SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 15
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Cecep M. Hermawan (9919917008)
2. Muhamad Sartibi (NIM. 9919917019)
3. Lu’luil Maknun (NIM. 9919917017)
 Secara Etimoligi (asal usul kata) : Istilah diglosia ini pertama
kali digunakan dalam bahasa Perancis diglossie yang diserap
dari bahasa Yunani διγλωσσία, 'dwibahasa') oleh bahasawan
Yunani Ioannis Psycharis. Ahli bahasa Arab William
Marçais lalu juga menggunakannya pada tahun 1930 untuk
menuliskan situasi bahasa di dunia Arab.
 Secara istilah (gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan suatu makna): Diglosia adalah suatu
situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas
variasi-variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di
masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa terdapat
perbedaan antara ragam formal atau resmi dan tidak resmi
atau non-formal. Contohnya: di Indonesia terdapat
perbedaan antara bahasa tulis dan bahasa lisan.
1. Menurut (Aslinda, dkk., 2007:26) : Permasalahan mengenai
kedwibahasaan kiranya terasa erat sekali dengan perkembangan
kebahasaan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia
menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa ibu mereka (bahasa
daerah) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Penggunaan
bahasa daerah disebut juga sebagai penggunaan bahasa pertama,
sementara penggunaan bahasa Indonesia disebut juga sebagai
penggunaan bahasa kedua. Penggunaan bahasa yang seperti itu disebut
sebagai diglosia.
2. Menurut Ferguson (Alwasilah, 1990:136) : menggunakan istilah diglosia
untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat di mana terdapat dua
variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing
mempunyai peranan tertentu. Diglosia ini dijelaskan oleh Ferguson
dengan mengetangahkan sembilan topic, yakni : 1) Fungsi (merupakan
kriteria diglosia yang sangat penting. Menurut Ferguson dalam
masyarakat diglosis terdapat dua variasi dari satu bahasa. Variasi
pertama disebut dialek tinggi (disingkat dialek T atau ragam T), dan yang
kedua disebut dialek rendah (disingkat dialek R atau ragam R), 2)
Prestise, 3) Warisan kesusastraan, 4) Pemerolehan, 5) Standarisasi, 6)
Stabilitas, 7) Gramatika, 8) Leksikon, dan 9) Fonologi .
3) Menurut Fishman dalam Sumarsono (2007:39) : diglosia adalah obyek
sosiolinguistik yang mengacu kepada pendistribusian lebih dari satu
ragam bahasa atau bahasa yang mempunyai tugas-tugas komunikasi
berbeda dalam suatu masyarakat. Fishman mengacu kepada perbedaan
linguistik, bagaimanapun bentuk dan wujudnya, mulai dari perbedaan
gaya dalam satu bahasa sampai kepada penggunaan dua bahasa yang
sangat berbeda. Menurut Fishman, yang penting dalam hal ini adalah
masing-masing ragam itu mempunyai fungsi yang berbeda dan dalam
ranah yang berbeda pula. Dicontohkan Sumarsono (2007:40), di sebuah
kota besar di Indonesia terdapat beberapa suku bangsa dengan bahasa
daerah masing-masing di samping bahasa Indonesia. Menurut
Sumarsono, fungsi bahasa daerah berbeda dengan bahasa Indonesia dan
masing-masing mempunyai ranah yang berbeda pula. Bahasa daerah
membangun suasana kekeluargaan, keakraban, kesantaian, dan dipakai
dalam ranah kerumahtanggaan, ketetanggaan, dan kekariban, sedangkan
bahasa Indonesia membangun suasana formal, resmi, kenasionalan, dan
dipakai misalnya dalam ranah persekolahan (sebagai bahasa pengantar),
ranah kerja (bahasa resmi dalam rapat), dan dalam ranah keagamaan
(khotbah).
3) Pakar sosiologi, Fasold (1984) mengembangkan konsep diglosia ini
menjadi apa yang disebutkan broad diglosia (diglosia luas). Di
dalam konsep broad diglosia perbedaan itu tidak hanya antara
dua bahasa atau dua ragam atau dua dialek secara binern
melainkan bisa lebih dari dua bahasa atau dua dialek itu. Dengan
demikian termasuk juga keadaan masyarakat yang di dalamnya
ada diperbedakan tingkatan fungsi kebahasaan, sehingga
muncullah apa yang disebut Fasold diglosia ganda dalam bentuk
yang disebut double overlapping diglosia, double-nested diglosia, dan
linear polyglosia (Chaer, 2004:98) :
a. Double overlapping diglosia adalah adanya situasi pembedaan
derajat dan fungsi bahasa secara berganda. Misalnya saja dalam
masyarakat Indonesia, pada suatu siuasi, bahasa Indonesia
adalah bahasa T, dan yang menjadi bahasa R-nya adalah bahasa
daerah. Pada situasi lain bahasa Indonesia menjadi bahasa R,
dan bahasa T-nya adalah bahasa Inggris. Jadi, bahasa Indonesia
mempunyai status ganda.
b. Double-nested diglosia adalah keadaan dalam masyarakat
multilingual, di mana terdapat dua bahasa yang diperbedakan, satu
sebagai bahasa T, dan yang lain sebagai bahasa R. Tetapi baik bahasa
R maupun T masing-masing mempunyai ragam atau dialek yang juga
diberi status R atau T. Contohnya, bahasa Jawa dianggap sebagai
bahasa R dan bahasa T-nya adalah bahasa Indonesia. Bahasa Jawa
sebagai bahasa T mempunyai ragam bahasa seperti basa krama yang
diberi status ragam T dan basa ngoko yang berstatus R. Dalam bahasa
Indonesia juga seperti itu, ragam baku dianggap T, dan ragam non-
baku dianggap ragam R.
c. Linear polyglosia adalah situasi kebahasaan yang pembedaan
kederajatannya tidak menggunakan model biner, tetapi berdasarkan
sikap penutur. Misalnya saja, masyarakat Cina di Indonesia.
Berdasarkan sikap orang Cina yang terdidik, bahasa Indonesia
dianggap bahasa T, bahasa Mandarin dianggap bahasa DH (dummy
high) yang berarti walaupun termasuk ragam T, tetapi penggunaanya
terbatas, dan bahasa Daerah termasuk ragam R.
Persoalan-persoalan yang menyangkut diglosia
adalah persoalan dialek yang terdapat dalam
masyarakat tutur, misalnya dalam suatu bahasa
terdapat dua variasi bahasa yang masing-masing
ragamnya mempunyai peranan dan fungsi
tertentu. Penggunaan ragam-ragam variasi
tersebut bergantung kepada situasi.
Masyarakat bilingual dan diglosis yaitu masyarakat yang
menguasai dua bahasa atau lebih yang digunakan secara
bergantian, namun masing-masing bahasa mempunyai
peranannya masing-masing. Contohnya masyarakat Indonesia
dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa
daerah sebagai bahasa intrakelompok. Seperti dalam data di
bawah ini.
 Sabar, pertanyaan Panjenengan pasti terjawab semua!
(Dalam kalimat tersebut penutur mengetahui ragam dan
fungsinya dengan baik. Kata panjenengan termasuk ragam
bahasa Jawa T dan digunakan untuk menghormati orang
yang lebih tua maupun yang lebih tinggi kedudukannya.
Contoh lain misalnya, seorang artis yang sedang melakukan
wawancara, sering menggunakan bilingualisme dan juga
diglosia. Faktor diglosia lebih pada hal prestise.)
• Saya berencana akan go international tahun ini (Go
international menunjukkan prestise seorang artis yang
menganggap bahwa bahasa Inggris adalah bahasa T, dan
bahasa Indonesia adalah bahasa R-nya. Selain contoh di atas,
orang Madura yang berkomunikasi dengan orang Jawa sering
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan
menggunakan logat Madura. Seperti pada data berikut).
• Sampeyan mau beli sate berapa tusuk? (Kata sampeyan dalam
bahasa Madura dan bahasa Jawa fungsinya sama, yaitu untuk
komunikasi dengan orang yang tidak dikenal, maupun orang
yang lebih muda tetapi tetap disegani. Hal ini sudah termasuk
pada diglosia, dan untuk mendukung ke-diglosia-nya ini,
penutur mengucapkan tuturan tersebut dengan logat Madura.
Selanjutnya penutur menggunakan bahasa Indonesia yang
menunjukkan ke-bilingual-nya)
Anak merupakan pribadi yang unik dan menarik.
Mereka memiliki sisi-sisi perkembangan emosi, intelektual,
dan linguistik yang sangat luar biasa. Perkembangan
tersebut terus tumbuh dengan pesatnya ketika usia balita,
karena pada masa-masa ini sebenarnya otak anak sudah
tumbuh 80% dari otak orang dewasa. Oleh karena itu
mereka butuh perlakuan khusus karena sisi emosional dan
psikologis mereka tidaklah sama dengan orang dewasa.
Perbedaan sisi emosional dan juga psikologis inilah yang
juga membedakannya dalam proses pembelajaran.
Sehingga tidaklah bijak bagi orang tua dan guru
memperlakukan anak-anak sama dengan memperlakukan
orang dewasa ketika proses belajar, sebab anak-anak
memiliki karakteristik yang berbeda.
Demikian juga dalam pembelajaran bahasa (khususnya
bahasa kedua), anak-anak perlu mendapatkan perlakuan
khusus. Artinya dari sisi kurikulum, materi ajar, dan juga
metode yang digunakan harus berorientasi pada kondisi
emosional dan psikologis anak. Orang tua dan juga guru di
sekolah seyogianya memperhatikan metode-metode
pembelajaran bahasa pada anak secara menyeluruh dengan
memerhatikan berbagai aspek tersebut, Sehingga anak-anak
merasa nyaman dan senang dalam belajar bahasa. “Senang” dan
“nyaman” merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran
bahasa untuk anak. Jadi dalam proses pembelajaran tersebut
anak haruslah merasa senang dengan materi ajar yang
disampaikan oleh guru maupun orang tua, dan kunci
kesenangan tersebut terletak pada metode ajar yang digunakan
oleh guru dan orang tua. Sebab dengan kondisi belajar yang
menyenangkan, secara otomatis anak-anak akan merasa nyaman
dalam proses pembelajaran bahasa.
Dengan demikian, guru maupun orang tua
perlu untuk memberikan situasi dan kondisi yang
menyenangkan dan senyaman mungkin ketika
proses pembelajaran. Kondisi dan situasi yang
menyenangkan bisa diciptakan melalui penataan
ruang dan juga alat-alat peraga, serta metode
yang digunakan. Oleh karena itu persiapan
sebelum mengajar bagi guru sangat penting,
karena hal ini akan memberikan guidline atau rel
dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
1. Mereka cenderung belajar secara tidak langsung.
Mereka lebih menyukai belajar dari lingkungan
sekitar, daripada harus fokus pada topik yang
diajarkan di kelas, oleh karena itu lingkungan
belajar harus mendukung proses pembelajaran
bahasa kedua/ Indonesia.
2. Mereka memahami sebuah materi bukan semata-
mata dari penjelasan yang diberikan oleh gurunya,
tetapi dari apa yang mereka lihat dan mereka
dengar. Karena itu alat peraga sangat diperlukan
untuk mendorong proses pemahaman mereka.
3. Umumnya mereka memiliki semangat yang luar biasa
dalam mengenal hal-hal yang baru dan juga memiliki
rasa keingintahuan yang besar. Guru yang baik harus
mampu melayani rasa antusias dan keingintahuan
murid-murid dengan baik, melalui seperangkat
kegiatan.
4. Mereka membutuhkan perhatian secara individu dan
juga pendekatan secara personal. Oleh sebab itu, guru
harus mengenal karakter murid-muridnya dengan
baik.
5. Mereka biasanya menyukai topik yang berkaitan
dengan dunia mereka. Guru harus meresponnya
dengan memberikan topik yang sesuai dengan alam
kehidupan mereka, misalnya cerita bergambar.
6. Mereka gampang bosan, rata-rata konsentrasinya
hanya sekitar 10 menit. Sehingga guru harus
mengubah teknik pengajaran setiap 10 menit.
7. Mereka mampu memahami makna kata, meskipun
mereka tidak mengerti terjemahannya.
8. Oleh sebab itu kegiatan-kegitan yang sesuai untuk
mereka, antara lain adalah menemukan sesuatu
(finding something), kegiatan yang imajinatif,
puzzle, membuat sesuatu, menggambar,
mewarnai, games yang melibatkan gerakan fisik,
dan juga lagu-lagu berbahasa Indonesia.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Morfologi Bahasa Inggris
Morfologi Bahasa InggrisMorfologi Bahasa Inggris
Morfologi Bahasa Inggris
YahyaChoy
 
Translation and Interpretation
Translation and InterpretationTranslation and Interpretation
Translation and Interpretation
wendo1513
 
Full summary an_introduction_to_sociolinguistics
Full summary an_introduction_to_sociolinguisticsFull summary an_introduction_to_sociolinguistics
Full summary an_introduction_to_sociolinguistics
Lutfan Adli
 

La actualidad más candente (20)

SYSTEMIC FUNCTIONAL LINGUISTICS: INTRODUCTION
SYSTEMIC FUNCTIONAL LINGUISTICS: INTRODUCTIONSYSTEMIC FUNCTIONAL LINGUISTICS: INTRODUCTION
SYSTEMIC FUNCTIONAL LINGUISTICS: INTRODUCTION
 
Morfologi Bahasa Inggris
Morfologi Bahasa InggrisMorfologi Bahasa Inggris
Morfologi Bahasa Inggris
 
Pragmatik dan Terjemahan
Pragmatik dan TerjemahanPragmatik dan Terjemahan
Pragmatik dan Terjemahan
 
Word and culture
Word and cultureWord and culture
Word and culture
 
Sociolinguistic
SociolinguisticSociolinguistic
Sociolinguistic
 
Language and Culture
Language and CultureLanguage and Culture
Language and Culture
 
The application of case grammar to translation
The application of case grammar to translationThe application of case grammar to translation
The application of case grammar to translation
 
Translation and Interpretation
Translation and InterpretationTranslation and Interpretation
Translation and Interpretation
 
Pendekatan Langsung dalam Penterjemahan
Pendekatan Langsung dalam PenterjemahanPendekatan Langsung dalam Penterjemahan
Pendekatan Langsung dalam Penterjemahan
 
Discourse and Society
Discourse and SocietyDiscourse and Society
Discourse and Society
 
Translation vs. Interpretation
Translation vs. Interpretation Translation vs. Interpretation
Translation vs. Interpretation
 
Gtm
GtmGtm
Gtm
 
Full summary an_introduction_to_sociolinguistics
Full summary an_introduction_to_sociolinguisticsFull summary an_introduction_to_sociolinguistics
Full summary an_introduction_to_sociolinguistics
 
Total Physical Respose Method
Total Physical Respose MethodTotal Physical Respose Method
Total Physical Respose Method
 
genre and register
genre and registergenre and register
genre and register
 
Text Register In Translation
Text Register In TranslationText Register In Translation
Text Register In Translation
 
Sociolinguistics chapter 4 introduction to sociolinguistics
Sociolinguistics chapter 4 introduction to sociolinguisticsSociolinguistics chapter 4 introduction to sociolinguistics
Sociolinguistics chapter 4 introduction to sociolinguistics
 
Introduction to Translation Theory
Introduction to Translation TheoryIntroduction to Translation Theory
Introduction to Translation Theory
 
Discourse and conversation
Discourse and conversationDiscourse and conversation
Discourse and conversation
 
Style & audience
Style & audienceStyle & audience
Style & audience
 

Similar a Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)

Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asingMakalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Santos Tos
 
Fungsi dan peran keragaman sosial budaya dalam pembangunan nasional
Fungsi dan peran keragaman sosial budaya dalam pembangunan nasionalFungsi dan peran keragaman sosial budaya dalam pembangunan nasional
Fungsi dan peran keragaman sosial budaya dalam pembangunan nasional
Fathimah Aulia
 
Fungsi bahasa ragam bahasa dan bahasa yang baik dan benar
Fungsi bahasa ragam bahasa dan bahasa yang baik dan benarFungsi bahasa ragam bahasa dan bahasa yang baik dan benar
Fungsi bahasa ragam bahasa dan bahasa yang baik dan benar
AMAR MAHARDIKA
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul
Katarina Yuliana
 
Variasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyaratVariasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyarat
Watak Bulat
 

Similar a Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu) (20)

Ppt b.ind kel 1
Ppt b.ind kel 1Ppt b.ind kel 1
Ppt b.ind kel 1
 
Disain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian KebahasaanDisain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian Kebahasaan
 
Arti dan ragam bahasa
Arti dan ragam bahasaArti dan ragam bahasa
Arti dan ragam bahasa
 
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
 
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asingMakalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
 
Fungsi dan peran keragaman sosial budaya dalam pembangunan nasional
Fungsi dan peran keragaman sosial budaya dalam pembangunan nasionalFungsi dan peran keragaman sosial budaya dalam pembangunan nasional
Fungsi dan peran keragaman sosial budaya dalam pembangunan nasional
 
Materi Bahasa Indonesia semester 5
Materi Bahasa Indonesia semester 5Materi Bahasa Indonesia semester 5
Materi Bahasa Indonesia semester 5
 
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
 
Fungsi bahasa ragam bahasa dan bahasa yang baik dan benar
Fungsi bahasa ragam bahasa dan bahasa yang baik dan benarFungsi bahasa ragam bahasa dan bahasa yang baik dan benar
Fungsi bahasa ragam bahasa dan bahasa yang baik dan benar
 
Sindy zulfa m
Sindy zulfa mSindy zulfa m
Sindy zulfa m
 
UTS-KELOMPOK-3-RAGAM-BAHASA.pptx
UTS-KELOMPOK-3-RAGAM-BAHASA.pptxUTS-KELOMPOK-3-RAGAM-BAHASA.pptx
UTS-KELOMPOK-3-RAGAM-BAHASA.pptx
 
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
 
Ragam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa IndonesiaRagam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa Indonesia
 
Bm forum 1
Bm forum 1Bm forum 1
Bm forum 1
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul
 
Keadaan dan Perkembangan Sosiolinguistik di Indonesia dan Lingkungan Sekitar....
Keadaan dan Perkembangan Sosiolinguistik di Indonesia dan Lingkungan Sekitar....Keadaan dan Perkembangan Sosiolinguistik di Indonesia dan Lingkungan Sekitar....
Keadaan dan Perkembangan Sosiolinguistik di Indonesia dan Lingkungan Sekitar....
 
Keadaan dan Perkembangan Sosiolinguistik di Indonesia dan Lingkungan Sekitar.pdf
Keadaan dan Perkembangan Sosiolinguistik di Indonesia dan Lingkungan Sekitar.pdfKeadaan dan Perkembangan Sosiolinguistik di Indonesia dan Lingkungan Sekitar.pdf
Keadaan dan Perkembangan Sosiolinguistik di Indonesia dan Lingkungan Sekitar.pdf
 
Variasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyaratVariasi bahasa, bahasa isyarat
Variasi bahasa, bahasa isyarat
 

Último

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 

Último (20)

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 

Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)

  • 1. Disusun Oleh : Kelompok 6 1. Cecep M. Hermawan (9919917008) 2. Muhamad Sartibi (NIM. 9919917019) 3. Lu’luil Maknun (NIM. 9919917017)
  • 2.  Secara Etimoligi (asal usul kata) : Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam bahasa Perancis diglossie yang diserap dari bahasa Yunani διγλωσσία, 'dwibahasa') oleh bahasawan Yunani Ioannis Psycharis. Ahli bahasa Arab William Marçais lalu juga menggunakannya pada tahun 1930 untuk menuliskan situasi bahasa di dunia Arab.  Secara istilah (gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna): Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dan tidak resmi atau non-formal. Contohnya: di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan bahasa lisan.
  • 3. 1. Menurut (Aslinda, dkk., 2007:26) : Permasalahan mengenai kedwibahasaan kiranya terasa erat sekali dengan perkembangan kebahasaan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa ibu mereka (bahasa daerah) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Penggunaan bahasa daerah disebut juga sebagai penggunaan bahasa pertama, sementara penggunaan bahasa Indonesia disebut juga sebagai penggunaan bahasa kedua. Penggunaan bahasa yang seperti itu disebut sebagai diglosia. 2. Menurut Ferguson (Alwasilah, 1990:136) : menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat di mana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. Diglosia ini dijelaskan oleh Ferguson dengan mengetangahkan sembilan topic, yakni : 1) Fungsi (merupakan kriteria diglosia yang sangat penting. Menurut Ferguson dalam masyarakat diglosis terdapat dua variasi dari satu bahasa. Variasi pertama disebut dialek tinggi (disingkat dialek T atau ragam T), dan yang kedua disebut dialek rendah (disingkat dialek R atau ragam R), 2) Prestise, 3) Warisan kesusastraan, 4) Pemerolehan, 5) Standarisasi, 6) Stabilitas, 7) Gramatika, 8) Leksikon, dan 9) Fonologi .
  • 4. 3) Menurut Fishman dalam Sumarsono (2007:39) : diglosia adalah obyek sosiolinguistik yang mengacu kepada pendistribusian lebih dari satu ragam bahasa atau bahasa yang mempunyai tugas-tugas komunikasi berbeda dalam suatu masyarakat. Fishman mengacu kepada perbedaan linguistik, bagaimanapun bentuk dan wujudnya, mulai dari perbedaan gaya dalam satu bahasa sampai kepada penggunaan dua bahasa yang sangat berbeda. Menurut Fishman, yang penting dalam hal ini adalah masing-masing ragam itu mempunyai fungsi yang berbeda dan dalam ranah yang berbeda pula. Dicontohkan Sumarsono (2007:40), di sebuah kota besar di Indonesia terdapat beberapa suku bangsa dengan bahasa daerah masing-masing di samping bahasa Indonesia. Menurut Sumarsono, fungsi bahasa daerah berbeda dengan bahasa Indonesia dan masing-masing mempunyai ranah yang berbeda pula. Bahasa daerah membangun suasana kekeluargaan, keakraban, kesantaian, dan dipakai dalam ranah kerumahtanggaan, ketetanggaan, dan kekariban, sedangkan bahasa Indonesia membangun suasana formal, resmi, kenasionalan, dan dipakai misalnya dalam ranah persekolahan (sebagai bahasa pengantar), ranah kerja (bahasa resmi dalam rapat), dan dalam ranah keagamaan (khotbah).
  • 5. 3) Pakar sosiologi, Fasold (1984) mengembangkan konsep diglosia ini menjadi apa yang disebutkan broad diglosia (diglosia luas). Di dalam konsep broad diglosia perbedaan itu tidak hanya antara dua bahasa atau dua ragam atau dua dialek secara binern melainkan bisa lebih dari dua bahasa atau dua dialek itu. Dengan demikian termasuk juga keadaan masyarakat yang di dalamnya ada diperbedakan tingkatan fungsi kebahasaan, sehingga muncullah apa yang disebut Fasold diglosia ganda dalam bentuk yang disebut double overlapping diglosia, double-nested diglosia, dan linear polyglosia (Chaer, 2004:98) : a. Double overlapping diglosia adalah adanya situasi pembedaan derajat dan fungsi bahasa secara berganda. Misalnya saja dalam masyarakat Indonesia, pada suatu siuasi, bahasa Indonesia adalah bahasa T, dan yang menjadi bahasa R-nya adalah bahasa daerah. Pada situasi lain bahasa Indonesia menjadi bahasa R, dan bahasa T-nya adalah bahasa Inggris. Jadi, bahasa Indonesia mempunyai status ganda.
  • 6. b. Double-nested diglosia adalah keadaan dalam masyarakat multilingual, di mana terdapat dua bahasa yang diperbedakan, satu sebagai bahasa T, dan yang lain sebagai bahasa R. Tetapi baik bahasa R maupun T masing-masing mempunyai ragam atau dialek yang juga diberi status R atau T. Contohnya, bahasa Jawa dianggap sebagai bahasa R dan bahasa T-nya adalah bahasa Indonesia. Bahasa Jawa sebagai bahasa T mempunyai ragam bahasa seperti basa krama yang diberi status ragam T dan basa ngoko yang berstatus R. Dalam bahasa Indonesia juga seperti itu, ragam baku dianggap T, dan ragam non- baku dianggap ragam R. c. Linear polyglosia adalah situasi kebahasaan yang pembedaan kederajatannya tidak menggunakan model biner, tetapi berdasarkan sikap penutur. Misalnya saja, masyarakat Cina di Indonesia. Berdasarkan sikap orang Cina yang terdidik, bahasa Indonesia dianggap bahasa T, bahasa Mandarin dianggap bahasa DH (dummy high) yang berarti walaupun termasuk ragam T, tetapi penggunaanya terbatas, dan bahasa Daerah termasuk ragam R.
  • 7. Persoalan-persoalan yang menyangkut diglosia adalah persoalan dialek yang terdapat dalam masyarakat tutur, misalnya dalam suatu bahasa terdapat dua variasi bahasa yang masing-masing ragamnya mempunyai peranan dan fungsi tertentu. Penggunaan ragam-ragam variasi tersebut bergantung kepada situasi.
  • 8. Masyarakat bilingual dan diglosis yaitu masyarakat yang menguasai dua bahasa atau lebih yang digunakan secara bergantian, namun masing-masing bahasa mempunyai peranannya masing-masing. Contohnya masyarakat Indonesia dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa daerah sebagai bahasa intrakelompok. Seperti dalam data di bawah ini.  Sabar, pertanyaan Panjenengan pasti terjawab semua! (Dalam kalimat tersebut penutur mengetahui ragam dan fungsinya dengan baik. Kata panjenengan termasuk ragam bahasa Jawa T dan digunakan untuk menghormati orang yang lebih tua maupun yang lebih tinggi kedudukannya. Contoh lain misalnya, seorang artis yang sedang melakukan wawancara, sering menggunakan bilingualisme dan juga diglosia. Faktor diglosia lebih pada hal prestise.)
  • 9. • Saya berencana akan go international tahun ini (Go international menunjukkan prestise seorang artis yang menganggap bahwa bahasa Inggris adalah bahasa T, dan bahasa Indonesia adalah bahasa R-nya. Selain contoh di atas, orang Madura yang berkomunikasi dengan orang Jawa sering menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan menggunakan logat Madura. Seperti pada data berikut). • Sampeyan mau beli sate berapa tusuk? (Kata sampeyan dalam bahasa Madura dan bahasa Jawa fungsinya sama, yaitu untuk komunikasi dengan orang yang tidak dikenal, maupun orang yang lebih muda tetapi tetap disegani. Hal ini sudah termasuk pada diglosia, dan untuk mendukung ke-diglosia-nya ini, penutur mengucapkan tuturan tersebut dengan logat Madura. Selanjutnya penutur menggunakan bahasa Indonesia yang menunjukkan ke-bilingual-nya)
  • 10. Anak merupakan pribadi yang unik dan menarik. Mereka memiliki sisi-sisi perkembangan emosi, intelektual, dan linguistik yang sangat luar biasa. Perkembangan tersebut terus tumbuh dengan pesatnya ketika usia balita, karena pada masa-masa ini sebenarnya otak anak sudah tumbuh 80% dari otak orang dewasa. Oleh karena itu mereka butuh perlakuan khusus karena sisi emosional dan psikologis mereka tidaklah sama dengan orang dewasa. Perbedaan sisi emosional dan juga psikologis inilah yang juga membedakannya dalam proses pembelajaran. Sehingga tidaklah bijak bagi orang tua dan guru memperlakukan anak-anak sama dengan memperlakukan orang dewasa ketika proses belajar, sebab anak-anak memiliki karakteristik yang berbeda.
  • 11. Demikian juga dalam pembelajaran bahasa (khususnya bahasa kedua), anak-anak perlu mendapatkan perlakuan khusus. Artinya dari sisi kurikulum, materi ajar, dan juga metode yang digunakan harus berorientasi pada kondisi emosional dan psikologis anak. Orang tua dan juga guru di sekolah seyogianya memperhatikan metode-metode pembelajaran bahasa pada anak secara menyeluruh dengan memerhatikan berbagai aspek tersebut, Sehingga anak-anak merasa nyaman dan senang dalam belajar bahasa. “Senang” dan “nyaman” merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran bahasa untuk anak. Jadi dalam proses pembelajaran tersebut anak haruslah merasa senang dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru maupun orang tua, dan kunci kesenangan tersebut terletak pada metode ajar yang digunakan oleh guru dan orang tua. Sebab dengan kondisi belajar yang menyenangkan, secara otomatis anak-anak akan merasa nyaman dalam proses pembelajaran bahasa.
  • 12. Dengan demikian, guru maupun orang tua perlu untuk memberikan situasi dan kondisi yang menyenangkan dan senyaman mungkin ketika proses pembelajaran. Kondisi dan situasi yang menyenangkan bisa diciptakan melalui penataan ruang dan juga alat-alat peraga, serta metode yang digunakan. Oleh karena itu persiapan sebelum mengajar bagi guru sangat penting, karena hal ini akan memberikan guidline atau rel dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
  • 13. 1. Mereka cenderung belajar secara tidak langsung. Mereka lebih menyukai belajar dari lingkungan sekitar, daripada harus fokus pada topik yang diajarkan di kelas, oleh karena itu lingkungan belajar harus mendukung proses pembelajaran bahasa kedua/ Indonesia. 2. Mereka memahami sebuah materi bukan semata- mata dari penjelasan yang diberikan oleh gurunya, tetapi dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Karena itu alat peraga sangat diperlukan untuk mendorong proses pemahaman mereka.
  • 14. 3. Umumnya mereka memiliki semangat yang luar biasa dalam mengenal hal-hal yang baru dan juga memiliki rasa keingintahuan yang besar. Guru yang baik harus mampu melayani rasa antusias dan keingintahuan murid-murid dengan baik, melalui seperangkat kegiatan. 4. Mereka membutuhkan perhatian secara individu dan juga pendekatan secara personal. Oleh sebab itu, guru harus mengenal karakter murid-muridnya dengan baik. 5. Mereka biasanya menyukai topik yang berkaitan dengan dunia mereka. Guru harus meresponnya dengan memberikan topik yang sesuai dengan alam kehidupan mereka, misalnya cerita bergambar.
  • 15. 6. Mereka gampang bosan, rata-rata konsentrasinya hanya sekitar 10 menit. Sehingga guru harus mengubah teknik pengajaran setiap 10 menit. 7. Mereka mampu memahami makna kata, meskipun mereka tidak mengerti terjemahannya. 8. Oleh sebab itu kegiatan-kegitan yang sesuai untuk mereka, antara lain adalah menemukan sesuatu (finding something), kegiatan yang imajinatif, puzzle, membuat sesuatu, menggambar, mewarnai, games yang melibatkan gerakan fisik, dan juga lagu-lagu berbahasa Indonesia.