SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 16
Descargar para leer sin conexión
Hal: 77–92
    PENGUKURAN INDEKS DAYA SAING INDUSTRI KECIL
          MENENGAH (IKM) DI JAWA TENGAH
                                                Wiyadi
                  Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
                              e-mail: wiyadiums@yahoo.com
                                                Abstract
             This research aims to analyze the small and medium industries competitiveness in the
   manufacturing sector in Central Java by using the framework of Porter's diamond model.
   Measurement of the competitiveness index is using the value established in the industry rankings,
   the company, dimensions and elements. Based on the results of the index values calculated, small
   and medium industries in the manufacturing sector in Central Java are highly competitive both
   for each dimension and overall dimensions. According to the results of independent analysis of
   samples t test found no significant difference between the competitiveness of small industries with
   medium industries. Small and medium industries in the manufacturing sector in Central Java has
   also contributed to the regional economy, especially in absorbing labor, establishment of regional
   gross domestic product (GDP), providing the output value, non-oil exports, and the absorption of
   investment value.
   Keyword: small and medium industries, competitiveness index, manufacturing sector
PENDAHULUAN                                           maka pembangunan industri harus mampu
       Globalisasi dan liberalisasi per-              memberikan kontribusi yang berarti terha-
dagangan internasional telah berdampak                dap pembangunan ekonomi, sosial-politik
pada semakin ketatnya persaingan di sektor            maupun budaya. Dalam pembangunan in-
industri. Sehingga untuk mengembangkan                dustri lebih ditujukan untuk mengatasi
sektor industri agar mampu bersaing di                permasalahan nasional, seperti: tingginya
arena yang semakin kompetitif, maka                   angka pengangguran dan kemiskinan, ren-
mereka harus berdaya saing tinggi. Artinya            dahnya pertumbuhan ekonomi, melambat-
daya saing yang didukung oleh kuatnya                 nya perkembangan ekspor, lemahnya sektor
struktur, tingginya peningkatan nilai tambah          infrastruktur, dan kurangnya penguasaan
dan produktivitas di sepanjang rantai nilai           teknologi. Sebagai salah satu komponen
produksi, serta sumber daya produktif yang            utama dalam pembangunan ekonomi
dimilikinya.                                          nasional, sektor industri bukan saja mampu
       Peningkatan daya saing industri                memberikan kontribusi output yang besar
secara berkelanjutan membentuk fondasi                terhadap perekonomian, tetapi juga dalam
ekonomi yang kuat dalam bentuk stabilitas             penyerapan tenaga kerja.
ekonomi makro, iklim usaha dan investasi                      Kondisi perekonomian kini telah
yang sehat. Ke depan pembangunan industri             cenderung semakin mengglobal. Hubungan
harus dibarengi dengan peningkatan kese-              di bidang ekonomi antar negara di dunia
jahteraan kepada para stakeholders dengan             mulai tidak mengenal batas-batas wilayah
tetap melestarikan lingkungan alam.                   secara geografis. Sehingga globalisasi telah
       Pembangunan industri adalah bagian             menyebabkan hilangnya batas ekonomi
secara integral dari pembangunan nasional,            diantara negara-negara di dunia. Kondisi ini


                                                                                                         77
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92


membuat dunia bisnis Indonesia semakin          harga lebih kompetitif dibanding pesaing.
menghadapi berbagai tantangan baik dari         Oleh sebab itu, pengembangan daya saing
dalam maupun dari luar negeri.                  industri harus mendapat perhatian dari pihak
        Tantangan dari dalam negeri ditandai    pengusaha sendiri, pemerintah, industri
oleh persaingan antar perusahaan atau           pendukung dan industri terkait lainnya
industri baik dalam bentuk perang harga,        (Wiyadi, 2005).
promosi, pelayanan purna jual, dan                      Pengembangan        industri     harus
sebagainya. Sedangkan tantangan dari luar       dilakukan secara terpadu dan saling terkait
negeri, ditandai oleh masuknya produk           diantara industri berskala kecil, menengah
negara lain ke Indonesia dengan harga lebih     dan besar. Karena kebijakan pengembangan
murah, kualitas lebih baik, desain lebih        secara sektoral oleh pihak pemerintah tidak
menarik, dan sebagainya.                        boleh dibedakan menurut skala industri
        Menghadapi kondisi tersebut setiap      (Tambunan, 2003). Sehingga dalam jangka
perusahaan atau industri di Indonesia harus     panjang arah pengembangan industri dimak-
efisien agar mampu bersaing dengan              sudkan untuk menciptakan peluang pasar
produk-produk dari luar negeri. Untuk           baru di peringkat domestik ataupun inter-
memperoleh keunggulan bersaing mereka           nasional, menambah kesempatan kerja,
harus dapat menyajikan proses yang lebih        menciptakan nilai tambah dan meningkatkan
baik agar mampu menghasilkan produk             daya saing industri.
yang lebih berkualitas dengan harga lebih               Menurut Porter (1990), persoalan
kompetitif.                                     daya saing industri senantiasa terkait dengan
        Dibanding dengan masa-masa se-          strategi bersaing yang berorientasikan
belumnya bahwa kondisi lingkungan bisnis        kepada harga rendah dan pembedaan pro-
telah berubah secara radikal dan sangat         duk. Daya saing industri ialah kemampuan
berbeda. Dalam perspektif bisnis, perubahan     suatu industri untuk memperoleh keunggul-
yang dimaksud adalah peningkatan daya           an kompetitif dengan mendasarkan pada
saing. Dimana konsep daya saing berkaitan       kondisi faktor; kondisi permintaan; strategi
dengan kemampuan meningkatkan posisi            perusahaan dan struktur persaingan; serta
tawar (bargaining position) dalam memak-        industri pendukung dan industri terkait.
simalkan pencapaian tujuan.                             Untuk mengetahui industri yang
        Sejak dekade 90-an turbulensi           mampu bersaing di pasar yang semakin
lingkungan bisnis telah mendorong para          kompetitif, maka perlu dilakukan pengukur-
pelaku bisnis skala mikro, kecil, menengah,     an daya saing. Pengukuran daya saing in-
maupun besar untuk bertahan dan lebih           dustri kecil dan menengah dalam penelitian
maju. Mereka memfokuskan perhatiannya           ini didasarkan pada model diamond Porter
pada upaya penciptaan laba dan                  (1990), dengan pertimbangan:
perkembangan bisnis. Sehingga mereka            1. Model ini bersifat dinamis dan kompre-
yang hanya beroperasi di pasar domestik              hensif, karena tidak hanya mencakup
lambat laun akan mengalami persaingan                kondisi faktor, tetapi juga dimensi
keras, karena pasar domestik tidak ada lagi          penting lainnya secara simultan.
selain pasar global.                            2. Daya saing berkaitan dengan konsep
        Menghadapi kondisi persaingan yang           keunggulan komparatif dan keunggulan
semakin keras, setiap pelaku bisnis harus            kompetitif, dimana model ini mencakup
membuat produk sesuai dengan kebutuhan               keduanya yang dinyatakan dalam empat
dan keinginan pasar. Produk yang dihasilkan          diamond. Namun Porter lebih meng-
harus lebih berkualitas dan dijual dengan            utamakan pada konsep keunggulan


78
Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)



   kompetitif.                                 perekonomian wilayah, terutama dalam
3. Model ini mendasarkan pada asumsi,          penyerapan tenaga kerja, kebutuhan
   bahwa peranan pemerintah adalah kecil       investasi, penciptaan nilai output, ekspor
   atau bahkan tidak diperhitungkan.           non migas, dan pembentukan Produk
   Sedangkan dalam era globalisasi setiap      Domestik Regional Bruto (PDRB).
   perusahaan harus mempunyai ke-                     Besarnya kontribusi terhadap per-
   unggulan kompetitif tanpa bergantung        ekonomian wilayah sangat tergantung pada
   kepada pemerintah.                          kemampuan bersaing industri tersebut di
4. Satu kelemahan model ini ialah tidak        pasar domestik maupun internasional. Untuk
   dapat diterapkan pada aktivitas multi-      mengetahui status daya saing IKM di Jawa
   nasional secara baik, sehingga model ini    Tengah, maka perlu dilakukan pengukuran
   lebih sesuai untuk IKM.                     daya saing dengan menggunakan indeks
5. Walaupun Porter lebih memfokuskan           berdasarkan kerangka model diamond Porter
   pada daya saing peringkat negara,           (1990). Nilai indeks daya saing diukur pada
   namun model ini dapat digunakan pada        peringkat perusahaan yang menjadi sampel
   peringkat industri atau perusahaan.         penelitian menurut skala dan dimensi.
        Lokasi yang dijadikan obyek pe-        KAJIAN PUSTAKA
nelitian adalah di kawasan Jawa Tengah                Dampak globalisasi ekonomi dan laju
dengan mendasarkan pada beberapa per-          perkembangan teknologi telah mempercepat
timbangan. Pertama, kebanyakan sektor          perubahan lingkungan bisnis, membuat
manufaktur yaitu sebanyak 73.5 persen          pasar semakin kompetitif, mempersingkat
masih berada di Pulau Jawa dan Bali,           siklus hidup produk dan mengurangi margin
dimana 26.0 persen diantaranya berada di       keuntungan. Tantangan yang dihadapi
Jawa Tengah (BPS, 2004). Kedua, Jawa           perusahaan dalam abad ke 21 ialah
Tengah berada di peringkat ke empat dalam      kemampuan untuk tetap bertahan di tengah
daya saing daerah di Indonesia setelah         kompetisi global dan menghadapi konsumen
wilayah DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan      yang semakin demanding.
Jawa Timur (Abdullah, 2003). Ketiga, Jawa             Menurut Porter (1990) dalam Cho
Tengah berada pada posisi yang strategis di    dan Moon (2003) suatu industri akan
antara propinsi lain di pulau Jawa, yaitu      berhasil dan berdaya saing jika mereka
Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah              mempunyai visi atau pandangan yang jelas,
Istimewa Yogyakarta.                           dinamis dan sesuai dengan kondisi faktor,
        Secara nasional IKM sektor             kondisi permintaan, strategi perusahaan dan
manufaktur memberi kontribusi dalam (1)        struktur persaingan, serta industri pen-
penyerapan tenaga kerja sebanyak 9.344.161     dukung dan industri terkait. Berdasarkan
orang atau 78 persen; (2) PDRB menurut         pernyataan tersebut, pengukuran daya saing
harga berlaku sebesar Rp. 222.129,00 milyar    IKM di Jawa Tengah menggunakan indeks
atau 41 persen; dan (3) nilai ekspor sebesar   yang dibangun berdasarkan ke empat
Rp. 107.915,49 milyar atau 21,11 persen        dimensi model diamond Porter (1990).
(BPS, 2006). Sedangkan di propinsi Jawa               Model diamond Porter memang telah
Tengah jumlah IKM sektor manufaktur            digunakan oleh para peneliti dalam
adalah sebanyak 319.452 unit usaha dan         menentukan daya saing industri suatu negara
jumlah industri besar (IB) hanya sebanyak      dibanding dengan negara lainnya. Penelitian
496 unit usaha (Disperindag, 2006). Sektor     yang menggunakan model diamond Porter
ini pun mempunyai kontribusi terhadap          telah banyak dilakukan di berbagai negara,


                                                                                       79
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92


diantaranya: Swedia (Nachum, 1998), New         Indonesia melalui pemetaan (mapping).
Zealand (Cartwright, 1993), Belanda (Jense      Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak
et al., 1994), Kanada (Rugman, 1991b dan        menjelaskan bobot setiap indikator yang
1992; Rugman & D’Crusz, 1993; Moon et           digunakan menentukan peringkat daya saing
al., 1995 dan 1998).                            daerah.
        Semula model diamond Porter                     Penelitian mengenai daya saing
digunakan untuk mengukur daya saing             industri yang menggunakan pendekatan
negara Kanada. Kelemahan model ini adalah       model Porter telah banyak dilakukan oleh
tidak memperhitungkan peranan pemerintah        para peneliti terdahulu (Ozlem 2002; Pi-ying
dan aktivitas multinasional tidak terangkum     dan Lai 2005; Plawgo dan Chapman 1998).
dengan baik (Rugman, 1991b). Kekurangan         Penelitian tersebut juga menggunakan model
model ini, dilanjutkan dengan menggunakan       diamond Porter dengan membuat penye-
model diamond ganda atau double diamond         suaian terhadap berbagai unsur daya saing
(Rugman & D`Crusz 1993). Namun model            menurut jenis industri yang di analisis.
ini hanya sesuai untuk mengukur daya saing      Kebanyakan peneliti lebih memfokuskan
negara Kanada, tetapi belum tentu sesuai        pada persepsi pengelola dan penentuan
untuk mengukur daya saing di negara             peringkat daya saing berdasarkan analisis
lainnya termasuk Indonesia.                     Analytic Hierarchy Process (AHP).
        Model diamond ganda dikembangkan                Pengukuran daya saing IKM merujuk
menjadi model diamond ganda digenerali-         model diamond Porter dengan melakukan
sasi oleh Moon et al. (1995). Kelebihan         beberapa penyesuaian, di antaranya: (1)
model ini adalah dapat mengukur daya saing      mengganti unsur biaya bahan dan biaya
di semua negara dan mencakup aktivitas          tenaga kerja dengan sumber bahan dan
multinasional maupun pemerintah. Moon et        sumber tenaga kerja pada dimensi kondisi
al. (1995) telah melakukan analisis daya        faktor, (2) mengganti unsur ukuran pasar
saing untuk negara Korea dan Singapura.         dengan unsur target pasar pada dimensi
Namun kekurangan dari model ini yaitu           kondisi permintaan, (3) menambah unsur
pengukuran yang bias dalam membanding-          akses atau cakupan pasar pada dimensi
kan ukuran dan bentuk diamond domestik          kondisi permintaan; (4) menambah unsur
dan diamond internasional. Hasil penelitian-    inovasi pada dimensi strategi perusahaan
nya menunjukkan, bahwa negara Korea             dan struktur persaingan, (5) menambah
lebih berdaya saing dibanding negara            unsur media promosi, penyedia bahan baku,
Singapura dari segi diamond domestik,           dan perantara pemasaran pada dimensi
tetapi negara Singapura lebih berdaya saing     industri pendukung dan industri terkait.
dibanding negara Korea dari segi diamond                Pertimbangan        utama       peneliti
internasional. Pengukuran ini menyebabkan       menyesuaikan beberapa unsur dimensi daya
permasalahan dalam menentukan keunggul-         saing model diamond Porter ialah:
an kompetitif absolut.                          1. Unsur biaya tenaga kerja dan biaya
        Penelitian tentang penentuan indeks          bahan pada dimensi kondisi faktor
daya saing pada peringkat perusahaan                 sudah termasuk dalam penghitungan
dengan menggunakan model diamond Porter              biaya per unit produk. Perusahaan akan
belum banyak dilakukan. Kebanyakan                   lebih berdaya saing manakala meng-
panelitian terdahulu lebih terfokus pada             gunakan bahan baku lokal dan tenaga
daya saing negara dan daya saing daerah.             kerja lokal, karena lebih efisien.
Abdullah (2002) melakukan pemeringkatan         2. Unsur ukuran pasar pada dimensi
daya saing daerah di 26 propinsi di                  kondisi permintaan lebih menggambar-


80
Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)



   kan kinerja bukan menggambarkan            dimensi kondisi faktor IKM di Jawa Tengah
   daya saing.                                adalah tinggi. Dari segi dimensi kondisi
3. Unsur akses atau cakupan pasar pada        permintaan merujuk pada permintaan
   dimensi kondisi permintaan lebih           domestik, dimana potensi permintaan
   menggambarkan potensi daya saing.          domestik adalah tinggi, karena Jawa Tengah
   Sehingga bagi perusahaan yang              memiliki jumlah penduduk sekitar 33 juta
   mempunyai akses pasar ke pasar             orang dan/atau sekitar 15 persen dari seluruh
   internasional akan lebih berdaya saing.    penduduk Indonesia.
4. Unsur inovasi pada dimensi strategi               Dari segi dimensi strategi firma
   perusahaan dan struktur persaingan         struktur dan persaingan, kebanyakan IKM
   merupakan manivestasi dari kewira-         memiliki kemampuan mendiferensiasikan
   usahaan yang menjadi salah satu            produknya sesuai dengan keinginan
   penentu keberhasilan usaha dan daya        konsumen yang berbeda. Kebanyakan jenis
   saing.                                     peralatan yang digunakan memiliki tingkat
5. Perusahaan akan lebih berdaya saing        fleksibilitas tinggi. Usaha yang dikelola
   manakala mempunyai kemampuan               merupakan warisan orang tua mereka
   menjalin kerjasama secara baik dengan      dengan pengalaman yang cukup lama.
   perusahaan lain, seperti: penyedia         Berarti IKM ini memiliki peluang untuk
   bahan, para perantara, media promosi,      mempertahankan kelangsungan hidup
   dan sebagainya.                            maupun memajukan usahanya.
                                                     Dimensi industri pendukung dan
Daya Saing Industri                           industri terkait akan memberi manfaat
       Kondisi persaingan yang semakin        kepada perusahaan lain melalui penyediaan
sengit dan mengglobal menuntut setiap         bahan baku dan kerjasana dalam satu rantai
industri untuk lebih berdaya saing. Daya      kegiatan produksi. Kerjasama dapat me-
saing sebuah perusahaan atau industri         libatkan pengembangan teknologi, pembuat-
tergantung kepada potensi dan prospeknya      an, distribusi, pemasaran atau pelayanan
di masa mendatang. Untuk mengukur daya        lainnya (Porter, 1990). Berbagai lembaga
saing perusahaan atau industri menggunakan    yang dapat diajak untuk bekerjasama,
data primer maupun sekunder. Pengukuran       diantaranya: lembaga-lembaga keuangan,
indeks daya saing dalam penelitian ini        perusahaan pengangkutan umum, penyedia
dilakukan pada peringkat industri, per-       bahan, perantara pemasaran, media promosi
usahaan dan dimensi.                          dan lain-lain.
       Konsep daya saing dapat difahami              Kerangka model ini menggariskan
dengan melihat seberapa besar nilai indeks    kepada empat faktor penentu utama faedah
yang dibentuk berdasarkan pada ke empat       persaingan yang dikenali sebagai diamond,
dimensi model diamond Porter. Sebuah          yaitu: dimensi kondisi faktor; dimensi
perusahaan atau industri dinyatakan berdaya   kondisi permintaan; dimensi strategi
saing tinggi, jika memiliki nilai indeks      perusahaan dan struktur persaingan; serta
diatas rata-rata, yaitu 50 bagi daya saing    dimensi industri pendukung dan industri
setiap dimensi dan 200 bagi keseluruhan       terkait (Porter, 1986). Dimensi kondisi
dimensi.                                      faktor merujuk kepada faktor produksi yang
       Dari segi dimensi kondisi faktor,      diperlukan oleh industri. Dimensi ini terbagi
Jawa Tengah memiliki sumber daya              menjadi faktor dasar dan faktor lanjutan
manusia, sumber alam, dan pengetahuan         (advanced). Peranan faktor dasar penting
yang cukup. Sehingga potensi daya saing       dalam membangun keunggulan bersaing,


                                                                                        81
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92


seperti: sumber daya manusia, sumber alam,      bangannya dapat dilakukan secara efektif
pengetahuan, modal, lokasi dan infrastruk-      perlu dilakukan pengukuran daya saingnya.
tur. Sedangkan faktor lanjutan melibatkan
komunikasi digital, pendidikan, dan             Populasi dan Sampel
teknologi. Dari segi dimensi kondisi faktor,            Memahami populasi merupakan
Jawa Tengah memiliki sumber daya                masalah penting agar sampel yang diambil
manusia, sumber alam, dan pengetahuan           benar-benar mewakili populasinya. Populasi
yang cukup. Sehingga potensi daya saing         dalam penelitian ini adalah seluruh unit
dimensi kondisi faktor IKM di Jawa Tengah       usaha atau perusahaan manufaktur yang
adalah tinggi.                                  termasuk dalam kategori IKM sektor
        Dimensi kondisi permintaan merujuk      manufaktur di Jawa Tengah. Persampelan
kepada permintaan domestik. Permintaan ini      adalah sebuah proses untuk menentukan
didorong oleh kombinasi dan ciri kebutuhan      sebagian populasi sebagai wakil dari seluruh
pembeli domestik. Komposisi permintaan          populasi. Pengujian kecukupan sampel
dapat menggambarkan corak dan kebutuhan         dilakukan untuk memastikan bahwa ukuran
pembeli. Perusahaan akan mendapatkan            sampel yang diambil dapat mewakili
manfaat dari permintaan domestik yang           populasi. Pengujian kecukupan sampel
memberi gambaran awal kebutuhan pembeli         penelitian menggunakan uji binomial
untuk bersaing di pasar internasional dan       dengan melihat nilai signifikansi dari rasio
berupaya menekan pihak perusahaan lokal         sampel terhadap populasi menurut skala
untuk menginovasi produk dengan cepat dan       industri. Jika hasil analisis menunjukkan
lebih canggih dibanding pesaing asing.          tidak ada perbedaan di antara data sampel
Kondisi tersebut telah banyak membantu          dan data populasi secara signifikan, maka
IKM dalam memajukan usahaannya. Jika            ukuran sampel yang dipilih cukup untuk
IKM semakin berdaya saing, maka mereka          mewakili populasi.
akan dapat menyumbang terhadap                          Ukuran sampel ialah banyaknya
perekonomian wilayah.                           individu atau unsur dari populasi yang
        Berdasarkan uraian di atas, maka        diambil sebagai sampel. Penentuan ukuran
hipotesis penelitian dapat dirumuskan           sampel merupakan masalah yang kompleks
sebagai berikut:                                dan mencakup pertimbangan kuantitatif dan
1. Diduga industri di Jawa Tengah berdaya       kualitatif. Sampel yang baik ialah sampel
     saing tinggi menurut skala usaha dan       yang mempunyai ciri mendekati populasinya
     dimensi.                                   (representative). Menurut Gay dan Diehl
2. Terdapat perbedaan yang signifikan           (1992) ukuran yang dapat diterima sangat
     antara daya saing industri kecil dengan    tergantung kepada jenis penelitiannya, yaitu:
     industri menengah di Jawa Tengah.          (1) jika penelitian bersifat deskriptif sampel
3. IKM sektor manufaktur memberikan             penelitian minimal 10 persen dari populasi,
     kontribusi yang cukup berarti terhadap     (2) jika penelitian bersifat korelasional
     perekonomian wilayah di Jawa Tengah.       sampel minimal sebanyak 30 subyek, (3)
                                                jika penelitian bersifat kausal-perbandingan
METODE PENELITIAN                               sampel minimal sebanyak 30 subyek setiap
       Obyek penelitian ini adalah IKM          kelompok dan (4) jika penelitian bersifat
sektor manufaktur. Sektor ini telah dikenal     eksperimental sampel minimal sebanyak 15
sebagai sektor penggerak dan penentu per-       subyek setiap kelompok.
tumbuhan ekonomi suatu negara atau                      Roscoe (1975) memberi pedoman
daerah. Sehingga agar upaya pengem-             untuk menentukan ukuran sampel, yaitu: (1)


82
Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)



dalam setiap penelitian, ukuran sampel           ngelola atau pengusaha untuk memperoleh
sekitar 30 hingga 500; (2) jika faktor yang      informasi tambahan. Data sekunder diguna-
digunakan dalam penelitian banyak, maka          kan untuk menimbulkan isu-isu penelitian
ukuran sampel minimal 10 kali dari jumlah        serta mendukung hasil penelitian. Data se-
faktor; (3) jika sampel penelitian akan dibagi   kunder diambil dari lembaga pemerintah
menjadi beberapa bagian, maka ukuran             (seperti: BPS, Dinas Perindustrian Jawa
sampel penelitian minimal 30 untuk setiap        Tengah) dan berbagai hasil publikasi yang
bagian yang diperlukan. Menurut Fraenkel         meliputi jumlah IKM, penyerapan tenaga
dan Wallen (1993:92) besar sampel minimal        kerja, nilai investasi, PDRB, nilai output dan
bagi penelitian deskriptif sebanyak 100,         lain-lain.
penelitian korelasional sebanyak 50,                     Instrumen penelitian yang digunakan
penelitian kausal perbandingan 30 setiap         untuk pengumpulan data berbentuk
kelompok dan bagi penelitian eksperimental       kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan
sebanyak 30 atau 15.                             memodifikasi dari Rooyen (2000).
        Penelitian ini mengukur daya saing       Kuesioner dibuat dalam berbentuk soal isian
industri manufaktur menurut unsur, dimensi       dan pilihan. Kuesioner yang berbentuk soal
dan kelompok industri. Penentuan ukuran          isian berkaitan dengan informasi seperti:
sampel dalam penelitian ini sebanyak 400         umur responden, pengalaman mengelola
orang responden. Sehingga dari segi ukuran       perusahaan, jumlah dan jenis modal yang
sampel adalah mencukupi, karena sampel           digunakan, nilai peralatan yang dimiliki,
penelitian bagi setiap kelompok industri         nilai penjualan, jumlah dan sumber tenaga
lebih dari 30 orang responden seperti yang       kerja, variasi produk yang dihasilkan, dan
dinyatakan oleh Gay dan Diehl (1992),            frekuensi memodifikasi produk. Kuesioner
Roscoe (1975) serta Fraenkel dan Wallen          yang berbentuk soal pilihan meliputi:
(1993).                                          orientasi strategi bersaing, ancaman pen-
        Penelitian ini menggunakan teknik        datang baru, peranan lembaga keuangan,
persampelan bertujuan atau purposive             peranan perusahaan pengangkutan umum,
sampling, yaitu pemilihan sampel dengan          peranan penyedia bahan baku, peranan
kriteria atau ciri-ciri yang telah ditentukan    penyalur, dan media promosi.
sebelumnya. Mereka yang dijadikan sampel                 Skala pengukuran rasio, digunakan
penelitian adalah sebagian pengusaha sektor      untuk mengukur unsur yang membentuk
manufaktur di Jawa Tengah, banyak                daya saing yaitu: akses pasar, target pasar,
menggunakan bahan baku dan tenaga kerja          pertumbuhan pasar, kemampuan mengelola,
lokal, termasuk dalam katagori IKM.              dan inovasi produk. Pengukuran unsur infra-
                                                 struktur, modal dan ukuran pasar meng-
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data               gunakan nilai nominal. Pengukuran unsur
       Data dalam penelitian ini terbagi         pengetahuan, teknologi dan penyesuaian
menjadi data primer dan data sekunder. Data      menggunakan skala interval. Pengukuran
primer diperoleh melalui metode survai           unsur strategi bersaing menggunakan dumi.
dengan menggunakan kuesioner yang                Sedangkan untuk mengukur unsur ancaman
disebarkan secara langsung kepada 400            pendatang baru, lembaga keuangan, pe-
orang pengusaha sebagai responden. Metode        rusahaan pengangkutan umum, penyedia
ini dipilih agar tingkat pengembalian            bahan, penyalur atau perantara pemasaran
jawaban kuesioner tinggi.                        dan media promosi didasarkan pada nilai
       Peneliti juga melakukan wawancara         persepsi responden dengan menggunakan
secara mendalam dengan beberapa pe-              skala Likert.


                                                                                            83
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92


       Pembuatan kuesioner diawali dengan              Z ijkl =
                                                                    X ijkl − min( X ijkl )
melakukan pilot test untuk memastikan                                       (Saaty 1980;
                                                                  Max( X ijkl − Min( X ijkl )
bahwa kuesioner tersebut benar-benar dapat          UNDP 2002)
digunakan sebagai instrumen penelitian.              Zijkl= Hasil normalisasi nilai daya
Peneliti melakukan pilot test terhadap 20                   saing unsur i, dimensi j, kelom-
perusahaan kecil, serta 15 perusahaan                       pok industri k, perusahaan l
menengah. Analisis faktor dilakukan untuk            Xijkl= Nilai daya saing unsur i, dimensi
memastikan seluruh unsur dari ke empat                      j, kelompok industri k,
dimensi daya saing dapat digunakan sebagai                  perusahaan l yang dinormalisasi
instrumen penelitian. Hasil pilot test           3. Pengujian secara statistik melalui uji
menyatakan bahwa nilai loading factor bagi          beda dua rata-rata dan uji levene. Untuk
setiap unsur daya saing adalah lebih besar          uji beda dua rata-rata menggunakan
dari 0.50. Berarti kuesioner yang dibuat            Independent Sampel t test. Ujian ini
dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.       dimaksudkan untuk menganalisis
Teknik Analisis Data                                adakah perbedaan daya saing antara
        Setelah data terkumpul, selanjutnya         industri kecil dengan industri
dianalisis untuk menjawab berbagai                  menengah. Uji levene dilakukan untuk
pertanyaan penelitian dan membuktikan               memastikan bahwa varian sampel sama
hipotesis penelitian. Untuk menganalisis            dengan varian populasinya.
data dilakukan beberapa tahapan yaitu:           HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis faktor diperlukan untuk                      Daya saing IKM diukur dengan
     menentukan besarnya Eigenvalue              menggunakan indeks yang dibentuk ber-
     sebagai pembobot setiap unsur dan           dasarkan ke empat dimensi diamond Porter,
     dimensi daya saing seluruh industri         yaitu: dimensi kondisi faktor; dimensi
     yang diteliti. Selain digunakan untuk       kondisi permintaan; dimensi strategi per-
     menghitung nilai indeks daya saing juga     usahaan dan struktur persaingan; serta
     untuk memperingkat dimensi dan unsur        dimensi industri pendukung dan industri
     pembentuk nilai indeks tersebut.            terkait. Nilai indeks daya saing IKM di-
2. Penentuan nilai indeks daya saing             tentukan oleh bobot setiap unsur dalam
     seluruh industri yang diteliti dengan       setiap dimensi. Analisis pemeringkatan
     rumus sebagai berikut:                      dimensi daya saing diperlukan untuk me-
           1
     Cl = n  i   j     Wijk. Zijl (Wiyadi, 2008) ngetahui indeks. Peringkat dalam pem-
                         l
                                                 bentukan
                                                             kepentingannya
                                                                              dimensi daya
     Cl = Rata-rata nilai indeks daya saing saing IKM dapat dilihat pada Tabel 1.
            industri                                     Dibanding dengan dimensi lainnya,
     Wijk = Bobot nilai daya saing unsur i, dimensi kondisi permintaan berada pada
            dimensi j, kelompok industri k.      peringkat paling tinggi dengan bobot nilai
     I = 1, 2, ...                               sebesar 28,60 persen. Karena kondisi
     J = 1, 2, ... 4                             permintaan mempunyai peranan paling
     K = 1, 2                                    penting dalam menentukan indeks daya
     L = 1, 2, ... nk                            saing dibanding dimensi-dimensi yang lain,
     N = nk = 400                                berarti produk IKM telah diterima dan
                                                 banyak diminati oleh pemakai domestik
     i   j Wijk = Wjk = 1
                     j
                                                 ataupun luar negara. Sehingga pada masa



84
Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)



mendatang pasaran produk IKM mempunyai         harganya kompetitif.
prospek yang cerah kerana banyak dan                  Pemeringkatan unsur daya saing pada
semakin meningkatnya jumlah penduduk di        setiap dimensi juga diperlukan untuk
Jawa Tengah, Indonesia maupun luar             menentukan kepentingannya dalam menen-
negara. Sedangkan dimensi kondisi faktor       tukan nilai indeks daya saing. Peringkat
menempati peringkat kedua, karena produk       unsur daya saing dalam setiap dimensi
yang dihasilkan mempunyai ciri khas            ditunjukkan oleh Tabel 2.
daerah, desain dan corak menarik serta
                  Tabel 1: Peringkat dimensi daya saing IKM di Jawa Tengah
                    Dimensi Daya saing                      Bobot (%)           Peringkat
 Kondisi permintaan                                           28,60                 1
 Kondisi faktor                                               26,31                 2
 Strategi perusahaan dan struktur persaingan                  22,70                 3
 Industri pendukung dan industri terkait                      22,39                 4

                   Tabel 2: Peringkat unsur setiap dimensi daya saing IKM
                  Unsur Daya saing                    Bobot (%)              Peringkat
 Kondisi Permintaan                                    100,00
 Segmen pasar                                           35,54                   1
 Akses pasar                                            34,11                   2
 Pertumbuhan pasar                                      30,35                   3
 Kondisi Faktor                                        100,00
 Sumber bahan baku                                      17,66                   1
 Sumber tenaga kerja                                    16,31                   2
 Sumber modal                                           15,15                   3
 Teknologi                                              13,97                   4
 Lokasi                                                 13,65                   5
 Pengetahuan                                            12,42                   6
 Kos produk                                             10,84                   7
 Strategi Perusahaan dan Struktur Persaingan           100,00
 Ancaman pendatang baru                                 19,32                   1
 Penyesuaian                                            18,76                   2
 Strategi bersaing                                      17,08                   3
 Inovasi                                                15,77                   4
 Kemampuan manajerial                                   15,10                   5
 Fleksibilitas                                          13,97                   6
 Industri Penyokong dan Industri Berkait               100,00
 Penyedia bahan                                         22,34                   1
 Lembaga keuangan                                       21,96                   2
 Perusahaan pengangkutan umum                           20,60                   3
 Media promosi                                          19,04                   4
 Perantara pemasaran                                    16,06                   5
Sumber: Data primer 2006, diolah




                                                                                            85
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92


        Berdasarkan Tabel 2 di atas, bahwa             Unsur penyedia bahan menempati
unsur segmen pasar menempati peringkat          peringkat tertinggi pada dimensi industri
pertama pada dimensi kondisi permintaan         pendukung dan industri terkait dengan nilai
dengan bobot nilai sebesar 35,54 persen.        kepentingan sebesar 22,34. Unsur ini sangat
Dalam hal ini perusahaan mampu mencitra-        penting, karena mempengaruhi keberhasilan
kan produknya, sehingga kebanyakan pem-         perusahaan melalui penyediaan produk
beli produk berasal dari para pelanggan. Ini    sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
berarti penentu utama daya saing perusahaan     konsumen ataupun pelanggan. Sedangkan
adalah unsur segmen pasar. Unsur akses          unsur lembaga keuangan penempati
pasar mempunyai nilai sebesar 34,11 persen.     peringkat kedua dengan nilai kepentingan
Nilai ini melambangkan kemampuan                sebesar 21,96. Hal ini, karena peran serta
perusahaan menjangkau daerah pemasaran          dari lembaga ini sangat membantu
yang luas bukan hanya di pasar domestik         kelancaran perusahaan dalam mencapai
tetapi juga ke pasar internasional.             keberhasilan usaha.
        Unsur pembentuk daya saing dimensi
kondisi faktor yang menempati peringkat         Penentuan Indeks Daya Saing IKM
paling tinggi adalah unsur sumber bahan                 Setelah bobot nilai ditentukan dan
baku dengan nilai kepentingan sebesar           dilakukan normalisasi terhadap data yang
17,66. dan selanjutnya disusul oleh unsur       diperoleh, maka tahap selanjutnya menentu-
sumber tenaga kerja dengan nilai kepenting-     kan besarnya indeks daya saing bagi seluruh
an sebesar 16,31. Tingginya nilai kedua         IKM di Jawa Tengah seperti yang terlihat
unsur tersebat disebabkan kebanyakan            pada Tabel 3. Indeks daya saing dihitung
perusahaan mengutamakan penggunaan              bagi setiap unsur dan dimensi.
bahan dan tenaga kerja lokal.                           Seperti dinyatakan diatas, IKM yang
        Pada dimensi strategi perusahaan dan    diteliti terbagi menjadi dua kelompok
struktur persaingan, unsur ancaman pen-         industri, yaitu industri kecil dan industri
datang baru dan unsur penyesuaian masing-       menengah. Setiap kelompok industri mem-
masing menempati peringkat pertama dan          punyai karakteristik dan persoalan yang
kedua dengan mempunyai nilai kepentingan        berbeda. Penentuan nilai indeks daya saing
sebesar 19,32 dan 18,76. Hal ini menunjuk-      dengan mempertimbangkan bobot nilai
kan bahwa masuknya para pendatang baru          setiap unsur. Besarnya nilai indeks diguna-
kedalam industri manufaktur merupakan           kan untuk menggambarkan status daya saing
ancaman serius bagi IKM di Jawa Tengah.         seluruh IKM yang diteliti. Pemeringkatan
Kebanyakan perusahaan juga menganggap           dimensi dan unsur daya saing dimaksudkan
bahwa penyesuaian merupakan unsur               untuk mengetahui kepentingan setiap
penting untuk memperoleh keunggulan             dimensi dan unsur pembentuk daya saing.
bersaing.




86
Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)



            Tabel 3: Hasil Penentuan Indeks Daya Saing IKM di Jawa Tengah
 No.        Dimensi dan Unsur Daya Saing             Indeks Daya Saing Industri
                                                 Kecil (231)        Menengah (169)
 I.     Dimensi Kondisi Faktor                      74,54                72,02
 1.     Kos per unit produk                               5,68                  5,50
 2.     Sumber Bahan Baku                                16,51                 16,62
 3.     Sumber Tenaga Kerja                              14,54                 14,28
 4.     Sumber Modal                                     14,40                 14,16
 5.     Pengetahuan                                       7,02                  6,08
 6.     Teknologi                                         4,39                  4,80
 7.     Lokasi                                           12,00                 10,58
 II.    Dimensi Kondisi Permintaan                       68,62                 69,77
 1.     Loyalitas Pelanggan                              31,23                 30,49
 2.     Cakupan Pasar                                    16,31                 18,62
 3.     Pertumbuhan Penjualan                            21,08                 20,66
 III.   Dimensi Strategi Perusahaan dan                  62,28                 59,56
        Struktur Persaingan
 1.     Adapatasi Produk                                  8,81                  7,69
 2.     Fleksibilitas                                     8,75                  8,16
 3.     Strategi bersaing                                13,68                 13,54
 4.     Kemampuan Manajerial                              5,37                  5,21
 5.     Ancaman Pendatang Baru                           12,90                 12,55
 6.     Inovasi Produk                                   12,77                 12,41
 IV.    Dimennsi Industri Pendukung dan                  59,69                 59,47
        Industri Terkait
 1.     Lembaga Keuangan                                 14,19                 14,26
 2.     Perusahaan Jasa Transportasi                     10,90                 11,03
 3.     Penyedia Bahan Baku                              12,86                 13,38
 4.     Perantara Pemasaran                               9,75                  8,75
 5.     Perusahaan Media Informasi                       11,99                 12,05
      Total Dimensi                                     265,13                260,82
Sumber: Data primer 2008. diolah
        Berdasarkan Tabel 3 total nilai          lebih kecil dibandingkan dengan industri
indeks daya saing industri kecil adalah sebe-    menengah (68,62 < 69.77).
sar 265,33 dan industri menengah yaitu                   Pada dimensi kondisi faktor, nilai
sebesar 260,82. Berarti kedua kelompok           indeks daya saing industri kecil sebesar
industri memiliki daya saing tinggi. Namun       74,54 adalah lebih besar dibanding dengan
industri kecil lebih berdaya saing dibanding     industri menengah yaitu sebesar 72,02.
dengan industri menengah. Dimana industri        Faktor penyebab utamanya adalah lokasi in-
kecil memiliki nilai indeks daya saing lebih     dustri yang berada di luar kota kebanyakan-
besar pada dimensi kondisi faktor; dimensi       nya industri kecil. Selain itu, rata-rata biaya
strategi perusahaan dan struktur persaingan;     per unit produk industri kecil lebih rendah
serta industri pendukung dan industri terkait.   dibanding dengan industri menengah. Ber-
Sedangkan untuk dimensi kondisi perminta-        arti biaya per unit produk industri kecil lebih
an nilai indeks daya saing industri kecil        efisien dibanding dengan industri menengah.



                                                                                             87
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92


       Nilai indeks daya saing unsur biaya      lebih rendah dibanding dengan industri me-
per unit produk adalah rendah, yaitu 5,68       nengah (68,62 < 69,77). Rendahnya nilai
untuk industri kecil dan 5,50 untuk industri    indeks daya saing unsur akses pasar produk
menengah. Hal ini disebabkan sebagian pe-       industri kecil dibanding dengan industri me-
rusahaan mengalami persoalan terkait de-        nengah. Dimana akses pasar industri kecil di
ngan ketersediaan bahan baku, produktivitas     pasar lokal lebih besar dibanding dengan
tenaga kerja dan peralatan atau mesin-          industri menengah (16 persen > 9 persen).
mesinnya telah berumur tua dan sering rusak.    Upaya peningkatan akses pasar perusahaan
Untuk meningkatkan efisiensi biaya per unit     perlu melakukan berbagai macam program,
produk, maka perusahaan perlu (1) melaku-       seperti: pengembangan produk baru,
kan pembelian bahan secara bersama-sama         menambah penggunaan baru, memasuki
dengan perusahaan lain melaui koperasi, (2)     segmen baru, memperluas daerah pemasar-
meningkatkan keterampilan pekerja dengan        an. Untuk ekspor pemerintah perlu mem-
mengirim mereka mengikuti pelatihan dan         berikan fasilitas atau kemudahan
(3) meningkatkan skala produksi berdasar-       mengekspor, meningkatkan promosi ekspor
kan peluang permintaan pasaran.                 ke luar Negara, memperluas pasar ke negara
       Nilai indeks daya saing unsur            tujuan ekspor yang baru, meningkatkan
pengetahuan adalah rendah, yaitu sebesar        diplomasi perdagangan ke luar Negara,
7,02 untuk industri kecil dan 6,08 untuk        mengembangkan sistem manajemen infor-
industri menengah. Rendahnya indeks daya        masi promosi ekspor, mengadakan forum
saing unsur ini disebabkan rendahnya            komunikasi di antara pemerintah dan
kualitas sumber daya manusia, dimana dari       usahawan di bidang pengembangan ekspor.
seluruh pengusaha yang diteliti hanya 18                Pada dimensi strategi perusahaan dan
persen yang berpendidikan tinggi. Pada hal      struktur persaingan, nilai indeks daya saing
kulaitas sumber daya manusia yang akan          industri kecil adalah lebih besar dibanding
menentukan daya saing dan keberhasilan          dengan industri menengah (62,68 > 59,56).
perusahaan dalam persaingan. Dimana             Sebab industri kecil memiliki nilai indeks
peningkatan kualitas sumber daya manusia        daya saing seluruh unsur dalam dimensi ini
dapat dilakukan melalui peningkatan             lebih besar dibanding dengan industri me-
pendidikan formal dan non formal melalui        nengah. Nilai indeks daya saing unsur ke-
kursus atau pelatihan.                          mampuan manajerial pada industri kecil dan
       Unsur teknologi mempunyai nilai          menengah adalah rendah (5,37 dan 5,21).
indeks daya saing rendah, yaitu sebesar 7,02    Rendah nilai indeks daya saing unsur ini
untuk industri kecil dan 6,08 untuk industri    disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber
menengah. Rendahnya indeks daya saing           daya manusia para pengusaha. Oleh sebab
unsur ini disebabkan rendahnya teknologi        itu, para pengusaha harus meningkatkan
yang digunakan untuk proses produksi. Dari      pengetahuan mereka melalui pendidikan
hasil penelitian menunjukkan bahwa 36           formal yang lebih tinggi ataupun mengikuti
pengusaha yang dijadikan responden hanya        berbagai kursus dan pelatihan. Peningkatan
menggunakan jenis peralatan yang manual         daya saing dapat dilakukan pula melalui
sepenuhnya. Kebanyakan jenis peralatan          promosi kewirausahaan dengan memanfaat-
yang digunakan juga telah berumur tua dan       kan potensi lokal, layanan pengembangan
sering rusak, maka segera memerlukan            bisnis (BDS), sosialisasi budaya kerja dan
penggantian.                                    etika berbisnis (seperti: meningkatkan ke-
       Pada dimensi kondisi permintaan,         mampuan dan kualitas pendidikan
bahwa nilai indeks daya saing industri kecil    kewirausahaan), pengadaan sistem insentif


88
Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)



bagi pengembangan dan pemanfaatan inova-         yang signifikan antara daya saing industri
si atau teknologi lokal melalui komer-           kecil dengan industri menengah, walau pun
sialisasi hasil inovasi atau teknologi lokal.    rata-rata daya saing industri kecil adalah
        Sedangkan pada dimensi industri          lebih tinggi dibanding rata-rata daya saing
pendukung dan industri terkait, bahwa            industri menengah (265.09 > 260.81).
industri kecil relatif lebih berdaya saing di-   Dengan demikian hipotesis ke dua yang
banding dengan industri menengah. Dimana         menyatakanan bahwa ”terdapat perbedaan
nilai indeks daya saing industri kecil adalah    yang signifikan antara daya saing industri
sebesar 59,69 dan industri menengah sebesar      kecil dengan industri menengah di Jawa
59,47. Walaupun demikian untuk unsur             Tengah” tidak terbukti kebenarannya. Hal
lembaga keuangan, perusahaan jasa                ini disebabkan rata-rata indeks daya saing
trasportasi, penyedia bahan, dan media           industri kecil dengan industri menengah
prmosi bagi industri menengah memiliki           pada setiap unsur maupun dimensi relatif
nilai indeks daya saing lebih besar dibanding    sama.
dengan industri kecil. Hanya unsur perantara
pemasaran saja yang memiliki nilai indeks        Kontribusi IKM Terhadap Perekonomian
daya saing lebih kecil dibanding dengan          Wilayah
industri kecil (9,75 > 8,75). Untuk me-                 Industri manufaktur mempunyai pe-
ningkatkan daya saing diperlukan adanya          ranan yang besar terhadap perekonomian
kerjasama secara terpadu antara pengusaha,       wilayah terutama dalam penyerapan tenaga
pemerintah dan perusahaan atau industri          kerja, kebutuhan investasi, penciptaan nilai
lainnya. Kerjasama ini terutama dimaksud-        output, dan pembentukan PDRB. Menurut
kan untuk memperlancar pemasaran atau            data Dinas Perindustrian Propinsi Jawa
pendistribusian produk yang dihasilkan.          Tengah tahun 2006, jumlah IKM sektor
                                                 manufaktur adalah sebanyak 319.452 unit
Pengujian Statistik                              usaha dan jumlah industri besar (IB) hanya
       Sebagaimana dikemukakan diatas,           sebanyak 496 unit usaha. Dari jumlah ter-
bahwa pengujian levene dilakukan dengan          sebut, IKM mampu menyerap tenaga kerja
maksud untuk mengetahui apakah varian            sebanyak 1.661.635 orang dengan nilai
sampel sama dengan varian populasi.              investasi sebesar Rp 862.512 juta. Sebalik-
Dengan menggunakan alat bantu komputer           nya IB hanya mampu menyerap tenaga kerja
program SPSS versi 16.0 diperoleh nilai F        sebanyak 136.175 orang dengan nilai
hitung sebesar 7.749 pada = 0.187. Berarti       ivestasi sebesar Rp. 9.118.102 juta. Infor-
varian sampel adalah sama dengan varian          masi ini menunjukkan bahwa IKM termasuk
populasinya. Dengan demikian dapat               dalam kategori padat tenaga kerja (labour
disimpulkan, bahwa terdapat homogenitas          intensive) dan IB termasuk dalam kategori
data sampel dalam sampel penelitian.             modal (capital intensive). Perbedaan ini
       Analisis beda dua rata-rata meng-         perlu mendapat perhatian para pengambil
gunakan independent sampel T test. Uji ini       kebijakan untuk mengembangkan industri
dimaksudkan untuk mengetahui adakah per-         manufaktur di Jawa Tengah.
bedaan yang signifikan antara daya saing                Sebagaimana dikemukakan di atas,
industri kecil dengan industri menengah.         bahwa salah satu unsur penting dalam
Berdasarkan hasil analisis dengan meng-          meningkatkan pertumbuhan ekonomi
gunakan alat bantu komputer program SPSS         wilayah adalah peranan yang dimainkan
versi 16.0 diperoleh nilai T sebesar 1.518       oleh IKM. Dalam tahun 2006, IKM di Jawa
pada = 0.130. Berarti tidak ada perbedaan        Tengah telah memberi kontribusi sebesar


                                                                                          89
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92


92,43 persen dari total tenaga kerja sektor       menengah, karena diperoleh nilai T hitung
manufaktur di Jawa Tengah. Sehingga jika          sebesar 1.518 pada = 0.130. Keempat,
IKM semakin berdaya saing dan berhasil,           IKM sektor manufaktur di Jawa Tengah
maka kontribusinya terhadap penyerapan            termasuk dalam kategori intensif buruh atau
tenaga kerja semakin meningkat dan jumlah         tenaga kerja dan IB termasuk dalam kategori
pengangguran semakin berkurang.                   intensif modal. Dan kelima, IKM sektor
        Dalam tahun 2006, IKM juga telah          manufaktur di Jawa Tengah telah menyum-
memberi kontribusi terhadap nilai output          bang terhadap perekonomian wilayah dalam
sebesar Rp. 2.971.985 juta atau 22,87 persen      bentuk penyerapan tenaga kerja sebesar
dari total nilai output industri manufaktur di    1.661.635 orang atau 92,43 persen dari total
Jawa Tengah. Dibanding dengan nilai in-           tenaga kerja sektor manufaktur; penciptaan
vestasi, maka kemampuan nilai investasi           nilai output sebesar Rp. 2.971.985 juta atau
menghasilkan nilai output adalah 3,45 kali        22,87 persen dari total nilai output industri
untuk IKM dan sebesar 1.43 kali untuk IB.         manufaktur; dan penyerapan nilai investasi
Berarti IKM di Jawa Tengah masih berpe-           sebesar 0,09 dari seluruh investasi sekor
luang besar untuk meningkatkan peranannya         industri manufaktur.
melalui peningkatan daya saing.                           Hasil temuan tersebut menunjukkan
        Dibandingkan         nilai     output,    bahwa pengusaha IKM sektor manufaktur di
produktivitas tenaga kerja per tahun sebesar      Jawa Tengah perlu melakukan beberapa
Rp. 1.788.590,76 untuk IKM dan sebesar            perubahan. Di antaranya adalah meningkat-
Rp. 95.429.594,27 bagi IB. Karena                 kan efisiensi, dengan cara melakukan pem-
produktivitas tenaga kerja IKM lebih kecil        belian bahan secara kolektif melalui
dibanding dengan produktivitas tenaga kerja       koperasi, meningkatkan keterampilan
IB, berarti IKM di Jawa Tengah kurang             pekerja melalui pelatihan, dan meningkatkan
berdaya saing dibanding dengan IB. Namun          skala produksi dengan mempertimbangkan
karena IKM lebih banyak menyerap tenaga           peluang permintaan pasar. Meningkatkan
kerja dibanding dengan IB sehingga daya           kualitas sumber daya manusia terutama pe-
saing IKM perlu ditingkatkan lagi.                ngusaha melalui jalur pendidikan formal dan
                                                  non formal. Mengganti peralatan yang sudah
PENUTUP                                           ketinggalan, berumur tua dan sering rusak
       Penelitian ini berhasil memperoleh         dengan peralatan berteknologi terkini.
beberapa temuan penting. Pertama, industri        Meningkatkan penjualan melalui penciptaan
kecil sektor manufaktur di Jawa Tengah            imej terhadap produknya, mencari segmen
mempunyai indeks daya saing sebesar               pasar baru, dan memasuki daerah pemasaran
265,13 dan industri menengah sebesar              baru. Serta Menjalin kerja sama dengan
260,82. Karena indeks daya saing IKM lebih        pengusaha lain, pemerintah, ataupun lemba-
besar dari 200, berarti berdaya saing tinggi.     ga swasta lainnya. Kerjasama tersebut di-
Kedua, Berdasarkan hasil perhitungan bagi         maksudkan untuk memperoleh fasilitas pin-
ke empat dimensi daya saing industri kecil        jaman, dalam penggunaan peralatan, pema-
dan menengah ternyata mempunyai nilai             saran atau pendistribusian dan lain lain.
                                                                                    -
indeks lebih besar dari 50. Berarti daya                  Sedangkan untuk meningkatkan daya
saing IKM untuk ke empat dimensi adalah           saing lebih besar lagi pemerintah perlu
tinggi. Ketiga, berdasarkan hasil analisis        memberdayakan IKM dengan sistem rantai
independent sampel T test ternyata tidak          nilai (value chain); mendorong kerja sama
terdapat perbedaan yang dignifikan antara         yang saling menguntungkan antara IKM
daya saing industri kecil dengan industri         dengan IB; mendorong ekspor melalui pem-


90
Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi)



berian fasilitas untuk mengekspor, me-         Gay, L.R. and Diehl, P.L. (1992). Research
ningkatkan promosi dagang ke luar Negara,              Methods for Business and Mana-
memperluas negara tujuan ekspor, me-                   gement. New York: Macmillan.
ningkatkan diplomasi perdagangan ke luar       Jense, N., Brouthers, K. and Narkos, G.
Negara, pengembangan sistem manajemen                  (1994). “Porter Diamond” or
informasi promosi ekspor, mengadakan                   “Multiple diamond”: Competitive
forum komunikasi antara pemerintah dan                 Advantage in Small European
pengusaha di bidang pengembangan ekspor;               countries, In: Yamin M., Burton, F.
mengembangkan kewirausahaan melalui                    and Cross, A.R. (Eds). The
promosi kewirausahaan dengan memanfaat-                Changing European Envionment,
kan potensi lokal, BDS serta sosialisasi bu
                                          -            Proceedings of the 21 th annual
daya bekerja dan etika berusaha; serta men-            conference of the UK Academy of
ciptakan iklim yang kondusif dalam                     International          Business.
berusaha penghapusan pungutan liar dan                  Manchester: AIB UK.
memberi hukuman yang berat kepada siapa
pun yang melakukan.                            Moon, R. and Verbeke. (1995). The Gene-
                                                        ralized Double Diamond Approach
DAFTAR PUSTAKA                                          to The Global Competitiveness of
Abdullah, P. (2002). Daya Saing Daerah:                 Korea and Singapure. In Rugman,
        Konsep dan Pengukurannya di                     A.M. (Ed). Research in Global
        Indonesia. Edisi Pertama. Yogya-                Strategic Management. Pp . 97-
        karta: BPFE-UGM.                                114.A Research Annual.
Badan Pusat Statistik-BPS. (2004). Statistik   Moon, R. and Verbeke. (1998). The
        Indonesia. Jakarta.                             Generalized Double Diamond
Badan Pusat Statistik-BPS. (2006). Jawa                 Approach to The Global Competi-
        Tengah Dalam Angka. Semarang.                   tiveness of Korea and Singapure.
                                                        International Business Review, 7,
Cartwright, W.R. (1993). Multiple linked                135-150.
        diamonds: New Zealand’s ex-            Nachum, L. (1998). Do The Diamond of
        perience. Management Inter-                     Foreign Countries Shape The
        national Review, 33 (2), 55–70.
                                                        Competitiveness of Firms? A Case
Cho, Dong-Sung and Moon, Hwy-Chang.                     Study of The Swedish Engineering
        (2003). From Adam Smith to                      Consulting Industry. Scand. J.
        Michael Porter: Evolusi Teori                   Mgmt, 14 (4), 459-478.
        Daya Saing. (Terjemahan Erly
        Suandy). Edisi Pertama. Jakarta:       Ozlem, O. (2002). Assessing Porter’s
        PT. Salemba Empat.                              framework for national advantage:
                                                        the case of Turkey. Journal of
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dis-               Business Research, 55, 509-515.
        perindag) Jawa Tengah. (2006).         Pi-ying, P. & Lai. (2005). The Competitive-
        Statisitik Industri. Semarang.
                                                       ness of Real Estatte Industry in
Fraenkel, J.R. and Wallen, N.E. (1993).                Taiwan. Taiwan: National Pingtung
        How to Design and Evaluate Re-                 Institut of Commerce.
        search in Education. Singapura:
        McGraw-Hill Inc.                       Plawgo, B. and Chapman, M. (1998). The


                                                                                       91
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92


        Competitiveness of Small and                 (3), 59–64.
        Medium Sized Enterprises. In          Rugman, A.M. and D’Cruz. (1993). The
        Proceeding of International Con-
        ference of Small and Medium                  Double Diamond Model of Inter-
        Enterprises. June. Naples-Italy:             national Competitiveness: Canada’s
         ICBS                                        Exsperience. Management Inter-
                                                     national Review, 33 (3), 17-39.
Porter, M.E. (1986). Competition in global    Saaty, T.L. (1980). The Analytical
         industries: A conceptual frame-             Hierarchy Process. New York:
         work. In M.E. Porter (Ed).                  McGraw-Hill.
        Competition in global industries.
        Boston, MA: Harvard Business          Tambunan, T.T.H. (2003). Perekonomian
        School Press.                                  Indonesia: Beberapa Permasala-
Porter, M.E. (1990). The competitive                   han Penting, Jakarta: Penerbit
        advantage of Nations. Harvard                 Ghalia Indonesia.
        Business Review, 2 (March/April).     UNDP. (2002). Human Development
Roscoe, J. (1975). Fundamental research               Report. United Nation. New York:
        statistics for the behavioral sci-            Oxford University Press.
        ences. New York: Holt, Rinehart,      Wiyadi. (2005). Daya Saing Ekspor Dan
       & Winston.                                      Kontribusi   Industri    Dalam
Rugman, A.M. (1991a). Fast Forward: Im-                Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa
        proving Canada’s International                 Tengah. Hasil Penelitian yang
        Competitiveness. Toronto: Kodak               diseminarkan di Pusat Studi
       Canada Inc.                                    Kependudukan         Universitas
                                                      Muhammadiyah. Surakarta.
Rugman, A.M. (1991b). Diamond in the          Wiyadi. (2008). Daya Saing Industri Skel
       rough: Porter and Canada’s inter-               Kecil dan Sederhana di Jawa
       national competitiveness. Business              Tengah Undonesia, Thesis Program
       Quarterly, 55 (3), 61–4.
                                                       Doktor Falsafah, Fakulti Ekonomi
Rugman, A.M. (1992). Porter takes the                  dan Perniagaan Universiti Kebang-
       wrong turn. Business Quarterly, 56              saan Malaysia.




92

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Bahan diskusi economics managerial
Bahan diskusi economics managerialBahan diskusi economics managerial
Bahan diskusi economics managerialfebruwahyuningtyas
 
Case Analisa swot
 Case Analisa swot  Case Analisa swot
Case Analisa swot Indra Yu
 
03 lingkungan usaha
03 lingkungan usaha03 lingkungan usaha
03 lingkungan usahaArif Rahman
 
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Long Term-Objective...
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Long Term-Objective...SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Long Term-Objective...
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Long Term-Objective...Rudy Harland
 
Globalisasi Ekonomi dan Penguatan Peran UMKM
Globalisasi Ekonomi dan Penguatan Peran UMKMGlobalisasi Ekonomi dan Penguatan Peran UMKM
Globalisasi Ekonomi dan Penguatan Peran UMKMMuhammad Fajar
 

La actualidad más candente (6)

Bahan diskusi economics managerial
Bahan diskusi economics managerialBahan diskusi economics managerial
Bahan diskusi economics managerial
 
134701924 pemasaran-global
134701924 pemasaran-global134701924 pemasaran-global
134701924 pemasaran-global
 
Case Analisa swot
 Case Analisa swot  Case Analisa swot
Case Analisa swot
 
03 lingkungan usaha
03 lingkungan usaha03 lingkungan usaha
03 lingkungan usaha
 
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Long Term-Objective...
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Long Term-Objective...SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Long Term-Objective...
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Long Term-Objective...
 
Globalisasi Ekonomi dan Penguatan Peran UMKM
Globalisasi Ekonomi dan Penguatan Peran UMKMGlobalisasi Ekonomi dan Penguatan Peran UMKM
Globalisasi Ekonomi dan Penguatan Peran UMKM
 

Similar a IKM DAYA SAING

Pertemuan 12 p.indonesia
Pertemuan 12 p.indonesiaPertemuan 12 p.indonesia
Pertemuan 12 p.indonesiaolerafif
 
Peningkatan daya saing daerah berbasis kreatifitas
Peningkatan daya saing daerah berbasis kreatifitasPeningkatan daya saing daerah berbasis kreatifitas
Peningkatan daya saing daerah berbasis kreatifitasSugeng Budiharsono
 
strategi-internasional
strategi-internasionalstrategi-internasional
strategi-internasionalWudele Phong
 
MANAJEMEN STRATEGIK PART 3.ppt
MANAJEMEN STRATEGIK PART 3.pptMANAJEMEN STRATEGIK PART 3.ppt
MANAJEMEN STRATEGIK PART 3.pptSyamsudinBaharsyah
 
Competition in Global Industries Tugas Kelompok.pptx
Competition in Global Industries Tugas Kelompok.pptxCompetition in Global Industries Tugas Kelompok.pptx
Competition in Global Industries Tugas Kelompok.pptxTriAgungWidayatWiday
 
Akselerasi peningkatan daya saing sumedang
Akselerasi peningkatan daya saing sumedangAkselerasi peningkatan daya saing sumedang
Akselerasi peningkatan daya saing sumedangPEMPROP JABAR
 
11 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
11 industrialisasi dan perkembangan sektor industri11 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
11 industrialisasi dan perkembangan sektor industribayuajinugraha21
 
Rencana aksi klaster buah 2010
Rencana aksi klaster buah 2010Rencana aksi klaster buah 2010
Rencana aksi klaster buah 2010masterbu
 
Rencana aksi klaster buah 2010
Rencana aksi klaster buah 2010Rencana aksi klaster buah 2010
Rencana aksi klaster buah 2010masterbu
 
paparan_sni_disperin1.pdf
paparan_sni_disperin1.pdfpaparan_sni_disperin1.pdf
paparan_sni_disperin1.pdfBayuFajar17
 
Analisis Ekonomi Internasional & Usaha Kecil dalam Perekonomian Global
Analisis Ekonomi Internasional & Usaha Kecil dalam Perekonomian GlobalAnalisis Ekonomi Internasional & Usaha Kecil dalam Perekonomian Global
Analisis Ekonomi Internasional & Usaha Kecil dalam Perekonomian GlobalLearner
 
Penguatan daya saing dengan cluster Industri
Penguatan daya saing dengan cluster IndustriPenguatan daya saing dengan cluster Industri
Penguatan daya saing dengan cluster IndustriKacung Abdullah
 
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industri
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industriPortofolio investasi-bab-14-analisis-industri
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industriJudianto Nugroho
 
TUGAS KELOMPOK 6 Manajemen Strategik Analisis Struktural Industri (2).pptx
TUGAS KELOMPOK 6 Manajemen Strategik Analisis Struktural Industri (2).pptxTUGAS KELOMPOK 6 Manajemen Strategik Analisis Struktural Industri (2).pptx
TUGAS KELOMPOK 6 Manajemen Strategik Analisis Struktural Industri (2).pptxImronPermana2
 
Peran orientasi pasar_orientasi_kewirausahaan_dan_
Peran orientasi pasar_orientasi_kewirausahaan_dan_Peran orientasi pasar_orientasi_kewirausahaan_dan_
Peran orientasi pasar_orientasi_kewirausahaan_dan_Rhara4
 

Similar a IKM DAYA SAING (20)

Pertemuan 12 p.indonesia
Pertemuan 12 p.indonesiaPertemuan 12 p.indonesia
Pertemuan 12 p.indonesia
 
Peningkatan daya saing daerah berbasis kreatifitas
Peningkatan daya saing daerah berbasis kreatifitasPeningkatan daya saing daerah berbasis kreatifitas
Peningkatan daya saing daerah berbasis kreatifitas
 
strategi-internasional
strategi-internasionalstrategi-internasional
strategi-internasional
 
MANAJEMEN STRATEGIK PART 3.ppt
MANAJEMEN STRATEGIK PART 3.pptMANAJEMEN STRATEGIK PART 3.ppt
MANAJEMEN STRATEGIK PART 3.ppt
 
Competition in Global Industries Tugas Kelompok.pptx
Competition in Global Industries Tugas Kelompok.pptxCompetition in Global Industries Tugas Kelompok.pptx
Competition in Global Industries Tugas Kelompok.pptx
 
Akselerasi peningkatan daya saing sumedang
Akselerasi peningkatan daya saing sumedangAkselerasi peningkatan daya saing sumedang
Akselerasi peningkatan daya saing sumedang
 
11 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
11 industrialisasi dan perkembangan sektor industri11 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
11 industrialisasi dan perkembangan sektor industri
 
Rencana aksi klaster buah 2010
Rencana aksi klaster buah 2010Rencana aksi klaster buah 2010
Rencana aksi klaster buah 2010
 
Rencana aksi klaster buah 2010
Rencana aksi klaster buah 2010Rencana aksi klaster buah 2010
Rencana aksi klaster buah 2010
 
Keynote Address Wakil Menteri Perindustrian RI di Seminar Nasional Standardis...
Keynote Address Wakil Menteri Perindustrian RI di Seminar Nasional Standardis...Keynote Address Wakil Menteri Perindustrian RI di Seminar Nasional Standardis...
Keynote Address Wakil Menteri Perindustrian RI di Seminar Nasional Standardis...
 
paparan_sni_disperin1.pdf
paparan_sni_disperin1.pdfpaparan_sni_disperin1.pdf
paparan_sni_disperin1.pdf
 
P2_SWOT ANALYSIS.pptx
P2_SWOT ANALYSIS.pptxP2_SWOT ANALYSIS.pptx
P2_SWOT ANALYSIS.pptx
 
Analisis Ekonomi Internasional & Usaha Kecil dalam Perekonomian Global
Analisis Ekonomi Internasional & Usaha Kecil dalam Perekonomian GlobalAnalisis Ekonomi Internasional & Usaha Kecil dalam Perekonomian Global
Analisis Ekonomi Internasional & Usaha Kecil dalam Perekonomian Global
 
Abstrakmoni
AbstrakmoniAbstrakmoni
Abstrakmoni
 
Penguatan daya saing dengan cluster Industri
Penguatan daya saing dengan cluster IndustriPenguatan daya saing dengan cluster Industri
Penguatan daya saing dengan cluster Industri
 
Tugas vw
Tugas vwTugas vw
Tugas vw
 
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industri
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industriPortofolio investasi-bab-14-analisis-industri
Portofolio investasi-bab-14-analisis-industri
 
TUGAS KELOMPOK 6 Manajemen Strategik Analisis Struktural Industri (2).pptx
TUGAS KELOMPOK 6 Manajemen Strategik Analisis Struktural Industri (2).pptxTUGAS KELOMPOK 6 Manajemen Strategik Analisis Struktural Industri (2).pptx
TUGAS KELOMPOK 6 Manajemen Strategik Analisis Struktural Industri (2).pptx
 
Peran orientasi pasar_orientasi_kewirausahaan_dan_
Peran orientasi pasar_orientasi_kewirausahaan_dan_Peran orientasi pasar_orientasi_kewirausahaan_dan_
Peran orientasi pasar_orientasi_kewirausahaan_dan_
 
8
88
8
 

IKM DAYA SAING

  • 1. Hal: 77–92 PENGUKURAN INDEKS DAYA SAING INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) DI JAWA TENGAH Wiyadi Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta e-mail: wiyadiums@yahoo.com Abstract This research aims to analyze the small and medium industries competitiveness in the manufacturing sector in Central Java by using the framework of Porter's diamond model. Measurement of the competitiveness index is using the value established in the industry rankings, the company, dimensions and elements. Based on the results of the index values calculated, small and medium industries in the manufacturing sector in Central Java are highly competitive both for each dimension and overall dimensions. According to the results of independent analysis of samples t test found no significant difference between the competitiveness of small industries with medium industries. Small and medium industries in the manufacturing sector in Central Java has also contributed to the regional economy, especially in absorbing labor, establishment of regional gross domestic product (GDP), providing the output value, non-oil exports, and the absorption of investment value. Keyword: small and medium industries, competitiveness index, manufacturing sector PENDAHULUAN maka pembangunan industri harus mampu Globalisasi dan liberalisasi per- memberikan kontribusi yang berarti terha- dagangan internasional telah berdampak dap pembangunan ekonomi, sosial-politik pada semakin ketatnya persaingan di sektor maupun budaya. Dalam pembangunan in- industri. Sehingga untuk mengembangkan dustri lebih ditujukan untuk mengatasi sektor industri agar mampu bersaing di permasalahan nasional, seperti: tingginya arena yang semakin kompetitif, maka angka pengangguran dan kemiskinan, ren- mereka harus berdaya saing tinggi. Artinya dahnya pertumbuhan ekonomi, melambat- daya saing yang didukung oleh kuatnya nya perkembangan ekspor, lemahnya sektor struktur, tingginya peningkatan nilai tambah infrastruktur, dan kurangnya penguasaan dan produktivitas di sepanjang rantai nilai teknologi. Sebagai salah satu komponen produksi, serta sumber daya produktif yang utama dalam pembangunan ekonomi dimilikinya. nasional, sektor industri bukan saja mampu Peningkatan daya saing industri memberikan kontribusi output yang besar secara berkelanjutan membentuk fondasi terhadap perekonomian, tetapi juga dalam ekonomi yang kuat dalam bentuk stabilitas penyerapan tenaga kerja. ekonomi makro, iklim usaha dan investasi Kondisi perekonomian kini telah yang sehat. Ke depan pembangunan industri cenderung semakin mengglobal. Hubungan harus dibarengi dengan peningkatan kese- di bidang ekonomi antar negara di dunia jahteraan kepada para stakeholders dengan mulai tidak mengenal batas-batas wilayah tetap melestarikan lingkungan alam. secara geografis. Sehingga globalisasi telah Pembangunan industri adalah bagian menyebabkan hilangnya batas ekonomi secara integral dari pembangunan nasional, diantara negara-negara di dunia. Kondisi ini 77
  • 2. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92 membuat dunia bisnis Indonesia semakin harga lebih kompetitif dibanding pesaing. menghadapi berbagai tantangan baik dari Oleh sebab itu, pengembangan daya saing dalam maupun dari luar negeri. industri harus mendapat perhatian dari pihak Tantangan dari dalam negeri ditandai pengusaha sendiri, pemerintah, industri oleh persaingan antar perusahaan atau pendukung dan industri terkait lainnya industri baik dalam bentuk perang harga, (Wiyadi, 2005). promosi, pelayanan purna jual, dan Pengembangan industri harus sebagainya. Sedangkan tantangan dari luar dilakukan secara terpadu dan saling terkait negeri, ditandai oleh masuknya produk diantara industri berskala kecil, menengah negara lain ke Indonesia dengan harga lebih dan besar. Karena kebijakan pengembangan murah, kualitas lebih baik, desain lebih secara sektoral oleh pihak pemerintah tidak menarik, dan sebagainya. boleh dibedakan menurut skala industri Menghadapi kondisi tersebut setiap (Tambunan, 2003). Sehingga dalam jangka perusahaan atau industri di Indonesia harus panjang arah pengembangan industri dimak- efisien agar mampu bersaing dengan sudkan untuk menciptakan peluang pasar produk-produk dari luar negeri. Untuk baru di peringkat domestik ataupun inter- memperoleh keunggulan bersaing mereka nasional, menambah kesempatan kerja, harus dapat menyajikan proses yang lebih menciptakan nilai tambah dan meningkatkan baik agar mampu menghasilkan produk daya saing industri. yang lebih berkualitas dengan harga lebih Menurut Porter (1990), persoalan kompetitif. daya saing industri senantiasa terkait dengan Dibanding dengan masa-masa se- strategi bersaing yang berorientasikan belumnya bahwa kondisi lingkungan bisnis kepada harga rendah dan pembedaan pro- telah berubah secara radikal dan sangat duk. Daya saing industri ialah kemampuan berbeda. Dalam perspektif bisnis, perubahan suatu industri untuk memperoleh keunggul- yang dimaksud adalah peningkatan daya an kompetitif dengan mendasarkan pada saing. Dimana konsep daya saing berkaitan kondisi faktor; kondisi permintaan; strategi dengan kemampuan meningkatkan posisi perusahaan dan struktur persaingan; serta tawar (bargaining position) dalam memak- industri pendukung dan industri terkait. simalkan pencapaian tujuan. Untuk mengetahui industri yang Sejak dekade 90-an turbulensi mampu bersaing di pasar yang semakin lingkungan bisnis telah mendorong para kompetitif, maka perlu dilakukan pengukur- pelaku bisnis skala mikro, kecil, menengah, an daya saing. Pengukuran daya saing in- maupun besar untuk bertahan dan lebih dustri kecil dan menengah dalam penelitian maju. Mereka memfokuskan perhatiannya ini didasarkan pada model diamond Porter pada upaya penciptaan laba dan (1990), dengan pertimbangan: perkembangan bisnis. Sehingga mereka 1. Model ini bersifat dinamis dan kompre- yang hanya beroperasi di pasar domestik hensif, karena tidak hanya mencakup lambat laun akan mengalami persaingan kondisi faktor, tetapi juga dimensi keras, karena pasar domestik tidak ada lagi penting lainnya secara simultan. selain pasar global. 2. Daya saing berkaitan dengan konsep Menghadapi kondisi persaingan yang keunggulan komparatif dan keunggulan semakin keras, setiap pelaku bisnis harus kompetitif, dimana model ini mencakup membuat produk sesuai dengan kebutuhan keduanya yang dinyatakan dalam empat dan keinginan pasar. Produk yang dihasilkan diamond. Namun Porter lebih meng- harus lebih berkualitas dan dijual dengan utamakan pada konsep keunggulan 78
  • 3. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi) kompetitif. perekonomian wilayah, terutama dalam 3. Model ini mendasarkan pada asumsi, penyerapan tenaga kerja, kebutuhan bahwa peranan pemerintah adalah kecil investasi, penciptaan nilai output, ekspor atau bahkan tidak diperhitungkan. non migas, dan pembentukan Produk Sedangkan dalam era globalisasi setiap Domestik Regional Bruto (PDRB). perusahaan harus mempunyai ke- Besarnya kontribusi terhadap per- unggulan kompetitif tanpa bergantung ekonomian wilayah sangat tergantung pada kepada pemerintah. kemampuan bersaing industri tersebut di 4. Satu kelemahan model ini ialah tidak pasar domestik maupun internasional. Untuk dapat diterapkan pada aktivitas multi- mengetahui status daya saing IKM di Jawa nasional secara baik, sehingga model ini Tengah, maka perlu dilakukan pengukuran lebih sesuai untuk IKM. daya saing dengan menggunakan indeks 5. Walaupun Porter lebih memfokuskan berdasarkan kerangka model diamond Porter pada daya saing peringkat negara, (1990). Nilai indeks daya saing diukur pada namun model ini dapat digunakan pada peringkat perusahaan yang menjadi sampel peringkat industri atau perusahaan. penelitian menurut skala dan dimensi. Lokasi yang dijadikan obyek pe- KAJIAN PUSTAKA nelitian adalah di kawasan Jawa Tengah Dampak globalisasi ekonomi dan laju dengan mendasarkan pada beberapa per- perkembangan teknologi telah mempercepat timbangan. Pertama, kebanyakan sektor perubahan lingkungan bisnis, membuat manufaktur yaitu sebanyak 73.5 persen pasar semakin kompetitif, mempersingkat masih berada di Pulau Jawa dan Bali, siklus hidup produk dan mengurangi margin dimana 26.0 persen diantaranya berada di keuntungan. Tantangan yang dihadapi Jawa Tengah (BPS, 2004). Kedua, Jawa perusahaan dalam abad ke 21 ialah Tengah berada di peringkat ke empat dalam kemampuan untuk tetap bertahan di tengah daya saing daerah di Indonesia setelah kompetisi global dan menghadapi konsumen wilayah DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan yang semakin demanding. Jawa Timur (Abdullah, 2003). Ketiga, Jawa Menurut Porter (1990) dalam Cho Tengah berada pada posisi yang strategis di dan Moon (2003) suatu industri akan antara propinsi lain di pulau Jawa, yaitu berhasil dan berdaya saing jika mereka Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah mempunyai visi atau pandangan yang jelas, Istimewa Yogyakarta. dinamis dan sesuai dengan kondisi faktor, Secara nasional IKM sektor kondisi permintaan, strategi perusahaan dan manufaktur memberi kontribusi dalam (1) struktur persaingan, serta industri pen- penyerapan tenaga kerja sebanyak 9.344.161 dukung dan industri terkait. Berdasarkan orang atau 78 persen; (2) PDRB menurut pernyataan tersebut, pengukuran daya saing harga berlaku sebesar Rp. 222.129,00 milyar IKM di Jawa Tengah menggunakan indeks atau 41 persen; dan (3) nilai ekspor sebesar yang dibangun berdasarkan ke empat Rp. 107.915,49 milyar atau 21,11 persen dimensi model diamond Porter (1990). (BPS, 2006). Sedangkan di propinsi Jawa Model diamond Porter memang telah Tengah jumlah IKM sektor manufaktur digunakan oleh para peneliti dalam adalah sebanyak 319.452 unit usaha dan menentukan daya saing industri suatu negara jumlah industri besar (IB) hanya sebanyak dibanding dengan negara lainnya. Penelitian 496 unit usaha (Disperindag, 2006). Sektor yang menggunakan model diamond Porter ini pun mempunyai kontribusi terhadap telah banyak dilakukan di berbagai negara, 79
  • 4. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92 diantaranya: Swedia (Nachum, 1998), New Indonesia melalui pemetaan (mapping). Zealand (Cartwright, 1993), Belanda (Jense Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak et al., 1994), Kanada (Rugman, 1991b dan menjelaskan bobot setiap indikator yang 1992; Rugman & D’Crusz, 1993; Moon et digunakan menentukan peringkat daya saing al., 1995 dan 1998). daerah. Semula model diamond Porter Penelitian mengenai daya saing digunakan untuk mengukur daya saing industri yang menggunakan pendekatan negara Kanada. Kelemahan model ini adalah model Porter telah banyak dilakukan oleh tidak memperhitungkan peranan pemerintah para peneliti terdahulu (Ozlem 2002; Pi-ying dan aktivitas multinasional tidak terangkum dan Lai 2005; Plawgo dan Chapman 1998). dengan baik (Rugman, 1991b). Kekurangan Penelitian tersebut juga menggunakan model model ini, dilanjutkan dengan menggunakan diamond Porter dengan membuat penye- model diamond ganda atau double diamond suaian terhadap berbagai unsur daya saing (Rugman & D`Crusz 1993). Namun model menurut jenis industri yang di analisis. ini hanya sesuai untuk mengukur daya saing Kebanyakan peneliti lebih memfokuskan negara Kanada, tetapi belum tentu sesuai pada persepsi pengelola dan penentuan untuk mengukur daya saing di negara peringkat daya saing berdasarkan analisis lainnya termasuk Indonesia. Analytic Hierarchy Process (AHP). Model diamond ganda dikembangkan Pengukuran daya saing IKM merujuk menjadi model diamond ganda digenerali- model diamond Porter dengan melakukan sasi oleh Moon et al. (1995). Kelebihan beberapa penyesuaian, di antaranya: (1) model ini adalah dapat mengukur daya saing mengganti unsur biaya bahan dan biaya di semua negara dan mencakup aktivitas tenaga kerja dengan sumber bahan dan multinasional maupun pemerintah. Moon et sumber tenaga kerja pada dimensi kondisi al. (1995) telah melakukan analisis daya faktor, (2) mengganti unsur ukuran pasar saing untuk negara Korea dan Singapura. dengan unsur target pasar pada dimensi Namun kekurangan dari model ini yaitu kondisi permintaan, (3) menambah unsur pengukuran yang bias dalam membanding- akses atau cakupan pasar pada dimensi kan ukuran dan bentuk diamond domestik kondisi permintaan; (4) menambah unsur dan diamond internasional. Hasil penelitian- inovasi pada dimensi strategi perusahaan nya menunjukkan, bahwa negara Korea dan struktur persaingan, (5) menambah lebih berdaya saing dibanding negara unsur media promosi, penyedia bahan baku, Singapura dari segi diamond domestik, dan perantara pemasaran pada dimensi tetapi negara Singapura lebih berdaya saing industri pendukung dan industri terkait. dibanding negara Korea dari segi diamond Pertimbangan utama peneliti internasional. Pengukuran ini menyebabkan menyesuaikan beberapa unsur dimensi daya permasalahan dalam menentukan keunggul- saing model diamond Porter ialah: an kompetitif absolut. 1. Unsur biaya tenaga kerja dan biaya Penelitian tentang penentuan indeks bahan pada dimensi kondisi faktor daya saing pada peringkat perusahaan sudah termasuk dalam penghitungan dengan menggunakan model diamond Porter biaya per unit produk. Perusahaan akan belum banyak dilakukan. Kebanyakan lebih berdaya saing manakala meng- panelitian terdahulu lebih terfokus pada gunakan bahan baku lokal dan tenaga daya saing negara dan daya saing daerah. kerja lokal, karena lebih efisien. Abdullah (2002) melakukan pemeringkatan 2. Unsur ukuran pasar pada dimensi daya saing daerah di 26 propinsi di kondisi permintaan lebih menggambar- 80
  • 5. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi) kan kinerja bukan menggambarkan dimensi kondisi faktor IKM di Jawa Tengah daya saing. adalah tinggi. Dari segi dimensi kondisi 3. Unsur akses atau cakupan pasar pada permintaan merujuk pada permintaan dimensi kondisi permintaan lebih domestik, dimana potensi permintaan menggambarkan potensi daya saing. domestik adalah tinggi, karena Jawa Tengah Sehingga bagi perusahaan yang memiliki jumlah penduduk sekitar 33 juta mempunyai akses pasar ke pasar orang dan/atau sekitar 15 persen dari seluruh internasional akan lebih berdaya saing. penduduk Indonesia. 4. Unsur inovasi pada dimensi strategi Dari segi dimensi strategi firma perusahaan dan struktur persaingan struktur dan persaingan, kebanyakan IKM merupakan manivestasi dari kewira- memiliki kemampuan mendiferensiasikan usahaan yang menjadi salah satu produknya sesuai dengan keinginan penentu keberhasilan usaha dan daya konsumen yang berbeda. Kebanyakan jenis saing. peralatan yang digunakan memiliki tingkat 5. Perusahaan akan lebih berdaya saing fleksibilitas tinggi. Usaha yang dikelola manakala mempunyai kemampuan merupakan warisan orang tua mereka menjalin kerjasama secara baik dengan dengan pengalaman yang cukup lama. perusahaan lain, seperti: penyedia Berarti IKM ini memiliki peluang untuk bahan, para perantara, media promosi, mempertahankan kelangsungan hidup dan sebagainya. maupun memajukan usahanya. Dimensi industri pendukung dan Daya Saing Industri industri terkait akan memberi manfaat Kondisi persaingan yang semakin kepada perusahaan lain melalui penyediaan sengit dan mengglobal menuntut setiap bahan baku dan kerjasana dalam satu rantai industri untuk lebih berdaya saing. Daya kegiatan produksi. Kerjasama dapat me- saing sebuah perusahaan atau industri libatkan pengembangan teknologi, pembuat- tergantung kepada potensi dan prospeknya an, distribusi, pemasaran atau pelayanan di masa mendatang. Untuk mengukur daya lainnya (Porter, 1990). Berbagai lembaga saing perusahaan atau industri menggunakan yang dapat diajak untuk bekerjasama, data primer maupun sekunder. Pengukuran diantaranya: lembaga-lembaga keuangan, indeks daya saing dalam penelitian ini perusahaan pengangkutan umum, penyedia dilakukan pada peringkat industri, per- bahan, perantara pemasaran, media promosi usahaan dan dimensi. dan lain-lain. Konsep daya saing dapat difahami Kerangka model ini menggariskan dengan melihat seberapa besar nilai indeks kepada empat faktor penentu utama faedah yang dibentuk berdasarkan pada ke empat persaingan yang dikenali sebagai diamond, dimensi model diamond Porter. Sebuah yaitu: dimensi kondisi faktor; dimensi perusahaan atau industri dinyatakan berdaya kondisi permintaan; dimensi strategi saing tinggi, jika memiliki nilai indeks perusahaan dan struktur persaingan; serta diatas rata-rata, yaitu 50 bagi daya saing dimensi industri pendukung dan industri setiap dimensi dan 200 bagi keseluruhan terkait (Porter, 1986). Dimensi kondisi dimensi. faktor merujuk kepada faktor produksi yang Dari segi dimensi kondisi faktor, diperlukan oleh industri. Dimensi ini terbagi Jawa Tengah memiliki sumber daya menjadi faktor dasar dan faktor lanjutan manusia, sumber alam, dan pengetahuan (advanced). Peranan faktor dasar penting yang cukup. Sehingga potensi daya saing dalam membangun keunggulan bersaing, 81
  • 6. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92 seperti: sumber daya manusia, sumber alam, bangannya dapat dilakukan secara efektif pengetahuan, modal, lokasi dan infrastruk- perlu dilakukan pengukuran daya saingnya. tur. Sedangkan faktor lanjutan melibatkan komunikasi digital, pendidikan, dan Populasi dan Sampel teknologi. Dari segi dimensi kondisi faktor, Memahami populasi merupakan Jawa Tengah memiliki sumber daya masalah penting agar sampel yang diambil manusia, sumber alam, dan pengetahuan benar-benar mewakili populasinya. Populasi yang cukup. Sehingga potensi daya saing dalam penelitian ini adalah seluruh unit dimensi kondisi faktor IKM di Jawa Tengah usaha atau perusahaan manufaktur yang adalah tinggi. termasuk dalam kategori IKM sektor Dimensi kondisi permintaan merujuk manufaktur di Jawa Tengah. Persampelan kepada permintaan domestik. Permintaan ini adalah sebuah proses untuk menentukan didorong oleh kombinasi dan ciri kebutuhan sebagian populasi sebagai wakil dari seluruh pembeli domestik. Komposisi permintaan populasi. Pengujian kecukupan sampel dapat menggambarkan corak dan kebutuhan dilakukan untuk memastikan bahwa ukuran pembeli. Perusahaan akan mendapatkan sampel yang diambil dapat mewakili manfaat dari permintaan domestik yang populasi. Pengujian kecukupan sampel memberi gambaran awal kebutuhan pembeli penelitian menggunakan uji binomial untuk bersaing di pasar internasional dan dengan melihat nilai signifikansi dari rasio berupaya menekan pihak perusahaan lokal sampel terhadap populasi menurut skala untuk menginovasi produk dengan cepat dan industri. Jika hasil analisis menunjukkan lebih canggih dibanding pesaing asing. tidak ada perbedaan di antara data sampel Kondisi tersebut telah banyak membantu dan data populasi secara signifikan, maka IKM dalam memajukan usahaannya. Jika ukuran sampel yang dipilih cukup untuk IKM semakin berdaya saing, maka mereka mewakili populasi. akan dapat menyumbang terhadap Ukuran sampel ialah banyaknya perekonomian wilayah. individu atau unsur dari populasi yang Berdasarkan uraian di atas, maka diambil sebagai sampel. Penentuan ukuran hipotesis penelitian dapat dirumuskan sampel merupakan masalah yang kompleks sebagai berikut: dan mencakup pertimbangan kuantitatif dan 1. Diduga industri di Jawa Tengah berdaya kualitatif. Sampel yang baik ialah sampel saing tinggi menurut skala usaha dan yang mempunyai ciri mendekati populasinya dimensi. (representative). Menurut Gay dan Diehl 2. Terdapat perbedaan yang signifikan (1992) ukuran yang dapat diterima sangat antara daya saing industri kecil dengan tergantung kepada jenis penelitiannya, yaitu: industri menengah di Jawa Tengah. (1) jika penelitian bersifat deskriptif sampel 3. IKM sektor manufaktur memberikan penelitian minimal 10 persen dari populasi, kontribusi yang cukup berarti terhadap (2) jika penelitian bersifat korelasional perekonomian wilayah di Jawa Tengah. sampel minimal sebanyak 30 subyek, (3) jika penelitian bersifat kausal-perbandingan METODE PENELITIAN sampel minimal sebanyak 30 subyek setiap Obyek penelitian ini adalah IKM kelompok dan (4) jika penelitian bersifat sektor manufaktur. Sektor ini telah dikenal eksperimental sampel minimal sebanyak 15 sebagai sektor penggerak dan penentu per- subyek setiap kelompok. tumbuhan ekonomi suatu negara atau Roscoe (1975) memberi pedoman daerah. Sehingga agar upaya pengem- untuk menentukan ukuran sampel, yaitu: (1) 82
  • 7. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi) dalam setiap penelitian, ukuran sampel ngelola atau pengusaha untuk memperoleh sekitar 30 hingga 500; (2) jika faktor yang informasi tambahan. Data sekunder diguna- digunakan dalam penelitian banyak, maka kan untuk menimbulkan isu-isu penelitian ukuran sampel minimal 10 kali dari jumlah serta mendukung hasil penelitian. Data se- faktor; (3) jika sampel penelitian akan dibagi kunder diambil dari lembaga pemerintah menjadi beberapa bagian, maka ukuran (seperti: BPS, Dinas Perindustrian Jawa sampel penelitian minimal 30 untuk setiap Tengah) dan berbagai hasil publikasi yang bagian yang diperlukan. Menurut Fraenkel meliputi jumlah IKM, penyerapan tenaga dan Wallen (1993:92) besar sampel minimal kerja, nilai investasi, PDRB, nilai output dan bagi penelitian deskriptif sebanyak 100, lain-lain. penelitian korelasional sebanyak 50, Instrumen penelitian yang digunakan penelitian kausal perbandingan 30 setiap untuk pengumpulan data berbentuk kelompok dan bagi penelitian eksperimental kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan sebanyak 30 atau 15. memodifikasi dari Rooyen (2000). Penelitian ini mengukur daya saing Kuesioner dibuat dalam berbentuk soal isian industri manufaktur menurut unsur, dimensi dan pilihan. Kuesioner yang berbentuk soal dan kelompok industri. Penentuan ukuran isian berkaitan dengan informasi seperti: sampel dalam penelitian ini sebanyak 400 umur responden, pengalaman mengelola orang responden. Sehingga dari segi ukuran perusahaan, jumlah dan jenis modal yang sampel adalah mencukupi, karena sampel digunakan, nilai peralatan yang dimiliki, penelitian bagi setiap kelompok industri nilai penjualan, jumlah dan sumber tenaga lebih dari 30 orang responden seperti yang kerja, variasi produk yang dihasilkan, dan dinyatakan oleh Gay dan Diehl (1992), frekuensi memodifikasi produk. Kuesioner Roscoe (1975) serta Fraenkel dan Wallen yang berbentuk soal pilihan meliputi: (1993). orientasi strategi bersaing, ancaman pen- Penelitian ini menggunakan teknik datang baru, peranan lembaga keuangan, persampelan bertujuan atau purposive peranan perusahaan pengangkutan umum, sampling, yaitu pemilihan sampel dengan peranan penyedia bahan baku, peranan kriteria atau ciri-ciri yang telah ditentukan penyalur, dan media promosi. sebelumnya. Mereka yang dijadikan sampel Skala pengukuran rasio, digunakan penelitian adalah sebagian pengusaha sektor untuk mengukur unsur yang membentuk manufaktur di Jawa Tengah, banyak daya saing yaitu: akses pasar, target pasar, menggunakan bahan baku dan tenaga kerja pertumbuhan pasar, kemampuan mengelola, lokal, termasuk dalam katagori IKM. dan inovasi produk. Pengukuran unsur infra- struktur, modal dan ukuran pasar meng- Sumber dan Teknik Pengumpulan Data gunakan nilai nominal. Pengukuran unsur Data dalam penelitian ini terbagi pengetahuan, teknologi dan penyesuaian menjadi data primer dan data sekunder. Data menggunakan skala interval. Pengukuran primer diperoleh melalui metode survai unsur strategi bersaing menggunakan dumi. dengan menggunakan kuesioner yang Sedangkan untuk mengukur unsur ancaman disebarkan secara langsung kepada 400 pendatang baru, lembaga keuangan, pe- orang pengusaha sebagai responden. Metode rusahaan pengangkutan umum, penyedia ini dipilih agar tingkat pengembalian bahan, penyalur atau perantara pemasaran jawaban kuesioner tinggi. dan media promosi didasarkan pada nilai Peneliti juga melakukan wawancara persepsi responden dengan menggunakan secara mendalam dengan beberapa pe- skala Likert. 83
  • 8. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92 Pembuatan kuesioner diawali dengan Z ijkl = X ijkl − min( X ijkl ) melakukan pilot test untuk memastikan (Saaty 1980; Max( X ijkl − Min( X ijkl ) bahwa kuesioner tersebut benar-benar dapat UNDP 2002) digunakan sebagai instrumen penelitian. Zijkl= Hasil normalisasi nilai daya Peneliti melakukan pilot test terhadap 20 saing unsur i, dimensi j, kelom- perusahaan kecil, serta 15 perusahaan pok industri k, perusahaan l menengah. Analisis faktor dilakukan untuk Xijkl= Nilai daya saing unsur i, dimensi memastikan seluruh unsur dari ke empat j, kelompok industri k, dimensi daya saing dapat digunakan sebagai perusahaan l yang dinormalisasi instrumen penelitian. Hasil pilot test 3. Pengujian secara statistik melalui uji menyatakan bahwa nilai loading factor bagi beda dua rata-rata dan uji levene. Untuk setiap unsur daya saing adalah lebih besar uji beda dua rata-rata menggunakan dari 0.50. Berarti kuesioner yang dibuat Independent Sampel t test. Ujian ini dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. dimaksudkan untuk menganalisis Teknik Analisis Data adakah perbedaan daya saing antara Setelah data terkumpul, selanjutnya industri kecil dengan industri dianalisis untuk menjawab berbagai menengah. Uji levene dilakukan untuk pertanyaan penelitian dan membuktikan memastikan bahwa varian sampel sama hipotesis penelitian. Untuk menganalisis dengan varian populasinya. data dilakukan beberapa tahapan yaitu: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Analisis faktor diperlukan untuk Daya saing IKM diukur dengan menentukan besarnya Eigenvalue menggunakan indeks yang dibentuk ber- sebagai pembobot setiap unsur dan dasarkan ke empat dimensi diamond Porter, dimensi daya saing seluruh industri yaitu: dimensi kondisi faktor; dimensi yang diteliti. Selain digunakan untuk kondisi permintaan; dimensi strategi per- menghitung nilai indeks daya saing juga usahaan dan struktur persaingan; serta untuk memperingkat dimensi dan unsur dimensi industri pendukung dan industri pembentuk nilai indeks tersebut. terkait. Nilai indeks daya saing IKM di- 2. Penentuan nilai indeks daya saing tentukan oleh bobot setiap unsur dalam seluruh industri yang diteliti dengan setiap dimensi. Analisis pemeringkatan rumus sebagai berikut: dimensi daya saing diperlukan untuk me- 1 Cl = n i j Wijk. Zijl (Wiyadi, 2008) ngetahui indeks. Peringkat dalam pem- l bentukan kepentingannya dimensi daya Cl = Rata-rata nilai indeks daya saing saing IKM dapat dilihat pada Tabel 1. industri Dibanding dengan dimensi lainnya, Wijk = Bobot nilai daya saing unsur i, dimensi kondisi permintaan berada pada dimensi j, kelompok industri k. peringkat paling tinggi dengan bobot nilai I = 1, 2, ... sebesar 28,60 persen. Karena kondisi J = 1, 2, ... 4 permintaan mempunyai peranan paling K = 1, 2 penting dalam menentukan indeks daya L = 1, 2, ... nk saing dibanding dimensi-dimensi yang lain, N = nk = 400 berarti produk IKM telah diterima dan banyak diminati oleh pemakai domestik i j Wijk = Wjk = 1 j ataupun luar negara. Sehingga pada masa 84
  • 9. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi) mendatang pasaran produk IKM mempunyai harganya kompetitif. prospek yang cerah kerana banyak dan Pemeringkatan unsur daya saing pada semakin meningkatnya jumlah penduduk di setiap dimensi juga diperlukan untuk Jawa Tengah, Indonesia maupun luar menentukan kepentingannya dalam menen- negara. Sedangkan dimensi kondisi faktor tukan nilai indeks daya saing. Peringkat menempati peringkat kedua, karena produk unsur daya saing dalam setiap dimensi yang dihasilkan mempunyai ciri khas ditunjukkan oleh Tabel 2. daerah, desain dan corak menarik serta Tabel 1: Peringkat dimensi daya saing IKM di Jawa Tengah Dimensi Daya saing Bobot (%) Peringkat Kondisi permintaan 28,60 1 Kondisi faktor 26,31 2 Strategi perusahaan dan struktur persaingan 22,70 3 Industri pendukung dan industri terkait 22,39 4 Tabel 2: Peringkat unsur setiap dimensi daya saing IKM Unsur Daya saing Bobot (%) Peringkat Kondisi Permintaan 100,00 Segmen pasar 35,54 1 Akses pasar 34,11 2 Pertumbuhan pasar 30,35 3 Kondisi Faktor 100,00 Sumber bahan baku 17,66 1 Sumber tenaga kerja 16,31 2 Sumber modal 15,15 3 Teknologi 13,97 4 Lokasi 13,65 5 Pengetahuan 12,42 6 Kos produk 10,84 7 Strategi Perusahaan dan Struktur Persaingan 100,00 Ancaman pendatang baru 19,32 1 Penyesuaian 18,76 2 Strategi bersaing 17,08 3 Inovasi 15,77 4 Kemampuan manajerial 15,10 5 Fleksibilitas 13,97 6 Industri Penyokong dan Industri Berkait 100,00 Penyedia bahan 22,34 1 Lembaga keuangan 21,96 2 Perusahaan pengangkutan umum 20,60 3 Media promosi 19,04 4 Perantara pemasaran 16,06 5 Sumber: Data primer 2006, diolah 85
  • 10. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92 Berdasarkan Tabel 2 di atas, bahwa Unsur penyedia bahan menempati unsur segmen pasar menempati peringkat peringkat tertinggi pada dimensi industri pertama pada dimensi kondisi permintaan pendukung dan industri terkait dengan nilai dengan bobot nilai sebesar 35,54 persen. kepentingan sebesar 22,34. Unsur ini sangat Dalam hal ini perusahaan mampu mencitra- penting, karena mempengaruhi keberhasilan kan produknya, sehingga kebanyakan pem- perusahaan melalui penyediaan produk beli produk berasal dari para pelanggan. Ini sesuai dengan kebutuhan dan keinginan berarti penentu utama daya saing perusahaan konsumen ataupun pelanggan. Sedangkan adalah unsur segmen pasar. Unsur akses unsur lembaga keuangan penempati pasar mempunyai nilai sebesar 34,11 persen. peringkat kedua dengan nilai kepentingan Nilai ini melambangkan kemampuan sebesar 21,96. Hal ini, karena peran serta perusahaan menjangkau daerah pemasaran dari lembaga ini sangat membantu yang luas bukan hanya di pasar domestik kelancaran perusahaan dalam mencapai tetapi juga ke pasar internasional. keberhasilan usaha. Unsur pembentuk daya saing dimensi kondisi faktor yang menempati peringkat Penentuan Indeks Daya Saing IKM paling tinggi adalah unsur sumber bahan Setelah bobot nilai ditentukan dan baku dengan nilai kepentingan sebesar dilakukan normalisasi terhadap data yang 17,66. dan selanjutnya disusul oleh unsur diperoleh, maka tahap selanjutnya menentu- sumber tenaga kerja dengan nilai kepenting- kan besarnya indeks daya saing bagi seluruh an sebesar 16,31. Tingginya nilai kedua IKM di Jawa Tengah seperti yang terlihat unsur tersebat disebabkan kebanyakan pada Tabel 3. Indeks daya saing dihitung perusahaan mengutamakan penggunaan bagi setiap unsur dan dimensi. bahan dan tenaga kerja lokal. Seperti dinyatakan diatas, IKM yang Pada dimensi strategi perusahaan dan diteliti terbagi menjadi dua kelompok struktur persaingan, unsur ancaman pen- industri, yaitu industri kecil dan industri datang baru dan unsur penyesuaian masing- menengah. Setiap kelompok industri mem- masing menempati peringkat pertama dan punyai karakteristik dan persoalan yang kedua dengan mempunyai nilai kepentingan berbeda. Penentuan nilai indeks daya saing sebesar 19,32 dan 18,76. Hal ini menunjuk- dengan mempertimbangkan bobot nilai kan bahwa masuknya para pendatang baru setiap unsur. Besarnya nilai indeks diguna- kedalam industri manufaktur merupakan kan untuk menggambarkan status daya saing ancaman serius bagi IKM di Jawa Tengah. seluruh IKM yang diteliti. Pemeringkatan Kebanyakan perusahaan juga menganggap dimensi dan unsur daya saing dimaksudkan bahwa penyesuaian merupakan unsur untuk mengetahui kepentingan setiap penting untuk memperoleh keunggulan dimensi dan unsur pembentuk daya saing. bersaing. 86
  • 11. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi) Tabel 3: Hasil Penentuan Indeks Daya Saing IKM di Jawa Tengah No. Dimensi dan Unsur Daya Saing Indeks Daya Saing Industri Kecil (231) Menengah (169) I. Dimensi Kondisi Faktor 74,54 72,02 1. Kos per unit produk 5,68 5,50 2. Sumber Bahan Baku 16,51 16,62 3. Sumber Tenaga Kerja 14,54 14,28 4. Sumber Modal 14,40 14,16 5. Pengetahuan 7,02 6,08 6. Teknologi 4,39 4,80 7. Lokasi 12,00 10,58 II. Dimensi Kondisi Permintaan 68,62 69,77 1. Loyalitas Pelanggan 31,23 30,49 2. Cakupan Pasar 16,31 18,62 3. Pertumbuhan Penjualan 21,08 20,66 III. Dimensi Strategi Perusahaan dan 62,28 59,56 Struktur Persaingan 1. Adapatasi Produk 8,81 7,69 2. Fleksibilitas 8,75 8,16 3. Strategi bersaing 13,68 13,54 4. Kemampuan Manajerial 5,37 5,21 5. Ancaman Pendatang Baru 12,90 12,55 6. Inovasi Produk 12,77 12,41 IV. Dimennsi Industri Pendukung dan 59,69 59,47 Industri Terkait 1. Lembaga Keuangan 14,19 14,26 2. Perusahaan Jasa Transportasi 10,90 11,03 3. Penyedia Bahan Baku 12,86 13,38 4. Perantara Pemasaran 9,75 8,75 5. Perusahaan Media Informasi 11,99 12,05 Total Dimensi 265,13 260,82 Sumber: Data primer 2008. diolah Berdasarkan Tabel 3 total nilai lebih kecil dibandingkan dengan industri indeks daya saing industri kecil adalah sebe- menengah (68,62 < 69.77). sar 265,33 dan industri menengah yaitu Pada dimensi kondisi faktor, nilai sebesar 260,82. Berarti kedua kelompok indeks daya saing industri kecil sebesar industri memiliki daya saing tinggi. Namun 74,54 adalah lebih besar dibanding dengan industri kecil lebih berdaya saing dibanding industri menengah yaitu sebesar 72,02. dengan industri menengah. Dimana industri Faktor penyebab utamanya adalah lokasi in- kecil memiliki nilai indeks daya saing lebih dustri yang berada di luar kota kebanyakan- besar pada dimensi kondisi faktor; dimensi nya industri kecil. Selain itu, rata-rata biaya strategi perusahaan dan struktur persaingan; per unit produk industri kecil lebih rendah serta industri pendukung dan industri terkait. dibanding dengan industri menengah. Ber- Sedangkan untuk dimensi kondisi perminta- arti biaya per unit produk industri kecil lebih an nilai indeks daya saing industri kecil efisien dibanding dengan industri menengah. 87
  • 12. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92 Nilai indeks daya saing unsur biaya lebih rendah dibanding dengan industri me- per unit produk adalah rendah, yaitu 5,68 nengah (68,62 < 69,77). Rendahnya nilai untuk industri kecil dan 5,50 untuk industri indeks daya saing unsur akses pasar produk menengah. Hal ini disebabkan sebagian pe- industri kecil dibanding dengan industri me- rusahaan mengalami persoalan terkait de- nengah. Dimana akses pasar industri kecil di ngan ketersediaan bahan baku, produktivitas pasar lokal lebih besar dibanding dengan tenaga kerja dan peralatan atau mesin- industri menengah (16 persen > 9 persen). mesinnya telah berumur tua dan sering rusak. Upaya peningkatan akses pasar perusahaan Untuk meningkatkan efisiensi biaya per unit perlu melakukan berbagai macam program, produk, maka perusahaan perlu (1) melaku- seperti: pengembangan produk baru, kan pembelian bahan secara bersama-sama menambah penggunaan baru, memasuki dengan perusahaan lain melaui koperasi, (2) segmen baru, memperluas daerah pemasar- meningkatkan keterampilan pekerja dengan an. Untuk ekspor pemerintah perlu mem- mengirim mereka mengikuti pelatihan dan berikan fasilitas atau kemudahan (3) meningkatkan skala produksi berdasar- mengekspor, meningkatkan promosi ekspor kan peluang permintaan pasaran. ke luar Negara, memperluas pasar ke negara Nilai indeks daya saing unsur tujuan ekspor yang baru, meningkatkan pengetahuan adalah rendah, yaitu sebesar diplomasi perdagangan ke luar Negara, 7,02 untuk industri kecil dan 6,08 untuk mengembangkan sistem manajemen infor- industri menengah. Rendahnya indeks daya masi promosi ekspor, mengadakan forum saing unsur ini disebabkan rendahnya komunikasi di antara pemerintah dan kualitas sumber daya manusia, dimana dari usahawan di bidang pengembangan ekspor. seluruh pengusaha yang diteliti hanya 18 Pada dimensi strategi perusahaan dan persen yang berpendidikan tinggi. Pada hal struktur persaingan, nilai indeks daya saing kulaitas sumber daya manusia yang akan industri kecil adalah lebih besar dibanding menentukan daya saing dan keberhasilan dengan industri menengah (62,68 > 59,56). perusahaan dalam persaingan. Dimana Sebab industri kecil memiliki nilai indeks peningkatan kualitas sumber daya manusia daya saing seluruh unsur dalam dimensi ini dapat dilakukan melalui peningkatan lebih besar dibanding dengan industri me- pendidikan formal dan non formal melalui nengah. Nilai indeks daya saing unsur ke- kursus atau pelatihan. mampuan manajerial pada industri kecil dan Unsur teknologi mempunyai nilai menengah adalah rendah (5,37 dan 5,21). indeks daya saing rendah, yaitu sebesar 7,02 Rendah nilai indeks daya saing unsur ini untuk industri kecil dan 6,08 untuk industri disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber menengah. Rendahnya indeks daya saing daya manusia para pengusaha. Oleh sebab unsur ini disebabkan rendahnya teknologi itu, para pengusaha harus meningkatkan yang digunakan untuk proses produksi. Dari pengetahuan mereka melalui pendidikan hasil penelitian menunjukkan bahwa 36 formal yang lebih tinggi ataupun mengikuti pengusaha yang dijadikan responden hanya berbagai kursus dan pelatihan. Peningkatan menggunakan jenis peralatan yang manual daya saing dapat dilakukan pula melalui sepenuhnya. Kebanyakan jenis peralatan promosi kewirausahaan dengan memanfaat- yang digunakan juga telah berumur tua dan kan potensi lokal, layanan pengembangan sering rusak, maka segera memerlukan bisnis (BDS), sosialisasi budaya kerja dan penggantian. etika berbisnis (seperti: meningkatkan ke- Pada dimensi kondisi permintaan, mampuan dan kualitas pendidikan bahwa nilai indeks daya saing industri kecil kewirausahaan), pengadaan sistem insentif 88
  • 13. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi) bagi pengembangan dan pemanfaatan inova- yang signifikan antara daya saing industri si atau teknologi lokal melalui komer- kecil dengan industri menengah, walau pun sialisasi hasil inovasi atau teknologi lokal. rata-rata daya saing industri kecil adalah Sedangkan pada dimensi industri lebih tinggi dibanding rata-rata daya saing pendukung dan industri terkait, bahwa industri menengah (265.09 > 260.81). industri kecil relatif lebih berdaya saing di- Dengan demikian hipotesis ke dua yang banding dengan industri menengah. Dimana menyatakanan bahwa ”terdapat perbedaan nilai indeks daya saing industri kecil adalah yang signifikan antara daya saing industri sebesar 59,69 dan industri menengah sebesar kecil dengan industri menengah di Jawa 59,47. Walaupun demikian untuk unsur Tengah” tidak terbukti kebenarannya. Hal lembaga keuangan, perusahaan jasa ini disebabkan rata-rata indeks daya saing trasportasi, penyedia bahan, dan media industri kecil dengan industri menengah prmosi bagi industri menengah memiliki pada setiap unsur maupun dimensi relatif nilai indeks daya saing lebih besar dibanding sama. dengan industri kecil. Hanya unsur perantara pemasaran saja yang memiliki nilai indeks Kontribusi IKM Terhadap Perekonomian daya saing lebih kecil dibanding dengan Wilayah industri kecil (9,75 > 8,75). Untuk me- Industri manufaktur mempunyai pe- ningkatkan daya saing diperlukan adanya ranan yang besar terhadap perekonomian kerjasama secara terpadu antara pengusaha, wilayah terutama dalam penyerapan tenaga pemerintah dan perusahaan atau industri kerja, kebutuhan investasi, penciptaan nilai lainnya. Kerjasama ini terutama dimaksud- output, dan pembentukan PDRB. Menurut kan untuk memperlancar pemasaran atau data Dinas Perindustrian Propinsi Jawa pendistribusian produk yang dihasilkan. Tengah tahun 2006, jumlah IKM sektor manufaktur adalah sebanyak 319.452 unit Pengujian Statistik usaha dan jumlah industri besar (IB) hanya Sebagaimana dikemukakan diatas, sebanyak 496 unit usaha. Dari jumlah ter- bahwa pengujian levene dilakukan dengan sebut, IKM mampu menyerap tenaga kerja maksud untuk mengetahui apakah varian sebanyak 1.661.635 orang dengan nilai sampel sama dengan varian populasi. investasi sebesar Rp 862.512 juta. Sebalik- Dengan menggunakan alat bantu komputer nya IB hanya mampu menyerap tenaga kerja program SPSS versi 16.0 diperoleh nilai F sebanyak 136.175 orang dengan nilai hitung sebesar 7.749 pada = 0.187. Berarti ivestasi sebesar Rp. 9.118.102 juta. Infor- varian sampel adalah sama dengan varian masi ini menunjukkan bahwa IKM termasuk populasinya. Dengan demikian dapat dalam kategori padat tenaga kerja (labour disimpulkan, bahwa terdapat homogenitas intensive) dan IB termasuk dalam kategori data sampel dalam sampel penelitian. modal (capital intensive). Perbedaan ini Analisis beda dua rata-rata meng- perlu mendapat perhatian para pengambil gunakan independent sampel T test. Uji ini kebijakan untuk mengembangkan industri dimaksudkan untuk mengetahui adakah per- manufaktur di Jawa Tengah. bedaan yang signifikan antara daya saing Sebagaimana dikemukakan di atas, industri kecil dengan industri menengah. bahwa salah satu unsur penting dalam Berdasarkan hasil analisis dengan meng- meningkatkan pertumbuhan ekonomi gunakan alat bantu komputer program SPSS wilayah adalah peranan yang dimainkan versi 16.0 diperoleh nilai T sebesar 1.518 oleh IKM. Dalam tahun 2006, IKM di Jawa pada = 0.130. Berarti tidak ada perbedaan Tengah telah memberi kontribusi sebesar 89
  • 14. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92 92,43 persen dari total tenaga kerja sektor menengah, karena diperoleh nilai T hitung manufaktur di Jawa Tengah. Sehingga jika sebesar 1.518 pada = 0.130. Keempat, IKM semakin berdaya saing dan berhasil, IKM sektor manufaktur di Jawa Tengah maka kontribusinya terhadap penyerapan termasuk dalam kategori intensif buruh atau tenaga kerja semakin meningkat dan jumlah tenaga kerja dan IB termasuk dalam kategori pengangguran semakin berkurang. intensif modal. Dan kelima, IKM sektor Dalam tahun 2006, IKM juga telah manufaktur di Jawa Tengah telah menyum- memberi kontribusi terhadap nilai output bang terhadap perekonomian wilayah dalam sebesar Rp. 2.971.985 juta atau 22,87 persen bentuk penyerapan tenaga kerja sebesar dari total nilai output industri manufaktur di 1.661.635 orang atau 92,43 persen dari total Jawa Tengah. Dibanding dengan nilai in- tenaga kerja sektor manufaktur; penciptaan vestasi, maka kemampuan nilai investasi nilai output sebesar Rp. 2.971.985 juta atau menghasilkan nilai output adalah 3,45 kali 22,87 persen dari total nilai output industri untuk IKM dan sebesar 1.43 kali untuk IB. manufaktur; dan penyerapan nilai investasi Berarti IKM di Jawa Tengah masih berpe- sebesar 0,09 dari seluruh investasi sekor luang besar untuk meningkatkan peranannya industri manufaktur. melalui peningkatan daya saing. Hasil temuan tersebut menunjukkan Dibandingkan nilai output, bahwa pengusaha IKM sektor manufaktur di produktivitas tenaga kerja per tahun sebesar Jawa Tengah perlu melakukan beberapa Rp. 1.788.590,76 untuk IKM dan sebesar perubahan. Di antaranya adalah meningkat- Rp. 95.429.594,27 bagi IB. Karena kan efisiensi, dengan cara melakukan pem- produktivitas tenaga kerja IKM lebih kecil belian bahan secara kolektif melalui dibanding dengan produktivitas tenaga kerja koperasi, meningkatkan keterampilan IB, berarti IKM di Jawa Tengah kurang pekerja melalui pelatihan, dan meningkatkan berdaya saing dibanding dengan IB. Namun skala produksi dengan mempertimbangkan karena IKM lebih banyak menyerap tenaga peluang permintaan pasar. Meningkatkan kerja dibanding dengan IB sehingga daya kualitas sumber daya manusia terutama pe- saing IKM perlu ditingkatkan lagi. ngusaha melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Mengganti peralatan yang sudah PENUTUP ketinggalan, berumur tua dan sering rusak Penelitian ini berhasil memperoleh dengan peralatan berteknologi terkini. beberapa temuan penting. Pertama, industri Meningkatkan penjualan melalui penciptaan kecil sektor manufaktur di Jawa Tengah imej terhadap produknya, mencari segmen mempunyai indeks daya saing sebesar pasar baru, dan memasuki daerah pemasaran 265,13 dan industri menengah sebesar baru. Serta Menjalin kerja sama dengan 260,82. Karena indeks daya saing IKM lebih pengusaha lain, pemerintah, ataupun lemba- besar dari 200, berarti berdaya saing tinggi. ga swasta lainnya. Kerjasama tersebut di- Kedua, Berdasarkan hasil perhitungan bagi maksudkan untuk memperoleh fasilitas pin- ke empat dimensi daya saing industri kecil jaman, dalam penggunaan peralatan, pema- dan menengah ternyata mempunyai nilai saran atau pendistribusian dan lain lain. - indeks lebih besar dari 50. Berarti daya Sedangkan untuk meningkatkan daya saing IKM untuk ke empat dimensi adalah saing lebih besar lagi pemerintah perlu tinggi. Ketiga, berdasarkan hasil analisis memberdayakan IKM dengan sistem rantai independent sampel T test ternyata tidak nilai (value chain); mendorong kerja sama terdapat perbedaan yang dignifikan antara yang saling menguntungkan antara IKM daya saing industri kecil dengan industri dengan IB; mendorong ekspor melalui pem- 90
  • 15. Pengukuran Indeks Daya Saing… (Wiyadi) berian fasilitas untuk mengekspor, me- Gay, L.R. and Diehl, P.L. (1992). Research ningkatkan promosi dagang ke luar Negara, Methods for Business and Mana- memperluas negara tujuan ekspor, me- gement. New York: Macmillan. ningkatkan diplomasi perdagangan ke luar Jense, N., Brouthers, K. and Narkos, G. Negara, pengembangan sistem manajemen (1994). “Porter Diamond” or informasi promosi ekspor, mengadakan “Multiple diamond”: Competitive forum komunikasi antara pemerintah dan Advantage in Small European pengusaha di bidang pengembangan ekspor; countries, In: Yamin M., Burton, F. mengembangkan kewirausahaan melalui and Cross, A.R. (Eds). The promosi kewirausahaan dengan memanfaat- Changing European Envionment, kan potensi lokal, BDS serta sosialisasi bu - Proceedings of the 21 th annual daya bekerja dan etika berusaha; serta men- conference of the UK Academy of ciptakan iklim yang kondusif dalam International Business. berusaha penghapusan pungutan liar dan Manchester: AIB UK. memberi hukuman yang berat kepada siapa pun yang melakukan. Moon, R. and Verbeke. (1995). The Gene- ralized Double Diamond Approach DAFTAR PUSTAKA to The Global Competitiveness of Abdullah, P. (2002). Daya Saing Daerah: Korea and Singapure. In Rugman, Konsep dan Pengukurannya di A.M. (Ed). Research in Global Indonesia. Edisi Pertama. Yogya- Strategic Management. Pp . 97- karta: BPFE-UGM. 114.A Research Annual. Badan Pusat Statistik-BPS. (2004). Statistik Moon, R. and Verbeke. (1998). The Indonesia. Jakarta. Generalized Double Diamond Badan Pusat Statistik-BPS. (2006). Jawa Approach to The Global Competi- Tengah Dalam Angka. Semarang. tiveness of Korea and Singapure. International Business Review, 7, Cartwright, W.R. (1993). Multiple linked 135-150. diamonds: New Zealand’s ex- Nachum, L. (1998). Do The Diamond of perience. Management Inter- Foreign Countries Shape The national Review, 33 (2), 55–70. Competitiveness of Firms? A Case Cho, Dong-Sung and Moon, Hwy-Chang. Study of The Swedish Engineering (2003). From Adam Smith to Consulting Industry. Scand. J. Michael Porter: Evolusi Teori Mgmt, 14 (4), 459-478. Daya Saing. (Terjemahan Erly Suandy). Edisi Pertama. Jakarta: Ozlem, O. (2002). Assessing Porter’s PT. Salemba Empat. framework for national advantage: the case of Turkey. Journal of Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dis- Business Research, 55, 509-515. perindag) Jawa Tengah. (2006). Pi-ying, P. & Lai. (2005). The Competitive- Statisitik Industri. Semarang. ness of Real Estatte Industry in Fraenkel, J.R. and Wallen, N.E. (1993). Taiwan. Taiwan: National Pingtung How to Design and Evaluate Re- Institut of Commerce. search in Education. Singapura: McGraw-Hill Inc. Plawgo, B. and Chapman, M. (1998). The 91
  • 16. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal: 77–92 Competitiveness of Small and (3), 59–64. Medium Sized Enterprises. In Rugman, A.M. and D’Cruz. (1993). The Proceeding of International Con- ference of Small and Medium Double Diamond Model of Inter- Enterprises. June. Naples-Italy: national Competitiveness: Canada’s ICBS Exsperience. Management Inter- national Review, 33 (3), 17-39. Porter, M.E. (1986). Competition in global Saaty, T.L. (1980). The Analytical industries: A conceptual frame- Hierarchy Process. New York: work. In M.E. Porter (Ed). McGraw-Hill. Competition in global industries. Boston, MA: Harvard Business Tambunan, T.T.H. (2003). Perekonomian School Press. Indonesia: Beberapa Permasala- Porter, M.E. (1990). The competitive han Penting, Jakarta: Penerbit advantage of Nations. Harvard Ghalia Indonesia. Business Review, 2 (March/April). UNDP. (2002). Human Development Roscoe, J. (1975). Fundamental research Report. United Nation. New York: statistics for the behavioral sci- Oxford University Press. ences. New York: Holt, Rinehart, Wiyadi. (2005). Daya Saing Ekspor Dan & Winston. Kontribusi Industri Dalam Rugman, A.M. (1991a). Fast Forward: Im- Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa proving Canada’s International Tengah. Hasil Penelitian yang Competitiveness. Toronto: Kodak diseminarkan di Pusat Studi Canada Inc. Kependudukan Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Rugman, A.M. (1991b). Diamond in the Wiyadi. (2008). Daya Saing Industri Skel rough: Porter and Canada’s inter- Kecil dan Sederhana di Jawa national competitiveness. Business Tengah Undonesia, Thesis Program Quarterly, 55 (3), 61–4. Doktor Falsafah, Fakulti Ekonomi Rugman, A.M. (1992). Porter takes the dan Perniagaan Universiti Kebang- wrong turn. Business Quarterly, 56 saan Malaysia. 92