Standar pelayanan kebidanan dasar membahas tentang asuhan persalinan kala satu. Ini meliputi evaluasi kondisi ibu dan janin, pemantauan kemajuan persalinan menggunakan partograf, serta penanganan persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman. Standar ini juga menjelaskan tahapan asuhan, indikator hasil yang baik, serta prasyarat dan langkah-langkah pelaksanaannya.
1. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Standar pelayanan kebidanan dasar
1. Definisi
2. Syarat Standar
2.2 Pengenalan Standar 9 Pelayanan Kebidanan
Standar 9 : Asuhan persalinan kala satu.
1. Tujuan
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
2. Pernyataan Standar
Bidan meilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan
dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses
persalinan berlangsung. Bidan juga melakukan pertolongn poses persalinan dan kelahiran
yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu
serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu di ijinkan memilih orang yang
akan mendmpinginya selama proses persalinan dan kelahiran.
3. Hasil
a. Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila di
perlukan.
2. b. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang di tolong tenaga
kesehatan terlatih.
c. Berkurangnya kematian atau kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.
4. Prasyarat
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran.
2. Bidan di panggil jika ibu sudah mulai mules/ketuban pecah.
3. Bidan telah terlatih dan terampil untuk:
3.1 memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
3.2 penggunaan partograf dan pembacaannya
4. Adanya alat untuk pertolongan persalinan termasuk beberapa sarung tangan
DTT/Steril
5. Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti
:air bersih, sabun dan handuk yang bersih, dua kain/ kain hangat yang bersih (Satu
untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk di pakai kemudian ), pembalut wanita dan
tempat untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang
bersih.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan
7. Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA, Partograf dan kartu ibu.
8. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric yang efektif.
9. Proses
Bidan Harus :
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang kan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran.
2. Segera mendatangi ibu hamil ketika di beritahu persalinan sudah mulai/ketuban
pecah.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
3. kontak dengan pasien. ( kuku harus di potong pendek dan bersih). Gunakan sarung
tangan kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh.
Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua pemeriksaan vagina.
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan memberikan perhatian terhadap
tekanan darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan lama kontraksi dan apakah
ketuban pecah).
6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan. (jika his
teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital
ibu/janin normal, maka tidak perlu segera di lakukan periksa dalam).
7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat jam dan Harus selalu secara
aseptic.
8. Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak
dari jumlah normal bercak darah/show yang ada pada persalinan. Perdarahan dalam
proses persalinan mungkin di sebabkan komplikasi seperti plasenta previa, segera
rujuk ke puskesmas atau rumahsakit terdekat (ikuti langkah yang tercantum di standar
16 ) .
9. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan
partograf pada saat asuhan di berikan. Jika di temukan komplikasi atau masalah,
segera berikan perawatan yang memadai dan rujuk ke puskesmas/rumah sakit yang
tepat.
10. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan
catatan kemajuan persalinan. Ibu harus di evaluasi sedikitnya setiap 4 jam, lebih
sering jika i indikasikan. Catatan harus selalu memasukkan denyut jantung janin,
pemeriksaan dalam, pecahnya ketuban, perdarahan/cairan vagina, kontraksi uterus,
kontraksi, tanda-tanda vital ibu (suhu, nadi, dan tekanan darah), urine, minuman,
obat-obatan yang di berikan, dan informasi yang berkaitan lainnya serta semua
perawatan yang di berikan.
11. Catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu pada saat ibu sampa dengan fase
aktif(pembukaan 4 cm atau lebih).
4. 12. Lengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf
adalah alat untuk mencatat dan menila kemajuan persalinan, dan kondisi ibu dengan
janin. Penggunaan partograf di perlukan untuk pengambilan keputusan klinis dan
deteksi dini komplikasi dalam proses persalinan, seperti misalnya partus lama.
Pengguna partograf secara tepat akan memungkinkan bidan untuk membuat
keputusan tentang perawatan ibu pada waktu yang tepat dan memungkinkan rujukan
dini jika di perlukan.
13. Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama
proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin harus di lakukan setiap 15 menit
(DJJ Kurang dari 100 kali/menit atau lebih dari 180 kali/menit). DJJ harus di
dengarkan selama dan segera setelah kontraksi uterus. Jika ada tanda-tanda gawat
janin bidan harus mempersiapkan rujukan kefasilitas yang memadai.
14. Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam (lebih sering
jika ada indikasi medis). Pada setiap periksa dalam, evaluai dan catat penyusupan
kepala janin dan cairan vagina/air ketuban.
15. Catat pada partograf kontraksi uterus seetiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jumlah
dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen
setiap 4 jam dan teruskan setiap periksa dalam.
17. Pantau dan catat pada lembar partograf:
a. Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi.
b. Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi.
c. Nadi setiap setengah jam
18. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada
partograf jumlah pengeluaran urine setiap kali ibu BAK dan catat protein atau aseton
yang ada dalam urine.
19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif begerak seperti biasa, dan memilih posisi
yang di rasakan nyaman, kecuali jika belum terjadi penurunn kepala sementara
ketuban sudah pecah. (Riset membuktikan banyak keuntungannya jika ibu tetap aktif
bergerak semampunya dan merasa senyaman mungkin). Jangan perbolehkan ibu
dalam proses persalinan berbaring terlentang. Ibu harus selalu berbaring mirng,
5. duduk, berdiri atau berjongkok. Berbaring terlentang mungkin menyebbkan gawat
janin.
20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum guna menghindari
dehidrasi dan gawat janin. (Riset menunjukkan bahwa ada keuntungannya untuk
memperbolehkan ibu minum dan makan-makanan kecil selama proses persalinan
tanpa komplikasi dan ada kerugiannya melarang minum atau makanan kcil yang
mudah di cerna).
21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi. Anjurkan
pada orang yang mendampingi ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan
kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama persalinan.
22. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya.
Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
23. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi
(lihat standard 10).
24. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (lihat standard 10).
10. Indikasi lain
11. Riset menunjukkan
12. Hal-hal yang perlu di ingat
a. Tidak ada bukti yang mendukung perlunya atau keuntungannya melakukan
klisma atau mencukur rambut pubis secara rutin.
b. Jika ketuban telah pecah, dan persalinan ibu TIDAK memasuki fase aktif dalam 8
jam, dan rujukan mengalami kesulitan karena komplikasi, jarak atau keadaan
lainnya, mulai berikan antibiotika dan segera di rujuk. Jika ketuban telah pecah,
tidak ada tanda gawat janin atau gawat ibu, dan rujukan tidak sulit,mulai berikan
antibiotika dan rujuk tidak melewati 24 jam sejak ketuban pecah.
c. Setiap persalinan harus menggunakan partograf, rujuk secepatnya jika garis
waspada pada partograf dilewati selama fase aktif persalinan. Atau jika ada tanda
6. gawat janin (DJJ kurang dari 100/menit atau lebih dari 180/menit). Jika fase laten
berlangsung lebih dari 8 jam,evaluasi untuk melihat apakah ibu mengalami
perubahan serviks dan benar dalam keadaan bersalin.jika ibu benar dalam
keadaan bersalin, tanpa kemajuan berarti, rujuk secepatnya.
d. Perdarahan melalui vagina selalu merupakan tanda bahay dan perlu dirujuk.
e. Jika ada mekonium dalam air ketuban, siapkan bola karet penghisap atau
penghisap Delee yang di-DTT pada saat kelahiran. Rujuk segera jika ada tanda-
tanda gawat janin.
f. Jika ada tanda-tnada gawat janin, baringkan ibu kesisi kiri untuk rujukkan. Jangan
pernah meninggalkan ibu dalam proses persalinan berbaring terlentang.