SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 3
Descargar para leer sin conexión
1
Al-Isyfâq
Beberapa saat yang lalu, kita pernah membahas tentang makna
khasy-yah, yang disebut oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sebagai bagian dari
tempat persinggahan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Setelah itu, beliau pun
menyebut tempat persinggahan yang lain, yaitu: isyfâq, sebagaimana
firmanNya,
َ‫ين‬ِ
‫ذ‬
‫اَّل‬ََ‫ن‬ْ‫و‬‫ش‬
ْ
‫َي‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ذ‬‫ّب‬‫ر‬ََِ‫ب‬ْ‫ي‬‫غ‬
ْ
‫ال‬ِ‫ب‬َ‫م‬
ُ
‫ه‬‫و‬ََ‫ن‬
ّ
ِ‫م‬ََِ‫ة‬‫اع‬ ‫ذ‬‫الّس‬ََ‫ون‬
ُ
‫ق‬ِ‫ف‬
ْ
‫ش‬ُ‫م‬
"(Yaitu) orang-orang yang takut akan adzab) Rabb mereka, sedang mereka tidak
melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat." (QS al-
Anbiyâ'/21: 49).
َ‫ل‬‫ب‬
ْ
‫ق‬‫أ‬‫و‬ََْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ‫ض‬
ْ
‫ع‬‫ب‬ََ‫ى‬‫َع‬ََ‫ض‬
ْ
‫ع‬‫ب‬ََ‫ون‬
ُ
‫ل‬‫اء‬‫ّس‬‫ت‬‫ي‬َ﴿٥٢﴾َ‫وا‬
ُ
‫ال‬‫ق‬َ‫ا‬
‫ذ‬
‫ّن‬ِ‫إ‬َ‫ا‬
‫ذ‬
‫ّن‬
ُ
‫ك‬ََ
ُ
‫ل‬ْ‫ب‬‫ق‬ََ ِ‫ف‬َ
‫ا‬‫ّن‬ِ‫ل‬
ْ
‫ه‬‫أ‬ََ‫ي‬ِ‫ق‬ِ‫ف‬
ْ
‫ش‬ُ‫م‬َ﴿٥٢﴾ََ‫ذ‬‫ن‬‫م‬‫ف‬ََُ ‫ذ‬
‫اّلل‬َ‫ا‬‫ّن‬ْ‫ي‬‫ل‬‫ع‬َ‫ا‬‫اّن‬‫ق‬‫و‬‫و‬ََ‫اب‬‫ذ‬‫ع‬ََِ‫وم‬ُ‫م‬ ‫ذ‬‫الّس‬َ﴿٥٢﴾
"Dan, sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling tanya-
menanya. Mereka berkata, Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-
tengah keluarga kami, merasa takut (akan adzab). Maka Allah memberikan karunia
kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka'." (QS ath-Thûr/52: 25-27).
Isyfaq --- dalam pengertian etimologis – bermakna siuman atau
‘sadar’. Berasal dari kata ‘asyfaqa - yusyfiqu - isyfâqan. Sedang dalam
pengertian terminologis, bermakna ‘rasa takut yang amat lembut’ terhadap
sesuatu atau seorang yang ditakutinya. Perbandingannya dengan rasa takut
seperti rasa belas kasihan dengan kasih sayang. Jadi hal ini merupakan ‘kasih
sayang yang amat lembut’. Oleh karena itu al-Harawi, di dalam kitab
Manazilus-Sa'irin menyatakan bahwa "isyfaq adalah kewaspadaan secara
terus-menerus yang disertai dengan rasa kasih-sayang.
Beliau menyatakan bahwa isyfâq memiliki tiga tingkatan.
1. Isyfâq terhadap jiwa, dalam rangka mengantisipasi agar diri kita tidak
terjebak ke dalam pengingkaran terhadap Allah, mengikuti jalan nafsu
dan kedurhakaan serta pengingkaran ‘ubudiyah. Sedangkan isyfâq
terhadap amal ialah: mengantisipasi agar diri kita tidak terjebak ke dalam
tindakan (amal) yang sia-sia. Artinya kita memiliku rasa khawatir,
jangan-jangan amal (tindakan) kita seperti apa yang difirmankan oleh
Allah,
2
‫ا‬‫ّن‬
ْ
‫م‬ِ‫د‬‫ق‬‫و‬ََ‫ى‬‫ل‬ِ‫إ‬َ‫ا‬‫م‬َ‫وا‬
ُ
‫ل‬ِ‫م‬‫ع‬ََْ‫ن‬ِ‫م‬ََ‫ل‬‫م‬‫ع‬ََُ‫اه‬‫ّن‬
ْ
‫ل‬‫ع‬‫ج‬‫ف‬ََ‫اء‬‫ب‬‫ه‬َ‫ا‬‫ور‬
ُ
‫ّنث‬
‫ذ‬
‫م‬َ
"Dan, Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal
itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (QS al-Furqân/25: 23).
Amal yang diibaratkan debu yang beterbangan itu ialah: amal-amal yang
dimaksudkan untuk selain Allah, tidak menurut perintah-Nya dan
Sunnah Rasul-Nya. Rasa takut ini juga berlaku untuk amal-amal yang
akan datang, jangan-jangan seseorang terjebak dalam kondisi
‘meninggalkannya’ atau (dalam kondisi) kedurhakaan yang
dilakukannya, sehingga amal-amal itu pun menjadi hilang maknya,
sehingga keadaannya seperti apa yang difirmankan Allah,
َ
ّ
‫د‬‫و‬‫ي‬‫أ‬ََْ‫م‬
ُ
‫ك‬ُ‫د‬‫ح‬‫أ‬َ‫ن‬‫أ‬ََ‫ون‬
ُ
‫ك‬‫ت‬ََُ‫ل‬ََ‫ة‬
‫ذ‬
‫ّن‬‫ج‬َ‫ن‬
ّ
ِ‫م‬ََ‫يل‬ِ
‫ذ‬
‫َّن‬ََ‫اب‬‫ّن‬
ْ
‫ع‬‫أ‬‫و‬َ‫ي‬ِ‫ر‬
ْ
‫َت‬َ‫ن‬ِ‫م‬َ
‫ا‬‫ه‬ِ‫ت‬
ْ
‫َت‬ََُ‫ار‬‫ه‬
ْ
‫ن‬
ْ
‫اْل‬ََُ‫ل‬َ‫ا‬‫يه‬ِ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫م‬ََ
ّ
ِ
ُ
‫ك‬ََِ‫ات‬‫ر‬‫م‬‫ذ‬‫اّثل‬ََ
ُ
‫ه‬‫اب‬‫ص‬‫أ‬‫و‬ََُ‫ب‬ِ‫ك‬
ْ
‫ال‬ََُ‫ل‬‫و‬ََ‫ة‬‫ذ‬‫ّي‬ّ
ِ‫ر‬
ُ
‫ذ‬َ
َُ‫اء‬‫ف‬‫ع‬ ُ‫ض‬ََ‫ه‬‫اب‬‫ص‬‫أ‬‫ف‬‫ا‬ََ‫ار‬‫ص‬
ْ
‫ع‬ِ‫إ‬ََِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ََ‫ار‬‫ّن‬ََْ‫ت‬‫ق‬‫َت‬
ْ
‫اح‬‫ف‬َۗ‫ذ‬‫ك‬‫ى‬َٰ‫ك‬ِ‫ل‬ََُ ّ
ِ‫ي‬‫ب‬ُ‫ي‬ََُ ‫ذ‬
‫اّلل‬َ
َُ‫م‬
ُ
‫ك‬‫ل‬ََِ‫ات‬‫ي‬
ْ
‫اْل‬ََْ‫م‬
ُ
‫ك‬
‫ذ‬
‫ل‬‫ع‬‫ل‬ََ‫ون‬ُ‫ر‬
‫ذ‬
‫ك‬‫ف‬‫ت‬‫ت‬َ
"Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma
dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Dia mempunyai dalam
kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada
orang itu sedang Dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun
itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya
[Inilah perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya karena riya,
membangga-banggakan tentang pemberiannya kepada orang lain, dan menyakiti
hati orang]." (QS al-Baqarah/2: 266).
Sebagai sebuah ilustrasi, kita bisa belajar pada kisah Umar bin
al-Khaththab ketika bercengkerama dengan para sahabatnya.
Suatu saat, Umar bin al-Khaththab pernah bertanya kepada para
shahabat, "Kepada siapakah ayat ini diturunkan?"
Mereka pun menjawab, "Allahlah yang lebih mengetahuinya."
Mendengar jawaban mereka ini, Umar pun marah, lalu dia
berkata, "Katakan saja, kami tahu atau kami tidak tahu."
3
Lalu, Abdullah bin Abbas pun berkata, "Wahai Amirul-
Mukminin, aku mempnyai selintas pengertian tentang ayat ini."
Umar pun menyahut, "Wahai anak saudaraku, katakanlah, dan
janganlah engkau terlalu merendah diri."
Abdullah bin Abbas berkata, "Ayat ini merupakan
perumpamaan tentang suatu amal."
"Amal semacam apakah itu?" tanya Umar.
Abdullah bin Abbas menjawab, "Tentang seseorang yang kaya
raya dan juga rajin melakukan ketaatan kepada Allah, lalu Allah
mengutus setan kepadanya, dan dia pun melakukan kedurhakaan,
sehingga menenggelamkan semua amalnya."
2. Isyfâq terhadap waktu, dalam rangka untuk mengantisipasi agar kita atau
seseorang tidak ternodai oleh perpisahan. Dengan kata lain, seseorang
mewaspadai waktunya agar tidak tercampuri sesuatu yang bisa
memisahkan kebersamaannya dengan Allah. Sedangkan isyfâq terhadap
hati, kalau-kalau ia terisi penghalang, apakah halangan atau hambatan
yang berupa syubhat, syahwat atau sebab apa pun yang menghambat
perjalanannya menuju pada kedekatannya kepada Allah.
3. Isyfâq dalam rangka menjaga upaya seorang hamba dari sikap ‘ujub,
menahannya agar tidak memusuhi akhlak mulia dan membawanya agar
mampu menjaga dirinya pada kesungguhannya dalam beribadah kepada
Allah.
Isyfâq yang pertama berkaitan dengan amal, yang kedua
berkaitan dengan akhlak dan yang ketiga berkaitan dengan kehendak.
Pada masing-masing bagian ini ada sesuatu yang bisa merusaknya. ‘Ujub
merusak amal. Merasa takut terhadap usahanya yang bisa dirusak ‘ujub
ini dapat menjaga usaha tersebut. Memusuhi akhlak merupakan perusak
akhlak. Merasa takut terhadap akhlak yang bisa dirusaknya ini dapat
menjaga akhlak tersebut. Keinginan bisa dirusak oleh tidak adanya
kesungguhan, yaitu canda dan senda gurau. Merasa takut terhadap
keinginan yang bisa dirusak senda gurau ini dapat menjaga keinginan
tersebut.
Jadi, isyfâq bisa dimaknai sebagai sebuah sikap kehati-hatian dalam
rangka mengantisipasi terjadinya sesuatu yang tidak baik, dan untuk
selanjutnya bersikap proaktif dengan cara melakukan tindakan apa pun yang
bisa mencegah terjadinya keburukan-keburukan itu dengan jalan yang
terbaik. (Lihat: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Madârijus Sâlikîn, juz I, hal. 517-
520)

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Ramadhan, My New Chapter
Ramadhan, My New ChapterRamadhan, My New Chapter
Ramadhan, My New ChapterErwin Wahyu
 
Tafsir ayat kursi bahagian 4
Tafsir ayat kursi bahagian 4Tafsir ayat kursi bahagian 4
Tafsir ayat kursi bahagian 4Bicara Ilmu
 
Hadits berdasarkan penyandaran
Hadits berdasarkan penyandaranHadits berdasarkan penyandaran
Hadits berdasarkan penyandaranSintaNurAzizah1
 
Materi Kajian Umum - Konsekuensi Iman
Materi Kajian Umum - Konsekuensi ImanMateri Kajian Umum - Konsekuensi Iman
Materi Kajian Umum - Konsekuensi ImanErwin Wahyu
 
Nuzul al quran 1436 h
Nuzul al quran 1436 hNuzul al quran 1436 h
Nuzul al quran 1436 hHJWANZ
 
Keautentikkan Al Quran
Keautentikkan Al QuranKeautentikkan Al Quran
Keautentikkan Al Quranguestb853a1
 
Buku saku perbankan syariah
Buku saku perbankan syariahBuku saku perbankan syariah
Buku saku perbankan syariahEdi Awaludin
 
Istiqomah Sampai Ajal Menjemput Nyawa
Istiqomah Sampai Ajal Menjemput NyawaIstiqomah Sampai Ajal Menjemput Nyawa
Istiqomah Sampai Ajal Menjemput Nyawaandri zulfikar
 
Keutamaan mencari nafkah
Keutamaan mencari nafkahKeutamaan mencari nafkah
Keutamaan mencari nafkahErwin Wahyu
 
Mari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMuhsin Hariyanto
 
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak YazidMateri Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak YazidDwi Wahyu
 

La actualidad más candente (20)

Ramadhan, My New Chapter
Ramadhan, My New ChapterRamadhan, My New Chapter
Ramadhan, My New Chapter
 
Tafsir ayat kursi bahagian 4
Tafsir ayat kursi bahagian 4Tafsir ayat kursi bahagian 4
Tafsir ayat kursi bahagian 4
 
Hadits berdasarkan penyandaran
Hadits berdasarkan penyandaranHadits berdasarkan penyandaran
Hadits berdasarkan penyandaran
 
Materi Kajian Umum - Konsekuensi Iman
Materi Kajian Umum - Konsekuensi ImanMateri Kajian Umum - Konsekuensi Iman
Materi Kajian Umum - Konsekuensi Iman
 
Nuzul al quran 1436 h
Nuzul al quran 1436 hNuzul al quran 1436 h
Nuzul al quran 1436 h
 
Keautentikkan Al Quran
Keautentikkan Al QuranKeautentikkan Al Quran
Keautentikkan Al Quran
 
Buku saku perbankan syariah
Buku saku perbankan syariahBuku saku perbankan syariah
Buku saku perbankan syariah
 
Ibadah
IbadahIbadah
Ibadah
 
Nuzul quran
Nuzul quranNuzul quran
Nuzul quran
 
naskh wa mansukh
naskh wa mansukhnaskh wa mansukh
naskh wa mansukh
 
Istiqomah Sampai Ajal Menjemput Nyawa
Istiqomah Sampai Ajal Menjemput NyawaIstiqomah Sampai Ajal Menjemput Nyawa
Istiqomah Sampai Ajal Menjemput Nyawa
 
Nuzulul Quran
Nuzulul QuranNuzulul Quran
Nuzulul Quran
 
Keutamaan mencari nafkah
Keutamaan mencari nafkahKeutamaan mencari nafkah
Keutamaan mencari nafkah
 
Seputar lailatul-qadar
Seputar lailatul-qadarSeputar lailatul-qadar
Seputar lailatul-qadar
 
Asbabbun nuzul
Asbabbun nuzulAsbabbun nuzul
Asbabbun nuzul
 
Mari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekah
 
tabarruk
tabarruktabarruk
tabarruk
 
Ulumul qur'an ii
Ulumul qur'an iiUlumul qur'an ii
Ulumul qur'an ii
 
Nasakh
Nasakh Nasakh
Nasakh
 
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak YazidMateri Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
 

Destacado

Perintah pertama dalam al qur'an
Perintah pertama dalam al qur'anPerintah pertama dalam al qur'an
Perintah pertama dalam al qur'anMuhsin Hariyanto
 
Mengkritik quraish shihab secara ilmiah
Mengkritik quraish shihab secara ilmiahMengkritik quraish shihab secara ilmiah
Mengkritik quraish shihab secara ilmiahMuhsin Hariyanto
 
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMenuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMuhsin Hariyanto
 
Assessing students with learning disabilities Yeth
Assessing students with learning disabilities YethAssessing students with learning disabilities Yeth
Assessing students with learning disabilities YethGu Luchavez
 

Destacado (6)

Perintah pertama dalam al qur'an
Perintah pertama dalam al qur'anPerintah pertama dalam al qur'an
Perintah pertama dalam al qur'an
 
Sakînah
SakînahSakînah
Sakînah
 
Mengkritik quraish shihab secara ilmiah
Mengkritik quraish shihab secara ilmiahMengkritik quraish shihab secara ilmiah
Mengkritik quraish shihab secara ilmiah
 
Ppt present and past blog
Ppt present and past blogPpt present and past blog
Ppt present and past blog
 
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmuMenuju tangga kesuksesan dengan ilmu
Menuju tangga kesuksesan dengan ilmu
 
Assessing students with learning disabilities Yeth
Assessing students with learning disabilities YethAssessing students with learning disabilities Yeth
Assessing students with learning disabilities Yeth
 

Similar a ISYFAQ DAN TIGA TINGKATANNYA

Hijrah Meninggalkan Kemaksiyatan menuju ibadah dan ketaatan.pptx
Hijrah Meninggalkan Kemaksiyatan menuju ibadah dan ketaatan.pptxHijrah Meninggalkan Kemaksiyatan menuju ibadah dan ketaatan.pptx
Hijrah Meninggalkan Kemaksiyatan menuju ibadah dan ketaatan.pptxDedeEka2
 
Hijrah.pptx
Hijrah.pptxHijrah.pptx
Hijrah.pptxgesang2
 
Fenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di MasyarakatFenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di MasyarakatZezen Wahyudin
 
Khauf dan Raja'.pptx
Khauf dan Raja'.pptxKhauf dan Raja'.pptx
Khauf dan Raja'.pptxekonugroho80
 
Jilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
Jilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf MansurJilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
Jilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur10 Dosa Besar
 
aqidah al-bada' dan sejarah kemunculannaya menurut syiah
aqidah al-bada' dan sejarah kemunculannaya menurut syiahaqidah al-bada' dan sejarah kemunculannaya menurut syiah
aqidah al-bada' dan sejarah kemunculannaya menurut syiahR&R Darulkautsar
 
Sifat sifat tercela
Sifat sifat tercelaSifat sifat tercela
Sifat sifat terceladarma wati
 
Pengertian dan pembagian hukum
Pengertian dan pembagian hukumPengertian dan pembagian hukum
Pengertian dan pembagian hukumElementary Schools
 
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdfwakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdfSalsalbilaHusna
 
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaE proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaFori Suwargono
 

Similar a ISYFAQ DAN TIGA TINGKATANNYA (20)

Hijrah Meninggalkan Kemaksiyatan menuju ibadah dan ketaatan.pptx
Hijrah Meninggalkan Kemaksiyatan menuju ibadah dan ketaatan.pptxHijrah Meninggalkan Kemaksiyatan menuju ibadah dan ketaatan.pptx
Hijrah Meninggalkan Kemaksiyatan menuju ibadah dan ketaatan.pptx
 
Hijrah.pptx
Hijrah.pptxHijrah.pptx
Hijrah.pptx
 
Tawadhu' (rendah hati)
Tawadhu' (rendah hati)Tawadhu' (rendah hati)
Tawadhu' (rendah hati)
 
Fenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di MasyarakatFenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di Masyarakat
 
Tawadhu' (rendah hati) 01
Tawadhu' (rendah hati) 01Tawadhu' (rendah hati) 01
Tawadhu' (rendah hati) 01
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
Studi al-Qur'an Hadis.pdf
Studi al-Qur'an Hadis.pdfStudi al-Qur'an Hadis.pdf
Studi al-Qur'an Hadis.pdf
 
Khauf dan Raja'.pptx
Khauf dan Raja'.pptxKhauf dan Raja'.pptx
Khauf dan Raja'.pptx
 
Jilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
Jilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf MansurJilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
Jilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
 
2.2 madlulusy syahadah
2.2 madlulusy syahadah2.2 madlulusy syahadah
2.2 madlulusy syahadah
 
BAB II WAKAF.docx
BAB II WAKAF.docxBAB II WAKAF.docx
BAB II WAKAF.docx
 
aqidah al-bada' dan sejarah kemunculannaya menurut syiah
aqidah al-bada' dan sejarah kemunculannaya menurut syiahaqidah al-bada' dan sejarah kemunculannaya menurut syiah
aqidah al-bada' dan sejarah kemunculannaya menurut syiah
 
Dalil syara (1)
Dalil syara (1)Dalil syara (1)
Dalil syara (1)
 
Tauhid vs Syirik
Tauhid vs SyirikTauhid vs Syirik
Tauhid vs Syirik
 
Modul iii riba
Modul iii ribaModul iii riba
Modul iii riba
 
Sifat sifat tercela
Sifat sifat tercelaSifat sifat tercela
Sifat sifat tercela
 
tugas Aqidah.pdf
tugas Aqidah.pdftugas Aqidah.pdf
tugas Aqidah.pdf
 
Pengertian dan pembagian hukum
Pengertian dan pembagian hukumPengertian dan pembagian hukum
Pengertian dan pembagian hukum
 
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdfwakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
wakalah hibah dan wakaf kajian doc....pdf
 
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaE proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
 

Más de Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

Más de Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

ISYFAQ DAN TIGA TINGKATANNYA

  • 1. 1 Al-Isyfâq Beberapa saat yang lalu, kita pernah membahas tentang makna khasy-yah, yang disebut oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sebagai bagian dari tempat persinggahan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Setelah itu, beliau pun menyebut tempat persinggahan yang lain, yaitu: isyfâq, sebagaimana firmanNya, َ‫ين‬ِ ‫ذ‬ ‫اَّل‬ََ‫ن‬ْ‫و‬‫ش‬ ْ ‫َي‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ذ‬‫ّب‬‫ر‬ََِ‫ب‬ْ‫ي‬‫غ‬ ْ ‫ال‬ِ‫ب‬َ‫م‬ ُ ‫ه‬‫و‬ََ‫ن‬ ّ ِ‫م‬ََِ‫ة‬‫اع‬ ‫ذ‬‫الّس‬ََ‫ون‬ ُ ‫ق‬ِ‫ف‬ ْ ‫ش‬ُ‫م‬ "(Yaitu) orang-orang yang takut akan adzab) Rabb mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat." (QS al- Anbiyâ'/21: 49). َ‫ل‬‫ب‬ ْ ‫ق‬‫أ‬‫و‬ََْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ‫ض‬ ْ ‫ع‬‫ب‬ََ‫ى‬‫َع‬ََ‫ض‬ ْ ‫ع‬‫ب‬ََ‫ون‬ ُ ‫ل‬‫اء‬‫ّس‬‫ت‬‫ي‬َ﴿٥٢﴾َ‫وا‬ ُ ‫ال‬‫ق‬َ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ّن‬ِ‫إ‬َ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ّن‬ ُ ‫ك‬ََ ُ ‫ل‬ْ‫ب‬‫ق‬ََ ِ‫ف‬َ ‫ا‬‫ّن‬ِ‫ل‬ ْ ‫ه‬‫أ‬ََ‫ي‬ِ‫ق‬ِ‫ف‬ ْ ‫ش‬ُ‫م‬َ﴿٥٢﴾ََ‫ذ‬‫ن‬‫م‬‫ف‬ََُ ‫ذ‬ ‫اّلل‬َ‫ا‬‫ّن‬ْ‫ي‬‫ل‬‫ع‬َ‫ا‬‫اّن‬‫ق‬‫و‬‫و‬ََ‫اب‬‫ذ‬‫ع‬ََِ‫وم‬ُ‫م‬ ‫ذ‬‫الّس‬َ﴿٥٢﴾ "Dan, sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling tanya- menanya. Mereka berkata, Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah- tengah keluarga kami, merasa takut (akan adzab). Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka'." (QS ath-Thûr/52: 25-27). Isyfaq --- dalam pengertian etimologis – bermakna siuman atau ‘sadar’. Berasal dari kata ‘asyfaqa - yusyfiqu - isyfâqan. Sedang dalam pengertian terminologis, bermakna ‘rasa takut yang amat lembut’ terhadap sesuatu atau seorang yang ditakutinya. Perbandingannya dengan rasa takut seperti rasa belas kasihan dengan kasih sayang. Jadi hal ini merupakan ‘kasih sayang yang amat lembut’. Oleh karena itu al-Harawi, di dalam kitab Manazilus-Sa'irin menyatakan bahwa "isyfaq adalah kewaspadaan secara terus-menerus yang disertai dengan rasa kasih-sayang. Beliau menyatakan bahwa isyfâq memiliki tiga tingkatan. 1. Isyfâq terhadap jiwa, dalam rangka mengantisipasi agar diri kita tidak terjebak ke dalam pengingkaran terhadap Allah, mengikuti jalan nafsu dan kedurhakaan serta pengingkaran ‘ubudiyah. Sedangkan isyfâq terhadap amal ialah: mengantisipasi agar diri kita tidak terjebak ke dalam tindakan (amal) yang sia-sia. Artinya kita memiliku rasa khawatir, jangan-jangan amal (tindakan) kita seperti apa yang difirmankan oleh Allah,
  • 2. 2 ‫ا‬‫ّن‬ ْ ‫م‬ِ‫د‬‫ق‬‫و‬ََ‫ى‬‫ل‬ِ‫إ‬َ‫ا‬‫م‬َ‫وا‬ ُ ‫ل‬ِ‫م‬‫ع‬ََْ‫ن‬ِ‫م‬ََ‫ل‬‫م‬‫ع‬ََُ‫اه‬‫ّن‬ ْ ‫ل‬‫ع‬‫ج‬‫ف‬ََ‫اء‬‫ب‬‫ه‬َ‫ا‬‫ور‬ ُ ‫ّنث‬ ‫ذ‬ ‫م‬َ "Dan, Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (QS al-Furqân/25: 23). Amal yang diibaratkan debu yang beterbangan itu ialah: amal-amal yang dimaksudkan untuk selain Allah, tidak menurut perintah-Nya dan Sunnah Rasul-Nya. Rasa takut ini juga berlaku untuk amal-amal yang akan datang, jangan-jangan seseorang terjebak dalam kondisi ‘meninggalkannya’ atau (dalam kondisi) kedurhakaan yang dilakukannya, sehingga amal-amal itu pun menjadi hilang maknya, sehingga keadaannya seperti apa yang difirmankan Allah, َ ّ ‫د‬‫و‬‫ي‬‫أ‬ََْ‫م‬ ُ ‫ك‬ُ‫د‬‫ح‬‫أ‬َ‫ن‬‫أ‬ََ‫ون‬ ُ ‫ك‬‫ت‬ََُ‫ل‬ََ‫ة‬ ‫ذ‬ ‫ّن‬‫ج‬َ‫ن‬ ّ ِ‫م‬ََ‫يل‬ِ ‫ذ‬ ‫َّن‬ََ‫اب‬‫ّن‬ ْ ‫ع‬‫أ‬‫و‬َ‫ي‬ِ‫ر‬ ْ ‫َت‬َ‫ن‬ِ‫م‬َ ‫ا‬‫ه‬ِ‫ت‬ ْ ‫َت‬ََُ‫ار‬‫ه‬ ْ ‫ن‬ ْ ‫اْل‬ََُ‫ل‬َ‫ا‬‫يه‬ِ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫م‬ََ ّ ِ ُ ‫ك‬ََِ‫ات‬‫ر‬‫م‬‫ذ‬‫اّثل‬ََ ُ ‫ه‬‫اب‬‫ص‬‫أ‬‫و‬ََُ‫ب‬ِ‫ك‬ ْ ‫ال‬ََُ‫ل‬‫و‬ََ‫ة‬‫ذ‬‫ّي‬ّ ِ‫ر‬ ُ ‫ذ‬َ َُ‫اء‬‫ف‬‫ع‬ ُ‫ض‬ََ‫ه‬‫اب‬‫ص‬‫أ‬‫ف‬‫ا‬ََ‫ار‬‫ص‬ ْ ‫ع‬ِ‫إ‬ََِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ََ‫ار‬‫ّن‬ََْ‫ت‬‫ق‬‫َت‬ ْ ‫اح‬‫ف‬َۗ‫ذ‬‫ك‬‫ى‬َٰ‫ك‬ِ‫ل‬ََُ ّ ِ‫ي‬‫ب‬ُ‫ي‬ََُ ‫ذ‬ ‫اّلل‬َ َُ‫م‬ ُ ‫ك‬‫ل‬ََِ‫ات‬‫ي‬ ْ ‫اْل‬ََْ‫م‬ ُ ‫ك‬ ‫ذ‬ ‫ل‬‫ع‬‫ل‬ََ‫ون‬ُ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫ك‬‫ف‬‫ت‬‫ت‬َ "Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang Dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya [Inilah perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya karena riya, membangga-banggakan tentang pemberiannya kepada orang lain, dan menyakiti hati orang]." (QS al-Baqarah/2: 266). Sebagai sebuah ilustrasi, kita bisa belajar pada kisah Umar bin al-Khaththab ketika bercengkerama dengan para sahabatnya. Suatu saat, Umar bin al-Khaththab pernah bertanya kepada para shahabat, "Kepada siapakah ayat ini diturunkan?" Mereka pun menjawab, "Allahlah yang lebih mengetahuinya." Mendengar jawaban mereka ini, Umar pun marah, lalu dia berkata, "Katakan saja, kami tahu atau kami tidak tahu."
  • 3. 3 Lalu, Abdullah bin Abbas pun berkata, "Wahai Amirul- Mukminin, aku mempnyai selintas pengertian tentang ayat ini." Umar pun menyahut, "Wahai anak saudaraku, katakanlah, dan janganlah engkau terlalu merendah diri." Abdullah bin Abbas berkata, "Ayat ini merupakan perumpamaan tentang suatu amal." "Amal semacam apakah itu?" tanya Umar. Abdullah bin Abbas menjawab, "Tentang seseorang yang kaya raya dan juga rajin melakukan ketaatan kepada Allah, lalu Allah mengutus setan kepadanya, dan dia pun melakukan kedurhakaan, sehingga menenggelamkan semua amalnya." 2. Isyfâq terhadap waktu, dalam rangka untuk mengantisipasi agar kita atau seseorang tidak ternodai oleh perpisahan. Dengan kata lain, seseorang mewaspadai waktunya agar tidak tercampuri sesuatu yang bisa memisahkan kebersamaannya dengan Allah. Sedangkan isyfâq terhadap hati, kalau-kalau ia terisi penghalang, apakah halangan atau hambatan yang berupa syubhat, syahwat atau sebab apa pun yang menghambat perjalanannya menuju pada kedekatannya kepada Allah. 3. Isyfâq dalam rangka menjaga upaya seorang hamba dari sikap ‘ujub, menahannya agar tidak memusuhi akhlak mulia dan membawanya agar mampu menjaga dirinya pada kesungguhannya dalam beribadah kepada Allah. Isyfâq yang pertama berkaitan dengan amal, yang kedua berkaitan dengan akhlak dan yang ketiga berkaitan dengan kehendak. Pada masing-masing bagian ini ada sesuatu yang bisa merusaknya. ‘Ujub merusak amal. Merasa takut terhadap usahanya yang bisa dirusak ‘ujub ini dapat menjaga usaha tersebut. Memusuhi akhlak merupakan perusak akhlak. Merasa takut terhadap akhlak yang bisa dirusaknya ini dapat menjaga akhlak tersebut. Keinginan bisa dirusak oleh tidak adanya kesungguhan, yaitu canda dan senda gurau. Merasa takut terhadap keinginan yang bisa dirusak senda gurau ini dapat menjaga keinginan tersebut. Jadi, isyfâq bisa dimaknai sebagai sebuah sikap kehati-hatian dalam rangka mengantisipasi terjadinya sesuatu yang tidak baik, dan untuk selanjutnya bersikap proaktif dengan cara melakukan tindakan apa pun yang bisa mencegah terjadinya keburukan-keburukan itu dengan jalan yang terbaik. (Lihat: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Madârijus Sâlikîn, juz I, hal. 517- 520)