1. PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 MELALUI PEMBELAJARAN
DARING PADA PESERTA DIDIK KELAS VB
SD NEGERI BONANGREJO DI MASA PANDEMIK CORONA
Oleh Sisca Yuni Iriyani _ NIM 201903099_Kelas A
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan
kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat
disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan
berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen
untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas
yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan
pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor,
salah satunya pendidikan. Dunia pendidikan juga ikut merasakan
dampaknya. Pendidik harus memastikan
kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik
berada di rumah. Solusinya, pendidik dituntut mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media
daring (online). Ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4
2. Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam
Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui
perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung
dengan koneksi jaringan internet. Pendidik dapat melakukan
pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di
media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram,
aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media
pembelajaran. Dengan demikian, pendidik dapat memastikan
peserta didik mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan,
meskipun di tempat yang berbeda.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui dampak pandemik corona pada
pelaksanaan kurikulum 2013
b. Untuk mengetahui kendala pembelajaran daring pada
pelaksanaan kurikulum 2013
c. Untuk mengetahui peran pendidik dan orangtua pada
pembelajaran daring pada pelaksanaan kurikulum 2013
3. Kajian Pustaka
a. Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi
pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-
mengajar (Nana Syaodih, 2009: 5). Pengertian tersebut juga
sejalan dengan pendapat Nasution (2006: 5) yang
menyatakan bahwa kurikulum dipandang sebagai suatu
rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-
mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah
atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
3. pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum biasanya
dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dengan
kurikulum yang fungsional. Rencana tertulis merupakan
dokumen kurikulum, sedangkan kurikulum yang dioperasikan
di dalam kelas merupakan kurikulum fungsional (Nana
Syaodih, 2009: 5).
B. Pandemik Korona
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan surat edaran
bertanggal 24 Maret 2020 yang mengatur pelaksanaan pendidikan
pada masa darurat penyebaran coronavirus). Kebijakan “Belajar dari
Rumah” ini tepat untuk mencegah penyebaran COVID-19 di
lingkungan sekolah, namun survei awal dan terbatas kami
menunjukkan implementasinya masih beragam di lapangan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem
Makarim menyampaikan beberapa amanat pendidikan di masa
COVID-19. Salah satu amanat tersebut adalah bahwa kita sebagai
masyarakat masih dapat belajar melalui krisis yang terjadi saat ini.
"Kita sebagai masyarakat juga menyadari betapa pentingnya
kesehatan, betapa pentingnya kebersihan, dan betapa pentingnya
norma-norma kemanusiaan di dalam masyarakat kita," ungkap
Nadiem, dalam keterangannya, Sabtu (02/05). Hal itu ia sampaikan
melalui pidatonya pada video live streaming YouTube Upacara Hari
Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020 yang dilakukan secara
terpusat, terbatas, serta memperhatikan protokol kesehatan dalam
masa pandemi.
Menurut Nadiem, kondisi pandemi yang saat ini melanda
menciptakan banyak pembelajaran baru tidak hanya buat guru, siswa,
dan orang tua, namun juga untuk masyarakat Indonesia. "Timbulnya
empati, timbulnya solidaritas di masayarakat kita pada saat pandemi
COVID-19 ini merupakan sebuah pembelajaran yang harus kita
4. kembangkan bukan hanya di masa krisis ini tetapi pada saat masa
krisis ini sudah berlalu," ujar Nadiem. Nadiem mengatakan, bahwa
dalam masa COVID-19 ini merupakan waktu yang baik untuk kita
berinovasi dalam hal pendidikan agar bisa menjadi masyarakat dan
bangsa yang lebih baik. "Belajar memang tidak selalu mudah, tapi ini
saatnya kita berinovasi, ini saatnya kita bereksperimentasi, ini saatnya
kita mendengar hati nurani kita dan belajar dari COVID-19 agar kita
menjadi masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan," jelas
Nadiem.
C. Pembahasan
1. Kurikulum 2013
Hal mendasar dari kurikulum 2013, menurut Mulyoto adalah
masalah pendekatan pembelajarannya. Selama ini, pendekatan
yang digunakan adalah materi. Jadi materi di berikan pada anak
didik sebanyak-banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu
secara maksimal. Bahkan demi penguasaan materi itu, drilling
sudah diberikan sejak awal, jauh sebelum siswa menghadapi ujian
nasional. Dalam pembelajaran seperti ini, tujuan pembelajaran
tujuan pembelajaran yang dicapai lebih kepada aspek kgnitif
dengan menafikan aspek psikomotrik dan afektif. Ketiga aspek
tersebut sebenarnya sudahmendapat penekanan pada kurikulum
kita selama ini. Pada saat pemberlakuan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) 2003, aspek kognitif, psikomotorik dan afektif
(yang dikenal dengan taksonomi Bloom tentang tujuan
pendidikan), telah juga menjadi kompetensi integral yang harus
dicapai. Lalu pada saat pemberlakuan Kurikulum 2006, melalui
pendidikan karakter, aspek afektif yang seolah dilupakan para
praktisi pendidikan, digaungkan.
Tapi dalam dataran praksis, hanya aspek kognitif yang
dikejar. Penyebabnya adalah kurikulum tidak dikawal dengan
kebijakan yang sinergis, tetapi malah dijegal dengan kebijakan
5. ujian nasional. Soal-soal ujian nasional hanya menguji pencapaian
aspek kognitif. Pencapaian aspek psikomotorik dan afektif tidak
bisa diukur dengan menggunakan tes ini. Padahal tes ini adalah
penentu kelulusan. Maka pembelajaran yang terjadi adalah
pembelajaran yang berbasis materi tanpa memedulikan
penanaman keterampilan dan sikap.
Pada kenyataannya, sejak awal siswa-siswa telah
dibiasakan menghadapi soal-soal model ujian nasional.
Pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang yang nanti
akan diujikan dalam ujian nasional. Bahkan ada pula guru yang
menggunakan soal-soal ujian nasional yang telah diujikan pada
tahun sebelumnya sebagai acuan dalam pembelajaran. Menjelang
menghadapi ujian nasional, guru memberikan pembelajaran ujian
nasional pada siswanya. Apapun yang tidak ada kaitannya
dengan ujian nasional ditiadakan.
Berdasarkaan pengalaman selama ini, hal tersebut harus
didukung dengan kebijakan yang konsisten, yaitu sistem avaluasi
yang mengukur pencapaian kemampuan kognitif, psikomotorik
dan afektif secara berimbang. Tidak bisa dipungkiri bahwa ujian
nasional harus dihapuskan, sehingga penentu kelulusan nantinya
adalah transkrip nilai yang diperoleh dari nilai rapor tiap semester.
Karena nilai-nilai rapor sebagai hasil evaluasi pembelajaran
mengandung ketiga aspek secara menyeluruh, maka
pembelajaran juga akan diberikan secara menyeluruh dalam
ketiga aspek itu.
2. Dampak pandemik corona pada dunia pendidikan
Sekitar 25 juta anak sekolah dasar di Indonesia kini belajar di
bawah ancaman pandemi COVID-19. Seperti dilakukan oleh
banyak negara, untuk mencegah penularan virus corona di
sekolah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan surat
edaran bertanggal 24 Maret 2020 yang mengatur pelaksanaan
pendidikan pada masa darurat penyebaran coronavirus).
6. Kebijakan “Belajar dari Rumah” ini tepat untuk mencegah
penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, namun survei awal
dan terbatas kami menunjukkan implementasinya masih beragam
di lapangan.
Ada sebuah pelajaran yang dipetik dari dunia pendidikan di
tengah pandemi Covid-19, yakni kegiatan belajar tatap muka
dengan guru terbukti lebih efektif ketimbang secara daring
(online). "Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara maju
seperti Amerika Serikat. Bagaimanapun, pembelajaran terbaik
adalah bertatap muka dan berinteraksi dengan guru dan teman-
teman. Proses belajar mengajar secara tatap muka mendapatkan
nilai-nilai yang tak bisa didapatkan melalui pembelajaran daring.
Nilai-nilai tersebut antara lain proses pendewasaan sosial,
budaya, etika, dan moral, yang hanya bisa didapatkan dengan
interaksi sosial di suatu area pendidikan. Perlu adaptasi proses
belajar di masa pandemi Perubahan sosial yang tiba-tiba terjadi
sebagai akibat merebaknya penyebaran Covid-19.
Masih terbatasnya kepemilikan komputer/laptop dan akses
internet, misalnya, merupakan masalah utama yang berdampak
pada tidak meratanya akses pembelajaran online. Temuan ini
sama dengan yang terjadi di negara maju seperti di Amerika
Serikat, Inggris, juga negara tetangga Singapura.
Adanya ketimpangan akses media pembelajaran, yang
semakin dalam antara anak-anak dari keluarga ekonomi mampu
dan kurang mampu. Hanya ada 40 % peserta didik SD Negeri
Bonangrejo yang mampu mengikuti pembelajaran modal daring
dan 60 % peserta didik tidak mampu mengikuti pembelajaran
modal daring. Hal tersebut dikarenakan faktor keadaan ekonomi
orangtua, internet, fasilitas.
3. Tantangan belajar di masa pandemic corona
Guru atau dosen bukan satu-satunya tonggak penentu. Ini
tantangan berat bagi guru, dosen, maupun orangtua. Tak sedikit
7. orangtua pun mengeluhkan media pembelajaran jarak jauh
melalui daring (internet) ini.
Terlebih bagi orangtua yang work from home (WFH), harus
tetap mendampingi anak-anaknya, khususnya anaknya yang
masih usia dini. Ini mengingat belum meratanya diperkenalkan
teknologi dalam pemanfaataan media belajar, seperti laptop,
gadget, dan lainnya.
Terutama anak usia dini hingga sekolah menengah belum
merata ketersediaan fasilitas teknologi sebagai media belajar
mengajar di sekolah. Meskipun sebagian besar sudah mengenal
digital, sisi operasionalnya belum diterapkan optimal dalam media
pembelajaran.
Bagi guru sekolah PAUD/TK, dituntut sesuatu yang
menyenangkan dengan kreativitasnya. Fasilitas video, voice note,
dan Youtube dapat dijadikan media pembelajaran. Namun perlu
pendampingan penuh dari orangtua.
Anak Sekolah Dasar (SD) juga menggunakan media-media
tersebut yang ditambah dengan penggunaan aplikasi Zoom.
Bukanlah hal yang mudah, karena anak belum bisa
mengoperasikannya secara mandiri. Jenjang Sekolah Menengah
dan Pendidikan Tinggi, ini membutuhkan inovasi dari pendidik
agar peserta didik tidak jenuh, tanpa menghilangkan poin capaian
pembelajaran
4. Belajar dari rumah di masa pandemik corona
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
menginisiasi program Belajar dari Rumah yang ditayangkan di
TVRI. Program Belajar dari Rumah mulai tayang di TVRI sejak 13
April 2020, dimulai pukul 08.00. Pelaksanaan program ini
merupakan kelanjutan dari langkah Kemdikbud menyediakan
sarana yang bisa dipakai oleh para siswa/i untuk melaksanakan
"Belajar dari Rumah" selama pandemi Covid-19. Program ini
ditujukan kepada para siswa/i jenjang TK/PAUD, Sekolah Dasar,
8. Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.
Program Belajar dari Rumah di TVRI itu sebagai bentuk upaya
Kemdikbud membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua
kalangan di masa darurat Covid-19. Khususnya membantu
masyarakat yang memiliki keterbatasan pada akses internet,
secara ekonomi maupun letak geografis.
5. Dampak Positif Corona
Pandemi Covid-19 masih betah mengusik dunia. Berbagai
upaya terus dilakukan agar segera dapat mengakhiri masa
pandemi, juga agar pandemi tidak mencekik seluruh sektor
kehidupan termasuk pendidikan. Di tengah pandemi yang terus
melaju, dunia pendidikan tetap harus terus mendapatkan
perhatian agar tidak terdampak buruk. Tentu kita tidak
menginginkan pandemi Corona mengancam dunia pendidikan.
Berbicara tentang dunia pendidikan adalah berbicara tentang ilmu
pengetahuan. Di mana, sejak awal dunia dibentuk, ilmu
pengetahun mengambil peran besar dalam menciptakan berbagai
penemuan-penemuan penting demi kemaslahatan umat manusia.
Eropa yang hari ini sangat berjaya dengan teknologi dan ilmu
pengetahuan, pernah berada di masa “dark age”, masa di mana
ilmu pengetahuan tidak diakui dan tertutup dengan kegelapan.
Kemudian datanglah era perkembangan ilmu pengetahuan yang
menghantarkan dunia pada episode baru yang dipenuhi dengan
penemuan-penemuan.
Pandemi Covid-19 juga menghantarkan dunia hari ini pada
era kekhawatiran sekaligus tantangan. Di tengah kekhawatiran
dan kecemasan, ada tantangan yang harus dilewati. Tantangan ini
sesungguhnya dapat menciptakan peluang baru untuk mengatasi
berbagai persoalan. Menilik dari kacamata umum saat ini,
pandemi Corona memang banyak menimbulkan ancaman bagi
dunia pendidikan. Namun, kita dapat melihat dari sudut pandang
berbeda sehingga ancaman dapat diubah menjadi peluang untuk
9. memajukan dunia pendidikan. Pandemi Covid-19 yang dinilai
membawa begitu banyak dampak negatif, ternyata juga membawa
dampak positif bagi dunia pendidikan. Dampak positif ini dapat
memotivasi untuk melewati masa-masa sulit agar tetap fokus
meraih tujuan pendidikan Indonesia yang lebih maju.
1. Memicu Percepatan Transformasi Pendidikan
Pandemi Covid-19 yang datang tak diudang,
menyebabkan penutupan sekolah-sekolah dalam upaya
menghentikan pergerakkan pandemi. Sebagai gantinya,
pemerintah telah memberlakukan sistem Pendidikan Jarak
Jauh (PJJ). Sistem PJJ yang berbasis teknologi tentu
mengharuskan lembaga pendidikan, guru, siswa bahkan
orang tua agar cakap teknologi. Hal ini memicu percepatan
transformasi teknologi pendidikan di negeri ini. Ini tentu
berdampak positif karena penggunaan teknologi dalam
pendidikan selaras dengan era Revolusi Industri 4.0 yang
terus merangsek maju.
2. Banyak Munculnya Aplikasi Belajar Online
Percepatan transformasi teknologi pendidikan karena
pandemi Corona membuat berbagai platform meluncurkan
berbagai aplikasi belajar online guna mendukung PJJ. Banyak
munculnya aplikasi belajar online membuat
belajar #DariRumahAja tetap dapat dilakukan dengan efektif.
Aplikasi-aplikasi belajar online dikembangkan dengan
penyediaan fitur-fitur yang memudahkan dalam melakoni
belajar online. Salah satu aplikasi yang memiliki fitur
yang keren, user interface yang friendly, teruji, dan
andal adalah aplikasi eStudy. Aplikasi ini menjadi salah satu
solusi PJJ yang sangat recomended untuk digunakan.
3. Banyaknya Kursus Online Gratis
Kursus online gratis mulai marak di tengah pandemi
Covid-19. Banyak lembaga bimbingan belajar memberikan
10. kursus online gratis atau ada yang memberikan dengan
potongan harga.
4. Munculnya Kreativitas Tanpa Batas
Pandemi Corona membuat ide-ide baru bermunculan.
Para ilmuwan, peneliti, dosen bahkan mahasiswa berupaya
melakukan eksperimen untuk menemukan vaksi Covid-19.
Seperti yang dilakukan oleh alumni UGM yang membantu
mengatasi kekurangan masker dengan membuat masker yang
bisa dicuci ulang. Tidak hanya itu, kreativitas lain yang juga
tidak kalah menarik, seperti mahasiswa Rumah Bahasa UI
yang menjadi relawan Covid-19 dan membantu mengedukasi
masyarakat.
5. Kolaborasi Orang Tua dan Guru
Selama masa pandemi ini, peserta didik tentu akan
menghabiskan waktu belajar di rumah. Di mana ini menuntut
adanya kolaborasi yang inovatif antara orang tua dan guru
sehingga peserta didik tetap bisa menjalani belajar online
dengan efektif. Selain itu, kolaborasi yang inovatif dapat
mengatasi berbagai keluhan selama menjalani belajar online.
Ini akan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan
baik di masa kini maupun masa mendatang.
6. Penerapan Ilmu di Tengah Keluarga
Saat semua sekolah ditutup dan #BelajarDariRumah,
menjadi kesempatan bagi peserta didik untuk menerapkan
ilmu di tengah keluarga. Baik hanya sekedar membuka diskusi
kecil atau dengan mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada
keluarga. Ini berperan penting dalam meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap suatu ilmu dengan cara
aplikasi secara langsung. Ilmu yang diaplikasikan secara
langsung akan memberikan pengaruh tidak hanya pada yang
mengaplikasikan namun juga bagi yang menerima
pengaplikasian.
11. 7. Membangun Mental Positif
Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia
) dalam bukunya yang berjudul Terapi Berpikir
Positif mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan positif
dalam hidup, maka mulailah dengan Tawakal kepada Allah.
Dengan begitu, kita akan mendapatkan kekuatan spritual
untuk melakukan perubahan. Setelah itu ganti pikiran kita
dengan pikiran positif, ini akan berpengaruh terhadap kondisi
jiwa. Dalam Energy Medicine, Dr. Herbert Spencer dari
Universitas Harvard mengatakan bahwa lebih dari 90%
penyakit tubuh disebabkan oleh jiwa. Ini disebut dengan
Psycho-Somatic Disease. Artinya, jiwa (psycho) berpikir dan
memengaruhi tubuh (somo). Artinya kita memiliki tantangan
untuk tidak memberikan ruang bagi mental negatif
berkembang. Sebaliknya, kita harus membangun mental
positif agar pandemi Corona tak dapat memberikan ancaman
sedikitpun.
D. Penutup
1. Simpulan
Masih terbatasnya kepemilikan komputer/laptop dan akses
internet, misalnya, merupakan masalah utama yang berdampak
pada tidak meratanya akses pembelajaran online. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menginisiasi program
Belajar dari Rumah yang ditayangkan di TVRI. Program Belajar
dari Rumah mulai tayang di TVRI sejak 13 April 2020, dimulai
pukul 08.00. Dampak positif ini dapat memotivasi untuk melewati
masa-masa sulit agar tetap fokus meraih tujuan pendidikan
Indonesia yang lebih maju.
1. Memicu Percepatan Transformasi Pendidikan
2. Banyak Munculnya Aplikasi Belajar Online
3. Banyaknya Kursus Online Gratis
4. Munculnya Kreativitas Tanpa Batas
12. 5. Kolaborasi Orang Tua dan Guru
6. Penerapan Ilmu di Tengah Keluarga
7. Membangun Mental Positif
2. Saran
Guru atau dosen bukan satu-satunya tonggak penentu. Ini
tantangan berat bagi guru, dosen, maupun orangtua. Tak sedikit
orangtua pun mengeluhkan media pembelajaran jarak jauh
melalui daring (internet) ini.
Terlebih bagi orangtua yang work from home (WFH), harus
tetap mendampingi anak-anaknya, khususnya anaknya yang
masih usia dini. Ini mengingat belum meratanya diperkenalkan
teknologi dalam pemanfaataan media belajar, seperti laptop,
gadget, dan lainnya.
Daftar Pustaka
Murtono. (2014). Eksperimentasi Model Kooperatif CIRC dan Jigsaw
untuk Peningkatan Keterampilan Membaca Ditinjau dari
Kemampuan Logika Berbahasa. REFLEKSI EDUKATIKA:
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 4(2), 1-12.
Oktavianti, I., & Santoso. (2014). Penerapan Cooperative Learning
Tipe STAD dan Snowball Drilling untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS. REFLEKSI EDUKATIKA:
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 4(2), 1-8
Utaminingsih, S., & Zuliana, E. (2018). Design of Thematic Integrative
Learning Based on Local Advantage in Elementary School.
REFLEKSI EDUKATIKA: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 9(1), 75-
81.
https://www.liputan6.com/citizen6/read/4248063/opini-transformasi-media-
pembelajaran-pada-masa-pandemi-covid-19
https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-gap-akses-
online-belajar-dari-rumah-dari-4-provinsi-136534