Dokumen tersebut membahas tentang peran keluarga sebagai lembaga pendidikan utama bagi anak. Keluarga diibaratkan sebagai "sekolah nyata" dimana anak-anak mendapat pendidikan pertama dan terpenting melalui contoh, didikan, dan pengajaran dari orang tua. Tugas utama orang tua adalah mendidik anak menjadi manusia yang baik dan berakhlak mulia.
2. FUNGSI KELUARGA
هاَتدَدأع إذا ٌمدرسة ُّماأل
#
األ ِّبطي اًبشع َدتَدأع
ِعرا
Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan). Jika engkau persiapkan dengan baik
Berarti engkau tengah mempersiapkan satu bangsa yang unggul (baik budi pekertinya).
Hafez Ibrahim (1871–1932) Penyair Mesir awal abad 20
3. Fatimah binti Ubaidillah selalu menjaga makanan, minuman, kesehatan
serta daya pikir Imam Asy-Syafi’i sejak kecil.
Ibu Imam Malik: “Anakku, datanglah ke majelisnya Rabi’ah bin Abi
Abdirrahman. Pelajari akhlak dan adabnya sebelum engkau mempelajari
hadits dan fikih darinya’.”
Ibunya Imam al-Bukhari mendidiknya dengan pendidikan yang terbaik.
Mengurus keperluannya, mendoakannya, dan memotivasinya untuk
belajar dan berbuat baik.
6. • 1902; mulai mengajar dan mendidik kaum perempuan: merenda, menyulam, merancang
pakaian, tatakrama, memasak, menjahit, membaca, menulis, dan sebagainya.
• 16 Januari 1904 resmi berdiri “Sakola Istri”
• 1910 >>> “Sakola Kaoetamaan Istri”
• Buku “Kaoetamaan Istri“ ditulis tahun 1911 (Sunda), diterbitkan tahun 1912 oleh A. C.
NIX & Co.
• Tujuan: sebagai bahan bacaan anak sekolah dan juga orang tuanya. Karena
membangun pendidikan itu bukan hanya soal mengajar peserta didik. Orang tua
harus ikut pula terlibat memahami perannya dalam membangun Pendidikan.
7. Tujuan
Pendidikan
“Sakola
Kaoetamaan
Istri”
• Mencetak anak didik yang cageur,
bageur, bener, pinter, dan wanter, serta
harus berani kepada kebenaran yang
diyakini, jangan mudah putus asa, dan
harus melangkah lebih jauh serta tidak
mengeluh dalam setiap keadaan.
• Cageur: sehat jasmani dan rohani
• Bageur: berhati dan berkelakuan baik
• Bener: memegang teguh kebenaran
• Pinter: pandai atau cakap
• Wanter: percaya diri, pandai bergaul
8. Ki Hajar Dewantoro
• Masa Kanak-kanak (1-7 tahun): Memberi
Contoh, Pembiasaan
• Masa pertumbuhan jiwa dan pikiran (7-14
tahun): Pengajaran, Perintah-Paksaan-Hukuman
• Masa terbentuk budi pekerti & kesadaran sosial
(14-21 tahun): Laku (self discipline), Pengalaman
lahir dan batin (nglakoni, ngrasa)
• Setiap orang menjadi guru, setiap rumah
menjadi sekolah. Pendidikan tak berhenti di
bangunan sekolah saja, tapi juga di rumah, di
jalan, dan di mana-mana.
9. “Hak anak atas orang tuanya (kewajiban orang tua tehadap
anaknya) adalah memberi nama yang baik, memberi tempat
tinggal yang baik, dan memperbaiki adab,” (H.R. Baihaqi)
Memperbaiki adab (memberikan Pendidikan yang benar) adalah
kewajiban orang tua terhadap anaknya.
Memperoleh Pendidikan yang benar adalah hak anak.
10. Tujuan utama Pendidikan adalah membentuk manusia yang baik.
Keluarga menjadi tempat Pendidikan utama bagi anak-anak.
Pendidikan orang tua sebagai “guru keluarga”, sehingga rumah tangga
menjadi Lembaga Pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak.
Tugas utama orang tua bukan hanya mencari makan untuk diri dan anak-
anaknya, tetapi yang lebih penting adalah mendidik anak-anaknya
menjadi manusia yang baik, dan menjadi khalifatullah fil-ardh.
12. Landasan Pendidikan
• Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(UU No. 20/2003-Sisdiknas Bab I Pasal 1 Ayar 1)
• Pendidikan nasional…. bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. (UU No. 20/2003-Sisdiknas Bab II Pasal 3)
13. “Seyogyanya si guru mempersilahkan
murid untuk bermain setelah usai dari
pelajarannya, bermain dengan permainan
indah yang mengistirahatkan dari
lelahnya bangku pelajaran sekiranya
tidak lelah dalam bermain.
Apabila si guru melarang si anak
bermain dan memforsir untuk selalu
belajar maka akan mematikan hatinya,
membatalkan kecerdasannya, mengajarkan
untuk berlaku curang, sehingga perlu
mencari cara untuk keluar dari semua
itu.”
Imam Al-Ghazali
14. ْيعَيَس ْمُهِّنإَف ْمُكَدَال ْوَا ا ْوُمِّلَع
ُش
ىف
َمَز َْريَغ ْمهانَمَز
ْمُكان
َخُ ْنَحن َو ْمهانَمَزل َقَلَخ ْمُهَّنإَف
َانانَمَزل َانَْْل
“Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya,
karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada
zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk
zaman kalian”.
15. “Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka
diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu”
– Socrates“
Kutipan (Socrates) di atas ditulis oleh Imam Ahmad al-Syahrastani
dalam kitabnya yang sangat masyhur terkait sejarah aliran-aliran
pemikiran yang hingga saat ini masih menjadi rujukan, al-Milal wa
al-Nihal (1404, juz 2: 82).
16. • Life must be lived as play (Plato); Hidup harus dijalani sebagai permainan.
• In every real man, a child is hidden that wants to play (Friedrich
Nietzsche); Dalam setiap pria sejati, tersembunyi seorang anak yang ingin bermain.
• We don't stop playing because grow old, we grow old
because we stop playing (George Bernard Shaw); Kita tidak
berhenti bermain karena menjadi tua, kita menjadi tua karena kita berhenti bermain.
17. • The body heals with play, the mind heals with laughter and
the spirit heals with joy (Proverb); Tubuh sembuh dengan bermain,
pikiran sembuh dengan tawa dan semangat sembuh dengan suka cita.
• The supreme accomplishment is to blur the line between
work and play (Arnold J. Toynbee); Pencapaian tertinggi adalah
mengaburkan batas antara bekerja dan bermain .