Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat daya saing industri kecil dan menengah di sektor manufaktur di Jawa Tengah dengan menggunakan kerangka model diamond Porter. Pengukuran indeks daya saing dilakukan dengan menggunakan nilai yang ditetapkan pada peringkat industri, perusahaan, dimensi dan unsur. Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks, industri kecil dan menengah di sektor manufaktur di Jawa Tengah memil
1. Hal: 77–92
PENGUKURAN INDEKS DAYA SAING INDUSTRI KECIL
MENENGAH (IKM) DI JAWA TENGAH
Wiyadi
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
e-mail: wiyadiums@yahoo.com
Abstract
This research aims to analyze the small and medium industries competitiveness in the
manufacturing sector in Central Java by using the framework of Porter's diamond model.
Measurement of the competitiveness index is using the value established in the industry rankings,
the company, dimensions and elements. Based on the results of the index values calculated, small
and medium industries in the manufacturing sector in Central Java are highly competitive both
for each dimension and overall dimensions. According to the results of independent analysis of
samples t test found no significant difference between the competitiveness of small industries with
medium industries. Small and medium industries in the manufacturing sector in Central Java has
also contributed to the regional economy, especially in absorbing labor, establishment of regional
gross domestic product (GDP), providing the output value, non-oil exports, and the absorption of
investment value.
Keyword: small and medium industries, competitiveness index, manufacturing sector
PENDAHULUAN maka pembangunan industri harus mampu
Globalisasi dan liberalisasi per- memberikan kontribusi yang berarti terha-
dagangan internasional telah berdampak dap pembangunan ekonomi, sosial-politik
pada semakin ketatnya persaingan di sektor maupun budaya. Dalam pembangunan in-
industri. Sehingga untuk mengembangkan dustri lebih ditujukan untuk mengatasi
sektor industri agar mampu bersaing di permasalahan nasional, seperti: tingginya
arena yang semakin kompetitif, maka angka pengangguran dan kemiskinan, ren-
mereka harus berdaya saing tinggi. Artinya dahnya pertumbuhan ekonomi, melambat-
daya saing yang didukung oleh kuatnya nya perkembangan ekspor, lemahnya sektor
struktur, tingginya peningkatan nilai tambah infrastruktur, dan kurangnya penguasaan
dan produktivitas di sepanjang rantai nilai teknologi. Sebagai salah satu komponen
produksi, serta sumber daya produktif yang utama dalam pembangunan ekonomi
dimilikinya. nasional, sektor industri bukan saja mampu
Peningkatan daya saing industri memberikan kontribusi output yang besar
secara berkelanjutan membentuk fondasi terhadap perekonomian, tetapi juga dalam
ekonomi yang kuat dalam bentuk stabilitas penyerapan tenaga kerja.
ekonomi makro, iklim usaha dan investasi Kondisi perekonomian kini telah
yang sehat. Ke depan pembangunan industri cenderung semakin mengglobal. Hubungan
harus dibarengi dengan peningkatan kese- di bidang ekonomi antar negara di dunia
jahteraan kepada para stakeholders dengan mulai tidak mengenal batas-batas wilayah
tetap melestarikan lingkungan alam. secara geografis. Sehingga globalisasi telah
Pembangunan industri adalah bagian menyebabkan hilangnya batas ekonomi
secara integral dari pembangunan nasional, diantara negara-negara di dunia. Kondisi ini
77
2. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92
membuat dunia bisnis Indonesia semakin harga lebih kompetitif dibanding pesaing.
menghadapi berbagai tantangan baik dari Oleh sebab itu, pengembangan daya saing
dalam maupun dari luar negeri. industri harus mendapat perhatian dari pihak
Tantangan dari dalam negeri ditandai pengusaha sendiri, pemerintah, industri
oleh persaingan antar perusahaan atau pendukung dan industri terkait lainnya
industri baik dalam bentuk perang harga, (Wiyadi, 2005).
promosi, pelayanan purna jual, dan Pengembangan industri harus
sebagainya. Sedangkan tantangan dari luar dilakukan secara terpadu dan saling terkait
negeri, ditandai oleh masuknya produk diantara industri berskala kecil, menengah
negara lain ke Indonesia dengan harga lebih dan besar. Karena kebijakan pengembangan
murah, kualitas lebih baik, desain lebih secara sektoral oleh pihak pemerintah tidak
menarik, dan sebagainya. boleh dibedakan menurut skala industri
Menghadapi kondisi tersebut setiap (Tambunan, 2003). Sehingga dalam jangka
perusahaan atau industri di Indonesia harus panjang arah pengembangan industri dimak-
efisien agar mampu bersaing dengan sudkan untuk menciptakan peluang pasar
produk-produk dari luar negeri. Untuk baru di peringkat domestik ataupun inter-
memperoleh keunggulan bersaing mereka nasional, menambah kesempatan kerja,
harus dapat menyajikan proses yang lebih menciptakan nilai tambah dan meningkatkan
baik agar mampu menghasilkan produk daya saing industri.
yang lebih berkualitas dengan harga lebih Menurut Porter (1990), persoalan
kompetitif. daya saing industri senantiasa terkait dengan
Dibanding dengan masa-masa se- strategi bersaing yang berorientasikan
belumnya bahwa kondisi lingkungan bisnis kepada harga rendah dan pembedaan pro-
telah berubah secara radikal dan sangat duk. Daya saing industri ialah kemampuan
berbeda. Dalam perspektif bisnis, perubahan suatu industri untuk memperoleh keunggul-
yang dimaksud adalah peningkatan daya an kompetitif dengan mendasarkan pada
saing. Dimana konsep daya saing berkaitan kondisi faktor; kondisi permintaan; strategi
dengan kemampuan meningkatkan posisi perusahaan dan struktur persaingan; serta
tawar (bargaining position) dalam memak- industri pendukung dan industri terkait.
simalkan pencapaian tujuan. Untuk mengetahui industri yang
Sejak dekade 90-an turbulensi mampu bersaing di pasar yang semakin
lingkungan bisnis telah mendorong para kompetitif, maka perlu dilakukan pengukur-
pelaku bisnis skala mikro, kecil, menengah, an daya saing. Pengukuran daya saing in-
maupun besar untuk bertahan dan lebih dustri kecil dan menengah dalam penelitian
maju. Mereka memfokuskan perhatiannya ini didasarkan pada model diamond Porter
pada upaya penciptaan laba dan (1990), dengan pertimbangan:
perkembangan bisnis. Sehingga mereka 1. Model ini bersifat dinamis dan kompre-
yang hanya beroperasi di pasar domestik hensif, karena tidak hanya mencakup
lambat laun akan mengalami persaingan kondisi faktor, tetapi juga dimensi
keras, karena pasar domestik tidak ada lagi penting lainnya secara simultan.
selain pasar global. 2. Daya saing berkaitan dengan konsep
Menghadapi kondisi persaingan yang keunggulan komparatif dan keunggulan
semakin keras, setiap pelaku bisnis harus kompetitif, dimana model ini mencakup
membuat produk sesuai dengan kebutuhan keduanya yang dinyatakan dalam empat
dan keinginan pasar. Produk yang dihasilkan diamond. Namun Porter lebih meng-
harus lebih berkualitas dan dijual dengan utamakan pada konsep keunggulan
78
3. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)
kompetitif. perekonomian wilayah, terutama dalam
3. Model ini mendasarkan pada asumsi, penyerapan tenaga kerja, kebutuhan
bahwa peranan pemerintah adalah kecil investasi, penciptaan nilai output, ekspor
atau bahkan tidak diperhitungkan. non migas, dan pembentukan Produk
Sedangkan dalam era globalisasi setiap Domestik Regional Bruto (PDRB).
perusahaan harus mempunyai ke- Besarnya kontribusi terhadap per-
unggulan kompetitif tanpa bergantung ekonomian wilayah sangat tergantung pada
kepada pemerintah. kemampuan bersaing industri tersebut di
4. Satu kelemahan model ini ialah tidak pasar domestik maupun internasional. Untuk
dapat diterapkan pada aktivitas multi- mengetahui status daya saing IKM di Jawa
nasional secara baik, sehingga model ini Tengah, maka perlu dilakukan pengukuran
lebih sesuai untuk IKM. daya saing dengan menggunakan indeks
5. Walaupun Porter lebih memfokuskan berdasarkan kerangka model diamond Porter
pada daya saing peringkat negara, (1990). Nilai indeks daya saing diukur pada
namun model ini dapat digunakan pada peringkat perusahaan yang menjadi sampel
peringkat industri atau perusahaan. penelitian menurut skala dan dimensi.
Lokasi yang dijadikan obyek pe- KAJIAN PUSTAKA
nelitian adalah di kawasan Jawa Tengah Dampak globalisasi ekonomi dan laju
dengan mendasarkan pada beberapa per- perkembangan teknologi telah mempercepat
timbangan. Pertama, kebanyakan sektor perubahan lingkungan bisnis, membuat
manufaktur yaitu sebanyak 73.5 persen pasar semakin kompetitif, mempersingkat
masih berada di Pulau Jawa dan Bali, siklus hidup produk dan mengurangi margin
dimana 26.0 persen diantaranya berada di keuntungan. Tantangan yang dihadapi
Jawa Tengah (BPS, 2004). Kedua, Jawa perusahaan dalam abad ke 21 ialah
Tengah berada di peringkat ke empat dalam kemampuan untuk tetap bertahan di tengah
daya saing daerah di Indonesia setelah kompetisi global dan menghadapi konsumen
wilayah DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan yang semakin demanding.
Jawa Timur (Abdullah, 2003). Ketiga, Jawa Menurut Porter (1990) dalam Cho
Tengah berada pada posisi yang strategis di dan Moon (2003) suatu industri akan
antara propinsi lain di pulau Jawa, yaitu berhasil dan berdaya saing jika mereka
Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah mempunyai visi atau pandangan yang jelas,
Istimewa Yogyakarta. dinamis dan sesuai dengan kondisi faktor,
Secara nasional IKM sektor kondisi permintaan, strategi perusahaan dan
manufaktur memberi kontribusi dalam (1) struktur persaingan, serta industri pen-
penyerapan tenaga kerja sebanyak 9.344.161 dukung dan industri terkait. Berdasarkan
orang atau 78 persen; (2) PDRB menurut pernyataan tersebut, pengukuran daya saing
harga berlaku sebesar Rp. 222.129,00 milyar IKM di Jawa Tengah menggunakan indeks
atau 41 persen; dan (3) nilai ekspor sebesar yang dibangun berdasarkan ke empat
Rp. 107.915,49 milyar atau 21,11 persen dimensi model diamond Porter (1990).
(BPS, 2006). Sedangkan di propinsi Jawa Model diamond Porter memang telah
Tengah jumlah IKM sektor manufaktur digunakan oleh para peneliti dalam
adalah sebanyak 319.452 unit usaha dan menentukan daya saing industri suatu negara
jumlah industri besar (IB) hanya sebanyak dibanding dengan negara lainnya. Penelitian
496 unit usaha (Disperindag, 2006). Sektor yang menggunakan model diamond Porter
ini pun mempunyai kontribusi terhadap telah banyak dilakukan di berbagai negara,
79
4. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92
diantaranya: Swedia (Nachum, 1998), New Indonesia melalui pemetaan (mapping).
Zealand (Cartwright, 1993), Belanda (Jense Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak
et al., 1994), Kanada (Rugman, 1991b dan menjelaskan bobot setiap indikator yang
1992; Rugman & D’Crusz, 1993; Moon et digunakan menentukan peringkat daya saing
al., 1995 dan 1998). daerah.
Semula model diamond Porter Penelitian mengenai daya saing
digunakan untuk mengukur daya saing industri yang menggunakan pendekatan
negara Kanada. Kelemahan model ini adalah model Porter telah banyak dilakukan oleh
tidak memperhitungkan peranan pemerintah para peneliti terdahulu (Ozlem 2002; Pi-ying
dan aktivitas multinasional tidak terangkum dan Lai 2005; Plawgo dan Chapman 1998).
dengan baik (Rugman, 1991b). Kekurangan Penelitian tersebut juga menggunakan model
model ini, dilanjutkan dengan menggunakan diamond Porter dengan membuat penye-
model diamond ganda atau double diamond suaian terhadap berbagai unsur daya saing
(Rugman & D`Crusz 1993). Namun model menurut jenis industri yang di analisis.
ini hanya sesuai untuk mengukur daya saing Kebanyakan peneliti lebih memfokuskan
negara Kanada, tetapi belum tentu sesuai pada persepsi pengelola dan penentuan
untuk mengukur daya saing di negara peringkat daya saing berdasarkan analisis
lainnya termasuk Indonesia. Analytic Hierarchy Process (AHP).
Model diamond ganda dikembangkan Pengukuran daya saing IKM merujuk
menjadi model diamond ganda digenerali- model diamond Porter dengan melakukan
sasi oleh Moon et al. (1995). Kelebihan beberapa penyesuaian, di antaranya: (1)
model ini adalah dapat mengukur daya saing mengganti unsur biaya bahan dan biaya
di semua negara dan mencakup aktivitas tenaga kerja dengan sumber bahan dan
multinasional maupun pemerintah. Moon et sumber tenaga kerja pada dimensi kondisi
al. (1995) telah melakukan analisis daya faktor, (2) mengganti unsur ukuran pasar
saing untuk negara Korea dan Singapura. dengan unsur target pasar pada dimensi
Namun kekurangan dari model ini yaitu kondisi permintaan, (3) menambah unsur
pengukuran yang bias dalam membanding- akses atau cakupan pasar pada dimensi
kan ukuran dan bentuk diamond domestik kondisi permintaan; (4) menambah unsur
dan diamond internasional. Hasil penelitian- inovasi pada dimensi strategi perusahaan
nya menunjukkan, bahwa negara Korea dan struktur persaingan, (5) menambah
lebih berdaya saing dibanding negara unsur media promosi, penyedia bahan baku,
Singapura dari segi diamond domestik, dan perantara pemasaran pada dimensi
tetapi negara Singapura lebih berdaya saing industri pendukung dan industri terkait.
dibanding negara Korea dari segi diamond Pertimbangan utama peneliti
internasional. Pengukuran ini menyebabkan menyesuaikan beberapa unsur dimensi daya
permasalahan dalam menentukan keunggul- saing model diamond Porter ialah:
an kompetitif absolut. 1. Unsur biaya tenaga kerja dan biaya
Penelitian tentang penentuan indeks bahan pada dimensi kondisi faktor
daya saing pada peringkat perusahaan sudah termasuk dalam penghitungan
dengan menggunakan model diamond Porter biaya per unit produk. Perusahaan akan
belum banyak dilakukan. Kebanyakan lebih berdaya saing manakala meng-
panelitian terdahulu lebih terfokus pada gunakan bahan baku lokal dan tenaga
daya saing negara dan daya saing daerah. kerja lokal, karena lebih efisien.
Abdullah (2002) melakukan pemeringkatan 2. Unsur ukuran pasar pada dimensi
daya saing daerah di 26 propinsi di kondisi permintaan lebih menggambar-
80
5. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)
kan kinerja bukan menggambarkan dimensi kondisi faktor IKM di Jawa Tengah
daya saing. adalah tinggi. Dari segi dimensi kondisi
3. Unsur akses atau cakupan pasar pada permintaan merujuk pada permintaan
dimensi kondisi permintaan lebih domestik, dimana potensi permintaan
menggambarkan potensi daya saing. domestik adalah tinggi, karena Jawa Tengah
Sehingga bagi perusahaan yang memiliki jumlah penduduk sekitar 33 juta
mempunyai akses pasar ke pasar orang dan/atau sekitar 15 persen dari seluruh
internasional akan lebih berdaya saing. penduduk Indonesia.
4. Unsur inovasi pada dimensi strategi Dari segi dimensi strategi firma
perusahaan dan struktur persaingan struktur dan persaingan, kebanyakan IKM
merupakan manivestasi dari kewira- memiliki kemampuan mendiferensiasikan
usahaan yang menjadi salah satu produknya sesuai dengan keinginan
penentu keberhasilan usaha dan daya konsumen yang berbeda. Kebanyakan jenis
saing. peralatan yang digunakan memiliki tingkat
5. Perusahaan akan lebih berdaya saing fleksibilitas tinggi. Usaha yang dikelola
manakala mempunyai kemampuan merupakan warisan orang tua mereka
menjalin kerjasama secara baik dengan dengan pengalaman yang cukup lama.
perusahaan lain, seperti: penyedia Berarti IKM ini memiliki peluang untuk
bahan, para perantara, media promosi, mempertahankan kelangsungan hidup
dan sebagainya. maupun memajukan usahanya.
Dimensi industri pendukung dan
Daya Saing Industri industri terkait akan memberi manfaat
Kondisi persaingan yang semakin kepada perusahaan lain melalui penyediaan
sengit dan mengglobal menuntut setiap bahan baku dan kerjasana dalam satu rantai
industri untuk lebih berdaya saing. Daya kegiatan produksi. Kerjasama dapat me-
saing sebuah perusahaan atau industri libatkan pengembangan teknologi, pembuat-
tergantung kepada potensi dan prospeknya an, distribusi, pemasaran atau pelayanan
di masa mendatang. Untuk mengukur daya lainnya (Porter, 1990). Berbagai lembaga
saing perusahaan atau industri menggunakan yang dapat diajak untuk bekerjasama,
data primer maupun sekunder. Pengukuran diantaranya: lembaga-lembaga keuangan,
indeks daya saing dalam penelitian ini perusahaan pengangkutan umum, penyedia
dilakukan pada peringkat industri, per- bahan, perantara pemasaran, media promosi
usahaan dan dimensi. dan lain-lain.
Konsep daya saing dapat difahami Kerangka model ini menggariskan
dengan melihat seberapa besar nilai indeks kepada empat faktor penentu utama faedah
yang dibentuk berdasarkan pada ke empat persaingan yang dikenali sebagai diamond,
dimensi model diamond Porter. Sebuah yaitu: dimensi kondisi faktor; dimensi
perusahaan atau industri dinyatakan berdaya kondisi permintaan; dimensi strategi
saing tinggi, jika memiliki nilai indeks perusahaan dan struktur persaingan; serta
diatas rata-rata, yaitu 50 bagi daya saing dimensi industri pendukung dan industri
setiap dimensi dan 200 bagi keseluruhan terkait (Porter, 1986). Dimensi kondisi
dimensi. faktor merujuk kepada faktor produksi yang
Dari segi dimensi kondisi faktor, diperlukan oleh industri. Dimensi ini terbagi
Jawa Tengah memiliki sumber daya menjadi faktor dasar dan faktor lanjutan
manusia, sumber alam, dan pengetahuan (advanced). Peranan faktor dasar penting
yang cukup. Sehingga potensi daya saing dalam membangun keunggulan bersaing,
81
6. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92
seperti: sumber daya manusia, sumber alam, bangannya dapat dilakukan secara efektif
pengetahuan, modal, lokasi dan infrastruk- perlu dilakukan pengukuran daya saingnya.
tur. Sedangkan faktor lanjutan melibatkan
komunikasi digital, pendidikan, dan Populasi dan Sampel
teknologi. Dari segi dimensi kondisi faktor, Memahami populasi merupakan
Jawa Tengah memiliki sumber daya masalah penting agar sampel yang diambil
manusia, sumber alam, dan pengetahuan benar-benar mewakili populasinya. Populasi
yang cukup. Sehingga potensi daya saing dalam penelitian ini adalah seluruh unit
dimensi kondisi faktor IKM di Jawa Tengah usaha atau perusahaan manufaktur yang
adalah tinggi. termasuk dalam kategori IKM sektor
Dimensi kondisi permintaan merujuk manufaktur di Jawa Tengah. Persampelan
kepada permintaan domestik. Permintaan ini adalah sebuah proses untuk menentukan
didorong oleh kombinasi dan ciri kebutuhan sebagian populasi sebagai wakil dari seluruh
pembeli domestik. Komposisi permintaan populasi. Pengujian kecukupan sampel
dapat menggambarkan corak dan kebutuhan dilakukan untuk memastikan bahwa ukuran
pembeli. Perusahaan akan mendapatkan sampel yang diambil dapat mewakili
manfaat dari permintaan domestik yang populasi. Pengujian kecukupan sampel
memberi gambaran awal kebutuhan pembeli penelitian menggunakan uji binomial
untuk bersaing di pasar internasional dan dengan melihat nilai signifikansi dari rasio
berupaya menekan pihak perusahaan lokal sampel terhadap populasi menurut skala
untuk menginovasi produk dengan cepat dan industri. Jika hasil analisis menunjukkan
lebih canggih dibanding pesaing asing. tidak ada perbedaan di antara data sampel
Kondisi tersebut telah banyak membantu dan data populasi secara signifikan, maka
IKM dalam memajukan usahaannya. Jika ukuran sampel yang dipilih cukup untuk
IKM semakin berdaya saing, maka mereka mewakili populasi.
akan dapat menyumbang terhadap Ukuran sampel ialah banyaknya
perekonomian wilayah. individu atau unsur dari populasi yang
Berdasarkan uraian di atas, maka diambil sebagai sampel. Penentuan ukuran
hipotesis penelitian dapat dirumuskan sampel merupakan masalah yang kompleks
sebagai berikut: dan mencakup pertimbangan kuantitatif dan
1. Diduga industri di Jawa Tengah berdaya kualitatif. Sampel yang baik ialah sampel
saing tinggi menurut skala usaha dan yang mempunyai ciri mendekati populasinya
dimensi. (representative). Menurut Gay dan Diehl
2. Terdapat perbedaan yang signifikan (1992) ukuran yang dapat diterima sangat
antara daya saing industri kecil dengan tergantung kepada jenis penelitiannya, yaitu:
industri menengah di Jawa Tengah. (1) jika penelitian bersifat deskriptif sampel
3. IKM sektor manufaktur memberikan penelitian minimal 10 persen dari populasi,
kontribusi yang cukup berarti terhadap (2) jika penelitian bersifat korelasional
perekonomian wilayah di Jawa Tengah. sampel minimal sebanyak 30 subyek, (3)
jika penelitian bersifat kausal-perbandingan
METODE PENELITIAN sampel minimal sebanyak 30 subyek setiap
Obyek penelitian ini adalah IKM kelompok dan (4) jika penelitian bersifat
sektor manufaktur. Sektor ini telah dikenal eksperimental sampel minimal sebanyak 15
sebagai sektor penggerak dan penentu per- subyek setiap kelompok.
tumbuhan ekonomi suatu negara atau Roscoe (1975) memberi pedoman
daerah. Sehingga agar upaya pengem- untuk menentukan ukuran sampel, yaitu: (1)
82
7. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)
dalam setiap penelitian, ukuran sampel ngelola atau pengusaha untuk memperoleh
sekitar 30 hingga 500; (2) jika faktor yang informasi tambahan. Data sekunder diguna-
digunakan dalam penelitian banyak, maka kan untuk menimbulkan isu-isu penelitian
ukuran sampel minimal 10 kali dari jumlah serta mendukung hasil penelitian. Data se-
faktor; (3) jika sampel penelitian akan dibagi kunder diambil dari lembaga pemerintah
menjadi beberapa bagian, maka ukuran (seperti: BPS, Dinas Perindustrian Jawa
sampel penelitian minimal 30 untuk setiap Tengah) dan berbagai hasil publikasi yang
bagian yang diperlukan. Menurut Fraenkel meliputi jumlah IKM, penyerapan tenaga
dan Wallen (1993:92) besar sampel minimal kerja, nilai investasi, PDRB, nilai output dan
bagi penelitian deskriptif sebanyak 100, lain-lain.
penelitian korelasional sebanyak 50, Instrumen penelitian yang digunakan
penelitian kausal perbandingan 30 setiap untuk pengumpulan data berbentuk
kelompok dan bagi penelitian eksperimental kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan
sebanyak 30 atau 15. memodifikasi dari Rooyen (2000).
Penelitian ini mengukur daya saing Kuesioner dibuat dalam berbentuk soal isian
industri manufaktur menurut unsur, dimensi dan pilihan. Kuesioner yang berbentuk soal
dan kelompok industri. Penentuan ukuran isian berkaitan dengan informasi seperti:
sampel dalam penelitian ini sebanyak 400 umur responden, pengalaman mengelola
orang responden. Sehingga dari segi ukuran perusahaan, jumlah dan jenis modal yang
sampel adalah mencukupi, karena sampel digunakan, nilai peralatan yang dimiliki,
penelitian bagi setiap kelompok industri nilai penjualan, jumlah dan sumber tenaga
lebih dari 30 orang responden seperti yang kerja, variasi produk yang dihasilkan, dan
dinyatakan oleh Gay dan Diehl (1992), frekuensi memodifikasi produk. Kuesioner
Roscoe (1975) serta Fraenkel dan Wallen yang berbentuk soal pilihan meliputi:
(1993). orientasi strategi bersaing, ancaman pen-
Penelitian ini menggunakan teknik datang baru, peranan lembaga keuangan,
persampelan bertujuan atau purposive peranan perusahaan pengangkutan umum,
sampling, yaitu pemilihan sampel dengan peranan penyedia bahan baku, peranan
kriteria atau ciri-ciri yang telah ditentukan penyalur, dan media promosi.
sebelumnya. Mereka yang dijadikan sampel Skala pengukuran rasio, digunakan
penelitian adalah sebagian pengusaha sektor untuk mengukur unsur yang membentuk
manufaktur di Jawa Tengah, banyak daya saing yaitu: akses pasar, target pasar,
menggunakan bahan baku dan tenaga kerja pertumbuhan pasar, kemampuan mengelola,
lokal, termasuk dalam katagori IKM. dan inovasi produk. Pengukuran unsur infra-
struktur, modal dan ukuran pasar meng-
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data gunakan nilai nominal. Pengukuran unsur
Data dalam penelitian ini terbagi pengetahuan, teknologi dan penyesuaian
menjadi data primer dan data sekunder. Data menggunakan skala interval. Pengukuran
primer diperoleh melalui metode survai unsur strategi bersaing menggunakan dumi.
dengan menggunakan kuesioner yang Sedangkan untuk mengukur unsur ancaman
disebarkan secara langsung kepada 400 pendatang baru, lembaga keuangan, pe-
orang pengusaha sebagai responden. Metode rusahaan pengangkutan umum, penyedia
ini dipilih agar tingkat pengembalian bahan, penyalur atau perantara pemasaran
jawaban kuesioner tinggi. dan media promosi didasarkan pada nilai
Peneliti juga melakukan wawancara persepsi responden dengan menggunakan
secara mendalam dengan beberapa pe- skala Likert.
83
8. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92
Pembuatan kuesioner diawali dengan Z ijkl =
X ijkl − min( X ijkl )
melakukan pilot test untuk memastikan (Saaty 1980;
Max( X ijkl − Min( X ijkl )
bahwa kuesioner tersebut benar-benar dapat UNDP 2002)
digunakan sebagai instrumen penelitian. Zijkl= Hasil normalisasi nilai daya
Peneliti melakukan pilot test terhadap 20 saing unsur i, dimensi j, kelom-
perusahaan kecil, serta 15 perusahaan pok industri k, perusahaan l
menengah. Analisis faktor dilakukan untuk Xijkl= Nilai daya saing unsur i, dimensi
memastikan seluruh unsur dari ke empat j, kelompok industri k,
dimensi daya saing dapat digunakan sebagai perusahaan l yang dinormalisasi
instrumen penelitian. Hasil pilot test 3. Pengujian secara statistik melalui uji
menyatakan bahwa nilai loading factor bagi beda dua rata-rata dan uji levene. Untuk
setiap unsur daya saing adalah lebih besar uji beda dua rata-rata menggunakan
dari 0.50. Berarti kuesioner yang dibuat Independent Sampel t test. Ujian ini
dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. dimaksudkan untuk menganalisis
Teknik Analisis Data adakah perbedaan daya saing antara
Setelah data terkumpul, selanjutnya industri kecil dengan industri
dianalisis untuk menjawab berbagai menengah. Uji levene dilakukan untuk
pertanyaan penelitian dan membuktikan memastikan bahwa varian sampel sama
hipotesis penelitian. Untuk menganalisis dengan varian populasinya.
data dilakukan beberapa tahapan yaitu: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis faktor diperlukan untuk Daya saing IKM diukur dengan
menentukan besarnya Eigenvalue menggunakan indeks yang dibentuk ber-
sebagai pembobot setiap unsur dan dasarkan ke empat dimensi diamond Porter,
dimensi daya saing seluruh industri yaitu: dimensi kondisi faktor; dimensi
yang diteliti. Selain digunakan untuk kondisi permintaan; dimensi strategi per-
menghitung nilai indeks daya saing juga usahaan dan struktur persaingan; serta
untuk memperingkat dimensi dan unsur dimensi industri pendukung dan industri
pembentuk nilai indeks tersebut. terkait. Nilai indeks daya saing IKM di-
2. Penentuan nilai indeks daya saing tentukan oleh bobot setiap unsur dalam
seluruh industri yang diteliti dengan setiap dimensi. Analisis pemeringkatan
rumus sebagai berikut: dimensi daya saing diperlukan untuk me-
1
Cl = n i j Wijk. Zijl (Wiyadi, 2008) ngetahui indeks. Peringkat dalam pem-
l
bentukan
kepentingannya
dimensi daya
Cl = Rata-rata nilai indeks daya saing saing IKM dapat dilihat pada Tabel 1.
industri Dibanding dengan dimensi lainnya,
Wijk = Bobot nilai daya saing unsur i, dimensi kondisi permintaan berada pada
dimensi j, kelompok industri k. peringkat paling tinggi dengan bobot nilai
I = 1, 2, ... sebesar 28,60 persen. Karena kondisi
J = 1, 2, ... 4 permintaan mempunyai peranan paling
K = 1, 2 penting dalam menentukan indeks daya
L = 1, 2, ... nk saing dibanding dimensi-dimensi yang lain,
N = nk = 400 berarti produk IKM telah diterima dan
banyak diminati oleh pemakai domestik
i j Wijk = Wjk = 1
j
ataupun luar negara. Sehingga pada masa
84
9. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)
mendatang pasaran produk IKM mempunyai harganya kompetitif.
prospek yang cerah kerana banyak dan Pemeringkatan unsur daya saing pada
semakin meningkatnya jumlah penduduk di setiap dimensi juga diperlukan untuk
Jawa Tengah, Indonesia maupun luar menentukan kepentingannya dalam menen-
negara. Sedangkan dimensi kondisi faktor tukan nilai indeks daya saing. Peringkat
menempati peringkat kedua, karena produk unsur daya saing dalam setiap dimensi
yang dihasilkan mempunyai ciri khas ditunjukkan oleh Tabel 2.
daerah, desain dan corak menarik serta
Tabel 1: Peringkat dimensi daya saing IKM di Jawa Tengah
Dimensi Daya saing Bobot (%) Peringkat
Kondisi permintaan 28,60 1
Kondisi faktor 26,31 2
Strategi perusahaan dan struktur persaingan 22,70 3
Industri pendukung dan industri terkait 22,39 4
Tabel 2: Peringkat unsur setiap dimensi daya saing IKM
Unsur Daya saing Bobot (%) Peringkat
Kondisi Permintaan 100,00
Segmen pasar 35,54 1
Akses pasar 34,11 2
Pertumbuhan pasar 30,35 3
Kondisi Faktor 100,00
Sumber bahan baku 17,66 1
Sumber tenaga kerja 16,31 2
Sumber modal 15,15 3
Teknologi 13,97 4
Lokasi 13,65 5
Pengetahuan 12,42 6
Kos produk 10,84 7
Strategi Perusahaan dan Struktur Persaingan 100,00
Ancaman pendatang baru 19,32 1
Penyesuaian 18,76 2
Strategi bersaing 17,08 3
Inovasi 15,77 4
Kemampuan manajerial 15,10 5
Fleksibilitas 13,97 6
Industri Penyokong dan Industri Berkait 100,00
Penyedia bahan 22,34 1
Lembaga keuangan 21,96 2
Perusahaan pengangkutan umum 20,60 3
Media promosi 19,04 4
Perantara pemasaran 16,06 5
Sumber: Data primer 2006, diolah
85
10. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92
Berdasarkan Tabel 2 di atas, bahwa Unsur penyedia bahan menempati
unsur segmen pasar menempati peringkat peringkat tertinggi pada dimensi industri
pertama pada dimensi kondisi permintaan pendukung dan industri terkait dengan nilai
dengan bobot nilai sebesar 35,54 persen. kepentingan sebesar 22,34. Unsur ini sangat
Dalam hal ini perusahaan mampu mencitra- penting, karena mempengaruhi keberhasilan
kan produknya, sehingga kebanyakan pem- perusahaan melalui penyediaan produk
beli produk berasal dari para pelanggan. Ini sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
berarti penentu utama daya saing perusahaan konsumen ataupun pelanggan. Sedangkan
adalah unsur segmen pasar. Unsur akses unsur lembaga keuangan penempati
pasar mempunyai nilai sebesar 34,11 persen. peringkat kedua dengan nilai kepentingan
Nilai ini melambangkan kemampuan sebesar 21,96. Hal ini, karena peran serta
perusahaan menjangkau daerah pemasaran dari lembaga ini sangat membantu
yang luas bukan hanya di pasar domestik kelancaran perusahaan dalam mencapai
tetapi juga ke pasar internasional. keberhasilan usaha.
Unsur pembentuk daya saing dimensi
kondisi faktor yang menempati peringkat Penentuan Indeks Daya Saing IKM
paling tinggi adalah unsur sumber bahan Setelah bobot nilai ditentukan dan
baku dengan nilai kepentingan sebesar dilakukan normalisasi terhadap data yang
17,66. dan selanjutnya disusul oleh unsur diperoleh, maka tahap selanjutnya menentu-
sumber tenaga kerja dengan nilai kepenting- kan besarnya indeks daya saing bagi seluruh
an sebesar 16,31. Tingginya nilai kedua IKM di Jawa Tengah seperti yang terlihat
unsur tersebat disebabkan kebanyakan pada Tabel 3. Indeks daya saing dihitung
perusahaan mengutamakan penggunaan bagi setiap unsur dan dimensi.
bahan dan tenaga kerja lokal. Seperti dinyatakan diatas, IKM yang
Pada dimensi strategi perusahaan dan diteliti terbagi menjadi dua kelompok
struktur persaingan, unsur ancaman pen- industri, yaitu industri kecil dan industri
datang baru dan unsur penyesuaian masing- menengah. Setiap kelompok industri mem-
masing menempati peringkat pertama dan punyai karakteristik dan persoalan yang
kedua dengan mempunyai nilai kepentingan berbeda. Penentuan nilai indeks daya saing
sebesar 19,32 dan 18,76. Hal ini menunjuk- dengan mempertimbangkan bobot nilai
kan bahwa masuknya para pendatang baru setiap unsur. Besarnya nilai indeks diguna-
kedalam industri manufaktur merupakan kan untuk menggambarkan status daya saing
ancaman serius bagi IKM di Jawa Tengah. seluruh IKM yang diteliti. Pemeringkatan
Kebanyakan perusahaan juga menganggap dimensi dan unsur daya saing dimaksudkan
bahwa penyesuaian merupakan unsur untuk mengetahui kepentingan setiap
penting untuk memperoleh keunggulan dimensi dan unsur pembentuk daya saing.
bersaing.
86
11. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)
Tabel 3: Hasil Penentuan Indeks Daya Saing IKM di Jawa Tengah
No. Dimensi dan Unsur Daya Saing Indeks Daya Saing Industri
Kecil (231) Menengah (169)
I. Dimensi Kondisi Faktor 74,54 72,02
1. Kos per unit produk 5,68 5,50
2. Sumber Bahan Baku 16,51 16,62
3. Sumber Tenaga Kerja 14,54 14,28
4. Sumber Modal 14,40 14,16
5. Pengetahuan 7,02 6,08
6. Teknologi 4,39 4,80
7. Lokasi 12,00 10,58
II. Dimensi Kondisi Permintaan 68,62 69,77
1. Loyalitas Pelanggan 31,23 30,49
2. Cakupan Pasar 16,31 18,62
3. Pertumbuhan Penjualan 21,08 20,66
III. Dimensi Strategi Perusahaan dan 62,28 59,56
Struktur Persaingan
1. Adapatasi Produk 8,81 7,69
2. Fleksibilitas 8,75 8,16
3. Strategi bersaing 13,68 13,54
4. Kemampuan Manajerial 5,37 5,21
5. Ancaman Pendatang Baru 12,90 12,55
6. Inovasi Produk 12,77 12,41
IV. Dimennsi Industri Pendukung dan 59,69 59,47
Industri Terkait
1. Lembaga Keuangan 14,19 14,26
2. Perusahaan Jasa Transportasi 10,90 11,03
3. Penyedia Bahan Baku 12,86 13,38
4. Perantara Pemasaran 9,75 8,75
5. Perusahaan Media Informasi 11,99 12,05
Total Dimensi 265,13 260,82
Sumber: Data primer 2008. diolah
Berdasarkan Tabel 3 total nilai lebih kecil dibandingkan dengan industri
indeks daya saing industri kecil adalah sebe- menengah (68,62 < 69.77).
sar 265,33 dan industri menengah yaitu Pada dimensi kondisi faktor, nilai
sebesar 260,82. Berarti kedua kelompok indeks daya saing industri kecil sebesar
industri memiliki daya saing tinggi. Namun 74,54 adalah lebih besar dibanding dengan
industri kecil lebih berdaya saing dibanding industri menengah yaitu sebesar 72,02.
dengan industri menengah. Dimana industri Faktor penyebab utamanya adalah lokasi in-
kecil memiliki nilai indeks daya saing lebih dustri yang berada di luar kota kebanyakan-
besar pada dimensi kondisi faktor; dimensi nya industri kecil. Selain itu, rata-rata biaya
strategi perusahaan dan struktur persaingan; per unit produk industri kecil lebih rendah
serta industri pendukung dan industri terkait. dibanding dengan industri menengah. Ber-
Sedangkan untuk dimensi kondisi perminta- arti biaya per unit produk industri kecil lebih
an nilai indeks daya saing industri kecil efisien dibanding dengan industri menengah.
87
12. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92
Nilai indeks daya saing unsur biaya lebih rendah dibanding dengan industri me-
per unit produk adalah rendah, yaitu 5,68 nengah (68,62 < 69,77). Rendahnya nilai
untuk industri kecil dan 5,50 untuk industri indeks daya saing unsur akses pasar produk
menengah. Hal ini disebabkan sebagian pe- industri kecil dibanding dengan industri me-
rusahaan mengalami persoalan terkait de- nengah. Dimana akses pasar industri kecil di
ngan ketersediaan bahan baku, produktivitas pasar lokal lebih besar dibanding dengan
tenaga kerja dan peralatan atau mesin- industri menengah (16 persen > 9 persen).
mesinnya telah berumur tua dan sering rusak. Upaya peningkatan akses pasar perusahaan
Untuk meningkatkan efisiensi biaya per unit perlu melakukan berbagai macam program,
produk, maka perusahaan perlu (1) melaku- seperti: pengembangan produk baru,
kan pembelian bahan secara bersama-sama menambah penggunaan baru, memasuki
dengan perusahaan lain melaui koperasi, (2) segmen baru, memperluas daerah pemasar-
meningkatkan keterampilan pekerja dengan an. Untuk ekspor pemerintah perlu mem-
mengirim mereka mengikuti pelatihan dan berikan fasilitas atau kemudahan
(3) meningkatkan skala produksi berdasar- mengekspor, meningkatkan promosi ekspor
kan peluang permintaan pasaran. ke luar Negara, memperluas pasar ke negara
Nilai indeks daya saing unsur tujuan ekspor yang baru, meningkatkan
pengetahuan adalah rendah, yaitu sebesar diplomasi perdagangan ke luar Negara,
7,02 untuk industri kecil dan 6,08 untuk mengembangkan sistem manajemen infor-
industri menengah. Rendahnya indeks daya masi promosi ekspor, mengadakan forum
saing unsur ini disebabkan rendahnya komunikasi di antara pemerintah dan
kualitas sumber daya manusia, dimana dari usahawan di bidang pengembangan ekspor.
seluruh pengusaha yang diteliti hanya 18 Pada dimensi strategi perusahaan dan
persen yang berpendidikan tinggi. Pada hal struktur persaingan, nilai indeks daya saing
kulaitas sumber daya manusia yang akan industri kecil adalah lebih besar dibanding
menentukan daya saing dan keberhasilan dengan industri menengah (62,68 > 59,56).
perusahaan dalam persaingan. Dimana Sebab industri kecil memiliki nilai indeks
peningkatan kualitas sumber daya manusia daya saing seluruh unsur dalam dimensi ini
dapat dilakukan melalui peningkatan lebih besar dibanding dengan industri me-
pendidikan formal dan non formal melalui nengah. Nilai indeks daya saing unsur ke-
kursus atau pelatihan. mampuan manajerial pada industri kecil dan
Unsur teknologi mempunyai nilai menengah adalah rendah (5,37 dan 5,21).
indeks daya saing rendah, yaitu sebesar 7,02 Rendah nilai indeks daya saing unsur ini
untuk industri kecil dan 6,08 untuk industri disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber
menengah. Rendahnya indeks daya saing daya manusia para pengusaha. Oleh sebab
unsur ini disebabkan rendahnya teknologi itu, para pengusaha harus meningkatkan
yang digunakan untuk proses produksi. Dari pengetahuan mereka melalui pendidikan
hasil penelitian menunjukkan bahwa 36 formal yang lebih tinggi ataupun mengikuti
pengusaha yang dijadikan responden hanya berbagai kursus dan pelatihan. Peningkatan
menggunakan jenis peralatan yang manual daya saing dapat dilakukan pula melalui
sepenuhnya. Kebanyakan jenis peralatan promosi kewirausahaan dengan memanfaat-
yang digunakan juga telah berumur tua dan kan potensi lokal, layanan pengembangan
sering rusak, maka segera memerlukan bisnis (BDS), sosialisasi budaya kerja dan
penggantian. etika berbisnis (seperti: meningkatkan ke-
Pada dimensi kondisi permintaan, mampuan dan kualitas pendidikan
bahwa nilai indeks daya saing industri kecil kewirausahaan), pengadaan sistem insentif
88
13. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)
bagi pengembangan dan pemanfaatan inova- yang signifikan antara daya saing industri
si atau teknologi lokal melalui komer- kecil dengan industri menengah, walau pun
sialisasi hasil inovasi atau teknologi lokal. rata-rata daya saing industri kecil adalah
Sedangkan pada dimensi industri lebih tinggi dibanding rata-rata daya saing
pendukung dan industri terkait, bahwa industri menengah (265.09 > 260.81).
industri kecil relatif lebih berdaya saing di- Dengan demikian hipotesis ke dua yang
banding dengan industri menengah. Dimana menyatakanan bahwa ”terdapat perbedaan
nilai indeks daya saing industri kecil adalah yang signifikan antara daya saing industri
sebesar 59,69 dan industri menengah sebesar kecil dengan industri menengah di Jawa
59,47. Walaupun demikian untuk unsur Tengah” tidak terbukti kebenarannya. Hal
lembaga keuangan, perusahaan jasa ini disebabkan rata-rata indeks daya saing
trasportasi, penyedia bahan, dan media industri kecil dengan industri menengah
prmosi bagi industri menengah memiliki pada setiap unsur maupun dimensi relatif
nilai indeks daya saing lebih besar dibanding sama.
dengan industri kecil. Hanya unsur perantara
pemasaran saja yang memiliki nilai indeks Kontribusi IKM Terhadap Perekonomian
daya saing lebih kecil dibanding dengan Wilayah
industri kecil (9,75 > 8,75). Untuk me- Industri manufaktur mempunyai pe-
ningkatkan daya saing diperlukan adanya ranan yang besar terhadap perekonomian
kerjasama secara terpadu antara pengusaha, wilayah terutama dalam penyerapan tenaga
pemerintah dan perusahaan atau industri kerja, kebutuhan investasi, penciptaan nilai
lainnya. Kerjasama ini terutama dimaksud- output, dan pembentukan PDRB. Menurut
kan untuk memperlancar pemasaran atau data Dinas Perindustrian Propinsi Jawa
pendistribusian produk yang dihasilkan. Tengah tahun 2006, jumlah IKM sektor
manufaktur adalah sebanyak 319.452 unit
Pengujian Statistik usaha dan jumlah industri besar (IB) hanya
Sebagaimana dikemukakan diatas, sebanyak 496 unit usaha. Dari jumlah ter-
bahwa pengujian levene dilakukan dengan sebut, IKM mampu menyerap tenaga kerja
maksud untuk mengetahui apakah varian sebanyak 1.661.635 orang dengan nilai
sampel sama dengan varian populasi. investasi sebesar Rp 862.512 juta. Sebalik-
Dengan menggunakan alat bantu komputer nya IB hanya mampu menyerap tenaga kerja
program SPSS versi 16.0 diperoleh nilai F sebanyak 136.175 orang dengan nilai
hitung sebesar 7.749 pada = 0.187. Berarti ivestasi sebesar Rp. 9.118.102 juta. Infor-
varian sampel adalah sama dengan varian masi ini menunjukkan bahwa IKM termasuk
populasinya. Dengan demikian dapat dalam kategori padat tenaga kerja (labour
disimpulkan, bahwa terdapat homogenitas intensive) dan IB termasuk dalam kategori
data sampel dalam sampel penelitian. modal (capital intensive). Perbedaan ini
Analisis beda dua rata-rata meng- perlu mendapat perhatian para pengambil
gunakan independent sampel T test. Uji ini kebijakan untuk mengembangkan industri
dimaksudkan untuk mengetahui adakah per- manufaktur di Jawa Tengah.
bedaan yang signifikan antara daya saing Sebagaimana dikemukakan di atas,
industri kecil dengan industri menengah. bahwa salah satu unsur penting dalam
Berdasarkan hasil analisis dengan meng- meningkatkan pertumbuhan ekonomi
gunakan alat bantu komputer program SPSS wilayah adalah peranan yang dimainkan
versi 16.0 diperoleh nilai T sebesar 1.518 oleh IKM. Dalam tahun 2006, IKM di Jawa
pada = 0.130. Berarti tidak ada perbedaan Tengah telah memberi kontribusi sebesar
89
14. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92
92,43 persen dari total tenaga kerja sektor menengah, karena diperoleh nilai T hitung
manufaktur di Jawa Tengah. Sehingga jika sebesar 1.518 pada = 0.130. Keempat,
IKM semakin berdaya saing dan berhasil, IKM sektor manufaktur di Jawa Tengah
maka kontribusinya terhadap penyerapan termasuk dalam kategori intensif buruh atau
tenaga kerja semakin meningkat dan jumlah tenaga kerja dan IB termasuk dalam kategori
pengangguran semakin berkurang. intensif modal. Dan kelima, IKM sektor
Dalam tahun 2006, IKM juga telah manufaktur di Jawa Tengah telah menyum-
memberi kontribusi terhadap nilai output bang terhadap perekonomian wilayah dalam
sebesar Rp. 2.971.985 juta atau 22,87 persen bentuk penyerapan tenaga kerja sebesar
dari total nilai output industri manufaktur di 1.661.635 orang atau 92,43 persen dari total
Jawa Tengah. Dibanding dengan nilai in- tenaga kerja sektor manufaktur; penciptaan
vestasi, maka kemampuan nilai investasi nilai output sebesar Rp. 2.971.985 juta atau
menghasilkan nilai output adalah 3,45 kali 22,87 persen dari total nilai output industri
untuk IKM dan sebesar 1.43 kali untuk IB. manufaktur; dan penyerapan nilai investasi
Berarti IKM di Jawa Tengah masih berpe- sebesar 0,09 dari seluruh investasi sekor
luang besar untuk meningkatkan peranannya industri manufaktur.
melalui peningkatan daya saing. Hasil temuan tersebut menunjukkan
Dibandingkan nilai output, bahwa pengusaha IKM sektor manufaktur di
produktivitas tenaga kerja per tahun sebesar Jawa Tengah perlu melakukan beberapa
Rp. 1.788.590,76 untuk IKM dan sebesar perubahan. Di antaranya adalah meningkat-
Rp. 95.429.594,27 bagi IB. Karena kan efisiensi, dengan cara melakukan pem-
produktivitas tenaga kerja IKM lebih kecil belian bahan secara kolektif melalui
dibanding dengan produktivitas tenaga kerja koperasi, meningkatkan keterampilan
IB, berarti IKM di Jawa Tengah kurang pekerja melalui pelatihan, dan meningkatkan
berdaya saing dibanding dengan IB. Namun skala produksi dengan mempertimbangkan
karena IKM lebih banyak menyerap tenaga peluang permintaan pasar. Meningkatkan
kerja dibanding dengan IB sehingga daya kualitas sumber daya manusia terutama pe-
saing IKM perlu ditingkatkan lagi. ngusaha melalui jalur pendidikan formal dan
non formal. Mengganti peralatan yang sudah
PENUTUP ketinggalan, berumur tua dan sering rusak
Penelitian ini berhasil memperoleh dengan peralatan berteknologi terkini.
beberapa temuan penting. Pertama, industri Meningkatkan penjualan melalui penciptaan
kecil sektor manufaktur di Jawa Tengah imej terhadap produknya, mencari segmen
mempunyai indeks daya saing sebesar pasar baru, dan memasuki daerah pemasaran
265,13 dan industri menengah sebesar baru. Serta Menjalin kerja sama dengan
260,82. Karena indeks daya saing IKM lebih pengusaha lain, pemerintah, ataupun lemba-
besar dari 200, berarti berdaya saing tinggi. ga swasta lainnya. Kerjasama tersebut di-
Kedua, Berdasarkan hasil perhitungan bagi maksudkan untuk memperoleh fasilitas pin-
ke empat dimensi daya saing industri kecil jaman, dalam penggunaan peralatan, pema-
dan menengah ternyata mempunyai nilai saran atau pendistribusian dan lain lain.
-
indeks lebih besar dari 50. Berarti daya Sedangkan untuk meningkatkan daya
saing IKM untuk ke empat dimensi adalah saing lebih besar lagi pemerintah perlu
tinggi. Ketiga, berdasarkan hasil analisis memberdayakan IKM dengan sistem rantai
independent sampel T test ternyata tidak nilai (value chain); mendorong kerja sama
terdapat perbedaan yang dignifikan antara yang saling menguntungkan antara IKM
daya saing industri kecil dengan industri dengan IB; mendorong ekspor melalui pem-
90
15. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)
berian fasilitas untuk mengekspor, me- Gay, L.R. and Diehl, P.L. (1992). Research
ningkatkan promosi dagang ke luar Negara, Methods for Business and Mana-
memperluas negara tujuan ekspor, me- gement. New York: Macmillan.
ningkatkan diplomasi perdagangan ke luar Jense, N., Brouthers, K. and Narkos, G.
Negara, pengembangan sistem manajemen (1994). “Porter Diamond” or
informasi promosi ekspor, mengadakan “Multiple diamond”: Competitive
forum komunikasi antara pemerintah dan Advantage in Small European
pengusaha di bidang pengembangan ekspor; countries, In: Yamin M., Burton, F.
mengembangkan kewirausahaan melalui and Cross, A.R. (Eds). The
promosi kewirausahaan dengan memanfaat- Changing European Envionment,
kan potensi lokal, BDS serta sosialisasi bu
- Proceedings of the 21 th annual
daya bekerja dan etika berusaha; serta men- conference of the UK Academy of
ciptakan iklim yang kondusif dalam International Business.
berusaha penghapusan pungutan liar dan Manchester: AIB UK.
memberi hukuman yang berat kepada siapa
pun yang melakukan. Moon, R. and Verbeke. (1995). The Gene-
ralized Double Diamond Approach
DAFTAR PUSTAKA to The Global Competitiveness of
Abdullah, P. (2002). Daya Saing Daerah: Korea and Singapure. In Rugman,
Konsep dan Pengukurannya di A.M. (Ed). Research in Global
Indonesia. Edisi Pertama. Yogya- Strategic Management. Pp . 97-
karta: BPFE-UGM. 114.A Research Annual.
Badan Pusat Statistik-BPS. (2004). Statistik Moon, R. and Verbeke. (1998). The
Indonesia. Jakarta. Generalized Double Diamond
Badan Pusat Statistik-BPS. (2006). Jawa Approach to The Global Competi-
Tengah Dalam Angka. Semarang. tiveness of Korea and Singapure.
International Business Review, 7,
Cartwright, W.R. (1993). Multiple linked 135-150.
diamonds: New Zealand’s ex- Nachum, L. (1998). Do The Diamond of
perience. Management Inter- Foreign Countries Shape The
national Review, 33 (2), 55–70.
Competitiveness of Firms? A Case
Cho, Dong-Sung and Moon, Hwy-Chang. Study of The Swedish Engineering
(2003). From Adam Smith to Consulting Industry. Scand. J.
Michael Porter: Evolusi Teori Mgmt, 14 (4), 459-478.
Daya Saing. (Terjemahan Erly
Suandy). Edisi Pertama. Jakarta: Ozlem, O. (2002). Assessing Porter’s
PT. Salemba Empat. framework for national advantage:
the case of Turkey. Journal of
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dis- Business Research, 55, 509-515.
perindag) Jawa Tengah. (2006). Pi-ying, P. & Lai. (2005). The Competitive-
Statisitik Industri. Semarang.
ness of Real Estatte Industry in
Fraenkel, J.R. and Wallen, N.E. (1993). Taiwan. Taiwan: National Pingtung
How to Design and Evaluate Re- Institut of Commerce.
search in Education. Singapura:
McGraw-Hill Inc. Plawgo, B. and Chapman, M. (1998). The
91
16. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92
Competitiveness of Small and (3), 59–64.
Medium Sized Enterprises. In Rugman, A.M. and D’Cruz. (1993). The
Proceeding of International Con-
ference of Small and Medium Double Diamond Model of Inter-
Enterprises. June. Naples-Italy: national Competitiveness: Canada’s
ICBS Exsperience. Management Inter-
national Review, 33 (3), 17-39.
Porter, M.E. (1986). Competition in global Saaty, T.L. (1980). The Analytical
industries: A conceptual frame- Hierarchy Process. New York:
work. In M.E. Porter (Ed). McGraw-Hill.
Competition in global industries.
Boston, MA: Harvard Business Tambunan, T.T.H. (2003). Perekonomian
School Press. Indonesia: Beberapa Permasala-
Porter, M.E. (1990). The competitive han Penting, Jakarta: Penerbit
advantage of Nations. Harvard Ghalia Indonesia.
Business Review, 2 (March/April). UNDP. (2002). Human Development
Roscoe, J. (1975). Fundamental research Report. United Nation. New York:
statistics for the behavioral sci- Oxford University Press.
ences. New York: Holt, Rinehart, Wiyadi. (2005). Daya Saing Ekspor Dan
& Winston. Kontribusi Industri Dalam
Rugman, A.M. (1991a). Fast Forward: Im- Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa
proving Canada’s International Tengah. Hasil Penelitian yang
Competitiveness. Toronto: Kodak diseminarkan di Pusat Studi
Canada Inc. Kependudukan Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Rugman, A.M. (1991b). Diamond in the Wiyadi. (2008). Daya Saing Industri Skel
rough: Porter and Canada’s inter- Kecil dan Sederhana di Jawa
national competitiveness. Business Tengah Undonesia, Thesis Program
Quarterly, 55 (3), 61–4.
Doktor Falsafah, Fakulti Ekonomi
Rugman, A.M. (1992). Porter takes the dan Perniagaan Universiti Kebang-
wrong turn. Business Quarterly, 56 saan Malaysia.
92