2. Imunisasi vs vaksinasi
Imunisasi dibedakan:
- aktif : terbentuk sebagai respon imun terhadap
benda asing, bisa karena terinfeksi kuman
patogen atau pemberian vaksin
- pasif :terdapatnya respom imun setelah pemberian
antibodi (Imunoglobulin)
Vaksinasi dibedakan :
- kuman yang dilemahkan
- kuman yang diinaktifasi
- protein rekombinan (sub unit)
3. Tipe imunogen yang digunakan untuk imunisasi
1. Live attenuated/kuman hidup yang dilemahkan :
Virus : measles, mumps, rubella,OPV,Yellow fever, Varicella,
RSV, Parainfluenza*
Bacteria : Oral typhoid, BCG, Tularema
2. Inactiv/mati :
Virus : Influenza, Polio Salk, Rabies, Hepatitis A. HPV*
Bacteria : Anthrax, Pertussis, Plague, Typhoid and paratyphoid
Coxiella burnetii, Gonococcus*
3. Sub unit : tetanus, diphteria, pertussi, Hib, Penumococcus,
Hepatitis B, DNA*
4. Hepatitis B immunoglobulin
Source : Human
Indications and dose :
Acute exposure to blood containing HBsAg, 0.06 ml/kg BW
within 24 hour
Perinatal exposure of infants born to HBsAg Pos mothers,
0.5 ml within 12 hours of birth
Sexual exposure to HBsAg pos persons, 0.06 ml/kb BW
within 14 days after sexual contact
Household exposure to persons with acute HBV, infant 0.5 ml
Dose : By I.m injection
Cautions and contraindications
Prior systemic allergy to human Ig ;Severe thrombocytopenia
Coagulation disorder, pregnancy
Side effects : Local pain & tenderness, allergic reactions
5. Live Inactivated
Replikasi Yes No
Dosis Small Higher
Jalur Natural Injection
Efek samping More Less
Kemampuan mutasi Yes No
Live vs inactivated vaccine
6. Vaskin dari kuman/virus hidup tidak boleh/tidak
dianjurkan diberikan kepada :
• Congenital atau orang dengan respon imun rendah
• Penderita Leukemia atau lymphoma atau penderita
kanker secara umum
• Pasien yang menerima terapi imunosupresi
• wanita hamil dgn usia kehamilan dibawah 3 bulan
8. Rabies immunoglobulin
Sumber :
manusia
Indikasi :
setelah terpapar dengan virus rabies
Dosis :
20 iu/kg BW setiap kali injecsi
Efek samping :
nyri, alergi ringan
Catatan :
biasanya diberikan bersamaan/berselingan dengan virus
hidup yang dilemahkan (imunisasia aktif)
9. Tetanus immunoglobulin
Sumber :
manusia, kuda
Indicasi :
• diberikan pada seseorang sebagai propilaksis terhadap
infeksi tetanus
• Treatment terhap infeksi tetanus
Efek samping :reaksi alergi, nyeri disekitar tempat suntikan yang
dilakukan
10. Hepatitis B immunoglobulin
Sumber : manusia
Indikasi dan dosis yang digunakan :
• Seseorang yang terpapar dengan HBsAg, diberikan Ig hep B
0.06 ml/kg BW dalam 24 jam
• Bayi yang kontak melalui ibu yang positif HBsAg, diberikan ,
0.5 ml dalam 12 jam setelah lahir
• Penularan secara seksualdari seseorang yang positif HBsAg,
diberikan 0.06 ml/kb BW dalam within 14 hari setelah
kontak seksual
Dosis penyintikan : Intra muscular
Sebaiknya tidak diberikan kepada
Orang dengan alergi sistemik dengan Ig manusia dan ibu
hamil
Efek samping : reaksi alergi, nyeri
12. Measles ( Rubeola ) vaccine
Latar belakang :
• infeksi virus Rubella menyebabkan infeksi saluran nafas dan
komplikasi neurologi
• Menyebabkan encephalitis
• menyebabkan resiko aborsi yang tianggi serta cacat pada
bayi
• Indonesia adalah endemic untuk measles
Vaksi yang digunakan :
Live attenuated/virus hidup yang dilemahkan Rubeola
Live attenuated Measles, Mumps, Rubella ( MMR )
Prepare in chick embryo cell culture
Vaksi dari virus yang dimatikan tidak
bertahan lama
13. Measles vaccine
Kelompok yang membutuhkan vaksinasi campak (Measles vaccine)
• anak-anak berumur lebih kurang 15 bulan
• Seseorang yang pernah divaksin dengan virus hidup sebelum
berusia 12 bulan
• seseorang yang Ig menurun setelah pemberian vaksin
• seseorang yang berpeluang tertular campak, vaksin
diberiakn 72 jam setelah terekspos/terpapar
Tidak dianjurkan diberikan kepada :
• wanita hamil; wanita hamil yang terpapar campak diberikan
Ig setelah 6 hari, pada usia kehamilan diatas 3 bulan
• Orang yang alergi terhadap telur dan neomycin, vaksin
hanya diberikan pada kondisi yang ekstrim
14. Efek samping :
cukup aman
5-15 %, demam ringan,biasanya setelah 6 hari, dengan
deman selama 5 hari
5 %, bercak merah
1 : 1000, encephalitis
Catatan :
Di Indonesia vaksin diberikan pada usia 9 bulan dan di
boster pada usia 18 bulan sebagai program imunisasi
Measles vaccine
15. Mumps vaccine
Latar belakang :
• Penyakit yang menyerang anak sekolah
•Efek utama pada kelenjer saliva
•Umumnya sembuh sendiri
•Komplikasi serius : tuli, meningiencephalitis, infertiliti pada laki-
laki
Vasin :
menginduksi antibodi cukup baik ( > 95 %) dan antibodi
bertahan dalam tubuh cukup lama
dapat diberikan dalam bentuk vaksin tunggal atau dalam
bentuk MMR
16. Mump vaccine
Vaksin tidak dianjurkan pada :
orang yang pernah terinfeksi mumps
orang yang pernah di vaksin pada usia >12 bulan
orang yang hasil pemeriksaan serologinya ditemukan
antibodi mump
idealnya vaksinasi dilakukan pada setiap anak/bayi yang
berusia > 12 bulan, tapi di Indonesia belum menjadi program rutin
Efek samping :
umumnya tidak ada
sangat jarang : allergic reaction, encephalitis (?)
setelah 30 hr
17. Mumps vaccine
Tidak dianjurkan pada :
wanita hamil
orang yang alergi telur neomycin allergy
orang yang imunodefisiensi
bayi yang Ig nya belum terbentuk
18. Rubella vaccine
Latar belakang :
umumnya menginfeksi remaja, menyebabkan kelainan janin
yang serius
Umumnya tujuan vaksinasi untuk mencegah kelainan
kongenital
berupa vaksi virus hidup yang dilemahkan, merangsang
terbentuknya Ab dgn baik (95%)
tidak dianjurkan pada org yang sudah memiliki sistem imun
Vaksinasi dianjurkan pada :
• semua anak berumur . 12 bulan
• bayi dari ibu terinfeksi virus rubella
• petugas RS
19. Rubella vaccine
Efek samping :
- jarang terjadi, merah pada kulit dan limphadenopati
pada anak
- 40% menyebabkan kasus arthralgia, terutama org
dewasa, gejala muncul setelah 7-21 hari pemberian vaksin
Tidak dianjurkan pada:
- wanita hamil, org yang imunodefisiensi, dan alergi neomisin
Indonesia belum merupakan program rutin
20. Poliomyelitis vaccine
Latar belakang :
menyebabkan polio dengan berbagai tingkatan infeksi.
WHO : menurunkan infeksi polio melalui program Oral
Polio Vaccine ( OPV )
Indonesia sebelumnya sejak tahun1995 tidak ada lagi
dilaporkan kasus polio, tapi dua tahun belakangan ini ditemukan
kembali
vaksinasi :
Live attenuated ( OPV ) , ( Sabin). Dapat merangsang
terbentuknya Ab dalam waktu lama
Killed vaccine ( IPV, injected s.c ), ( Salk). Vaksin baru yang
lebih potensial
21. Oral Polio Vaccine
Dilakukan pada bayi dan anak-anak
resiko :
1 : 3.2 ribu berkembang menjadi paralytic polio.
OPV tdk dianjurkan pada org immuno-compromised dan org
yang immunosuppressive
wanita hamil, kecuali jika belum pernah divaksin dan beresiko tinggi
untuk dewasa diberikan faksin salk
Pemberian :
diberikan pada bayi 6 mg – 2 bln, cara
-imunisasi utama : diberikan 3 dosis
-Imunisasi kedua diberikan setelah 4-8 mg
--imunisasi ketiga setelah 6-8 bln
--imunisasi boster sebelum masuk sekolah
22. Enhanced Potency Inactivated Polio vaccine ( E-IPV )
Diberikan pada :
pasien Immunodeficient s yang kontak/serumah dengan
pasien polio
Imunisasi utama pada org dewasa dan merupakan boster,
khususnya untuk pekerja RS dan yang melakukan
perjalanan ke daerah endemik
23. Hepatitis B vaccine
Latar belakang :
Hepatitis B tersebar diseluruh dunia
Indonesia adalah daerah endemic HBV
vaksinasi
Subunit, HbsAg
merespon terbentuknya Ab sekitar 90 %
Indikasi
Orang yang belum memiliki respon imun
sangat dianjurkan pada org yang beresiko tinggi (pekerja
kesehatan, pasiens ygmembutuhkan tranfusi darah,
homo/hetero seksual, pengguna i.v drug users, sex workers,
sexual contact of HBV carrier, menmgunjungi daerah endemik.
24. Hepatitis B vaccine
Tidak dianjurkan pada
kondisi sakit berat, wanita hamil dan penerima imunisupresi
Vaksin dapat diberikan pada saat:
- sebelum terinfeksi
- Setelah terinfeksi
25. Post exposure Hepatitis B vaccination
Exposure HBIG Vaccine
Dose Timing Dose Timing
Perinatal 0.5 ml im < 12 hrs of birth 0.5 ml im <12 hrs of birth
Percutaneus 0.06 ml/kg im < 12 hrs 1.0 ml im sesegra mungkin
Sexual 0.06 ml/kg im <14 days contact For homosexual and regular
sexual contact of chronic HBV
Household - - Same as pre exposure
contact vaccination
26. Diphteria-Tetanus and Pertussis ( DTP ) vaccine
Background
Diphteria ( kulit dan saluran pernafasan tempat inokulasi
bakteri. Memberikan kekebalan selama 10 th
tetanus disebabakan oleh toksin, memberikan kekebalan
10 years
perinatal tetanus is fatal
pertusis, ditularkan melalui jalan nafas, kekebalan alami
dapat terbentuk dan berlangsung lama. 20% penerima
vaksin kehilangan imunitas setelah berusia 23 th, 90%
setelah 19 th
27. DTP vaccine
Vaccine :
Two form of pertussis vaccine, whole-inactivated cells and
acellular vaccine. Whole-inactivated vaccine account for
higher rates of adverse effects in adults and children of age
of 2 years or more
Available as DTP, DT or single antigen product
Vaccine administration
Starting from 2-3 months of age. Primary vaccination consist
of three doses, given 4-8 week apart. For adult and school
children, the 3 dose is given 6-12 months apart from the 2
dose. Booster is given every 10 years. As for traveler,
recommended tetanus booster is given 5 years apart
29. BCG vaccine
Background :
TB is a chronic diseases leading to a great economic loss in
endemic countries
Indonesia is on the 3-4 highest position in term of number of
TB patients in the world
Vaccine :
BCG ( Bacillus Calmette-Guerin ), an attenuated of
Mycobacterium bovis .
Conflicting vaccine efficacy from 0-75 % for pulmonary TB
in adult
High efficacy for preventing meningitis and disseminated TB
( miliary TB ) in children. Effective for prevention of primary
TB and endogenous reinfection, not for exogenous reinfection
30. BCG vaccine
Caution and contraindications :
1. HIV infected persons
2. Other immunodeficient persons
Side effects ( strain variation and inaccurate injection )
Induration and ulceration at the vaccination site
Regional suppurative Lymphadenitis & Osteitis