SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 9
Descargar para leer sin conexión
Opini
Pendayagunaan Media Pembelajaran




           Pendayagunaan Media Pembelajaran


                                Thomas Wibowo Agung Sutjiono*)




Abstrak
        ekurang-kurangnya ada tujuh alasan mengapa sampai saat ini masih

S       ada sejumlah guru yang enggan menggunakan media pembelajaran.
        Ketujuh alasan tersebut adalah: pertama menggunakan media itu
        repot, kedua media itu canggih dan mahal, ketiga guru tidak terampil
menggunakan media , keempat media itu hiburan sedangkan belajar itu serius,
kelima tidak tersedia di sekolah, keenam kebiasaan menikmati ceramah/bicara,
ketujuh kurangnya penghargaan dari atasan. Untuk mengatasi semua alasan
tersebut hanya satu hal yang diperlukan, yaitu perubahan sikap guru.

Kata kunci: Media pembelajaran, guru, sikap

Abstract
There are at least seven reasons explaining why some teachers do not want
to use media, in their teaching. According to them media learning are : 1)
difficult to be used, 2) sophisticated and expensive, 3) lack of skill ,4) media is
entertainment while study is serious, 5) not available at school, 6) usage/
habits to enjoy lecture or speech, 7) not enough appreciation enough from
the superior. One thing that needs to be done to handle this problem is
changing the theacher’s attitude .

                                                 Guru dan Media
Perubahan global dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi, terutama
yang berhubungan dengan sistem pendidikan di sekolah menuntut adanya
perubahan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
   Sejak zaman dahulu ada anggapan yang salah kaprah, yaitu bahwa guru
adalah orang yang paling tahu. Pendapat itu terus berkembang menjadi guru
lebih dulu tahu atau pengetahuan guru hanya beda semalam dibandingkan
dengan murid. Namun sekarang bukan saja pengetahuan guru sama dengan

*) Kepala SMP BPK PENABUR Tasikmalaya


76       Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005
Pendayagunaan Media Pembelajaran




murid, bahkan murid dapat lebih dulu tahu daripada gurunya. Ini semua dapat
terjadi akibat perkembangan media informasi yang begitu cepat di sekitar
lingkungan kita. Pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar.
Banyak contoh, murid dapat lebih dulu mendapat informasi dengan cara
mengakses informasi dari media massa seperti : surat kabar, televisi, hand
phone (sms/mms), bahkan internet. Sedangkan seringkali guru dengan alasan
klasik “masalah ekonomi”, mereka tidak dapat mengakses informasi dengan
cepat. Bagaimana guru menyikapi perkembangan ini? Setidaknya ada tiga
kelompok guru dalam menyikapi hal ini, seperti tidak peduli, menunggu
petunjuk, atau cepat menyesuaikan diri.
    Kelompok pertama yaitu guru yang tidak peduli. Seorang guru yang
mempunyai rasa percaya diri berlebihan (over confidence) barangkali akan
berpegang kepada anggapan bahwa sampai kapanpun posisi guru tidak akan
tergantikan. Dalam setiap proses pembelajaran tetap diperlukan sentuhan
manusiawi dari seorang guru. Guru dalam kelompok ini menggambarkan murid
sebagai seseorang yang bersifat tergantung. Pengalaman yang dimiliki murid
tidak besar nilainya. Pengalaman yang sangat besar manfaatnya adalah
pengalaman yang diperoleh dari gurunya. Murid tetap memerlukan sentuhan
psikologis dari seorang guru. Guru dalam mengajar tidak hanya mengutamakan
mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan murid itu sendiri
sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya. Harus dipelihara
keseimbangan antara perkembangan intelektual dan perkembangan psikologis.
    Teknologi tidak dapat menggantikan manusia. Teknologi secanggih
komputer Pentium 4, DVD, internet atau apapun, tidak dapat menggantikan
manusia. Bagaimanapun teknologi berkembang secara pesat, guru tetap
sebagai yang “harus digugu dan ditiru”. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa
media tidak dapat menggantikan posisi guru, namun sikap tidak peduli terhadap
perkembangan pengetahuan dan teknologi, bukanlah sikap yang tepat.
Walaupun bagaimana, lingkungan kita terus berkembang, tuntutan masyarakat
terhadap kualitas guru semakin meningkat. Guru harus peduli.
    Kelompok kedua adalah yang menunggu petunjuk. Kelompok inilah yang
paling banyak ditemukan di sekolah. Mungkin ini akibat dari kebijakan sistem
pendidikan selama ini. Guru dalam sistem pendidikan nasional dianggap
sebagai “tukang” melaksanakan kurikulum yang demikian rinci dan kaku.
Kurikulum sangat lengkap dengan berbagai petunjuk teknis pelaksanaannya,
sehingga guru tinggal melaksanakan tanpa boleh menyimpang dari pedoman
baku yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya, kurikulum dilengkapi
dengan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang kemudian oleh
Tim Guru Mata Pelajaran atau MGMP dijabarkan dalam Program Tahunan,


                                       Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005   77
Pendayagunaan Media Pembelajaran




Program Semester, AMP, Satuan Pelajaran, Rencana Pelajaran atau Skenario
Pelajaran, dan sebagainya, yang semuanya dibuat secara rinci, tanpa peduli
kondisi sekolah yang berbeda-beda.
    Kelompok ketiga guru yang cepat menyesuaikan diri. Sejalan dengan
perubahan kurikulum, otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah
atau berbasis kompetensi, bukan lagi saatnya bagi guru untuk selalu menunggu
petunjuk. Guru adalah tenaga profesional, bukan amatir. Dengan berdasar
pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran setiap guru
dituntut untuk dapat mengembangkan bahan ajar bagi murid dalam suatu
proses pelaksanaan pembelajaran yang berkesinambungan. Guru dituntut untuk
mengembangkan kemampuan dan kompetensi murid, bukan sekedar
pengetahuan tetapi murid-murid hendaknya mampu berpikir (kognitif), mampu
menentukan sikap (affektif) dan mampu bertindak (psikomotor), sehingga
nantinya menjadi manusia yang bermartabat. Oleh karena itu saran yang
tepat untuk guru adalah cepat-cepatlah menyesuaikan diri. Guru perlu segera
mereposisi perannya saat ini, guru tidak lagi menjadi orang yang paling tahu
di kelas, namun guru harus mampu menjadi fasilitator dalam belajar. Ada
banyak sumber belajar yang tersedia di lingkungan kita, apakah sumber belajar
yang dirancang untuk belajar ataukah yang tidak dirancang namun dapat
dimanfaatkan untuk belajar. Guru yang baik akan merasa senang kalau
muridnya lebih pandai dari dirinya.

                  Mengapa Media Pembelajaran itu Perlu?
Pernahkah guru menghadapi kesulitan dalam menjelaskan suatu materi
pelajaran kepada murid? Misalnya : guru ingin menjelaskan tentang seekor
binatang padang pasir yang disebut unta kepada murid TK atau SD di kelas
awal. Contoh lain guru ingin menjelaskan tentang kereta api kepada murid
di daerah yang tidak ada kereta api, guru akan menjelaskan tentang pasar
terapung, guru akan menjelaskan tentang bahayanya narkoba dan zat adiktif.
Berikut ini beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan oleh guru.
     Cara pertama, guru bercerita tentang unta, kereta api, pasar terapung
atau narkoba dan zat adiktif. Guru dapat bercerita mungkin karena pengalaman,
membaca buku, cerita orang lain atau pernah melihat objek-objek itu. Apabila
murid-murid di sekolah tersebut sama sekali belum tahu, belum pernah melihat
objek-objek tersebut di televisi atau melihat gambarnya di buku, maka betapa
sulitnya guru menjelaskan hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut.
Kalau gurunya seorang yang ahli berceritera, tentu cerita guru itu akan sangat
menarik bagi murid-muridnya. Namun tidak semua orang diberikan karunia
kepandaian bercerita. Penjelasan dengan kata-kata mungkin akan

78       Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005
Pendayagunaan Media Pembelajaran




menghabiskan waktu yang lama. Pemahaman murid berbeda sesuai dengan
pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan mungkin akan menimbulkan
kesalahan persepsi.
     Cara kedua, guru membawa murid studi wisata melihat obyek-obyek itu.
Guru membawa murid ke stasiun kereta, ke RSKO, atau menugasi muridnya
melakukan pengamatan dan wawancara. Cara ini lebih efektif dibandingkan
dengan cara lainnya. Namun masalahnya berapa biaya yang harus ditanggung,
dan berapa lama waktu yang diperlukan. Cara ini efektif walaupun tidak
efisien. Tidak mungkin semua murid dapat mengalami karena berbagai
keterbatasan misalnya jarak, tempat dan biaya.
     Cara ketiga, guru membawa gambar, lukisan, foto, slide, film, video-vcd,
tentang objek-objek tersebut. Cara ini akan membantu guru dalam memberikan
penjelasan. Selain menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan guru-
pun akan lebih mudah dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi
belajar, menghilangkan kesalahanpemahaman, serta informasi yang
disampaikan menjadi konsisten.
     Ketiga cara di atas dapat kita sebutkan, cara pertama sebagai informasi
verbal, cara kedua belajar pengalaman nyata, sedangkan cara ketiga informasi
melalui media. Di antara ketiga cara tersebut, cara ketiga adalah cara yang
paling tepat dan bijaksana dilakukan oleh guru. Media belajar itu diperlukan
oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
     Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/
sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang
membutuhkan media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat
oleh guru dan “audio-visual”.
Gambar: Kerucut Pengalaman Edgar Dale

                      Simbol
                      verbal
                   Simbol visual   Bagan, Diagram, Grafik, dan sejenisnya
                  Rekaman Radio        Foto, ilustrasi, slide, dan sejenisnya
                       FILM               Film, tuntutan diskusi
                     Televisi                Video, Tape, tuntutan
                    Pameran                     Poster, Display, papan
                                              bulletin
                                                   Tuntutan observasi
                  Darmawisata
                 Demonstrasi                           Alat-alat, bahan mentah, papan tulis
             Pengalaman yang didramatisasi                Wayang, skrip, drama
               Pengalaman yang logis                          Model, objek, specimen

            Pengalaman yang bertujuan                              Manual tuntutan


Sumber : Arif (1994 : hal. 79)



                                                                   Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005   79
Pendayagunaan Media Pembelajaran




 Mengapa Guru Tidak Menggunakan Media Pembelajaran?
     Masalah yang sering ditemui di lapangan/di sekolah, mengapa sampai
saat ini masih ada guru yang enggan menggunakan media dalam mengajar?
Berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diskusi dalam berbagai
kesempatan dengan para guru, terdapat sekurang-kurangnya tujuh alasan
guru tidak menggunakan media pembelajaran, yaitu :
     Pertama, menggunakan media itu repot.
Mengajar dengan menggunakan media perlu persiapan. Apalagi kalau media
itu semacam OHP, audio visual, vcd, slide projector atau internet. Perlu listrik
lagi. Guru sudah sangat repot dengan menulis persiapan mengajar, jadwal
pelajaran yang padat, jumlah kelas paralel yang sedikit, masalah keluarga di
rumah dan lain-lain. Mana sempat memikirkan media pembelajaran.
Demikianlah beberapa alasan yang sering dikemukakan oleh para guru.
Padahal kalau guru mau berpikir dari aspek lain, bahwa dengan media
pembelajaran akan lebih efektif, maka tidak ada alasan repot. Pikirkanlah
bahwa sedikit repot, tetapi akan mendapatkan hasil optimal. Media
pembelajaran juga relatif awet, artinya sekali menyiapkan bahan
pembelajaran, dapat dipakai beberapa kali penyajian. Selanjutnya tidak repot
lagi.
     Kedua, media itu canggih dan mahal.
Tidak selalu media itu harus canggih dan mahal. Nilai penting dari sebuah
media pembelajaran bukan terletak pada kecanggihannya (apalagi harganya
yang mahal) namun pada efektifitas dan efisiensi dalam membantu proses
pembelajaran. Banyak media sederhana yang dapat dikembangkan oleh guru
dengan harga murah. Kalaupun dibutuhkan media canggih semacam audio-
visual atau multi media, maka “cost-nya” akan menjadi murah apabila dapat
digunakan oleh banyak murid dan beberapa guru.
      Ketiga, tidak bisa.
Demam teknologi ternyata menyerang sebagian dari guru-guru kita. Ada
beberapa guru yang “takut” dengan peralatan elektronik, takut kena setrum,
takut korsleting, takut salah pijit, dan sebagainya.
Alasan ini menjadi lebih parah ditambah dengan takut rusak. Akibatnya media
OHP, audio-visual atau slide projector yang telah dimiliki, sejak awal beli baru
tetap tersimpan rapi di ruang kepala sekolah. Sebenarnya, dengan sedikit
latihan dan mengubah sikap bahwa media mudah dan menyenangkan, maka
segala sesuatunya akan berubah.
      Keempat, media itu hiburan (membuat murid main-main, tidak serius),
sedangkan belajar itu serius. Alasan ini sudah jarang ditemui di sekolah,
namun tetap ada. Menurut pendapat orang-orang terdahulu belajar itu harus
dengan serius. Belajar itu harus mengerutkan dahi. Media pembelajaran itu

80       Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005
Pendayagunaan Media Pembelajaran




identik dengan dengan hiburan. Hiburan adalah hal yang berbeda dengan
belajar. Tidak mungkin belajar sambil santai. Ini memang pendapat orang-
orang zaman dahulu. Paradigma belajar kini sudah berubah. Kalau bisa belajar
dengan menyenangkan, mengapa harus dengan menderita?. Kalau dapat
dilakukan dengan mudah, mengapa harus dipersulit?
    Kelima, tidak tersedia.
Tidak tersedia media pembelajaran di sekolah, mungkin ini adalah alasan
yang masuk akal. Tetapi seorang guru tidak boleh menyerah begitu saja. Ia
adalah seorang profesional yang harus kreatif, inovatif dan banyak inisiatif.
Media pembelajaran tidak harus selalu canggih, namun dapat juga
dikembangkan sendiri oleh guru. Dalam hal ini pimpinan sekolah hendaklah
cepat tanggap. Jangan sampai suasana kelas itu menjadi gersang, di kelas
hanya ada papan tulis dan kapur.
    Keenam, kebiasaan menikmati ceramah/bicara.
Metode mengajar dengan ceramah adalah hal yang enak. Berbicara itu
memang nikmat. Inilah kebiasaan yang sulit di rubah. Seorang guru cenderung
mengulang cara guru-gurunya yang terdahulu. Mengajar dengan
mengandalkan verbal lebih mudah, tidak memerlukan persiapan mengajar
yang banyak, jadi lebih enak untuk guru, tetapi tidak enak untuk murid. Hal
yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah kepentingan murid
yang belajar, bukan kepuasan guru semata.
    Ketujuh, kurangnya penghargaan dari atasan.
Kurangnya penghargaan dari atasan, mungkin adalah alasan yang masuk akal.
Sering terjadi bahwa guru yang mengajar dengan media pembelajaran yang
dipersiapkan secara baik, kurang mendapatkan penghargaan dari pimpinan
sekolah/pimpinan yayasan. Tidak adanya reward bagi guru sering menjadikan
guru menjadi “malas”. Selama ini tidak ada perbedaan perlakuan bagi guru
yang menggunakan media pembelajaran dengan guru yang mengajar dengan
tidak menggunakan media (metode ceramah/bicara saja). Sebetulnya bentuk
penghargaan tidak harus dalam bentuk materi, tetapi dapat dengan bentuk
pujian atau bentuk lainnya.

  Apa Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajaran?
Sejak tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
kebermanfaatan penggunaan media untuk keperluan pembelajaran. Penelitian
ini diawali dengan evaluasi media untuk melihat apakah suatu media dapat
dipergunakan untuk pembelajaran.
Penelitian ini berasumsi bahwa media sebagai stimulus dapat mengubah
perilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu dianggap kurang dapat diandalkan

                                       Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005   81
Pendayagunaan Media Pembelajaran




karena hasilnya menunjukkan bahwa semua media dapat dipergunakan untuk
pembelajaran.
     Oleh karena itu penelitian-penelitian berikutnya beralih ke penelitian
perbandingan media untuk pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah suatu media lebih baik daripada media lain. Misalnya,
apakah gambar diam lebih baik daripada gambar hidup (film) atau apakah
media audio lebih baik dari pada media visual. Hasil penelitian-penelitian itu
ternyata tidak konsisten dan sulit dapat dipercaya. Kemudian penelitian beralih
lagi ke media itu sendiri untuk mengetahui keunggulan suatu media dalam
menyampaikan bahan pembelajaran. Hasil penelitian terakhir ini juga
tampaknya kurang memuaskan.
     Dari berbagai jenis penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas,
diketahui bahwa pada hakikatnya bukan media itu sendiri yang menentukan
hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan,
(2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan
demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga
faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan
akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran
tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien
daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta
disajikan kepada siswa yang tepat pula.
Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam
memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain :
Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan
oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet,
adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya
apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke
internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet,
tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk
memperoleh akses.

Cost
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat
menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal.
Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin


82       Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005
Pendayagunaan Media Pembelajaran




banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin
menurun.
Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu
memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya?
Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu
kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya
cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?

Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh
guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
tersebut.

Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah
pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat
sumber belajar?

Novelty
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.
Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi
murid.
   Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya
perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media
pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas
yang dimilikinya.

                                   Penutup
    Tidak diragukan lagi bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu
dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum
menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam
memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi
masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media
yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya
secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa.

                                      Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005   83
Pendayagunaan Media Pembelajaran




                                              Daftar Pustaka
Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. (1999). Quantum learning, membiasakan
       belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: KAIFA
De Porter, Bobbi; Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie. (2002). Quantum teach-
       ing, mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung:
       KAIFA
Kemp, Jerrold E. (1994). Designing effective instruction. New York: MacMillan
       Publisher
Sadiman, Arief. (1990). Media pendidikan, pengertian pengembangan dan
       pemanfaatan. Jakarta: Rajawali




84       Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Sumber Media dan Pembelajaran SD Kelompok 1
Sumber Media dan Pembelajaran SD Kelompok 1Sumber Media dan Pembelajaran SD Kelompok 1
Sumber Media dan Pembelajaran SD Kelompok 1
Mahasiswa
 
Soalan turn in angle rosees lihi
Soalan turn in angle rosees lihiSoalan turn in angle rosees lihi
Soalan turn in angle rosees lihi
eida naufal
 
25146893 konsep-bahan-bantuan-mengajar-dan-ciri baru
25146893 konsep-bahan-bantuan-mengajar-dan-ciri baru25146893 konsep-bahan-bantuan-mengajar-dan-ciri baru
25146893 konsep-bahan-bantuan-mengajar-dan-ciri baru
Rozita Ismail
 
Media pembelajaran di TK
Media pembelajaran di TKMedia pembelajaran di TK
Media pembelajaran di TK
Marni Marni
 
Unit 1 konsep abm pdf
Unit 1 konsep abm pdfUnit 1 konsep abm pdf
Unit 1 konsep abm pdf
Liching Ching
 
Kelebihan dan Kelemahan Metode Presentasi dalam Pembelajaran
Kelebihan dan Kelemahan Metode Presentasi dalam PembelajaranKelebihan dan Kelemahan Metode Presentasi dalam Pembelajaran
Kelebihan dan Kelemahan Metode Presentasi dalam Pembelajaran
Sayyidah95
 
Trategi pembelajaran active learning
Trategi pembelajaran active learningTrategi pembelajaran active learning
Trategi pembelajaran active learning
Chaez Cicuitd
 

La actualidad más candente (20)

Nota bm topik1 oumh1103
Nota bm topik1 oumh1103Nota bm topik1 oumh1103
Nota bm topik1 oumh1103
 
Sumber Media dan Pembelajaran SD Kelompok 1
Sumber Media dan Pembelajaran SD Kelompok 1Sumber Media dan Pembelajaran SD Kelompok 1
Sumber Media dan Pembelajaran SD Kelompok 1
 
Keberkesanan Penggunaan Google Slides Sebagai Alat Bantu Mengajar (ABM) dala...
 Keberkesanan Penggunaan Google Slides Sebagai Alat Bantu Mengajar (ABM) dala... Keberkesanan Penggunaan Google Slides Sebagai Alat Bantu Mengajar (ABM) dala...
Keberkesanan Penggunaan Google Slides Sebagai Alat Bantu Mengajar (ABM) dala...
 
MINI KAJIAN TINDAKAN
MINI KAJIAN TINDAKANMINI KAJIAN TINDAKAN
MINI KAJIAN TINDAKAN
 
Perbedaan Model pebelajaran.docx
Perbedaan Model pebelajaran.docxPerbedaan Model pebelajaran.docx
Perbedaan Model pebelajaran.docx
 
Media dalam proses pembelajaran
Media dalam proses pembelajaranMedia dalam proses pembelajaran
Media dalam proses pembelajaran
 
Soalan turn in angle rosees lihi
Soalan turn in angle rosees lihiSoalan turn in angle rosees lihi
Soalan turn in angle rosees lihi
 
BBM dalam pengajaran
BBM dalam pengajaranBBM dalam pengajaran
BBM dalam pengajaran
 
25146893 konsep-bahan-bantuan-mengajar-dan-ciri baru
25146893 konsep-bahan-bantuan-mengajar-dan-ciri baru25146893 konsep-bahan-bantuan-mengajar-dan-ciri baru
25146893 konsep-bahan-bantuan-mengajar-dan-ciri baru
 
Media pembelajaran di TK
Media pembelajaran di TKMedia pembelajaran di TK
Media pembelajaran di TK
 
ABM matematik
ABM matematikABM matematik
ABM matematik
 
Teknologi media pembelajaran bahas arab
Teknologi media pembelajaran bahas arabTeknologi media pembelajaran bahas arab
Teknologi media pembelajaran bahas arab
 
Isl minggu 2
Isl minggu 2Isl minggu 2
Isl minggu 2
 
Unit 1 konsep abm pdf
Unit 1 konsep abm pdfUnit 1 konsep abm pdf
Unit 1 konsep abm pdf
 
Kelebihan dan Kelemahan Metode Presentasi dalam Pembelajaran
Kelebihan dan Kelemahan Metode Presentasi dalam PembelajaranKelebihan dan Kelemahan Metode Presentasi dalam Pembelajaran
Kelebihan dan Kelemahan Metode Presentasi dalam Pembelajaran
 
Prinsip penggunaan bbm
Prinsip penggunaan bbmPrinsip penggunaan bbm
Prinsip penggunaan bbm
 
komparasi media pembelajaran
komparasi media pembelajarankomparasi media pembelajaran
komparasi media pembelajaran
 
Trategi pembelajaran active learning
Trategi pembelajaran active learningTrategi pembelajaran active learning
Trategi pembelajaran active learning
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 

Destacado (8)

Kcd
KcdKcd
Kcd
 
Moderne technologie 3
Moderne technologie 3Moderne technologie 3
Moderne technologie 3
 
Звук. Характеристики звуку
Звук. Характеристики звукуЗвук. Характеристики звуку
Звук. Характеристики звуку
 
소셜미디어의 이해
소셜미디어의 이해소셜미디어의 이해
소셜미디어의 이해
 
Nova universo 1
Nova universo 1Nova universo 1
Nova universo 1
 
開示
開示開示
開示
 
Slide de ppp3 apresentação e postagem final
Slide de ppp3 apresentação e postagem finalSlide de ppp3 apresentação e postagem final
Slide de ppp3 apresentação e postagem final
 
BSB Demo Day - Fischer - Strategische Werkzeuge
BSB Demo Day - Fischer - Strategische WerkzeugeBSB Demo Day - Fischer - Strategische Werkzeuge
BSB Demo Day - Fischer - Strategische Werkzeuge
 

Similar a Hal.76 84 pendayagunan media pembelajaran

Materi 1
Materi 1Materi 1
Materi 1
Deni66
 
Media pembelajaran di TK
Media pembelajaran di TKMedia pembelajaran di TK
Media pembelajaran di TK
titin_narjuati
 
peranan guru dalam pendidikan moral
peranan guru dalam pendidikan moralperanan guru dalam pendidikan moral
peranan guru dalam pendidikan moral
Wan Nor Faezah
 
UTS Mona Suci Oktaviana
UTS Mona Suci OktavianaUTS Mona Suci Oktaviana
UTS Mona Suci Oktaviana
Mahasiswa
 
EDU 3105 Teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran
EDU 3105 Teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran EDU 3105 Teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran
EDU 3105 Teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran
Noor Syazwanni
 
Supervisi pendidikan
Supervisi pendidikanSupervisi pendidikan
Supervisi pendidikan
Tika Adhitya
 
Memanfaatkan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.pptx
Memanfaatkan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.pptxMemanfaatkan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.pptx
Memanfaatkan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.pptx
sitiulpa
 
Teknik penyajian materi dalam kelas
Teknik penyajian materi dalam kelasTeknik penyajian materi dalam kelas
Teknik penyajian materi dalam kelas
Masriqon Masriqon
 

Similar a Hal.76 84 pendayagunan media pembelajaran (20)

Materi 1
Materi 1Materi 1
Materi 1
 
Makalah METODE POKOK MENGAJAR
Makalah METODE POKOK MENGAJARMakalah METODE POKOK MENGAJAR
Makalah METODE POKOK MENGAJAR
 
Media pembelajaran di TK
Media pembelajaran di TKMedia pembelajaran di TK
Media pembelajaran di TK
 
peranan guru dalam pendidikan moral
peranan guru dalam pendidikan moralperanan guru dalam pendidikan moral
peranan guru dalam pendidikan moral
 
Media pem
Media pemMedia pem
Media pem
 
UTS Mona Suci Oktaviana
UTS Mona Suci OktavianaUTS Mona Suci Oktaviana
UTS Mona Suci Oktaviana
 
EDU 3105 Teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran
EDU 3105 Teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran EDU 3105 Teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran
EDU 3105 Teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran
 
Lomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangkaLomba media pembelajaran pgri cinangka
Lomba media pembelajaran pgri cinangka
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
 
Supervisi pendidikan
Supervisi pendidikanSupervisi pendidikan
Supervisi pendidikan
 
Lomba media pembelajaran
Lomba media pembelajaranLomba media pembelajaran
Lomba media pembelajaran
 
Memanfaatkan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.pptx
Memanfaatkan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.pptxMemanfaatkan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.pptx
Memanfaatkan Multi Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.pptx
 
Proposal skripsiku yang di buat dengan sepenuh hati
Proposal skripsiku yang di buat dengan sepenuh hatiProposal skripsiku yang di buat dengan sepenuh hati
Proposal skripsiku yang di buat dengan sepenuh hati
 
Artikel azizil alim, s.pd., 199512142019021001, smpn16 malang compressed
Artikel azizil alim, s.pd., 199512142019021001, smpn16 malang compressedArtikel azizil alim, s.pd., 199512142019021001, smpn16 malang compressed
Artikel azizil alim, s.pd., 199512142019021001, smpn16 malang compressed
 
MEDIA PEMBELAJARAN.pptx
MEDIA PEMBELAJARAN.pptxMEDIA PEMBELAJARAN.pptx
MEDIA PEMBELAJARAN.pptx
 
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6
Media dan pemanfaatan sumber belajar ips kelas 5 dan 6
 
Landasan dan asas
Landasan dan asasLandasan dan asas
Landasan dan asas
 
Laporan media pembelajaran kel 6
Laporan media pembelajaran kel 6Laporan media pembelajaran kel 6
Laporan media pembelajaran kel 6
 
Media pengajaran
Media pengajaranMedia pengajaran
Media pengajaran
 
Teknik penyajian materi dalam kelas
Teknik penyajian materi dalam kelasTeknik penyajian materi dalam kelas
Teknik penyajian materi dalam kelas
 

Hal.76 84 pendayagunan media pembelajaran

  • 1. Opini Pendayagunaan Media Pembelajaran Pendayagunaan Media Pembelajaran Thomas Wibowo Agung Sutjiono*) Abstrak ekurang-kurangnya ada tujuh alasan mengapa sampai saat ini masih S ada sejumlah guru yang enggan menggunakan media pembelajaran. Ketujuh alasan tersebut adalah: pertama menggunakan media itu repot, kedua media itu canggih dan mahal, ketiga guru tidak terampil menggunakan media , keempat media itu hiburan sedangkan belajar itu serius, kelima tidak tersedia di sekolah, keenam kebiasaan menikmati ceramah/bicara, ketujuh kurangnya penghargaan dari atasan. Untuk mengatasi semua alasan tersebut hanya satu hal yang diperlukan, yaitu perubahan sikap guru. Kata kunci: Media pembelajaran, guru, sikap Abstract There are at least seven reasons explaining why some teachers do not want to use media, in their teaching. According to them media learning are : 1) difficult to be used, 2) sophisticated and expensive, 3) lack of skill ,4) media is entertainment while study is serious, 5) not available at school, 6) usage/ habits to enjoy lecture or speech, 7) not enough appreciation enough from the superior. One thing that needs to be done to handle this problem is changing the theacher’s attitude . Guru dan Media Perubahan global dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi, terutama yang berhubungan dengan sistem pendidikan di sekolah menuntut adanya perubahan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Sejak zaman dahulu ada anggapan yang salah kaprah, yaitu bahwa guru adalah orang yang paling tahu. Pendapat itu terus berkembang menjadi guru lebih dulu tahu atau pengetahuan guru hanya beda semalam dibandingkan dengan murid. Namun sekarang bukan saja pengetahuan guru sama dengan *) Kepala SMP BPK PENABUR Tasikmalaya 76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005
  • 2. Pendayagunaan Media Pembelajaran murid, bahkan murid dapat lebih dulu tahu daripada gurunya. Ini semua dapat terjadi akibat perkembangan media informasi yang begitu cepat di sekitar lingkungan kita. Pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Banyak contoh, murid dapat lebih dulu mendapat informasi dengan cara mengakses informasi dari media massa seperti : surat kabar, televisi, hand phone (sms/mms), bahkan internet. Sedangkan seringkali guru dengan alasan klasik “masalah ekonomi”, mereka tidak dapat mengakses informasi dengan cepat. Bagaimana guru menyikapi perkembangan ini? Setidaknya ada tiga kelompok guru dalam menyikapi hal ini, seperti tidak peduli, menunggu petunjuk, atau cepat menyesuaikan diri. Kelompok pertama yaitu guru yang tidak peduli. Seorang guru yang mempunyai rasa percaya diri berlebihan (over confidence) barangkali akan berpegang kepada anggapan bahwa sampai kapanpun posisi guru tidak akan tergantikan. Dalam setiap proses pembelajaran tetap diperlukan sentuhan manusiawi dari seorang guru. Guru dalam kelompok ini menggambarkan murid sebagai seseorang yang bersifat tergantung. Pengalaman yang dimiliki murid tidak besar nilainya. Pengalaman yang sangat besar manfaatnya adalah pengalaman yang diperoleh dari gurunya. Murid tetap memerlukan sentuhan psikologis dari seorang guru. Guru dalam mengajar tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan murid itu sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya. Harus dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan perkembangan psikologis. Teknologi tidak dapat menggantikan manusia. Teknologi secanggih komputer Pentium 4, DVD, internet atau apapun, tidak dapat menggantikan manusia. Bagaimanapun teknologi berkembang secara pesat, guru tetap sebagai yang “harus digugu dan ditiru”. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa media tidak dapat menggantikan posisi guru, namun sikap tidak peduli terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi, bukanlah sikap yang tepat. Walaupun bagaimana, lingkungan kita terus berkembang, tuntutan masyarakat terhadap kualitas guru semakin meningkat. Guru harus peduli. Kelompok kedua adalah yang menunggu petunjuk. Kelompok inilah yang paling banyak ditemukan di sekolah. Mungkin ini akibat dari kebijakan sistem pendidikan selama ini. Guru dalam sistem pendidikan nasional dianggap sebagai “tukang” melaksanakan kurikulum yang demikian rinci dan kaku. Kurikulum sangat lengkap dengan berbagai petunjuk teknis pelaksanaannya, sehingga guru tinggal melaksanakan tanpa boleh menyimpang dari pedoman baku yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya, kurikulum dilengkapi dengan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang kemudian oleh Tim Guru Mata Pelajaran atau MGMP dijabarkan dalam Program Tahunan, Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005 77
  • 3. Pendayagunaan Media Pembelajaran Program Semester, AMP, Satuan Pelajaran, Rencana Pelajaran atau Skenario Pelajaran, dan sebagainya, yang semuanya dibuat secara rinci, tanpa peduli kondisi sekolah yang berbeda-beda. Kelompok ketiga guru yang cepat menyesuaikan diri. Sejalan dengan perubahan kurikulum, otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah atau berbasis kompetensi, bukan lagi saatnya bagi guru untuk selalu menunggu petunjuk. Guru adalah tenaga profesional, bukan amatir. Dengan berdasar pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran setiap guru dituntut untuk dapat mengembangkan bahan ajar bagi murid dalam suatu proses pelaksanaan pembelajaran yang berkesinambungan. Guru dituntut untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi murid, bukan sekedar pengetahuan tetapi murid-murid hendaknya mampu berpikir (kognitif), mampu menentukan sikap (affektif) dan mampu bertindak (psikomotor), sehingga nantinya menjadi manusia yang bermartabat. Oleh karena itu saran yang tepat untuk guru adalah cepat-cepatlah menyesuaikan diri. Guru perlu segera mereposisi perannya saat ini, guru tidak lagi menjadi orang yang paling tahu di kelas, namun guru harus mampu menjadi fasilitator dalam belajar. Ada banyak sumber belajar yang tersedia di lingkungan kita, apakah sumber belajar yang dirancang untuk belajar ataukah yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Guru yang baik akan merasa senang kalau muridnya lebih pandai dari dirinya. Mengapa Media Pembelajaran itu Perlu? Pernahkah guru menghadapi kesulitan dalam menjelaskan suatu materi pelajaran kepada murid? Misalnya : guru ingin menjelaskan tentang seekor binatang padang pasir yang disebut unta kepada murid TK atau SD di kelas awal. Contoh lain guru ingin menjelaskan tentang kereta api kepada murid di daerah yang tidak ada kereta api, guru akan menjelaskan tentang pasar terapung, guru akan menjelaskan tentang bahayanya narkoba dan zat adiktif. Berikut ini beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan oleh guru. Cara pertama, guru bercerita tentang unta, kereta api, pasar terapung atau narkoba dan zat adiktif. Guru dapat bercerita mungkin karena pengalaman, membaca buku, cerita orang lain atau pernah melihat objek-objek itu. Apabila murid-murid di sekolah tersebut sama sekali belum tahu, belum pernah melihat objek-objek tersebut di televisi atau melihat gambarnya di buku, maka betapa sulitnya guru menjelaskan hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut. Kalau gurunya seorang yang ahli berceritera, tentu cerita guru itu akan sangat menarik bagi murid-muridnya. Namun tidak semua orang diberikan karunia kepandaian bercerita. Penjelasan dengan kata-kata mungkin akan 78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005
  • 4. Pendayagunaan Media Pembelajaran menghabiskan waktu yang lama. Pemahaman murid berbeda sesuai dengan pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan mungkin akan menimbulkan kesalahan persepsi. Cara kedua, guru membawa murid studi wisata melihat obyek-obyek itu. Guru membawa murid ke stasiun kereta, ke RSKO, atau menugasi muridnya melakukan pengamatan dan wawancara. Cara ini lebih efektif dibandingkan dengan cara lainnya. Namun masalahnya berapa biaya yang harus ditanggung, dan berapa lama waktu yang diperlukan. Cara ini efektif walaupun tidak efisien. Tidak mungkin semua murid dapat mengalami karena berbagai keterbatasan misalnya jarak, tempat dan biaya. Cara ketiga, guru membawa gambar, lukisan, foto, slide, film, video-vcd, tentang objek-objek tersebut. Cara ini akan membantu guru dalam memberikan penjelasan. Selain menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan guru- pun akan lebih mudah dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilangkan kesalahanpemahaman, serta informasi yang disampaikan menjadi konsisten. Ketiga cara di atas dapat kita sebutkan, cara pertama sebagai informasi verbal, cara kedua belajar pengalaman nyata, sedangkan cara ketiga informasi melalui media. Di antara ketiga cara tersebut, cara ketiga adalah cara yang paling tepat dan bijaksana dilakukan oleh guru. Media belajar itu diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/ sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”. Gambar: Kerucut Pengalaman Edgar Dale Simbol verbal Simbol visual Bagan, Diagram, Grafik, dan sejenisnya Rekaman Radio Foto, ilustrasi, slide, dan sejenisnya FILM Film, tuntutan diskusi Televisi Video, Tape, tuntutan Pameran Poster, Display, papan bulletin Tuntutan observasi Darmawisata Demonstrasi Alat-alat, bahan mentah, papan tulis Pengalaman yang didramatisasi Wayang, skrip, drama Pengalaman yang logis Model, objek, specimen Pengalaman yang bertujuan Manual tuntutan Sumber : Arif (1994 : hal. 79) Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005 79
  • 5. Pendayagunaan Media Pembelajaran Mengapa Guru Tidak Menggunakan Media Pembelajaran? Masalah yang sering ditemui di lapangan/di sekolah, mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan menggunakan media dalam mengajar? Berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diskusi dalam berbagai kesempatan dengan para guru, terdapat sekurang-kurangnya tujuh alasan guru tidak menggunakan media pembelajaran, yaitu : Pertama, menggunakan media itu repot. Mengajar dengan menggunakan media perlu persiapan. Apalagi kalau media itu semacam OHP, audio visual, vcd, slide projector atau internet. Perlu listrik lagi. Guru sudah sangat repot dengan menulis persiapan mengajar, jadwal pelajaran yang padat, jumlah kelas paralel yang sedikit, masalah keluarga di rumah dan lain-lain. Mana sempat memikirkan media pembelajaran. Demikianlah beberapa alasan yang sering dikemukakan oleh para guru. Padahal kalau guru mau berpikir dari aspek lain, bahwa dengan media pembelajaran akan lebih efektif, maka tidak ada alasan repot. Pikirkanlah bahwa sedikit repot, tetapi akan mendapatkan hasil optimal. Media pembelajaran juga relatif awet, artinya sekali menyiapkan bahan pembelajaran, dapat dipakai beberapa kali penyajian. Selanjutnya tidak repot lagi. Kedua, media itu canggih dan mahal. Tidak selalu media itu harus canggih dan mahal. Nilai penting dari sebuah media pembelajaran bukan terletak pada kecanggihannya (apalagi harganya yang mahal) namun pada efektifitas dan efisiensi dalam membantu proses pembelajaran. Banyak media sederhana yang dapat dikembangkan oleh guru dengan harga murah. Kalaupun dibutuhkan media canggih semacam audio- visual atau multi media, maka “cost-nya” akan menjadi murah apabila dapat digunakan oleh banyak murid dan beberapa guru. Ketiga, tidak bisa. Demam teknologi ternyata menyerang sebagian dari guru-guru kita. Ada beberapa guru yang “takut” dengan peralatan elektronik, takut kena setrum, takut korsleting, takut salah pijit, dan sebagainya. Alasan ini menjadi lebih parah ditambah dengan takut rusak. Akibatnya media OHP, audio-visual atau slide projector yang telah dimiliki, sejak awal beli baru tetap tersimpan rapi di ruang kepala sekolah. Sebenarnya, dengan sedikit latihan dan mengubah sikap bahwa media mudah dan menyenangkan, maka segala sesuatunya akan berubah. Keempat, media itu hiburan (membuat murid main-main, tidak serius), sedangkan belajar itu serius. Alasan ini sudah jarang ditemui di sekolah, namun tetap ada. Menurut pendapat orang-orang terdahulu belajar itu harus dengan serius. Belajar itu harus mengerutkan dahi. Media pembelajaran itu 80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005
  • 6. Pendayagunaan Media Pembelajaran identik dengan dengan hiburan. Hiburan adalah hal yang berbeda dengan belajar. Tidak mungkin belajar sambil santai. Ini memang pendapat orang- orang zaman dahulu. Paradigma belajar kini sudah berubah. Kalau bisa belajar dengan menyenangkan, mengapa harus dengan menderita?. Kalau dapat dilakukan dengan mudah, mengapa harus dipersulit? Kelima, tidak tersedia. Tidak tersedia media pembelajaran di sekolah, mungkin ini adalah alasan yang masuk akal. Tetapi seorang guru tidak boleh menyerah begitu saja. Ia adalah seorang profesional yang harus kreatif, inovatif dan banyak inisiatif. Media pembelajaran tidak harus selalu canggih, namun dapat juga dikembangkan sendiri oleh guru. Dalam hal ini pimpinan sekolah hendaklah cepat tanggap. Jangan sampai suasana kelas itu menjadi gersang, di kelas hanya ada papan tulis dan kapur. Keenam, kebiasaan menikmati ceramah/bicara. Metode mengajar dengan ceramah adalah hal yang enak. Berbicara itu memang nikmat. Inilah kebiasaan yang sulit di rubah. Seorang guru cenderung mengulang cara guru-gurunya yang terdahulu. Mengajar dengan mengandalkan verbal lebih mudah, tidak memerlukan persiapan mengajar yang banyak, jadi lebih enak untuk guru, tetapi tidak enak untuk murid. Hal yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah kepentingan murid yang belajar, bukan kepuasan guru semata. Ketujuh, kurangnya penghargaan dari atasan. Kurangnya penghargaan dari atasan, mungkin adalah alasan yang masuk akal. Sering terjadi bahwa guru yang mengajar dengan media pembelajaran yang dipersiapkan secara baik, kurang mendapatkan penghargaan dari pimpinan sekolah/pimpinan yayasan. Tidak adanya reward bagi guru sering menjadikan guru menjadi “malas”. Selama ini tidak ada perbedaan perlakuan bagi guru yang menggunakan media pembelajaran dengan guru yang mengajar dengan tidak menggunakan media (metode ceramah/bicara saja). Sebetulnya bentuk penghargaan tidak harus dalam bentuk materi, tetapi dapat dengan bentuk pujian atau bentuk lainnya. Apa Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajaran? Sejak tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kebermanfaatan penggunaan media untuk keperluan pembelajaran. Penelitian ini diawali dengan evaluasi media untuk melihat apakah suatu media dapat dipergunakan untuk pembelajaran. Penelitian ini berasumsi bahwa media sebagai stimulus dapat mengubah perilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu dianggap kurang dapat diandalkan Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005 81
  • 7. Pendayagunaan Media Pembelajaran karena hasilnya menunjukkan bahwa semua media dapat dipergunakan untuk pembelajaran. Oleh karena itu penelitian-penelitian berikutnya beralih ke penelitian perbandingan media untuk pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu media lebih baik daripada media lain. Misalnya, apakah gambar diam lebih baik daripada gambar hidup (film) atau apakah media audio lebih baik dari pada media visual. Hasil penelitian-penelitian itu ternyata tidak konsisten dan sulit dapat dipercaya. Kemudian penelitian beralih lagi ke media itu sendiri untuk mengetahui keunggulan suatu media dalam menyampaikan bahan pembelajaran. Hasil penelitian terakhir ini juga tampaknya kurang memuaskan. Dari berbagai jenis penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, diketahui bahwa pada hakikatnya bukan media itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula. Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain : Access Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses. Cost Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin 82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005
  • 8. Pendayagunaan Media Pembelajaran banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun. Technology Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya? Interactivity Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Organization Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar? Novelty Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Penutup Tidak diragukan lagi bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa. Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005 83
  • 9. Pendayagunaan Media Pembelajaran Daftar Pustaka Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. (1999). Quantum learning, membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: KAIFA De Porter, Bobbi; Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie. (2002). Quantum teach- ing, mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung: KAIFA Kemp, Jerrold E. (1994). Designing effective instruction. New York: MacMillan Publisher Sadiman, Arief. (1990). Media pendidikan, pengertian pengembangan dan pemanfaatan. Jakarta: Rajawali 84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005