Dokumen tersebut membahas skenario pengembangan pelabuhan, termasuk pertimbangan-pertimbangan dalam menyusun skenario pengembangan pelabuhan seperti akomodasi berbagai jenis perdagangan dan persyaratan fungsional pelabuhan baru."
2. 2
Enam Rangkaian Workshop Terdiri Atas
o Demand forecasting techniques.
o Operations analysis and capacity assessment.
o Formulation and assessment of development
scenarios.
o Financial and economic analysis
o (especially pricing)
o Environmental assessment and impact
analysis.
o Social cost benefit and value for money
analysis.
3. 3
Agenda Hari 1
13 May 2014 Formulating and Assessment of Development Scenarios
09:00 – 09:15 Introduction by Pak Adolf
09:15 – 09:30 Introduction by Professor Sudjanadi
09:30 – 10:30 Segment 1: Port Master Planning Overview
10:30 – 11:00 Break
11:00 – 12:00 Segment 2: Development Scenario Considerations (Part I)
12:00 – 13:00 Lunch
13:00 – 13:30 Segment 3: Development Scenarios Considerations (Part II)
13:30 – 14:30 Segment 4: Assessing Development Scenarios through
International Case Studies
14:30 – 15:00 Break
15:00 – 16:00 Segment 5: Application to the Makassar Pilot Port Project
16:00 – 17:00 Discussion
17:00 Finish
5. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 1: Perencanaan Rencana Induk Pelabuhan
Pendekatan Rencana Induk
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
6. 6
Apa yang dimaksud dengan Proses Penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan
• Penyusunan rencana induk pelabuhan – biasanya
dilakukan setiap 20-30 tahun sekali namun sering juga
dilakukan revisi dan sebaiknya:
• Dibahas apakah pelabuhan harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
• Memperlihatkan adanya integrasi terhadap jaringan transportasi
• Mengatasi hambatan-hambatan terkait aspek lingkungan
• Memastikan adanya kesesuaian terhadap penggunaan lahan saat ini
• Menyediakan skenario pengembangan yang diusulkan
• Skenario pengembangan pelabuhan sebaiknya:
• Fleksibel dalam mengakomodasi perubahan
• Mengoptimalkan aset pelabuhan yang ada
• Memberi ruang yang efektif untuk fase pengembangan dalam memenuhi demand
• Menyertakan zona pelabuhan untuk mengcover area perairan dan darat, juga
berdasar tipe perdagangan
• Memungkinkan untuk pengecekan parameter penting:
• Kedalaman kolam
• Area daratan
• Koneksi di area daratan
• Zona Pelabuhan
8. 8
Perencanaan Rencana Induk – Prinsip Umum
1. Mencari optimasi pelabuhan yang ada saat ini
2. Mengidentifikasi bottleneck
• Prosedur operasi
• Peralatan
• Batasan fisik (dermaga dan lapangan penumpukan)
• Konsolidasi trade
3. Menetapkan kebutuhan untuk terminal peti kemas
yang baru
9. 9
Peran trade/demand forecasting
• Merupakan salah satu masukan terpenting dalam
merencanakan pelabuhan
• Diawali dengan studi pasar
• Perkiraan terhadap tipe dan jumlah kargo yang akan
ditangani
• Tujuan dari demand forecasting:
• Menyediakan informasi dasar terhadap rencana fisik pelabuhan
• Mendukung penilaian secara ekonomi dan finansial
• Ditambah dengan analisis armada kapal untuk
membentuk spektrum armada kapal, dalam rangka
menentukan:
• Kedalaman pelabuhan
• Area navigasi/pelayarna dan kolam putar
• Tipe dan panjang dermaga
• Reliability of estimates decreases as forecast horizon
increases
10. Port Development Scenarios
Bagian 1: Kajian Rencana Induk Pelabuhan
Tantangan yang dihadapi pelabuhan saat ini
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
11. 11
Tantangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini
• Peningkatan volume kargo
• Perubahan tipe kargo
• Perubahan armada kapal
• Hambatan koneksi area darat
• Perubahan kondisi fisik
12. 12
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Peningkatan jumlah kargo
Volume perdagangan dunia berdasarkan kelompok produk
utama (index 1950 = 100)
(Source: World Trade Organisation)
13. 13
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Perubahan tipe kargo
(Source: World Trade Organisation)
• Peningkatan jumlah tonase yang signifikan secara historis
14. 14
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Perubahan tipe kargo
(Source: World Trade Organisation)
• Peningkatan jumlah kargo – melebihi kapasitas
pelabuhan
• Peningkatan yang signifikan terhadap jumlah kargo peti
kemas secara historis
• Peningkatan penetrasi peti kemas
• Ketidakseimbangan antara aktivitas perdangan dan tipe
peti kemas meningkatkan kebutuhan untuk
memindahkan peti kemas
• Meningkatkan operasi transhipment
15. 15
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Perubahan jenis armada kapal
• Pada 10 tahun terakhir: terjadi peningkatan pada jumlah
kapal sebesar 68%, dan peningkatan total kapasitas TEU
sebesar 165%
• Akhir Juni 2103: 5023 kapal dengan total 16,6 juta TEU
• <25% account dan >50% kapasitas
• Rata-rata ukuran kapal 3,300TEU
Vessels scrapped as a proportion of total yearly fleet
(source: Lloyds List Intelligence)
TEU proportion of total fleet
(source: Lloyds List Intelligence)
16. 16
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Perubahan jenis armada kapal
Ukuran kapal peti kemas semakin besar
Clifford Maersk (8,000 TEU) docked at Tanjung Pelepas (Photo: AECOM)
17. 17
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Perubahan jenis armada kapal
Beam kapal untuk peti kemas lebih besar
Image: Maersk Mc-Kinney Moller (18,270TEU, 399m LOA) Courtesy Howard Wren Consulting
19. 19
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Perubahan jenis armada kapal
• Pendekatan
• Menentukan batasan untuk geometri saluran dan kolam putar
melalui simulasi
• Mempertimbangan kebutuhan bagi akses pada area pasang surut
dan hambatan pelayaran lainnya
• Usia struktrur dermaga
• Box dermaga yang lebih dalam – apabila struktur diizinkan
• Garis offset dermaga
• Beban dan ukuran crane
• Mengkaji kapasitas dan ukuran crane eksisting
• Mengkaji rel crane yang baru
• Tinggi crane
• Apron dan lapangan penumpukan
• Apron tidak cukup lebar untuk mengakomodasi bongkar muat
untuk tarif yang lebih tinggi dari ukuran kapal yang lebih besar
• Lapangan penumpukan tidak tumbuh pada tingkat yang sama
dengan throughput yang ada
20. 20
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Perubahan jenis armada kapal
Image: Low height ship to shore cranes arriving at Port Botany (image: Hutchison Port Holdings)
21. 21
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Koneksi sisi darat
• Infrastruktur sisi darat terbatas – ke arah kota
• Koneksi transportasi saat ini dibutuhkan biaya yang
cukup besar/signifikan untuk meningkatkan kapasitas –
seringkali hal ini bukan merupakan tanggung jawab
pemilik pelabuhan/operator
• Rel efektif untuk peti kemas, namun hanya untuk rel
tipikal. Bergantung pada gradien/kemiringan.
22. 22
ngtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Koneksi sisi darat
$7.2bn Khalifa Port – UAE: Peti kemas direlokasi untuk mengakomodasi
pertumbuhan
23. 23
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Kondisi lingkungan
Penilaian terhadap kenaikan level air laut, badai,
subsidensi, peningkatan populasi dan urbanisasi
1 Nicholls, R. J. 2008, Ranking Port Cities wit high Exposure and Vulnerability to Climate Change Extremes: Exposure Estimates. OECD Environment Working Papers, No.1
2005:
Population exposure (2.2M)
2070:
Asset value exposure (US$321bn)
24. 24
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Peningkatan level muka air laut
• Meningkat sebesar 120 m dalam 21.000 tahun terakhir
• Mengalami peningkatan secara global sebesar 0,17m
selama abad 20
• Hal ini akan terus meningkat
• Intensitass siklus perputaran air laut dengan glacier
terus meningkat
• Pergerakan tektonik, ekstraksi air tanah
Sea Level Trends 1993-2003 (Cazenave and Narem 2004)
25. 25
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Apakah badai yang terjadi saat ini akan lebih parah?
• Perdebatan mengenai apakah badai akan berubah
• Kurangnya data real dan model terbaru
• Tingginya variasi secara historis
• Tidak ada perubahan jumlah data yang signifikan di daerah tropis pada tahun
1970-2004, kecuali Atlantic1
• Perubahan badai yang diamati, dapat disebabkan variasi natural
• Hasil pengamatan menunjukkan perubahan Hs dari waktu ke waktu bergantung
pada posis lintang2
• Terlihat pengaruh gelombang badai, namun juga didorong oleh kondisi lokal
Reproduced from : Nobuhito Mori, T, Y. (2010), Projection of Extreme Wave climate
Change under Global Warming, Hydrological Research letters, 4, 15-19
1 Knutson, T , (2010), Tropical Cyclones and Climate Change, Nature Geoscience
2 Nobuhito Mori, T, Y. (2010), Projection of Extreme Wave climate Change under Global
Warming, Hydrological Research letters, 4, 15-19
26. 26
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Apa dampak yang akan terjadi?
• Peningkatnya waktu tunggu kapal karena banjir dan genangan di
area terminal, perkantoran dan infrastruktur
• Meningkatnya aktivitas gelombang dan badai
• Kapasitas drainase permukaan
• Kerusakan struktural dan durabilitas menurun (kombinasi dengan
perubahan suhu)
Waves batter a merchant vessel stranded along the coast during a heavy storm in Valparaiso
City, Chile, 121 km (75 miles) northwest of Santiago on July 6, 2010. (REUTERS/Eliseo
Fernandez)
27. 27
Tangtangan yang dihadapi oleh pelabuhan saat ini:
Dan bagaimana ketika ada kombinasi perubahan-perubahan
tersebut?
Reproduced from Kong, D, Setunge, S, Molyneaux, T, Zhang, G & Law D, 2013, Structural Resilience of core port infrastructure in a changing climate. Work Package
3 of Enhancing the resilience to seaports to a changing climate report series, National Climate Change Adaptation Facility, Gold Coast, Australia
• Kombinasi perubahan pada temperatur dan salinitas akan
menurunkan usia layan
• Dibutuhkan interfensi perawatan pada level muka air yang
lebih tinggi
28. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 2: Pertimbangan-pertimbangan Pengembangan Pelabuhan
siderations
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
29. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 2: Pertimbangan-pertimbangan Pengembangan Pelabuhan siderations
Persyaratan fungsional pelabuhan baru
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
30. 30
Skenario Pengembangan – Menentukan
Lokasi Baru
• Lokasi sandar kapal adalah di perairan yang dalam
• Kondisi yang baik untuk manuver kapal
• Kondisi lingkungan untuk memaksimalkan ketersediaan
dermaga dan meminimalisir downtime (angin,
gelombang)
• Ketersediaan (or ability to form) area lapangan
penumpukan
• Link transportasi yang baik
• Kondisi tanah yang baik
• Cocok dengan zona dan land use yang ada saat ini
• Tenaga kerja tersedia
• Harus memberi kesempatan pelabuhan untuk
berkembang
31. 31
Pertimbangan-pertimbangan dalam Skenario
Pengembangan:
Akomodasi tipe perdagangan (1)
Tipe
perdagangan
Kebutuhan/Persyaratan
Peti Kemas • Dermaga linear yang kontinyu
• Rentang ukuran kapal dari jenis feeder (50 TEU) sampai
kapal ULCS (>12.500TEU)
• Kemudahan bermanuver - biasanya terdapat bow thruster
• Waktu putar yang dibutuhkan <24 jam
• Usually use ship-to-shore cranes
• Dermaga harus efisien untuk pergerakan (bongkar muat)
peti kemas dalam jumlah yang besar
General
Cargo
• Selalu dilakukan di dermaga
• Tipikal ukuran kapal 700dwt hingga 15,000dwt
• Vairiasi ukuran peralatan yang dibutuhkan untuk memuat
barang, tergantung pada kargonya. Biasanya digunakan
crane dan forklift (di dermaga) atau dapat juga
menggunakan peralatan di kapal.
Curah padat
(solid bulks)
• Dilakukan di jetty atau dermaga, namun bongkar/muat
barang dilakukan oleh masing-masing pemilik
• Rentang ukuran kapal dari Handy Max hingga Large Bulk
32. 32
Pertimbangan-pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Akomodasi tipe perdagangan (2)
Tipe Kebutuhan/Persyaratan
Minyak • Dilakukan di jetty
• Disalurkan melalui pipa ke fasilitas penyimpanan di darat –
atau tempat yang lokasinya lebih jauh
• Nilai komoditas dan viskositas bervariasi – Pipa khusus atau
sistem pembersih. Dapat memerlukan pipa pemanas
Gas • Dilakukan di jetty – mirip dengan minyak
• LNG dan LPG diperlakukan sebagai liquid dengan
pressurisation dan cooling (pendinginan)
• Material yang berbahaya membutuhkan desain dan
penanganan yang cermat
Bahan
kimia
• Biasanya dikerjakan di jetty
• Draft terbatas
• Membutuhkan susunan pipa yang lebih besar untuk
mengangani beberapa produk
• Biasanya dimuat ke kapal dengan lengan flexible (flexible
hose) daripada lengan loading (loading arm)
Penumpang • Dermaga dengan koneksi sisi darat yang baik untuk
memindahkan penumpang dengan cepat
33. 33
Pertimbangan-pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Pertimbangan lainnya
Kapal tunda, pilots (Kapal Pandu) dan Mooring boats
(Kapal Kepil)
• Kebanyakan pelabuhan utama memiliki panduan wajib
• Kapal pandu mulai boarding di luar atau dekat alur
• Kapal tunda biasanya datang bersamaan dan
• Kemungkinan dibutuhkan Line boats, terutama di jetty
• Keamanan ketika bersandar harus disediakan bagi kapal
tunda, line boat dan pilot.
34. 34
Pertimbangan-pertimbangan dalam Skenario Pengembangan
Kapal Rencana
• Kapal rencana diidentifikasi berdasarkan tipe
perdagangan
• Kapal rencana biasanya dipilih dari yang terbesar,
namun hal tersebut tida harus dilakukan, yang penting
adalah kemudahan bermanuver.
• Informasi kedalaman keruk rencana dan panjang
dermaga
• Desain untuk memberi keamanan navigasi dan
bersandarnya kapal dengan ukuran kapal yang
bervariasi
• Dermaga peti kemas tidak selalu kedatangan kapal
rencana secara serentak/simultan
• Desain kapal menggunakan spektrum kapal realistik
35. 35
Contoh pada pelabuhan Makassar: Kapal rencana
Perdagangan: Peti Kemas
Catatan kedatangan: tipikal 7,000 – 8,000 dwt (700-1000 TEU)
Kapal-kapal yang sudah tua akan diganti dengan kapal sesuai kenaikan atau
bertambahnya ukuran kapal
Kemunkinan bahwa pada umur rencana, kapal ukuran Panamax akan didatangkan
ke Makassar. Sebagai contoh kapal rencana CMA-CGM Georgia:
LOA: 294m
Beam: 32.2m
Draft: 13.5m
Capacity 5,085 TEU
Kemungkinan akan didatangkan pada akhir umur rencana.
Struktur dermaga didesain agar mampu mengakomodasi.
Pengerukan dilakukan bertahap dari waktu ke waktu.
Pertimbangan-pertimbangan dalam Skenario Pengembangan
Kapal Rencana
36. Skenario Pengembangan Pelabuhan
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
Bagian 2: Pertimbangan-pertimbangan Skenario Pengembangan Pelabuhan
Menetapkan Kondisi Baseline
37. 37
Skenario Pengembangan Pelabuhan
Menetapkan kondisi fisik baseline
• Topografi dan Batimetri
• Meteorologi dan Oceanografi
• Angin
• Gelombang
• Arus
• Pasang surut
• Coastal
• Geoteknik
• Lingkungan
38. 38
• Topografi dan Batimetri
• Menentukan volume pengerukan dan reklamasi
• Masukan terhadap model hydrodynamic
• Dapat menggunakan chart current firesheet
dimungkinkan
• Sidescan
• Harus overlap
Skenario Pengembangan Pelabuhan
Menetapkan kondisi fisik baseline
39. 39
Skenario Pengembangan Pelabuhan
Menetapkan kondisi fisik baseline
• Penting untuk memahami hubungan antara laut dan
datum di darat pada lokasi:
• Land Datum: Constant level plane
• Sea Datum (CD): Not constant
dependant on tidal range
• Berbeda antara datum site specific
• Harus ditetapkan untuk setiap lokasi
Land Datum
40. 40
Skenario Pengembangan Pelabuhan
Menetapkan kondisi fisik baseline
• Metocean
• Angin dan downtime – crane downtime, vessel
downtime, alinyemen dermaga, cope levels, desain
struktur, beban mooring, breakwater
• Pasang surut dan tinggi muka air – surges, level
pengerukan dan reklamasi
• Arus – sandar dan mooring, kebutuhan kapal tug,
sedimentasi
• Dibutuhkan record data yang panjang untuk memperoleh
siklus
• Angin untuk melakukan wave hindcasting membutuhkan
sampel dengan resolusi tinggi pada interval reguler selama
periode yang lama
• Sebaiknya pengumpulan data terjadi pada saat yang
bersamaan
41. 41
Skenario Pengembangan Pelabuhan
Menetapkan kondisi fisik baseline
• Investigasi Geoteknik
• Menetapkan kelayakan biaya dan pengerukan
• Menetapkan material reklamasi yang sesuai
• Masukan dalam desain struktur
• Kombinasi dari suplemented geofisik dengan tes
geoteknik terpercaya
• Borehole
• CPT (Cone Penetration
Test)
42. 42
Skenario Pengembangan Pelabuhan
Menetapkan kondisi fisik baseline
• Pesisir (coastal)
• Memahami transport litoral
• Penilaian accretion/erosion
• Penilaian sedimentasi
• Evaluasi dampak terhadap kualitas air
45. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 2: Pertimbangan-pertimbangan Skenario Pengembangan Pelabuhan
Basic Layout
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
47. 47
Skenario Pengembangan Pelabuhan:
Layout basis “Harbour” Pesisir
• Tujuan
• Yang simple adalah yang terbaik
• Keep options open – mempertimbangkan rentang
yang besar
• Menyediakan area sandar dengan area darat yang
substansial
• Mempertimbangkan ukuran back up area yang
dibutuhkan – 500m/m untuk pelabuhan peti kemas
modern
48. 48
• Mengembangkan “harbour” natural
• Membuat “harbour” yang baru
Skenario Pengembangan Pelabuhan:
Layout basis “Harbour” Pesisir
58. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 3: Skenario Pengembangan – Port Approaches and Sizing
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
60. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 3: Skenario Pengembangan – Port Approaches and Sizing
Pendekatan, Channel dan Basin
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
61. 61
Skenario Pengembangan Pelabuhan:
Menetapkan Area Navigasi – Channel
Definisi:
• Approach channel – menghubungkan dermaga
pelabuhan ke laut lepas
• ‘outer’ channel – exposed
• ‘inner’ channel – sheltered
• Channel and fairway – Fitur waterways yang memiliki
ukuran lebar dan dalam yang cukup untuk
memungkinkan kapal transit.
Buoyed
PIANC 121::2014
62. 62
• Tujuan
• Meminimalisir waktu transit ke pelabuhan
• Meminimalisir batasan akses
• Dimensi saluran merupakan fungsi dari:
• Ukuran kapal
• Kemudahan manuver kapal
• Angin
• Arus
• Pemilihan satu atau dua arah mempertimbangkan nilai
ekonomisnya:
• Biaya pengerukan (biaya awal dan
perawatan/maintenance)
• Volume traffic dan biaya kelebihan waktu berlabuh
• Waktu transit dan sistem VTMS
• Ketersediaan pilotage dan kapal tunda
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi - Saluran
63. 63
• Aturan (rule of thumb):
• Saluran satu arah : 3.6 - 6 x beam
(>5 x beam untuk minyak dan gas)
• Saluran dua arah : 6.2 - 9 x beam
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi - Saluran
64. 64
• Tipikal jalur untuk manuver: 1.3 to 2.0 x Beam
• Sensitif pada arah angin lateral: kapal tangker, cruise
dan peti kemas
• Arus yang dapat menyebabkan kapal menjadi oleng: 0.5
x Beam
• Berhati-hati terhadap jarak kapal dengan sisi channel
dan kapal lainnya – menyebabkan terjadinya hisap
• Clearence saluran 2 arah >30m or atau beam terbesar
• Pelebaran saluran pada belokan>10o minimal 4 x Beam,
atau bisa lebih. Tergantung kedalaman.
• Kurva radius minimum >10 x LOA terbesar
• Sebaiknya tidak dirancang untuk “hard over” rudder
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi - Saluran
65. 65
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi - Saluran
• Kedalaman cukup untuk keamanan manuver pada level muka
air terendah, diijinkan untuk:
• Draft kapal pada beban maksimum
• Level muka air
• Pasang surt
• Surge – dengan catatan dapat positif atau negatif
• Perubahan iklim – disampaikan kemudian
• Tekanan atmosfer
• Gerakan kapal (roll, pitch, yaw and heave)
• Trim kapal ketika memuat barang
• Squat
• Karakteristik seabed
• Salinitas
• Pendangkalan
• Pengukuran error
• Tidak harus sama dengan berth box
66. 66
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi - Kedalaman
Minimum gross UKC “Rules of Thumb”:
Open Sea, High Speed ships, exposed to strong
swells:
30% of max draft.
Exposed channels, exposed to swell: 25% of max draft.
Exposed manoeuvring and berthing area: 20% of max draft.
Protected manoeuvring and berthing area: 10-15% of max draft.
67. 67
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi - Kedalaman
Mempertimbangkan batasan akses akibat pasang surut:
From PIANC report 121:2014
68. 68
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi - Kedalaman
Batasan akses akibat pasang surut:
- The Port of Newcastle:
69. 69
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi - Swinging
• Biasanya di daerah basin, dekat atau sebagai bagian dari
channel
• Usual to make the turn during entry (i.e. under ballast)
• Typically on berth bow to sea
• Diameter tergantung:
• Kemudahan manuver kapal
• Bantuan kapal tug
• Kondisi loka
• Rules of Thumb: Desain minimum 2 x LOA
Vessel with Bow
Thrusters
With tug assistance Diameter as x of
LOA
4 – 5
2.5
1.5
70. 70
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Area Navigasi – Channel
Makassar Worked Example: Pengembangan Channel
Kapal rencana:
LOA: 294m
Beam: 32.2m
Draft: 13.5m
Kedalaman rencana:
Asumsi load faktor 85% , so desain draf = 0.85 x 13.5 = 11.5m
Asumsi di luar karang 20% UKC = 11.5 x 1.2 = 13.8m
Di dalam area manuver 10% UKC = 11.5 x 1.1 = 12.6m
Diambil nilai = 12.5m
Lebar rencana:
Chek titik terendah: 150m, kedalaman 15m
150m = 4.7 x beam = OK
Area kolam putar
2.5 x LOA = 735m
Tidak ada batasan
71. 71
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan Desain Navigasi
• Simulasi dapat digunakan untuk menetapkan navigas
sebagai desain progres
• Fast-time simulation , biaya menjadi efektif
• Real-time simulation
• Part Mission – cocok untuk opsi pengembangan
• Full Mission – harus digunakan untuk menetapkan
desain final dan melatih kapal pilot.
72. 72
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Contoh Simulasi – Fast time
30kn angin dari Barat Laut (NW)
2.1kn arus dari tenggara
(SE)
Arrival: ‘comfortable’
Departure: ‘challenging’
74. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 3: Skenario Pengembangan – Port Approaches and Sizing
Basin dan Berth Box
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
75. 75
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Basin and Berth Box
• Area berdekatan dengan berth
• Kapal akan selesai bermanuver dan bersandar pada tiap
siklus gelombang:
• Harus mengakomodasi manuver kapal
• Lebar minimum ≥ 1.25 x Vessel Beam
• Panjang minimum ≥ 1.25 x Vessel Length
• Kedalaman harus mengakomodasi draft kapal pada
setiap kondisi pasang surut dan kondisi loading
76. 76
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Pemilihan panjang berth
• Ditentukan oleh kemampuan kapal rencana bersandar
dan melepaskan sandaran
• Tipikal clearance dihitung dengan mengalikan panjang
terbesar kapal rencana : 0.1L for sheltered, 0.2L if
exposed.
• Perhitungan kasar 30m untuk kapal yang bersandar
siang hari, 50m untuk kapal yang bersandar malam hari
• Base panjang total pada distribusi ukuran kapal
• Note – tidak dapat diaplikasikan untuk jetty dimana
panjang kapalnya spesifik
77. 77
• Waktu antrian kapal akan ditentukan oleh ketersediaan
dermaga
• Biasanya digunakan untuk menunggu dengan rasio
waktu layan:
Curah: <0.3
General Cargo: <0.2
Peti kemas: <0.1
• Untuk peti kemas:
• Diasumsikan panjang dermaga menerus (kontinu)
• Estimasi awal: “Rule of Thumb”: 1,000-1,400 TEU/m
dermaga
• Rasio waktu tunggu diterima
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Penetapan panjang berth
78. 78
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Penetapan panjang berth
Makassar Worked Example: Total Berth Length
Trade forecast: 3M TEU per annum in 2036.
Rough Estimate:
Assume 1,200 TEU/m of quay = 2,500m of quay length required.
79. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Segment 3: Development Scenarios – Port Approaches and Sizing
Terminal and Yard Sizing
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
83. 83
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan dimensi lapangan penumpukan - Yard
• Perhitungan demand didasarkan pada (lihat workshop
sebelumnya):
• Jumlah peti kemas
• Dwell time
• Storage density
• Import, export, transhipment,
• Mengembangkan skenario berdasar patokan: 40-50,000
TEU/ha/yr
84. 84
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Menetapkan dimensi terminal
Makassar Worked Example: Total Terminal Area
Trade forecast: 3M TEU per annum.
Rough Estimate:
Assume 40,000 TEU/ha/yr = 75 ha of yard area required.
Given quay length of 2,500m (see above) = 300 net yard depth
500m total terminal depth – 50m apron – 130m for back of port = 320m. OK
50m130m320m
500m
85. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 4: Skenario Pengembangan – Ketersediaan berth dan engineering
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
86. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 4: Skenario Pengembangan – Ketersediaan berth dan engineering
Calmness and efisiensi berth
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
87. 87
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness – gerakan vertikal
• Gerakan kapal pada berth akan menyebabkan efisiensi
• 3 gerakan translasi: surge, sway, heave
• 3 rotasi: roll, pitch, yaw
88. 88
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
• Seberapa jauh pengaruh kapal dapat bergerak pada
kondisi sebelum loading/unloading?
• Pada arah yang mana gerakan akan berakibat buruk
bagi loading/unloading peti kemas?
• Berapa banyak hari per tahun sebaiknya berth
available?
89. 89
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
• Disebabkan oleh:
• Passing kapal
• Pasang surut
• Angin
• Gelombang
• Local wave – fetch, limit durasi 5-10s.
• Swell waves – propagated from distant storms. 8-
20s.
• Long Waves – low frequency/surfbeat/infragravity.
Solitary or with wave group. 30s - >minutes
90. 90
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness – gerakan vertikal
• Heave, roll, pitch:
• 15s natural oscillation
• swell waves
• PIANC Rpt 2012:115
recommends orientating
berths into waves
91. 91
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness – gerakan horisontal
• Surge, sway, yaw
• 40-80s natural oscillation
• long periods waves
• Most critical whilst at berth
92. 92
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
• Gerakan yang dapat diterima tergantung jenis dan
ukuran kapal:
• PIANC 1995:
93. 93
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
Gerakan yang dapat diterima – panduan terkini (PIANC Rpt
2012-115):
PIANC 2012-115:
94. 94
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
Kapal peti kemas yang lebih kecil, PIANC 2012-115
recommends:
95. 95
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
Dinilai berdasarkan:
• Model numerik agitasi gelombang pada berth
• Analisis mooring
• Model fisik
Design out if necessary by:
• Pemilihan arah berth – biasanya 30˚ terhadap arah
angin yang ditetapkan
• Consider sheltering the berths – apakah dengan
reklamasi atau breakwater – yang paling efektif untuk
local dan swell waves
• Mempertimbangan resiko terhadap aktivitas gelombang
panjang
96. 96
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
Contoh kasus: Port Kembla
Port Kembla has a history of wave agitation in the outer
harbour
Photo taken during a storm in 1950 (modified from Figure 3 of Fitzpatrick and Sinclair, 1954)
97. 97
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
– Numerical seiching
modelling of masterplan
– Clear long wave seiching
axis
– Revised master plan
eliminated seiching
– Modifications made to tug
harbour
98. 98
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Berth Availability and Calmness
Image courtesy New South Wales Ports (formerly Port Kembla Port Corporation)
99. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 4: Skenario Pengembangan – Ketersediaan berth dan engineering
Pengerukan, Reklamasi dan Struktur Dermaga
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
100. 100
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Pengerukan dan Reklamasi
• Bertujuan untuk meminimalisir keduanya atau
memperoleh kuantitas yang seimbang
• Meminimalkan material keras dalam pengerukan
• Memaksimalkan re-use
• Mencari material timbunan yang baik
• Tanah lunak biasanya dapat diperbaiki
102. 102
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Trailing suction hopper dredger for maintenance dredging
Jan de Nul Manzillo II 4,000m3
103. 103
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Cutter suction hopper dredger for dredging in stiff clays (lempung
yang kaku) and soft rocks (batuan lunak)
106. 106
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Perbaikan tanah
• Terminal Peti Kemas Siagon Premier
• 950m panjang dermaga, 40ha
lapangan penumpukan (yard)
• Tanah lunak dalam
111. 111
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Pemilihan Struktur Berth – Gravity Walls
• Blockwork
• Caisson
• Cellular sheet piled
Kelebihan: Isu
Awet dan tahan lama Tie rear crane beam
Perawatan minimum Massa yang besar, beban gempa besar
Block work dapat dibangun di bawah air Membutuhkan tanah dasar yang baik
Baik apabila kedalaman final dan
kedalaman pengerukan adalah sama
Sensitif terhadap differential settlement
Block work butuh area casting yang besar
Caissons need depth to float in
Can hinder vessel through increased
reflection
112. 112
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Pemilihan Struktur Berth – Anchored bulkhead
• Port Kembla, Australia – Berth 103
• Tied circular pile bulkhead wall
113. 113
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Pemilihan Struktur Berth – Sheet Walls
• Tied Sheet pile wall
• Combi-wall
Kelebihan Isu
Mengurangi berat dinding Sulit dalam pemasangan lower tie
Fleksibel, dapat mengakomodasi
perubahan tekanan tanah
Beban front crane didukung oleh
pancang – penetrasi yang dalam
dibutuhkan pada tanah lunak
Tubular pile dalam combi wall akan
mengurangi kerentanannya
terhadap kondisi tanah yang
berbeda
Korosi pada tiang pancang
Dapat menghambat kapal akibat
peningkatan refleksi
115. 115
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Pemilihan Struktur Berth – Open Piled
• Open piled
Keuntungan: Isu
Tubular pile dalam combi wall akan
mengurangi kerentanannya
terhadap kondisi tanah yang
berbeda
Struktur slender, sensitif terhadap
overloading (kelebihan muatan)
Fixed rail gauge
Biasa digunakan
Mengurangi refleksi gelombang
116. 116
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Pemilihan Struktur Berth – Open Piled
• Tidak cocok untuk peti kemas
• LNG Woodside, WA
• Menggunakan material pile komposit baja/beton dengan span
sebesar 30m
118. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 4: Skenario Pengembangan – Berth Availability and Engineering
Utilities dan Shore Connection
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
119. 119
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan:
Utilities
• Listrik
• Selama konstruksi dan operasi
• Biasanya dari local grid
• Power supply darutart – kewajiban bagi pelabuhan
• Kebutuhan listrik akan besar – crane peti kemas dan
reefer
• Gardu substation
• Air
• Selama konstruksi dan operasi
• Biasanya dari jaringan publik
• Jika jaraknya jauh, mungkin dapat dibuat plan untuk
de-salinasi
120. 120
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan
Utilities
• Pemadam kebakaran
• Selama konstruksi dan operasi
• Tergantung tipe trade dan ukuran pelabuhan
• Mungkin dibutuhkan pasokan tersendiri
• Curah cair dan LNG butuh pertimbangan khusus
• Limbah cair dan padat
• Selama konstruksi dan operasi
• Biasanya tergabung dengan jaringan publik
• Apabila tidak, dibutuhkan lokasi khusus untuk area
tersebut
• Komunikasi
• Jaringan telekomunikasi, IT dll
121. 121
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan
Koneksi Transportasi
• Lalulintas jalan dari/keluar pelabuhan
• Kapasitas dan penyediaan jalur
• Jarak ke jaringan jalan
• Tempat parkir untuk waktu yang sebentar, menengah dan lama
• Ketersediaan dan kualitas pelayanan truk
• Aturan dan regulasi keamanan
• Lalulintas jalan rel dari/keluar pelabuhan
• Jumlah, panjang dan kapasitas rel
• Kompatibilitas railway gauge
• Standar teknis (elektrifikasi, sistem persinyalan, sistem radio)
• Jarak ke jaringan jalan
• Marshailing yard
• Aturan dan regulasi keamanan (potensi kemacetan, check peti
kemas)
122. 122
Pertimbangan dalam Skenario Pengembangan
Koneksi Transportasi
• Lalulintas air dari/keluar pelabuhan
• Ukuran kapal
• Pengaruh pasang surut dan “lock operation”
• Ketersediaan layanan (bunkering, linesmen, pilot
services)
• Ketersediaan dan kualitas pelayanan
• Pipelines and conveyors
• Jarak antara pelabuhan dan sumber atau tempat
penyimpanan
• Kapasitas penyimpanan intermediate pada kedua sisi
• Struktur terain
• Keselamatan dan regulasi keamanan
• Kebisingan dan emisi
124. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 5: Skenario Pengembangan – Studi Kasus
Part 1: Contoh Internasional
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
125. Skenario Pengembangan Pelabuhan
Bagian 5: Skenario Pengembangan dan Penilaian
Pelabuhan Makassar
13 May 2014
Formulation and Development of Port Development Scenarios
126. 126
Bagian 5:
Aplikasi pada Pelabuhan Makassar
• Pada bagian ini kita akan menerapkan
beberapa pertimbangan tersebut bagi
pengembangan opsi pilot proyek
Pelabuhan Makassar
129. 129
Skenario Pengembangan: Pelabuhan Makassar
Lingkup pengembangan pelabuhan eksisting
• Hatta:
• Dermaga caisson dengan panjang 850m
• Perpanjangan sejauh 150m
• Kedalaman rencana 12m (survey tahun 2012
menunjukkan kedalaman 10.8m)
• Lebar yard 150-240m
• Luas yard 11.4 hectares
• Quay crane: 7
• 2012 menangani 548,000 TEU
• Kapasitas desain terminal: 700,000 TEU
• Soekarno
• Panjang dermaha 1360m
• Kedalaman 9m
130. 130
Skenario Pengembangan: Pelabuhan Makassar
Lingkup pengembangan pelabuhan eksisting
Hatta:
• Dengan kaison, tidak bisa dibuat lebih dalam
• Tidak mencukupinya penyimpanan peti kemas
• Area yard membatasi perencanaan
• Yard depth primary constraint
• Kapasitas ultimate sekitar 800,000TEU
• Batas kapasitas yang efisien 550,000TEU – throughput saat
ini
• Kongesti jaringan jalan
Soekarno:
• Kedalaman tidak cukup untuk kapal peti kemas
• Cocok untuk menangani curah
Dikonfirmasi bahwa dibutuhkan terminal peti kemas yang
baru
136. 136
Skenario Pengembangan: Pelabuhan Makassar
Baseline data
Point Depth (m) Soil Description
SPT Value
(N)
BH - 1
0.00 – 4.90 Very Soft silt ; black 0 - 14
4.95 – 6.00 Silty clay ; black 14 – 59
6.00 – 6.75 Sand - clamshell 59
6.75 – 20.00 Clay stone ; greyish black 60
BH - 2
0.00 – 5.10 Very soft mud silt ; grey -
black
0 – 11
5.10 – 6.20 Silty clay ; black 11 – 14
6.20 – 7.00 Sand coarse – clamshell 14 – 37
7.00 – 20.00 Clay stone ; greyish black 37 – 60
BH -3
0.00 – 4.90 Very soft silt ; grey - black 0 – 6.25
4.90 – 5.90 Silty clay ; black 6.25 – 7.5
5.90 – 7.00 Sandy clay – clamshell ; black 7.5 – 33.75
7.00 – 20.00 Clay stone ; grey - black 33.75 –
58.75
137. 137
Skenario Pengembangan: Pelabuhan Makassar
Baseline data
Point Depth (m) Soil Description SPT Value (N)
BH - 4
0.00 – 3.90 Soft silt ; black 0 – 8.75
3.90 – 4.90 Silty clay ; black 8.75 – 31.25
4.90 – 5.70 Silty clay ; grey 31.25 – 48.75
5.70 – 6.30 Sand coarse – clamshell ; black 48.75 – 58.75
6.30 – 20.00 Clay stone ; black 60
BH – 5
0.00 – 6.00 Silt ; black 0 – 10
6.00 – 7.00 Silty clay ; black 10 – 57.5
7.70 – 8.40 Sand coarse – clamshell ; black 57.5
8.40 – 20.00 Clay stone ; greyish black 60
BH - 6
0.00 – 6.00 Very soft silt – clamshell ; black 0
6.00 – 7.70 Silty clay ; black 58.75
7.70 – 8.40 Sand coarse ; grey 58.75
8.40 – 20.00 Clay stone ; black 60
138. 138
Skenario Pengembangan: Pelabuhan Makassar
Baseline data
• Metocean
• Data angin yang diperoleh
• Kajian terhadap wave climate
• Anecdotal
• hindcasted
139. 139
Skenario Pengembangan: Pelabuhan Makassar
Baseline data
• Kajian isu lalulintas:
• Jaringan jalan lokal sempit dan macet
• Parkir/area tunggu untuk truk
• Sempitnya jembatan melwati sungai Tallo
• Jalan masuk tol
• Perbaikan jaringan jalan yang direncanakan harus
dapat membuka/memberi akses pada area untuk
berkembang
140. 140
Skenario Pengembangan: Pelabuhan Makassar
Tujuan utama
• Cocok untuk partipasi sektor swasta
• Mampu memenuhi pertumbuhan jangka panjang
• Meminimalisir dampak lingkungan
• Meminimalisir resiko yang terkait dengan re-zoning dan
approval
• Akses marine yang aman
• Memaksimalkan efisiensi terminal
• Akses lahan dan transportasi yang efisien
• Economical staging untuk pekerjaan sipil yang utama
seperti pengerukan, reklamasi dan breakwater
• Biaya