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor




             BENTUK TUBUH

             Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian
anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang tubuh
seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan kemudahan ikan dalam
menembus air sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut biasanya dikatakan sebagai
bentuk tubuh ideal (fusiform). Penampang tubuh ideal tersebut ditunjukkan pada Ga mbar d i
bawah ini.

             Secara umum, bentuk tubuh ikan terbagi atas enam jenis yang terdir i dari :

      1. Datar (flat/depressed)


                                                                                                6
Contoh : pari (Dasyatis sp),

       ikan sebelah (Pseudopleuronectes americanus)
       2. Ideal (Fusiform, streamline)

       Contoh : hiu (Carcharinus leucas),

       salmon, barracuda, tuna

       3. Eel- like (elongated)

       Contoh : lele (Clarias bathracus),

       Lamprey

       4. Pipih (ke bawah = depressed dan ke samping = compressed) Contoh : angel fish,
          butterfly fire

       5. Bulat (rounded)

       Contoh : buntal

       6. Pita (ribbon)

       Contoh : layur




            LETAK MULUT (cavum oris)

            Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari
kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan foot habits). Perbedaan bentuk
dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi dan perbedaan bentuk gigi
pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan dalam :

                                                                                          7
1. Mulut termina l, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala

     2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala

     3. Mulut superior, yaitu posis i mulut berada di bagian agak atas ujung kepala

             ORGAN GERAK (SIRIP)

             Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak.
Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver d i da la m a ir ada lah s ir ip.
Sir ip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setia p
sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi.

             Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak
sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :

   1. Pinna dorsalis (dorsal fin)

       Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan
       ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak
       memutar.

   1. Pinna pectoralis (pectoral fin) Adalah sir ip yang terletak di posterior operculum
       atau pada pertengahan tinggi pada kedua sis i tubuh ikan. Fungs i sirip ini adalah
       untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).
   2. Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan
       berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga
       berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
   3. Pinna ana lis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah
       posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
   4. Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sir ip ikan yang berada di bagian posterior tubuh
       dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai
       pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.


                                                                                               8
5. Adipose finAdalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip
        ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.

              Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari- jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :

        1. Jari-jari sirip keras

              Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.

        2. Jari jari sirip lemah

              Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbukubuku.

        3. Jari jari sirip lemah mengeras

              Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.

              Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang
dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :

    1. Protocercal
        Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis
        terakhir mencapai ujung ekor.
    2. Diphycercal

        Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris dengan ruas
        vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.

    2 Heterocercal

        Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih
        pendek.




                                                                                                    9
3 Homocercal

        Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh jari-jari
        sirip ekor.

              GURAT SISI (linea lateralis)

              Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara
langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior
operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang- lubang yang
berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung
sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

              Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat
mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi
sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.

              Pada beberapa jenis ikan, termasuk golongan Characin, linea lateralis merupakan
satu garis panjang yang tidak terputus. Sedangkan pada kelompok ikan Cichlidae, linea lateralis
yang dimiliki merupakan garis panjang yang terputus menjadi dua dengan potongan kedua berada
di bagian bawah potongan pertama.

2.2 Sistem Pernafasan Ikan

Hewan Vertebrata telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara lain untuk mengangk ut
gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju sel-sel jaringan. Begitu pula
sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO2) dari sel sel jaringan ke tempat
pengeluarannya. Mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata beragam. Simaklah uraian di
bawah ini agar Anda lebih memahami mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata khususnya
ikan.




                                                                                             10
Sistem Pernapasan Ikan

Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis berwarna merah
muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian
dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk
dan CO2 berdifusi keluar.

Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum),
sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup
insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan
gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi
sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam- garam, penyaring
makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.

1) Sistem Pe rnapasan pada ikan bertulang sejati

Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Insang ikan mas tersimpan dalam rongga
insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Perhatikan Gambar 7.16. Insang ikan mas
terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi- rigi insang
yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran
insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda
karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di
tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.




                                                                                             11
Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari insang, O2
diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2
diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas.
Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang- ulang.

Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan
ekspirasi. Perhatikan Gambar 7.17.




                                                                                          12
a) Fase inspirasi ikan

Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh
mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup.
Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah
mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan gambar di
samping.


b) Fase ekspirasi ikan

Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan
semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang
                                                                                        13
dan menyentuh lembaran- lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan.
Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air.


Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah
untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2
yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan
keluar tubuh.

2.3 Suhu

1. Pengertian Suhu

Apa yang akan dirasakan oleh jarimu jika dimasukkan ke dalam air es? Ya, air es akan terasa
dingin. Dingin boleh dikatakan sebagai salah satu ukuran dari suhu suatu benda. Benda yang
dingin mempunyai suhu yang lebih rendah dari benda yang panas. Dari pernyataan ini suhu
dapat difenisikan sebagai derajat/tingkatan panas suatu benda atau kuantitas panas suatu benda.
Seperti dalam materi sebelumnya, suhu merupakan salah satu besaran pokok dengan satuan
derajat Kelvin.

2. Alat Ukur Suhu

Untuk menentukan panas atau tidaknya suatu benda, kita dapat menggunakan jari tangan kita,
tetapi tangan tidak dapat dipakai untuk menentukan tingkat panas suatu benda secara tetap.




                                                                                             14
Alat yang tepat untuk mengukur suhu benda adalah termometer.

Macam – macam termometer

A. Berdasarnya zat termometriknya, termometer dapat dibedakan menjadi :

1) Termometer zat padat.

Termometer zat padat menggunakan prinsip perubahan hambatan logam konduktor terhadapap
suhu sehingga sering juga disebut sebagai termometer hambatan. Biasanya termometer ini
menggunakan kawat platina halus yang dililitkan pad mika dan dimasukkan dalam tabung perak
tipis tahan panas.

Contoh: Termometer platina




2) Termometer zat cair.

Termometer zat cair dibuat berdasarkan perubahan volume. Zat cair yang digunakan biasanya
raksa atau alkohol. Contoh termometer Fahrenheit, Celcius, Reamur.




                                                                                        15
Alasan pemilihan raksa atau alkohol sebagai isi termometer adalah sebagai berikut:

    1. mudah dilihat karena raksa terlihat mengkilap sedangkan alkohol dapat diberi warna
        merah.
    2. daerah ukurannya sangat luas (raksa : – 390 C s/d 3370 C dan alkohol: -1140 C – 780 C)
    3. keduanya merupakan panghantar kalor yang baik
    4. keduanya mempunyai kalor jenis yang kecil.




3) Termometer gas

Termomter gas menggunakan prinsip pengaruh suhu terhadap tekanan. Bagan alat ini sama
seperti nanometer. Pipa U yang berisi raksa mula- mula permukaannya sama tinggi. Jika salah
satu ujungnya dihubungkan dengan ruangan yang bersisi gas bertekanan, maka akan terjadi
selisih tinggi.




                                                                                                16
Contoh: termometer gas pada volume gas tetap




B. Berdasarkan pembuatnya, antara lain:

1) termometer Celcius

2)termometer Fahrenheit

3) termometer Reamur

4)termometer Kelvin




                                               17
C. Berdasarkan penggunaanya, antara lain:

1) Termometer Laboratorium

Termometer yang biasanya digunakan untuk eksperimen di lab.




b. Termometer suhu badan / klinis

Termometer khusus untuk mengukur suhu badan manusia. Termometer ini biasanya digunakan
dalam bidang medis dan mempunyai batas skala 34-42 0 C.




4. Skala Termometer

A. Fahrenheit

Pada tahun 1714, seorang ilmuwan Jerman yang bernama Daniel George Fahrenheit membuat
termometer yang mula-mula diisi alkohol dan kemudian diganti dengan raksa. Sebagai titik tetap
pertama ia menggunakan campuran es dan garam dapur yang diberi angka 0 0 F (suhu terendah
yang ia ketahui) dan titik tetap kedua ia menggunakan tubuh manusia dan diberi angka 96 0 C.

Berdasarkan definisi modern, skala termometer Fahrenheit adalah skala dengan temperatur air
mendidih ditetapkan sebagai 212 derajat dan temperatur es melebur sebagai 32 derajat.




                                                                                               18
Pada jaman dulu termometer ini banyak digunakan di Eropa dan Amerika Serikat, tetapi pada
saat ini negara- negara di Eropa sudah banyak beralih ke termometer Celcius sedangkan Amerika
Serikat masih tetap menggunakannya.

B. Celcius

Sekitar 20 tahun setelah Fahrenheit membuat termometer, seorang profesor dari Swedia yang
bernama Ander Celsius juga membuat termometer. Termometer ini menggunakan titik tetap
bawah adalah suhu es sedang mencair sebagai 0 0 C dan titik tetap atas adalah suhu air sedang
mendidih sebagai 1000 C masing- masing pada tekanan standar. Skala antar kedua temperatur ini
dibagi dalam 100 derajat.

Termometer ini banyak digunakan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.




C. Kelvin

Pada dasarnya skala kelvin sama dengan skala celcius (seperseratus). Hanya saja skala kelvin
dimulai dari suhu nol mutlak (0 K) yang besarnya sama dengan -273,150 C. Sehingga untuk suhu
es mencair sama dengan 273,15 K dan air mendidih sama dengan 373,15 K.




                                                                                           19
Perbandingan antar skala thermometer




                                       20
BAB III
                                   BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat
           Praktikum Fisiologi Hewan Air dengan judul “Pengaruh Perubahan Suhu terhadap
Laju Gerakan Membuka dan Menutupnya Operculum Ikan Mas” dilakukan pada :
        Waktu    : Senin, 1 Oktober 2012 dan 8 Oktober 2012
        Tempat   : Laboratorium FHA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
                 Padjadjaran


3.2 Alat dan Bahan
           Di dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan berikut ini:
Alat
   1.      Beaker glass, sebagai tempat untuk pengamatan ikan mas




   2.      Hand counter, sebagai alat untuk menghitung membuka dan menutupnya operculum
         ikan mas




   3.      Stopwatch, sebagai alat untuk mengukur waktu pengamatan
   4.      Termometer, sebagai alat untuk mengukur suhu air dalam pengamatan


                                                                                           21
5.     2 buah Toples/ Wadah, sebagai tempat hidup ikan mas sebelum dan sesudah
        pengamatan




Bahan
   1.     Air bersih, digunakan sebagai media hidup ikan mas
   2.     Air panas, digunakan untuk menaikan suhu air dalam pengamatan
   3.     Es batu, digunakan untuk menurunkan suhu air dalam pengamatan
   4.     Lima ekor ikan mas, sebagai objek percobaan dalam pengamatan


3.3 Prosedur Kerja
          3.3.1 Prosedur Kerja untuk Suhu Panas
   Dalam percobaan ini langkah- langkah yang harus diperhatikan antara lain :


   1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua buah toples/

        wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.

   2. Ambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam

        salah satu toples/ wadah plastik yang telah diberi media air.

   3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya dengan

        termometer dan catat hasilnya.

                                                                                     22
4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :

       a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)

       b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar

       c. T3 = untuk suhu 6 ºC di atas suhu kamar

5. Masukan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya

   (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup operculum ikan

   tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch sebagai

   penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing–masing ikan. Data yang

   diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.

6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai ke

   lima ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik

   lain yang telah disediakan

7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan mengatur

   suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara

   menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat

   pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan

   selanjutnya sama seperti pada point 5.

8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur

   suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara

   menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat

   pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan

   selanjutnya sama seperti pada point 5.

9. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan :



                                                                                        23
3.3.2 Prosedur Kerja untuk Suhu Dingin
Dalam percobaan ini langkah- langkah yang harus diperhatikan antara lain :


    1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah plastik

       sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati

    2. Ambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam

       salah satu toples/ wadah plastik yang telah diberi media air.

    3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya dengan

       thermometer dan catat hasilnya.

    4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :

           a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)

           b. T2 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar

           c. T3 = untuk suhu 6 ºC di bawah suhu kamar

   5. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya

       (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup operculum ikan tersebut

       selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch sebagai penunjuk

       waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing –masing ikan. Data yang diperoleh

       dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.

   6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai

       ke sepuluh ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah

       plastik lain yang telah disediakan.

   7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan p erlakuan b dengan mengatur

       suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara

       menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan


                                                                                        24
saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan

   selanjutnya sama seperti pada point 5.

8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur

   suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara

   menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan

   pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada kisaran toleransi      ± 0,5 ºC.

   Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

9. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan.




                                                                                     25
BAB IV
                             HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengans uhukamar 26º C
      Ikan                             Ulangan                            Rata-Rata
                         1                2                 3
       1                89                72               62               74,33
       2               106                88               77               90,33
       3                99                95               108             100,67
       4               113               128               98                   113
       5               115               112               109                  112


Tabel 2. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhukamar 26º + 3º C
      Ikan                             Ulangan                            Rata-Rata
                         1                2                 3
       1               144               132               154             143,33
       2               139               131               133              13433
       3               148               146               108             141,33
       4               170               148               98              163,66
       5               193               178               109             182,33


Tabel 3. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhu
kamar 26º + 6º C
      Ikan                             Ulangan                            Rata-Rata
                         1                2                 3
       1               194               187               183                  188
       2               247               231               199             255,67
       3               220               211               220                  217
       4               223               163               171             185,67


                                                                                      26
5                187              219               245                 217




Tabel 4.Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdenga nsuhukamar 26º C


     Ikan                              Ulangan                             Rata-Rata
                         1                 2                 3
       1                111              110               103                 108
       2                145              130               121                 132
       3                87                82                85               84,67
       4                114              118               100              113,67
       5                105              102                89               98,67


Tabel 5. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengans uhukamar 26º C - 3ºC


     Ikan                              Ulangan                             Rata-Rata
                         1                 2                 3
       1                115               95                94              101,33
       2                77                82                89               82,67
       3                130               99                86                 105
       4                117              108               110              111,67
       5                118              128               115              120,33


Tabel 6. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengans uhukamar 26º C - 6ºC


     Ikan                              Ulangan                             Rata-Rata
                         1                 2                 3
       1                111              100               107                 106
       2                83                89               105               92,33
       3                96               124               100              106,67


                                                                                       27
4                 116                    115              80                103,67
        5                 118                    100             103                 107




4.2 PEMBAHASAN
        Dari praktikum yang telah dilaksanakan di dapat hasil pengamatan sesuai dengan data di
atas. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap membuka da n
menutupnya operculum.
        Praktikum pertama dilakukan dengan penambahan air panas untuk meningkatkan suhu
di dalam gelas uji. Suhu pertama yang digunakan adalah suhu kamar (belum ditambahkan air
panas) sebagai suhu normal.lalu penambahan suhu 3˚C dan 6˚C dilakukan untuk mengetahui
gerakan operculum ikan saat suhu lebih tinggi.
        Hasil pengamatan praktikum pertama menunjukan bahwa makin suhu meningkat maka
gerakan membuka menutupnya overculumpun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adaptasi
dengan suhu tinggi, ukuran ikan, umur ikan, dan tingkat stres yang dialami ikan ujicoba.
Adaptasi dengan suhu tinggi dilakukan dengan cara mempercepat lajur respirasinya.
        Sementara itu ukuran dan umur ikan mempengaruhi kerja organ pernapasannya. Bila
ukuran ikan lebbih besar maka akan gerakan membuka dan menutupnya operculum akan lebih
besar dibandingkan dengan ukuran ukan yang lebih kecil. Sementara itu umur ikan yang lebih
tua gerakan membuka dan menutupnya operculum akan lebih lambat dibandingkan yang lebih
muda.
        Pada praktikum kedua dilakuka kembali pengamatan terhadap membuka dan mutupnya
operculum ukan namun dengan suhu yang diturunkan baik 3˚C dan 6˚C. pada suhu yang lebih
rendah ikan cenderung lambat dalam gerakan overculum dibandingkan dengan suhu yang
dinaikan. Hal ini dikarenakan adaptasi ikan pada suhu rendah mengurangi lajur respirasinya.




                                                                                              28
BAB IV
                                KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
        Gerakan overculum ikan yang menunjukan laju respirasi ikan sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan. Pada suhu tinggi maka laju gerak membuka dan menutupnya operculum
meningkat. Dan pada suhu yang rendah gerakan operculumnya berkurang. Hal ini terjadi karena
respirasi ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan terutama suhu perairan.
        .
5.2 SARAN
        Masih banyaknya kesalahan dikarenakan oleh beberapa hal seperti ikan yang yang stress
hingga berenang ke segala arah membuat tidak terlihatnya gerakan operculum serta praktikan
yang kurang teliti sehingga terjadinya human eror pada data.
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih teliti dan sigap dalam melaksanakan
praktikum.




                                                                                          29
DAFTAR ACUAN

Anonim. 2010. Klasifikasi Ikan Mas. http://masperfish.wordpress.com/2010/07/17/ikan- mas/.
Diterbitkan pada tanggal 17 juli 2010

Anonim. 2009. Morfologi Ikan. http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/12/morfoligi- ikan/.
Diterbitkan pada tanggal 12 januari 2009

Anonim. 2011. Sistem Pernafasan Ikan (Pisces). http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-
pernapasan- ikan-pisces.html#.UHgLc4HXqnA. Diterbitkan pada tanggal 8 agustus 2011

Kristanta Aris. 2008. Suhu dan Pengukurannya. http://arifkristanta.wordpress.com/belajar-
online/suhu-dan-pengukurannya/. Diterbitkan pada tanggal 21 januari 2008




                                                                                             30

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi lombkTBK
 
Modul 1. peralatan laboratorium
Modul 1. peralatan laboratoriumModul 1. peralatan laboratorium
Modul 1. peralatan laboratoriumAndi Wahyudin
 
Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi Ade Irma Suryani
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
 
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanLaporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanAzizah Kuswardini
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutU Lhia Estrada
 
Perhitungan Pembuatan Larutan Pereaksi
Perhitungan Pembuatan Larutan PereaksiPerhitungan Pembuatan Larutan Pereaksi
Perhitungan Pembuatan Larutan PereaksiBahja Djamaluddin
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumRukmana Suharta
 
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)Irdan Arjulian
 
Alat lab beserta fungsinya kimia
Alat lab beserta fungsinya kimiaAlat lab beserta fungsinya kimia
Alat lab beserta fungsinya kimiaRada Kusnadi
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"ilmanafia13
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringTidar University
 
Viskositas
ViskositasViskositas
ViskositasTillapia
 

La actualidad más candente (20)

Uji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan LemakUji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan Lemak
 
Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi
 
Modul 1. peralatan laboratorium
Modul 1. peralatan laboratoriumModul 1. peralatan laboratorium
Modul 1. peralatan laboratorium
 
Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanLaporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
 
Perhitungan Pembuatan Larutan Pereaksi
Perhitungan Pembuatan Larutan PereaksiPerhitungan Pembuatan Larutan Pereaksi
Perhitungan Pembuatan Larutan Pereaksi
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)Makalah kimia Pengenalan alat-alat  di Laboratorium  Kimia (Irdan Arjulian)
Makalah kimia Pengenalan alat-alat di Laboratorium Kimia (Irdan Arjulian)
 
Alat lab beserta fungsinya kimia
Alat lab beserta fungsinya kimiaAlat lab beserta fungsinya kimia
Alat lab beserta fungsinya kimia
 
Berat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat JenisBerat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat Jenis
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
Viskositas
ViskositasViskositas
Viskositas
 

Similar a Laporan praktikum fha

Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01Rahul Ustad
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Heri Abrianto
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan leleAnggi Ahmad
 
Subsistem hulu hilir komoditi lele
Subsistem hulu   hilir komoditi leleSubsistem hulu   hilir komoditi lele
Subsistem hulu hilir komoditi leleAnggi Ahmad
 
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)Win Da
 
Makalah siap posting
Makalah siap postingMakalah siap posting
Makalah siap postingR Januari
 
Cumi cumi paper
Cumi cumi paperCumi cumi paper
Cumi cumi paperSutana Gde
 
Buku panduan dan log book survei hiu
Buku panduan dan log book survei hiuBuku panduan dan log book survei hiu
Buku panduan dan log book survei hiuhendrakkp
 
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docxKELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docxbungaihdaNorra
 
Makalah celicerata
Makalah celicerataMakalah celicerata
Makalah celicerataR Januari
 
Kiranadi b fisiologi-saraf-...-2018-10-08
Kiranadi b fisiologi-saraf-...-2018-10-08Kiranadi b fisiologi-saraf-...-2018-10-08
Kiranadi b fisiologi-saraf-...-2018-10-08angelinasharon1
 
Lks v er tebrata
Lks v er tebrataLks v er tebrata
Lks v er tebrataEra Tarigan
 

Similar a Laporan praktikum fha (20)

Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan lele
 
Subsistem hulu hilir komoditi lele
Subsistem hulu   hilir komoditi leleSubsistem hulu   hilir komoditi lele
Subsistem hulu hilir komoditi lele
 
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
 
Buku Vertebrata
Buku VertebrataBuku Vertebrata
Buku Vertebrata
 
Vertebrata
VertebrataVertebrata
Vertebrata
 
Makalah siap posting
Makalah siap postingMakalah siap posting
Makalah siap posting
 
Cumi cumi paper
Cumi cumi paperCumi cumi paper
Cumi cumi paper
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
Buku panduan dan log book survei hiu
Buku panduan dan log book survei hiuBuku panduan dan log book survei hiu
Buku panduan dan log book survei hiu
 
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
 
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docxKELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
KELOMPOK 2_ANCESTOR VERTEBRATA_PB 3C.docx
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
Makalah crustacea
Makalah crustaceaMakalah crustacea
Makalah crustacea
 
Makalah celicerata
Makalah celicerataMakalah celicerata
Makalah celicerata
 
Kiranadi b fisiologi-saraf-...-2018-10-08
Kiranadi b fisiologi-saraf-...-2018-10-08Kiranadi b fisiologi-saraf-...-2018-10-08
Kiranadi b fisiologi-saraf-...-2018-10-08
 
Peredaran darah ikan
Peredaran darah ikanPeredaran darah ikan
Peredaran darah ikan
 
Lks v er tebrata
Lks v er tebrataLks v er tebrata
Lks v er tebrata
 
Laporan IKHTIOLOGY
Laporan IKHTIOLOGYLaporan IKHTIOLOGY
Laporan IKHTIOLOGY
 

Más de Heri Abrianto

Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)Heri Abrianto
 
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...Heri Abrianto
 
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheumaKajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheumaHeri Abrianto
 
Sirkulasi hidrotermal
Sirkulasi hidrotermalSirkulasi hidrotermal
Sirkulasi hidrotermalHeri Abrianto
 
Heri abrianto 230210110050
Heri abrianto 230210110050Heri abrianto 230210110050
Heri abrianto 230210110050Heri Abrianto
 
978 979-98802-4-6 2008-222231
978 979-98802-4-6 2008-222231978 979-98802-4-6 2008-222231
978 979-98802-4-6 2008-222231Heri Abrianto
 
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9Heri Abrianto
 

Más de Heri Abrianto (12)

Mikroalga
MikroalgaMikroalga
Mikroalga
 
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
 
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skal...
 
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheumaKajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma
Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma
 
Kirim
KirimKirim
Kirim
 
Sirkulasi hidrotermal
Sirkulasi hidrotermalSirkulasi hidrotermal
Sirkulasi hidrotermal
 
Heri abrianto 230210110050
Heri abrianto 230210110050Heri abrianto 230210110050
Heri abrianto 230210110050
 
978 979-98802-4-6 2008-222231
978 979-98802-4-6 2008-222231978 979-98802-4-6 2008-222231
978 979-98802-4-6 2008-222231
 
1996 4423-1-pb
1996 4423-1-pb1996 4423-1-pb
1996 4423-1-pb
 
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
 
Angin Fohn
Angin FohnAngin Fohn
Angin Fohn
 
Mikrojadi
MikrojadiMikrojadi
Mikrojadi
 

Laporan praktikum fha

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM FHA Disusun oleh : Heri Abrianto 230210110050 Dyah Retno 230210110055 Cholik Kholidin 230210110058 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Membuka dan Menutup Operculum Ikan Mas.” Laporan Praktikum ini berisi tentang informasi klasifikasi ikan, morfologi ikan dan pengaruh suhu terhadap operculum ikan. Kami menyadari bahwa lapran praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami ha rapkan demi kesempurnaan laporan praktikum ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Bandung, 15 Oktober 2012 Penyusun 1
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ............................................................... 2 1.2 TUJUAN PRAKTIKUM ........................................................... 3 1.3 MANFAAT ................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 IKAN .............................................................................................. 4 2.1.1 KLASIFIKASI ...................................................................... 4 2.1.2 MORFOLOGI ....................................................................... 5 2.2 SISTEM PERNAFASAN .............................................................. 9 2.3 SUHU ............................................................................................. 13 BAB III BAHAN DAN METODE 2.1 WAKTU DAN TEMPAT ............................................................. 20 2.2 ALAT DAN BAHAN ................................................................. 20 2.3 PROSEDUR KERJA .................................................................. 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGAMATAN ............................................................ 25 4.2 PEMBAHASAN ......................................................................... 27 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN ................................................................................. 28 5.2 SARAN ........................................................................................ 28 DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 29 2
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi. Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O 2 berdifusi masuk dan CO 2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam- garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O 2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O 2 . Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian O 2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO 2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. 3
  • 5. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu panas dan suhu dingin media air terhadap membuka & menutup operculum benih ikan mas yang secara tidak langsung ingin mengetahui laju pernafasan ikan tersebut. 1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui dan memahami tingkah laku ikan dan laju pernafasan ikan pada saat terjadinya perubahan suhu panas dan suhu dingin. 4
  • 6. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Ikan, d idefinis ika n. secara umum sebaga i hewan ya ng hid up d i a ir, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi ( linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya. 2.1.1 Klasifikasi ikan Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) dikelompokkan ke dalam: Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758) Secara umum, ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke samping. Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, tipe mulut terminal, dapat disembulkan, terdapat dua pasang sungut, dan tidak bergerigi. Sirip punggung (dorsal) ikan mas memanjang dan berjari-jari keras, sedangkan di bagian akhir bergerigi. Begitu juga dengan sirip dubur (anal) dan sirip ekor (caudal) berbentuk cagak. Tipe sisik pada ikan ini adalah lingkaran (cycloid)yang terletak beraturan. Garis rusuk (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Lentera 2004). Ikan mas tergolong ikan air tawar, namun ikan mas terkadang dapat ditemukan di perairan payau atau di muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-300 /00 . 5
  • 7. 2.1.2 Morfologi ikan Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut – turut adalah : 1) Kepala (caput) : bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai nnbagian belakang operculum. 2) Tubuh (truncus) : bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum nnsampai anus 3) Ekor (cauda) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor BENTUK TUBUH Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang tubuh seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan kemudahan ikan dalam menembus air sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut biasanya dikatakan sebagai bentuk tubuh ideal (fusiform). Penampang tubuh ideal tersebut ditunjukkan pada Ga mbar d i bawah ini. Secara umum, bentuk tubuh ikan terbagi atas enam jenis yang terdir i dari : 1. Datar (flat/depressed) 6
  • 8. Contoh : pari (Dasyatis sp), ikan sebelah (Pseudopleuronectes americanus) 2. Ideal (Fusiform, streamline) Contoh : hiu (Carcharinus leucas), salmon, barracuda, tuna 3. Eel- like (elongated) Contoh : lele (Clarias bathracus), Lamprey 4. Pipih (ke bawah = depressed dan ke samping = compressed) Contoh : angel fish, butterfly fire 5. Bulat (rounded) Contoh : buntal 6. Pita (ribbon) Contoh : layur LETAK MULUT (cavum oris) Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan foot habits). Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan dalam : 7
  • 9. 1. Mulut termina l, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala 2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala 3. Mulut superior, yaitu posis i mulut berada di bagian agak atas ujung kepala ORGAN GERAK (SIRIP) Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver d i da la m a ir ada lah s ir ip. Sir ip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setia p sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi. Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu : 1. Pinna dorsalis (dorsal fin) Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar. 1. Pinna pectoralis (pectoral fin) Adalah sir ip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sis i tubuh ikan. Fungs i sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem). 2. Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman. 3. Pinna ana lis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan. 4. Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sir ip ikan yang berada di bagian posterior tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver. 8
  • 10. 5. Adipose finAdalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis. Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari- jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan, yaitu : 1. Jari-jari sirip keras Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras. 2. Jari jari sirip lemah Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbukubuku. 3. Jari jari sirip lemah mengeras Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku. Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas : 1. Protocercal Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis terakhir mencapai ujung ekor. 2. Diphycercal Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip. 2 Heterocercal Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih pendek. 9
  • 11. 3 Homocercal Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh jari-jari sirip ekor. GURAT SISI (linea lateralis) Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang- lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf. Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya. Pada beberapa jenis ikan, termasuk golongan Characin, linea lateralis merupakan satu garis panjang yang tidak terputus. Sedangkan pada kelompok ikan Cichlidae, linea lateralis yang dimiliki merupakan garis panjang yang terputus menjadi dua dengan potongan kedua berada di bagian bawah potongan pertama. 2.2 Sistem Pernafasan Ikan Hewan Vertebrata telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara lain untuk mengangk ut gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju sel-sel jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO2) dari sel sel jaringan ke tempat pengeluarannya. Mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata beragam. Simaklah uraian di bawah ini agar Anda lebih memahami mekanisme pernapasan pada hewan Vertebrata khususnya ikan. 10
  • 12. Sistem Pernapasan Ikan Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam- garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. 1) Sistem Pe rnapasan pada ikan bertulang sejati Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Insang ikan mas tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Perhatikan Gambar 7.16. Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi- rigi insang yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung. 11
  • 13. Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang- ulang. Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi. Perhatikan Gambar 7.17. 12
  • 14. a) Fase inspirasi ikan Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan gambar di samping. b) Fase ekspirasi ikan Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang 13
  • 15. dan menyentuh lembaran- lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air. Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. 2.3 Suhu 1. Pengertian Suhu Apa yang akan dirasakan oleh jarimu jika dimasukkan ke dalam air es? Ya, air es akan terasa dingin. Dingin boleh dikatakan sebagai salah satu ukuran dari suhu suatu benda. Benda yang dingin mempunyai suhu yang lebih rendah dari benda yang panas. Dari pernyataan ini suhu dapat difenisikan sebagai derajat/tingkatan panas suatu benda atau kuantitas panas suatu benda. Seperti dalam materi sebelumnya, suhu merupakan salah satu besaran pokok dengan satuan derajat Kelvin. 2. Alat Ukur Suhu Untuk menentukan panas atau tidaknya suatu benda, kita dapat menggunakan jari tangan kita, tetapi tangan tidak dapat dipakai untuk menentukan tingkat panas suatu benda secara tetap. 14
  • 16. Alat yang tepat untuk mengukur suhu benda adalah termometer. Macam – macam termometer A. Berdasarnya zat termometriknya, termometer dapat dibedakan menjadi : 1) Termometer zat padat. Termometer zat padat menggunakan prinsip perubahan hambatan logam konduktor terhadapap suhu sehingga sering juga disebut sebagai termometer hambatan. Biasanya termometer ini menggunakan kawat platina halus yang dililitkan pad mika dan dimasukkan dalam tabung perak tipis tahan panas. Contoh: Termometer platina 2) Termometer zat cair. Termometer zat cair dibuat berdasarkan perubahan volume. Zat cair yang digunakan biasanya raksa atau alkohol. Contoh termometer Fahrenheit, Celcius, Reamur. 15
  • 17. Alasan pemilihan raksa atau alkohol sebagai isi termometer adalah sebagai berikut: 1. mudah dilihat karena raksa terlihat mengkilap sedangkan alkohol dapat diberi warna merah. 2. daerah ukurannya sangat luas (raksa : – 390 C s/d 3370 C dan alkohol: -1140 C – 780 C) 3. keduanya merupakan panghantar kalor yang baik 4. keduanya mempunyai kalor jenis yang kecil. 3) Termometer gas Termomter gas menggunakan prinsip pengaruh suhu terhadap tekanan. Bagan alat ini sama seperti nanometer. Pipa U yang berisi raksa mula- mula permukaannya sama tinggi. Jika salah satu ujungnya dihubungkan dengan ruangan yang bersisi gas bertekanan, maka akan terjadi selisih tinggi. 16
  • 18. Contoh: termometer gas pada volume gas tetap B. Berdasarkan pembuatnya, antara lain: 1) termometer Celcius 2)termometer Fahrenheit 3) termometer Reamur 4)termometer Kelvin 17
  • 19. C. Berdasarkan penggunaanya, antara lain: 1) Termometer Laboratorium Termometer yang biasanya digunakan untuk eksperimen di lab. b. Termometer suhu badan / klinis Termometer khusus untuk mengukur suhu badan manusia. Termometer ini biasanya digunakan dalam bidang medis dan mempunyai batas skala 34-42 0 C. 4. Skala Termometer A. Fahrenheit Pada tahun 1714, seorang ilmuwan Jerman yang bernama Daniel George Fahrenheit membuat termometer yang mula-mula diisi alkohol dan kemudian diganti dengan raksa. Sebagai titik tetap pertama ia menggunakan campuran es dan garam dapur yang diberi angka 0 0 F (suhu terendah yang ia ketahui) dan titik tetap kedua ia menggunakan tubuh manusia dan diberi angka 96 0 C. Berdasarkan definisi modern, skala termometer Fahrenheit adalah skala dengan temperatur air mendidih ditetapkan sebagai 212 derajat dan temperatur es melebur sebagai 32 derajat. 18
  • 20. Pada jaman dulu termometer ini banyak digunakan di Eropa dan Amerika Serikat, tetapi pada saat ini negara- negara di Eropa sudah banyak beralih ke termometer Celcius sedangkan Amerika Serikat masih tetap menggunakannya. B. Celcius Sekitar 20 tahun setelah Fahrenheit membuat termometer, seorang profesor dari Swedia yang bernama Ander Celsius juga membuat termometer. Termometer ini menggunakan titik tetap bawah adalah suhu es sedang mencair sebagai 0 0 C dan titik tetap atas adalah suhu air sedang mendidih sebagai 1000 C masing- masing pada tekanan standar. Skala antar kedua temperatur ini dibagi dalam 100 derajat. Termometer ini banyak digunakan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. C. Kelvin Pada dasarnya skala kelvin sama dengan skala celcius (seperseratus). Hanya saja skala kelvin dimulai dari suhu nol mutlak (0 K) yang besarnya sama dengan -273,150 C. Sehingga untuk suhu es mencair sama dengan 273,15 K dan air mendidih sama dengan 373,15 K. 19
  • 21. Perbandingan antar skala thermometer 20
  • 22. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Fisiologi Hewan Air dengan judul “Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Laju Gerakan Membuka dan Menutupnya Operculum Ikan Mas” dilakukan pada : Waktu : Senin, 1 Oktober 2012 dan 8 Oktober 2012 Tempat : Laboratorium FHA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran 3.2 Alat dan Bahan Di dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan berikut ini: Alat 1. Beaker glass, sebagai tempat untuk pengamatan ikan mas 2. Hand counter, sebagai alat untuk menghitung membuka dan menutupnya operculum ikan mas 3. Stopwatch, sebagai alat untuk mengukur waktu pengamatan 4. Termometer, sebagai alat untuk mengukur suhu air dalam pengamatan 21
  • 23. 5. 2 buah Toples/ Wadah, sebagai tempat hidup ikan mas sebelum dan sesudah pengamatan Bahan 1. Air bersih, digunakan sebagai media hidup ikan mas 2. Air panas, digunakan untuk menaikan suhu air dalam pengamatan 3. Es batu, digunakan untuk menurunkan suhu air dalam pengamatan 4. Lima ekor ikan mas, sebagai objek percobaan dalam pengamatan 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Prosedur Kerja untuk Suhu Panas Dalam percobaan ini langkah- langkah yang harus diperhatikan antara lain : 1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua buah toples/ wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati. 2. Ambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam salah satu toples/ wadah plastik yang telah diberi media air. 3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya dengan termometer dan catat hasilnya. 22
  • 24. 4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu : a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC) b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar c. T3 = untuk suhu 6 ºC di atas suhu kamar 5. Masukan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing–masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia. 6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai ke lima ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan 7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5. 8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5. 9. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan : 23
  • 25. 3.3.2 Prosedur Kerja untuk Suhu Dingin Dalam percobaan ini langkah- langkah yang harus diperhatikan antara lain : 1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati 2. Ambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam salah satu toples/ wadah plastik yang telah diberi media air. 3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya dengan thermometer dan catat hasilnya. 4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu : a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC) b. T2 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar c. T3 = untuk suhu 6 ºC di bawah suhu kamar 5. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing –masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang telah tersedia. 6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai ke sepuluh ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan. 7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan p erlakuan b dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan 24
  • 26. saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5. 8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5. 9. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan. 25
  • 27. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengans uhukamar 26º C Ikan Ulangan Rata-Rata 1 2 3 1 89 72 62 74,33 2 106 88 77 90,33 3 99 95 108 100,67 4 113 128 98 113 5 115 112 109 112 Tabel 2. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhukamar 26º + 3º C Ikan Ulangan Rata-Rata 1 2 3 1 144 132 154 143,33 2 139 131 133 13433 3 148 146 108 141,33 4 170 148 98 163,66 5 193 178 109 182,33 Tabel 3. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengansuhu kamar 26º + 6º C Ikan Ulangan Rata-Rata 1 2 3 1 194 187 183 188 2 247 231 199 255,67 3 220 211 220 217 4 223 163 171 185,67 26
  • 28. 5 187 219 245 217 Tabel 4.Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdenga nsuhukamar 26º C Ikan Ulangan Rata-Rata 1 2 3 1 111 110 103 108 2 145 130 121 132 3 87 82 85 84,67 4 114 118 100 113,67 5 105 102 89 98,67 Tabel 5. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengans uhukamar 26º C - 3ºC Ikan Ulangan Rata-Rata 1 2 3 1 115 95 94 101,33 2 77 82 89 82,67 3 130 99 86 105 4 117 108 110 111,67 5 118 128 115 120,33 Tabel 6. Pengamatanpengaruhsuhuterhadapgerakanoperculumdengans uhukamar 26º C - 6ºC Ikan Ulangan Rata-Rata 1 2 3 1 111 100 107 106 2 83 89 105 92,33 3 96 124 100 106,67 27
  • 29. 4 116 115 80 103,67 5 118 100 103 107 4.2 PEMBAHASAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan di dapat hasil pengamatan sesuai dengan data di atas. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap membuka da n menutupnya operculum. Praktikum pertama dilakukan dengan penambahan air panas untuk meningkatkan suhu di dalam gelas uji. Suhu pertama yang digunakan adalah suhu kamar (belum ditambahkan air panas) sebagai suhu normal.lalu penambahan suhu 3˚C dan 6˚C dilakukan untuk mengetahui gerakan operculum ikan saat suhu lebih tinggi. Hasil pengamatan praktikum pertama menunjukan bahwa makin suhu meningkat maka gerakan membuka menutupnya overculumpun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adaptasi dengan suhu tinggi, ukuran ikan, umur ikan, dan tingkat stres yang dialami ikan ujicoba. Adaptasi dengan suhu tinggi dilakukan dengan cara mempercepat lajur respirasinya. Sementara itu ukuran dan umur ikan mempengaruhi kerja organ pernapasannya. Bila ukuran ikan lebbih besar maka akan gerakan membuka dan menutupnya operculum akan lebih besar dibandingkan dengan ukuran ukan yang lebih kecil. Sementara itu umur ikan yang lebih tua gerakan membuka dan menutupnya operculum akan lebih lambat dibandingkan yang lebih muda. Pada praktikum kedua dilakuka kembali pengamatan terhadap membuka dan mutupnya operculum ukan namun dengan suhu yang diturunkan baik 3˚C dan 6˚C. pada suhu yang lebih rendah ikan cenderung lambat dalam gerakan overculum dibandingkan dengan suhu yang dinaikan. Hal ini dikarenakan adaptasi ikan pada suhu rendah mengurangi lajur respirasinya. 28
  • 30. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Gerakan overculum ikan yang menunjukan laju respirasi ikan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada suhu tinggi maka laju gerak membuka dan menutupnya operculum meningkat. Dan pada suhu yang rendah gerakan operculumnya berkurang. Hal ini terjadi karena respirasi ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan terutama suhu perairan. . 5.2 SARAN Masih banyaknya kesalahan dikarenakan oleh beberapa hal seperti ikan yang yang stress hingga berenang ke segala arah membuat tidak terlihatnya gerakan operculum serta praktikan yang kurang teliti sehingga terjadinya human eror pada data. Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih teliti dan sigap dalam melaksanakan praktikum. 29
  • 31. DAFTAR ACUAN Anonim. 2010. Klasifikasi Ikan Mas. http://masperfish.wordpress.com/2010/07/17/ikan- mas/. Diterbitkan pada tanggal 17 juli 2010 Anonim. 2009. Morfologi Ikan. http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/12/morfoligi- ikan/. Diterbitkan pada tanggal 12 januari 2009 Anonim. 2011. Sistem Pernafasan Ikan (Pisces). http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem- pernapasan- ikan-pisces.html#.UHgLc4HXqnA. Diterbitkan pada tanggal 8 agustus 2011 Kristanta Aris. 2008. Suhu dan Pengukurannya. http://arifkristanta.wordpress.com/belajar- online/suhu-dan-pengukurannya/. Diterbitkan pada tanggal 21 januari 2008 30