Presentasi hubungan sosial presentation transcript
POWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
1. SRUKTUR KONFLIK
SOSIAL MASYARAKAT
DAN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
JL. Sutorejo No. 59, Surabaya 60113 Jawa Timur-Indonesia.
www.pmb.um-surabaya.ac.id
UMS/Kel.2/16/03/2014 1
2. A. Sruktur Konflik Sosial
1. Teori Konflik
“Konflik” secara etimologis berasal dari
bahasa latin “con” yang berarti bersama dan
“fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.
Dengan demikian, “konflik” dalam kehidupan
sosial berarti benturan kepentingan,
keinginan, pendapat, dan lain-lain yang
paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih.
UMS/Kel.2/16/03/2014 2
3. 2. Teori Konflik Menurut Para Ahli
a) Teori Konflik Mark
Mark mempunyai beberapa pandangan tentang
kehidupan sosial yaitu:
1) Masyarakat sebagai arena yang di dalamnya terdapat
berbagai bentuk pertentangan.
2) Paksaan (coercion) dalam wujud hukum dipandang
sebagai faktor utama untuk memelihara lembaga-
lembaga sosial, seperti milik pribadi (property),
perbudakan (slavery), kapital yang menimbulkan
ketidaksamaan hak dan kesamaan. Kesenjangan sosial
terjadi dalam masyarakat karena berkerjanya lembaga
paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara
kekerasan, penipuan, dan penindasan. Dengan
demikian, titik tumpu dari konflik sosial adalah
kesenjangan sosial.UMS/Kel.2/16/03/2014 3
4. 3) Bagi Mark, konflik sosial adalah pertentangan antara
segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan asset-
aset yang bernilai. Jenis dari konflik antara individu, konflik
antara kelompok, dan bahkan konflik antar bangsa. Tetapi
bentuk konflik yang paling menonjol menurut Marx adalah
konflik yang disebabkan oleh cara produksi barang barang
yang material.
4) Karl Mark memandang masyarakat terdiri dari dua kelas
yang didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat
produksi yaitu kelas borjuis dan proletar.
5) Kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan
alat produksi yang dalam hal ini adalah perusahaan
sebagai modal dalam usaha.
6) Kelas proletar adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan
alat produksi sehingga dalam pemenuhan akan kebutuhan
ekonominya tidak lain hanyalah menjual tenaganya.
UMS/Kel.2/16/03/2014 4
5. b) Teori Konflik Ralf Dahrendof
Ralf Dahrendof menyatakan bahwa masyarakat terbagi dalam
dua kelas atas dasar pemilikan kewenangan (authority), yaitu kelas
yang memiliki kewenangan (dominan) dan kelas yang tidak memiliki
kewenangan (subjeksi). Secara garis besar pokok-pokok teori ini
adalah:
a) Setiap kehidupan sosial berada dalam proses perubahan, sehingga
perubahan merupakan gejala yang bersifat permanen yang mengisi
setiap perubahan kehidupan sosial.
b) Setiap kehidupan sosial selalu terdapat konflik didalam dirinya
sendiri, oleh sebab itu konflik merupakan gejala yang permanen
yang mengisi setiap kehidupan sosial.
c) Setiap elemen dalam kehidupan sosial memberikan andil bagi
pertumbuhan dua variabel yang saling berpengaruh.
d) Setiap kehidupan sosial, masyarakat akan terintegrasi di atas
penguasaan atau dominasi sejumlah kekuataan-kekuataan lain.
UMS/Kel.2/16/03/2014 5
6. 3. Penyebab Terjadinya Konflik
1) Kemajemukan horizontal, yang artinya adalah
struktur masyarakat yang majemuk secara
kultural, seperti suku bangsa, agama, ras, dan
majemuk secara sosial dalam arti perbedaan
pekerjaan dan profesi, seperti petani, buruh,
pedagang, pengusaha, pegawai negeri, militer,
wartawan, alim ulama, sopir, cendekiawan, dan
lain-lain.
2) Kemajemukan vertital, yang artinya struktur
masyarakat yang terpolarisasi bedasarkan
kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan.
UMS/Kel.2/16/03/2014 6
7. Adapun sebab lain yang menimbulkan
terjadinya konflik diantaranya:
1) Perbedaan anatar individu, diantaranya perbedaan pendapat,
tujuan, keinginan, pendirian tentang objek yang dipertentangkan
2) Benturan antar kepentingan baik secara ekonomi ataupun politik.
3) Perubahan sosial, yang terjadi secara mendadak biasanya
menimbulkan kerawanan konflik. Konflik dipicu oleh keadaan
perubahan yang terlalu mendanak biasanya diwarnai oleh gejala
dimana tatanan prilaku lama sudah tidak digunakan lagi sebagai
pedoman, sedangkan tatanan perilaku yang baru masih simpang
siur sehingga banyak orang kehilangan arah dan pedoman perilaku.
4) Perbedaan kebudayaan yang mengakibatkan adanya perasaan in
group dan out groupyang biasanya diikuti oleh sikap etnosentrisme
kelompok, yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain
bahwa kelompoknya adalah paling baik, ideal, beradab diantara
kelompok lain. Jika masing-masing kelompok yang ada didalam
kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap demikian, maka sikap
ini akan memicu timbulnya konflik antar penganut kebudayaan.
UMS/Kel.2/16/03/2014 7
8. B. Sruktur Konflik Sosial
Masyarakat
Menurut Johnson & Johnson, (1991) ketika
kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan,
ketika sejumlah sumber daya menjadi terbatas,
dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan
serta hak-hak istimewa muncul, konflik
kepentingan akan muncul.
Menurut Anoraga (dalam Saputro, 2003)
suatu konflik dalam masyarakat dapat terjadi
karena perbendaan pendapat, salah paham, ada
pihak yang dirugikan, dan perasaan sensitif.
UMS/Kel.2/16/03/2014 8
9. Sedangkan Soetopo (2001) juga
mengemukakan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya konflik dalam
masyarakat, antara lain:9
Ciri umum dari pihak-pihak yang terlibat dalam
konflik.
Hubungan pihak-pihak yang mengalami konflik
sebelum terjadi konflik.
Sifat masalah yang menimbulkan konflik.
Lingkungan sosial tempat konflik terjadi.
Kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Strategi yang biasa digunakan pihak-pihak yang
mengalami konflik.
Konsekuensi konflik terhadap pihak yang mengalami
konflik dan terhadap pihak lain.
Tingkat kematangan pihak-pihak yang berkonflik.
UMS/Kel.2/16/03/2014 9
10. Berdasarkan beberapa pendapat tentang
sumber konflik sebagaimana dikemukakan oleh
beberapa ahli, dapat ditegaskan bahwa sumber
konflik dalam masyarakat dapat berasal dari
dalam dan luar diri individu, maka dapat kami
simpulkan:
a) Perbedaan individu
b) Perbedaan latar belakang kebudayaan
c) Perbedaan kepentingan antara individu atau
kelompok manusia memiliki perasaan.
d) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan
mendadak dalam masyarakat
•Perbedaan individu
UMS/Kel.2/16/03/2014 10
11. C. Sruktur Konflik Sosial Pendidikan
a) Pengertian Pendidikan
Dalam arti sederhana, pendidikan bisa diartikan
sebagai proses sosialisasi, yakni usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan.
b) Arti dan Dinamika Konflik Social Dalam
Pendidikan
Dalam lingkungan sekolah, konflik social bisa
diartikan sebagai pertentangan atau pertikaian
antara satu individu atau kelompok dengan individu
atau kelompok lain yang terjadi di lingkungan
sekolah.
UMS/Kel.2/16/03/2014 11
12. c) Contoh-contoh konflik di sekolah
1. Munculnya kelompok-kelompok atau geng.
Faktor penyebab munculnya geng pelajar di sekolah
antaralain sebagai berikut:
1) Pengawasan kegiatan anak setelah kegiatan di sekolah
yang masih kurang.
2) Kurangnya kegiatan di luar akademik yang sesuai
dengan bakat dan minat remaja.
3) Peraturan yang kadang membuat siswa bosan dan
memilih hal-hal yang menghindar dari peraturan
tersebut.
4) Munculnya orang-orang di luar lingkungan pendidikan
yang mempengaruhi dengan memberikan pengetahuan-
pengetahuan negatif sehingga terbentuk geng.
5) Pencarian jati diri untuk menunjukkan kekuatan dan
kekuasaan
UMS/Kel.2/16/03/2014 12
13. 2. Fenomena tawuran antar pelajar
Penyebab terjadinya tawuran antar pelajar
antara lain:
1) Sebab terkecil yang melatar belakangi tawuran
yaitu saling ejek satu sama lain, hingga
kemudian diantara mereka ada yang tidak
terima lalu mereka menyerang kubu yang lain.
2) Dendamnya seorang siswa, hingga ia berusaha
untuk membalas perlakuan yang disebabkan
oleh siswa sekolah yang dianggap telah
merugikan seorang siswa atau mencemarkan
nama baik sekolah.
UMS/Kel.2/16/03/2014 13
14. 3) Tingkat kestresan dalam menghadapi materi
pelajaran. Seperti yang diketahui bahwa materi
pelajaran yang ada di sekolah cukup bannyak
dan berat. Akhirnya stress yang mereka alami itu
mereka tumpahkan dalam bentuk yang tidak
terkendali yaitu tawuran.
4) Factor lain adalah lemahnya pemahaman tentang
agama serta aplikasinya. Mereka tidak tertarik
dengan hal keagamaan, sehingga pemahaman
mereka kurang. Selain itu, mereka tidak
diajarkan untuk aktik mempraktekkan materi
yang mereka dapat. Mereka hanya mengetahui
teori dan lemah dalam hal praktek
UMS/Kel.2/16/03/2014 14