SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 14
SYARIAT ISLAM DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN
Oleh: H. Fahmy Lukman, Drs., M.Hum.
Potret Buram Pendidikan Kita
Berbagai tragedi telah mewarnai wajah dunia pendidikan kita, mulai perilaku dari
siswa, mahasiswa, sampai demontsrasi para guru dan pendidik lainnya yang menuntut
dinaikkan tunjangan mereka merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi, betapa
dunia pendidikan kita begitu rapuhnya. Ini semua merupakan representasi dari keadaan
sistem pendidikan yang sekularistik-materialistik.
Dampak terhadap kondisi itu nampak ketika masyarakat Indonesia mengalami krisis
multidimensional dalam segala aspek kehidupan. Fenomena kemiskinan, kebodohan,
kezaliman, penindasan, ketidakadilan di segala bidang, kemerosotan moral, peningkatan
tindak kriminal dan berbagai bentuk patologi sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan masyarakat. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, puluhan juta
orang terpaksa hidup dalam kemiskinan dan belasan juta orang kehilangan pekerjaan.
Sementara, sekitar 4,5 juta anak harus putus sekolah. Hidup semakin tidak mudah dijalani,
sekalipun untuk sekadar mencari sesuap nasi. Beban kehidupan bertambah berat seiring
dengan kenaikan harga-harga akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Bagi mereka
yang lemah iman, berbagai kesulitan yang dihadapi itu dengan mudah mendorongnya untuk
melakukan tindak kejahatan. Berbagai bentuk kriminalitas mulai dari pencopetan,
perampokan maupun pencurian dengan pemberatan, serta pembunuhan dan perbuatan
tindak asusila, budaya permisif, pornografi dengan dalih kebutuhan ekonomi terasa semakin
meningkat tajam. Di sisi lain, sekalipun pemerintahan ala reformasi telah terbentuk, tapi
kestabilan politik belum juga kunjung terwujud. Bahkan gejolak politik di beberapa daerah
malah terasa lebih meningkat. Mengapa semua ini terjadi?
Dalam keyakinan Islam, berbagai krisis tadi merupakan fasad (kerusakan) yang ditimbulkan
karena perilaku manusia sendiri. Ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an surah ar-Rum ayat
41:
‫ر‬َ ‫ه‬َ ‫ظ‬َ‫د‬ُ ‫سا‬َ ‫ف‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬‫في‬ِ‫ر‬ّ ‫ب‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬‫ر‬ِ ‫ح‬ْ ‫ب‬َ ‫ل‬ْ ‫وا‬َ‫ما‬َ ‫ب‬ِ‫ت‬ْ ‫ب‬َ ‫س‬َ ‫ك‬َ‫دي‬ِ ‫ي‬ْ ‫أ‬َ‫س‬ِ ‫نا‬ّ ‫ال‬
“Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan oleh karena tangan-tangan manusia”. (QS.
Ar Rum: 41)
Muhammad Ali As-Shabuni dalam kitab Shafwatu al-Tafasir menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan bi maa kasabat aydinnaas dalam ayat itu adalah “oleh karena
kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia (bi sababi ma’ashi al-
naas wa dzunu bihim)”. Maksiat adalah setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah,
yakni melakukan yang dilarang dan meninggalkan yang diwajibkan dan setiap bentuk
kemaksiyatan pasti menimbulkan dosa dan dosa berakibat turunnya azab Allah Swt. Selama
1
ini, terbukti di tengah-tengah masyarakat, termasuk dalam penataan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, banyak sekali kemaksiatan dilakukan. Dalam sistem sekuler,
aturan-aturan Islam memang secara sengaja tidak digunakan. Agama Islam, sebagaimana
agama dalam pengertian Barat, hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya
saja. Agama telah diamputasi dan dikebiri; dimasukkan dalam satu kotak tersendiri dan
kehidupan berada pada kotak yang lain. Dalam urusan pengaturan kehidupan, sosial
kemasyarakatan, agama (Islam) ditinggalkan. Akibatnya, di tengah-tengah sistem
sekuleristik tadi lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama. Yakni
tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik,
kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta
paradigma pendidikan yang materialistik.
Dalam tatanan ekonomi kapitalistik, kegiatan ekonomi digerakkan sekadar demi meraih
perolehan materi tanpa memandang apakah kegiatan itu sesuai dengan aturan Islam atau
tidak. Aturan Islam yang sempurna dirasakan justru menghambat. Sementara dalam
tatanan politik yang oportunistik, kegiatan politik tidak didedikasikan untuk tegaknya nilai-
nilai (kebenaran) melainkan sekadar demi jabatan dan kepentingan sempit lainnya. Dalam
tatanan budaya yang hedonistik, budaya telah berkembang sebagai bentuk ekspresi pemuas
nafsu jasmani. Dalam hal ini, Barat telah menjadi kiblat ke arah mana “kemajuan” budaya
harus diraih. Ke sanalah -musik, mode, makanan, film, bahkan gaya hidup ala Barat- orang
mengacu. Buah lainnya dari kehidupan yang materialistik-sekuleristik adalah makin
menggejalanya kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik. Tatanan bermasyarakat
yang ada telah memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada pemenuhan hak dan
kepentingan setiap individu. Koreksi sosial hampir-hampir tidak lagi dilihat sebagai tanggung
jawab bersama seluruh komponen masyarakat. Sikap beragama sinkretistik intinya adalah
menyamakan kedudukan semua agama. Paham ini bertumpu pada tiga doktrin: (1) Bahwa,
menurut mereka, kebenaran agama itu bersifat subyektif sesuai dengan sudut pandang
setiap pemeluknya; (2) Maka, sebagai konsekuensi dari doktrin pertama, kedudukan semua
agama adalah sama sehingga tidak boleh saling mendominasi; (3) oleh karena itu, dalam
masyarakat yang terdiri dari banyak agama, diperlukan aturan hidup bermasyarakat yang
mampu mengadaptasi semua paham dan agama yang berkembang di dalam masyarakat.
Sikap beragama seperti ini menyebabkan sebagian umat Islam telah memandang rendah,
bahkan tidak suka, menjauhi dan bahkan memusuhi aturan agamanya sendiri. Sebagian
umat telah lupa bahwa seorang Muslim harus meyakini hanya Islam saja yang diridhai Allah
SWT.
Sementara itu, sistem pendidikan yang materialistik terbukti telah gagal melahirkan manusia
saleh, berkepribadian mulia yang sekaligus menguasai pengetahuan, ilmu, dan teknologi
(PITEK). Secara formal kelembagaan, sekulerisasi pendidikan ini telah dimulai sejak adanya
dua kurikulum pendidikan keluaran dua departamen yang berbeda, yakni Departemen
Agama dan Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan sangat kuat bahwa
pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (PITEK) adalah suatu hal yang berada di wilayah bebas
nilai, sehingga sama sekali tak tersentuh standar nilai agama. Kalaupun ada hanyalah etik-
moral (ethic) yang tidak bersandar pada nilai agama. Sementara, pembentukan karakter
siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap
secara serius. Pendidikan yang materialistik memberikan kepada siswa suatu basis
pemikiran yang serba terukur secara material serta memungkiri hal-hal yang bersifat non
materi. Bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam
oleh orangtua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan
atau apapun yang setara dengan nilai materi yang telah dikeluarkan. Agama ditempatkan
pada posisi yang sangat individual. Nilai transendental dirasa tidak patut atau tidak perlu
2
dijadikan sebagai standar penilaian sikap dan perbuatan. Tempatnya telah digantikan oleh
etik yang pada faktanya bernilai materi juga.
Berbagai tragedi pun telah mewarnai wajah dunia pendidikan kita, mulai perilaku dari siswa,
mahasiswa sampai demontrasi para guru dan pendidik lainnya yang menuntut dinaikkan
tunjangan mereka merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi, betapa dunia
pendidikan kita begitu rapuhnya. Hal seperti itu dapat kita perhatikan dari kejadian tawuran,
curas, pergaulan bebas yang terus berulang setiap tahun. Dalam perkara tawuran,
berdasarkan data Direktorat Bimbingan Masyarakat Polda Metro Jaya dan sekitarnya bahwa
tawuran antar pelajar pada tahun 2000 terjadi 197 kasus dan tahun 2001 terjadi 123 kasus.
Pelajar yang tewas tahun 2000 tercatat 28 orang dan tahun 2001 sebanyak 23 orang.
Pelajar luka berat tahun 2000 ada 22 orang dan 2001 ada 32 orang. Yang memperihatinkan
bahwa tawuran tersebut telah turun ke tingkat siswa SLTP. Lebih mencemaskan lagi para
pelajar mulai berani melakukan aksi kekerasan, seperti penodongan sampai pembajakan
kendaraan umum (bus dan angkot), merampok penumpang, dan mereka tidak segan untuk
melukai korbannya. Kini setiap melihat pelajar bergerombol (baik SMU atau SLTP) banyak
orang menjadi cemas (Kompas, Minggu 12/5/02).
Ini semua merupakan “prestasi” dan representasi dari keadaan sistem pendidikan yang
sekularistik-materialistik.
Pengamatan secara mendalam atas semua hal di atas, membawa kita pada satu
kesimpulan: bahwa semua itu telah menjauhkan manusia dari hakikat kehidupannya sendiri.
Manusia telah dipalingkan dari hakikat visi dan misi penciptaannya.
Berikut ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita akibat produk dunia
pendidikan:
1. Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan pengaturan kehidupan
(sekularisme) sehingga agama (Islam) tidak lagi berperan sebagai pengendali motivasi
manusia (driving integrating motive) atau faktor pendorong (unifying factor).
2. Kepribadian peserta didik mengalami keguncangan citra diri (disturbance of self image)
dan keperibadian yang pecah (split personality) sehingga tidak memiliki kepribadian yang
islami (Asy Syakhshiyyah Al Islamiyyah).
3. Pola hidup masyarakat bergeser dari sosial-religius ke arah masyarakat individual
materialistis dan sekuler.
4. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan konsumtif.
5. Struktur keluarga yang semula extended family cenderung ke arah nuclear family bahkan
menuju single parent family.
6. Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi longgar dan rapuh.
7. Nilai-nilai agama dan tradisional masyarakat cenderung berubah menjadi masyarakat
modern bercorak sekuler dan permissive society.
3
8. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih hidup
bersama tanpa nikah.
9. Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan interpersonal baik
dalam keluarga maupun masyarakat.
Untuk mengubah dan memperbaiki kondisi dunia pendidikan harus dilakukan
pendekatan yang integratif dengan pengubahan paradigma dan pokok-pokok penopang
sistem pendidikan. Untuk itu diperlukan Islam sebagai solusi terhadap kenyataan tersebut.
Kualitas SDM yang Rendah
Berbicara persoalan kualitas, maka sistem pendidikan Indonesia nampaknya terbilang jelek.
Berdasarkan hasil penelitian The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) medio
September 2001 dinyatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia berada di urutan 12 dari
12 negara Asia, bahkan lebih rendah dari Vietnam. Sementara itu berdasarkan hasil
penilaian Program Pembangunan PBB (UNDP) pada tahun 2000 menunjukkan kualitas SDM
Indonesia menduduki urutan ke-109 dari 174 negara atau sangat jauh dibandingkan dengan
Singapura yang berada pada urutan ke-24, Malaysia pada urutan ke-61, Thailand urutan ke-
76, dan Filipina urutan ke-77 (Satunet.com).
Alih-alih untuk memperoleh sebuah sekolah yang berkualitas tinggi, harapan untuk
mendapatkan pendidikan saja semakin menipis seiring dengan krisis moneter dan ekonomi.
Berdasarkan data APTISI Jateng dinyatakan bahwa setiap tahun lulusan SMU Jateng berkisar
200.000 orang dengan 151 PTS yang dapat menampung 75.000 orang. Saat ini hanya
sekitar 11% lulusan SMU yang melanjutkan ke PT, selebihnya 89% masuk dunia kerja.
Kondisi tersebut tidak saja menimpa para pelajar yang hendak melanjutkan pendidikannya
ke jenjang PT, tetapi juga menimpa hampir semua pelajar di tingkat SD, SLTP. Dari Ciamis
diberitakan sekitar 14.000 siswa SD, SLTP, dan SMU terancam drop out.
Sementara itu, mereka yang mampu bersekolah pun belum tentu mendapatkan
pendidikan yang berkualitas. Dirjen Dikti Depdiknas mengungkapkan bahwa 50% PTN di luar
Jawa tidak memiliki kualifikasi layak minimal. Untuk PTS mencapai angka 90%. PTN di pulau
Jawa sebanyak 40% layak minimal, sedangkan untuk PTS 70% tidak layak minimal. Jika
dalam jangka waktu tertentu tidak ada perubahan, alternatif terakhir adalah menutup PTN
atau PTS itu (Kompas, 07/2/02).
Jika kita perhatikan saat ini, masyarakat dunia pada saat ini sedang bergerak ke arah
employee society, sementara sistem pendidikan kita masih bergulat untuk melahirkan para
workers (pekerja). Benar bahwa Indonesia memiliki “prestasi” dalam pasaran tenaga kerja
karena murah bayarannya; mereka tidak dapat bersaing dengan knowledge employee,
walaupun mereka dibayar jauh lebih mahal. Perkembangan industri manufaktur yang
mengurangi pekerja manual dan mengutamakan pekerja informasi akan menghempaskan
para lulusan lembaga pendidikan kita. Singkat kata, produk pendidikan dalam negeri tidak
4
sanggup untuk bersaing dengan produk pendidikan luar negeri. Jalaluddin Rahmat, dengan
mengutip pendapat Drucker, menyatakan bahwa di pasaran kerja internasional juga di
dalam negeri, tetangga-tetangga kita dari ASEAN akan menjadi “kognitariat” dan anak-anak
bangsa kita terhempas menjadi “proletariat”. Apa yang terjadi di negeri kita mirip dengan
apa yang terjadi sekarang di negara-negara Timur Tengah. Kita akan menemukan orang
India, Filipina, Singapura di front office, tempat kasir, atau pusat komputer. Kita akan
dapatkan anak-anak bangsa kita terpuruk di dapur yang pengap sebagai pembantu, di
dalam mobil sebagai supir, dan di tempat panas dan berdebu sebagai pekerja bangunan.
Terdapat sejumlah pertanyaan yang muncul ketika kita melihat kondisi yang telah
dipaparkan di atas. Paling tidak pertanyaan tersebut adalah seberapa produktifkah sistem
pendididikan nasional yang ada saat ini? Berapa besaran biaya pengorbanan yang telah
diberikan untuk pendidikan? Dengan biaya dan pengorbanan tersebut, layanan pendidikan
apa yang disiapkan, berapa banyak dan dengan mutu yang bagaimana, berkorelasi dengan
hal sebelumnya berapa luas dan dengan kualifikasi mutu yang bagaimana hasil pendidikan
dapat dicapai, dll.
Untuk mengubah dan memperbaiki kondisi dunia pendidikan harus dilakukan
pendekatan yang integratif dengan pengubahan paradigma dan pokok-pokok penopang
sistem pendidikan. Untuk itu diperlukan Islam sebagai solusi terhadap kenyataan tersebut.
Pradigma Pendidikan Islam
Robert L. Gullick Jr. dalam bukunya Muhammad, The Educator menyatakan: “Muhammad
merupakan seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan
kebahagiaan yang lebih besar. Tidak dapat dibantah lagi bahwa Muhammad sungguh telah
melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan Islam, suatu revolusi
sejati yang memiliki tempo yang tidak tertandingi dan gairah yang menantang… Hanya
konsep pendidikan yang paling dangkallah yang berani menolak keabsahan meletakkan
Muhammad di antara pendidik-pendidik besar sepanjang masa, karena -dari sudut
pragamatis- seorang yang mengangkat perilaku manusia adalah seorang pangeran di antara
pendidik”.
Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia dan dianggap sebagai
bagian dari proses sosial. Jargon yang menyatakan bahwa sarjana merupakan agent of
change merupakan simbol yang selalu terdengar akrab dalam dunia pendidikan. Hanya saja
suatu perubahan itu terjadi ke arah mana, maka itu sangat ditentukan oleh model sistem
pendidikan apa yang digunakan dan berlandasakan kepada ideologi apa dasar pendidikan itu
dibangun. Suatu sistem pendidikan yang ditegakkan berdasarkan ideologi sekularistik-
kapitalistik atau sosialisme-komunisme maka struktur dan mekanisme masyarakat yang
akan diwujudkannya adalah masyarakat sekuler-kapitalis atau sosialis-komunis. Demikian
pula Islam sebagai suatu sistem dan ideologi akan membangun suatu struktur masyarakat
yang sesuai dengan cita-cita ideologinya yang tentu saja akan berbeda dengan dua sistem
ideologi di atas. Melalui karakteristik ideologi tersebut suatu masyarakat secara pasti akan
diketahui jejak-langkah sistem pendidikan yang tengah berlangsung.
5
Berkenaan dengan hal itu, tentu saja ini merupakan langkah awal dan mendasar jika ingin
membicarakan masalah pendidikan. Ketidakfahaman terhadap tujuan suatu sistem
pendidikan dan karakteristik manusia yang hendak dibentuknya hanya akan membuat
program-program pendidikan sebagai sarana trial and error dan menjadikan peserta didik
bagai kelinci percobaan. Masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai sekularistik-materialistik
misalnya, hanya akan menghasilkan sumber daya manusia (peserta didik) yang berfikir
profit oriented dan akan menjadi economic animal. Di samping itu akan terjadi kebingungan
dalam mempertautkan agama (dan pendidikan agama) dengan pendidikan umum secara
wajar. Bagaimana melakukan sinkronisasi antara pelajaran agama dengan fisika, yaitu
berkenaan dengan penjelasan teori kekekalan massa dan energi misalnya. Begitu pula
mengaitkan persoalan teori evolusi Darwin yang menegasikan kemahaakuasaan dan
menyatakan manusia merupakan proses evolusi dengan agama pada sisi lain yang
mengajarkan keyakinan berbeda. Akan tercipta kegamangan bahkan ketidakjelasan sudut
pandang bagi peserta didik dan termasuk tenaga pendidiknya. Bukankah ini merupakan hal
yang ironis.
Pendidikan dalam Islam dapat (harus) kita fahami sebagai upaya mengubah manusia
dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan kerangka nilai/ideologi
tertentu (Islam). Dengan demikian, pendidikan dalam Islam merupakan proses
mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaannya dan mengembangkan
kemampuannya yang dipandu ideologi/aqidah Islam. Inilah paradigma dasar itu. Berkaitan
dengan itu pula secara pasti tujuan pendidikan Islam dapat ditentukan, yaitu menciptakan
SDM yang berkepribadian Islami, dalam arti cara berfikirnya berdasarkan nilai Islam dan
berjiwa sesuai dengan ruh dan nafas Islam. Begitu pula, metode pendidikan dan
pengajarannya dirancang untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap metodologi yang tidak
berorientasi pada tercapainya tujuan tersebut tentu akan dihindarkan. Jadi, pendidikan
Islam bukan semata-mata melakukan transfer of knowledge, tetapi memperhatikan apakah
ilmu pengetahuan yang diberikan itu dapat mengubah sikap atau tidak.
Dalam kerangka ini maka diperlukan monitoring yang intensif oleh seluruh lapisan
masyarakat termasuk pemerintah (negara) terhadap perilaku peserta didik, sejauh mana
mereka terikat dengan konsepsi-konsepsi Islam berkenaan dengan kehidupan dan nilai-
nilainya (aqidah). Rangkaian selanjutnya adalah tahap merealisasikannya sehingga
dibutuhkan program pendidikan dan kurikulum yang selaras, serasi, berkesinambungan
dengan tujuan di atas. Sebagai langkah awal diperlukan pemahaman tentang dasar-dasar
pribadi/individu dan tahap kejiwaannya.
Kurikulum dibangun pada landasan aqidah Islam sehingga setiap pelajaran dan
metodologinya disusun selaras dengan asas itu. Konsekuensi terhadap hal itu waktu
pelajaran untuk pemahaman tsaqafah Islam dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya
mendapat porsi yang besar. Mengingat hal ini dilakukan dalam rangka membangun
kerangka pemahaman manusia, tentu saja harus disesuaikan dengan waktu bagi ilmu-ilmu
lainnya. Ilmu-ilmu terapan diajarkan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tidak terikat
dengan jenjang pendidikan tertentu (formal). Di tingkat perguruan tinggi (PT), kebudayaan
asing dapat disampaikan secara utuh. Misalnya, tentang ideologi sosialisme-komunisme atau
kapitalisme-sekularisme dapat disampaikan untuk diperkenalkan kepada kaum muslimin
setelah mereka memahami Islam secara utuh. Pelajaran ideologi selain Islam dan konsepsi-
konsepsi lainnya disampaikan bukan bertujuan untuk dilaksanakan, melainkan untuk
6
dijelaskan dan difahami mengenai cacat-celanya, dan ketidaksesuaiannya dengan fitrah
manusia.
Pada jenjang PT tentu saja dibuka berbagai jurusan, baik dalam cabang ilmu
keislaman, ataupun jurusan lainnya, seperti teknik, kedokteran, kimia, fisika, sastra, politik
dll. sehingga peserta didik dapat memilih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Dari
model sistem pendidikan Islam seperti inilah maka kekhawatiran akan munculnya dikotomi
ilmu agama dan ilmu duniawi tidak akan terjadi. Dikotomi ilmu itu hanya terjadi pada
masyarakat sekuler-kapitalistik, tidak dalam masyarakat Islam. Berkenaan dengan hal inilah
generasi yang akan dibentuk adalah SDM yang mumpuni dalam bidang ilmunya dan
sekaligus dia memahami nilai-nilai Islam, serta berkepribadian Islam yang utuh. Tidak akan
terjadi pemisahan yang berarti antara ilmu agama dan ilmu duniawi. Sebab dipahami bahwa
semua ilmu adalah milik Allah dan kita wajib mengamalkan sesuai dengan syariat Islam.
Beberapa paradigma dasar bagi sistem pendidikan dalam kerangka Islam:
1. Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan aqidah
Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk sumber daya manusia terdidik dengan aqliyah
Islamiyah (pola berfikir islami) dan nafsiyah islamiyah (pola sikap yang islami).
2. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan amal
saleh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di dalam Islam yang
menjadi pokok perhatian bukanlah kuantitas, tetapi kualitas pendidikan. Perhatikan
bagaimana Al-Qur’an mengungkapkan tentang ahsanu amalan atau amalan shalihan (amal
yang terbaik atau amal shaleh).
3. Pendidikan ditujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi-
potensi baik yang ada pada diri setiap manusia selaras dengan fitrah manusia dan
meminimalisir aspek yang buruknya.
4. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pendidikan.
Dengan demikian sentral keteladanan yang harus diikuti adalah Rasulullah Saw. Dengan
demikian Rasulullah Saw. merupakan figur sentral keteladanan bagi manusia. Al-Qur’an
mengungkapkan bahwa “Sungguh pada diri Rasul itu terdapat uswah (teladan) yang terbaik
bagi orang-orang yang berharap bertemu dengan Allah dan hari akhirat”.
Adapun strategi dan arah perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita lihat pula dalam
kerangka berikut ini:
1. Tujuan utama ilmu yang dikuasai manusia adalah dalam rangka untuk mengenal Allah
Swt. sebagai Al-Khaliq, menyaksikan kehadirannya dalam berbagai fenomena yang diamati,
dan mengangungkan Allah Swt., serta mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah diberikan-
Nya.
2. Ilmu harus dikembangkan dalam rangka menciptakan manusia yang hanya takut kepada
Allah Swt. semata sehingga setiap dimensi kebenaran dapat ditegakkan terhadap siapapun
juga tanpa pandang bulu.
3. Ilmu yang dipelajari berusaha untuk menemukan keteraturan sistem, hubungan
kausalitas, dan tujuan alam semesta.
7
4. Ilmu dikembangkan dalam rangka mengambil manfaat dalam rangka ibadah kepada Allah
Swt., sebab Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang, dan segala hal yang
terdapat di langit atau di bumi untuk kemaslahatan umat manusia.
5. Ilmu dikembangkan dan teknologi yang diciptakan tidak ditujukan dalam rangka
menimbulkan kerusakan di muka bumi atau pada diri manusia itu sendiri.
Dengan demikian, agama dan aspek pendidikan menjadi satu titik yang sangat penting,
terutama untuk menciptakan SDM (Human Resources) yang handal dan sekaligus memiliki
komitmen yang tinggi dengan nilai keagamaannya. Di samping itu hal yang harus
diperhatikan pembentukan SDM berkualitas imani bukan hanya tanggung jawab pendidik
semata, tetapi juga para pembuat keputusan politik, ekonomi, dan hukum sangat
menentukan. Perlu dicatat bahwa akar KKN terjadi adalah akhlaq/perilaku manusianya yang
teralienasi dengan ajaran agamanya. Revolusi terhadap perilaku manusia merupakan basis
dari gerakan pembaharuan yang benar. Oleh sebab itu sangat diperlukan co-responsible for
finding solutions. Untuk melakukan revolusi tersebut maka musti diawali dengan revolusi
pemikiran (Taghyiir al Afkaar) dan pemahaman manusia terhadap Islam.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menjadi target penyampaian
pengetahuan. Tujuan ini merupakan acuan dan panduan untuk seluruh kegiatan yang
terdapat dalam sistem pendidikan. Jadi, tujuan pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar,
terstruktur, terprogram, dan sistematis dalam rangka membentuk manusia yang memiliki:
1. Kepribadian Islam
Tujuan ini merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim, yaitu teguhnya dalam
memegang identitas kemuslimannya dalam pergaulan sehari-hari. Identitas itu tampak pada
dua aspek yang fundamental, yaitu pola berfikirnya (aqliyah) dan pola sikapnya (nafsiyyah)
yang berpijak pada aqidah Islam. Berkaitan dengan pengembangan keperibadian dalam
Islam ini, paling tidak terdapat tiga langkah upaya pembentukannya sebagaimana yang
dicontohkan Rasulullah Saw., yaitu (1) menanamkan aqidah Islam kepada seorang manusia
dengan cara yang sesuai dengan kategori aqidah tersebut, yaitu sebagai aqidah aqliyah;
aqidah yang keyakinannya muncul dari proses pemikiran yang mendalam. (2) mengajaknya
untuk senantiasa konsisten dan istiqamah agar cara berfikir dan mengatur kecenderungan
insaninya berada tetap di atas pondasi aqidah yang diyakininya. (3) mengembangkan
kepribadian dengan senantiasa mengajak bersungguh-sungguh dalam mengisi pemikirannya
dengan tsaqafah Islamiyah dan mengamalkan perbuatan yang selalu berorientasi pada
melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt.
2. Menguasai Tsaqafah Islamiyah dengan handal.
Islam mendorong setiap muslim untuk menjadi manusia yang berilmu dengan cara
mewajibkannya untuk menuntut ilmu. Adapun ilmu berdasarkan takaran kewajibannya
menurut Al-Ghazali dibagi dalam dua kategori, yaitu (1) ilmu yang fardlu ‘ain, yaitu wajib
8
dipelajari setiap muslim, yaitu ilmu-ilmu tsaqafah Islam yang terdiri konsepsi, ide, dan
hukum-hukum Islam (fiqh), bahasa Arab, sirah nabawiyah, ulumul quran, tahfidzul quran,
ulumul hadits, ushul fiqh, dll. (2) ilmu yang dikategorikan fardlu kifayah, biasanya ilmu-ilmu
yang mencakup sains dan teknologi, serta ilmu terapan-ketrampilan, seperti biologi, fisika,
kedokteran, pertanian, teknik, dll. Berkaitan dengan tsaqafah Islam, terutama bahasa Arab,
Rasulullah Saw. telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan
dan urusan penting lainnya, seperti bahasa diplomatik dan interaksi antarnegara. Dengan
demikian, setiap muslim yang bukan Arab diharuskan untuk mempelajarinya. Berkaitan
dengan hal ini karena keterkaitan bahasa Arab dengan bahasa Al-Quran dan As-Sunnah,
serta wacana keilmuan Islam lainnya.
3. Menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi/PITEK).
Menguasai PITEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga
dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifatullahi di muka bumi dengan baik. Islam
menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu kewajiban yang harus
dikerjakan oleh sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti
kedokteran, kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll. Pada hakekatnya ilmu
pengetahuan terdiri atas dua hal, yaitu pengetahuan yang mengembangkan akal manusia,
sehingga ia dapat menentukan suatu tindakan tertentu dan pengetahuan mengenai
perbuatan itu sendiri. Berkaitan dengan akal, Allah Swt. telah memuliakan manusia dengan
akalnya. Akal merupakan faktor penentu yang melebihkan manusia dari makhluk lainnya,
sehingga kedudukan akal merupakan sesuatu yang berharga. Allah menurunkan Al-Qur’an
dan mengutus Rasul-Nya dengan membawa Islam agar beliau menuntun akal manusia dan
membimbingnya ke jalan yang benar. Pada sisi yang lain Islam memicu akal untuk dapat
menguasai PITEK, sebab dorongan dan perintah untuk maju merupakan buah dari
keimanan. Dalam kitab Fathul Kabir, juz III, misalnya diketahui bahwa Rsulullah Saw.
pernah mengutus dua orang sahabatnya ke negeri Yaman untuk mempelajari pembuatan
senjata mutakhir, terutama alat perang yang bernama dabbabah, sejenis tank yang terdiri
atas kayu tebal berlapis kulit dan tersusun dari roda-roda. Rasulullah Saw. memahami
manfaat alat ini bagi peperangan melawan musuh dan menghancurkan benteng lawan.
4. memiliki skills/ketrampilan yang tepat guna dan berdaya guna.
Perhatian besar Islam pada ilmu teknik dan praktis, serta ketrampilan merupakan salah satu
dari tujuan pendidikan islam. Penguasaan ketrampilan yang serba material ini merupakan
tuntutan yang harus dilakukan umat Islam dalam rangka pelaksanaan amanah Allah Swt.
Hal ini diindikasikan dengan terdapatnya banyak nash yang mengisyaratkan kebolehan
mempelajari ilmu pengetahuan umum dan ketrampilan. Hal ini dihukumi sebagai fardlu
kifayah. Penjelasan 3 dan 4 dapat diperhatikan pada pembahasan Ilmu dan kedudukan
dalam Islam di atas.
Gambaran Umum Sistem Pendidikan Islam
9
Gambaran umum tentang sistem pendidikan Islam dapat kita perhatikan pada beberapa
aspek berikut ini:
1. Kurikulum dalam sistem pendidikan Islam harus berdasarkan pada asas aqidah Islam.
Dengan demikian, seluruh bahan ajar dan metode pengajarannya diselaraskan dengan asas
aqidah Islam tersebut.
2. Kebijakan sistem pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk membentuk aqliyah
Islamiyah dan nafsiyah Islamiyah.
3. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam bagi seluruh
anggota masyarakat sehingga metode pendidikan disusun untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Waktu pelajaran ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab diberikan setiap minggu dan hal ini
tentu saja diselaraskan dengan waktu pelajaran pengetahuan yang lain, baik dari sisi lama
pelajaran maupun porsi pengajaran.
5. Pengajaran sains dan ilmu terapan harus dibedakan dengan pelajaran tsaqafah. Ilmu
terapan diajarkan tanpa mengenal peringkat pendidikan, melainkan mengikuti
kebutuhannya, sementara tsaqafah Islam diajarkan pada tingkat sekolah dasar, menengah
dan perguruan tinggi dengan rancangan pendidikan yang tidak bertentangan dengan
konsepsi dan hukum Islam. Di tingkat PT tsaqafah dapat diajarkan secara utuh, baik
tsaqafah Islam maupun yang bukan dengan syarat tidak bertentangan dengan tujuan dan
kebijakan pendidikan.
6. Tsaqafah Islam wajib diajarkan pada semua tingkatan pendidikan. Hanya saja di tingkat
PT dapat dibuka berbagai fakultas dengan berbagai cabang ilmu keislaman dan fakultas
yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
7. Seni dan ketrampilan dapat dikategorikan sebagai sains, seperti perniagaan, pelayaran,
dan pertanian. Semuanya mubah dipelajari tanpa terikat dengan batasan atau syarat
tertentu. Hanya saja dari sisi yang lain dapat juga dimasukkan ke dalam tsaqafah, jika di
dalamnya terdapat pengaruh dari pandangan hidup atau ideologi tertentu, seperti seni lukis,
ukir, dan patung, atau pahat. Yang terakhir tentu saja tidak boleh untuk dipelajari (yaitu jika
merupakan bagian dari ideologi kufur).
8. Program pendidikan harus seragam dan ditetapkan oleh negara. Tidak terdapat larangan
untuk mendirikan sekolah swasta sepanjang kurikulumnya tetap mengacu pada kebijakan
pendidikan dan kurikulum yang telah ditetapkan negara. Hanya saja sekolah tersebut bukan
sekolah asing.
9. Mengajarkan masalah yang diperlukan bagi manusia dalam kehidupannya dan program
wajib belajar ini berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, baik laki-laki maupun
perempuan. Negara berkewajiban untuk menjamin pendidikan bagi seluruh warga negara
secara gratis. Masyarakat diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat
pendidikan tinggi secara gratis pula. Begitu pula yang berkeinginan melakukan penelitian
dalam berbagai ilmu pengetahuan dan tsaqafah, seperti fiqh, ushul fiqh, hadits, tafsir atau
bidang ideologi, teologi, kedokteran, kimia, fisika, biologi dll., sehingga negara akan dapat
melahirkan sejumlah mujtahid dan para saintis.
10. Negara berkewajiban menyediakan perpustakaan dan kelengkapan bagi sarana belajar-
mengajar secara baik, di samping tentu saja sekolah dan PT. Termasuk laboratorium,
perpustakaan, buku, dll yang dimungkinkan dapat diperoleh secara mudah oleh masyarakat.
10
11. Negara tidak diperbolehkan memberikan hak istimewa dalam mengarang buku-buku bagi
pendidikan untuk semua tingkatan. Seseorang baik pengarang atau bukan tidak boleh
memiliki hak cipta atau hak terbit, jika sebuah buku telah dicetak dan diterbitkan. Hanya
saja jika masih dalam bentuk pemikiran yang dimiliki seseorang dan belum dicetak ataupun
diedarkan maka seseorang boleh memperoleh imbalan ataupun bayaran, sebagaimana
layaknya bayaran untuk orang yang mengajarkan ilmu.
Negara Sebagai Penyelenggara Pendidikan
Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai problematika
yang dihadapi manusia. Setiap solusi yang disajikan Islam secara pasti selaras dengan
keadaan fitrah manusia, termasuk perkara pendidikan. Dalam Islam, Negaralah yang
berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang
diterapkan, bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi sekolah/PT,
metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan
dapat diperoleh rakyat secara mudah. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah Saw.
memerintahkan dalam haditsnya: “Seorang Imam (khalifah/ kepala negara) adalah
pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas
urusan rakyatnya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Perhatian Rasulullah Saw. terhadap dunia pendidikan tampak ketika beliau Saw.
menetapkan agar para tawanan perang Badar dapat bebas jika mereka mengajarkan baca-
tulis kepada sepuluh orang penduduk Madinah. Hal ini merupakan tebusan. Perkara yang
beliau Saw. lakukan tersebut adalah kewajiban yang harus dilaksanakan kepala negara.
Bertanggung jawab penuh terhadap setiap kebutuhan rakyatnya. Menurut hukum Islam,
barang tebusan itu merupakan hak Baitul Maal (kas negara). Tebusan ini sama nilainya
dengan pembebasan tawanan perang Badar. Dengan tindakan yang seperti itu, yaitu
membebankan pembebasan tawanan perang badar kepada Baitul maal (kas negara) dengan
memerintahkan mereka mengajarkan baca tulis, berarti Rasulullah Saw. telah menjadikan
biaya pendidikan itu setara nilainya dengan barang tebusan. Dengan kata lain, beliau
memberi upah kepada para pengajar itu (tawanan perang) dengan harta benda yang
seharusnya menjadi milik kas negara.
Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya Al Ahkaam menjelaskan bahwa seorang kepala
negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi sarana-sarana pendidikan, sistemnya, dan
orang-orang yang digaji untuk mendidik masyarakat. Jika kita melihat sejarah kekhalifahan
Islam maka kita akan melihat perhatian para khalifah (kepala negara) terhadap pendidikan
rakyatnya sangat besar demikian pula perhatiannya terhadap nasib para pendidiknya.
Banyak hadits Rasul yang menjelaskan perkara ini, di antaranya: “Barangsiapa yang kami
beri tugas melakukan suatu pekerjaan dan kepadanya telah kami berikan rezeki
(gaji/upah/imbalan), maka apa yang diambil selain dari itu adalah kecurangan” (HR. Abu
Daud).
“Barangsiapa yang diserahi tugas pekerjaan dalam keadaan tidak memiliki rumah maka
hendaklah ia mendapatkan rumah. Jika ia tidak memiliki isteri maka hendaklah ia menikah.
Jika ia tidak memiliki pembantu maka hendaklah ia mendapatkannya. Bila ia tidak memiliki
hewan tunggangan hendaklah ia memilikinya. Dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu
maka ia telah melakukan kecurangan”. Hadits-hadits tersebut memberikan hak kepada
11
pegawai negeri (pejabat pemerintahan) untuk memperoleh gaji dan fasilitas, baik
perumahan, isteri, pembantu, ataupun alat transportasi. Semua harus disiapkan oleh
negara. Jika kita membayangkan seandainya aturan Islam diterapkan maka tentu saja
tenaga pendidik maupun pejabat lain dalam struktur pemerintahan merasa tentram bekerja
dan benar-benar melayani kemaslahatan masyarakat tanpa pamrih sebab seluruh
kebutuhan hidupnya terjamin dan memuaskan. Sebagai perbandingan, Imam Ad Damsyiqi
telah menceritakan sebuah riwayat dari Al-Wadliyah bin Atha yang menyatakan bahwa di
kota Madinah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin Khatthab
memberikan gaji pada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram
emas).
Begitu pula ternyata perhatian para kepala negara kaum muslimin (khalifah) bukan hanya
tertuju pada gaji para pendidik dan biaya sekolah, tetapi juga sarana lainnya, seperti
perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Di antara perpustakaan yang terkenal adalah
perpustakaan Mosul didirikan oleh Ja’far bin Muhammad (wafat 940M). Perpustakaan ini
sering dikunjungi para ulama, baik untuk membaca atau menyalin. Pengunjung
perpustakaan ini mendapatkan segala alat yang diperlukan secara gratis, seperti pena, tinta,
kertas, dll. Bahkan kepada para mahasiswa yang secara rutin belajar di perpustakaan itu
diberikan pinjaman buku secara teratur. Seorang ulama Yaqut Ar Rumi memuji para
pengawas perpustakaan di kota Mer Khurasa karena mereka mengizinkan peminjaman
sebanyak 200 buku tanpa jaminan apapun perorang. Ini terjadi masa kekhalifahan Islam
abad 10 Masehi. Bahkan para khalifah memberikan penghargaan yang sangat besar
terhadap para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang ditulisnya.
Bagaimana dengan kita?
Dana , Sarana, dan Prasana Pendidikan
Berdasarkan sirah Nabi saw. dan tarikh Daulah Khilafah Islam (lihat Al Baghdadi, 1996),
negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi
seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan
fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara. Kesejahteraan dan gaji para
pendidik sangat diperhatikan dan merupakan beban negara yang diambil dari kas Baitul
maal (kas negara). Sistem pendidikan bebas biaya tersebut berdasarkan ijma’ shahabat
yang memberi gaji kepada para pendidik dari baitul maal dengan jumlah tertentu. Contoh
praktisnya adalah Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan khalifah Al Muntahsir di kota
Baghdad. Pada Sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar
(4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas
sekolah disediakan, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian.
Begitu pula dengan Madrasah An Nuriah di damaskus yang didirikan pada abad keenam
hijriyah oleh khalifah Sultan Nuruddin Muhammad zanky. Di sekolah ini terdapat fasilitas lain
, seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan, para pelayan serta
ruangan besar untuk ceramah dan diskusi. Dan jauh sebelumnya Ad Damsyiqi mengisahkan
dari Al Wadliyah bin atha’ bahwa khalifah Umar bin Khattab memberikan gaji kepada tiga
orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah masing-masing sebesar 15 dinar
emas setiap bulan (1 dinar=4,25 gram emas).
12
Media pendidikan adalah segala sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakan
program dan kegiatan pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan harus dilengkapi dengan
sarana-sarana fisik yang mendorong terlaksananya program dan kegiatan tersebut sesuai
dengan kreativitas, daya cipta, dan kebutuhan. Sarana itu dapat berupa buku-buku
pelajaran, sekolah/kampus, asrama siswa, perpustakaan, laboratorium, toko-toko buku,
ruang seminar -audiotorium tempat dilakukan aktivitas diskusi, majalah, surat kabar, radio,
televisi, kaset, komputer, internet, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, majunya sarana-sarana pendidikan dalam kerangka untuk mencerdaskan
umat menjadi kewajiban negara untuk menyediakannya. Oleh sebab itu keberadaan sarana-
sarana berikut harus disediakan:
1. Perpustakaan umum, laboratorium, dan sarana umum lainnya di luar yang dimiliki
sekolah dan PT untuk memudahkan para siswa melakukan kegiatan penelitian dalam
berbagai bidang ilmu, baik tafsir, hadits, fiqh, kedokteran, pertanian, fisika, matematika,
industri, dll. sehingga banyak tercipta para ilmuwan dan mujtahid.
2. Mendorong pendirian toko-toko buku dan perpustakaan pribadi. Negara juga
menyediakan asrama, pelayanan kesehatan siswa, perpustakaan dan laboratorium sekolah,
beasiswa bulanan yang mencukupi kebutuhan siswa sehari-hari. Keseluruhan itu
dimaksudkan agar perhatian para siswa tercurah pada ilmu pengetahuan yang digelutinya
sehingga terdorong untuk mengembangkan kreativitas dan daya ciptanya.
3. Negara mendorong para pemilik toko buku untuk memiliki ruangan khusus pengkajian
dan diskusi yang dipandu oleh seorang alim/ilmuwan/cendekiawan. Pemilik perpustakaan
pribadi didorong memiliki buku-buku terbaru, mengikuti diskusi karya para ulama dan hasil
penelitian ilmiah cendekiawan.
4. Sarana pendidikan lain, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan penerbitan
dapat dimanfaatkan siapa saja tanpa mesti ada izin negara.
5. Negara mengizinkan masyarakatnya untuk menerbitkan buku, surat kabar, majalah,
mengudarakan radio dan televisi; walaupun tidak berbahasa Arab, tetapi siaran radio dan
televisi negara harus berbahasa Arab.
6. Negara melarang jual-beli dan ekspor-impor buku, majalah, surat kabar yang memuat
bacaan dan gambar yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Termasuk melarang acara
televisi, radio, dan bioskop yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
7. Negara berhak menjatuhkan sanksi kepada orang atau sekelompok orang yang
mengarang suatu tulisan yang bertentangan dengan Islam, lalu dimuat di surat kabar dan
majalah.
8. Hasil karya penulis dapat dipakai kapan saja dengan syarat harus bertanggung jawab
atas tulisannya dan sesuai dengan aturan Islam.
9. Seluruh surat kabar dan majalah, pemancar radio & televisi yang sifatnya rutin milik
orang asing dilarang beredar dalam wilayah Khilafah Islamiyah. Hanya saja, buku-buku
ilmiah yang berasal dari luar negeri dapat beredar setelah diyakini di dalamnya tidak
membawa pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam.
13
Demikian pemaparan sistem pendidikan Islam. Sangat jelas keunggulan sistem pendidikan
Islam yang diatur oleh syariat Islam. Dengan bersikap objektif terhadap syariat Islam,
seharusnya manusia yang jujur, berpikir, dan yang memiliki nurani yang jernih, akan
kembali ke syariat Islam.
14

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

M2 - БАРИЛГЫН 1м2 ТАЛБАЙН ҮНИЙГ ОНОВЧТОЙ ТОГТООХ МЕНЕЖМЕНТ
M2 - БАРИЛГЫН 1м2 ТАЛБАЙН ҮНИЙГ ОНОВЧТОЙ ТОГТООХ  МЕНЕЖМЕНТM2 - БАРИЛГЫН 1м2 ТАЛБАЙН ҮНИЙГ ОНОВЧТОЙ ТОГТООХ  МЕНЕЖМЕНТ
M2 - БАРИЛГЫН 1м2 ТАЛБАЙН ҮНИЙГ ОНОВЧТОЙ ТОГТООХ МЕНЕЖМЕНТbatnasanb
 
Эр бэлэг эрхтэн-Гистологи.pptx
Эр бэлэг эрхтэн-Гистологи.pptxЭр бэлэг эрхтэн-Гистологи.pptx
Эр бэлэг эрхтэн-Гистологи.pptxBoldbaatarOyuntuya2
 
Сэтгэлийн хөдөлгөөн зохицуулах
Сэтгэлийн хөдөлгөөн зохицуулахСэтгэлийн хөдөлгөөн зохицуулах
Сэтгэлийн хөдөлгөөн зохицуулахBatbaatar Everlastinghero
 
УУЛ УУРХАЙН БҮТЭЭГДЭХҮҮНИЙ БИРЖИЙН ТУХАЙ ХУУЛИЙН ТАНИЛЦУУЛГА
УУЛ УУРХАЙН БҮТЭЭГДЭХҮҮНИЙ БИРЖИЙН ТУХАЙ ХУУЛИЙН ТАНИЛЦУУЛГАУУЛ УУРХАЙН БҮТЭЭГДЭХҮҮНИЙ БИРЖИЙН ТУХАЙ ХУУЛИЙН ТАНИЛЦУУЛГА
УУЛ УУРХАЙН БҮТЭЭГДЭХҮҮНИЙ БИРЖИЙН ТУХАЙ ХУУЛИЙН ТАНИЛЦУУЛГАUmguullin Mongol Umguulugch
 
Ouh erh zui (1)
Ouh erh zui (1)Ouh erh zui (1)
Ouh erh zui (1)bnzrgch
 
а.замбага
а.замбагаа.замбага
а.замбагаaltaa e
 
4 р анги мат
4 р анги мат4 р анги мат
4 р анги матOyuOyu-Erdene
 
ургамлын хөдөлгөөн
ургамлын хөдөлгөөнургамлын хөдөлгөөн
ургамлын хөдөлгөөнMaral Ganbat
 
2могшолчуудын угсаа гарал
2могшолчуудын угсаа гарал2могшолчуудын угсаа гарал
2могшолчуудын угсаа гаралAriuntulga Byambadorj
 
9 -r angi-sedevchilsen_gazar_zuin_zurag
9 -r angi-sedevchilsen_gazar_zuin_zurag9 -r angi-sedevchilsen_gazar_zuin_zurag
9 -r angi-sedevchilsen_gazar_zuin_zuragenkhsaruulsukhochir
 
Hutulbur bolovsruulah arga zyi
Hutulbur bolovsruulah arga zyiHutulbur bolovsruulah arga zyi
Hutulbur bolovsruulah arga zyigdavaa
 
Olon niitiin medeellin tuhai
Olon niitiin medeellin tuhai  Olon niitiin medeellin tuhai
Olon niitiin medeellin tuhai Dagiimaa
 
Эрдэнэбатын Солонго - ХӨГЖЛИЙН БЭРХШЭЭЛТЭЙ ИРГЭДИЙН БОЛОВСРОЛД МЭДЭЭЛЭЛ ХАРИЛ...
Эрдэнэбатын Солонго - ХӨГЖЛИЙН БЭРХШЭЭЛТЭЙ ИРГЭДИЙН БОЛОВСРОЛД МЭДЭЭЛЭЛ ХАРИЛ...Эрдэнэбатын Солонго - ХӨГЖЛИЙН БЭРХШЭЭЛТЭЙ ИРГЭДИЙН БОЛОВСРОЛД МЭДЭЭЛЭЛ ХАРИЛ...
Эрдэнэбатын Солонго - ХӨГЖЛИЙН БЭРХШЭЭЛТЭЙ ИРГЭДИЙН БОЛОВСРОЛД МЭДЭЭЛЭЛ ХАРИЛ...batnasanb
 

La actualidad más candente (20)

M2 - БАРИЛГЫН 1м2 ТАЛБАЙН ҮНИЙГ ОНОВЧТОЙ ТОГТООХ МЕНЕЖМЕНТ
M2 - БАРИЛГЫН 1м2 ТАЛБАЙН ҮНИЙГ ОНОВЧТОЙ ТОГТООХ  МЕНЕЖМЕНТM2 - БАРИЛГЫН 1м2 ТАЛБАЙН ҮНИЙГ ОНОВЧТОЙ ТОГТООХ  МЕНЕЖМЕНТ
M2 - БАРИЛГЫН 1м2 ТАЛБАЙН ҮНИЙГ ОНОВЧТОЙ ТОГТООХ МЕНЕЖМЕНТ
 
Эр бэлэг эрхтэн-Гистологи.pptx
Эр бэлэг эрхтэн-Гистологи.pptxЭр бэлэг эрхтэн-Гистологи.pptx
Эр бэлэг эрхтэн-Гистологи.pptx
 
Сэтгэлийн хөдөлгөөн зохицуулах
Сэтгэлийн хөдөлгөөн зохицуулахСэтгэлийн хөдөлгөөн зохицуулах
Сэтгэлийн хөдөлгөөн зохицуулах
 
УУЛ УУРХАЙН БҮТЭЭГДЭХҮҮНИЙ БИРЖИЙН ТУХАЙ ХУУЛИЙН ТАНИЛЦУУЛГА
УУЛ УУРХАЙН БҮТЭЭГДЭХҮҮНИЙ БИРЖИЙН ТУХАЙ ХУУЛИЙН ТАНИЛЦУУЛГАУУЛ УУРХАЙН БҮТЭЭГДЭХҮҮНИЙ БИРЖИЙН ТУХАЙ ХУУЛИЙН ТАНИЛЦУУЛГА
УУЛ УУРХАЙН БҮТЭЭГДЭХҮҮНИЙ БИРЖИЙН ТУХАЙ ХУУЛИЙН ТАНИЛЦУУЛГА
 
Ouh erh zui (1)
Ouh erh zui (1)Ouh erh zui (1)
Ouh erh zui (1)
 
а.замбага
а.замбагаа.замбага
а.замбага
 
анатом нэгтгэл.pptx
анатом нэгтгэл.pptxанатом нэгтгэл.pptx
анатом нэгтгэл.pptx
 
Mongonnawch
MongonnawchMongonnawch
Mongonnawch
 
4 р анги мат
4 р анги мат4 р анги мат
4 р анги мат
 
ургамлын хөдөлгөөн
ургамлын хөдөлгөөнургамлын хөдөлгөөн
ургамлын хөдөлгөөн
 
хаад
хаадхаад
хаад
 
2могшолчуудын угсаа гарал
2могшолчуудын угсаа гарал2могшолчуудын угсаа гарал
2могшолчуудын угсаа гарал
 
9 -r angi-sedevchilsen_gazar_zuin_zurag
9 -r angi-sedevchilsen_gazar_zuin_zurag9 -r angi-sedevchilsen_gazar_zuin_zurag
9 -r angi-sedevchilsen_gazar_zuin_zurag
 
Hutulbur bolovsruulah arga zyi
Hutulbur bolovsruulah arga zyiHutulbur bolovsruulah arga zyi
Hutulbur bolovsruulah arga zyi
 
Olon niitiin medeellin tuhai
Olon niitiin medeellin tuhai  Olon niitiin medeellin tuhai
Olon niitiin medeellin tuhai
 
Эрдэнэбатын Солонго - ХӨГЖЛИЙН БЭРХШЭЭЛТЭЙ ИРГЭДИЙН БОЛОВСРОЛД МЭДЭЭЛЭЛ ХАРИЛ...
Эрдэнэбатын Солонго - ХӨГЖЛИЙН БЭРХШЭЭЛТЭЙ ИРГЭДИЙН БОЛОВСРОЛД МЭДЭЭЛЭЛ ХАРИЛ...Эрдэнэбатын Солонго - ХӨГЖЛИЙН БЭРХШЭЭЛТЭЙ ИРГЭДИЙН БОЛОВСРОЛД МЭДЭЭЛЭЛ ХАРИЛ...
Эрдэнэбатын Солонго - ХӨГЖЛИЙН БЭРХШЭЭЛТЭЙ ИРГЭДИЙН БОЛОВСРОЛД МЭДЭЭЛЭЛ ХАРИЛ...
 
хурд
хурдхурд
хурд
 
Gazriin zurag
Gazriin zuragGazriin zurag
Gazriin zurag
 
тийн ялгал
тийн ялгалтийн ялгал
тийн ялгал
 
Ed, ediin butets
Ed, ediin butetsEd, ediin butets
Ed, ediin butets
 

Destacado

HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAHUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAEman Syukur
 
Makalah ilmu kalam
Makalah ilmu kalamMakalah ilmu kalam
Makalah ilmu kalamelmaryam
 
1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawufMas Enjoying
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaPujiati Puu
 
Pengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawufPengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawufAbu Rijal
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at IslamKartika Dwi Rachmawati
 
Rpp kelas 5 a tema 2 subtema 1 pembelajaran 1
Rpp kelas 5 a tema 2 subtema 1 pembelajaran 1Rpp kelas 5 a tema 2 subtema 1 pembelajaran 1
Rpp kelas 5 a tema 2 subtema 1 pembelajaran 1bunddddaaaaaa
 

Destacado (8)

HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAHUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
 
Makalah ilmu kalam
Makalah ilmu kalamMakalah ilmu kalam
Makalah ilmu kalam
 
1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf1. makalah ilmu tasawuf
1. makalah ilmu tasawuf
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
 
Pengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawufPengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawuf
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Bahasa Indonesia
Makalah Hakikat dan Fungsi Bahasa IndonesiaMakalah Hakikat dan Fungsi Bahasa Indonesia
Makalah Hakikat dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Rpp kelas 5 a tema 2 subtema 1 pembelajaran 1
Rpp kelas 5 a tema 2 subtema 1 pembelajaran 1Rpp kelas 5 a tema 2 subtema 1 pembelajaran 1
Rpp kelas 5 a tema 2 subtema 1 pembelajaran 1
 

Similar a Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan

Gerakan kepanduan hizbul wathan menemukan karakter bangsa yang hilang
Gerakan kepanduan hizbul wathan menemukan karakter bangsa yang hilangGerakan kepanduan hizbul wathan menemukan karakter bangsa yang hilang
Gerakan kepanduan hizbul wathan menemukan karakter bangsa yang hilangKetut Darmanto Saputro
 
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...Akang Juve
 
Problematika ummat islam
Problematika ummat islamProblematika ummat islam
Problematika ummat islamIndra Lesmana
 
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikulturPerlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikulturFacebook in Education
 
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxHarmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxFaisalAkbar680461
 
Konsep konsep asas hubungan etnik
Konsep konsep asas hubungan etnikKonsep konsep asas hubungan etnik
Konsep konsep asas hubungan etnikFirdaus Khalid
 
Peran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaPeran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaBabyHenry
 
Asgmnt pendidikan akhlak islam dapat menyelesaikan kemelut gejala sosial dala...
Asgmnt pendidikan akhlak islam dapat menyelesaikan kemelut gejala sosial dala...Asgmnt pendidikan akhlak islam dapat menyelesaikan kemelut gejala sosial dala...
Asgmnt pendidikan akhlak islam dapat menyelesaikan kemelut gejala sosial dala...Mohd Shuhaimi Padzil
 
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriBagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriRaffy Mundung
 
kesan ekonomi terhadap tamadun
kesan ekonomi terhadap tamadunkesan ekonomi terhadap tamadun
kesan ekonomi terhadap tamadunNorma Din
 
Present titas siap
Present titas siapPresent titas siap
Present titas siapNorma Din
 
Ilmu sosial dasar bab 1 10
Ilmu sosial dasar bab 1 10Ilmu sosial dasar bab 1 10
Ilmu sosial dasar bab 1 10thiarramadhan
 
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negaraSekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negaraSiti Nur Ain
 
Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era GlobalisasiKapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era GlobalisasiHaristian Sahroni Putra
 
(Sindonews.com) Opini sosial budaya 31 agustus 2016-8 oktober 2016
(Sindonews.com) Opini sosial budaya 31 agustus 2016-8 oktober 2016(Sindonews.com) Opini sosial budaya 31 agustus 2016-8 oktober 2016
(Sindonews.com) Opini sosial budaya 31 agustus 2016-8 oktober 2016ekho109
 
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islamLmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islamnurhidayahsham
 

Similar a Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan (20)

Krisis Pendidikan
Krisis PendidikanKrisis Pendidikan
Krisis Pendidikan
 
Gerakan kepanduan hizbul wathan menemukan karakter bangsa yang hilang
Gerakan kepanduan hizbul wathan menemukan karakter bangsa yang hilangGerakan kepanduan hizbul wathan menemukan karakter bangsa yang hilang
Gerakan kepanduan hizbul wathan menemukan karakter bangsa yang hilang
 
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
 
Problematika ummat islam
Problematika ummat islamProblematika ummat islam
Problematika ummat islam
 
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikulturPerlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
 
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxHarmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
 
Konsep konsep asas hubungan etnik
Konsep konsep asas hubungan etnikKonsep konsep asas hubungan etnik
Konsep konsep asas hubungan etnik
 
Peran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaPeran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budaya
 
Hubungan Etnik
Hubungan EtnikHubungan Etnik
Hubungan Etnik
 
Asgmnt pendidikan akhlak islam dapat menyelesaikan kemelut gejala sosial dala...
Asgmnt pendidikan akhlak islam dapat menyelesaikan kemelut gejala sosial dala...Asgmnt pendidikan akhlak islam dapat menyelesaikan kemelut gejala sosial dala...
Asgmnt pendidikan akhlak islam dapat menyelesaikan kemelut gejala sosial dala...
 
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriBagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
 
kesan ekonomi terhadap tamadun
kesan ekonomi terhadap tamadunkesan ekonomi terhadap tamadun
kesan ekonomi terhadap tamadun
 
Present titas siap
Present titas siapPresent titas siap
Present titas siap
 
Ilmu sosial dasar bab 1 10
Ilmu sosial dasar bab 1 10Ilmu sosial dasar bab 1 10
Ilmu sosial dasar bab 1 10
 
Ips sosiologi
Ips sosiologiIps sosiologi
Ips sosiologi
 
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negaraSekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
 
Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era GlobalisasiKapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
Kapita Selekta Pendidikan - Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi
 
Budaya konteks pendidikan
Budaya konteks pendidikanBudaya konteks pendidikan
Budaya konteks pendidikan
 
(Sindonews.com) Opini sosial budaya 31 agustus 2016-8 oktober 2016
(Sindonews.com) Opini sosial budaya 31 agustus 2016-8 oktober 2016(Sindonews.com) Opini sosial budaya 31 agustus 2016-8 oktober 2016
(Sindonews.com) Opini sosial budaya 31 agustus 2016-8 oktober 2016
 
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islamLmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
 

Más de Anas Wibowo

Booklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDFBooklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDFAnas Wibowo
 
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]Anas Wibowo
 
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]Anas Wibowo
 
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]Anas Wibowo
 
Muslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat IslamMuslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat IslamAnas Wibowo
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Anas Wibowo
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTAnas Wibowo
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiAnas Wibowo
 
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-Jawi
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-JawiKeunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-Jawi
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-JawiAnas Wibowo
 
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]Anas Wibowo
 
RUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya BesarRUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya BesarAnas Wibowo
 
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatKomunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatAnas Wibowo
 
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Anas Wibowo
 
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiHukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiAnas Wibowo
 
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTHukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTAnas Wibowo
 
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan RamadhanFiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan RamadhanAnas Wibowo
 
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahSolusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahAnas Wibowo
 
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Anas Wibowo
 
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Anas Wibowo
 
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arabkitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF ArabAnas Wibowo
 

Más de Anas Wibowo (20)

Booklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDFBooklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDF
 
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
 
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
 
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
 
Muslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat IslamMuslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat Islam
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
 
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-Jawi
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-JawiKeunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-Jawi
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-Jawi
 
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
 
RUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya BesarRUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya Besar
 
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatKomunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
 
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
 
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiHukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
 
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTHukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
 
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan RamadhanFiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
 
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahSolusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
 
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
 
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
 
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arabkitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
 

Último

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 

Último (20)

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 

Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan

  • 1. SYARIAT ISLAM DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN Oleh: H. Fahmy Lukman, Drs., M.Hum. Potret Buram Pendidikan Kita Berbagai tragedi telah mewarnai wajah dunia pendidikan kita, mulai perilaku dari siswa, mahasiswa, sampai demontsrasi para guru dan pendidik lainnya yang menuntut dinaikkan tunjangan mereka merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi, betapa dunia pendidikan kita begitu rapuhnya. Ini semua merupakan representasi dari keadaan sistem pendidikan yang sekularistik-materialistik. Dampak terhadap kondisi itu nampak ketika masyarakat Indonesia mengalami krisis multidimensional dalam segala aspek kehidupan. Fenomena kemiskinan, kebodohan, kezaliman, penindasan, ketidakadilan di segala bidang, kemerosotan moral, peningkatan tindak kriminal dan berbagai bentuk patologi sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, puluhan juta orang terpaksa hidup dalam kemiskinan dan belasan juta orang kehilangan pekerjaan. Sementara, sekitar 4,5 juta anak harus putus sekolah. Hidup semakin tidak mudah dijalani, sekalipun untuk sekadar mencari sesuap nasi. Beban kehidupan bertambah berat seiring dengan kenaikan harga-harga akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Bagi mereka yang lemah iman, berbagai kesulitan yang dihadapi itu dengan mudah mendorongnya untuk melakukan tindak kejahatan. Berbagai bentuk kriminalitas mulai dari pencopetan, perampokan maupun pencurian dengan pemberatan, serta pembunuhan dan perbuatan tindak asusila, budaya permisif, pornografi dengan dalih kebutuhan ekonomi terasa semakin meningkat tajam. Di sisi lain, sekalipun pemerintahan ala reformasi telah terbentuk, tapi kestabilan politik belum juga kunjung terwujud. Bahkan gejolak politik di beberapa daerah malah terasa lebih meningkat. Mengapa semua ini terjadi? Dalam keyakinan Islam, berbagai krisis tadi merupakan fasad (kerusakan) yang ditimbulkan karena perilaku manusia sendiri. Ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an surah ar-Rum ayat 41: ‫ر‬َ ‫ه‬َ ‫ظ‬َ‫د‬ُ ‫سا‬َ ‫ف‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬‫في‬ِ‫ر‬ّ ‫ب‬َ ‫ل‬ْ ‫ا‬‫ر‬ِ ‫ح‬ْ ‫ب‬َ ‫ل‬ْ ‫وا‬َ‫ما‬َ ‫ب‬ِ‫ت‬ْ ‫ب‬َ ‫س‬َ ‫ك‬َ‫دي‬ِ ‫ي‬ْ ‫أ‬َ‫س‬ِ ‫نا‬ّ ‫ال‬ “Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan oleh karena tangan-tangan manusia”. (QS. Ar Rum: 41) Muhammad Ali As-Shabuni dalam kitab Shafwatu al-Tafasir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bi maa kasabat aydinnaas dalam ayat itu adalah “oleh karena kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia (bi sababi ma’ashi al- naas wa dzunu bihim)”. Maksiat adalah setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah, yakni melakukan yang dilarang dan meninggalkan yang diwajibkan dan setiap bentuk kemaksiyatan pasti menimbulkan dosa dan dosa berakibat turunnya azab Allah Swt. Selama 1
  • 2. ini, terbukti di tengah-tengah masyarakat, termasuk dalam penataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, banyak sekali kemaksiatan dilakukan. Dalam sistem sekuler, aturan-aturan Islam memang secara sengaja tidak digunakan. Agama Islam, sebagaimana agama dalam pengertian Barat, hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya saja. Agama telah diamputasi dan dikebiri; dimasukkan dalam satu kotak tersendiri dan kehidupan berada pada kotak yang lain. Dalam urusan pengaturan kehidupan, sosial kemasyarakatan, agama (Islam) ditinggalkan. Akibatnya, di tengah-tengah sistem sekuleristik tadi lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta paradigma pendidikan yang materialistik. Dalam tatanan ekonomi kapitalistik, kegiatan ekonomi digerakkan sekadar demi meraih perolehan materi tanpa memandang apakah kegiatan itu sesuai dengan aturan Islam atau tidak. Aturan Islam yang sempurna dirasakan justru menghambat. Sementara dalam tatanan politik yang oportunistik, kegiatan politik tidak didedikasikan untuk tegaknya nilai- nilai (kebenaran) melainkan sekadar demi jabatan dan kepentingan sempit lainnya. Dalam tatanan budaya yang hedonistik, budaya telah berkembang sebagai bentuk ekspresi pemuas nafsu jasmani. Dalam hal ini, Barat telah menjadi kiblat ke arah mana “kemajuan” budaya harus diraih. Ke sanalah -musik, mode, makanan, film, bahkan gaya hidup ala Barat- orang mengacu. Buah lainnya dari kehidupan yang materialistik-sekuleristik adalah makin menggejalanya kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik. Tatanan bermasyarakat yang ada telah memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada pemenuhan hak dan kepentingan setiap individu. Koreksi sosial hampir-hampir tidak lagi dilihat sebagai tanggung jawab bersama seluruh komponen masyarakat. Sikap beragama sinkretistik intinya adalah menyamakan kedudukan semua agama. Paham ini bertumpu pada tiga doktrin: (1) Bahwa, menurut mereka, kebenaran agama itu bersifat subyektif sesuai dengan sudut pandang setiap pemeluknya; (2) Maka, sebagai konsekuensi dari doktrin pertama, kedudukan semua agama adalah sama sehingga tidak boleh saling mendominasi; (3) oleh karena itu, dalam masyarakat yang terdiri dari banyak agama, diperlukan aturan hidup bermasyarakat yang mampu mengadaptasi semua paham dan agama yang berkembang di dalam masyarakat. Sikap beragama seperti ini menyebabkan sebagian umat Islam telah memandang rendah, bahkan tidak suka, menjauhi dan bahkan memusuhi aturan agamanya sendiri. Sebagian umat telah lupa bahwa seorang Muslim harus meyakini hanya Islam saja yang diridhai Allah SWT. Sementara itu, sistem pendidikan yang materialistik terbukti telah gagal melahirkan manusia saleh, berkepribadian mulia yang sekaligus menguasai pengetahuan, ilmu, dan teknologi (PITEK). Secara formal kelembagaan, sekulerisasi pendidikan ini telah dimulai sejak adanya dua kurikulum pendidikan keluaran dua departamen yang berbeda, yakni Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (PITEK) adalah suatu hal yang berada di wilayah bebas nilai, sehingga sama sekali tak tersentuh standar nilai agama. Kalaupun ada hanyalah etik- moral (ethic) yang tidak bersandar pada nilai agama. Sementara, pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Pendidikan yang materialistik memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material serta memungkiri hal-hal yang bersifat non materi. Bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam oleh orangtua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dengan nilai materi yang telah dikeluarkan. Agama ditempatkan pada posisi yang sangat individual. Nilai transendental dirasa tidak patut atau tidak perlu 2
  • 3. dijadikan sebagai standar penilaian sikap dan perbuatan. Tempatnya telah digantikan oleh etik yang pada faktanya bernilai materi juga. Berbagai tragedi pun telah mewarnai wajah dunia pendidikan kita, mulai perilaku dari siswa, mahasiswa sampai demontrasi para guru dan pendidik lainnya yang menuntut dinaikkan tunjangan mereka merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi, betapa dunia pendidikan kita begitu rapuhnya. Hal seperti itu dapat kita perhatikan dari kejadian tawuran, curas, pergaulan bebas yang terus berulang setiap tahun. Dalam perkara tawuran, berdasarkan data Direktorat Bimbingan Masyarakat Polda Metro Jaya dan sekitarnya bahwa tawuran antar pelajar pada tahun 2000 terjadi 197 kasus dan tahun 2001 terjadi 123 kasus. Pelajar yang tewas tahun 2000 tercatat 28 orang dan tahun 2001 sebanyak 23 orang. Pelajar luka berat tahun 2000 ada 22 orang dan 2001 ada 32 orang. Yang memperihatinkan bahwa tawuran tersebut telah turun ke tingkat siswa SLTP. Lebih mencemaskan lagi para pelajar mulai berani melakukan aksi kekerasan, seperti penodongan sampai pembajakan kendaraan umum (bus dan angkot), merampok penumpang, dan mereka tidak segan untuk melukai korbannya. Kini setiap melihat pelajar bergerombol (baik SMU atau SLTP) banyak orang menjadi cemas (Kompas, Minggu 12/5/02). Ini semua merupakan “prestasi” dan representasi dari keadaan sistem pendidikan yang sekularistik-materialistik. Pengamatan secara mendalam atas semua hal di atas, membawa kita pada satu kesimpulan: bahwa semua itu telah menjauhkan manusia dari hakikat kehidupannya sendiri. Manusia telah dipalingkan dari hakikat visi dan misi penciptaannya. Berikut ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita akibat produk dunia pendidikan: 1. Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan pengaturan kehidupan (sekularisme) sehingga agama (Islam) tidak lagi berperan sebagai pengendali motivasi manusia (driving integrating motive) atau faktor pendorong (unifying factor). 2. Kepribadian peserta didik mengalami keguncangan citra diri (disturbance of self image) dan keperibadian yang pecah (split personality) sehingga tidak memiliki kepribadian yang islami (Asy Syakhshiyyah Al Islamiyyah). 3. Pola hidup masyarakat bergeser dari sosial-religius ke arah masyarakat individual materialistis dan sekuler. 4. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan konsumtif. 5. Struktur keluarga yang semula extended family cenderung ke arah nuclear family bahkan menuju single parent family. 6. Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi longgar dan rapuh. 7. Nilai-nilai agama dan tradisional masyarakat cenderung berubah menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan permissive society. 3
  • 4. 8. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih hidup bersama tanpa nikah. 9. Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat. Untuk mengubah dan memperbaiki kondisi dunia pendidikan harus dilakukan pendekatan yang integratif dengan pengubahan paradigma dan pokok-pokok penopang sistem pendidikan. Untuk itu diperlukan Islam sebagai solusi terhadap kenyataan tersebut. Kualitas SDM yang Rendah Berbicara persoalan kualitas, maka sistem pendidikan Indonesia nampaknya terbilang jelek. Berdasarkan hasil penelitian The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) medio September 2001 dinyatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia berada di urutan 12 dari 12 negara Asia, bahkan lebih rendah dari Vietnam. Sementara itu berdasarkan hasil penilaian Program Pembangunan PBB (UNDP) pada tahun 2000 menunjukkan kualitas SDM Indonesia menduduki urutan ke-109 dari 174 negara atau sangat jauh dibandingkan dengan Singapura yang berada pada urutan ke-24, Malaysia pada urutan ke-61, Thailand urutan ke- 76, dan Filipina urutan ke-77 (Satunet.com). Alih-alih untuk memperoleh sebuah sekolah yang berkualitas tinggi, harapan untuk mendapatkan pendidikan saja semakin menipis seiring dengan krisis moneter dan ekonomi. Berdasarkan data APTISI Jateng dinyatakan bahwa setiap tahun lulusan SMU Jateng berkisar 200.000 orang dengan 151 PTS yang dapat menampung 75.000 orang. Saat ini hanya sekitar 11% lulusan SMU yang melanjutkan ke PT, selebihnya 89% masuk dunia kerja. Kondisi tersebut tidak saja menimpa para pelajar yang hendak melanjutkan pendidikannya ke jenjang PT, tetapi juga menimpa hampir semua pelajar di tingkat SD, SLTP. Dari Ciamis diberitakan sekitar 14.000 siswa SD, SLTP, dan SMU terancam drop out. Sementara itu, mereka yang mampu bersekolah pun belum tentu mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Dirjen Dikti Depdiknas mengungkapkan bahwa 50% PTN di luar Jawa tidak memiliki kualifikasi layak minimal. Untuk PTS mencapai angka 90%. PTN di pulau Jawa sebanyak 40% layak minimal, sedangkan untuk PTS 70% tidak layak minimal. Jika dalam jangka waktu tertentu tidak ada perubahan, alternatif terakhir adalah menutup PTN atau PTS itu (Kompas, 07/2/02). Jika kita perhatikan saat ini, masyarakat dunia pada saat ini sedang bergerak ke arah employee society, sementara sistem pendidikan kita masih bergulat untuk melahirkan para workers (pekerja). Benar bahwa Indonesia memiliki “prestasi” dalam pasaran tenaga kerja karena murah bayarannya; mereka tidak dapat bersaing dengan knowledge employee, walaupun mereka dibayar jauh lebih mahal. Perkembangan industri manufaktur yang mengurangi pekerja manual dan mengutamakan pekerja informasi akan menghempaskan para lulusan lembaga pendidikan kita. Singkat kata, produk pendidikan dalam negeri tidak 4
  • 5. sanggup untuk bersaing dengan produk pendidikan luar negeri. Jalaluddin Rahmat, dengan mengutip pendapat Drucker, menyatakan bahwa di pasaran kerja internasional juga di dalam negeri, tetangga-tetangga kita dari ASEAN akan menjadi “kognitariat” dan anak-anak bangsa kita terhempas menjadi “proletariat”. Apa yang terjadi di negeri kita mirip dengan apa yang terjadi sekarang di negara-negara Timur Tengah. Kita akan menemukan orang India, Filipina, Singapura di front office, tempat kasir, atau pusat komputer. Kita akan dapatkan anak-anak bangsa kita terpuruk di dapur yang pengap sebagai pembantu, di dalam mobil sebagai supir, dan di tempat panas dan berdebu sebagai pekerja bangunan. Terdapat sejumlah pertanyaan yang muncul ketika kita melihat kondisi yang telah dipaparkan di atas. Paling tidak pertanyaan tersebut adalah seberapa produktifkah sistem pendididikan nasional yang ada saat ini? Berapa besaran biaya pengorbanan yang telah diberikan untuk pendidikan? Dengan biaya dan pengorbanan tersebut, layanan pendidikan apa yang disiapkan, berapa banyak dan dengan mutu yang bagaimana, berkorelasi dengan hal sebelumnya berapa luas dan dengan kualifikasi mutu yang bagaimana hasil pendidikan dapat dicapai, dll. Untuk mengubah dan memperbaiki kondisi dunia pendidikan harus dilakukan pendekatan yang integratif dengan pengubahan paradigma dan pokok-pokok penopang sistem pendidikan. Untuk itu diperlukan Islam sebagai solusi terhadap kenyataan tersebut. Pradigma Pendidikan Islam Robert L. Gullick Jr. dalam bukunya Muhammad, The Educator menyatakan: “Muhammad merupakan seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar. Tidak dapat dibantah lagi bahwa Muhammad sungguh telah melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan Islam, suatu revolusi sejati yang memiliki tempo yang tidak tertandingi dan gairah yang menantang… Hanya konsep pendidikan yang paling dangkallah yang berani menolak keabsahan meletakkan Muhammad di antara pendidik-pendidik besar sepanjang masa, karena -dari sudut pragamatis- seorang yang mengangkat perilaku manusia adalah seorang pangeran di antara pendidik”. Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia dan dianggap sebagai bagian dari proses sosial. Jargon yang menyatakan bahwa sarjana merupakan agent of change merupakan simbol yang selalu terdengar akrab dalam dunia pendidikan. Hanya saja suatu perubahan itu terjadi ke arah mana, maka itu sangat ditentukan oleh model sistem pendidikan apa yang digunakan dan berlandasakan kepada ideologi apa dasar pendidikan itu dibangun. Suatu sistem pendidikan yang ditegakkan berdasarkan ideologi sekularistik- kapitalistik atau sosialisme-komunisme maka struktur dan mekanisme masyarakat yang akan diwujudkannya adalah masyarakat sekuler-kapitalis atau sosialis-komunis. Demikian pula Islam sebagai suatu sistem dan ideologi akan membangun suatu struktur masyarakat yang sesuai dengan cita-cita ideologinya yang tentu saja akan berbeda dengan dua sistem ideologi di atas. Melalui karakteristik ideologi tersebut suatu masyarakat secara pasti akan diketahui jejak-langkah sistem pendidikan yang tengah berlangsung. 5
  • 6. Berkenaan dengan hal itu, tentu saja ini merupakan langkah awal dan mendasar jika ingin membicarakan masalah pendidikan. Ketidakfahaman terhadap tujuan suatu sistem pendidikan dan karakteristik manusia yang hendak dibentuknya hanya akan membuat program-program pendidikan sebagai sarana trial and error dan menjadikan peserta didik bagai kelinci percobaan. Masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai sekularistik-materialistik misalnya, hanya akan menghasilkan sumber daya manusia (peserta didik) yang berfikir profit oriented dan akan menjadi economic animal. Di samping itu akan terjadi kebingungan dalam mempertautkan agama (dan pendidikan agama) dengan pendidikan umum secara wajar. Bagaimana melakukan sinkronisasi antara pelajaran agama dengan fisika, yaitu berkenaan dengan penjelasan teori kekekalan massa dan energi misalnya. Begitu pula mengaitkan persoalan teori evolusi Darwin yang menegasikan kemahaakuasaan dan menyatakan manusia merupakan proses evolusi dengan agama pada sisi lain yang mengajarkan keyakinan berbeda. Akan tercipta kegamangan bahkan ketidakjelasan sudut pandang bagi peserta didik dan termasuk tenaga pendidiknya. Bukankah ini merupakan hal yang ironis. Pendidikan dalam Islam dapat (harus) kita fahami sebagai upaya mengubah manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan kerangka nilai/ideologi tertentu (Islam). Dengan demikian, pendidikan dalam Islam merupakan proses mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaannya dan mengembangkan kemampuannya yang dipandu ideologi/aqidah Islam. Inilah paradigma dasar itu. Berkaitan dengan itu pula secara pasti tujuan pendidikan Islam dapat ditentukan, yaitu menciptakan SDM yang berkepribadian Islami, dalam arti cara berfikirnya berdasarkan nilai Islam dan berjiwa sesuai dengan ruh dan nafas Islam. Begitu pula, metode pendidikan dan pengajarannya dirancang untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tercapainya tujuan tersebut tentu akan dihindarkan. Jadi, pendidikan Islam bukan semata-mata melakukan transfer of knowledge, tetapi memperhatikan apakah ilmu pengetahuan yang diberikan itu dapat mengubah sikap atau tidak. Dalam kerangka ini maka diperlukan monitoring yang intensif oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah (negara) terhadap perilaku peserta didik, sejauh mana mereka terikat dengan konsepsi-konsepsi Islam berkenaan dengan kehidupan dan nilai- nilainya (aqidah). Rangkaian selanjutnya adalah tahap merealisasikannya sehingga dibutuhkan program pendidikan dan kurikulum yang selaras, serasi, berkesinambungan dengan tujuan di atas. Sebagai langkah awal diperlukan pemahaman tentang dasar-dasar pribadi/individu dan tahap kejiwaannya. Kurikulum dibangun pada landasan aqidah Islam sehingga setiap pelajaran dan metodologinya disusun selaras dengan asas itu. Konsekuensi terhadap hal itu waktu pelajaran untuk pemahaman tsaqafah Islam dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya mendapat porsi yang besar. Mengingat hal ini dilakukan dalam rangka membangun kerangka pemahaman manusia, tentu saja harus disesuaikan dengan waktu bagi ilmu-ilmu lainnya. Ilmu-ilmu terapan diajarkan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tidak terikat dengan jenjang pendidikan tertentu (formal). Di tingkat perguruan tinggi (PT), kebudayaan asing dapat disampaikan secara utuh. Misalnya, tentang ideologi sosialisme-komunisme atau kapitalisme-sekularisme dapat disampaikan untuk diperkenalkan kepada kaum muslimin setelah mereka memahami Islam secara utuh. Pelajaran ideologi selain Islam dan konsepsi- konsepsi lainnya disampaikan bukan bertujuan untuk dilaksanakan, melainkan untuk 6
  • 7. dijelaskan dan difahami mengenai cacat-celanya, dan ketidaksesuaiannya dengan fitrah manusia. Pada jenjang PT tentu saja dibuka berbagai jurusan, baik dalam cabang ilmu keislaman, ataupun jurusan lainnya, seperti teknik, kedokteran, kimia, fisika, sastra, politik dll. sehingga peserta didik dapat memilih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Dari model sistem pendidikan Islam seperti inilah maka kekhawatiran akan munculnya dikotomi ilmu agama dan ilmu duniawi tidak akan terjadi. Dikotomi ilmu itu hanya terjadi pada masyarakat sekuler-kapitalistik, tidak dalam masyarakat Islam. Berkenaan dengan hal inilah generasi yang akan dibentuk adalah SDM yang mumpuni dalam bidang ilmunya dan sekaligus dia memahami nilai-nilai Islam, serta berkepribadian Islam yang utuh. Tidak akan terjadi pemisahan yang berarti antara ilmu agama dan ilmu duniawi. Sebab dipahami bahwa semua ilmu adalah milik Allah dan kita wajib mengamalkan sesuai dengan syariat Islam. Beberapa paradigma dasar bagi sistem pendidikan dalam kerangka Islam: 1. Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan aqidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk sumber daya manusia terdidik dengan aqliyah Islamiyah (pola berfikir islami) dan nafsiyah islamiyah (pola sikap yang islami). 2. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan amal saleh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di dalam Islam yang menjadi pokok perhatian bukanlah kuantitas, tetapi kualitas pendidikan. Perhatikan bagaimana Al-Qur’an mengungkapkan tentang ahsanu amalan atau amalan shalihan (amal yang terbaik atau amal shaleh). 3. Pendidikan ditujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi- potensi baik yang ada pada diri setiap manusia selaras dengan fitrah manusia dan meminimalisir aspek yang buruknya. 4. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pendidikan. Dengan demikian sentral keteladanan yang harus diikuti adalah Rasulullah Saw. Dengan demikian Rasulullah Saw. merupakan figur sentral keteladanan bagi manusia. Al-Qur’an mengungkapkan bahwa “Sungguh pada diri Rasul itu terdapat uswah (teladan) yang terbaik bagi orang-orang yang berharap bertemu dengan Allah dan hari akhirat”. Adapun strategi dan arah perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita lihat pula dalam kerangka berikut ini: 1. Tujuan utama ilmu yang dikuasai manusia adalah dalam rangka untuk mengenal Allah Swt. sebagai Al-Khaliq, menyaksikan kehadirannya dalam berbagai fenomena yang diamati, dan mengangungkan Allah Swt., serta mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah diberikan- Nya. 2. Ilmu harus dikembangkan dalam rangka menciptakan manusia yang hanya takut kepada Allah Swt. semata sehingga setiap dimensi kebenaran dapat ditegakkan terhadap siapapun juga tanpa pandang bulu. 3. Ilmu yang dipelajari berusaha untuk menemukan keteraturan sistem, hubungan kausalitas, dan tujuan alam semesta. 7
  • 8. 4. Ilmu dikembangkan dalam rangka mengambil manfaat dalam rangka ibadah kepada Allah Swt., sebab Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang, dan segala hal yang terdapat di langit atau di bumi untuk kemaslahatan umat manusia. 5. Ilmu dikembangkan dan teknologi yang diciptakan tidak ditujukan dalam rangka menimbulkan kerusakan di muka bumi atau pada diri manusia itu sendiri. Dengan demikian, agama dan aspek pendidikan menjadi satu titik yang sangat penting, terutama untuk menciptakan SDM (Human Resources) yang handal dan sekaligus memiliki komitmen yang tinggi dengan nilai keagamaannya. Di samping itu hal yang harus diperhatikan pembentukan SDM berkualitas imani bukan hanya tanggung jawab pendidik semata, tetapi juga para pembuat keputusan politik, ekonomi, dan hukum sangat menentukan. Perlu dicatat bahwa akar KKN terjadi adalah akhlaq/perilaku manusianya yang teralienasi dengan ajaran agamanya. Revolusi terhadap perilaku manusia merupakan basis dari gerakan pembaharuan yang benar. Oleh sebab itu sangat diperlukan co-responsible for finding solutions. Untuk melakukan revolusi tersebut maka musti diawali dengan revolusi pemikiran (Taghyiir al Afkaar) dan pemahaman manusia terhadap Islam. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menjadi target penyampaian pengetahuan. Tujuan ini merupakan acuan dan panduan untuk seluruh kegiatan yang terdapat dalam sistem pendidikan. Jadi, tujuan pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis dalam rangka membentuk manusia yang memiliki: 1. Kepribadian Islam Tujuan ini merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim, yaitu teguhnya dalam memegang identitas kemuslimannya dalam pergaulan sehari-hari. Identitas itu tampak pada dua aspek yang fundamental, yaitu pola berfikirnya (aqliyah) dan pola sikapnya (nafsiyyah) yang berpijak pada aqidah Islam. Berkaitan dengan pengembangan keperibadian dalam Islam ini, paling tidak terdapat tiga langkah upaya pembentukannya sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw., yaitu (1) menanamkan aqidah Islam kepada seorang manusia dengan cara yang sesuai dengan kategori aqidah tersebut, yaitu sebagai aqidah aqliyah; aqidah yang keyakinannya muncul dari proses pemikiran yang mendalam. (2) mengajaknya untuk senantiasa konsisten dan istiqamah agar cara berfikir dan mengatur kecenderungan insaninya berada tetap di atas pondasi aqidah yang diyakininya. (3) mengembangkan kepribadian dengan senantiasa mengajak bersungguh-sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan tsaqafah Islamiyah dan mengamalkan perbuatan yang selalu berorientasi pada melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt. 2. Menguasai Tsaqafah Islamiyah dengan handal. Islam mendorong setiap muslim untuk menjadi manusia yang berilmu dengan cara mewajibkannya untuk menuntut ilmu. Adapun ilmu berdasarkan takaran kewajibannya menurut Al-Ghazali dibagi dalam dua kategori, yaitu (1) ilmu yang fardlu ‘ain, yaitu wajib 8
  • 9. dipelajari setiap muslim, yaitu ilmu-ilmu tsaqafah Islam yang terdiri konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam (fiqh), bahasa Arab, sirah nabawiyah, ulumul quran, tahfidzul quran, ulumul hadits, ushul fiqh, dll. (2) ilmu yang dikategorikan fardlu kifayah, biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi, serta ilmu terapan-ketrampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll. Berkaitan dengan tsaqafah Islam, terutama bahasa Arab, Rasulullah Saw. telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan dan urusan penting lainnya, seperti bahasa diplomatik dan interaksi antarnegara. Dengan demikian, setiap muslim yang bukan Arab diharuskan untuk mempelajarinya. Berkaitan dengan hal ini karena keterkaitan bahasa Arab dengan bahasa Al-Quran dan As-Sunnah, serta wacana keilmuan Islam lainnya. 3. Menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi/PITEK). Menguasai PITEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifatullahi di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu kewajiban yang harus dikerjakan oleh sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran, kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll. Pada hakekatnya ilmu pengetahuan terdiri atas dua hal, yaitu pengetahuan yang mengembangkan akal manusia, sehingga ia dapat menentukan suatu tindakan tertentu dan pengetahuan mengenai perbuatan itu sendiri. Berkaitan dengan akal, Allah Swt. telah memuliakan manusia dengan akalnya. Akal merupakan faktor penentu yang melebihkan manusia dari makhluk lainnya, sehingga kedudukan akal merupakan sesuatu yang berharga. Allah menurunkan Al-Qur’an dan mengutus Rasul-Nya dengan membawa Islam agar beliau menuntun akal manusia dan membimbingnya ke jalan yang benar. Pada sisi yang lain Islam memicu akal untuk dapat menguasai PITEK, sebab dorongan dan perintah untuk maju merupakan buah dari keimanan. Dalam kitab Fathul Kabir, juz III, misalnya diketahui bahwa Rsulullah Saw. pernah mengutus dua orang sahabatnya ke negeri Yaman untuk mempelajari pembuatan senjata mutakhir, terutama alat perang yang bernama dabbabah, sejenis tank yang terdiri atas kayu tebal berlapis kulit dan tersusun dari roda-roda. Rasulullah Saw. memahami manfaat alat ini bagi peperangan melawan musuh dan menghancurkan benteng lawan. 4. memiliki skills/ketrampilan yang tepat guna dan berdaya guna. Perhatian besar Islam pada ilmu teknik dan praktis, serta ketrampilan merupakan salah satu dari tujuan pendidikan islam. Penguasaan ketrampilan yang serba material ini merupakan tuntutan yang harus dilakukan umat Islam dalam rangka pelaksanaan amanah Allah Swt. Hal ini diindikasikan dengan terdapatnya banyak nash yang mengisyaratkan kebolehan mempelajari ilmu pengetahuan umum dan ketrampilan. Hal ini dihukumi sebagai fardlu kifayah. Penjelasan 3 dan 4 dapat diperhatikan pada pembahasan Ilmu dan kedudukan dalam Islam di atas. Gambaran Umum Sistem Pendidikan Islam 9
  • 10. Gambaran umum tentang sistem pendidikan Islam dapat kita perhatikan pada beberapa aspek berikut ini: 1. Kurikulum dalam sistem pendidikan Islam harus berdasarkan pada asas aqidah Islam. Dengan demikian, seluruh bahan ajar dan metode pengajarannya diselaraskan dengan asas aqidah Islam tersebut. 2. Kebijakan sistem pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk membentuk aqliyah Islamiyah dan nafsiyah Islamiyah. 3. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam bagi seluruh anggota masyarakat sehingga metode pendidikan disusun untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Waktu pelajaran ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab diberikan setiap minggu dan hal ini tentu saja diselaraskan dengan waktu pelajaran pengetahuan yang lain, baik dari sisi lama pelajaran maupun porsi pengajaran. 5. Pengajaran sains dan ilmu terapan harus dibedakan dengan pelajaran tsaqafah. Ilmu terapan diajarkan tanpa mengenal peringkat pendidikan, melainkan mengikuti kebutuhannya, sementara tsaqafah Islam diajarkan pada tingkat sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi dengan rancangan pendidikan yang tidak bertentangan dengan konsepsi dan hukum Islam. Di tingkat PT tsaqafah dapat diajarkan secara utuh, baik tsaqafah Islam maupun yang bukan dengan syarat tidak bertentangan dengan tujuan dan kebijakan pendidikan. 6. Tsaqafah Islam wajib diajarkan pada semua tingkatan pendidikan. Hanya saja di tingkat PT dapat dibuka berbagai fakultas dengan berbagai cabang ilmu keislaman dan fakultas yang berkaitan dengan sains dan teknologi. 7. Seni dan ketrampilan dapat dikategorikan sebagai sains, seperti perniagaan, pelayaran, dan pertanian. Semuanya mubah dipelajari tanpa terikat dengan batasan atau syarat tertentu. Hanya saja dari sisi yang lain dapat juga dimasukkan ke dalam tsaqafah, jika di dalamnya terdapat pengaruh dari pandangan hidup atau ideologi tertentu, seperti seni lukis, ukir, dan patung, atau pahat. Yang terakhir tentu saja tidak boleh untuk dipelajari (yaitu jika merupakan bagian dari ideologi kufur). 8. Program pendidikan harus seragam dan ditetapkan oleh negara. Tidak terdapat larangan untuk mendirikan sekolah swasta sepanjang kurikulumnya tetap mengacu pada kebijakan pendidikan dan kurikulum yang telah ditetapkan negara. Hanya saja sekolah tersebut bukan sekolah asing. 9. Mengajarkan masalah yang diperlukan bagi manusia dalam kehidupannya dan program wajib belajar ini berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Negara berkewajiban untuk menjamin pendidikan bagi seluruh warga negara secara gratis. Masyarakat diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan tinggi secara gratis pula. Begitu pula yang berkeinginan melakukan penelitian dalam berbagai ilmu pengetahuan dan tsaqafah, seperti fiqh, ushul fiqh, hadits, tafsir atau bidang ideologi, teologi, kedokteran, kimia, fisika, biologi dll., sehingga negara akan dapat melahirkan sejumlah mujtahid dan para saintis. 10. Negara berkewajiban menyediakan perpustakaan dan kelengkapan bagi sarana belajar- mengajar secara baik, di samping tentu saja sekolah dan PT. Termasuk laboratorium, perpustakaan, buku, dll yang dimungkinkan dapat diperoleh secara mudah oleh masyarakat. 10
  • 11. 11. Negara tidak diperbolehkan memberikan hak istimewa dalam mengarang buku-buku bagi pendidikan untuk semua tingkatan. Seseorang baik pengarang atau bukan tidak boleh memiliki hak cipta atau hak terbit, jika sebuah buku telah dicetak dan diterbitkan. Hanya saja jika masih dalam bentuk pemikiran yang dimiliki seseorang dan belum dicetak ataupun diedarkan maka seseorang boleh memperoleh imbalan ataupun bayaran, sebagaimana layaknya bayaran untuk orang yang mengajarkan ilmu. Negara Sebagai Penyelenggara Pendidikan Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai problematika yang dihadapi manusia. Setiap solusi yang disajikan Islam secara pasti selaras dengan keadaan fitrah manusia, termasuk perkara pendidikan. Dalam Islam, Negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan, bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi sekolah/PT, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah Saw. memerintahkan dalam haditsnya: “Seorang Imam (khalifah/ kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Perhatian Rasulullah Saw. terhadap dunia pendidikan tampak ketika beliau Saw. menetapkan agar para tawanan perang Badar dapat bebas jika mereka mengajarkan baca- tulis kepada sepuluh orang penduduk Madinah. Hal ini merupakan tebusan. Perkara yang beliau Saw. lakukan tersebut adalah kewajiban yang harus dilaksanakan kepala negara. Bertanggung jawab penuh terhadap setiap kebutuhan rakyatnya. Menurut hukum Islam, barang tebusan itu merupakan hak Baitul Maal (kas negara). Tebusan ini sama nilainya dengan pembebasan tawanan perang Badar. Dengan tindakan yang seperti itu, yaitu membebankan pembebasan tawanan perang badar kepada Baitul maal (kas negara) dengan memerintahkan mereka mengajarkan baca tulis, berarti Rasulullah Saw. telah menjadikan biaya pendidikan itu setara nilainya dengan barang tebusan. Dengan kata lain, beliau memberi upah kepada para pengajar itu (tawanan perang) dengan harta benda yang seharusnya menjadi milik kas negara. Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya Al Ahkaam menjelaskan bahwa seorang kepala negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi sarana-sarana pendidikan, sistemnya, dan orang-orang yang digaji untuk mendidik masyarakat. Jika kita melihat sejarah kekhalifahan Islam maka kita akan melihat perhatian para khalifah (kepala negara) terhadap pendidikan rakyatnya sangat besar demikian pula perhatiannya terhadap nasib para pendidiknya. Banyak hadits Rasul yang menjelaskan perkara ini, di antaranya: “Barangsiapa yang kami beri tugas melakukan suatu pekerjaan dan kepadanya telah kami berikan rezeki (gaji/upah/imbalan), maka apa yang diambil selain dari itu adalah kecurangan” (HR. Abu Daud). “Barangsiapa yang diserahi tugas pekerjaan dalam keadaan tidak memiliki rumah maka hendaklah ia mendapatkan rumah. Jika ia tidak memiliki isteri maka hendaklah ia menikah. Jika ia tidak memiliki pembantu maka hendaklah ia mendapatkannya. Bila ia tidak memiliki hewan tunggangan hendaklah ia memilikinya. Dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu maka ia telah melakukan kecurangan”. Hadits-hadits tersebut memberikan hak kepada 11
  • 12. pegawai negeri (pejabat pemerintahan) untuk memperoleh gaji dan fasilitas, baik perumahan, isteri, pembantu, ataupun alat transportasi. Semua harus disiapkan oleh negara. Jika kita membayangkan seandainya aturan Islam diterapkan maka tentu saja tenaga pendidik maupun pejabat lain dalam struktur pemerintahan merasa tentram bekerja dan benar-benar melayani kemaslahatan masyarakat tanpa pamrih sebab seluruh kebutuhan hidupnya terjamin dan memuaskan. Sebagai perbandingan, Imam Ad Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari Al-Wadliyah bin Atha yang menyatakan bahwa di kota Madinah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin Khatthab memberikan gaji pada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas). Begitu pula ternyata perhatian para kepala negara kaum muslimin (khalifah) bukan hanya tertuju pada gaji para pendidik dan biaya sekolah, tetapi juga sarana lainnya, seperti perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Di antara perpustakaan yang terkenal adalah perpustakaan Mosul didirikan oleh Ja’far bin Muhammad (wafat 940M). Perpustakaan ini sering dikunjungi para ulama, baik untuk membaca atau menyalin. Pengunjung perpustakaan ini mendapatkan segala alat yang diperlukan secara gratis, seperti pena, tinta, kertas, dll. Bahkan kepada para mahasiswa yang secara rutin belajar di perpustakaan itu diberikan pinjaman buku secara teratur. Seorang ulama Yaqut Ar Rumi memuji para pengawas perpustakaan di kota Mer Khurasa karena mereka mengizinkan peminjaman sebanyak 200 buku tanpa jaminan apapun perorang. Ini terjadi masa kekhalifahan Islam abad 10 Masehi. Bahkan para khalifah memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang ditulisnya. Bagaimana dengan kita? Dana , Sarana, dan Prasana Pendidikan Berdasarkan sirah Nabi saw. dan tarikh Daulah Khilafah Islam (lihat Al Baghdadi, 1996), negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara. Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan beban negara yang diambil dari kas Baitul maal (kas negara). Sistem pendidikan bebas biaya tersebut berdasarkan ijma’ shahabat yang memberi gaji kepada para pendidik dari baitul maal dengan jumlah tertentu. Contoh praktisnya adalah Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan khalifah Al Muntahsir di kota Baghdad. Pada Sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas sekolah disediakan, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian. Begitu pula dengan Madrasah An Nuriah di damaskus yang didirikan pada abad keenam hijriyah oleh khalifah Sultan Nuruddin Muhammad zanky. Di sekolah ini terdapat fasilitas lain , seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan, para pelayan serta ruangan besar untuk ceramah dan diskusi. Dan jauh sebelumnya Ad Damsyiqi mengisahkan dari Al Wadliyah bin atha’ bahwa khalifah Umar bin Khattab memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah masing-masing sebesar 15 dinar emas setiap bulan (1 dinar=4,25 gram emas). 12
  • 13. Media pendidikan adalah segala sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan harus dilengkapi dengan sarana-sarana fisik yang mendorong terlaksananya program dan kegiatan tersebut sesuai dengan kreativitas, daya cipta, dan kebutuhan. Sarana itu dapat berupa buku-buku pelajaran, sekolah/kampus, asrama siswa, perpustakaan, laboratorium, toko-toko buku, ruang seminar -audiotorium tempat dilakukan aktivitas diskusi, majalah, surat kabar, radio, televisi, kaset, komputer, internet, dan lain sebagainya. Dengan demikian, majunya sarana-sarana pendidikan dalam kerangka untuk mencerdaskan umat menjadi kewajiban negara untuk menyediakannya. Oleh sebab itu keberadaan sarana- sarana berikut harus disediakan: 1. Perpustakaan umum, laboratorium, dan sarana umum lainnya di luar yang dimiliki sekolah dan PT untuk memudahkan para siswa melakukan kegiatan penelitian dalam berbagai bidang ilmu, baik tafsir, hadits, fiqh, kedokteran, pertanian, fisika, matematika, industri, dll. sehingga banyak tercipta para ilmuwan dan mujtahid. 2. Mendorong pendirian toko-toko buku dan perpustakaan pribadi. Negara juga menyediakan asrama, pelayanan kesehatan siswa, perpustakaan dan laboratorium sekolah, beasiswa bulanan yang mencukupi kebutuhan siswa sehari-hari. Keseluruhan itu dimaksudkan agar perhatian para siswa tercurah pada ilmu pengetahuan yang digelutinya sehingga terdorong untuk mengembangkan kreativitas dan daya ciptanya. 3. Negara mendorong para pemilik toko buku untuk memiliki ruangan khusus pengkajian dan diskusi yang dipandu oleh seorang alim/ilmuwan/cendekiawan. Pemilik perpustakaan pribadi didorong memiliki buku-buku terbaru, mengikuti diskusi karya para ulama dan hasil penelitian ilmiah cendekiawan. 4. Sarana pendidikan lain, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan penerbitan dapat dimanfaatkan siapa saja tanpa mesti ada izin negara. 5. Negara mengizinkan masyarakatnya untuk menerbitkan buku, surat kabar, majalah, mengudarakan radio dan televisi; walaupun tidak berbahasa Arab, tetapi siaran radio dan televisi negara harus berbahasa Arab. 6. Negara melarang jual-beli dan ekspor-impor buku, majalah, surat kabar yang memuat bacaan dan gambar yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Termasuk melarang acara televisi, radio, dan bioskop yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 7. Negara berhak menjatuhkan sanksi kepada orang atau sekelompok orang yang mengarang suatu tulisan yang bertentangan dengan Islam, lalu dimuat di surat kabar dan majalah. 8. Hasil karya penulis dapat dipakai kapan saja dengan syarat harus bertanggung jawab atas tulisannya dan sesuai dengan aturan Islam. 9. Seluruh surat kabar dan majalah, pemancar radio & televisi yang sifatnya rutin milik orang asing dilarang beredar dalam wilayah Khilafah Islamiyah. Hanya saja, buku-buku ilmiah yang berasal dari luar negeri dapat beredar setelah diyakini di dalamnya tidak membawa pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. 13
  • 14. Demikian pemaparan sistem pendidikan Islam. Sangat jelas keunggulan sistem pendidikan Islam yang diatur oleh syariat Islam. Dengan bersikap objektif terhadap syariat Islam, seharusnya manusia yang jujur, berpikir, dan yang memiliki nurani yang jernih, akan kembali ke syariat Islam. 14