SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 21
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
TUGAS MAKALAH
TEORI BELAJAR DAN INOVASI PEMBELAJARAN II
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Maxinus Jaeng, M.Pd
Dr. Sukayasa, M.Pd
Drs. I Nyoman Murdiana, M.Pd
KELOMPOK XII
1. I Made Rai Adnyana ( A 231 12 039 )
2. Miftahul Jannah ( A 231 12 056 )
3. Dewi Tri Inayah ( A 231 12 150 )
4. Nurbaya ( A 231 12 029 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Inovasi Pembelajaran II Kelas A pada
semester V, di tahun ajaran 2014 dengan judul “Pendekatan Matematika Realistik
(PMR)”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing atas
bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dan semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi penyajian maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis perlukan, demi
kesempurnaan makalah ini.
PENYUSUN
KELOMPOK XII
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................ 2
D. Manfaat ……………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Pendekatan Matematika Realistik ..................... 4
B. Kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik ..... 6
C. Kelebihan dan Kekurangan
Pendekatan Matematika Realistik ................................. 10
D. Teori Belajar yang Relevan dengan
Pendekatan Matematika Realistik ............................... 12
E. Topik-topik yang Relevan mengenai
Pendekatan Matematika Realistik ................................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 16
B. Saran ............................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun
internasional belum menggembirakan. Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa
tingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika
siswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara. Rendahnya
prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah
secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika.
Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian
siswa tentang konsep sangat lemah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang
menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran
matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak
mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-
ide matematika.
Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika
terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak
dapat mengaplikasikan matematika Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran
matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep
matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan
kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari
atau pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu metode pembelajaran
1
matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari
(mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam
kehidupan sehari-hari adalah Pendekatan/Pembelajaran Matematika Realistik.
Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang apa yang
dimaksud dengan Pembelajaran matematika realistik beserta dengan penjabaran –
penjabaran tentang hal yang terkait dengan Pendekatan matematika realistik.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan diatas,maka dalam makalah ini ada beberapa
rumusan masalah yang perlu diangkat :
1. Bagaimana sejarah Pendekatan Matematika Realistik?
2. Apa kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik?
3. Apa kelebihan dan kekurangan Pendekatan Matematika Realistik?
4. Apa teori belajar yang relevan dengan Pendekatan Matematika Realistik?
5. Apa topik-topik yang relevan mengenai Pendekatan Matematika Realistik?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan dari pembahasan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah Pendekatan Matematika Realistik.
2. Untuk memahami kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik.
3. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan Pendekatan Matematika
Realistik.
4. Untuk memehami teori belajar yang relevan dengan Pendekatan
Matematika Realistik.
5. Untuk memahami topik-topik yang relevan mengenai Pendekatan
Matematika Realistik.
2
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Sebagai bahan latihan untuk menulis karya ilmiah
2. Bagi Pembaca
Sebagai bahan referensi mengenai pendekatan matematika realistik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education
(RME) mulai berkembang karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan
matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pebelajar. Gerakan
ini mula-mula diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek
Wiskobas. Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar
ditentukan oleh pandangan Freudenthal (1977) tentang matematika. Menurut
pandangannya matematika harus dikaitkan dengan kenyataan, dekat dengan
pengalaman anak dan relevan terhadap masyarakat, dengan tujuan menjadi bagian
dari nilai kemanusiaan. Selain memandang matematika sebagai subyek yang
ditransfer, Freudenthal menekankan ide matematika sebagai suatu kegiatan
kemanusiaan. Pelajaran matematika harus memberikan kesempatan kepada
pebelajar untuk “dibimbing” dan “menemukan kembali” matematika dengan
melakukannya. Artinya dalam pendidikan matematika dengan sasaran utama
matematika sebagai kegiatan dan bukan sistem tertutup. Jadi fokus pembelajaran
matematika harus pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi”
(Freudental,1968).
Kemudian Treffers (1978, 1987) secara eksplisit merumuskan ide tersebut
dalam 2 tipe matematisasi dalam konteks pendidikan, yaitu matematisasi
horisontal dan vertikal. Pada matematisasi horizontal siswa diberi perkakas
matematika yang dapat menolongnya menyusun dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Matematisasi vertikal di pihak lain merupakan proses
reorganisasi dalam sistem matematis, misalnya menemukan hubungan langsung
dari keterkaitan antar konsep-konsep dan strategi-strategi dan kemudian
menerapkan temuan tersebut.
4
Jadi matematisasi horisontal bertolak dari ranah nyata menuju ranah
simbol, sedangkan matematisasi vertikal bergerak dalam ranah simbol. Kedua
bentuk matematisasi ini sesungguhnya tidak berbeda maknanya dan sama nilainya
(Freudenthal, 1991).
Hal ini disebabkan oleh pemaknaan “realistik” yang berasal dari bahasa
Belanda “realiseren” yang artinya bukan berhubungan dengan kenyataan, tetapi
“membayangkan”. Kegiatan “membayangkan” ini ternyata akan lebih mudah
dilakukan apabila bertolak dari dunia nyata, tetapi tidak selamanya harus melalui
cara itu.
Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalam
matematika dapat dibedakan menjadi empat yaitu, mekanistik, empiristik,
struturalistik, dan realistik.
Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisonal dan didasarkan
pada apa yang diketahui dari pengalamn sendiri (diawali dari yang lebih
sederhana sampai ke kompleks) dalam pendekatan ini siswa dianggap sebagai
mesin.
Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan dimana konsep – konsep
matematika tidak diajarkan dan diharapkan siswa mampu menemukan melalui
matematika horizontal. Pendekatan mekanis dan empiris tidak banyak diajarkan di
lingkungan sekolah.
Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang menggunakan
sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang yang perlu
didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui
matematisasi vertikal.
Pendekatan realistik merupakan pendekatan dengan menggunakan metode
matematisasi horizontal dan vertikal dan mendekatan ini sebagai pangkal tolak
pembelajaran.
5
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika realistik adalah metode pembelajaran matematika sekolah yang
dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik
awal pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengalikasikan konsep–
konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari–hari atau dalam bidang
yang lainnya. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika
selama ini yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai
matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah.
B. Kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik
1. pengertian pendekatan pembelajaran matematika realistik
Pendekatan pembelajaran matematika realistic merupakan suatu
pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Nederlands
dengan nama Realistic Matematics Education (RME). Kata “realistic ” diambil
dari klasifikasi yang dikemukakan oleh Treffers (Makmud, 2009:6) yang
mengelompokkan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika
berdasarkan komponen proses matematisasinya, yakni matematisasi horizontal
dan matematisasi vertikal, ke dalam empat macam pendekatan yaitu:
a. Pendekatan mekanistik, yaitu pendekatan yang lebih memfokuskan pada artian
yang mnghafal rumus-rumus, sedangkan aspek matematisasinya , yakni
matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal, ke dalam empat macam
pendekatan yaitu:
b. Pendekatan empiristik, yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada
matematisasi horizontal dan cenderung mengabaikan matematisasi vertikal.
c. Pendekatan strukturalis, yaitu pendekatan yang menekankan pada
matematisasi vertikal dan cenderung mengabaikan metematisasi horizontal.
d. Pendekatan realistik, pendekatan yang memberi perhatian yang seimbang
antara matematisasi horizontal dan matematisasi vertical.
6
Proses matematisasi horizontal bergerak dari dunia nyata ke dunia simbol.
Proses ini meliputi proses informal yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal. Sedangkan proses matematisasi verikal, merupakan proses pengorganisasian
kembali dengan menggunakan matematika, antara lain meliputi proses
menyatakan suatu formal (rumus).
Pada tabel di bawah ini ditunjukkan perbedaan dari keempat tipe pendekatan
pembelajaran tersebut.
Tabel Perberdaan Tipe Pendekatan Pembelajaran
Tipe Pendekatan pada permatematikaan
horizontal
Pendekatan pada
permatematikaan vertical
Mekanistik Kurang Kurang
Emperistik Cukup Kurang
Strukturalis Kurang Cukup
Realistik Cukup Cukup
Sumber Yuwono ( Mahmud, 2009:7)
Matematika realistik yang dimaksudkan adalah matematika sekolah yang
dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik
awal pembelajaran. Soejadi (2001:2-3) menyatakan bahwa:
Pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah
pemanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika secara lebih baik. Lebih lanjut
dijelaskan, yang dimaksud dengan realitas yaitu hal-hal nyata atau konkrit yang
dapat diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan, sedangkan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik di
lingkungan sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat yang dapat
dipahami siswa. Dalam hal ini lingkungan sering juga disebut kehidupan sehari-
hari.
7
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa masalah matematika yang diberikan
kepada siswa harus dekat dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam kaitannya
dengan matematika sebagai kegiatan manusia , maka anak harus diberi
kesempatan untuk menemukan kembli ide dan konsep matematika sebagai akibat
dari pengalaman anak berinteraksi dengan dunia nyata (Yurianto, 2013:11).
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Relistik
Berdasakan prinsip dan karakteristiknya maka (samritin 2003:15)
menyusun langkah-langkah PMR sebagai berikut;
Langkah 1: Memahami Masalah Konstektual
Guru memberikan masalah atau soal-soal konstektual dalam
kehidupan sehari-hari dan siswa di minta untuk memahami masalah
tersebut. Karakteristik yang tergolong pada langkah ini yaitu
menggunakan masalah konstektual yang di angkat sebagai titik awal dalam
pembelajaran untuk menuju matematika formal sampai kepembentukan
konsep.
Langakah 2: Menjelaskan Masalah Konstektual
Pada langkah ini, guru dapat meminta siswa untuk menjelaskan
masalah konstektual yang di berikan kepada siswa dengan bahasa dan
pemikiran mereka sendiri. Pada langkah ini, semua prinsip pembelajaran
matematika realistik akan muncul. Sedangkan karakteristik pembelajaran
matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik
keempat yaitu adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa.
Langkah 3: Menyelesaikan Masalah Konstektual
Pada langkah ini, guru mengarahkan dan memotivasi siswa secara
individu. Siswa secara mandiri menyelesaikan masalah konstektual dengan
cara mereka sendiri dengan menggunakan LKS. Cara pemecahan dan
jawaban masalah berbeda lebih di utamakan. Karakteristik pembelajaran
matematika realistik dalam langkah ini yaitu menggunakan model.
8
Langkah 4: Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban
Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk
membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah yang di berikan.
Siswa di latih untuk mengeluarkan ide-ide dari konstribusi siswa didalam
berinteraksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan
sarana dan prasarana untuk mengoptimalkan pembelajaran. Karakteristik
pendekatan pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam
langkah ini adalah karakteristik ketiga dan keempat yaitu menggunakan
konstribusi siswa dan interaksi antara siswa dengan lainnya.
Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil jawaban siswa, guru mengarahkan siswa untuk
menarikan kesimpulan konsep atau prosedur. Karakteristik pembelajaran
matematika realistik dalam langkah ini yaitu adanya interaksi adanya
siswa dengan guru sebagai pembimbing siswa dengan siswa lainnya.
Adapun langkah-langkah pendekatan pembelajaran matematika
realistik dapat di lihat dari tabel berikut.
Table 2.2 Langkah-Langkah Pendekatan pembelajaran Matematika
Realistik
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Memahami masalah
kontekstual
 Memberikan masalah
kontekstual.
 Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk
mengemukakan
pendapatnya.
 Memahami masalah
konteksual.
 Mengemukakan
pendapat atau ide-
ide.
2. Menjelaskan
masalah kontekstual
 Membimbing,
menstimulasi, dan
mengarahkan siswa.
 Memberikan petunjuk
 Menyelesaikan
masalah.
 Mendeskripsikan
masalah kontekstual
9
saran.  Melakukan refleksi
dan intersepsi
masalah.
 Memperhatikan
petunjuk atau saran.
3. Menyelesaikan
masalah kontekstual
 Mengarahkan atau
memotivasi kelas atau
individu.
 Memperhatikan
arahan guru.
4. Membandingkan dan
mendiskusikan
jawaban
 Menciptakan kondisi
kelas yang interaktif
 Berlatih
mengemukakan
pendapat atau ide.
5. Menyimpulkan  Mengarahkan siswa
untuk menyimpulkan
materi pada konsep
kontekstual
 Membuat kesimpulan
masalah.
Sumber: Mardiana (2006: 15)
C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik.
Pendekatan matematika realistis mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan di antaranya adalah sebagai berikut :
KELEBIHAN :
1. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan
kehidupan sehari – hari dan kegunaan matematika pada umumnya bagi
manusia.
2. Pendekatan matematika reaslistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian
yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa .
3. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian masalah tidak harus
10
tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.
4. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa untuk menemukan suatu hasil dalam
matematika diperlukan suatu proses.
5. Dengan siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak akan
mudah lupa dengan pengetahuannya.
6. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan
realitas kehidupan,sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika.
7. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa
ada nilainya.
8. Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawaban yang mereka
berikan.
9. Melatih siswa untuk berfikir dan mengemukakan pendapat.
10. Pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerjasama dan menghormati
teman yang sedang berbicara.
KEKURANGAN :
1. Upaya penerapan Pembelajaran matematika realistik membutuhkan
perubahan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah
untuk dipraktekan dan juga diperlukan waktu yang lama.
2. Pencarian soal – soal kontekstual yang memenuhi syarat – syarat yang
dituntut pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap
topik matematika yang perlu akan dipelajari oleh siswa, terlebih lagi soal –
soal tersebut harus diselesaikan dengan berbagai macam cara.
3. Upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan
salah satu kerugian pembelajaran matematika realistik.
11
D. Teori Belajar yang Relevandengan Pendekatan Matematika Realistik
1. Teori Piaget
Piaget (Mahmud, 2009:11) berpendapat bahwa “proses berpikir manusia
sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkrit ke
abstrak”. Lebih lanjut Piaget (Jaeng, 2009:29) menyatakan bahwa:
“Perkembangan intelektual berdasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan
adaptasi. Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk
mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Sedangkan adaptasi berbeda
antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi melalui
lingkungan ada dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang
langsung menyatu dengan struktur organisasi mental yang sudah dimiliki
seseorang. Adapun akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali mental
sebagai akibat dari adanya informasi dan pengalaman baru tadi.”
Dari teori Piaget di atas, pendekatan pembelajaran matematika realistik
digunakan dalam suatu pembelajaran karena peserta didik secara aktif
membangun pemahamannya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan (Yurianto, 2013:15).
2. Teori Burner
Jerome Bruner (Mahmud, 2009:12) menyatakan bahwa belajar matematika
ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang
terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan.
Kemudian siswa akan berkembang dengan memanipulasi dan pengujian hipotesis.
12
Bruner (Mahmud, 2009:13) menyebutkan bahwa belajar melibatkan tiga
proses yang berlangsung secara bersamaan yaitu (1) memperoleh informasi baru,
(2) mentransformasi informasi, dan (3) menguji relevan dan ketepatan
pengetahuan.
Bruner (Jaeng, 2009:31) menyebutkan bahwa hampir semua orang melalui
penggunaan sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya
secara sempurna, ketiga sistem keterampilan itu disebut tiga cara penyajian yaitu:
cara efektif, cara ikonik dan cara simbolik.
1) Cara penyajian enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
yang dilakukan secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkrit atau
menggunakan situasi yang nyata.
2) Cara penyajian ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran yang diwujudkan
(direpresentasikan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang
menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
3) Cara penyajian simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran yang dipresentasikan
dalam bentuk symbol-simbol yang abstrak, yaitu symbol-simbol arbiter yang
disepakati berdasarkan kesepakatan, baik symbol-simbol verbal, lambang-
lambang matematika, aupun lambang-lambang abstrak lainnya.
Berdasarkan teori Bruner, pendekatan pembelajaran matematika realistik
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena pada awal pembelajaran sangat
dimungkinkan siswa untuk memanipulasi objek-objek yang ada kaitannya dengan
masalah kontekstual yang diberikan guru secara langsung, kemudian pada proses
matematisasi vertical, siswa memanipulasi simbol-simbol. (Yurianto, 2013:17)
3. Teori Dienes
Dienes (Jaeng, 2009:37) menyatakan bahwa “matematika dipandang sebagai
studi tentang struktur, pengklafikasian struktur, memisahkan hubungan-hubungan
yang terdapat di dalam struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-
13
hubungan antara struktur-struktur”. Selanjutnya pandangan Dienes tentang belajar
dan mengajar matematika, yaitu anak belajar matematika harus memulai dari
memanipulasi benda-benda konkrit dan membuat abstraksinya dari konsep dan
strukturnya. Dari pengalaman belajar matematika seorang anak harus mampu
mengubah suasana konkret menjadi suansana abstarak dengan menggunakan
symbol. Ini berarti bahwa benda-benda atau objek akan sangat berperan bila
dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Dalam teori Dienes tersebut, pembelajaran matematika realistic digunakan
dalam kegiatan pembelajaran yang diawali dengan masalah-masalah konkret.
Dalam hal ini, siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri,
guru memotifasi mereka untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan
petunjuk dan saran. (Yurianto, 2013:17)
E. Topik-Topik yang RelevanMengenai Pendekatan Matematika Realistik
1. Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut Gravemeijer (soedjadi, 2001b:2) ada tiga prinsip kunci dalam
merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR, yaitu:
1. Menemui kembali secara terbimbing melalui matemisasi progresif (guided
re-invention/progressive mathematizing), artinya melalui topic-topik
matematika yang di sajikan siswa harus di beri kesempatan untuk
mengalami proses yang sama membangun dan menemukan kembali
tentang ide-ide dan konsep-konsep secara matematika
2. Fenomena didaktik (didactical phenomenology) artinya pembelajaran
tidak lagi berorientasi pada guru, tetapi di ubah dengan berorientasi pada
siswa bahkan mungkin sekali berorientasi pada masalah kontekstual yang
di hadapi.Dalam hal ini mungkin sekali jawaban siswa terhadap masalah
konstektual yang di berikan beraneka ragam. Tidak mustahil justru
jawaban itu lebih baik dari yang di pikirkan guru. Soal atau masalah
serupa dapat juga di manfaatkan untuk memantapkan pemahaman siswa;
14
3. Pengembangan model sendiri (“self-developed models”), prinsip ini
berfungsi menghubungkan antara pengetahuan matematika informal dan
formal siswa.
Graveimeijer (soedjadi,2001b:3) mengemukakan, bahwa
berdasarkan ketiga prinsip PMR di atas, maka dalam proses pembelajaran
di kelas di kemukakan lima karakteristik PMR yang menjiwai setiap
aktivitas pembelajaran matematika, yaitu menggunakan konteks dunia
nyata, menggunakan model-model, menggunakan produksi dan konstruksi
siswa, interaksi, dan keterkaitan. Secara singkat ke lima karakteristik
tersebut di uraikan sebagai beikut :
1. Menggunakan masalah konstektual (the use of contex), pembelajaran
di awali dengan menggunakan masalah konstektual (dunia nyat), tidak
di mulai dari sitem formal. Masalah konstektual di angkat sebagai
topic awal pembelajaran merupakan masalah sederhana yang
(“dikenali”) oleh siswa;
2. Menggunakan model (use models, bridging by vertical instrument),
istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika
yang di kembangkan sendiri oleh siswa,mengaktualisasikan masalah
kebentuk visual sebagai sasaran untuk memudahkan pengajaran;
3. Menggunakan konstribusi siswa (student controbition), konstribusi
yang besar pada proses belajar mengajar di harapkan datang dari
siswa;
4. Interaktivitas ( interactivity0, mengoptimalkam proses mengajar
belajar melalui interaksi siswa dengan siwa, siswa dengan guru dan
siswa dengan sarana prasarana merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran matematika realistic;
5. Terintegrasi dengan topic lainnya (intertwining), struktur dan konsep
matematika saling berkaitan, oleh karena itu keterkaitan dan
keterintegrasian antar topic ( materi pelajaran) harus di eksplorasi
untuk mendukung terjadinya proses mengajar belajar yang lebih
bermakna.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sejarah pendekatan matematika mulai berkembang dengan gerakan yang
diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek Wiskobas.
Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar
ditentukan oleh pandangan Freudenthal (1977).
2. Pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah
pemanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika secara lebih baik.
3. Kelebihan dari penedekatan matematika realistic adalah pendekatan
matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional.
Sedangakan kekurangan dari pendekatan matematika realistik adalah
upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan
salah satu kerugian pembelajaran matematika realistik.
4. Teori belajar yang relevan dengan pendekatan matematika realistic terbagi
menjadi 3 teori yaitu teori piaget, teori burner, dan teori dienes.
5. Menurut Gravemeijer (soedjadi, 2001b:2) ada tiga prinsip kunci dalam
merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR, yaitu: menemui
kembali secara terbimbing melalui matemisasi progresif (guided re-
invention/progressive mathematizing, fenomena didaktik (didactical
phenomenology), dan pengembangan model sendiri (“self-developed
models”)
16
B. Saran
Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna
maka dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pendekatan
matematika realistik dalam penerapan pembelajaran matematika.
17
DAFTAR PUSTAKA
Jaeng, Maxinus. 2009. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Palu: FKIP
UNTAD
Mahmud. 2009. Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 7
Biromaru dalam Menentukan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realisitik.
Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako.
Mardiana, S. 2009. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Realistik dalam Upaya
Meningkatkan Pemahaman Segitiga-Segitiga Kongruen Pada Siswa Kelas
III SMP Negeri 2 Banawa. Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas
Tadulako.
Samritin. 2003. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Topic Perbandingan di
Kelas 2 SLTP dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik.
Tesis tidak diterbitkan. Surabaya, Program Pasca Serjana Universitas Negeri
Surabaya.
Soedjadi, R. 2001. Pembelajaran Matematika Berjiwa RME (Suatu Pemikiran
Rintisan ke arah Upaya Baru). Makalah, Surabaya.
Ululai, Trisnawati. 2005. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas
VII A SMP GKST PALU pada Materi Jajargenjang dan Belah Ketupat.
Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako.
Yurianto, Ari. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XA SMA GKST
IMANUEL PALU Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV) Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Skripsi
tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisYadi Pura
 
RPP KD 3.2 dan 4.2 persamaan kuaadrat
RPP KD 3.2 dan 4.2 persamaan kuaadratRPP KD 3.2 dan 4.2 persamaan kuaadrat
RPP KD 3.2 dan 4.2 persamaan kuaadratErni Susanti
 
RPP dan LKS materi persamaan kuadrat
RPP dan LKS  materi persamaan kuadrat RPP dan LKS  materi persamaan kuadrat
RPP dan LKS materi persamaan kuadrat Yulia Angraini
 
LKPD materi relasi dan fungsi
LKPD materi relasi dan fungsiLKPD materi relasi dan fungsi
LKPD materi relasi dan fungsiNety24
 
Bahan ajar 3.31 (turunan fungsi aljabar)
Bahan ajar 3.31 (turunan fungsi aljabar)Bahan ajar 3.31 (turunan fungsi aljabar)
Bahan ajar 3.31 (turunan fungsi aljabar)Eko Agus Triswanto
 
LKPD Fungsi Kuadrat
LKPD Fungsi KuadratLKPD Fungsi Kuadrat
LKPD Fungsi KuadratErni Susanti
 
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docRPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docFadhilahHaswenova1
 
LKPD BERBASIS DISCOVERY LEARNING MATERI PENGUKURAN SUDUT .pdf
LKPD BERBASIS DISCOVERY LEARNING MATERI PENGUKURAN SUDUT .pdfLKPD BERBASIS DISCOVERY LEARNING MATERI PENGUKURAN SUDUT .pdf
LKPD BERBASIS DISCOVERY LEARNING MATERI PENGUKURAN SUDUT .pdfLailatul Iman Aulia
 
Tugas pmri kelompok 4 b
Tugas pmri kelompok 4 bTugas pmri kelompok 4 b
Tugas pmri kelompok 4 bRusmaini Mini
 
Modul Matematika Fungsi Kuadrat
Modul Matematika Fungsi KuadratModul Matematika Fungsi Kuadrat
Modul Matematika Fungsi KuadratDinar Nirmalasari
 
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadratRpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadratmohamad muchtar
 
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Aisyah Turidho
 
Bahan ajar sistem persamaan linear dua variabel kelas viii
Bahan ajar sistem persamaan linear dua variabel kelas viiiBahan ajar sistem persamaan linear dua variabel kelas viii
Bahan ajar sistem persamaan linear dua variabel kelas viiiMartiwiFarisa
 
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
135928077 instrumen-penilaian-mat-smpSlamet Achwandy
 
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIAmodul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIAAnik Zahrotus Sajida
 
RPP Perbandingan dan Skala KURIKULUM 2013
RPP Perbandingan dan Skala KURIKULUM 2013RPP Perbandingan dan Skala KURIKULUM 2013
RPP Perbandingan dan Skala KURIKULUM 2013Ana Safrida
 
RPP MATRIKS KELAS XI MIPA KURIKULUM 2013
RPP MATRIKS KELAS XI MIPA KURIKULUM 2013RPP MATRIKS KELAS XI MIPA KURIKULUM 2013
RPP MATRIKS KELAS XI MIPA KURIKULUM 2013randiramlan
 
Penilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematikaPenilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematikaHendra Ariyudha
 

La actualidad más candente (20)

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
 
RPP KD 3.2 dan 4.2 persamaan kuaadrat
RPP KD 3.2 dan 4.2 persamaan kuaadratRPP KD 3.2 dan 4.2 persamaan kuaadrat
RPP KD 3.2 dan 4.2 persamaan kuaadrat
 
RPP dan LKS materi persamaan kuadrat
RPP dan LKS  materi persamaan kuadrat RPP dan LKS  materi persamaan kuadrat
RPP dan LKS materi persamaan kuadrat
 
RPP - Pemodelan SPLDV
RPP - Pemodelan SPLDVRPP - Pemodelan SPLDV
RPP - Pemodelan SPLDV
 
LKPD materi relasi dan fungsi
LKPD materi relasi dan fungsiLKPD materi relasi dan fungsi
LKPD materi relasi dan fungsi
 
Bahan ajar 3.31 (turunan fungsi aljabar)
Bahan ajar 3.31 (turunan fungsi aljabar)Bahan ajar 3.31 (turunan fungsi aljabar)
Bahan ajar 3.31 (turunan fungsi aljabar)
 
LKPD Fungsi Kuadrat
LKPD Fungsi KuadratLKPD Fungsi Kuadrat
LKPD Fungsi Kuadrat
 
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docRPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
 
LKPD BERBASIS DISCOVERY LEARNING MATERI PENGUKURAN SUDUT .pdf
LKPD BERBASIS DISCOVERY LEARNING MATERI PENGUKURAN SUDUT .pdfLKPD BERBASIS DISCOVERY LEARNING MATERI PENGUKURAN SUDUT .pdf
LKPD BERBASIS DISCOVERY LEARNING MATERI PENGUKURAN SUDUT .pdf
 
Tugas pmri kelompok 4 b
Tugas pmri kelompok 4 bTugas pmri kelompok 4 b
Tugas pmri kelompok 4 b
 
LIMIT FUNGSI (RPP & LKPD)
LIMIT FUNGSI (RPP & LKPD)LIMIT FUNGSI (RPP & LKPD)
LIMIT FUNGSI (RPP & LKPD)
 
Modul Matematika Fungsi Kuadrat
Modul Matematika Fungsi KuadratModul Matematika Fungsi Kuadrat
Modul Matematika Fungsi Kuadrat
 
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadratRpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
 
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
 
Bahan ajar sistem persamaan linear dua variabel kelas viii
Bahan ajar sistem persamaan linear dua variabel kelas viiiBahan ajar sistem persamaan linear dua variabel kelas viii
Bahan ajar sistem persamaan linear dua variabel kelas viii
 
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
 
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIAmodul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
 
RPP Perbandingan dan Skala KURIKULUM 2013
RPP Perbandingan dan Skala KURIKULUM 2013RPP Perbandingan dan Skala KURIKULUM 2013
RPP Perbandingan dan Skala KURIKULUM 2013
 
RPP MATRIKS KELAS XI MIPA KURIKULUM 2013
RPP MATRIKS KELAS XI MIPA KURIKULUM 2013RPP MATRIKS KELAS XI MIPA KURIKULUM 2013
RPP MATRIKS KELAS XI MIPA KURIKULUM 2013
 
Penilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematikaPenilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematika
 

Similar a Pembelajaran Matematika Realistik

Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiasinaramdhani
 
Pendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikPendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikVeronika Citra
 
Uas b.indonesia
Uas b.indonesiaUas b.indonesia
Uas b.indonesiaNida Hilya
 
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxSEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxanapadhawy
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadiAl-Zorozerofour Buitenzorg
 
Makalah rme revisi
Makalah rme revisiMakalah rme revisi
Makalah rme revisiSaepul watan
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Sang Pencerahan
 
Realistic mathematics education
Realistic mathematics educationRealistic mathematics education
Realistic mathematics educationZem Chudhienk
 

Similar a Pembelajaran Matematika Realistik (20)

Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesia
 
Makalah rme
Makalah rmeMakalah rme
Makalah rme
 
Pp pemb.mtk dg pend.realistik
Pp pemb.mtk dg pend.realistikPp pemb.mtk dg pend.realistik
Pp pemb.mtk dg pend.realistik
 
Metodologi pembelajaran matematika
Metodologi pembelajaran matematikaMetodologi pembelajaran matematika
Metodologi pembelajaran matematika
 
Orneo
OrneoOrneo
Orneo
 
Tinjauan Pustaka
Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
 
Pendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikPendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistik
 
Uas b.indonesia
Uas b.indonesiaUas b.indonesia
Uas b.indonesia
 
Bab i (edit inty)
Bab i (edit inty)Bab i (edit inty)
Bab i (edit inty)
 
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxSEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
 
Makalah rme revisi
Makalah rme revisiMakalah rme revisi
Makalah rme revisi
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
 
Realistic mathematics education
Realistic mathematics educationRealistic mathematics education
Realistic mathematics education
 
Proposal penilitian
Proposal penilitianProposal penilitian
Proposal penilitian
 
Pembelajaran inovatif ms
Pembelajaran inovatif msPembelajaran inovatif ms
Pembelajaran inovatif ms
 
Laporan Tugas PMRI
Laporan Tugas PMRILaporan Tugas PMRI
Laporan Tugas PMRI
 

Último

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 

Último (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 

Pembelajaran Matematika Realistik

  • 1. PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) a. b. c. d. e. f. TUGAS MAKALAH TEORI BELAJAR DAN INOVASI PEMBELAJARAN II DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Maxinus Jaeng, M.Pd Dr. Sukayasa, M.Pd Drs. I Nyoman Murdiana, M.Pd KELOMPOK XII 1. I Made Rai Adnyana ( A 231 12 039 ) 2. Miftahul Jannah ( A 231 12 056 ) 3. Dewi Tri Inayah ( A 231 12 150 ) 4. Nurbaya ( A 231 12 029 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Inovasi Pembelajaran II Kelas A pada semester V, di tahun ajaran 2014 dengan judul “Pendekatan Matematika Realistik (PMR)”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing atas bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis perlukan, demi kesempurnaan makalah ini. PENYUSUN KELOMPOK XII ii
  • 3. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................... 2 C. Tujuan ........................................................................ 2 D. Manfaat ……………………………………………… 3 BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Pendekatan Matematika Realistik ..................... 4 B. Kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik ..... 6 C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik ................................. 10 D. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan Matematika Realistik ............................... 12 E. Topik-topik yang Relevan mengenai Pendekatan Matematika Realistik ................................ 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................. 16 B. Saran ............................................................................ 17 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa tingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara. Rendahnya prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide- ide matematika. Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu metode pembelajaran 1
  • 5. matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah Pendekatan/Pembelajaran Matematika Realistik. Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan Pembelajaran matematika realistik beserta dengan penjabaran – penjabaran tentang hal yang terkait dengan Pendekatan matematika realistik. B. Rumusan Masalah Bertolak dari permasalahan diatas,maka dalam makalah ini ada beberapa rumusan masalah yang perlu diangkat : 1. Bagaimana sejarah Pendekatan Matematika Realistik? 2. Apa kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik? 3. Apa kelebihan dan kekurangan Pendekatan Matematika Realistik? 4. Apa teori belajar yang relevan dengan Pendekatan Matematika Realistik? 5. Apa topik-topik yang relevan mengenai Pendekatan Matematika Realistik? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui sejarah Pendekatan Matematika Realistik. 2. Untuk memahami kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik. 3. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan Pendekatan Matematika Realistik. 4. Untuk memehami teori belajar yang relevan dengan Pendekatan Matematika Realistik. 5. Untuk memahami topik-topik yang relevan mengenai Pendekatan Matematika Realistik. 2
  • 6. D. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Sebagai bahan latihan untuk menulis karya ilmiah 2. Bagi Pembaca Sebagai bahan referensi mengenai pendekatan matematika realistik. 3
  • 7. BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Pendekatan Matematika Realistik Pendekatan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) mulai berkembang karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pebelajar. Gerakan ini mula-mula diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek Wiskobas. Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar ditentukan oleh pandangan Freudenthal (1977) tentang matematika. Menurut pandangannya matematika harus dikaitkan dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman anak dan relevan terhadap masyarakat, dengan tujuan menjadi bagian dari nilai kemanusiaan. Selain memandang matematika sebagai subyek yang ditransfer, Freudenthal menekankan ide matematika sebagai suatu kegiatan kemanusiaan. Pelajaran matematika harus memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk “dibimbing” dan “menemukan kembali” matematika dengan melakukannya. Artinya dalam pendidikan matematika dengan sasaran utama matematika sebagai kegiatan dan bukan sistem tertutup. Jadi fokus pembelajaran matematika harus pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi” (Freudental,1968). Kemudian Treffers (1978, 1987) secara eksplisit merumuskan ide tersebut dalam 2 tipe matematisasi dalam konteks pendidikan, yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Pada matematisasi horizontal siswa diberi perkakas matematika yang dapat menolongnya menyusun dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematisasi vertikal di pihak lain merupakan proses reorganisasi dalam sistem matematis, misalnya menemukan hubungan langsung dari keterkaitan antar konsep-konsep dan strategi-strategi dan kemudian menerapkan temuan tersebut. 4
  • 8. Jadi matematisasi horisontal bertolak dari ranah nyata menuju ranah simbol, sedangkan matematisasi vertikal bergerak dalam ranah simbol. Kedua bentuk matematisasi ini sesungguhnya tidak berbeda maknanya dan sama nilainya (Freudenthal, 1991). Hal ini disebabkan oleh pemaknaan “realistik” yang berasal dari bahasa Belanda “realiseren” yang artinya bukan berhubungan dengan kenyataan, tetapi “membayangkan”. Kegiatan “membayangkan” ini ternyata akan lebih mudah dilakukan apabila bertolak dari dunia nyata, tetapi tidak selamanya harus melalui cara itu. Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalam matematika dapat dibedakan menjadi empat yaitu, mekanistik, empiristik, struturalistik, dan realistik. Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisonal dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalamn sendiri (diawali dari yang lebih sederhana sampai ke kompleks) dalam pendekatan ini siswa dianggap sebagai mesin. Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan dimana konsep – konsep matematika tidak diajarkan dan diharapkan siswa mampu menemukan melalui matematika horizontal. Pendekatan mekanis dan empiris tidak banyak diajarkan di lingkungan sekolah. Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang yang perlu didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal. Pendekatan realistik merupakan pendekatan dengan menggunakan metode matematisasi horizontal dan vertikal dan mendekatan ini sebagai pangkal tolak pembelajaran. 5
  • 9. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik adalah metode pembelajaran matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengalikasikan konsep– konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari–hari atau dalam bidang yang lainnya. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah. B. Kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik 1. pengertian pendekatan pembelajaran matematika realistik Pendekatan pembelajaran matematika realistic merupakan suatu pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Nederlands dengan nama Realistic Matematics Education (RME). Kata “realistic ” diambil dari klasifikasi yang dikemukakan oleh Treffers (Makmud, 2009:6) yang mengelompokkan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika berdasarkan komponen proses matematisasinya, yakni matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal, ke dalam empat macam pendekatan yaitu: a. Pendekatan mekanistik, yaitu pendekatan yang lebih memfokuskan pada artian yang mnghafal rumus-rumus, sedangkan aspek matematisasinya , yakni matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal, ke dalam empat macam pendekatan yaitu: b. Pendekatan empiristik, yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada matematisasi horizontal dan cenderung mengabaikan matematisasi vertikal. c. Pendekatan strukturalis, yaitu pendekatan yang menekankan pada matematisasi vertikal dan cenderung mengabaikan metematisasi horizontal. d. Pendekatan realistik, pendekatan yang memberi perhatian yang seimbang antara matematisasi horizontal dan matematisasi vertical. 6
  • 10. Proses matematisasi horizontal bergerak dari dunia nyata ke dunia simbol. Proses ini meliputi proses informal yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal. Sedangkan proses matematisasi verikal, merupakan proses pengorganisasian kembali dengan menggunakan matematika, antara lain meliputi proses menyatakan suatu formal (rumus). Pada tabel di bawah ini ditunjukkan perbedaan dari keempat tipe pendekatan pembelajaran tersebut. Tabel Perberdaan Tipe Pendekatan Pembelajaran Tipe Pendekatan pada permatematikaan horizontal Pendekatan pada permatematikaan vertical Mekanistik Kurang Kurang Emperistik Cukup Kurang Strukturalis Kurang Cukup Realistik Cukup Cukup Sumber Yuwono ( Mahmud, 2009:7) Matematika realistik yang dimaksudkan adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Soejadi (2001:2-3) menyatakan bahwa: Pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah pemanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika secara lebih baik. Lebih lanjut dijelaskan, yang dimaksud dengan realitas yaitu hal-hal nyata atau konkrit yang dapat diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat yang dapat dipahami siswa. Dalam hal ini lingkungan sering juga disebut kehidupan sehari- hari. 7
  • 11. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa masalah matematika yang diberikan kepada siswa harus dekat dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam kaitannya dengan matematika sebagai kegiatan manusia , maka anak harus diberi kesempatan untuk menemukan kembli ide dan konsep matematika sebagai akibat dari pengalaman anak berinteraksi dengan dunia nyata (Yurianto, 2013:11). 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Relistik Berdasakan prinsip dan karakteristiknya maka (samritin 2003:15) menyusun langkah-langkah PMR sebagai berikut; Langkah 1: Memahami Masalah Konstektual Guru memberikan masalah atau soal-soal konstektual dalam kehidupan sehari-hari dan siswa di minta untuk memahami masalah tersebut. Karakteristik yang tergolong pada langkah ini yaitu menggunakan masalah konstektual yang di angkat sebagai titik awal dalam pembelajaran untuk menuju matematika formal sampai kepembentukan konsep. Langakah 2: Menjelaskan Masalah Konstektual Pada langkah ini, guru dapat meminta siswa untuk menjelaskan masalah konstektual yang di berikan kepada siswa dengan bahasa dan pemikiran mereka sendiri. Pada langkah ini, semua prinsip pembelajaran matematika realistik akan muncul. Sedangkan karakteristik pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik keempat yaitu adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Langkah 3: Menyelesaikan Masalah Konstektual Pada langkah ini, guru mengarahkan dan memotivasi siswa secara individu. Siswa secara mandiri menyelesaikan masalah konstektual dengan cara mereka sendiri dengan menggunakan LKS. Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih di utamakan. Karakteristik pembelajaran matematika realistik dalam langkah ini yaitu menggunakan model. 8
  • 12. Langkah 4: Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah yang di berikan. Siswa di latih untuk mengeluarkan ide-ide dari konstribusi siswa didalam berinteraksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana untuk mengoptimalkan pembelajaran. Karakteristik pendekatan pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik ketiga dan keempat yaitu menggunakan konstribusi siswa dan interaksi antara siswa dengan lainnya. Langkah 5: Menyimpulkan Dari hasil jawaban siswa, guru mengarahkan siswa untuk menarikan kesimpulan konsep atau prosedur. Karakteristik pembelajaran matematika realistik dalam langkah ini yaitu adanya interaksi adanya siswa dengan guru sebagai pembimbing siswa dengan siswa lainnya. Adapun langkah-langkah pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat di lihat dari tabel berikut. Table 2.2 Langkah-Langkah Pendekatan pembelajaran Matematika Realistik Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Memahami masalah kontekstual  Memberikan masalah kontekstual.  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.  Memahami masalah konteksual.  Mengemukakan pendapat atau ide- ide. 2. Menjelaskan masalah kontekstual  Membimbing, menstimulasi, dan mengarahkan siswa.  Memberikan petunjuk  Menyelesaikan masalah.  Mendeskripsikan masalah kontekstual 9
  • 13. saran.  Melakukan refleksi dan intersepsi masalah.  Memperhatikan petunjuk atau saran. 3. Menyelesaikan masalah kontekstual  Mengarahkan atau memotivasi kelas atau individu.  Memperhatikan arahan guru. 4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban  Menciptakan kondisi kelas yang interaktif  Berlatih mengemukakan pendapat atau ide. 5. Menyimpulkan  Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi pada konsep kontekstual  Membuat kesimpulan masalah. Sumber: Mardiana (2006: 15) C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik. Pendekatan matematika realistis mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan di antaranya adalah sebagai berikut : KELEBIHAN : 1. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari – hari dan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia. 2. Pendekatan matematika reaslistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa . 3. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian masalah tidak harus 10
  • 14. tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. 4. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa untuk menemukan suatu hasil dalam matematika diperlukan suatu proses. 5. Dengan siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak akan mudah lupa dengan pengetahuannya. 6. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan,sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika. 7. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya. 8. Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawaban yang mereka berikan. 9. Melatih siswa untuk berfikir dan mengemukakan pendapat. 10. Pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara. KEKURANGAN : 1. Upaya penerapan Pembelajaran matematika realistik membutuhkan perubahan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah untuk dipraktekan dan juga diperlukan waktu yang lama. 2. Pencarian soal – soal kontekstual yang memenuhi syarat – syarat yang dituntut pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu akan dipelajari oleh siswa, terlebih lagi soal – soal tersebut harus diselesaikan dengan berbagai macam cara. 3. Upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan salah satu kerugian pembelajaran matematika realistik. 11
  • 15. D. Teori Belajar yang Relevandengan Pendekatan Matematika Realistik 1. Teori Piaget Piaget (Mahmud, 2009:11) berpendapat bahwa “proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkrit ke abstrak”. Lebih lanjut Piaget (Jaeng, 2009:29) menyatakan bahwa: “Perkembangan intelektual berdasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Sedangkan adaptasi berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi melalui lingkungan ada dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu dengan struktur organisasi mental yang sudah dimiliki seseorang. Adapun akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali mental sebagai akibat dari adanya informasi dan pengalaman baru tadi.” Dari teori Piaget di atas, pendekatan pembelajaran matematika realistik digunakan dalam suatu pembelajaran karena peserta didik secara aktif membangun pemahamannya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (Yurianto, 2013:15). 2. Teori Burner Jerome Bruner (Mahmud, 2009:12) menyatakan bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan. Kemudian siswa akan berkembang dengan memanipulasi dan pengujian hipotesis. 12
  • 16. Bruner (Mahmud, 2009:13) menyebutkan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan yaitu (1) memperoleh informasi baru, (2) mentransformasi informasi, dan (3) menguji relevan dan ketepatan pengetahuan. Bruner (Jaeng, 2009:31) menyebutkan bahwa hampir semua orang melalui penggunaan sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara sempurna, ketiga sistem keterampilan itu disebut tiga cara penyajian yaitu: cara efektif, cara ikonik dan cara simbolik. 1) Cara penyajian enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan yang dilakukan secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkrit atau menggunakan situasi yang nyata. 2) Cara penyajian ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran yang diwujudkan (direpresentasikan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap enaktif. 3) Cara penyajian simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran yang dipresentasikan dalam bentuk symbol-simbol yang abstrak, yaitu symbol-simbol arbiter yang disepakati berdasarkan kesepakatan, baik symbol-simbol verbal, lambang- lambang matematika, aupun lambang-lambang abstrak lainnya. Berdasarkan teori Bruner, pendekatan pembelajaran matematika realistik digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena pada awal pembelajaran sangat dimungkinkan siswa untuk memanipulasi objek-objek yang ada kaitannya dengan masalah kontekstual yang diberikan guru secara langsung, kemudian pada proses matematisasi vertical, siswa memanipulasi simbol-simbol. (Yurianto, 2013:17) 3. Teori Dienes Dienes (Jaeng, 2009:37) menyatakan bahwa “matematika dipandang sebagai studi tentang struktur, pengklafikasian struktur, memisahkan hubungan-hubungan yang terdapat di dalam struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan- 13
  • 17. hubungan antara struktur-struktur”. Selanjutnya pandangan Dienes tentang belajar dan mengajar matematika, yaitu anak belajar matematika harus memulai dari memanipulasi benda-benda konkrit dan membuat abstraksinya dari konsep dan strukturnya. Dari pengalaman belajar matematika seorang anak harus mampu mengubah suasana konkret menjadi suansana abstarak dengan menggunakan symbol. Ini berarti bahwa benda-benda atau objek akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Dalam teori Dienes tersebut, pembelajaran matematika realistic digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang diawali dengan masalah-masalah konkret. Dalam hal ini, siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri, guru memotifasi mereka untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan petunjuk dan saran. (Yurianto, 2013:17) E. Topik-Topik yang RelevanMengenai Pendekatan Matematika Realistik 1. Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Gravemeijer (soedjadi, 2001b:2) ada tiga prinsip kunci dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR, yaitu: 1. Menemui kembali secara terbimbing melalui matemisasi progresif (guided re-invention/progressive mathematizing), artinya melalui topic-topik matematika yang di sajikan siswa harus di beri kesempatan untuk mengalami proses yang sama membangun dan menemukan kembali tentang ide-ide dan konsep-konsep secara matematika 2. Fenomena didaktik (didactical phenomenology) artinya pembelajaran tidak lagi berorientasi pada guru, tetapi di ubah dengan berorientasi pada siswa bahkan mungkin sekali berorientasi pada masalah kontekstual yang di hadapi.Dalam hal ini mungkin sekali jawaban siswa terhadap masalah konstektual yang di berikan beraneka ragam. Tidak mustahil justru jawaban itu lebih baik dari yang di pikirkan guru. Soal atau masalah serupa dapat juga di manfaatkan untuk memantapkan pemahaman siswa; 14
  • 18. 3. Pengembangan model sendiri (“self-developed models”), prinsip ini berfungsi menghubungkan antara pengetahuan matematika informal dan formal siswa. Graveimeijer (soedjadi,2001b:3) mengemukakan, bahwa berdasarkan ketiga prinsip PMR di atas, maka dalam proses pembelajaran di kelas di kemukakan lima karakteristik PMR yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika, yaitu menggunakan konteks dunia nyata, menggunakan model-model, menggunakan produksi dan konstruksi siswa, interaksi, dan keterkaitan. Secara singkat ke lima karakteristik tersebut di uraikan sebagai beikut : 1. Menggunakan masalah konstektual (the use of contex), pembelajaran di awali dengan menggunakan masalah konstektual (dunia nyat), tidak di mulai dari sitem formal. Masalah konstektual di angkat sebagai topic awal pembelajaran merupakan masalah sederhana yang (“dikenali”) oleh siswa; 2. Menggunakan model (use models, bridging by vertical instrument), istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang di kembangkan sendiri oleh siswa,mengaktualisasikan masalah kebentuk visual sebagai sasaran untuk memudahkan pengajaran; 3. Menggunakan konstribusi siswa (student controbition), konstribusi yang besar pada proses belajar mengajar di harapkan datang dari siswa; 4. Interaktivitas ( interactivity0, mengoptimalkam proses mengajar belajar melalui interaksi siswa dengan siwa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana prasarana merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika realistic; 5. Terintegrasi dengan topic lainnya (intertwining), struktur dan konsep matematika saling berkaitan, oleh karena itu keterkaitan dan keterintegrasian antar topic ( materi pelajaran) harus di eksplorasi untuk mendukung terjadinya proses mengajar belajar yang lebih bermakna. 15
  • 19. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian materi di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Sejarah pendekatan matematika mulai berkembang dengan gerakan yang diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek Wiskobas. Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar ditentukan oleh pandangan Freudenthal (1977). 2. Pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah pemanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika secara lebih baik. 3. Kelebihan dari penedekatan matematika realistic adalah pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional. Sedangakan kekurangan dari pendekatan matematika realistik adalah upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan salah satu kerugian pembelajaran matematika realistik. 4. Teori belajar yang relevan dengan pendekatan matematika realistic terbagi menjadi 3 teori yaitu teori piaget, teori burner, dan teori dienes. 5. Menurut Gravemeijer (soedjadi, 2001b:2) ada tiga prinsip kunci dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR, yaitu: menemui kembali secara terbimbing melalui matemisasi progresif (guided re- invention/progressive mathematizing, fenomena didaktik (didactical phenomenology), dan pengembangan model sendiri (“self-developed models”) 16
  • 20. B. Saran Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna maka dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pendekatan matematika realistik dalam penerapan pembelajaran matematika. 17
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Jaeng, Maxinus. 2009. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Palu: FKIP UNTAD Mahmud. 2009. Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Biromaru dalam Menentukan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realisitik. Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako. Mardiana, S. 2009. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Realistik dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Segitiga-Segitiga Kongruen Pada Siswa Kelas III SMP Negeri 2 Banawa. Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako. Samritin. 2003. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Topic Perbandingan di Kelas 2 SLTP dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya, Program Pasca Serjana Universitas Negeri Surabaya. Soedjadi, R. 2001. Pembelajaran Matematika Berjiwa RME (Suatu Pemikiran Rintisan ke arah Upaya Baru). Makalah, Surabaya. Ululai, Trisnawati. 2005. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VII A SMP GKST PALU pada Materi Jajargenjang dan Belah Ketupat. Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako. Yurianto, Ari. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XA SMA GKST IMANUEL PALU Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako.