SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 8
Descargar para leer sin conexión
Penanggung jawab:
SekNas JGD
Penasihat:
Alissa QM Wahid
Koordinator:
Tata Khoiriyah
Redaksi:
Nabilah Munyarihah, Zahro en
Lay out:
Fardan
Editor:
Abas Z g.
Kontributor:
GUSDURian di berbagai daerah
Sirkulasi:
SekNas Jaringan GUSDURian
Edisi 5/Juli 2013
Menafsirkan agama dari berbagai sudut pandang akan menghasilkan cara
pandang yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dari titik itu,
perbedaan kemudian mulai muncul. Semakin lama, perbedaan itu semakin
mengakar dan menjadi tradisi. Perbedaan itulah yang kemudian ke depan
menjadi peluang terjadinya perecahan
.
Habib Ismail Fajrie Alatas, kandidat doctor Michigan University mencoba
menawarkan solusi, Islam tanpa penyeragaman yang diulas begitu apik
dalam kerangka cara pandang tradisi dengan pisau analisis historisitas dan
historikalitas.
Media menjadi salah satu corong penting dalam penyuaraan ini. Dia dapat
berfungsi ganda, mendukung keragaman dapat pula menjadi pemicu
perpecahan berbasis SARA. Rio Tuasikal dalam hal konsumsi wacana ini juga
menawarkan solusi melalui jurnalisme keberagaman. Sekarang, bagaimana
kita bisa menjadi bijaksana dalam mengolah keberagaman yang ada tanpa
Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa ar kel, opini, berita melalui selasar.redaksi@gmail.com.
Redaksi dak bertanggung jawab atas isi tulisan. Tulisan itu adalah pandangan pribadi penulis.
Newsle er ini adalah produk nonprofit.
“ Saya mencita-citakan umat islam Indonesia menjadi umat beragama yang
berpandangan luas, mampu memahami orang lain, menumpahkan kebersamaan
yang utuh dengan segala pihak, menjunjung nggi kebebasan sebagai sarana
demokrasi “
K.H. Abdurrahman Wahid
Sekedar Mendahului
P
ada saat berbicara Islam sebagai tradisi, harus
berbicara pula tentang relasi antara yang transhistoris
dengan yang historis. Saat bicara tentang tradisi,
tentu harus berbicara tentang yang historis. Tetapi jangan
terjebak menganggap tradisi sebagai superstruktur dari
infrastruktur sejarah, setiap sejarah berubah, tradisi
berubah, Islam berubah.
Tradisi bukan hanya sebagai hasil dari sejarah.
Tradisi memiliki dinamika temporalnya sendiri, yang berdiri
sendiri namun memang terkait dengan sejarah. Tradisi juga
menghasilkan logika spasiotemporalnya sendiri. Untuk
menganalisa spasiotemporal ini saya menggunkan, seperti
istilah Hegel, historikalitas. Sebuah alur waktu tradisi.
Untuk menganalisa sejarah dan tradisi Islam adalah
dengan melihat titik waktu dan benturan antara historisitas
dan historikalitas. Dimana keduanya dimaknai sebagai suatu
struktur dan dinamika ruang dan waktu yang berbeda.
Intinya, tidak ada ruang dan waktu yang
membentuk tradisi, tetapi tradisi sudah membentuk alur
dan waktunya sendiri sehingga sejarah tidak bisa memiliki
keunggulan epistemis atas tradisi dalam konsep ruang dan
waktu.
Proses pewahyuan Al Qur'an, bahwa satu sisi Al
Qur'an adalah sesuatu yang kalam qadir, dimana ini berlaku
mutlak tanpa melihat ruang waktu manusia. Disisi lain,
kalam tersebut harus disuarakan dalam bahasa yang dapat
dipahami. Disinilah peran penting nabi sebagai manusia
disatu sisi, dan sebagai utusan Allah pada sisi yang lain.
Sehingga sebagai jembatan yang menghubungkan ruang dan
waktu ilahi dan ruang dan waktu manusia.
Melalui nabi, sisi transhistoris, yakni kalamullah
yang qadir ini bertemu dan berbenturan dengan sisi historis.
Pertemuan yang azali membawa dampak besar bagi konteks
historis. Bukan karena pewahyuan kepada Muhammad
kemudian membawa dampak besar bagi perubahan di
Jazirah Arab, tetapi konteks linguistiknya, bahasa Arabnya,
dengan wahyu berubah, karena kemasukan wahyu. Bahasa
Arab sebelum dan sesudah wahyu berbeda, terjadi
perubahan sematik.
Pendeknya, waktu kita, sejarah kita, itu menjadi
riil karena dibenturkan pada waktu
ilahi. Kalau tidak karena waktu
ilahiyah, maka tidak ada sejarah.
Itulah kenapa perlu mengkaji
historikalitas manusia. Bahwa ada
ruang dan waktu yang terhubung
dengan yang transhistoris yang
tidak melulu harus direduksi pada
sejarah. Bahwa ada ruang waktu
yang terpisah dengan sejarah dan
justru membuka dinamika itu
sendiri tanpa bergantung sejarah.
Saya mencontohkan, pada
saat kita berdzikir, kita meng-
hadirkan Tuhan dalam ruang dan
waktu kita. Pada saat kita
membacakan dan meriwayatkan
h a d i t s d e n g a n s a n a d , k i t a
menghadirkan nabi di ruang dan
waktu kita. Inilah sisi historiakali-
tas, dimana yang tadinya bukan
bagian dari sejarah kita, ikut masuk
dalam ruang dan waktu kita, dan
mengubahnya. Tetapi disaat yang
sama, pada saat kita meng-
hadirkan momen masa lalu di ruang
waktu kita, maka yang terjadi
adalah proses konteks-tualisasi.
A p a y a n g s u d a h d i -
k o n t e k s t u a l i s a s i k a n h a r u s
direentekstualisasi, dimasukkan
kembali kedalam tradisi. Sehingga
tradisinya tidak selalu sama,
tradisinya akan selalu berubah,
akan selalu mendapat sisa-sisa
historisitas yang dialami. Disinilah
terjadi perubahan tradisi, tidak lagi
s a m a a n t a r a s e b e l u m d i -
enterektualisasi dan sesudahnya.
Praktek-praktek tradisi
Menggerakan Tradisi
Islam Tradisi
Tanpa PenyeragamanOleh: Habib Ismail Fajrie Alatas
(kandidat doktor Universitas Michigan)
2
berkembang terjadi perdebatan yang
sangat besar. Saat Islam keluar dari
Madinah, terjadilah perdebatan
pertama antara Imam Malik dengan
Imam Laih bin Sahal. Imam Malik
beranggapan bahwa Madinah harus
menjadi standar Islam, semua negara
harus berstandar Madinah. Imam Laih
bin Sahal beranggapan bahwa konteks
lokal menjadi konten yang tidak bisa
diseragamkan.
Dalam perkembangan sejarah
Islam, setiap ulama yang menjadi
simbol otoritas, banyak tidak dikenali
karena keilmuannya, tetapi justru
mempunyai otoritas karena memiliki
kesalehan sosial. Maka tidak cukup
seorang ulama untuk memiliki akses
terhadap yang transhistoris, dia juga
harus menjadi bagian dari elemen
historis.
Seorang ulama tidak hanya
mengandalkan ilmu fiqh, hanya mengandalkan sisi tradisi
Islam, dia tidak dapat berbicara dengan masyarakat yang
memang tidak berbicara dengan ilmu fiqh. Di Maroko,
misalnya, seorang ulama harus mempelajari ilmu nasab
dan genealogi kabilah-kabilah yang ada, karena mereka
harus masuk dalam sistem sosial. Mereka harus bisa
menogisiasikan aspek-aspek syar'i dengan aspek-aspek
yang ada di tengah masyarakat.
Terkadang, kalau ada fatwa jauh dari aspek
lokalitas tersebut justru ditinggalkan oleh masyarakat.
Karena justru proses negosiasi tradisi adalah bagaimana
membenturkan dan membangun dialog antara yang
transhistoris dan yang historis. Dan demikian berarti
tidak bisa ada kesamaan karena konteks masing-masing
lokalitas antar daerah berbeda.
Inilah tugas penting mengapa seorang ulama
harus mampu menegosiasikan antara hukum syar'i dengan
konteks lokal di masing-masing daerah tanpa berpretensi
harus membangun keseragaman. Tetapi juga bukan
berarti, ulama tersebut bukan berarti ulama kampung.
Tetapi justru merekalah yang berhasil menerapkan
sistem ini. (red)
Menggerakan Tradisi
Menggerakan Tradisi
HALO
Oleh:
Rio Tuasikal (keluarga Jaringan Kerja
Antarumat Bergama (Jakatarub) Bandung.
Mahasiswa Jurnalis k Unikom Bandung)
JURNALISME
KEBERAGAMAN
Itulah keterangan foto yang ditulis
Republika di situs beritanya. Lengkap dengan istilah
“sesat” persis sebelum “Ahmadiyah”. Disadari atau
tidak, kalimat itu telah mengajak publik menolak
Ahmadiyah. Di akar rumput, berita ini bakal memicu
perpecahan, atau paling tidak, melanggengkan
kebencian.
Berita timpang begini cuma satu dari ribuan
bibit alergi beda. Banyaknya audiens dan pembaca
media semacam ini menjadi tantangan bagi
kepelangian Indonesia. Maka, guna menyelamatkan
kebhinnekaan, satu teknik peliputan baru
dirumuskan: jurnalisme keberagaman.
Memberitakan S-A-R-A
Jurnalis menulis berita berdasarkan tiga
aspek: diksi, angle dan framing. Diksi adalah pilihan
kata; angle adalah bagian kejadian yang diberitakan;
framing adalah kerangka pikirnya. Berita Republika
di atas akan bernuansa berbeda bila ketiga aspek ini
diubah.
Bila berita seorang jurnalis menyudutkan
SARA, ini bisa terjadi karena keteledoran atau
kesengajaan. Sisi keteledoran menjadi lazim akibat
“Pemkot Bekasi menyegel masjid Al
Misbah milik jemaah aliran sesat
Ahmadiyah di Pondok Gede, Bekasi,
Jumat (5/4).”
3
Menggerakan Tradisi
kurangnya pengetahuan jurnalis akan
keberagaman. Ada pun soal kesengajaan, inilah
yang dilakukan media intoleran.
Media-media yang menyuarakan
kebencian, lewat standar jurnalistik saja, masih
banyak kekurangannya. Prinsip “good
journalism” seperti netral dan cover both sides
sengaja diabaikan. Klarifikasi tidak mereka
lakukan, opini banyak diselipkan. Mereka pun
berperan ganda sebagai hakim keyakinan. Jenis
media demikian tak bisa dibenarkan.
Melirik Jurnalisme Keberagaman
Bila media bisa menambah konflik, dia
bisa berlaku sebaliknya. Perlu langkah lebih dari
sekadar memberitakan, jurnalisme harus pula
promosikan perdamaian. Inilah yang membuat
jurnalisme keberagaman jadi tepat waktu.
Usman Kansong menulis, jurnalisme ini
ditandai dengan beberapa karakteristik, yakni:
berpihak pada keberagaman dan perbedaan;
berpihak pada korban; berpihak pada minoritas;
sensitif gender; menjunjung HAM; dan
berperspektif jurnalisme damai.
Lewat jurnalisme keberagaman,
jurnalis diharapkan menghargai perbedaan
suku, agama, ras, gender dan orientasi seksual.
Termasuk juga menolak diskriminasi, tidak
menghakimi, serta melawan radikalisme,
intoleransi dan eksklusivisme.
S e c a r a u m u m , j u r n a l i s m e
keberagaman menolak stigma, stereotip dan
prasangka. Artinya tidak menempelkan kata
sifat pada identitas tertentu. Misalnya 'Tionghoa
pemabuk', 'gay sadis' atau 'muslim teroris'.
Istilah-istilah yang menyudutkan pun
harus diganti. Istilah 'aliran sesat' untuk
Ahmadiyah jadi 'aliran berbeda' atau 'aliran
minoritas' atau 'Ahmadiyah' saja. Di sini, jurnalis
bertindak adil dan tidak menghakimi.
Di atas semuanya, jurnalis perlu
mengawal proses hukum pelaku hingga tuntas,
jangan sibuk pada kejadiannya semata. Dengan
mengikuti kaidah-kaidah di atas, berita yang
dihasilkan akan mendamaikan. Inilah namanya
jurnalisme keberagaman.
Pemahaman soal keberagaman pun
perlu ditanamkan kepada insan media. Hal ini
bisa dilakukan lewat pelatihan dari pegiat
keberagaman dan organisasi wartawan. Di sisi
lain, publik juga harus turut serta. Siapa pun
berhak mengawal proses yang menantang ini.
Saatnya publik vokal mengadukan berita yang
bikin gerah. Laporkan media cetak pada Dewan
Pers dan media elektronik pada KPI.
Sekarang, mari bawa karpet merah untuk
dibentangkan. Lalu bersama-sama kita
teriakkan, “Halo, jurnalisme keberagaman”
(Red.)
Ma Ketawa
MASA NGOMONG AJA NGGAK BOLEH?
Nyeleneh, kontroversi, ceplas-ceplos, humoris, cerdas dan seakan tak pernah kehabisan
akal. Begitulah beberapa karakter yang melekat pada diri KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Cucu Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari itu pun pernah
menjadi Presiden RI ke-4, meski kemudian dilengserkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) sebelum masa jabatannya berakhir.
Saat menjadi presiden, sikap kontroversinya pun kerap menuai protes dari banyak
kalangan. Tak hanya oleh lawan politiknya, keluarga Gus Dur sendiri tak jarang berbeda pendapat
terkait sikapnya yang seolah tak mau kompromi.
“Waktu jadi presiden, saya pernah bilang pada Gus Dur, 'Sampean itu jangan sering-
sering membuat pernyataan kontroversi yang membingungkan masyarakat',” kata Lily Khadijah
Wahid—adik kandung Gus Dur.
Tanpa pikir panjang, Gus Dur menjawab, “Saya ini udah nggak bisa ngeliat (melihat).
Masa ngomong aja nggak boleh?'. Jelas saja Lily Wahid pun tertawa terpingkal-pingkal.
4
A
'akAbdullahAl Kudus dikenal sebagai salah
satu aktivis lingkungan. Berkandang di
Kawasan Gunung Lemongan di Kabupaten
Lumajang dan Probolinggo, yang merupakan
bagian dari Pegunungan Hyang, pria berambut
gondrong ini aktif melakukan konservasi.
Sejak 2008, ia bersama pecinta alam,
mahasiswa, aktivis LSM dan berbagai elemen
masyarakat mendeklarasikan Laskar Hijau
untuk menyelamatkan gunung yang pada 1799-
1899 merupakan gunung yang paling aktif di
Jawa.
Dari sisi fisik, gunung
ini memiliki 60 titik pusat
erupsi paristik ada yang berupa
kerucut vulkanik dan maar.
Dari 27 maar yang berbentuk
cekungan, 13 diantaranya
terisi air dan menjadi ranu.
Namun karena pembabatan
hutan secara liar, 13 ranu yang
mengelililingi berangsur
kering, dan berdampak pada
pengairan sawah dan petani
ikan yang tak terairi.
Kondisi tersebut
memancing Gus A'ak (sapaan
akrabnya) merasa perlu
bertindak. Dimulai dari 300
orang bergabung naik gunung membawa bibit
dan melakukan konservasi. Dari rencana
kegiatan setiap minggu, jumlah personil
semakin menurun, pada pertemuan kedua,
hanya didatangi 25 orang. Lalu ketiganya ia
hanya sendirian melakukan konservasi.
Pria berdarah Guluk-Guluk ini selama
setahun awal selalu aktif melakukan konservasi
sendirian. Hasilnya cukup bagus untuk tahapan
pertama. Namun, kurun waktu 2011-2012, 300
hektar dari 400 hektar lahan yang telah ia
tanami terbakar. “Ini sangat memukul dan ujian
berat,” tutur pria beranak tiga ini.
Terbakar tidak membuatnya putus asa.
Ia memulai lagi penanaman selanjutnya dengan
metode lebih rapi, menggunakan pupuk kompos
dan menanam varietas buah yang minim terjadi
pencurian kayu. Selain buah, ia juga menanam
bamboo. “Banyak manfaatnya, termasuk
menciptakan mata air baru,” papar peraih Satu
IndonesiaAward 2010 ini.
Untuk mengkampanyekan
konservasi, ia bahkan sempat difatwa
haram oleh MUI Kabupaten Lumajang
setelah mengeluarkan statemen
tentang dakwah hijau dengan istilah
Maulid Hijau sejak 2006. “Dianggap
tidak pantas membelokkan maulid
nabi dengan maulid hijau. Saya
mendapat dukungan Gus Dur,”
tuturnya.
Perjuangan panjangnya, kini
menjadikan Lemongan sebagai
g u n u n g y a n g t a m p i l c a n t i k
m e m p e s o n a . S e m a k r u m p u t
terhampar luas di sepanjang kaki
gunung, pada ketinggian 500 mdpl,
dibangun sebuah posko untuk kumpul.
Salah satu kegiatan unik yang pernah diadakan
di Lemongan adalah Multicultural Green Camp.
Kerja tulus Gus A'ak dan Laskar Hijau
pantas diapresiasi. Tantangan yang dihadapi
gerakan ini masih terhampar. Selain masih
luasnya kawasan yang belum tersentuh
konservasi, ada ancaman illegal logging,
swastanisasi, atau bahkan sengketa antarwarga
sendiri. [Nabila]
A'ak Abdullah Al Kudus
Pendekar Konservasi Gunung
Forum
5
Pergulatan
Menjadi mayoritas mungkin memang
nyaman sekali. Apalagi kalau komunalismenya
nggi, kekuatan kelompok jadi besar. Tetapi
kekuatan bersama ini bisa juga berbahaya
untuk kelompok minoritas yang dianggap liyan
oleh mayoritas.
Dengan kekuatan yang besar,
mayoritas memiliki tanggung jawab yang juga
dak main-main untuk menjaga keseimbangan
dan perdamaian. Mayoritas-minoritas itu dak
akan jadi masalah apabila prinsip kesetaraan
dipelihara.
Minoritas punya hak yang sama
dengan mayoritas. Kelompok Syiah Sampang,
misal, memiliki hak yang sama dengan
kelompok lainnya untuk memperoleh hidup
yang damai dan bebas dari paksaan. Tetapi itu
dak terjadi. Maka jelas ada yang salah
dengan komunalisme mayoritas kita. Lantas
apa yang salah?
Yang salah adalah komunalisme ini disertai
dengan fana sme bahkan kekerasan. Sungguh
kasihan agama jika pesan-pesannya yang baik
didestruksi oleh perilaku bagian minor dari
mayoritas yang sama sekali dak representa f.
Namun kalau di lik lebih dalam lagi,
sebenarnya masih banyak dari mayoritas yang
berlaku toleran. Hanya saja ada segilin r orang
dari mayoritas yang merusak dan
mengatasnamakan komunalisme bersama. Tak
hanya bawa nama sesama saudara mayoritas,
bahkan juga nama Tuhan. Padahal lebih berat
lagi tanggung jawab perilaku yang membawa
nama Tuhan.
Menjadi mayoritas mes nya
dibersamai dengan kepekaan dan tanggung
jawab. Coba buk kan sendiri, bersikap rendah
ha itu memerlukan lebih sedikit energi
daripada ngotot merasa benar sendiri.
Hematlah energi apalagi ke ka tengah puasa
seper ini
Hemat Energi
Agenda
Bandung | 16 Juli Pukul 16.00 | Dialog Kemanusiaan bersama KKP, Yayasan Puan Amal Hayati,
dan Buka Bersma dengan Hj. Shinta Nuriyah Wahid | Halaman SD St. Yusup (Jl. Jawa no.2-4),
Bandung | Gratis & Umum
Depok | 16-18 Juli | Rangkaian acara dalam rangka Ulang tahun ke-1 AWC UI | Lokasi
Perpustakaan Pusat UI| Gratis & Umum | CP 082141232345
Bandung | 18 Juli pukul 16.00 | Silaturahmi Ramadhan bersama GKI Kebonjati & Pontren Daarut
Taubah | lokasi GKI, Jl. Kebonjati 100 | Gratis & Umum
Jogja | 26 Juli pukul 16.00 | Diskusi Forum Jumat Terakhir | Lokasi dalam konfirmasi | Gratis &
Umum | CP 082141232345
Jombang | 31 Juli pukul 16.00 | Buka bersama dengan Hj. Shinta Nuriyah | Lokasi dalam
konfirmasi | Gratis & Umum
6
GUS DUR BERTUTUR
aat membaca kembali makalah-makalah yang dikirimkan
Skepada sejumlah penerbitan, disampaikan dalam sekian
buah seminar dan dipaparkan dalam sekian banyak
diskusi, penulis mendapati pandangan-pandangannya
sendiri tentang Islam yang tengah mengalami
perubahan-perubahan besar. Semula, penulis mengikuti jalan
pikiran kaum ekstrimis yang menganggap Islam sebagai alternatif
terhadap pola pemikiran “Barat”, seiring dengan kesediaan
penulis turut serta dalam gerakan lkhwanul Muslimin di Jombang,
dalam tahun-tahun 50- an. Kemudian, penulis mempelajari
dengan mendalam Nasionalisme Arab di Mesir pada tahun-tahun
60-an, dan Sosialisme Arab (al-isytirâkiyyah al-'arâbiyyah) di
Baghdad. Sekembali di tanah air, di tahun-tahun 70-an penulis
melihat Islam sebagai jalan hidup (syarî'ah) yang saling belajar
dan saling mengambil berbagai ideology non-agama, serta
berbagai pandangan dari agama-agama lain.
Pengembaraan penulis itu, menyembulkan dua hal
sekaligus: di satu pihak, pengalaman pribadi penulis yang tidak
akan pernah dirasakan atau dialami orang lain, dan sekaligus
kesamaan pengalaman dengan orang lain yang mengalami
pengembaraan mereka sendiri.Apakah selama pengembaraan itu
berakhir pada ekletisme yang berwatak kosmopolitan, sedangkan
pada orang lain pengembaraan mereka membawa hasil
sebaliknya, tidaklah menjadi soal bagi penulis. Pengalaman
pribadi orang tidak akan pernah sama dengan pengalaman orang
lain. Dengan demikian, kita justru harus merasa bangga dengan
pikiran-pikiran sendiri yang berbeda dari pemikiran orang lain.
Dari kenyataan itulah, penulis sampai pada kesimpulan,
bahwa Islam yang dipikirkan dan dialaminya adalah sesuatu yang
khas, yang dapat disebutkan sebagai “Islamku”, hingga
karenanya watak perorangan seperti itu patut dipahami sebagai
pengalaman pribadi, yang patut
diketahui orang lain tanpa
memiliki kekuatan pemaksa.
Kalau pandangan ini dipaksakan
juga, akan terjadi dislokasi pada
diri orang lain, yang justru akan
membunuh keindahan semula
dari pandangannya sendiri.
D a l a m b e r b e d a
pandangan, orang sering
memaksakan kehendak dan
menganggap pandangan yang
dikemukakannya sebagai satu-
s a t u n y a k e b e n a r a n , d a n
karenanya ingin dipaksakan
kepada orang lain. Cara seperti
ini tidaklah rasional, walaupun
kandungan isinya sangat
rasional. Sebaliknya, pandangan
spiritual yang irrasional dapat
ditawarkan kepada orang lain
tanpa paksaan, dengan dalih itu
pengalaman pribadi yang tidak
p e r l u d i i k u t i o r a n g .
Kebenarannya baru akan
terbukti jika hal-hal irrasional
itu benar-benar terjadi dalam
kehidupan nyata.
ISLAMKU,ISLAM ANDA, ISLAM KITA
< Bagian I >
7
JOMBANG
Perempuan Punya Cerita
STARAMUDA Jombang mengambil strategi
cukup tepat dalam kampanye terkait
perempuan. Melalui film, mereka
memaparkan berbagai fenomena tentang
perempuan dari berbagai sisi. Setelah
menonton, terjadilah dialog yang seru
membahas film-film ini.
Kegiatan yang digelar 30 Juni lalu
menyajikan “Perempuan Punya Cerita”.
Dipotret untuk menjadi representasi tentang
perempuan di negeri ini. Ditengah kelemahan
perlindungan dan beban hukuman bagi pelaku
kejahatan terhadap perempuan.
”Perempuan Punya Cerita” adalah
kumpulan 4 film pendek yang dibuat tahun
2008. Film ini dibagi dalam segmen-segmen:
Cerita Pulau (sutradara Fatimah T. Rony dan
skenario Vivin Idris), Cerita Yogyakarta (Upi
dan Vivian Idris), Cerita Cibinong (Nia Dinata
dan Melissa Karim) dan Cerita Jakarta (Lasja
F. Sutanto dan Melissa Karim) yang
menceritakan tentang perilaku seks aktif
perkosaan, trafficking, perdagangan anak di
bawah umur dan HIV/AIDS.
“Ujung dari empat sekuel tersebut
adalah tentang kurangnya keberanian dan
pengetahuan. Saya pikir jika perempuan
korban tersebut pintar dan berani, tentu hal
seperti ini tidak akan terjadi,” kata Aan
Anshori, aktivis Staramuda Jombang. (Enny)
KONGKOW
KEBUMEN
Ramadhan Bersama Diffable
DIALOG antara masyarakat dengan
masyarakat diffable sangat dibutuhkan
sebagai bentuk saling mensupport antar
keduanya. Momen ramadhan dijadikan waktu
yang tepat oleh GUSDURian Kebumen dengan
Komunitas Diffa setempat untuk
merealisasikan hal tersebut. Mereka
menggagas kegiatan bersama di Mushalla Al
Furqan, Desa Kembaran, Kebumen 8-14 Juli
lalu.
Koordinator acara Muinatul
Khoiriyah mengatakan tujuan acara ini
adalah untuk membangun dialog antara
masyarakat dengan masyarakat diffabel.
Ruang dialog ini akan memberi support
solidaritas bagi masyarakat diffabel. “Ruang
dialog ini penting, sebagai media untuk
menciptakan solidaritas kepada para
diffabel,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, acara ini juga
untuk menyediakan ruang bagi para diffabel
untuk mengekpresikan karyanya. Ada banyak
warga diffabel yang tenyata mempunyai
karya semacam kerajinan tangan.
Ada beberapa rangkaian kegiatan
dalam acara Ramadan Bersama Diffabel ini.
Di antaranya adalah: pameran hasil karya
warga diffabel, pemutaran Film tentang
disabilitas, sarasehan disabilitas serta
pengajian bertema disabilitas. (bj)
TEMANGGUNG
Galang Dana Bencana Aceh
GUSDURian Kabupaten Temanggung dan PMII setempat melakukan penggalangan dana
yang disalurkan kepada korban bencana gempa di Aceh. Penggalangan dana sendiri dilakukan di
jalan protokol dan tempat publik seperti pasar dan taman kota dalam kurun waktu 4 hari setelah
bencana.
Kegiatan penggalangan ini sendiri didasari kepedulian terhadap kondisi para pengungsi
akibat gempa yang menggetarkan bumi Serambi Makkah hingga menewaskan puluhan warganya,
serta menyengsarakan ratusan warga. “Kami merasa harus berbuat sesuatu untuk itu,” kata
koordinator penggalagan dana, Rozaqul Yazid.
Penggalangan dana tersebut dilakukan secara kontinyu dalam empat hari berturut-turut.
Untuk kali pertama, penggalangan dana dilakukan di Terminal Induk Madureso dan perempatan
jalan Suwandi Suwardi.
Pada hari berikutnya selain di tempat yang sama juga dilakukan di Pasar Kliwon
Temanggung, dan berurutan di Taman Kartini, alun-alun dan sejumlah ruang publik lainnya.
“Hanya ini yang dapat kami lakukan, semoga bermanfaat bagi mereka,” tandasnya. (zah)
8

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Kerja kursus titas ibn khaldun
Kerja kursus titas ibn khaldunKerja kursus titas ibn khaldun
Kerja kursus titas ibn khaldun
Suhada Sohot
 
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islamTopik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Afif Syakir
 
Kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragamaKerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama
Hamdani Alqobus
 
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia KontemporariAliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
aikhwan5
 

La actualidad más candente (20)

Artikel tentang Pancasila
Artikel tentang PancasilaArtikel tentang Pancasila
Artikel tentang Pancasila
 
Kerja kursus titas ibn khaldun
Kerja kursus titas ibn khaldunKerja kursus titas ibn khaldun
Kerja kursus titas ibn khaldun
 
2020 Moderasi WI_Kepsek
2020 Moderasi WI_Kepsek2020 Moderasi WI_Kepsek
2020 Moderasi WI_Kepsek
 
MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA?
MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA?MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA?
MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA?
 
Evidensi Kepemimpinan Rasulullah
Evidensi Kepemimpinan RasulullahEvidensi Kepemimpinan Rasulullah
Evidensi Kepemimpinan Rasulullah
 
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
(sindonews.com) Opini sosial budaya 10 oktober 2016-18 november 2016
 
Konsep mb kemenag
Konsep mb kemenagKonsep mb kemenag
Konsep mb kemenag
 
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islamTopik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
 
Fix - materi toleransi dalam keberagaman fasprov mi-m ts-ma
Fix  - materi toleransi dalam keberagaman fasprov mi-m ts-maFix  - materi toleransi dalam keberagaman fasprov mi-m ts-ma
Fix - materi toleransi dalam keberagaman fasprov mi-m ts-ma
 
Hubungan etnik bab 8 agama_dan_hubungan_etnik
Hubungan etnik bab 8 agama_dan_hubungan_etnikHubungan etnik bab 8 agama_dan_hubungan_etnik
Hubungan etnik bab 8 agama_dan_hubungan_etnik
 
Landasan teologis moderasi beragama final
Landasan teologis moderasi beragama   finalLandasan teologis moderasi beragama   final
Landasan teologis moderasi beragama final
 
Manajemen sdm
Manajemen sdmManajemen sdm
Manajemen sdm
 
Kerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragamaKerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragama
 
Pendidikan karakter berbasis wahyu
Pendidikan karakter berbasis wahyuPendidikan karakter berbasis wahyu
Pendidikan karakter berbasis wahyu
 
Makalah kerukunan antar umat beragama
Makalah kerukunan antar umat beragamaMakalah kerukunan antar umat beragama
Makalah kerukunan antar umat beragama
 
Makalah kerukunan umat_beragama
Makalah kerukunan umat_beragamaMakalah kerukunan umat_beragama
Makalah kerukunan umat_beragama
 
Kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragamaKerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama
 
Kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragamaKerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama
 
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia KontemporariAliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
 
Topik 3 - Cabaran Komunikasi & Penyiaran Dalam Islam
Topik 3 - Cabaran Komunikasi & Penyiaran Dalam IslamTopik 3 - Cabaran Komunikasi & Penyiaran Dalam Islam
Topik 3 - Cabaran Komunikasi & Penyiaran Dalam Islam
 

Similar a Selasar edisi 05

Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan SosialMisi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
Idrus Abidin
 
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Haidar Bashofi
 
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Haidar Bashofi
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
BahRum Subagia
 
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nuModul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Ahmad Rouf
 

Similar a Selasar edisi 05 (20)

Paradigma Alquran
Paradigma AlquranParadigma Alquran
Paradigma Alquran
 
Peran Giri Kedaton
Peran Giri Kedaton Peran Giri Kedaton
Peran Giri Kedaton
 
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan SosialMisi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
 
Al qur'an di era modern
Al qur'an di era modernAl qur'an di era modern
Al qur'an di era modern
 
Perjalanan menuju mimbar
Perjalanan menuju mimbarPerjalanan menuju mimbar
Perjalanan menuju mimbar
 
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
 
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
 
Muharam Moment Hijrah.pptx
Muharam Moment Hijrah.pptxMuharam Moment Hijrah.pptx
Muharam Moment Hijrah.pptx
 
JALAN DIALOG HANS KUNG DAN PERSPEKTIF MUSLIM
JALAN DIALOG HANS KUNG DAN PERSPEKTIF MUSLIMJALAN DIALOG HANS KUNG DAN PERSPEKTIF MUSLIM
JALAN DIALOG HANS KUNG DAN PERSPEKTIF MUSLIM
 
masyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdfmasyarakat berkarakter.pdf
masyarakat berkarakter.pdf
 
Kyai dan perubahan_sosial
Kyai dan perubahan_sosialKyai dan perubahan_sosial
Kyai dan perubahan_sosial
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
 
Dialog peradaban
Dialog peradabanDialog peradaban
Dialog peradaban
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nuModul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu
 
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdf
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdfBUKU KESULTANAN SERDANG.pdf
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdf
 
Makalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titinMakalah metodologi islam ibu titin
Makalah metodologi islam ibu titin
 
Buku pesantren
Buku pesantrenBuku pesantren
Buku pesantren
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bahaya_liberal.pptx
Bahaya_liberal.pptxBahaya_liberal.pptx
Bahaya_liberal.pptx
 

Último

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Último (20)

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 

Selasar edisi 05

  • 1. Penanggung jawab: SekNas JGD Penasihat: Alissa QM Wahid Koordinator: Tata Khoiriyah Redaksi: Nabilah Munyarihah, Zahro en Lay out: Fardan Editor: Abas Z g. Kontributor: GUSDURian di berbagai daerah Sirkulasi: SekNas Jaringan GUSDURian Edisi 5/Juli 2013 Menafsirkan agama dari berbagai sudut pandang akan menghasilkan cara pandang yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dari titik itu, perbedaan kemudian mulai muncul. Semakin lama, perbedaan itu semakin mengakar dan menjadi tradisi. Perbedaan itulah yang kemudian ke depan menjadi peluang terjadinya perecahan . Habib Ismail Fajrie Alatas, kandidat doctor Michigan University mencoba menawarkan solusi, Islam tanpa penyeragaman yang diulas begitu apik dalam kerangka cara pandang tradisi dengan pisau analisis historisitas dan historikalitas. Media menjadi salah satu corong penting dalam penyuaraan ini. Dia dapat berfungsi ganda, mendukung keragaman dapat pula menjadi pemicu perpecahan berbasis SARA. Rio Tuasikal dalam hal konsumsi wacana ini juga menawarkan solusi melalui jurnalisme keberagaman. Sekarang, bagaimana kita bisa menjadi bijaksana dalam mengolah keberagaman yang ada tanpa Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa ar kel, opini, berita melalui selasar.redaksi@gmail.com. Redaksi dak bertanggung jawab atas isi tulisan. Tulisan itu adalah pandangan pribadi penulis. Newsle er ini adalah produk nonprofit. “ Saya mencita-citakan umat islam Indonesia menjadi umat beragama yang berpandangan luas, mampu memahami orang lain, menumpahkan kebersamaan yang utuh dengan segala pihak, menjunjung nggi kebebasan sebagai sarana demokrasi “ K.H. Abdurrahman Wahid Sekedar Mendahului
  • 2. P ada saat berbicara Islam sebagai tradisi, harus berbicara pula tentang relasi antara yang transhistoris dengan yang historis. Saat bicara tentang tradisi, tentu harus berbicara tentang yang historis. Tetapi jangan terjebak menganggap tradisi sebagai superstruktur dari infrastruktur sejarah, setiap sejarah berubah, tradisi berubah, Islam berubah. Tradisi bukan hanya sebagai hasil dari sejarah. Tradisi memiliki dinamika temporalnya sendiri, yang berdiri sendiri namun memang terkait dengan sejarah. Tradisi juga menghasilkan logika spasiotemporalnya sendiri. Untuk menganalisa spasiotemporal ini saya menggunkan, seperti istilah Hegel, historikalitas. Sebuah alur waktu tradisi. Untuk menganalisa sejarah dan tradisi Islam adalah dengan melihat titik waktu dan benturan antara historisitas dan historikalitas. Dimana keduanya dimaknai sebagai suatu struktur dan dinamika ruang dan waktu yang berbeda. Intinya, tidak ada ruang dan waktu yang membentuk tradisi, tetapi tradisi sudah membentuk alur dan waktunya sendiri sehingga sejarah tidak bisa memiliki keunggulan epistemis atas tradisi dalam konsep ruang dan waktu. Proses pewahyuan Al Qur'an, bahwa satu sisi Al Qur'an adalah sesuatu yang kalam qadir, dimana ini berlaku mutlak tanpa melihat ruang waktu manusia. Disisi lain, kalam tersebut harus disuarakan dalam bahasa yang dapat dipahami. Disinilah peran penting nabi sebagai manusia disatu sisi, dan sebagai utusan Allah pada sisi yang lain. Sehingga sebagai jembatan yang menghubungkan ruang dan waktu ilahi dan ruang dan waktu manusia. Melalui nabi, sisi transhistoris, yakni kalamullah yang qadir ini bertemu dan berbenturan dengan sisi historis. Pertemuan yang azali membawa dampak besar bagi konteks historis. Bukan karena pewahyuan kepada Muhammad kemudian membawa dampak besar bagi perubahan di Jazirah Arab, tetapi konteks linguistiknya, bahasa Arabnya, dengan wahyu berubah, karena kemasukan wahyu. Bahasa Arab sebelum dan sesudah wahyu berbeda, terjadi perubahan sematik. Pendeknya, waktu kita, sejarah kita, itu menjadi riil karena dibenturkan pada waktu ilahi. Kalau tidak karena waktu ilahiyah, maka tidak ada sejarah. Itulah kenapa perlu mengkaji historikalitas manusia. Bahwa ada ruang dan waktu yang terhubung dengan yang transhistoris yang tidak melulu harus direduksi pada sejarah. Bahwa ada ruang waktu yang terpisah dengan sejarah dan justru membuka dinamika itu sendiri tanpa bergantung sejarah. Saya mencontohkan, pada saat kita berdzikir, kita meng- hadirkan Tuhan dalam ruang dan waktu kita. Pada saat kita membacakan dan meriwayatkan h a d i t s d e n g a n s a n a d , k i t a menghadirkan nabi di ruang dan waktu kita. Inilah sisi historiakali- tas, dimana yang tadinya bukan bagian dari sejarah kita, ikut masuk dalam ruang dan waktu kita, dan mengubahnya. Tetapi disaat yang sama, pada saat kita meng- hadirkan momen masa lalu di ruang waktu kita, maka yang terjadi adalah proses konteks-tualisasi. A p a y a n g s u d a h d i - k o n t e k s t u a l i s a s i k a n h a r u s direentekstualisasi, dimasukkan kembali kedalam tradisi. Sehingga tradisinya tidak selalu sama, tradisinya akan selalu berubah, akan selalu mendapat sisa-sisa historisitas yang dialami. Disinilah terjadi perubahan tradisi, tidak lagi s a m a a n t a r a s e b e l u m d i - enterektualisasi dan sesudahnya. Praktek-praktek tradisi Menggerakan Tradisi Islam Tradisi Tanpa PenyeragamanOleh: Habib Ismail Fajrie Alatas (kandidat doktor Universitas Michigan) 2
  • 3. berkembang terjadi perdebatan yang sangat besar. Saat Islam keluar dari Madinah, terjadilah perdebatan pertama antara Imam Malik dengan Imam Laih bin Sahal. Imam Malik beranggapan bahwa Madinah harus menjadi standar Islam, semua negara harus berstandar Madinah. Imam Laih bin Sahal beranggapan bahwa konteks lokal menjadi konten yang tidak bisa diseragamkan. Dalam perkembangan sejarah Islam, setiap ulama yang menjadi simbol otoritas, banyak tidak dikenali karena keilmuannya, tetapi justru mempunyai otoritas karena memiliki kesalehan sosial. Maka tidak cukup seorang ulama untuk memiliki akses terhadap yang transhistoris, dia juga harus menjadi bagian dari elemen historis. Seorang ulama tidak hanya mengandalkan ilmu fiqh, hanya mengandalkan sisi tradisi Islam, dia tidak dapat berbicara dengan masyarakat yang memang tidak berbicara dengan ilmu fiqh. Di Maroko, misalnya, seorang ulama harus mempelajari ilmu nasab dan genealogi kabilah-kabilah yang ada, karena mereka harus masuk dalam sistem sosial. Mereka harus bisa menogisiasikan aspek-aspek syar'i dengan aspek-aspek yang ada di tengah masyarakat. Terkadang, kalau ada fatwa jauh dari aspek lokalitas tersebut justru ditinggalkan oleh masyarakat. Karena justru proses negosiasi tradisi adalah bagaimana membenturkan dan membangun dialog antara yang transhistoris dan yang historis. Dan demikian berarti tidak bisa ada kesamaan karena konteks masing-masing lokalitas antar daerah berbeda. Inilah tugas penting mengapa seorang ulama harus mampu menegosiasikan antara hukum syar'i dengan konteks lokal di masing-masing daerah tanpa berpretensi harus membangun keseragaman. Tetapi juga bukan berarti, ulama tersebut bukan berarti ulama kampung. Tetapi justru merekalah yang berhasil menerapkan sistem ini. (red) Menggerakan Tradisi Menggerakan Tradisi HALO Oleh: Rio Tuasikal (keluarga Jaringan Kerja Antarumat Bergama (Jakatarub) Bandung. Mahasiswa Jurnalis k Unikom Bandung) JURNALISME KEBERAGAMAN Itulah keterangan foto yang ditulis Republika di situs beritanya. Lengkap dengan istilah “sesat” persis sebelum “Ahmadiyah”. Disadari atau tidak, kalimat itu telah mengajak publik menolak Ahmadiyah. Di akar rumput, berita ini bakal memicu perpecahan, atau paling tidak, melanggengkan kebencian. Berita timpang begini cuma satu dari ribuan bibit alergi beda. Banyaknya audiens dan pembaca media semacam ini menjadi tantangan bagi kepelangian Indonesia. Maka, guna menyelamatkan kebhinnekaan, satu teknik peliputan baru dirumuskan: jurnalisme keberagaman. Memberitakan S-A-R-A Jurnalis menulis berita berdasarkan tiga aspek: diksi, angle dan framing. Diksi adalah pilihan kata; angle adalah bagian kejadian yang diberitakan; framing adalah kerangka pikirnya. Berita Republika di atas akan bernuansa berbeda bila ketiga aspek ini diubah. Bila berita seorang jurnalis menyudutkan SARA, ini bisa terjadi karena keteledoran atau kesengajaan. Sisi keteledoran menjadi lazim akibat “Pemkot Bekasi menyegel masjid Al Misbah milik jemaah aliran sesat Ahmadiyah di Pondok Gede, Bekasi, Jumat (5/4).” 3
  • 4. Menggerakan Tradisi kurangnya pengetahuan jurnalis akan keberagaman. Ada pun soal kesengajaan, inilah yang dilakukan media intoleran. Media-media yang menyuarakan kebencian, lewat standar jurnalistik saja, masih banyak kekurangannya. Prinsip “good journalism” seperti netral dan cover both sides sengaja diabaikan. Klarifikasi tidak mereka lakukan, opini banyak diselipkan. Mereka pun berperan ganda sebagai hakim keyakinan. Jenis media demikian tak bisa dibenarkan. Melirik Jurnalisme Keberagaman Bila media bisa menambah konflik, dia bisa berlaku sebaliknya. Perlu langkah lebih dari sekadar memberitakan, jurnalisme harus pula promosikan perdamaian. Inilah yang membuat jurnalisme keberagaman jadi tepat waktu. Usman Kansong menulis, jurnalisme ini ditandai dengan beberapa karakteristik, yakni: berpihak pada keberagaman dan perbedaan; berpihak pada korban; berpihak pada minoritas; sensitif gender; menjunjung HAM; dan berperspektif jurnalisme damai. Lewat jurnalisme keberagaman, jurnalis diharapkan menghargai perbedaan suku, agama, ras, gender dan orientasi seksual. Termasuk juga menolak diskriminasi, tidak menghakimi, serta melawan radikalisme, intoleransi dan eksklusivisme. S e c a r a u m u m , j u r n a l i s m e keberagaman menolak stigma, stereotip dan prasangka. Artinya tidak menempelkan kata sifat pada identitas tertentu. Misalnya 'Tionghoa pemabuk', 'gay sadis' atau 'muslim teroris'. Istilah-istilah yang menyudutkan pun harus diganti. Istilah 'aliran sesat' untuk Ahmadiyah jadi 'aliran berbeda' atau 'aliran minoritas' atau 'Ahmadiyah' saja. Di sini, jurnalis bertindak adil dan tidak menghakimi. Di atas semuanya, jurnalis perlu mengawal proses hukum pelaku hingga tuntas, jangan sibuk pada kejadiannya semata. Dengan mengikuti kaidah-kaidah di atas, berita yang dihasilkan akan mendamaikan. Inilah namanya jurnalisme keberagaman. Pemahaman soal keberagaman pun perlu ditanamkan kepada insan media. Hal ini bisa dilakukan lewat pelatihan dari pegiat keberagaman dan organisasi wartawan. Di sisi lain, publik juga harus turut serta. Siapa pun berhak mengawal proses yang menantang ini. Saatnya publik vokal mengadukan berita yang bikin gerah. Laporkan media cetak pada Dewan Pers dan media elektronik pada KPI. Sekarang, mari bawa karpet merah untuk dibentangkan. Lalu bersama-sama kita teriakkan, “Halo, jurnalisme keberagaman” (Red.) Ma Ketawa MASA NGOMONG AJA NGGAK BOLEH? Nyeleneh, kontroversi, ceplas-ceplos, humoris, cerdas dan seakan tak pernah kehabisan akal. Begitulah beberapa karakter yang melekat pada diri KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Cucu Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari itu pun pernah menjadi Presiden RI ke-4, meski kemudian dilengserkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebelum masa jabatannya berakhir. Saat menjadi presiden, sikap kontroversinya pun kerap menuai protes dari banyak kalangan. Tak hanya oleh lawan politiknya, keluarga Gus Dur sendiri tak jarang berbeda pendapat terkait sikapnya yang seolah tak mau kompromi. “Waktu jadi presiden, saya pernah bilang pada Gus Dur, 'Sampean itu jangan sering- sering membuat pernyataan kontroversi yang membingungkan masyarakat',” kata Lily Khadijah Wahid—adik kandung Gus Dur. Tanpa pikir panjang, Gus Dur menjawab, “Saya ini udah nggak bisa ngeliat (melihat). Masa ngomong aja nggak boleh?'. Jelas saja Lily Wahid pun tertawa terpingkal-pingkal. 4
  • 5. A 'akAbdullahAl Kudus dikenal sebagai salah satu aktivis lingkungan. Berkandang di Kawasan Gunung Lemongan di Kabupaten Lumajang dan Probolinggo, yang merupakan bagian dari Pegunungan Hyang, pria berambut gondrong ini aktif melakukan konservasi. Sejak 2008, ia bersama pecinta alam, mahasiswa, aktivis LSM dan berbagai elemen masyarakat mendeklarasikan Laskar Hijau untuk menyelamatkan gunung yang pada 1799- 1899 merupakan gunung yang paling aktif di Jawa. Dari sisi fisik, gunung ini memiliki 60 titik pusat erupsi paristik ada yang berupa kerucut vulkanik dan maar. Dari 27 maar yang berbentuk cekungan, 13 diantaranya terisi air dan menjadi ranu. Namun karena pembabatan hutan secara liar, 13 ranu yang mengelililingi berangsur kering, dan berdampak pada pengairan sawah dan petani ikan yang tak terairi. Kondisi tersebut memancing Gus A'ak (sapaan akrabnya) merasa perlu bertindak. Dimulai dari 300 orang bergabung naik gunung membawa bibit dan melakukan konservasi. Dari rencana kegiatan setiap minggu, jumlah personil semakin menurun, pada pertemuan kedua, hanya didatangi 25 orang. Lalu ketiganya ia hanya sendirian melakukan konservasi. Pria berdarah Guluk-Guluk ini selama setahun awal selalu aktif melakukan konservasi sendirian. Hasilnya cukup bagus untuk tahapan pertama. Namun, kurun waktu 2011-2012, 300 hektar dari 400 hektar lahan yang telah ia tanami terbakar. “Ini sangat memukul dan ujian berat,” tutur pria beranak tiga ini. Terbakar tidak membuatnya putus asa. Ia memulai lagi penanaman selanjutnya dengan metode lebih rapi, menggunakan pupuk kompos dan menanam varietas buah yang minim terjadi pencurian kayu. Selain buah, ia juga menanam bamboo. “Banyak manfaatnya, termasuk menciptakan mata air baru,” papar peraih Satu IndonesiaAward 2010 ini. Untuk mengkampanyekan konservasi, ia bahkan sempat difatwa haram oleh MUI Kabupaten Lumajang setelah mengeluarkan statemen tentang dakwah hijau dengan istilah Maulid Hijau sejak 2006. “Dianggap tidak pantas membelokkan maulid nabi dengan maulid hijau. Saya mendapat dukungan Gus Dur,” tuturnya. Perjuangan panjangnya, kini menjadikan Lemongan sebagai g u n u n g y a n g t a m p i l c a n t i k m e m p e s o n a . S e m a k r u m p u t terhampar luas di sepanjang kaki gunung, pada ketinggian 500 mdpl, dibangun sebuah posko untuk kumpul. Salah satu kegiatan unik yang pernah diadakan di Lemongan adalah Multicultural Green Camp. Kerja tulus Gus A'ak dan Laskar Hijau pantas diapresiasi. Tantangan yang dihadapi gerakan ini masih terhampar. Selain masih luasnya kawasan yang belum tersentuh konservasi, ada ancaman illegal logging, swastanisasi, atau bahkan sengketa antarwarga sendiri. [Nabila] A'ak Abdullah Al Kudus Pendekar Konservasi Gunung Forum 5
  • 6. Pergulatan Menjadi mayoritas mungkin memang nyaman sekali. Apalagi kalau komunalismenya nggi, kekuatan kelompok jadi besar. Tetapi kekuatan bersama ini bisa juga berbahaya untuk kelompok minoritas yang dianggap liyan oleh mayoritas. Dengan kekuatan yang besar, mayoritas memiliki tanggung jawab yang juga dak main-main untuk menjaga keseimbangan dan perdamaian. Mayoritas-minoritas itu dak akan jadi masalah apabila prinsip kesetaraan dipelihara. Minoritas punya hak yang sama dengan mayoritas. Kelompok Syiah Sampang, misal, memiliki hak yang sama dengan kelompok lainnya untuk memperoleh hidup yang damai dan bebas dari paksaan. Tetapi itu dak terjadi. Maka jelas ada yang salah dengan komunalisme mayoritas kita. Lantas apa yang salah? Yang salah adalah komunalisme ini disertai dengan fana sme bahkan kekerasan. Sungguh kasihan agama jika pesan-pesannya yang baik didestruksi oleh perilaku bagian minor dari mayoritas yang sama sekali dak representa f. Namun kalau di lik lebih dalam lagi, sebenarnya masih banyak dari mayoritas yang berlaku toleran. Hanya saja ada segilin r orang dari mayoritas yang merusak dan mengatasnamakan komunalisme bersama. Tak hanya bawa nama sesama saudara mayoritas, bahkan juga nama Tuhan. Padahal lebih berat lagi tanggung jawab perilaku yang membawa nama Tuhan. Menjadi mayoritas mes nya dibersamai dengan kepekaan dan tanggung jawab. Coba buk kan sendiri, bersikap rendah ha itu memerlukan lebih sedikit energi daripada ngotot merasa benar sendiri. Hematlah energi apalagi ke ka tengah puasa seper ini Hemat Energi Agenda Bandung | 16 Juli Pukul 16.00 | Dialog Kemanusiaan bersama KKP, Yayasan Puan Amal Hayati, dan Buka Bersma dengan Hj. Shinta Nuriyah Wahid | Halaman SD St. Yusup (Jl. Jawa no.2-4), Bandung | Gratis & Umum Depok | 16-18 Juli | Rangkaian acara dalam rangka Ulang tahun ke-1 AWC UI | Lokasi Perpustakaan Pusat UI| Gratis & Umum | CP 082141232345 Bandung | 18 Juli pukul 16.00 | Silaturahmi Ramadhan bersama GKI Kebonjati & Pontren Daarut Taubah | lokasi GKI, Jl. Kebonjati 100 | Gratis & Umum Jogja | 26 Juli pukul 16.00 | Diskusi Forum Jumat Terakhir | Lokasi dalam konfirmasi | Gratis & Umum | CP 082141232345 Jombang | 31 Juli pukul 16.00 | Buka bersama dengan Hj. Shinta Nuriyah | Lokasi dalam konfirmasi | Gratis & Umum 6
  • 7. GUS DUR BERTUTUR aat membaca kembali makalah-makalah yang dikirimkan Skepada sejumlah penerbitan, disampaikan dalam sekian buah seminar dan dipaparkan dalam sekian banyak diskusi, penulis mendapati pandangan-pandangannya sendiri tentang Islam yang tengah mengalami perubahan-perubahan besar. Semula, penulis mengikuti jalan pikiran kaum ekstrimis yang menganggap Islam sebagai alternatif terhadap pola pemikiran “Barat”, seiring dengan kesediaan penulis turut serta dalam gerakan lkhwanul Muslimin di Jombang, dalam tahun-tahun 50- an. Kemudian, penulis mempelajari dengan mendalam Nasionalisme Arab di Mesir pada tahun-tahun 60-an, dan Sosialisme Arab (al-isytirâkiyyah al-'arâbiyyah) di Baghdad. Sekembali di tanah air, di tahun-tahun 70-an penulis melihat Islam sebagai jalan hidup (syarî'ah) yang saling belajar dan saling mengambil berbagai ideology non-agama, serta berbagai pandangan dari agama-agama lain. Pengembaraan penulis itu, menyembulkan dua hal sekaligus: di satu pihak, pengalaman pribadi penulis yang tidak akan pernah dirasakan atau dialami orang lain, dan sekaligus kesamaan pengalaman dengan orang lain yang mengalami pengembaraan mereka sendiri.Apakah selama pengembaraan itu berakhir pada ekletisme yang berwatak kosmopolitan, sedangkan pada orang lain pengembaraan mereka membawa hasil sebaliknya, tidaklah menjadi soal bagi penulis. Pengalaman pribadi orang tidak akan pernah sama dengan pengalaman orang lain. Dengan demikian, kita justru harus merasa bangga dengan pikiran-pikiran sendiri yang berbeda dari pemikiran orang lain. Dari kenyataan itulah, penulis sampai pada kesimpulan, bahwa Islam yang dipikirkan dan dialaminya adalah sesuatu yang khas, yang dapat disebutkan sebagai “Islamku”, hingga karenanya watak perorangan seperti itu patut dipahami sebagai pengalaman pribadi, yang patut diketahui orang lain tanpa memiliki kekuatan pemaksa. Kalau pandangan ini dipaksakan juga, akan terjadi dislokasi pada diri orang lain, yang justru akan membunuh keindahan semula dari pandangannya sendiri. D a l a m b e r b e d a pandangan, orang sering memaksakan kehendak dan menganggap pandangan yang dikemukakannya sebagai satu- s a t u n y a k e b e n a r a n , d a n karenanya ingin dipaksakan kepada orang lain. Cara seperti ini tidaklah rasional, walaupun kandungan isinya sangat rasional. Sebaliknya, pandangan spiritual yang irrasional dapat ditawarkan kepada orang lain tanpa paksaan, dengan dalih itu pengalaman pribadi yang tidak p e r l u d i i k u t i o r a n g . Kebenarannya baru akan terbukti jika hal-hal irrasional itu benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. ISLAMKU,ISLAM ANDA, ISLAM KITA < Bagian I > 7
  • 8. JOMBANG Perempuan Punya Cerita STARAMUDA Jombang mengambil strategi cukup tepat dalam kampanye terkait perempuan. Melalui film, mereka memaparkan berbagai fenomena tentang perempuan dari berbagai sisi. Setelah menonton, terjadilah dialog yang seru membahas film-film ini. Kegiatan yang digelar 30 Juni lalu menyajikan “Perempuan Punya Cerita”. Dipotret untuk menjadi representasi tentang perempuan di negeri ini. Ditengah kelemahan perlindungan dan beban hukuman bagi pelaku kejahatan terhadap perempuan. ”Perempuan Punya Cerita” adalah kumpulan 4 film pendek yang dibuat tahun 2008. Film ini dibagi dalam segmen-segmen: Cerita Pulau (sutradara Fatimah T. Rony dan skenario Vivin Idris), Cerita Yogyakarta (Upi dan Vivian Idris), Cerita Cibinong (Nia Dinata dan Melissa Karim) dan Cerita Jakarta (Lasja F. Sutanto dan Melissa Karim) yang menceritakan tentang perilaku seks aktif perkosaan, trafficking, perdagangan anak di bawah umur dan HIV/AIDS. “Ujung dari empat sekuel tersebut adalah tentang kurangnya keberanian dan pengetahuan. Saya pikir jika perempuan korban tersebut pintar dan berani, tentu hal seperti ini tidak akan terjadi,” kata Aan Anshori, aktivis Staramuda Jombang. (Enny) KONGKOW KEBUMEN Ramadhan Bersama Diffable DIALOG antara masyarakat dengan masyarakat diffable sangat dibutuhkan sebagai bentuk saling mensupport antar keduanya. Momen ramadhan dijadikan waktu yang tepat oleh GUSDURian Kebumen dengan Komunitas Diffa setempat untuk merealisasikan hal tersebut. Mereka menggagas kegiatan bersama di Mushalla Al Furqan, Desa Kembaran, Kebumen 8-14 Juli lalu. Koordinator acara Muinatul Khoiriyah mengatakan tujuan acara ini adalah untuk membangun dialog antara masyarakat dengan masyarakat diffabel. Ruang dialog ini akan memberi support solidaritas bagi masyarakat diffabel. “Ruang dialog ini penting, sebagai media untuk menciptakan solidaritas kepada para diffabel,” katanya. Selain itu, lanjutnya, acara ini juga untuk menyediakan ruang bagi para diffabel untuk mengekpresikan karyanya. Ada banyak warga diffabel yang tenyata mempunyai karya semacam kerajinan tangan. Ada beberapa rangkaian kegiatan dalam acara Ramadan Bersama Diffabel ini. Di antaranya adalah: pameran hasil karya warga diffabel, pemutaran Film tentang disabilitas, sarasehan disabilitas serta pengajian bertema disabilitas. (bj) TEMANGGUNG Galang Dana Bencana Aceh GUSDURian Kabupaten Temanggung dan PMII setempat melakukan penggalangan dana yang disalurkan kepada korban bencana gempa di Aceh. Penggalangan dana sendiri dilakukan di jalan protokol dan tempat publik seperti pasar dan taman kota dalam kurun waktu 4 hari setelah bencana. Kegiatan penggalangan ini sendiri didasari kepedulian terhadap kondisi para pengungsi akibat gempa yang menggetarkan bumi Serambi Makkah hingga menewaskan puluhan warganya, serta menyengsarakan ratusan warga. “Kami merasa harus berbuat sesuatu untuk itu,” kata koordinator penggalagan dana, Rozaqul Yazid. Penggalangan dana tersebut dilakukan secara kontinyu dalam empat hari berturut-turut. Untuk kali pertama, penggalangan dana dilakukan di Terminal Induk Madureso dan perempatan jalan Suwandi Suwardi. Pada hari berikutnya selain di tempat yang sama juga dilakukan di Pasar Kliwon Temanggung, dan berurutan di Taman Kartini, alun-alun dan sejumlah ruang publik lainnya. “Hanya ini yang dapat kami lakukan, semoga bermanfaat bagi mereka,” tandasnya. (zah) 8