3. media keuangan negara | edisi juli 2015
3
n Pembina/Pengarah: Achmad Djazuli-Achmad Kemal Hidayat-Krishna Amier Hamzah n Pemimpin Redaksi: Prasetyo n Redaksi:
Fahri Haidar-Habibie Mahabbah-Megel Jekson n Fotografer: Aprilia Hariani-Abdullah Hilmi n Keuangan: Azmi Faiqoh n Distribusi:
Fathurrahman n Layout: Boedy S. Pasoepati n Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Keuangan Negara n Alamat Redaksi/Sirkulasi/
Iklan: Jl. Kayu Manis IV No. 1 Matraman Jakarta, Telp (021) 8561952, Phone: 081517181984, e-mail: keuangan.negara@gmail.com
n REKENING PEMBAYARAN: GIRO BANK BRI KCP BPKP No Acc: 1148.01.000117.307 Atas Nama Pusat Kajian Keuangan Negara.
Redaksi menerima kontribusi tulisan yang sesuai dengan misi penerbitan.Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi.
Korespondensi melalui email:keuangan.negara@gmail.com & twitter @pusaka_negara-www.keuangan.co
17
Percepat Serapan Anggaran
Penyerapan anggaran akan menjadi nyawa pertumbuhan ekonomi,di saat
mesin pertumbuhan yang lain sulit diandalkan.
34
Karena Akuntabilitas
Menjadi Prioritas
Di samping mengejar
target penyerapan
anggaran,akuntabilitas
mekanisme pengadaan
barang dan jasa harus
menjadi prioritas.
12
Mengawal
Akuntabilitas Dana
Desa
BPK RI memastikan akan
mengawasi dengan
serius penyaluran dan
pelaksanaan dana desa.
20
Agar Belanja
Anggaran Lebih
Akuntabel Dan
Transparan
Tren kenaikan belanja
memang nyata.
58
Bahrullah Akbar Tak
Kenal Lelah Keliling
Daerah
Turun langsung ke
lapangan untuk memahami
lebih dekat persoalan-
persoalan terkait
pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan daerah.
sumber:pelitaonline.com
4Pemerintah
Tetapkan Prioritas
Proyek Infrastruktur
Tahun 2015
28
4. media keuangan negara | edisi juli 2015
4
Banyak faktor yang memengaruhi lesunya perekonomian nasional.Pertama,faktor
perekonomian global yang masih mengalami kelesuan,khususnya pengaruh perlambatan
ekonomi Tiongkok dan Singapura,yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia,
baik ekspor maupun impor.Akibatnya,ekspor kita pada kuartal I 2015 menurun 11,02%.Kedua,
melambatnya investasi atau ekspansi swasta yang tertahan karena fluktuasi nilai tukar rupiah.
Ambil contoh misalnya,ekspansi kredit pada kuartal I hanya 11%,jauh di bawah target
semula yaitu 15-17%.
Ketiga,menurunnya konsumsi rumah tangga.Kendati menyumbang pertumbuhan
yang paling besar,namun sektor ini mengalami tren perlambatan karena pengaruh
naik-turun harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Di sisi lain,perlambatan ekonomi kita juga disumbang oleh beberapa hal,
misalnya menurunnya penerimaan pajak,melemahnya Nilai Tukar Petani
(NTP),serta lambatnya Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
(PKP).
Nah,di saat mesin pertumbuhan ekonomi yang lain
yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi,banyak kalangan
berharap pemerintah segera mempercepat belanja modal
dan infrastrukturnya sebagai“jamu”untuk memulihkan
ekonomi nasional.Apalagi jumlah belanja infrastruktur
pemerintah sangat besar,mencapai Rp298,3 triliun dari
alokasi belanja pemerintah pusat senilai Rp1.319,5 triliun.
Di luar itu semua,kita berharap tim ekonomi Kabinet
Kerja dapat meyakinkan publik dengan kebijakan dan
terobosan yang benar-benar sesuai dengan Visi Trisakti dan
Nawacita.
Salam Redaksi
MENGANDALKAN BELANJA MODAL
M
edia Keuangan Negara hadir di tengah pembaca dengan menyajikan informasi dan kajian
terkini mengenai perkembangan tata kelola keuangan negara di Indonesia.Media ini
diterbitkan oleh Pusat Kajian Keuangan Negara (Pusaka Negara) sebagai media untuk
mentransformasikan data,berita,kajian dan kebijakan seputar keuangan negara,yang sering luput
dari perhatian umum.
Sebagaimana diketahui,berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1
Ayat 1 dijelaskan bahwa keuangan negara adalah“Semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang,serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”
Adapun ruang lingkup keuangan negara meliputi pengelolaan keuangan pemerintah pusat,
pemerintah daerah,Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
Badan Layanan Umum (BLU),kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum,dan kekayaan pihak lain
yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
Dalam edisi kali ini,redaksi mengetengahkan tema“Percepatan Serapan Anggaran”.Tema
ini hadir di tengah fakta melemahnya berbagai indikator perekonomian nasional.Lesunya
perekonomian kita yang telah terasa sejak akhir tahun 2014 silam,masih terus berlanjut selama
enam bulan pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.Hingga pada puncaknya,
pada 5 Mei kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) merilis ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar
4,7%,meleset dari target dalam APBN-P 2015 yaitu 5,7%.
4
Editorial
Prasetyo
media keuangan negara | edisi juli 2015
5. media keuangan negara | edisi juli 2015
5
kilas
5
MENGAWAL AKUNTABILITAS
DAN TRANSPARANSI
KEUANGAN NEGARA
dalam menjalankan tugasnya.
Pertama,nilai dasar independensi
yakni,BPK sebagai lembaga negara
yang independen di bidang
organisasi,legislasi dan anggaran
serta bebas dari pengaruh lembaga
negara lainnya.
Selain itu,adalah nilai dasar
dalam integritas.BPK menjunjung
tinggi integritas dengan mewajibkan
setiap pemeriksa menjunjung
tinggi kode etik pemeriksa dan
standar perilaku profesional dalam
melaksanakan tugasnya.
Kesejahteraan Rakyat
Di tempat dan waktu yang
berbeda,Bahrullah Akbar juga
menyampaikan pentingnya
mengawal akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan
negara.Dalam kunjungan kerjanya di
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
pada Jum’at (29/5/2015),Bahrullah
menyempatkan mengunjungi
kampus Universitas Mataram
(Unram).
“Pada hakikatnya,pengawasan
yang dilakukan oleh BPK
adalah demi sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat,”ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa tata
kelola keuangan negara yang
akuntabel dan transparan memiliki
efek terhadap kualitas program dan
pembangunan yang dijalankan
pemerintah.Sementara itu,program
dan kebijakan yang berkualitas akan
memberikan multiplier effect bagi
masyarakat,baik secara langsung
ataupun tidak langsung.
“Pembangunan yang baik
akan meningkatkan kemampuan
konsumsi dan investasi masyarakat,
sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan pemerataan dan
kesejahteraan,”tambahnya.
Bahrullah Akbar berharap
kalangan civitas akademika
di perguruan tinggi dapat
menyumbangkan saran dan
pandangannya yang konstruktif
bagi pembangunan daerah maupun
pembangunan nasional.[]
Jakarta,MKN (21/5/2015)-Anggota
VI Badan Pemeriksa Keuangan
RI,Prof.Dr.Bahrullah Akbar
mengunjungi Kampus Universitas
Jayabaya pada acara BPK Goes to
Campus yang berlangsung Kamis
(21/5/2015).
Di hadapan ratusan mahasiswa,
Bahrullah Akbar mengingatkan
pentingnya memahami tata kelola
keuangan negara dengan baik,serta
mengetahui tugas dan kewenangan
BPK RI dalam melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan
keuangan negara.
“Sepuluh atau lima belas tahun
mendatang ketika adik-adik menjadi
pemimpin bangsa,InsyaAllah akan
mengingat pertemuan kita siang
hari ini.Di tengah tantangan global
yang semakin sengit,kita dituntut
untuk mempergunakan keuangan
negara dengan baik demi sebesar-
besarnya kesejahteraan rakyat,”
jelas Bahrullah yang juga Guru Besar
IPDN.
Ia juga menjelaskan bahwa BPK
memiliki tiga nilai dasar pedoman
Anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan RI,Prof.Dr.Bahrullah Akb
6. media keuangan negara | edisi juli 2015
6
dukungan agar Pertamina dapat
mengelola Blok Mahakam 100%.
“Serikat pekerja sudah
bertemu dengan dirut dan mereka
mendukung Pertamina.Mereka ingin
berkontribusi.Kami pada intinya siap
mengerjakan sendiri.Tapi,kita ingin
ada timeline yang jelas,”tandasnya.[]
kilas
Jakarta,MKN (24/6/2015)-PT
Pertamina (Persero) menegaskan
kesiapannya untuk mengelola Blok
Mahakam di Kalimantan Timur tanpa
bantuan dari operator existing,yaitu
Total E&P Indonesie dan Inpex.
Vice President Corporate
Communication Pertamina,
Wianda Pusponegoro menyatakan,
hingga saat ini Total dan Inpex
belum memberikan sikapnya atas
keputusan pemerintah memberi
saham 30%.
“Kita sih siap ya.Mungkin
belum ada tanggapan dari Total.
Dari kita menunggu secepatnya
proses ini.Karena nanti akan ada
tim yang mengkaji dan dibantu
PERTAMINA SIAP KELOLA 100%
BLOK MAHAKAM
SKK Migas untuk alih kelola.Karena
apabila persiapan ini tidak berjalan
sesuai rencana,kalau Pertamina
harus mengelola sendiri,kita siap,”
tegasnya di Kantor Pusat Pertamina,
Jakarta,Selasa (23/6/2015).
Saat ini,Pertamina masih
menghormati keputusan
pemerintah.Namun,Wianda
menegaskan perseroan siap
mengelola blok kaya migas itu
secara mandiri.“Dari dulu kami siap.
Itu keputusan pemerintah,ya harus
dijalankan,”imbuhnya.
Wianda menuturkan,serikat
pekerja Pertamina telah menemui
Direktur Utama Pertamina Dwi
Soetjipto untuk menyampaikan
LKPP 2014 MENDAPAT OPINI
WAJAR DENGAN PENGECUALIAN
triliun sehingga penyajian catatan
dan fisik SAL tersebut tidak akurat;
(4) pemerintah belum memiliki
mekanisme pengelolaan dan
pelaporan tuntutan hukum.
Ketua BPK RI Harry Azhar Azis
menyatakan,empat permasalahan
tersebut harus menjadi perhatian
Pemerintah untuk mengambil
langkah-langkah perbaikan agar
ke depan tidak menjadi temuan
berulang.
“Kami berharap langkah
Pemerintah mengenai penetapan
pengakuan pendapatan dan belanja
berbasis akrual mulai 1 Januari 2015
dapat meningkatkan keandalan
laporan keuangan pemerintah,”
ungkap Harry pada Penyerahan LHP
LKPP Tahun 2014 kepada Dewan
Perwakilan Rakyat di gedung DPR RI
di Jakarta (4/6/2015).[]
Blok Mahakam
Jakarta,MKN (4/6/2015)-Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK RI)
memberikan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
Tahun 2014.Opini tersebut sama
dengan opini yang diberikan BPK
atas LKPP Tahun 2013.
Ada empat permasalahan yang
ditemukan BPK dalam pemeriksaan
LKPP Tahun 2014 yang menjadi
pengecualian diantaranya:(1)
pencatatan mutasi Aset Kontraktor
Kontrak Kerja Sama (KKKS) senilai
Rp2,78 triliun tidak dapat dijelaskan;
(2) permasalahan Utang kepada
Pihak Ketiga di tiga KL sebesar
Rp1,21 triliun tidak dapat ditelusuri
dan tidak didukung dokumen
yang memadai; (3) permasalahan
pada transaksi dan/atau saldo yang
membentuk SAL senilai Rp5,14
7. media keuangan negara | edisi juli 2015
7
kilas
Jakarta,MKN (24/6/2015)-Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Andrinof Chaniago mengungkapkan,Presiden Joko
Widodo (Jokowi) menolak usulan dana aspirasi Dewan
Perwakilan Rakyat.Presiden beranggapan bahwa
dana aspirasi itu akan berbenturan dengan program
pembangunan yang telah ditetapkan pemerintah.
“Presiden nggak setuju,”kata Andrinof di Istana
Kepresidenan,Jakarta,Rabu (24/6/2015).
Dia memaparkan,Jokowi beranggapan bahwa
program pembangunan didasarkan pada visi dan misi
Presiden.Selain itu,pemerintah juga menggunakan
uang negara berdasarkan rencana pembangunan jangka
menengah nasional (RPJMN).
Sementara itu,dana aspirasi DPR berpeluang
bertabrakan dengan visi misi yang sudah ditetapkan itu.
Karena itu,Andrinof meminta DPR bisa memahaminya.
Dia juga meminta agar para wakil rakyat bisa
menjalankan tugasnya di bidang legislasi,pengawasan,
dan anggaran sehingga tidak berbenturan dengan fungsi
eksekutif yang dijalankan pemerintah.
“Bersinggungan fungsi,tetapi kalau kembali
pada fungsi masing-masing,tak akan bersinggungan.
DPR kembali pada fungsi pengawasan,pembicaraan
anggaran,dan legislasi,”ucap dia.
Selain itu,Andrinof juga melihat jumlah dana
aspirasi Rp 20 miliar untuk setiap anggota Dewan setiap
tahunnya sangat besar karena totalnya bisa mencapai
Rp11,2 triliun.Jumlah itu sangat signifikan untuk
membiayai program-program pembangunan.
Saat ditanyakan apakah pemerintah nantinya tak
akan memasukkan dana aspirasi dalam alokasi RAPBN
2016,Andrinof tidak menjawab tegas.
“Itu akan dibicarakan,akan disampaikan juga nanti,”
ujar dia.
Tiga Fraksi Menolak
Dalam rapat paripurna yang dihadiri 315 dari 560
anggota DPR,Selasa (23/6/2015),ada tiga fraksi yang
menolak pengesahan peraturan DPR tentang tata cara
pengusulan program pembangunan di dapil.Tiga fraksi
itu adalah Fraksi Partai Nasdem,Fraksi Partai Hanura,dan
Fraksi PDI-P.
Dengan disahkannya rancangan peraturan tentang
usulan program pembangunan dapil,anggota DPR
diharapkan segera menyusun proposal program
pembangunan.Rapat paripurna untuk membahas
usulan program dari setiap anggota dijadwalkan 1 Juli
mendatang.
Usulan akan disampaikan ke Presiden oleh
pimpinan DPR.Presiden dengan kementerian terkait
akan membahas usulan tersebut.Kalau ada usulan yang
tumpang tindih dengan hasil Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Nasional 2016 atau rencana kerja
pemerintah 2016,hal itu dapat dicoret.[]
DANA ASPIRASI BERBENTURAN
DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN
Demonstrasi Menolak Dana Aspirasi
8. media keuangan negara | edisi juli 2015
8
P
erkembangan dunia usaha mikro/kecil di Sulawesi
Utara dan Gorontalo dalam 5-10 tahun terakhir ini
berkembang cukup cepat. Hal ini dipengaruhi iklim
usaha dan ekonomi daerah yang cukup stabil dengan
persaingan beragam usaha yang cukup ketat.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
potensi pengusaha mikro/kecil masih banyak mengalami
kesulitan modal dan belum disentuh oleh pihak perbankan
karena dinilai belum bankable, sehingga terjebak oleh
pembiayaan oleh rentenir atau tengkulak dengan bunga yang
sangat besar yaitu lebih dari 10% per harian atau mingguan.
Bank Sulut Go berusaha melakukan pendekatan pada
pengusaha mikro kecil melalui program financial inclusion
dalam membangun hubungan kemitraan dengan lembaga
agama dan untuk memutuskan mata rantai rentenir dan
tengkulak dari kelompok usaha mikro/kecil. Harapannya
kelompok usaha mikro kecil menjadi binaan lembaga agama
yang akhirnya dapat disentuh atau difasilitasi dengan modal
usaha dengan bunga yang ringan dan proses pengurusan
yang lebih mudah karena di-link langsung ke Bank dan
dibantu oleh pendamping dari pihak lembaga agama.
Fasilitas Kredit Usaha Rakyat Lembaga Agama dengan
model pendampingan dan penjaminan sifatnya mendidik
karena selain adanya agunan tambahan, juga wajib
memberikan jaminan cash collateral 15% atau dengan
garing ratio ± 6 kali yang wajib disediakan oleh Lembaga
Agama.
Pihak Bank Indonesia Kantor Perwakilan Manado
memiliki peran yang sangat penting dalam mengoptimalkan
peran dan kinerja Bank Sulut Go dalam pembiayaan ini
sehingga dalam berbagai kesempatan acara sosialisasi
Menjalin Hubungan Kemitraan Perbankan
dengan LembagaAgama
Direktur Utama Bank Sulut Go Bpk. Johannis Ch. Salibana didampingi Direktur Pemasaran Bpk.
Novi VB. Kaligis saat menyambut kedatangan Gubernur Bank Indonesia Bpk. Agus Martowardoyo
yang didampingi oleh Koordinator Bank Indonesia Wilayah Indonesia Timur Bpk. Suhaedi di
Universitas De La Salle ketika pelaksanaan Sosialisasi Finansial Inclusion beberapa waktu lalu.
Gubernur Bank Indonesia Bpk. Agus Martowardoyo, didampingi Pemuka Agama dan Wakil
Gubernur Sulut Bpk. Djouhari Kansil ketika mengunjungi Stand Debitur Pengrajin Keramik yang
dibiayai Bank SulutGo.
9. KREDIT USAHA RAKYAT LEMBAGA AGAMA
Telah bekerjasama dengan beberapa Lembaga Agama:
1. Keuskupan Manado/Gereja Katolik
2. Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)
3. Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI)
4. Muhammadiyah Manado
5. Permusi Manado
6. Hindu Darma Bolaang Mongondow
SOSIALISASI KUR
Lembaga Agama yang Telah Dilakukan
1. Di Kantor Bank Indonesia Makassar.
Atas inisiatif Bapak Suhaedi Pinwil BI Makassar (Maantan Pemimpin Bank Indonesia
Manado)
2. Di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo.
3. Kepada pengusaha kecil Sulut dan Gorontalo di Jakarta.
4. BPD Papua yang datang Study Banding di Bank Sulut Kantor Pusat dan melihat
langsung pengusaha kecil yang telah berhasil dibiayai di Minahasa yaitu peternak bebek
dan usaha hendikraf/Pengrajin dari kayu.
KUR LEMBAGA AGAMA
Tujuan Penggunaan:
1. Untuk Penambahan Kredit Modal Kerja dan Investasi Kepada Pengusaha Mikro
2. Untuk Penambahan Kredit Modal Kerja dan Investasi Kepada Pengusaha Ritel
TARGET MARKET
Usaha Produktif Binaan Lembaga Agama
Anggota Jemaat / anggota Jemaah dari Lembaga Agama yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia yang anggotanya memiliki kegiatan usaha produktif binaan lembaga
agama dengan sistim pendampingan dan penjaminan dari pihak lembaga agama (Dengan
Garing Ratio 6 kali/atau15% dari plafond kredit yang diberikan).
KRITERIA CALON DEBITUR
1. Warga Negara Indonesia berusia 21 tahun sampai dengan 65 tahun atau sudah
menikah dan sehat jasmani rohani.
2. Jatuh tempo angsuran sebelum ulang tahun ke 65
3. Usaha perseorangan dengan jenis usaha antara lain: usaha dagang, usaha
perkebunan, usaha pertanian, usaha perikanan, usaha peternakan, industri kecil (home
industri) .
4. Telah menjalankan usaha minimal 1 (satu) tahun buku dan terhadap usaha yang baru
berjalan atau start up tidak dapat dibiayai oleh bank.
PLAFON KREDIT
Plafon: Besarnya plafon kredit yang dapat diberikan kepada setiap Calon Debitur
disesuaikan dengan kondisi usaha saat ini dana atau berdasarkan kemampuan
pengembalian/kemampuanangsuran (replayment capacity) bulanan yang tercermin dari
besarnya arus kas (cash flow bulanan) dari calon debitur dengan ketentuan Pinjaman:
1. KUR MIKRO maksimal Rp20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)
2. KUR RITEL maksilam Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
Adapun realisasi Kredit Usaha Rakyat kerjasama Lembaga Agama sebesar Rp2,4 milyard
dengan NPL 0
JANGKA WAKTU
1. Kredit Modal Kerja, jangka waktu mulai dari 12 bulan s/d 36 bulan.
2. Kredit Investasi, jangka waktu 12 s/d 36 bulan.
SUKU BUNGA KREDIT
12 % Flat, dengan ketentan: Angsuran (pokok+bunga) ditetapkan secara bulanan, baik untuk
kredit modal kerja maupun kredit investasi.
BIAYA-BIAYA
Disetorkan terlebih dahulu kerekening tabungan atas nama debitur sebelum pencairan kredit
dilakukan dan tidak dipotong dari kredit yang diterima.
1. Materai : Ditanggung DEBITUR
2. Administrasi : Rp. 100.000,- (seratus ribu Rupiah)
3. Provisi : Sesuai ketentuan
4. Asuransi Kredit : Beban debitur
5. Asuransi Agunan :
a. Asuransi Kebakaran : Sesuai tarif, beban debitur.
b. Asuransi Kendaraan : Sesuai tarif, beban debitur.
6. Biaya Notaris : Jika ada, beban debitur
JENIS AGUNAN AGUNAN
Untuk Kur Mikro & Ritel :
1. Barang Elektronik, Meubel dll
2. Tanah
3. Tanah dan bangunan
4. Kendaraan Bermotor (mobil dan motor)
dilaksanakan secara bersama-sama.
Sektor usaha produktif yang
dibiayaiantaralainsektorperdagangan,
perkebunan, pertanian, perikanan
(pedagang pasar), industri rumah
tangga, industri kecil, kerajinan, usaha
konveksi, usaha kost kosan, warung
makan, kios-kios jualan lainnya.
Bank Sulut Go juga pernah
diundang oleh Kantor Koordinator
Bank Indonesia Wilayah
Indonesia Timur Makassar guna
menyosialisasikan skim kredit KUR
Lembaga Agama di Makassar, serta
melayani rombongan studi banding
BPD Papua yang didampingi
Pemerintah Provinsi Papua, Tokoh
Agama Papua, Dewan Perwakilan
Rakyat Papua dan beberapa pelaku
usaha dari Papua.
Gubernur Bank Indonesia Bapak
Agus Martowardoyo datang khusus
ke Sulawesi Utara untuk menyaksikan
kegiatan usaha binaan lembaga agama
dan sangat mengapresiasi peran Bank
Sulut Go dalam program financial
inclusion untuk pembiayaan Kredit
Usaha Rakyat Lembaga Agama
khususnya dalam membangun
ekonomi umat .
Peluang pembiayaan kepada
pelaku usaha mikro/kecil melalui
kerjasama dengan lembaga agama
yang telah berjalan sejak tahun 2010
berdampak positif dalam peningkatan
usaha melalui pendekatan keagamaan,
sehingga dengan sentuhan keagamaan
yang bersifat rohani dapat memotivasi
anggota jemaat/jemaah untuk berusaha
secara maksimal dalam memenuhi
kebutuhan hidup keluarga/rumah
tangga dan proses pendidikan/studi
anak-anak dapat terpenuhi sampai
selesai. Hal ini karena melakukan
kegiatan usaha dengan jujur dan halal
melalui binaan dan pendampingan
oleh lembaga agama.[advertorial]
10. media keuangan negara | edisi juli 2015
10
makro
Jakarta,MKN (05/06/2015)- Kemenkeu-Selain
pertumbuhan pada pajak non migas,yang merupakan
salah satu instrumen untuk mengetahui pertumbuhan
kesejahteraan dan sisi kepatuhan masyarakat dalam
membayar pajak,beberapa pajak lainnya juga mengalami
kenaikan yang signifikan disbanding tahun lalu.Dari data
yang dilansir melalui laman DJP,pertumbuhan double
digit dicatatkan oleh PPh pasal 26,PPh final,dan PPh
pasal 25/29.
PPh Pasal 26,yang merupakan pajak yang
dibayarkan oleh wajib pajak Luar Negeri,mengalami
pertumbuhan 23,14 persen atau sebesar Rp15,058 triliun,
jika dibandingkan periode yang sama di 2014 sebesar
Rp12,229 triliun.Ini berarti kepatuhan wajib pajak Luar
Negeri dalam membayar pajak meningkat,dan ke
depannya diharapkan dapat diikuti oleh wajib pajak
Dalam Negeri.
Selanjutnya,PPh Final mengalami kenaikan 21,48
persen atau sebesar Rp38,252 triliun dibandingkan
periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp31,488
triliun.Pencapaian ini merupakan buah keberhasilan dari
kebijakan pengenaan pajak atas penghasilan dari usaha
yang diterima,atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013.
Pertumbuhan sebesar 15,68 persen dicatatkan
oleh PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi.Angka ini tercatat
sebesar Rp3,074 triliun dan naik dibandingkan periode
yang sama di tahun 2014 yang sebesar Rp2,658 triliun.
Selanjutnya,PPh Pasal 25/29 Badan mencatatkan
pertumbuhan 11,17 persen,atau sebesar Rp82,772 triliun
dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar
Rp74,454 triliun.
Dari data ini dapat dcermati bahwa kepatuhan wajib
pajak Dalam Negeri,berupa orang pribadi
maupun badan,dalam
membayar pajak
mulai meningkat
seiring dengan
diberlakukannya
kebijakan Tahun
Pembinaan Wajib
Pajak (TPWP) 2015.
[Kemenkeu]
Gedung Ditjen Pajak
sumber:Ditjen Pajak
Kepatuhan wajib pajak mulai meningkat seiring dengan
diberlakukannya kebijakan Tahun Pembinaan Wajib
Pajak (TPWP) 2015
PENERIMAAN PAJAK ALAMI KENAIKAN
11. media keuangan negara | edisi juli 2015
11
makro
Jakarta,MKN (24/6/2015)-Lesunya ekonomi dunia
membuat pemerintah berpikir dua kali untuk memasang
target tinggi pertumbuhan ekonomi.Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menegaskan
pemerintah telah merevisi target pertumbuhan ekonomi
yang diusulkan dalam asumsi makro Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
”Kalau misalkan target pertama itu sampai 6,2 itu
terlalu ambisius.Kami lihat lebih realistis 5,6 persen itu.
Karena dengan pertumbuhan ekonomi yang masih
seperti ini dan lemah,dan diperkirakan belum akan
tumbuh untuk beberapa waktu,dengan kondisi ekonomi
seperti itu maka kita akan lihat mendekati angka yang
paling realistis,”kata Sofyan Seperti dikutip pada Rabu,
(23/6/2015).
Sofyan menjelaskan prediksi tahun depan,dunia
masih akan mengalami gejolak ekonomi.Pemerintah tak
mau ambil risiko dengan memasang target yang tinggi.
Target pertumbuhan ekonomi 5,6 persen dianggap
paling realistis menghadapi situasi terkini.
“Walau pun nanti mungkin dalam prosesnya kalau
ekonomi dunia membaik,program infrastruktur kami
cepat,kami bisa tumbuh lebih dari itu tetapi untuk
save-nya,kami tetapkan 5,5 hingga 6,itu hasil diskusi
pemerintah,”jelas dia.
Oleh karena itu,Sofyan menegaskan pemerintah saat
ini sedang mempercepat pembangunan infrastruktur
yang dijanjikan demi menggenjot pertumbuhan
ekonomi.“Kalau itu bisa kita lakukan,realisasi investasi
seperti kita harapkan,Rp 5.600 triliun sekitar lima tahun
PEMERINTAH REVISI TARGET
PERTUMBUHAN EKONOMI
yang akan datang,itu akan menciptakan pertumbuhan,”
tutur Sofyan.
Mantan Menteri BUMN itu menerangkan juga
asumsi makro di Indonesia bisa saja sewaktu-waktu
mengalami perubahan.”Saya pikir semua diganti,sedikit
berbeda misalnya mata uang rupiah kalo enggak salah,
perkiraannya Rp 13.000,ada beberapa,saya belum lihat,”
tandas Sofyan.
Sebelumnya,Menteri Keuangan (Menkeu),Bambang
Brodjonegoro dalam Rapat Lanjutan Pembahasan
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal 2016,menyatakan,International Moneter Fund
(IMF) masih meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia
mencapai 3,8 persen atau naik dari proyeksi tahun ini 3,3
persen.
“Memang ada optimisme dari global,tapi dalam
menetapkan asumsi kami berpegang pada kondisi
domestik,yakni realisasi pertumbuhan ekonomi di
kuartal I 2015 sebesar 4,7 persen meski kita akan
memacu pertumbuhan ekonomi pada tiga kuartal ke
depan,”terang dia.
Atas dasar itu,kata Bambang,pemerintah
mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
kisaran 5,5 persen sampai 6 persen di tahun depan.Level
tersebut turun dari asumsi sebelumnya yang dipatok 5,8
persen sampai 6,2 persen.
“Kami mengusulkan pertumbuhan ekonomi dari
5,8 persen-6,2 persen menjadi 5,5 persen-6 persen.Itu
terjadi karena tahun ini dan tahun depan adalah periode
ketidakpastian yang sangat mudah berubah kondisinya,”
ujar Bambang.[Kemenkeu]
Ilustrasi
12. media keuangan negara | edisi juli 2015
12
Pinjaman lainnya,yakni pinjaman
komersial Rp46,35 triliun (2%),
pinjaman suplier Rp0,20 triliun (0%),
serta pinjaman dalam negeri Rp3,35
triliun (0%).
Kemudian untuk realisasi SBN
sampai dengan bulan kelima ini
menembus Rp2.151,58 triliun atau
76% dari target.Meliputi,SBN dalam
denominasi valuta asing (valas)
sebesar Rp54,77 triliun (19%) dan
dalam bentuk rupiah Rp1.602,81
triliun (56%).
“Paling utama di sini adalah,
kita jaga utang dalam batas aman.
Jangan sampai banyak jatuh tempo
yang sifatnya mendadak.Untuk porsi
pinjaman jangan banyak mata uang
asing karena kalau ada pelemahan
kurs bisa membengkak.Jadi,mesti
tambah porsi domestik,”tandas
Robert.[]
PER MEI,UTANG INDONESIA TEMBUS
Rp2.845 TRILIUN
“Terhadap PDB Indonesia
sebesar Rp11.000 triliun,rasio
utangnya masih 24,7%.Rasio ini
masih terbilang cukup aman,
ini karena ambang batas rasio
utang yang susah dimanej atau
kurang aman sebesar 60%,”ujar
Robert dalam Rapat Panja Defisit,
Pembiayaan di Gedung Banggar
DPR,Jakarta,Rabu (24/6/2015).
Dia kembali merinci bahwa
total utang pemerintah pusat yang
sebesar Rp2.843,25 triliun ini terdiri
dari total pinjaman Rp691,66 triliun
dan Surat Berharga Negara (SBN)
Rp2.151,58 triliun sepanjang Januari-
Mei 2015.
Masing-masing,terdiri dari
pinjaman luar negeri Rp688,31
triliun (24%),pinjaman bilateral
Rp338,21 triliun (12%),pinjaman
multilateral Rp303,66 triliun (11%).
Jakarta,MKN (25/5/2015)-
Posisi utang Indonesia pada periode
Januari 2010-Mei 2015 tembus di
angka Rp2.845,25 triliun atau dalam
presentasi 24,7% terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB).Total utang
pemerintah naik lebih dari Rp64
triliun dibandingkan realisasi hingga
April lalu.
Direktur Jenderal (Dirjen)
Pengelolaan dan Pembiayaan dan
Risiko Kementerian Keuangan,
Robert Pakpahan mengungkapkan,
angka ini mengalami kenaikan
Rp64,28 triliun dari posisi total utang
periode Januari-April 2015 yang
mencapai Rp2.780,97 triliun.
Dalam denominasi dolar
Amerika Serikat (AS),utang
pemerintah pusat hingga Mei 2015
ini setara dengan USD215,22 miliar.
Ilustrasi
makro
13. media keuangan negara | edisi juli 2015
13
Rp16,5 triliun,dengan jumlah
nominal dimenangkan sebesar Rp4,9
triliun.
Seri FR0071 yang akan jatuh
tempo pada 15 Maret 2029
menawarkan tingkat kupon sebesar
9 persen.Total penawaran masuk
untuk seri ini mencapai Rp9,44
triliun,dengan jumlah nominal yang
dimenangkan sebesar Rp2,25 triliun.
Terakhir,untuk seri FR0068 yang
akan jatuh tempo pada 15 Maret
2034,tingkat kupon yang ditawarkan
adalah sebesar 8,375 persen.Total
penawaran yang masuk untuk seri
ini sebesar Rp3,2 triliun,dengan
jumlah nominal yang dimenangkan
sebesar Rp1,55 triliun.[wa]
LELANG SUN,
PEMERINTAH SERAP RP18 TRILIUN
yang akan jatuh tempo pada 1 April
2016 menawarkan imbalan berupa
diskonto.Total penawaran yang
masuk untuk seri ini sebesar Rp2,65
triliun,dengan jumlah nominal yang
dimenangkan sebesar Rp1,9 triliun.
Seri FR0053 yang akan
jatuh tempo pada 15 Juli 2021
menawarkan tingkat kupon sebesar
8,25 persen.Total penawaran yang
masuk untuk seri ini sebesar Rp8,22
triliun,dengan jumlah nominal yang
dimenangkan sebesar Rp7,4 triliun.
Seri FR0056 akan jatuh
tempo pada 15 September 2026,
menawarkan tingkat kupon sebesar
8,375 persen.Total penawaran
masuk untuk seri ini mencapai
Jakarta,24/06/2015
Kemenkeu-Pemerintah melakukan
lelang penjualan lima seri Surat
Utang Negara (SUN) pada Selasa
(23/6/2015).Kelima seri SUN yang
dilelang yakni seri SPN12160401,seri
FR0053,seri FR0056,seri FR0071,dan
seri FR0068.
Dari lelang tersebut,pemerintah
berhasil menghimpun dana sebesar
Rp18 triliun,dari total penawaran
masuk yang mencapai lebih dari
Rp40 triliun.Hasil lelang penjualan
ini nantinya akan digunakan untuk
memenuhi target pembiayaan
dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) 2015.
Secara rinci,seri SPN12160401
Ilustrasi
makro
14. media keuangan negara | edisi juli 2015
14
rubrikkhususdanadesa
desa,Menteri Marwan mengatakan,
yang menjadi tantangan saat ini
adalah kesiapan untuk menyusun
perencanaan pembangunan dan
penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa secara tepat,
terukur,dan transparan sesuai
dengan potensi dan prioritas
kebutuhan desa.
“Juga kesiapan untuk mengelola
keuangan desa secara berhati-
hati,transparan,dan akuntabel
guna mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik di desa,”
ujarnya.
Agar penyaluran dana desa
tahap awal tahun 2015 ini lancar,
Menteri Marwan menyampaikan,
Menteri Desa,Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,Marwan Jafar
memberikan pengarahan bahwa besarnya pengalokasian Dana Desa bagi setiap desa
harus dikelola secara baik dan dapat dipertanggung-jawabkan secara benar
MENGAWAL AKUNTABILITAS
DANA DESA
14
jawab pengelolaan keuangan
desa tersebut,maka diperlukan
peningkatan kapasitas atau
kemampuan para kepala desa atau
perangkat desa tentang pengelolaan
keuangan,”ujar Menteri Marwan.
Ia mengingatkan,UU Nomor
6 tahun 2014 Tentang Desa
memberikan dasar konstitusi bahwa
masyarakat desa saat ini menjadi
sasaran dan sekaligus pelaku
pembangunan Desa.Sedangkan
pemerintahan Desa berperan
sebagai penggerak pembangunan
dan pemberdayaan Desa guna
mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Bagi para kepala desa dan aparat
Jakarta,MKN (25/5/2015)-
Kementerian Desa,Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
menyelenggarakan Rapat Kerja
Nasional (Rakornas) Percepatan
Penyaluran Dana Desa Tahap
Pertama 2015 yang berlangsung di
Jakarta,Senin (25/5/2015).
Dalam kesempatan tersebut,
Menteri Desa,Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi,Marwan
Jafar memberikan pengarahan
bahwa besarnya pengalokasian
Dana Desa bagi setiap desa harus
dikelola secara baik dan dapat
dipertanggungjawabkan secara
benar.
“Dengan besarnya tanggung
15. media keuangan negara | edisi juli 2015
15
ada beberapa hal pokok yang
diharapkan menjadi masukan bagi
para Gubernur serta Bupati atau
Walikota.Yakni,melaksanakan
sosialisasi dan pelatihan,kepada
aparat pemerintah daerah maupun
aparat desa agar mempunyai
pemahaman yang tepat dan
kompetensi yang memadai dalam
melaksanakan Undang-Undang
Desa.
Tahap I telah disalurkan
Hingga 20 Mei 2015,pemerintah
telah berhasil menyalurkan Rp3,8
triliun dana desa,atau sekitar 18,3
persen dari pagu yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Perubahan (APBN-P)
2015.
Seperti diketahui,total pagu
dana desa dalam APBN-P 2015
adalah sekitar Rp20,7 triliun,yang
akan disalurkan dalam tiga tahap.
Menteri Keuangan Bambang P.S.
Brodjonegoro menerangkan,
penyaluran dana desa tahap I akan
dilakukan pada Bulan April 2015,
sebesar 40 persen dari pagu APBN-P
2015 tersebut.
Penyaluran tahap kedua akan
dilakukan pada Bulan Agustus 2015,
dan tahap ketiga pada Oktober 2015.
Jumlah yang disalurkan pada tahap
kedua dan ketiga masing-masing
sebesar 40 persen dan 20 persen dari
pagunya.
Namun demikian,agar dana
desa tersebut dapat dicairkan,
pemerintah daerah harus dapat
memenuhi persyaratan terlebih
dahulu.“Kalau mau dapat yang
tahap pertama,ada syaratnya,
harus ada peraturan kepala
daerah mengenai alokasi dan
pemanfaatan dana desanya,”jelas
Menkeu dalam konferensi pers
mengenai Perkembangan Ekonomi
dan Realisasi APBN-P 2015 di Aula
Djuanda Kementerian Keuangan,
Jakarta pada Kamis (21/5/2015).
Menkeu menambahkan,sampai
saat ini,baru ada 186 kabupaten/
kota yang berhasil memenuhi
persyaratan tersebut.Dengan
demikian,baru 186 daerah tingkat
II tersebut yang telah memperoleh
penyaluran dana desa.
Pengawasan BPK
Badan Pemeriksa Keuangan RI
mengingatkan pemerintah agar
berhati-hati mengucurkan dana
desa.Menurut Anggota VI BPK,
Bahrullah Akbar,Dana desa rawan
diselewengkan,“Terang rawan,”kata
Bahrullah.
Bahrullah mengatakan
kerawanan dalam penggelontoran
dana desa ini bisa terjadi
sejak proses perencanaan,
pengelolaan,hingga pelaporan
pertanggungjawabannya.Ia
mencontohkan,risiko kerawanan itu
mirip kisruh Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi DKI Jakarta yang saat ini
jadi sorotan.“Jangan sampai dana
desa juga begitu,”ujarnya.Begitu
juga dalam pengelolaan dana dan
pelaporan.
Potensi penyelewengan
dana desa itu sangat nyata,kata
Bahrullah,karena sampai saat ini
Kementerian Dalam Negeri serta
Kementerian Desa,Pembangunan
Daerah Tertinggal,dan Transmigrasi
belum menyusun pedoman dalam
penggunaan dan pelaporan dana
desa.Aparat desa yang kesulitan
menyusun pertanggungjawaban
yang benar nantinya akan mudah
dikriminalkan.“Ketidakmampuan
bisa berakibat penjara.”
Dalam kesempatan berbeda,
Anggota II BPK Agus Joko
Pramono mengungkapkan saat ini
pihaknya dan pemerintah masih
membicarakan mengenai prinsip-
prinsip dana ini,yang notabene baru
diluncurkan pertama kalinya dalam
sejarah pada April 2015.
“Yang pasti,pemeriksaan tidak
akan menggunakan standar-standar
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP),karena standar pelaporannya
pasti lebih sederhana,”terang Agus
di sela penyampaian audit BUMN di
hadapan DPR,Kamis (28/5/2015).
Meski demikian,Agus mengakui
tidak sanggup melakukan
pemeriksaan secara menyeluruh
kepada lebih dari 70.000 desa se-
Indonesia.Untuk itu,pihaknya akan
menggunakan metode sampling.
“Nanti BPK perwakilan yang
akan melakukan pemeriksaan,
yang risiko besar seperti wilayah
timur sampelnya lebih banyak.Pasti
disampling berdasarkan risiko-risiko
yang kemungkinan akan timbul,”
tuturnya.
Dalam pelaporannya,
kemungkinan besar dana desa
nantinya tidak akan masuk ke
dalam LKPP,melainkan dalam
dikonsolidasikan laporan keuangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).[]
rubrikkhususdanadesa
Agus Joko Pramono,Anggota II BPK RIMarwan Jafar,Menteri Desa,Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi
16. Jakarta, MKN (21/5/2015)-Mendampingi Anggota VI BPK
RI, Prof. Bahrullah Akbar, MBA dalam kegiatan BPK Goes
to Campus di Universitas Jayabaya, Jakarta, Direktur Utama
Perum Jamkrindo Diding S. Anwar mengatakan pihaknya
konsisten membantu Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (KUMKM) melalui berbagai jenis penjaminan
kredit, salah satunya Penjaminan Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
Ini merupakan sumbangan penting Jamkrindo selaku
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di mana berdasarkan
tujuannya, BUMN berperan membantu golongan ekonomi
lemah dan kecil sesuai dengan amanat UU BUMN.
“Jamkrindo adalah satu-satunya BUMN yang ditugasi
pemerintah untuk memberikan penjaminan kredit kepada
KUMKM, agar mereka memiliki kekuatan finansial untuk
bersaing di era global ini,” terang Dirut Jamkrindo.
Ia menjelaskan, bahwa proses penjaminan kredit/
pembiayaan melibatkan sekurang-kurangnya tiga pihak,
yaitu badan usaha pemberi kredit/pembiayaan, yang di
dalam hal ini disebut Penerima Jaminan, debitur kredit/
pembiayaan yang dalam hal ini disebut Terjamin, dan
Perusahaan Penjamin kredit/pembiayaan yang dalam hal ini
disebut Penjamin.
“Penjaminan kredit/pembiayaan diperlukan oleh
penerima jaminan pada saat permohonan kredit/
pembiayaan dari terjamin dinyatakan layak oleh penerima
jaminan akan tetapi belum memenuhi syarat administrasi
perkreditan perbankan, khususnya dari sisi pemenuhan
Melalui Penjaminan Kredit Usaha Rakyat
JAMKRINDO
Konsisten Membantu Pemerintah
Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat
kecukupan agunan,” katanya.
Salah satu jenis produk usaha penjaminan Jamkrindo
ialah Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
merupakan kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau
investasi kepada KUMKM di bidang usaha yang produktif
dan layak, namun belum bankable dengan plafond kredit/
pembiayaan sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah) yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin.
“Penyaluran KUR diharapkan dapat membantu
pengembangan usaha produktif demi kesejahteraan rakyat,”
jelas Dirut Jamkrindo.
Perum Jamkrindo telah melakukan hal nyata, salah
satunya melakukan kerja sama dengan Lembaga Pengelolaan
Dana Bergulir (LPDB) dalam Penjaminan Pinjaman/
Pembiayaan bagi KUMKM. Kemitraan strategis ini
dilakukan untuk mendorong jangkauan akses dan layanan
keuangan lebih luas bagi sektor KUMKM.
Dalam acara Perjanjian Kerja Sama antara Perum
Jamkrindo dan LPDB yang berlangsung pada Rabu
(6/5/2015), Direktur Utama Jamkrindo Diding S. Anwar
menjelaskan bahwa kerja sama kemitraan ini sangat strategis
dan bertujuan lebih meningkatkan kinerja masing-masing
pemangku kepentingan baik peningkatan realisasi Kredit/
Pembiayaan oleh LPDB sekaligus meningkatkan volume
Penjaminan oleh Perum Jamkrindo.
Di samping itu, Perum Jamkrindo yang meraih predikat
Sangat Bagus dalam BUMN Infobank Award 2014 juga
memiliki produk penjaminan kredit yang lain, misalnya
17. Penjaminan Kredit/Pembiayaan Umum, Penjaminan
Kredit/Pembiayaan Mikro, Penjaminan Kredit/Pembiayaan
Konstruksi & Pengadaan Barang/Jasa, Penjaminan Kredit/
Pembiayaan Multiguna, Penjaminan Distribusi Barang,
Penjaminan Bank Garansi/Kontra Garansi, Surety Bond,
Penjaminan Kredit BPR/BPRS, Penjaminan KPR Sejahtera
FLPP, Custom Bond, Penjaminan Keagenan Kargo, serta
Penjaminan Invoice Financing.[]
Direktur Utama Perum Jamkrindo,Dr.Diding S.Anwar,SE.,MM
Kegiatan dan Program Perum Jamkrindo
JAMKRINDO
Masuk Kategori Sehat
Tingkat kesehatan Perusahaan Umum Jaminan
Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) masuk dalam
kategori sehat atau AA.Keterangan ini diperoleh usai
audit kinerja Perum Jamkrindo yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik HMR (Husni Muharram Rasidi).
“Kategori sehat tersebut dinilai berdasarkan
parameter keuangan,operasional dan adminsitrasi,”
ujar Ketua Dewan Pengawas Perum Jamkrindo
Braman Setyo,usai Seminar Nasional Penjaminan
Kredit untuk MUKMK Indonesia Hebat di Hotel Le
Meridian Jakarta,Selasa (12/5).
Momentum menggembirakan ini juga
disampaikannya dalam pengesahan laporan tahunan
Perum Jamkrindo.“Dengan hasil ini kami berharap
Perum Jamkrindo mampu menjadikan momentum
agar lebih maju dan meningkatkan kinerjanya,”
pungkas Braman Setyo.[]
19. media keuangan negara | edisi juli 2015
19
T
arget pertumbuhan ekonomi domestik,sebagaimana asumsi makro
APBN-P 2015 dipatok 5,7 persen.Namun perekonomian Indonesia pada
triwulan I-2015 hanya tumbuh sebesar 4,7 persen.Realisasi tersebut
melambat dibanding pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2014
yang mencapai 5,14 persen.
Sekadar menengok ke belakang,kurun lima tahun terakhir ini
pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami trend perlambatan.Data
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan triwulan I-2010
sebesar 5,7 persen lalu naik menjadi 6,5 persen pada triwulan I-2011 dan
sedikit melambat sebesar 6,02 persen pada periode yang sama tahun 2012.
Kemudian pada triwulan I-2013 mulai menurun menjadi 5,78 persen dan 5,21
persen pada triwulan I-2014.
Kepala BPS Suryamin dalam keterangan persnya menjelaskan,
perlambatan ekonomi terjadi dari sisi produksi maupun sisi konsumsi.Dari
sisi produksi,ada empat penyebab utama perlambatan ekonomi kuartal
I-2015.Pertama,produksi pangan menurun akibat mundurnya periode tanam.
Kedua,produksi minyak mentah dan batu bara mengalami kontraksi sehingga
industri kilang minyak juga tumbuh negatif.
Ketiga,distribusi perdagangan melambat karena menurunnya pasokan
barang impor.“Terjadi penurunan impor baik untuk barang modal,bahan
baku/penolong,serta barang konsumsi,jelas Suryamin di Kantor BPS,Selasa
(5/5/2015).BPS mencatat impor pada kuartal I-2015 turun 2,2 persen (YoY),
dan turun 9,98 persen (QtQ).Keempat,kinerja konstruksi terkait dengan
terlambatnya realisasi belanja infrastruktur.
Sementara itu dari sisi pengeluaran,BPS mencatat penyebab utama
perlambatan ekonomi kuartal I-2015.Pertama,semua komponen pengeluaran
konsumsi rumah tangga (RT) melambat.Konsumsi rumah tangga pada
triwulan I-2015 hanya mampu menyumbang 2,75 persen,lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun 2014 sebesar 3,08 persen.
Kedua,pengeluaran konsumsi pemerintah yang melambat.Kedua,
sumber pertumbuhan yang berasal dari belanja pemerintah juga sedikit
mengalami perlambatan,menyumbang 0,14 persen di triwulan I-2015.Jika
dibandingkan dengan triwulan IV-2014,konsumsi pemerintah pada triwulan
I-2015 melambat 48,68 persen.
Ketiga,ekspor barang terkontraksi karena turunnya harga komoditas.
Ekspor barang dan jasa juga melambat 0,53 persen dalam setahun.Padahal,
tahun lalu masih tumbuh 3,65 persen.Keempat,melambatnya perekonomian
negara mitra dagang utama Indonesia.“Ekonomi Tiongkok turun dari
7,4 persen pada kuartal III 2014 menjadi 7,0 persen.Sedangkan ekonomi
Singapura dari 4,9 persen menjadi 2,1 persen,”terang Suryamin.
PERCEPAT SERAPAN
ANGGARAN
Penyerapan anggaran akan menjadi nyawa
pertumbuhan ekonomi,di saat mesin
pertumbuhan yang lain sulit diandalkan.
19
media keuangan negara | edisi juli 2015
20. media keuangan negara | edisi juli 2015
20
Sementara,ekspansi kredit pada
kuartal pertama hanya terealisasi 11
persen,jauh di bawah target semula
yaitu 15-17 persen.Dan,penerimaan
pajak juga menurun per Maret hanya
mencapai Rp198,226 triliun lebih
rendah dibanding periode yang
sama tahun lalu sebesar
Rp210,057 triliun.
Menurut
pandangan
Direktur Eksekutif
Center of Reform
on Economics
(Core) Hendri
Saparini,
persoalan utama
merosotnya
target tersebut
adalah pertumbuhan
konsumsi yang
melambat.“Dorongan dari
ekspansi swasta bagi pertumbuhan
ekonomi juga tertahan karena
fluktuasi nilai tukar rupiah sepanjang
triwulan I,”jelas Hendri Saparini
ketika dihubungi Media Keuangan
Negara,Rabu,(20/5/2015).
Hal senada dikatakan
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan
Kebijakan Publik Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta Tony
Prasetiantono.Menurutnya,
macetnya perekonomian Indonesia
triwulan I-2015 disebabkan oleh
lambatnya belanja pemerintah
ditambah perubahan nomenklatur
kementerian yang menyebabkan
penyerapan anggaran terlambat.
“Kemudian konsumen juga
mengurangi belanja di luar
makanan.Investor menunda
investasi karena menunggu kondisi
membaik.Tidak mengejutkan kalau
pertumbuhan ekonomi triwulan
I-2015 sangat rendah,”kata Tony.
Merosotnya perekonomian di
triwulan I-2015 ini perlu menjadi
refleksi bagi pemerintahan Joko
Widodo-Jusuf Kalla.Pemerintah
perlu segera mencari jalan keluar,
sebab pada saat bersamaan
tingkat pengangguran mengalami
kenaikan.Berdasarkan data BPS,
per Februari 2015 pengangguran
terbuka bertambah sebesar 300.000
orang menjadi 7,45 juta atau
5,81persen dari total angkatan kerja.
Sebelumnya,pengangguran masih
5,7 persen atau 7,15 juta orang.
Padahal,APBN-P 2015 menargetkan
tingkat pengangguran sebesar 5,6
persen.
Salah satu terobosan
yang perlu digiatkan
antara lain
mempercepat
belanja modal
dan infrastruktur,
sebagai stimulus
ekonomi.
Belanja modal
dan infrastruktur
pemerintah akan
menjadi“nyawa”
yang dapat menopang
pertumbuhan ekonomi di
saat mesin pertumbuhan ekonomi
yang lain sulit diandalkan.
“Apalagi jumlah belanja
infrastruktur pemerintah sangat
besar,mencapai Rp298,3 triliun dari
alokasi belanja pemerintah pusat
senilai Rp1.319,5 triliun,”terang
Megel Jekson,peneliti Pusat Kajian
Keuangan Negara (Pusaka Negara) di
Jakarta (22/5/2015).
Merangkak naik
Berdasarkan data Kementerian
Keuangan,terhitung sejak 31 Maret
2015 realisasi belanja pemerintah
dari APBN-P 2015 baru terserap
18,5 persen dari total belanja
Rp1.984,1 triliun.Itu pun lebih
banyak yang terserap untuk belanja
rutin dan transfer dana ke daerah.
Hasilnya,belanja pemerintah hanya
berkontribusi 6,55% terhadap
pertumbuhan ekonomi triwulan
pertama tahun ini.
Begitu pula tingkat penyerapan
belanja infrastruktur tercatat lebih
rendah lagi.Dari total belanja
infrastruktur Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
Rp94,57 triliun,ternyata yang
terserap baru Rp4,8 triliun (5,1%) per
April 2015.Alasannya,penyerapan
belanja infrastruktur itu terhambat
oleh masalah pembebasan lahan,
atau terlambat melakukan proses
lelangnya.
Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro mengakui,saat ini
penyerapan belanja modal masih
tergolong rendah.Namun,ia
meyakini,ke depan penyerapan
belanja modal masih akan
meningkat,antara lain karena telah
selesainya proses pelelangan pada
K/L yang memiliki belanja modal
besar,seperti Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
Direktur Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan Askolani
merinci penyebab lambatnya
realisasi belanja pemerintah.
Menurut dia,penyebab utamanya
karena pengajuan APBN-P 2015
yang dipercepat yaitu di bulan
Sumber:BPS
21. media keuangan negara | edisi juli 2015
21
Februari.Padahal,lazimnya setelah
Juni atau Juli.
“Tahun ini dipercepat untuk
menampung program baru dari
pemerintah baru.Maka itu juga
sedikit memperlambat kegiatan,
karena selama
satu bulan
penuh kita
harus
melakukan pembahasan dengan
DPR,dengan mendesain kembali
program-program update
pemerintah di tahun 2015,”jelas
Askolani kepada Media Keuangan
Negara,di ruang kerjanya,Senin
(18/5/2015).
Bersamaan dengan itu,
restrukturisasi organisasi
Kementerian/Lembaga (K/L) turut
memengaruhi serapan anggaran.
Dengan adanya perubahan
nomenklatur,K/L terkait harus
mendesain ulang program dan
melengkapi dokumen-dokumen
penting.“Ini juga memerlukan
pembahasan selama satu
bulan.Jadi,bulan Maret
baru selesai dan kemudian
juga harus menyelesaian
Peraturan Presiden
(Perpres) rinciannya,”
tambah Askolani.
Kementerian
Keuangan optimis
mulai Mei akan terjadi
percepatan serapan belanja
pemerintah karena
polanya
sudah nyata.
Pihaknya akan
melakukan
perbaikan
penyerapan,karena
dokumen DIPA-nya
sudah 95 persen
selesai.
Menurut catatan
Askolani,
Kementerian
Pekerjaan
Umum dan
Perumahan
Rakyat sudah
menunjukkan
kinerja nyata
bahwa belanja
infrastruktur
di bulan Mei
sudah jauh
melonjak
dibanding bulan
April.“Trennya
mulai naik,tinggal
tingkat
kecepatannya saja,”kata Askolani.
Data terbaru Kementerian
Keuangan menunjukkan realisasi
belanja negara sampai dengan
20 Mei 2015 yang telah mencapai
Rp548,7 triliun,atau sekitar 27,7
persen dari pagu Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) 2015,sebesar
Rp1.984,1 triliun.Realisasi belanja
negara tersebut terdiri atas realisasi
belanja pemerintah pusat serta
transfer ke daerah dan dana desa.
Secara rinci,realisasi belanja
pemerintah pusat hingga 15
Mei 2015 telah mencapai
Rp302,8 triliun,atau 22,9
persen dari pagu APBN-P
2015 yang sebesar
Rp1.319,5 triliun.
Capaian tersebut antara
lain dipengaruhi oleh
penyerapan belanja
kementerian negara/
lembaga (K/L) yang
sampai dengan 15 Mei
2015 telah mencapai
Rp129,5 triliun,atau 16,3
persen dari pagu APBN-P
2015.[]
Dirjen Anggaran Kemenkeu,Askolani,SE,MA
21
Belanja modal dan infrastruktur pemerintah
akan menjadi“nyawa”yang dapat menopang
pertumbuhan ekonomi
media keuangan negara | edisi juli 2015
22. media keuangan negara | edisi juli 2015
22
ASKOLANI,SE.MA
DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN
KEUANGAN (KEMENKEU)
AGAR BELANJA
ANGGARAN LEBIH
AKUNTABEL DAN
TRANSPARAN
D
irektorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) mengakui
bahwa realisasi belanja pemerintah
pusat pada triwulan I-2015
cenderung melambat.Banyak
faktor memengaruhi perlambatan
penyerapan anggaran.Dua hal
utama adalah percepatan pengajuan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBN-P) 2015
dan perubahan nomenklatur
Kementerian/Lembaga.
Bagaimana langkah dan strategi
pemerintah untuk mempercepat
serapan anggaran? Berikut petikan
wawancara Media Keuangan Negara
dengan Direktur Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan,Askolani,
SE.,MA di ruang kerjanya pada Senin
(18/5/2015).
22
media keuangan negara | edisi juli 2015
23. media keuangan negara | edisi juli 2015
23
Badan Pusat Statistik (BPS)
mengumumkan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia padaTriwulan I
tahun 2015 sebesar 4,7 persen,meleset
dari yang ditargetkan pemerintah.
Pada saat bersamaan,realisasi
penyerapan anggaran pemerintah
juga melambat.Bagaimana Anda
melihat korelasi ini?
Faktanya memang demikian.
Pertumbuhan ekonomi kita
melambat.Penyerapan anggaran
juga melambat.Namun menurut
saya,kedua hal tersebut tidak terlalu
berkaitan.Karena perlambatan
pertumbuhan ekonomi kita tidak
sepenuhnya disebabkan oleh faktor
domestik.Saya melihat bahwa
faktor global sangat menentukan,di
mana kita bisa lihat pertumbuhan
ekonomi dunia juga mengalami
perlambatan.Ini berimbas ke
Indonesia.Kita lihat ekspor kita turun
dan kegiatan ekonomi nasional
juga menurun.Di sisi lain,konsumsi
masyarakat yang selama ini menjadi
andalan juga belum optimal.Ini
masih triwulan I,jadi masih rendah.
Itulah yang menyebabkan ekonomi
kita melambat.
Faktor apa saja yang menyebabkan
lambatnya penyerapan tersebut?
Saya melihat paling tidak
ada dua hal yang menyebabkan
perlambatan penyerapan anggaran
ini.Pertama,oleh karena kita
mengajukan APBN-P 2015 yang
dipercepat yaitu di bulan Februari.
Padahal,lazimnya setelah Juni
atau Juli.Pada tahun ini kemudian
dipercepat untuk menambung
program baru dari pemerintah baru.
Maka itu juga sedikit memperlambat
kegiatan karena selama satu bulan
penuh kita harus melakukan
pembahasan dengan DPR,dengan
mendesain kembali program-
program update pemerintah di
tahun 2015.
Bersamaan dengan itu,
kemudian dikombinasi dengan
perubahan nomenklatur
Kementerian/Lembaga.Sehingga
Kementerian/Lembaga terkait harus
mendesain ulang programnya
yang baru,kemudian juga harus
mendesain ulang dokumen-
dokumen penting.Sebab mengubah
nomenklatur tidak hanya mengubah
begitu saja.Ini memerlukan
pembahasan selama satu bulan.
Jadi,bulan Maret baru selesai dan
kemudian juga harus menyelesaian
Peraturan Presiden (Perpres)
rinciannya.
Dokumen-dokumen penting seperti
apa?
Iya,Kementerian/Lembaga
terkait harus menyelesaikan
dokumen-dokumen
pendukung untuk bisa full
mengimplementasikan program
baru.Kementerian/Lembaga
baru harus di-support oleh lima
dokumen.Pertama,pagu di APBN-P
harus dengan pagu nomenklatur
yang baru.Pembahasannya bisa
menyita waktu satu bulan.Misalnya
dengan memotong Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Pendidikan Tinggi,
atau menggabungkan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Kementerian
Perumahan Rakyat,itu mengubah
semua dokumen-dokumen dan
harus dengan Undang-undang.
Kedua,Kementerian PPN/
Bappenas kita minta merevisi
Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
tahun 2015.Karena RKP ini menjadi
pedoman rencana kerja pemerintah
dan sudah barang tentu harus
berbasis pada nomenklatur yang
baru.Itu penting,karena kalau tidak
ada,Kementerian/Lembaga tidak
ada pedoman ke mana dia akan
membelanjakan anggarannya.
Ketiga,Kementerian/Lembaga
harus mengubah organisasi mereka.
Dan itu butuh waktu karena harus
ada persetujuan dari Kemeterian
Pemberdayaan Aparatur Negara
(Kemenpan).Keempat,Kementerian/
Lembaga yang baru harus mengisi
SDMnya.Ini juga butuh waktu.
Apalagi pejabat Eselon 1 dan ada
juga yang open bidding.Dan kelima,
Kementerian/Lembaga harus
membuat Rencana dan Stratagi
(Renstra) dengan pagu yang sudah
dengan nomenklatur yang baru dan
mengacu pada RKP.Termasuk harus
membuat programnya.
Jadi,di tahun 2015 berbeda
tantangannya dibanding dengan
tahun-tahun sebelumnya?
Faktanya demikian.Tahun 2015
memang beda dengan tahun-tahun
yang lalu.Pada tahun sebelumnya,
kita hanya menetapkan APBN-P dan
sudah langsung go.Sekarang harus
melewati beberapa proses di atas.
Bagaimana perkembangan
penyelesaian dokumen-dokumen
pendukung sejauh ini?
Alhamdulillah hampir
sepenuhnya selesai di bulan April.
Dan pada posisi Mei ini mungkin
tinggal enam Kementerian/
Lembaga dengan nomenklatur
yang baru yang belum.Kami terus
mendorong agar mereka segera
melengkapi penyelesaian dokumen,
sehingga di bulan Mei ini semua
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) dengan organisasi yang
baru,dengan SDM yang baru,dan
kemudian renstra yang baru itu
selesai semua.Jadi memang ini
fakta yang harus dihadapi di tahun
2015 yang memang beda dengan
tahun-tahun sebelumnya.Dengan
selesainya tahapan tersebut,kita
berharap tahun 2016 mendatang
tidak ada masalah lagi.Ini menjadi
pijakan bagi Kementerian/Lembaga
untuk melakukan di tahun 2016.
Mohon bisa dijelaskan data
penyerapan anggaran pada triwulan I
tahun 2015.
Rinciannya masih kami
kumpulkan.Triwulan I ini memang
masih lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan I tahun lalu.Itu
fakta oleh karena kondisi yang kita
hadapi.Kami lihat Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
wawancara
24. media keuangan negara | edisi juli 2015
24
Rakyat (PU-Pera),Kementerian
Pertahanan dan Keamanan,
Badan Pertanahan Nasional (BPN),
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan,masih lebih lambat.
Tetapi ada Kementerian/Lembaga
yang sebenarnya sudah cepat
dibanding tahun lalu.Catatan kami
misalnya Kepolisian,Kementerian
Perhubungan,Kementerian
Kesehatan,Kementerian Sosial,dan
Kementerian Keuangan.Belanja
mereka sudah lebih tinggi dibanding
tahun lalu.
Sejauhmana optimisme Anda bahwa
penyerapan anggaran tahun ini akan
berjalan maksimal?
Ya,tentu harus optimis.Setelah
triwulan I selesai dan masuk
triwulan II kita melihat adanya
percepatan belanja,mulai di bulan
Mei ini.Kementerian PU-Pera sudah
siap dengan tambahan belanja.
Transfer sudah siap.Maka di
triwulan II harapan kita akan mulai
normal dan akan ada kenaikan
dibandingkan Triwulan lalu.Kalau
belanja ada kenaikan di triwulan
II maka harapannya ini yang
akan membantu mempercepat
pertumbuhan ekonomi di triwulan
II,dengan didukung oleh belanja
pemerintah.Jumlah belanja
pemerintah memang meningkat
signifikan di 2015 ini dibanding
dengan 2014.
Terkait dengan belanja modal,
bagaimana Anda melihat kenyataan
bahwa realisasi belanja modal selalu
lebih rendah dibandingkan belanja
yang lain?
Tantangan belanja modal lebih
tidak mudah dibanding belanja yang
lain.Ada beberapa tantangan yang
pada umumnya dihadapi dalam
belanja modal,misalnya tantangan
yang berhubungan dengan tanah.
Kemudian belanja modal juga
bisa terhambat proses lelang oleh
karena jumlahnya yang signifikan.
Dan ketiga,belanja modal juga bisa
terkendala karena kadang-kadang
komponennya berasal dari pinjaman
luar negeri.Dalam hal ini,jika
Kementerian/Lembaga tidak dapat
memenuhi persyaratan maka ini bisa
menghambat penyerapannya.
Apakah polanya memang selalu
lebih rendah?
Saya melihat memang belanja
modal selama ini realisasinya di
bawah 90 persen setiap tahun.
Saya tidak tau apakah tahun ini
akan lebih tinggi,tapi tentunya
kita berharap ke sana.Namun
yang sebenarnya kita arahkan
bukan hanya belanja modal,
tetapi belanja infrastruktur.
Sebab modal ini hanya salah
satu part saja daripada belanja
infrastruktur.Belanja modal hanya
direalisasi pemerintah pusat,tapi
ada dari transfer ke daerah untuk
belanja infrastruktur.Nah,hal
inilah yang kita akan lihat secara
komprehensif,di mana bahwa
belanja infrastruktur tahun 2015
jauh meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya.
Kemudian terkait dengan kualitas
belanja pemerintah,apa yang telah
dilakukan Kementerian Keuangan
agar belanja pemerintah yang
berkualitas?
Kita telah mendorong
pemangkasan belanja,dari belanja
subsidi ke belanja non subsidi.Itu
sudah nyata,kita bisa menghemat
subsidi energi sekitar Rp250 triliun
yang kita arahkan ke belanja yang
produktif.Ini tentunya sangat positif
menuju kualitas anggaran.Sebab
kita tahu dengan memangkas
belanja subsidi ke sektor produktif
itu,maka tujuan pemerintah untuk
memacu pertumbuhan ekonomi,
mengurangi pengangguran dan
mengurangi kemiskinan bisa dicapai.
Tapi jika kita masih memakai pola
yang lama,maka pencapaian tiga
target ini tidak optimal.
Kemudian yang kedua,perihal
kualitas anggaran ini kita sudah
mengarahkan belanja ke basis
output.Kalau dulu hanya input.Kita
sekarang sudah mengarahkan ke
basis output.Jadi setiap uang,setiap
program,outputnya apa? Termasuk
kalau bisa kita ingin tau apa
outcomenya.Kita tentu tidak mau
wawancara
25. media keuangan negara | edisi juli 2015
25
hanya belanja-belanja saja tanpa
terlihat hasilnya.
Dua hal ini yang coba kita
lakukan yang memang nyata secara
nasional.Ini kita arahkan agar
belanja Kementerian/Lembaga lebih
akuntabel dan lebih transparan.
Lalu,strategi seperti apa yang telah
disiapkan Kementerian Keuangan
agar terjadi percepatan serapan
anggaran?
Tadi sudah saya jelaskan
bahwa dengan kondisi itu aktual
bahwa hampir semua DIPA sudah
diselesaikan,maka Kementerian/
Lembaga sudah dipastikan segera
merealisasikan belanjanya.Langkah
lain yang dilakukan pemerintah
adalah membuat TEPRA (Tim
Evaluasi dan Pengawasan Realisasi
Anggaran).Tim ini diketuai oleh
Wakil Menkeu dengan didukung
oleh Kepala BPKP,Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) untuk pengadaan
barang dan jasanya,beberapa
Eselon I di Kementerian Keuangan,
Kementerian PPN/Bappenas dan Staf
Kepresidenan.
Tujuannya?
Paling tidak ada tiga hal yang
harus dilakukan oleh TEPRA,antara
lain:(1) mereka melihat kondisi
aktual,yaitu bagaimana kondisi
aktual penyerapan anggaran,(2) tim
ini akan melihat estimasi ke depan,
bagaimana realisasinya,(3) melihat
adakah kendala penyerapan realisasi
anggaran,baik kendala saat ini
maupun ke depan.
Kendala-kendala inilah yang
nanti akan di-follow up oleh tim
untuk kemudian ditindaklanjuti.
Misalnya masalah DIPA,maka apa
yang harus kita bantu.Kemudian
masalah pengadaan apa yang harus
dibantu LKPP,masalah audit apa
yang harus dibantu BPKP.Sehingga
tim ini akan efektif untuk memantau
kemudian mengantisipasi jika harus
ada yang diselesaikan oleh masing-
masing stakeholder.
Apa fokus dan target tim ini?
Menteri Keuangan sudah
mengarahkan tim Tepra bisa fokus
ke Kementerian dan Lembaga yang
besar anggarannya.Jadi,tim ini
difokuskan untuk lebih meyakinkan
realisasi belanja di Kementerian
PU-Pera,Kementerian Perhubungan,
Kementerian Pertanian dan lainnya.
Sebab kita tahu bahwa ini memiliki
dampak ekonomi yang luas.
Sehingga tim ini akan lebih efektif
dan efisien.
Selain membentukTepra,apakah
terdapat langkah lain?
Kita akan terus melakukan
monitoring.Hal ini sudah
kami lakukan sejak tahun lalu,
yaitu monitoring dan evaluasi
tiga bulanan.Di sini pun kita
bisa mengingatkan kalau ada
hambatan-hambatan bisa
langsung dikomunikasikan
dengan Kementerian/Lembaga
yang bersangkutan.Apa yang
harus dibantu dan apa yang harus
dikerjakan oleh stakeholder.
Apa harapan Anda harapan terkait
realisasi anggaran pada tahun 2015
ini?
Harapan kita mudah-mudahan
mulai bulan Mei ini belanja akan
lebih cepat.Dan memang kami
lihat polanya sudah nyata.Tren
kenaikan belanja memang nyata
sampai dengan bulan Maret belanja
Kementerian/Lembaga masih sekitar
Rp30 triliun tapi di bulan April sudah
sekitar Rp39 triliun.Dan di bulan Mei
ini perkiraan kita sudah di atas Rp40
triliun.Memang trennya naik,tinggal
tingkat kecepatannya saja.
Saya mencatat Kementerian PU-
Pera sudah tunjukkan nyata bahwa
belanja infrastrukturnya di bulan
Mei sudah jauh melonjak dibanding
bulan April.Inilah yang terus kita
dorong,dan mudah-mudahan mulai
Mei ini belanja mulai aktif sehingga
akan membantu pertumbuhan
ekonomi kita di triwulan II dan
berikutnya.Dan mudah-mudahan
apa yang telah dilakukan di 2015 ini
menjadi basis pijakan kita di 2016.[]
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Askolani,SE.MA
Jabatan : Direktur Jenderal Anggaran Direktorat Jenderal
Anggaran,Kementerian Keuangan
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang,11 Juni 1966
Agama : Islam
Status/Jumlah Anak : Kawin/2
Alamat email : askolani@depkeu.go.id dan askolan@hotmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
A. Pendidikan Formal :
1. Strata I Ekonomi-Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan-Univ.Sriwijaya
Palembang (1990)
2. Strata II Master of Art-Economics-Univ.of Colorado at Denver,USA (1999)
B. Pendidikan Lainnya (Pelatihan/Lokakarya/Seminar) :
1. Dalam Negeri
a. Interest Rate Markets & Risk Management-AUSAID-2003
b. Introduction to Financial Markets in Indonesia-AUSAID-Jakarta-2002
c. Indonesia’s Fiscal Sustainability and its Implication on Monetary-JICA-BI-2001
d. Balance of Payments-CIDA-Bappenas-2000
2. Luar Negeri
a. The Oxford High Performance Leadership Programme-Said Business School,
University of Oxford,London-2012
b. Developing Cluster & National Competitiveness-Lee Kwan Yew School of
Public Policy,Singapore-2008
c. Health Sector Reform & Sustainable Financing-World Bank,USA-2007
d. Macroeconomic Management & Fiscal Issues-IMF,Singapore-2004
e. Course on Public Finance-IMF,USA-2001
f. Economics Institute Short Course-Economic Institute,USA-1998
wawancara
26. media keuangan negara | edisi juli 2015
26
D
alam laporannya yang
berjudul Indonesia:Avoiding
TheTrap (2014),ekonom Bank
Dunia Ndiame Diop menyebutkan
Indonesia kehilangan potensi
pertumbuhan ekonomi hampir
1 persen setiap tahun selama
satu dekade terakhir.Hal tersebut
dikarenakan alokasi belanja
infrastruktur yang kurang memadai
(infrastructure gap).
Kenyataannya memang
demikian.Rata-rata anggaran
infrastruktur yang telah dialokasikan
MENGUKUR BELANJA INFRASTRUKTUR
APBN/APBD selama ini masih kurang
dari 4 persen PDB.Padahal,standar
minimal alokasi yang mendukung
pencapaian target pertumbuhan
ekonomi suatu negara berkisar di
angka 5 persen PDB.
Mari kita tengok alokasi belanja
infrastruktur selama empat tahun
terakhir.Pada tahun 2011 misalnya,
anggaran infrastruktur sebesar
Rp114,2 triliun,lebih rendah
dibanding belanja subsidi energi
yang mencapai Rp255,6 triliun.
Demikian untuk tahun 2012,belanja
subsidi mencapai Rp306,5 triliun,
sementara belanja infrastruktur
hanya Rp145,5 triliun.Sementara
itu,untuk tahun 2013 belanja
infrastruktur sedikit mengalami
kenaikan yaitu sebesar Ro155,9
triliun,namun belanja subsidi lebih
membengkak sebesar Rp310 triliun.
Untuk tahun 2014,proporsi belanja
infrastruktur dan belanja subsidi
masih timpang; belanja infrastruktur
sebesar Rp177,9 triliun dan belanja
subsidi mencapai Rp350,3 triliun.
Memasuki pemerintahan baru,
27. media keuangan negara | edisi juli 2015
27
dengan terbitnya Peraturan Presiden
RI Nomor 38 Tahun 2015 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur,yang ditandatangani
Presiden Jokowi pada 20 Maret 2015.
Terbitnya Perpres tersebut
menjadi angin segar bagi badan
usaha,baik itu BUMN,BUMD,
maupun swasta,untuk melakukan
kemitraan atau kerjasama dalam
penyediaan infrastruktur melalui
Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha (KPBU) sesuai dengan isi
Perpres yang dimaksud.
Bahkan,pemerintah saat ini
sedang menyiapkan aturan baru
melalui Instruksi Presiden (Inpres)
untuk perlindungan kepada
pejabat negara bidang infrastruktur
dari tindakan kriminalisasi.“Agar
para pejabat di kementerian atau
lembaga yang berkaitan dengan
bidang infrastruktur merasa aman
untuk mengambil kebijakan
yang mendukung percepatan
pembangunan infrastruktur,”
jelas Deputi Sarana dan Prasarana
Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/
Bappenas Dedy
S.Priatna,di
Jakarta,Jum’at
(29/5/2015).
Berbekal
itu,kementerian/
lembaga yang
melaksanakan
anggaran
infrastruktur
sebenarnya tidak perlu
was-was,sehingga
diharapkan dapat
fokus mempercepat
rencana dan program
pembangunan infrastruktur
yang dicanangkan
pemerintah.
Mulai bekerja
Anggaran infrastruktur
sebesar Rp298,3 triliun
sebagian besar dialokasikan di
Kementerian Pekerjaan Umum
Presiden Joko Widodo merangkum
visi dan misinya“Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong,”
mulai memikirkan cara untuk
meningkatkan alokasi
anggaran bagi pembangunan
infrastruktur.Alhasil,anggaran
infrastruktur dalam APBN-P
2015 melonjak tajam
menjadi Rp298,3 triliun
atau naik sekitar 63,2
persen.Mengingat
besarnya belanja infrastruktur
tersebut,dalam Sidang Kabinet
Paripurna tanggal 24 Desember
2014,Presiden Jokowi menegaskan
pemerintah di tahun 2015 akan
berfokus pada pembangunan
infrastruktur dan pangan.
Percepatan infrastruktur ini
makin urgent mengingat laporan
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2014 menyebutkan 5 provinsi yang
menjadi penyumbang PDB nasional
terbesar yaitu Provinsi DKI Jakarta
(16,72%),Jawa Timur (15,06%),Jawa
Barat (14,23%),Jawa Tengah (8,42%)
serta Provinsi Riau 6,87%,ternyata
membutuhkan perbaikan kondisi
infrastruktur yang cukup masif
di masing-masing daerah,demi
menjaga kualitas dari pertumbuhan
ekonomi nasional.
Tak Perlu Khawatir
Dalam perkembangannya,
keseriusan pemerintah untuk
mempercepat pembangunan
infrastruktur
ditandai
Bali Mandara Toll Road,Proyek PT.Waskita Karya (Persero) Tbk.
Sumber:Sekretariat Kabinet Republik Indonesia
28. media keuangan negara | edisi juli 2015
28
dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan
Kementerian Perhubungan.Total
anggaran kontraktual Kementerian
PU-Pera 2015 untuk pembangunan
infrastruktur mencapai Rp94,57
triliun.Dari jumlah tersebut,sekitar
Rp9 triliun dimanfaatkan untuk
kontrak multiyears dan selebihnya
untuk membiayai 14.500 paket
pekerjaan sepanjang tahun ini.
“Sampai saat ini dana yang telah
terkontrak sebanyak Rp50,6 triliun,
yang sedang dalam proses lelang
Rp20 triliun dan persiapan untuk
pengumuman lelang selanjutnya
Rp15 triliun.Akhir Juni diprediksi
(belanja modal) bisa 15 persen
terserap,”ujar Menteri PUPR,Basuki
Hadimuljono,di Jakarta (22/5/2015).
Tercatat hingga 18 Mei 2015,
Kementerian PUPR mengklaim
telah menyerap anggaran sebesar
Rp6,9 triliun atau 5,85 persen dari
total pagu Kementerian yang
senilai Rp118,5 triliun.Berbagai
program prioritas yang didanai
oleh Kementerian PUPR adalah
pembangunan jalan dan jembatan,
waduk dan irigasi,penyediaan
kebutuhan air minum dan sanitasi,
perumahan untuk MBR,pengentasan
pemukiman kumuh,penyediaan
bibit dan pupuk.
Kementerian PUPR menargetkan
penyerapan anggaran belanja 2015
dapat tercapai 94%,atau Rp110
triliun dari total anggaran Rp118,5
triliun.Target tersebut dapat
direalisasikan melalui sejumlah
langkah percepatan pengadaan
proyek.“Akhir tahun kami optimistis
94 persen,atau sekitar Rp110
triliun.Tidak mungkin terserap
semua 100 persen,karena ada
sisa tender maupun administrasi,”
katanya dalam rilis yang diterima
Media Keuangan Negara,Jumat
(22/5/2015).
Sementara itu,Kementerian
Perhubungan yang mendapatkan
anggaran sebesar Rp52,5 triliun
untuk pembangunan infrastruktur
optimis tengah tahun 2015 ini
akan terjadi percepatan serapan,
kira-kira 30 persen dari total pagu.
Seperti diketahui,serapan anggaran
di Kementerian Perhubungan
terhitung sejak akhir Maret 2015
baru mencapai sekitar 10 persen.
“Biasa terjadi di awal tahun,”kata
Menteri Perhubungan Ignasius
Jonan,Kamis (23/4/2015).
Menurut mantan Direktur
Utama PT KAI tersebut,rencana
induk untuk pembangunan itu wajib
ada,misalnya bangun bandara,
kereta api,ataupun pelabuhan laut.
“Pembangunan juga perlu membuat
amdal (analisis dampak lingkungan)
karena kalau tidak kedua hal itu
bisa berdampak pada hukum,”ucap
Jonan.
Karena itu,untuk mempercepat
penyerapan anggaran tahun ini,
Kemenhub sudah menyiapkan
sejumlah strategi khusus.Jonan
menyebutkan,sembari menuntaskan
sejumlah rencana induk dan
amdal pembangunan infrastruktur,
pihaknya juga tetap melakukan
pengadaan barang maupun jasa,
baik melalui Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) maupun melalui mekanisme
tender.
Sebelumnya,Kementerian
Perhubungan merinci ada 10
proyek terkait transportasi laut,
delapan proyek transportasi darat,
enam proyek transportasi udara,
dan lima proyek perkeretaapian.
Keseluruhan proyek ini dikerjakan
dengan menggunakan anggaran
kementerian tahun ini.
Di sektor transportasi laut,kata
Jonan,kementerian akan menambah
armada kapal dan membangun
pelabuhan.“Dari 170 pelabuhan
yang kami rombak,ada 8 dan 10
merupakan pelabuhan baru yang
akan kami bangun tahun ini,”jelas
Jonan,Senin (21/4/2015).
Untuk pembenahan sektor
transportasi darat,Jonan akan
melakukan perbaikan menyeluruh
pada infrastruktur terminal bus
dan juga penyeberangan antar
pulau.Standar pelayanan minimal
transportasi darat akan dibuat lebih
baik,mencontoh stasiun-stasiun
kereta di Jakarta saat ini.
Pembenahan transportasi udara
akan dilakukan dengan membangun
bandar udara di daerah-daerah yang
sulit diakses dan rawan bencana.
Landasan pacu di beberapa bandar
udara juga akan diperpanjang,agar
bisa disinggahi pesawat besar.
Sedangkan untuk sektor
transportasi kereta api,Jonan
berjanji untuk tetap melanjutkan
pembangunan rel di pulau selain
Jawa seperti jalur kereta api
Makassar Pare-Pare sebagai bagian
29. media keuangan negara | edisi juli 2015
29
dari jaringan kereta api Sulawesi.
Tekad pemerintah dalam
mempercepat pembangunan
infrastruktur patut didukung,
ditambah dua kementerian dengan
pagu terbesar telah menyatakan
komitmen dan kesiapannya.
Namun yang membuat gundah
ialah,pembiayaan proyek-proyek
infrastruktur tersebut direncanakan
berasal dari penerimaan pajak
yang dipatok sedemikian tinggi.
Sementara,sejauh ini pemerintah-
Direktorat Jenderal pajak-nampak
tergopoh-gopoh mengejar target
penerimaan pajak.
Dua Skema
Faktanya memang demikian.
Pada kuartal I-2015,realisasi
penerimaan pajak baru mencapai
Rp198,88 triliun.Penerimaan pajak
tersebut lebih rendah dibanding
periode sama tahun lalu yang
sanggup mencapai Rp210,05
triliun.Dalam APBN-P 2015,target
pendapatan pajak dipatok Rp1.489,3
triliun,melonjak 19,5 persen
dibandingkan di APBN-P 2014.
Dari lonjakan penerimaan pajak
inilah belanja negara yang terlanjur
dipatok tinggi semula akan dibiayai.
“Pendapatan pajak otomatis
juga harus didongkrak,”jelas Peneliti
Pusat Kajian Keuangan Negara,
Megel Jekson,Jum’at
(29/5/2015).
Walaupun dana
subsidi energi telah
berkurang drastis,
namun anggaran
negara tidak cukup
membiayai proyek-
proyek infrastruktur
yang direncanakan,
termasuk kebutuhan
adanya tambahan
dana untuk menyuntik
tambahan modal ke
sejumlah BUMN.Nilai
PMN untuk BUMN
yang terkait langsung
dengan sektor
infrastruktur mencapai
Rp64 triliun.
Menyikapi rendahnya
penerimaan pajak ini,Kementerian
Keuangan dan Direktorat
Jenderal Pajak beralibi rendahnya
penerimaan negara sudah
merupakan siklus tahunan.Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro
mengakui belum sesuai ekspektasi.
Rendahnya realisasi penerimaan
pajak karena faktor kepatuhan
masyarakat yang juga rendah.
Untuk mengejar target
pendapatan negara,sejauh
ini pemerintah sedang
mempertimbangkan dua skema.
Skema pertama ialah menerima
tawaran utang dari Bank Dunia.
Dalam kunjungannya ke Indonesia
pada 20 Mei lalu,Presiden Bank
Dunia Jim Yong Kim menawarkan
dukungan berupa pinjaman hingga
US11 miliar atau setara dengan
Rp144,85 triliun untuk pendanaan
baru selama tiga sampai empat
tahun ke depan bagi Indonesia.
Untuk skema utang ini,sejauh
ini Presiden Joko Widodo belum
mengambil sikap.Namun Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro
memberi isyarat Indonesia akan
menerima tawaran tersebut.
“Pinjaman tersebut memiliki bunga
yang relatif rendah dan hanya
akan dialokasikan sesuai dengan
kebutuhan,”tegas Bambang di
Kantor Kementerian Keuangan,
Kamis (21/5/2015).
Pada kesempatan berbeda,
Bambang mengakui pemerintah
sedang mengalami defisit anggaran,
dan mempertimbangkan tawaran
utang.“Kalau tidak mau nambah
beban maka defisit anggaran harus
dikurangi dan penerimaan pajak
harus ditambah.Tapi,kondisinya
belum memungkinkan.Kita
masih harus utang kalau untuk
pembangunan infrastruktur yang
besar,”jelas Bambang,Minggu
(24/5/2015).
Sedangkan opsi kedua ialah
memberlakukan program tax
amnesty atau pengampunan
perpajakan.Untuk skema
ini,Direktorat Jenderal Pajak
menghitung tambahan pemasukan
negara sebesar Rp100 triliun jika
program ini bisa diberlakukan
selama tiga bulan.Direktur Jenderal
Pajak Sigit Priadi Pramudito
menyatakan potensi Rp100 triliun
tersebut didapat dari orang-orang
kaya yang selama ini diketahui
menyimpan uangnya di luar negeri.
Sigit menambahkan,kebijakan
tax amnesty yang dijalankan
pemerintah meliputi penghapusan
tunggakan pokok pajak,sanksi
administrasi,dan atau pidana pajak
atas ketidakpatuhan yang telah
dilakukan oleh wajib pajak di masa
lalu.“Tujuan akhirnya adalah demi
peningkatan kepatuhan wajib
pajak di masa yang akan datang,”
tegas Sigit di kantor Kementerian
Keuangan,Kamis (21/5/2015).
Pembangunan infrastruktur
yang berkualitas memang menjadi
dambaan bersama.Sebab,
infrastruktur dapat menopang
perikehidupan perekonomian yang
berkelanjutan,guna mewujudkan
kesejahteraan.Kendati demikian,
sangat bijak bila pemerintah juga
memperhatikan sisi penerimaan
agar tidak terjadi defisit
berkelanjutan yang membuka
peluang terhadap jebakan utang.[]
Menteri Keuangan,Bambang Brodjonegoro
30. media keuangan negara | edisi juli 2015
30
P
emerintah telah menetapkan
10 proyek infrastruktur
quickwins atau prioritas yang
pembangunannya harus dimulai
tahun ini.
Berdasarkan data resmi
Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN/Bappenas),secara
kumulatif nilai investasi dari 10
proyek ini lebih dari Rp220 triliun.
Mayoritas dari 10 proyek ini juga
menggunakan skema pendanaan
Kerja Sama Pemerintah dan Badan
Usaha (KPBU).
PEMERINTAH TETAPKAN PRIORITAS
PROYEK INFRASTRUKTUR
TAHUN 2015
Deputi Sarana dan Prasarana
Kementerian PPN/Bappenas Dedy
S.Priatna mengatakan pencapaian
proses dari pembangunan 10
proyek infrastruktur ini akan
dirapatkan setiap dua pekan sekali,
dan dipimpin langsung oleh Wakil
Presiden Jusuf Kalla.
“Kenapa disebut quickwins,
karena 10 proyek ini adalah proyek
prioritas yang hasil dan manfaatnya
nya akan cepat,kita estimasikan
paling lama pembangunan 10
proyek ini lima tahun,artinya semua
selesai dalam periode pemerintahan
ini,”kata Dedy dalam keterangan
persnya,Minggu (31/5/2015).
Pemerintah juga telah
membentuk fokus grup,yang
anggotanya berasal dari berbagai
instansi seperti Kementerian PPN/
Bappenas,Kantor Staf Kepresidenan,
Badan Pengawasan Keuangan,dan
Pembangunan serta Sekretariat
Kabinet.
Dedy mengatakan 10 proyek ini
merupakan sarana dan prasarana
penting untuk menumbuhkan
berbagai sektor perekonomian.
Mayoritas dari 10 proyek ini adalah
proyek infrastruktur untuk menjamin
ketersediaaan energi,konektivitas,
Gedung Kementerian Keuangan RI /Aprilia
31. media keuangan negara | edisi juli 2015
31
Berikut rincian 10 proyek quickwins
tersebut:
1. Proyek pertama adalah pembangunan Kilang
Minyak Bontang dengan kapasitas minimum
235 ribu per hari senilai Rp60 triliun. Status lahan
untuk proyek ini telah dinyatakan siap. Pendanaan
proyek ini menggunakan skema Kerja Sama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Lelang
untuk penunjukkan KPBU ditargetkan selesai pada
Desember 2015.
2. Proyek kedua adalah Pengelolaan Air Minum
Semarang Barat dengan nilai investasi Rp765 miliar.
Lelang proyek ini akan dilakukan Pemkot Semarang
dengan target waktu pekan ketiga Juni 2015.
3. Proyek ketiga adalah Jalan Tol Balikpapan-
Samarinda dengan investasi Rp11,4 triliun.
Pembebasan lahan untuk proyek ini sudah 86
persen. Lelang untuk skema KPBU proyek ini
ditargetkan September 2015.
4. Proyek keempat adalah revitalisasi tiga bandara
berskala kecil dan menengah. Tiga bandara ini
merupakan proyek percontohan dari rencana
pengembangan 10 bandara. Revitalisasi tiga
bandara ini berlokasi di Bandara Raden Inten II,
Lampung, Bandara Mutiara, Palu dan Bandara
Labuan Bajo, Komodo. Pemerintah pada awal
Juni akan memastikan tiga proyek ini akan
menggunakan skema KPBU atau membentuk
Badan Layanan Umum.
5. Proyek kelima adalah transmisi listrik ‘High Voltage
Direct Current’(HVDC) Interkoneksi Sumatera Jawa
(ISJ) dengan nilai investasi Rp20 triliun. Finalisasi
pengadaan lahan ditargetkan pada kuartal III 2015.
6. Proyek keenam adalah Empat ruas jalan tol
Sumatera yakni Medan-Binjai, Palembang-
Indralaya, Pekanbaru-Dumai, dan Bekauheni-
Tebanggi Besar. Nilai investasi empat ruas ini
mencapai Rp30 triliun.Pemerintah telah menyusun
Perpres Nomor 100/2014 untuk pengerjaan empat
ruas tambahan yakni Tebanggi Besar-Pematan
Panggang, Pematang Panggang-Kayu Agung,
Palembang-Tanjung Api-Api dan Kisaran-Tebing
Tinggi oleh PT Hutama Karya. Total pelaksanaan
proyek delapan ruas ditargetkan Juni 2015.
7. Proyek ketujuh adalah pembangunan Proyek
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah
senilai Rp40 triliun dengan kapasitas 2.000 MW.
Pembebasan lahan untuk proyek ini belum 100
persen. Segala hambatan dalam proyek ini, seperti
pembebasan lahan dan penetapan revisi izin
lingkungan ditargetkan selesai awal Juni 2015.
8. Proyek kedelapan adalah kereta api ekspress
Bandara Soekarno Hatta dengan nilai investasi
Rp24 triliun. Pemerintah menargetkan pada awal
Juni sudah melakukan penetapan teknologi dan
peralihan tanah BMN pengadaan lahan publik.
9. Proyek kesembilan adalah moda Kereta Api
Kalimantan Timur untuk pengangkutan barang.
Proyek ini sudah diminati serius oleh investor
Rusia. Nilai investasi untuk proyek ini diperkirakan
mencapai USD3,5 miliar atau sekitar Rp4,5 triliun.
Namun, saat ini masih terjadi perundingan
antara investor tersebut dengan Kementerian
Perhubungan mengenai status kereta api tersebut
apakah kereta api khusus atau kereta api umum.
Penentuan status kereta api ini beserta payung
hukumnya ditargetkan pada awal Juni 2015.
10. Proyek kesepuluh adalah transmisi listrik di
Sumatera sebesar 500 kv senilai Rp35 triliun.
Transmisi ini dibutuhkan untuk mengalirkan
listrik dari PLTU Sumatera Selatan ke wilayah utara
Sumatera. Awalnya proyek ini akan dikerjakan
melalui penunjukkan langsung kepada lima BUMN.
Namun, karena belum adanya landasan hukum
mengenai penunjukkan langsung itu, akhirnya
diputuskan menggunakan lelang dengan target
Agustus 2015.[]
dan juga kesehatan.
Lebih lagi,enam dari 10 proyek
ini berlokasi di luar Pulau Jawa.
Dia mengatakan pemerintah
mengupayakan desentralisasi
pertumbuhan ekonomi,dengan
menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan baru di luar Jawa.
“Hingga 2019 kita targetkan,
kontribusi luar Jawa bisa 45 persen
terhadap terhadap Produk Bruto
Nasional dari sekarang yang 42
persen.Jawa sekarang 58 persen,
menjadi 55 persen,”ucap dia.
Proyek listrik dan konektivitas
dari proyek quickwins ini diharapkan
dapat membantu pengembangan
kawasan industri pengolahan di luar
Jawa dan menambah produktivitas
dengan membuka ratusan ribu
lapangan kerja baru.
Di kesempatan terpisah,Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian
Sofyan Djalil mengatakan fokus grup
percepatan infrastruktur ini juga
akan memberikan fleksibilitas dalam
perubahan regulasi.
“Seperti proyek kereta barang
di Kalimantan Timur,bisa saja ada
perubahan Peraturan Pemerintah
mengenai ketentuan kereta umum
dan kereta khusus.Hal penting
yang ditekankan adalah realisasi
pembangunan infrastruktur itu,”
ujarnya.[]
32. media keuangan negara | edisi juli 2015
32
Demi mendorong investor
menanamkan modal di Indonesia,
Pemerintah memberikan insentif fiscal
berupa keringanan pajak (tax allowance).
Untuk itu,Pemerintah menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
89/PMK.010/2015 tentang Tata Cara
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan
untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang
Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah
Tertentu serta Pengalihan Aktiva dan
Sanksi bagi Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri yang diberikan Fasilitas Pajak
Penghasilan.
Aturan yang ditandatangani Menteri
Keuangan pada 4 Mei lalu ini merupakan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 18 tahun 2015 tentang Penanaman
Modal.Selanjutnya,sejak aturan ini
berlaku efektif pada 6 Mei 2015,otomatis
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 144/
PMK.011/2012 tentang Pemberian Fasilitas
Pajak Penghasilan untuk Penanaman
Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerahdaerah Tertentu,sudah
tidak berlaku.
Pengurangan PPh sampai Kompensasi
Kerugian Insentif fiskal diberikan kepada
perusahaan yang melakukan penanaman
modal,baik penanaman modal baru
maupun perluasan dari usaha yang telah
ada pada bidang usaha tertentu.Bidang
usaha tersebut antara lain pengusahaan
hutan jati dan pengusahaan panas bumi,
serta bidang usaha dan daerah tertentu
(bidang usaha pertanian tanaman jagung
dengan cakupan produk benih dan budi
daya jagung di daerah Gorontalo dan
Lampung).
Adapun jenis fasilitas yang diberikan
kepada investor meliputi empat hal.
Pertama,pengurangan penghasilan neto
sebesar 30 persen dari jumlah investasi
selama 6 tahun,masing-masing sebesar
5 persen per tahun yang dihitung sejak
saat mulai berproduksi secara komersial.
Kedua,penyusutan atas aktiva berwujud
dan amortisasi yang dipercepat atas
aktiva tak berwujud dalam penanaman
modal baru dan atau perluasan usaha.
Ketiga,pengenaan PPh atas dividen yang
dibayarkan kepada subjek pajak luar
Review PMK
Nomor 89/
PMK.010/2015
tentang Tata
Cara Pemberian
Fasilitas Pajak
Penghasilan
untuk Penanaman
Modal di Bidang-
Bidang Usaha
Tertentu dan/
atau di Daerah-
Daerah Tertentu
serta Pengalihan
Aktiva dan
Sanksi bagi Wajib
Pajak Badan
Dalam Negeri
yang Diberikan
Fasilitas Pajak
Penghasilan.
regulasi
KERINGANAN PAJAK UNTUK INVESTOR
foto Ilustrasi
33. media keuangan negara | edisi juli 2015
33
negeri sebesar 10 persen.Keempat,
kompensasi kerugian antara 5
sampai 10 tahun.
Tambahan kompensasi kerugian
selama 1 sampai 2 tahun diberikan
antara lain apabila penanaman
modal baru dilakukan di kawasan
industri dan/atau kawasan berikat,
mengeluarkan biaya infrastruktur
ekonomi atau social di lokasi usaha
minimal Rp10 miliar.
Tambahan kompensasi juga
diberikan bila menyerap tenaga
kerja yang besar atau memiliki
kandungan lokal yang tinggi,
mengeluarkan biaya penelitian dan
pengembangan di dalam negeri
untuk pengembangan atau efisiensi
produk,serta penjualan produk di
ekspor minimal sebesar 30 persen.
PROSES PENGAJUAN TIDAK
BERBELIT
Untuk mendapatkan fasilitas
Pajak Penghasilan (PPh) tax
allowance,Wajib Pajak harus
mengajukan permohonan tertulis
kepada Direktur Jenderal Pajak,
paling lambat 30 hari setelah
berakhirnya tahun pajak produksi
secara komersial.
Setelah itu,proses selanjutnya
yakni pemeriksaan lapangan
dan verifikasi untuk memastikan
investasi sesuai dengan pengajuan
fasilitas termasuk terhadap
pencatatan aset,Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI),
cakupan produk,dan persyaratan
lainnya.
Kemudian,Dirjen Pajak
beserta Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM),dan
Staf Ahli Menteri Keuangan yang
mempunyai tugas memberikan
telaahan mengenai masalah di
bidang penerimaan negara dan atau
pejabat yang ditunjuk melakukan
pembahasan trilateral.
Barulah sesudah pembahasan
itu,keputusan pemberian atau
penolakan fasilitas ditetapkan oleh
Dirjen Pajak atas nama Menteri
Keuangan.
SALAH GUNAKAN FASILITAS,
DIKENAKAN SANKSI
Pengenaan sanksi diberikan
berdasarkan hasil audit oleh
Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen
Pajak) bagi pelaku usaha yang
melanggar ketentuan keringanan
perpajakan.Sebelumnya,Ditjen
Pajak akan melakukan pemeriksaan
pada data yang dilaporkan wajib
pajak berupa jumlah realisasi
penanaman modal,jumlah realisasi
produksi,dan rincian aktiva tetap.
Selanjutnya,fokus audit
Ditjen Pajak menyasar pada waktu
penjualan perdana hasil produksi
serta memastikan kesesuaian
jumlah modal yang ditanam dengan
rencana investasi yang tertulis dalam
surat permohonan.
Apabila dalam hasil
pemeriksaan lapangan ditemukan
ketidaksesuaian antara penjualan
hasil produksi di pasaran dengan
bidang usaha,KBLI,cakupan
produk,serta persyaratan lainnya
maka akan diberikan tindakan.
Tindakan tersebut berupa
penolakan permohonan
penetapan saat mulai
berproduksi secara komersial,
pencabutan keputusan
persetujuan pemberian
fasilitas,atau pengenaan
sanksi perpajakan pada Wajib
Pajak.Sanksi yang diberikan
dapat berupa pencabutan
pemberian dan tidak dapat
lagi diberikan fasilitas PPh.
PENUTUP
Selain sebagai
sumber pendapatan
negara (fungsi
budgetair),pajak
juga memiliki
fungsi mengatur
(regulerend),
yaitu mengatur
pertumbuhan
ekonomi melalui
kebijaksanaan
pajak.Pemberian fasilitas pajak
merupakan salah satu cara agar
investor bersedia menanamkan
modalnya di Indonesia.Semakin
banyak fasilitas fiskal yang diberikan,
semakin menarik suatu negara
sebagai tujuan investasi.
Pemberian fasilitas fiskal ini
juga sejalan dengan program
pemerintah yang menjadikan tahun
2015 sebagai tahun pembinaan
pajak sehingga diharapkan
dapat dimanfaatkan secara
luas oleh pengusaha.Terakhir,
bagi perusahaan yang ingin
mendapatkan tax allowance,harus
mempersiapkan persyaratannya
secara lengkap,termasuk secara
proaktif melakukan pendataan
dan penertiban para pekerjanya.
Hal tersebut juga diatur dalam
PMK ini,bahwa perusahaan harus
memastikan tenaga kerjanya
terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang
Pribadi sebagai syarat memperoleh
fasilitas tersebut.[Sumber:Kementerian
Keuangan,Budi Sulistyo]
regulasi
34. media keuangan negara | edisi juli 2015
34
ini menjadi tantangan tersendiri
bagi penyerapan anggaran di
Kementerian Perhubungan.Jonan
menyebutkan 10 hingga 20 persen
pembangunan infrastruktur
transportasi Kementerian
Perhubungan sulit terlaksana karena
ketidaksiapan dari sisi amdal.
“Master plan itu wajib,misalnya
untuk bandara,jalur kereta api,
pelabuhan laut,penyeberangan,
proses pengadaannya jalan.Pada
saat harus mulai harus selesai,”
katanya.
Untuk amdal sendiri,menurut
Jonan risikonya terlalu tinggi jika
dipaksakan membangun suatu
proyek tanpa amdal,karena akan
berdampak hukum di kemudian hari.
Strategi lain yang dijalankan
Kementerian Perhubungan ialah
melalui pembenahan di sektor
prosedur internal.Misalnya
pemberlakuan review proyek tidak
lagi dilakukan pihak eksternal,tetapi
dengan memanfaatkan sumber daya
di lingkup internal.
“Review dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Kemenhub.Dan sejauh
ini belum ada rencana proyek yang
dibatalkan Kemenhub,”ujar Jonan
menjelaskan.[]
A
nggaran infrastruktur dalam
APBN-P 2015 mengalami
kenaikan cukup signifikan,
yaitu sebesar Rp298,3 triliun atau
naik 63,2 persen dari anggaran
tahun sebelumnya.Dua kementerian
yang mendapatkan alokasi terbesar
yaitu Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat sebesar
Rp118 triliun dan Kementerian
Perhubungan sebesar Rp64,9 triliun.
Sampai triwulan I-2015,realiasi
penyerapan anggaran infrastruktur
di dua kementerian tersebut
masih tergolong rendah.Khusus di
Kementerian Perhubungan,realisasi
penyerapan pada triwulan I-2015
sebesar 2,81 persen atau sekitar
Rp1,2 triliun.
Menteri Perhubungan Ignasius
Jonan mengatakan,salah satu
penyebabnya ialah dipercepatnya
pengesahan APBN-P 2015.“DIPA
APBN 2015 baru turun Februari dan
DIPA APBN-P 2015 baru turun April.
Nanti kalau sudah setengah tahun,
penyerapannya kira-kira 30 persen,”
jelas Menteri Jonan di Jakarta,Kamis
(23/4/2015).
Dikonfirmasi secara terpisah,
Inspektur Jenderal Kementerian
Perhubungan Cris Kuntadi
membenarkan rendahnya serapan
anggaran terjadi di hampir semua
kementerian/lembaga,tak terkecuali
di Kementerian Perhubungan.
Menurut Kuntadi,pada triwulan
I-2015 pengelola anggaran sangat
disibukkan dengan perencanaan
anggaran untuk tahun berikutnya.
Pada saat bersamaan ditambah
dengan pengesahan APBN-P yang
dilakukan bulan April.“Yang APBN
belum terserap ditambah APBN-P.
Kalau dulu pembandingnya APBN,
sekarang pembandingnya APBN-P.
Jadi wajar jika triwulan I-2015
STRATEGI KHUSUS KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
serapannya masih
rendah,”ungkap
Kuntadi di ruang
kerjanya,Senin
(8/6/2015).
Secara prosentase,
penyerapan anggaran
di Kementerian
Perhubungan memang
mengalami penurunan,
yaitu sebesar 5,24
persen dibanding
tahun sebelumnya.
Hal ini dikarenakan
kementerian
mendapat alokasi tambahan sebesar
Rp20 triliun pada bulan April.Patut
dicatat,jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya,anggaran
kementerian mengalami kenaikan
sebanyak Rp33,5 triliun (107
persen).Dan jika dilihat dari segi
serapan anggaran justru mengalami
kenaikan sebesar Rp225,8 miliar.
DUA TANTANGAN
Memasuki triwulan II,
Kementerian Perhubungan
optimis serapan anggarannya
akan mengalami peningkatan.
Tren peningkatan sebenarnya
sudah terlihat,misalnya pada April
2015 realisasi penyerapan sebesar
3,61 persen dan naik menjadi
5,36 persen pada Mei 2015.Untuk
melakukan percepatan penyerapan,
kementerian juga telah menyiapkan
sejumlah strategi khusus.
Menteri Perhubungan Ignasius
Jonan menjelaskan,saat ini pihaknya
masih tetap melakukan proses
lelang,sembari menyelesaikan
sejumlah rencana induk (master
plan) dan analisis dampak
lingkungan (amdal) pembangunan
infrastruktur.
Rencana induk dan amdal
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan
35. media keuangan negara | edisi juli 2015
35
Bagaimana Anda
memandang kenaikan
anggaran infrastuktur yang
alokasinya cukup signifikan
dalam APBN tahun 2015
ini?
Saya pikir pemerintah
saat ini sedang berusaha
menyusun strategy
plan yang bagus.
Artinya apa yang akan
dilakukan benar-benar
direncanakan dengan
baik.Tujuannya tentu
adalah mengoptimalkan
pelayanan kepada
masyarakat secara nyata
(riil).Salah satunya ialah
dengan kenaikan belanja
infrastuktur yang sangat
signifikan dibandingkan
dengan tahun-tahun
sebelumnya.Anggaran
untuk pembangunan infrastruktur menjadi besar karena
di sisi lain pemerintah mengurangi belanja subsidi,
yang dipandang selama ini salah sasaran.Sehingga
pemerintah ingin memindahkan subsidi yang salah
sasaran tadi kepada program pembangunan yang bisa
melayani masyarakat lebih banyak dan dapat dinikmati
secara luas.
Apakah ini menjadi fenomena yang baru?
Ini sejarah.Bahwa kita ada perubahan APBN pada
waktu yang awal-awal,sekitar bulan Maret atau April.
Ini sesuatu yang positif.Kita sudah bisa merencanakan
Wawancara:
Dr. Cris Kuntadi, SE., MM., CPA., QIA., AK
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan
KARENA AKUNTABILITAS
MENJADI PRIORITAS
Cris Kuntadi, Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan
D
i samping mengejar target penyerapan anggaran,
akuntabilitas mekanisme pengadaan barang
dan jasa harus menjadi prioritas.Hal ini menjadi
perhatian khusus Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan,yang nota bene menjalankan fungsi
pengawasan internal di kementerian.
Berikut ini petikan wawancara Media Keuangan
Negara dengan Inspektur Jenderal Kementerian
Perhubungan Dr.Cris Kuntadi,SE.,MM.,CPA.,QIA.,AK
mengenai realisasi penyerapan anggaran di Kementerian
Perhubungan,serta langkah dan strategi yang dilakukan
dalam mengawal akuntabilitas pengelolaan anggaran di
Kementerian Perhubungan.
36. media keuangan negara | edisi juli 2015
36
anggaran yang harus kita kelola.
Atau kinerja yang harus dicapai
berdasarkan anggaran yang di awal
sudah ditetapkan besarannya.
Bisa menjadi tolok ukur untuk tahun-
tahun berikutnya?
Mestinya iya.Kalau awal-awal
ini,katakanlah kita sedang belajar
bagaimana mengelola uang yang
besar di awal.Karena selama
ini namanya perubahan APBN
dilaksanakan di semester II bahkan
sudah menjelang akhir tahun.
Sehingga mau diubah berapa pun
serapannya akan sangat rendah.
Bahkan bisa jadi menimbulkan
masalah-masalah berikutnya.
Maksudnya?
Karena proyek yang semestinya
diselesaikan berbulan-bulan,tetapi
karena anggarannya baru keluar
misalnya September,sementara
masih harus lelang dan sebagainya,
sehingga waktu untuk mengerjakan
proyek tidak cukup.Karena waktu
tidak cukup maka otomatis
dibuat sedemikian rupa sehingga
seolah-olah bisa terserap,dengan
meninggalkan masalah-masalah.
Apakah polanya memang demikian di
tahun-tahun sebelumnya?
Iya,memang demikian
sebelumnya.Kalau kita lihat temuan
BPK misalnya perihal pekerjaan
terlambat atau tertunda,kontraktor
tidak menyelesaikan pekerjaan
sesuai waktunya tapi tidak di cut-off,
dan sebagainya.Dan mayoritas
pekerjaan yang berasal dari APBNP
yang perubahannya dilakukan
menjelang akhir tahun.Nah,
sekarang mestinya positif secara
konsep di mana di awal kita sudah
bisa menganggarkan berapa uang
yang akan dikelola.
Bagaimana efek atau dampaknya
bagi pengelola anggaran?
Karena kita sudah terbiasa
melaksanakan pekerjaan yang
sudah direncanakan di awal bahkan
sebelum tahun berjalan,dengan
demikian kita sudah membayangkan
apa yang akan dikerjakan dengan
pagu APBN (murni).Ketika kita
sedang merencanakan itu (APBN
murni) di tengah jalan kita dikasih
dana yang cukup besar.Satu
kementerian bisa mencapai 50
persen lebih,termasuk Kementerian
Perhubungan.Persoalannya,ini
akan digabungkan sekalian atau
mengerjakan yang APBN (murni)
dulu,baru kemudian APBN-P.
Di samping itu,kita
pemerintahan baru sehingga masih
perlu menyesuaikan.Belum lagi
masih banyak pejabat-pejabat yang
kosong harus diisi dulu.Ini juga
menjadi tantangan tersendiri bagi
serapan anggaran kita.
Untuk Kementerian Perhubungan
sendiri,bagaimana pola penyerapan
anggarannya?
Soal masih rendahnya
penyerapan anggaran bukan hanya
Kementerian Perhubungan.Tetapi
rata-rata kementerian serapannya
juga rendah.Karena itu tadi,yang
APBN (murni) belum terserap,
ditambah lagi APBN-P.Kalau dulu
pembandingnya APBN,sekarang
pembandingnya APBN-P.Apalagi
nambahnya cukup signifikan.Yang
sebelumnya serapannya sudah ada
(dengan perbandingan APBN murni)
lalu kemudian diperbandingkan
dengan APBN-P yang cukup tinggi,
menjadi otomatis serapannya turun.
Kementerian Perhubungan sendiri
ditambah alokasinya Rp20 triliun
pada bulan April.
Untuk Kemenhub di triwulan
I-2015 terserap 2,81 persen dari
pagu APBN (murni) sebesar Rp44,9
triliun.Kalau kita bandingkan
dengan tahun lalu penyerapannya
2,66 persen.Jadi kita lebih tinggi
(year on year).Kalau sampai Mei,
serapan kami 3,61 persen lebih
rendah dari tahun lalu sebesar 4,94
persen.Ini karena mulai April,kita
mendapatkan alokasi tambahan.
Pekerjaan apa yang telah dilakukan
selama ini?
Kita untuk awal-awal ini
ada yang masih sedang proses
tender,ada yang masih evaluasi
kemanfaatan,ada yang proyek yang
sudah mulai berjalan.Jadi paling
tinggi memang serapan untuk
belanja pegawai dan barang karena
sifatnya rutin.
Kemudian berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal
sendiri.Dalam hal ini,strategi seperti
apa yang akan dilakukan Bapak
dalam melakukan pengawasan?
Sekarang Inspektorat Jenderal
berusaha untuk mengubah
paradigma,dari selama ini fungsi
Itjen hanya sebagai auditor an
sich (watch dog).Mulai tahun ini,
setelah saya masuk,kami berusaha
menambahkan fungsi yang
namanya consulting dan katalis
(quality assurance).Jadi untuk katalis,
misalnya ada Peraturan Menteri
tentang pendampingan bahwa
proyek-proyek yang nilainya di atas
Rp20 miliar itu didampingi oleh Itjen.
Kenapa kita melakukan
pendampingan itu? Tujuannya
supaya apa yang dikerjakan oleh
Satker itu bisa dijaga dari awal.Jadi
kita bukan bagaimana mencari
temuan sebanyak mungkin,
justru bagaimana meminimalkan
permasalahan yang muncul di
Kementerian Perhubungan ini.
Pendampingan ini dilakukan sejak
awal sampai akhir?
Iya.Didampingi mulai dari
pemaketannya,bagaimana masalah
rancangan kontraknya,syarat-syarat
RKS,sampai HPS pun kita dampingi.
Sehingga harapannya,dengan
adanya pendampingan ini akan
semakin kecil permasalahan yang
muncul.Nanti di pelaksanaannya
pun akan didampingi.Bagaimana
kalau ada permasalahan segera
kita disampaikan.Begitu pun di
akhir,misalnya serah terima barang
dari rekanan kepada UPK kita akan
37. media keuangan negara | edisi juli 2015
37
mendampingi.Apakah sudah
sesuai prosedur atau belum,yang
terlambat sudah dikenakan denda
apa belum.Kalau misalnya ternyata
rekanan wanprestasi,sanksi seperti
apa yang diberikan.Kita akan terus
mendampingi.
Untuk fungsi konsultasi?
Dalam perjalanan kita juga
membuka konsultasi.Jadi fungsi
Itjen menjadi konsultannya para
pelaksana.Misalnya ketika mau
menetapkan pemenang.Kalau
ada sanggahan,biasanya yang
jawab dari Pokja ULP.Tetapi
sekarang mereka bisa konsultasi
dengan kami.Sehingga nanti tidak
double pekerjaan.Mereka sudah
menyanggah ke ULP dan mereka
juga mengadu ke Itjen.Padahal
Itjen sudah masuk di dalam itu.
Demikian juga misalnya di lapangan,
jika ada pekerjaan yang tidak
sesuai spesifikasi karena memang
tidak mungkin dilaksanakan
spesifikasinya,maka kita akan
memberikan masukan bagaimana
caranya agar tidak salah.
Harapannya?
Ini sebenarnya perubahan
paradigma yang tadinya Itjen
hanya berfungsi sebagai auditor an
sich kemudian ditambah sebagai
fungsi konsultasi dan katalis.Karena
kalau auditor itu kesalahan terjadi.
Perbaikan memang memerlukan
waktu.Tapi kalau dijaga sejak awal,
harapannya tidak salah.Namun tetap
kita audit karena tidak menutup
kemungkinan terjadi kesalahan-
kesalahan walaupun sudah kita jaga
dan dampingi di lapangan.
Kemudian kami juga berusaha
untuk memonitor secara lebih
ketat masalah tindak lanjut hasil
audit.Hasil audit yang ada tindak
lanjutnya sekitar 80 persen.Kita
targetnya tindak lanjut itu ya harus
100 persen.Karena efektifitas
hasil audit bukan dari banyaknya
temuan,tetapi seberapa banyak
perbaikan yang kita lakukan.Ini
terlihat dari rekomendasi yang kita
sampaikan kemudian ditindaklanjuti
oleh si auditee.Dan bahkan kita
buat ranking,sehingga Dirjen atau
badan bisa berlomba-lomba.Ini
kita umumkan dan sampaikan
ke menteri.Sehingga orang akan
terapresiasi.
Persiapan seperti apa yang telah
dilakukan dalam kerangka perubahan
paradigma fungsi internal auditor
tadi?
Tentunya untuk menyiapkan
diri menjadi konsultan atau katalis
butuh kuantitas dan kualitas.Saat
ini kita dengan fungsi auditor saja
sudah banyak bebannya,apalagi
dengan menambah fungsi katalis
dan konsultan.Secara kuantitas kita
berusaha untuk menambah sumber
daya manusia.Pada saat saya masuk
kita punya 262 pegawai yang terdiri
dari 114 auditor (47 persen) dan 148
pegawai penunjang (53 persen).Jadi
jumlah penunjangnya jauh lebih
banyak.Ini menjadi tanda tanya kok
yang menunjang lebih banyak dari
yang ditunjang?
Target kami di 2016 nanti 70
persen auditor 30 persen penunjang.
Caranya pegawai penunjang tadi
kita diklatkan dan sekarang masih
proses diklat,sehingga setelah diklat
nanti kita akan mendapatkan sekitar
185 pegawai dengan kemampuan
audit.
Bagaimana secara kualitas?
Kita juga diklatkan.Karena
kami mempunyai kebijakan setiap
auditor harus diklat minimal 50 jam.
Kalau sampai akhir tahun belum
bisa tercapai,ya kita grounded dulu
sampai tercapai 50 jam.Kemudian
sertifikasi atau kualifikasi.Sejak saya
masuk sini tidak ada satupun yang
punya kualifikasi internal auditor.
Kami sedang kerja sama dengan
YPIA kita mensertifikasi untuk
Qualified Internal Auditor (QIA).
Untuk ke depan lagi kita juga akan
mensertifikasi misalnya Information
Systems Audit and Control Association
(CISA),supaya mereka bisa
mengaudit secara elektronik.Selain
itu kita juga mendorong pegawai
untuk melanjutkan pendidikan
formal mereka,untuk yang D3 ke S1
yang S1 ke S2,pun demikian yang S2
kita dorong untuk ke S3.
Bagaimana dengan metodologi
auditnya? Apakah telah dipersiapkan,
misalnya tentang audit berbasis
teknologi informasi?
Iya dari metodologi,sekarang
di Kemenhub banyak mengerjakan
pekerjaan secara elektronik (online).
Jika auditornya masih manual
maka akan ketinggalan.Kita sudah
melakukan diklat Teknik Akuntansi
Berbasis Komputer (TABK).Dan
rencana kita akan membeli alat
bantu audit.Harapannya ini akan
mempersingkat waktu dan orangnya
lebih sedikit.Sehingga ke depan,
porsi fungsi auditnya lebih sedikit
dan akan memperbesar fungsi
consulting dan katalisnya.
Apa harapan dan target bapak ke
depan?
Tentu kita akan berusaha terus
melakukan perbaikan.Sebagai
catatan,di tahun 2014 terdapat
sekitar 4.000 temuan dan tahun
2015 ini temuan itu bisa berkurang
sampai 40 persen.Ini bukan kita
tidak mengaudit,tetapi karena kita
sudah mulai menjalankan kedua
fungsi tersebut sehingga diyakini
akan memperkecil masalah-masalah
di lapangan.
Tetapi untuk efek jera,kami
menegaskan bahwa hasil audit kita
bukan hanya untuk kepentingan
internal saja.Kalau ada perbuatan
melawan hukum dan merugikan
keuangan negara,kita tetap akan
memproses secara perdata dan
pidana.Tentu ini atas persetujuan
menteri.[]