2. : Ya. Akhirnya. Rasanya begitu sulit menunggu.
Sebelum Pernikahan
: Apakah kau ingin aku pergi?
: Tidak! Jangan sekali pun berpikir tentang itu.
: Apakah kau mencintaiku?
: Tentu saja! Berulang-ulang kali!
: Pernahkah kau mengkhianatiku?
: Tidak! Mengapa kau sampai menanyakannya?
: Maukah kau menciumku?
: Setiap ada kesempatan.
: Apakah kau akan memukulku?
: Kau gila! Aku bukan orang seperti itu!
: Dapatkah aku percaya padamu?
: Ya
: Sayang …
3. : Ya. Akhirnya. Rasanya begitu sulit menunggu.
Sesudah Pernikahan
: Apakah kau ingin aku pergi?
: Tidak! Jangan sekali pun berpikir tentang itu.
: Apakah kau mencintaiku?
: Tentu saja! Berulang-ulang kali!
: Pernahkah kau mengkhianatiku?
: Tidak! Mengapa kau sampai menanyakannya?
: Maukah kau menciumku?
: Setiap ada kesempatan.
: Apakah kau akan memukulku?
: Kau gila! Aku bukan orang seperti itu!
: Dapatkah aku percaya padamu?
: Ya
: Sayang …
4. Fondasi Pernikahan
Bagian manakah yang terpenting dalam seluruh
rangkaian ibadah pemberkatan nikah?
Bagian manakah yang merupakan fondasi sebuah
pernikahan?
Penting untuk dihayati, bukan hanya bagi
Evan dan Monica yang akan membuat perjanjian,
tetapi juga bagi yang sudah menikah maupun
yang berencana menikah.
5. Matius 19:3-12
3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk
mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan
orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?”
4 Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang
menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka
laki-laki dan perempuan?
5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan
ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging.
6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia.”
7 Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah
sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat
cerai jika orang menceraikan isterinya?”
6. Matius 19:3-12
8 Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu
Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi
sejak semula tidaklah demikian.
9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan
isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan
perempuan lain, ia berbuat zinah.”
10 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian
halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik
jangan kawin.”
11 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Tidak semua
orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang
dikaruniai saja.
12 Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir
demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan
demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat
dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena
Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia
mengerti.”
7. Janji Pernikahan
Saya mengaku di hadapan Allah dan jemaat-Nya,
mengambil Engkau sebagai istriku/suamiku yang
sah dan satu-satunya.
Selanjutnya sesuai dengan Firman Tuhan, saya hidup
bersamanya mulai hari ini dan seterusnya,
baik pada waktu senang maupun susah, kelimpahan
maupun kekurangan, sehat maupun sakit,
saya akan senantiasa mengasihimu, melindungimu/
menghormatimu, sampai maut memisahkan kita.
Inilah janji kesetiaan yang saya ucapkan dengan
tulus hati.
8. Saya mengaku di hadapan Allah dan jemaat-
Nya, mengambil Engkau sebagai istriku/
suamiku yang sah dan satu-satunya …
Pernikahan bukan didasarkan pada perasaan
saja melainkan pada perjanjian.
Tingkat keintiman berbanding lurus dengan
tingkat komitmen bukan tingkat perasaan.
Perasaan (“kebahagiaan”, romantisme) bukan hal
yang permanen.
Pernikahan (antara dua pendosa) bukan hal
yang mudah.
9. Saya mengaku di hadapan Allah dan jemaat-
Nya, mengambil Engkau sebagai istriku/
suamiku yang sah dan satu-satunya …
10. Saya mengaku di hadapan Allah dan jemaat-
Nya, mengambil Engkau sebagai istriku/
suamiku yang sah dan satu-satunya …
11. Saya mengaku di hadapan Allah dan jemaat-
Nya, mengambil Engkau sebagai istriku/
suamiku yang sah dan satu-satunya …
12. Saya mengaku di hadapan Allah dan jemaat-
Nya, mengambil Engkau sebagai istriku/
suamiku yang sah dan satu-satunya …
Perjanjian bukan penjara melainkan pengaman.
Saya berubah, pasangan saya berubah, situasi
kehidupan berubah. Apakah kita dapat
mempertahankannya?
Setiap pernikahan akan mengalami masa susah.
Apakah kita dapat melaluinya?
Perjanjian menjadi dasar untuk berharap dan
membangun kembali. Pertanyaannya bukan lagi
apakah melainkan bagaimanakah.
13. DIETRICHBONHOEFFER,
Letters and Papers from Prison
Cinta datang darimu, tetapi pernikahan
dari atas, dari Tuhan. …
Bukan cinta yang mempertahankan
pernikahan, namun sejak saat ini, pernikahan
yang akan mempertahankan cinta.
Love comes from you, but marriage from above, from
God. … It is not your love that sustains the marriage,
but from now on, the marriage that sustains your love.
14. Selanjutnya sesuai dengan Firman Tuhan,
saya hidup bersamanya mulai hari ini
dan seterusnya, …
Matius 19:3-5
3 Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang
menciptakan manusia sejak semula menjadikan
mereka laki-laki dan perempuan?
4 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi
satu daging.
5 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
15. Selanjutnya sesuai dengan Firman Tuhan,
saya hidup bersamanya mulai hari ini
dan seterusnya, …
Karya Tuhan dalam pernikahan:
Tuhan yang menciptakan laki-laki &
perempuan (ay 3)
Tuhan yang menetapkan pernikahan (ay 4)
meninggalkan ayah dan ibunya
bersatu dengan pasangannya
Tuhan yang menyatukan dua pribadi (ay 5)
16. Selanjutnya sesuai dengan Firman Tuhan,
saya hidup bersamanya mulai hari ini
dan seterusnya, …
Kolose 1:16 … di dalam Dialah telah diciptakan
segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan,
baik singgasana, maupun kerajaan, baik
pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu
diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Efesus 5:31-32 Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi
satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku
maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
17. Selanjutnya sesuai dengan Firman Tuhan,
saya hidup bersamanya mulai hari ini
dan seterusnya, …
Tujuan Tuhan dalam pernikahan:
Suami dan istri …
Menjadi (becoming) pribadi yang sesuai
rancangan-Nya, mencerminkan Tuhan
Melakukan (doing) pelayanan yang sesuai
rancangan-Nya, memuliakan Tuhan
Menyatakan (displaying) hubungan
Kristus dengan jemaat
18. Selanjutnya sesuai dengan Firman Tuhan,
saya hidup bersamanya mulai hari ini
dan seterusnya, …
Pernikahan mengajar kita:
• Mengasihi
• Menghormati
• Menyatakan dosa kita
• Mengampuni
• Memiliki hati hamba
• Mengenal Tuhan
• Menyadari kehadiran Tuhan
• Mengembangkan panggilan
hidup
19. Selanjutnya sesuai dengan Firman Tuhan,
saya hidup bersamanya mulai hari ini
dan seterusnya, …
Kita perlu belajar melihat
pernikahan sebagai
disiplin rohani, di mana
Tuhan membentuk hidup
kita makin serupa Kristus.
Hidup berdekatan dengan
seseorang 24/7 bisa
menjadi tantangan rohani
terbesar yang kita hadapi.
20. … saya akan senantiasa mengasihimu,
melindungimu/menghormatimu, baik pada
waktu senang maupun susah, kelimpahan
maupun kekurangan, sehat maupun sakit,
sampai maut memisahkan kita.
Tidak ada janji pernikahan jika tidak ada “dalam
keadaan susah”, “kekurangan”, “sakit”. “Seumur
hidup”, bukan “sepanjang masih saling mencintai”.
Perjanjian (“Saya bersedia”) lebih besar dari
komitmen (“Saya berusaha/mencobanya”).
Kebahagiaan adalah hasil sampingan dari
kebersamaan, ketenteraman, kesetiaan,
pengorbanan.
21. Robertson & Mauriel McQuilkin
Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari
kedudukannya sebagai Rektor di Universitas
Internasional Columbia karena ingin merawat
istrinya, Muriel, yang sakit Alzheimer.
Muriel sudah seperti bayi, tidak bisa berbuat apa-
apa, bahkan untuk makan, mandi, dan buang air pun
ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk
merawat istrinya dengan tangannya sendiri, karena
Muriel adalah wanita yang sangat istimewa baginya.
22. Robertson & Mauriel McQuilkin
Namun pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan
lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran Muriel
malah menyerakkan air seninya sendiri, maka Robertson
tiba-tiba kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan
Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya.
Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya,
“Apa gunanya saya memukulnya, walaupun tidak keras,
tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami
menikah, saya belum pernah memukulnya karena marah,
namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya, saya
memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan.”
Lalu tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak,
Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya.
23. Robertson & Mauriel McQuilkin
Pada tanggal 14 Februari 1995, Robertson dan Muriel,
memasuki hari istimewa karena pada tanggal itu di tahun
1948, Robertson melamar Muriel. Dan pada hari istimewa
itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan
malam dengan menu kesukaan Muriel dan pada malam
harinya menjelang tidur ia mencium dan menggenggam
tangan Muriel lalu berdoa, “Tuhan Yesus yang baik, Engkau
mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu
jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia
mendengar nyanyian malaikat-Mu. Amin!”
Pagi harinya, ketika Robetson berolah-raga dengan
menggunakan sepeda statisnya, Muriel terbangun dari
tidurnya. Ia berusaha mengambil posisi yang nyaman,
kemudian melempar senyum manis kepada Robertson.
24. Robertson & Mauriel McQuilkin
Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-
bulan Muriel yang tidak pernah berbicara
memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan
bening, “Sayangku ... Sayangku ....”
Robertson melompat dari sepedanya dan segera
memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu.
“Sayangku, kau benar-benar mencintaiku bukan?”
tanya Muriel.
Setelah melihat anggukan dan senyum di wajah
Robertson, Muriel berbisik, “Aku bahagia!”
Dan ternyata itulah kata-kata terakhir yang
diucapkan Muriel kepada Robertson.
25. … Inilah janji kesetiaan yang
saya ucapkan dengan tulus hati.
Melalui pengucapan perjanjian, kita menanamkan masa
depan di dalam diri kita.
Ishak: “Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah
merampas berkat yang untukmu itu. … maka kepadamu,
apa lagi yang dapat kuperbuat, ya anakku?”(Kej 27:35-37)
Maleakhi: Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara
engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau
telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan
isteri seperjanjianmu. (Mal 2:14)
Yesus: Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada
itu berasal dari si jahat. (Mat 5:37)