SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 7
Membangun Sikap Khauf dan Rajâ’
(Disampaikan dalam Pengajian Rutin Ahad Malam, “Baitul Hikmah”, dengan Tema: Tazkiyatun
Nafs, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, 17 November 2013)

Iftitâh
Tak bisa dipungkiri, bahwa perjalanan hidup seseorang selalu diliputi oleh dua
hal yang silih-berganti: “kegembiraan dan kesedihan”. Gembira karena mendapatkan
sesuatu yang diharapkan, dan sedih di saat tidak atau belum mendapatkan sesuatu yang
diinginkan. Semua orang memiliki sejumlah harapan. Tetapi, tidak semua yang
diharapkan pada akhirnya diperolehnya, dan bahkan – dalam banyak hal – mengalami
sejumlah kegagalan.
Berkaitan dengan perjalanan hidup setiap orang, para ulama menyatakan bahwa
terdapat dua hal dalam sisi spiritualitas seorang muslim yang harus dijaga
keseimbangannya. Kedua hal tersebut adalah: “ketakutan dan kekhawatiran atas siksa
atau azab Allah sebagai akibat dari perbuatan dosanya, yang dikenal dengan istilah
Khauf, dan pengharapannya atas kemurahan, pengampunan dan kasih sayang Allah yang
disebut dengan Rajâ’.
Makna Khauf dan Raja’
Konsep Khauf1 dan Raja’ dalam dunia spiritualitas dianggap sebagai salah satu
bagian dari al-ahwâl2 (kondisi-kondisi; mufradnya: “al-hâl”) yang harus dilalui atau
1 Ada kata lain yang dipakai oleh para sufi untuk menyebut perasaan takut, disamping khauf,
yaitu: khasyyah. Khasyyah ialah rasa takut yang dilatarbelakangi pengetahuan terhadap kebesaran Dzat yang
ditakutinya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya, sebagaimana firman Allah dalam QS Fâthir/35: 28,

ٌ ُ َ ٌ ِ َ َ ّ ّ
‫( نما يخشى الله من عباده العلماء إ ِن الله عزيز غفور‬sesungguhnya yang takut kepada Allah di antar hambaُۗ َ َ ُ ْ ِ ِ َ ِ ْ ِ َ ّ
َ ْ َ َ ّ
hamba-Nya, hanyalah para ulama); yang dimaksud dengan orang yang memiliki sikap khasyyah adalah orang
yang mengerti akan keagungan Allah dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.
2 Ahwâl adalah bentuk jama’ dari ‘hâl’ yang biasanya diartikan sebagai ‘keadaan mental’ atau
‘mental states’ yang dialami para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya. Ibnu ‘Arabi menyebutkan hâl
sebagai sifat yang dimiliki seorang sâlik pada suatu waktu dan tidak pada waktu yang lain, seperti ‘isyq
dan fanâ. Eksistensinya bergantung pada sebuah kondisi, ia akan sirna manakala kondisi tersebut tidak lagi
ada. Hâl adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dan dipahami, tetapi dapat dirasakan oleh orang yang
mengalaminya dan karenanya sulit dilukiskan dengan ungkapan kata. Ahwâl sering diperoleh secara

1

ِ
dialami orang yang menapak jalan menuju Allah. Keseimbangan secara proporsional ini
diperlukan agar seseorang tidak tenggelam dalam satu kutub esktrem, Khauf atau Raja’
saja.
Secara etimologi, khauf berasal dari bahasa arab yang berarti ketakutan. Khauf
adalah kata benda yang memiliki arti ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir sendiri
merupakan kata sifat yang bermakna takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang
belum diketahui dengan pasti. Sedangkan takut adalah kata sifat yang memiliki beberapa
makna seperti, merasa gentar menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan
bencana. Jadi khauf berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang belum
diketahui dengan pasti. Adapun secara terminologi, khauf : “sikap mental merasa takut
kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya, takut atau khawatir kalau-kalau
Allah tidak senang padanya”. Khauf timbul karena pengenalan dan cinta kepada Allah
yang mendalam sehingga ia merasa khawatir kalau Allah melupakannya atau takut
kepada siksa Allah.
Ibn Qayyim al-Jauziyah menyatakan bahwa takut kepada Allah SWT itu hukumnya
wajib. Karena takut kepada Allah itu dapat mengantarkan hamba untuk selalu beribadah
kepada-Nya dengan penuh ketundukan dan kekhusyukan. Siapa yang tidak takut
kepada-Nya, berarti ia seorang pendosa, pelaku maksiat. Karena tidak takut kepada
Allah, koruptor semakin merajalela, semakin serakah, dan tidak lagi memiliki rasa malu.
Khauf dapat diumpamakan seperti kondisi yang dirasakan oleh seorang yang
sedang dikejar-kejar musuh, sehingga dia tidak berani bergerak dan bersuara di tempat
persembunyiannya. Demikianlah kira-kira rasa khauf yang dirasakan seorang muslim
saat mengingat dosa-dosanya yang demikian banyak sehingga seakan-akan azab api
neraka sudah ada di depan matanya dan hampir pasti membakarnya. Saat mengingat
bahwa dia pernah memakan makanan yang haram (mencuri atau korupsi) maka dia
menyadari bahwa makanan yang telah menjadi darah dan daging dalam tubuhnya tidak
akan bersih kecuali dibakar dengan api neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:

spontan sebagai hadiah dari Tuhan. Lebih lanjut kaum sufi mengatakan bahwa hâl adalah anugerah.
Beberapa ulama mengatakan bahwa hâl adalah sesuatu yang tidak diam dan tidak mengikat atau dinamis.
Al-Ghazali yang memberi pandangan yang menyatakan bahwa apabila seseorang telah mantap dan
menetap dalam suatu maqâm (posisi spiritual. Maqâm (jama’: maqâmât) berarti tempat orang berdiri atau
pangkal mulia. Istilah tersebut kemudian digunakan dalam arti jalan panjang yang harus ditempuh oleh
seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Maqâmât dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah stages
yang berarti tangga) ia akan memeroleh suatu perasaan tertentu, dan itulah hâl.

2
« ،‫يا كعب بن عجرة الصل َة برهان، والصوم جنّة حصينَة‬
ٌ ِ َ ٌ ُ ُ ْ ّ َ ٌ َ ْ ُ ُ ّ
َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ

َ‫والصدقة تطفئ الخطيئة كما يطفئ الماء النار، يا كعب‬
ْ َ َ َ ّ ُ َ ْ ُ ِ ْ ُ َ َ َ َ ِ َ ُ ِ ْ ُ ُ َ َ ّ َ

ُ ّ ِ َ َ
‫بن عجرة، إِنه ل َ يربو لحم نبت من سحت إ ِل ّ كانت النار‬
ٍ ْ ُ ْ ِ َ ََ ٌ ْ َ ُْ َ ُ ّ َ َ ْ ُ َ ْ

ِ ِ َْ
‫.» أ َولى به‬
“Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, shalat merupakan tanda keimanan, puasa ialah perisai yang kokoh, serta
sedekah dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api. Wahai Ka'ab bin 'Ujrah,
siapa pun hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka neraka lebih pantas
baginya.” (Hadits Riwayat at-Tirmidzi dari Ka’ab bin ‘Ujrah, Sunan at-Tirmidzi, II/512,
hadits nomor 614; Ahmad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, V/344, hadits nomor 22960; AlHakim, Al-Mustadrak, IV/141, hadits nomor 7162, Ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabîr,
XIII/456, hadits nomor 15562 dan Al-Mu’jam Al-Ausath, II/139, hadits nomor 2730’
Al-Isybili, Al-Ahkâm asy-Syar’iyyah, III/346 dan Al-Baihaqi, Syu’ab al-Îmân, VII/507,
hadits nomor 5378)."

3
Rajâ’ berasal dari kata rajâ -- yarjû – rajâ-an, yang berarti mengharap dan
pengharapan. Kata rajâ’ dalam al-Quran disebutkan -- misalnya -- dalam QS al-Baqarah,
2: 218 dan QS al-Ahzâb/33: 21,

ِ
‫إِن الذين آمنوا والذين هاجروا وجاهدوا في سبيل اللّه‬
ِ َِ
ِ
ُ َ َ َ
ُ َ َ َ ِ ّ َ
َُ َ ِ ّ ّ

ٌ ِ َ ٌ ُ َ ُ َ ِ ّ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َِ ُ
‫أولئك يرجون رحمة الله واللّه غفور رحيم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah,
mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

‫لقد كان لكم في رسول الله أ ُسوَة حسنَة لمن كان‬
َ َ
َ ّ ٌ َ َ ٌ ْ
ِ ّ ِ ُ َ
ِ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ
‫يرجو الله واليوم الخر وذكر الله كثيرا‬
ً َِ َ ّ َ َ َ َ َ ِ
َ ْ َْ َ َ ّ
ُ ْ َ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Dalam kedua ayat tersebut, rajâ’ (pengharapan) atas rahmat Allah dinyatakan
oleh para mufassir begitu kuat pengaruhnya bagi setiap orang yang beriman.
Pengharapan itu menjadikan mereka rela hijrah, meninggalkan segala kesenangan dan
harta yang mereka telah miliki. Mereka tidak berkebaratan mengadu nyawa dengan
berjihad berperang melawan musuh-musuh mereka.
Rajâ’ merupakan sikap optimis total. Ibarat seorang pedagang yang rela
memertaruhkan seluruh modal usahanya karena meyakini keuntungan besar yang bakal
segera diraihnya. Ibarat seorang ‘pecinta’ yang rela memertaruhkan segala miliknya demi
menggapai cinta kekasihnya. Dia meyakini bahwa cintanya itulah bahagianya. Tanpanya,
hidup ini tiada arti baginya. Rajâ’ atau pengharapan yang demikian besar menjadikan
seseorang hidup dalam sebuah dunia tanpa kesedihan. Sebesar apa pun bahaya dan
ancaman yang datang tidak mampu menghapus ‘senyum’ optimisme dari wajahnya.

4
Gambaran Seseorang yang Berada dalam Khauf dan Rajâ’
Kondisi Khauf dan Rajâ’ sebagaimana disebut di atas tercermin dalam hadits
Nabi s.a.w., sebagai berikut:

« ‫لوْ يعلم المؤمن ما عند ا من العقوبة ، ما طمع بجنتِه‬
ِ َّ ِ َ ِ َ َ ِ َْ ُ ُ ْ َ ِ ِ َ ِْ َ ُ ِ ْ ُ ْ ُ َْ َ َ

َ‫أَحد ، ولو يعلم الكافر ما عند ا منَ الرحمة ، ما قنط‬
ََ َ ِ َ ْ ّ
ِ ِ َ ِْ َ ُ ِ َ ْ ُ َْ َ ْ ََ ٌ َ

ٌ َ ِ َِّ ْ ِ
‫.» من جنته أ َحد‬
"Seandainya seorang mukmin mengetahui siksa yang ada di si Allah, niscaya tidak ada seorang
mukmin pun yang menginginkan surga-Nya. Dan seandainya orang kafir itu mengetahui rahmat
Allah, maka niscaya tidak ada seorang kafir pun yang berputus asa untuk mengharapkan surgaNya. (Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VIII/97, hadits nomor
7155; At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, V/549, hadits nomor 3542; Ibnu Hibban, Shahîh
ibn Hibbân, II/56, hadits nomor 345; Al-Bazzar, Musnad al-Bazzâr, XV/83, hadits nomor
8331, Ath-Thabran, Al-Mu’jam al-Kabîr, XIX/229, hadits nomor 562 dan Al-Mu’jam alAusath, III/157, hadits nomor 2879; Al-Isybili, Al-Ahkâm asy-Syar’iyyah, III/270; AlBaihaqi, Syu’ab al-Îmân, II/315, hadits nomor 969)
Ketika seseorang berada dalam kondisi khauf, maka yang selalu terbayang
baginya adalah siksa dan azab Allah yang sangat pedih. Bagaimana tidak? Bukankah
hidup ini penuh dengan godaan dosa. Di setiap langkah, laku, dan ucapan, selalu saja
ada salah dan khilaf. Nikmat Allah berupa mata untuk melihat hanya pantas
memandang hal-hal baik. Manakala mata tersebut digunakan memandang hal yang

5
haram maka yang paling pantas untuknya adalah mengembalikan mata itu kepada Allah.
Telinga, tangan, kaki, dan segala organ tubuh yang Allah karuniakan kepada manusia
hanya diperuntukkan untuk melaksanakan ketaatan. Manakala digunakan untuk maksiat,
maka seseorang tidak berhak lagi atas segala karunia itu. Dan Allah ‘sangat’ berhak
untuk menyiksa siapapun yang menyalahgunakan nikmat dan karunia-Nya. Dalam
kondisi ini, tidak seorang pun yang boleh merasa aman dari siksa tersebut. Sebaliknya,
dalam kondisi rajâ’, seseorang dapat memastikan bahwa dia pasti mendapat rahmat,
kasih sayang, dan ampunan Allah. Bagaimana tidak? Padahal orang kafir pun,
sebagaimana hadits di atas, berhak untuk berharap masuk surga. Bahkan Allah melarang
siapa pun untuk berputus asa dari rahmat-Nya.
Allah berfirman dalam QS Yûsuf, 12: 87,

َ ُ ِ َ ْ ُ ْ َ ْ ّ ِ ّ ِ ْ َ ْ ِ ُ ْ َ ُ ّ
‫إِنه ل يايئس من روح الله إ ِل القوم الكافرون‬
“Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali golongan orang-orang kafir”.

Khâtimah
Ketika seseorang terlena dalam optimisme yang tinggi (rajâ’), dia tidak merasa
khawatir akan dosa-dosa yang telah, sedang, atau akan diperbuatnya. Baginya, ampunan
Allah demikian luas sehingga dia dapat bertaubat kapan saja. Dia akan merencanakan
taubat setelah puas melakukan kemaksiatan. Sebaliknya, dalam keadaan khauf yang
berlebihan, hidup seseorang akan kacau dan tidak terkendali. Rasa bersalah dari dosa
besar yang telah dilakukannya menutupi harapannya untuk kembali ke jalan yang benar.
Dia merasa dan meyakini bahwa apapun kebaikan yang diperbuatnya tidak akan
sebanding dengan dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya. Akibatnya, dia tidak
segera bertaubat, namun terus menenggalamkan diri dalam kemaksiatan.
Yang layak bagi seorang muslim dan mukmin adalah menerima dan
mengembangkan konsep “keseimbangan spiritualitas”. Artinya, dia harus
menggabungkan antara Khauf dan Rajâ’ secara proporsional (dalam porsi yang benar
dan tepat). Dalam kondisi Khauf, dia meyakini betul akan siksa jika dia melanggar
aturan-aturan agama. Namun pada saat terlanjur dan tergelincir dalam dosa dan maksiat,
dia – dengan sikap Rajâ’-nya -- segera bertaubat dan yakin bahwa taubatnya akan
diterima. Optimisme atas kasih sayang dan ampunan Allah inilah yang bisa membuatnya
tersenyum di setiap saat. Namun takutnya kepada siksa atas dosa akan membuatnya
‘meneteskan air mata’ di tengah malam saat dia lakukan dzikrullâh, utamanya dalam
Qiyâm al-Lail.
Wallâhu A’lam bi ash-Shawâb.
6
-muslim&catid=100:fiqh&Itemid=352)

7

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah Rafi Hidayat
 
[XII] Aqidah Akhlak - Adab pergaulan dalam islam
[XII] Aqidah Akhlak - Adab pergaulan dalam islam[XII] Aqidah Akhlak - Adab pergaulan dalam islam
[XII] Aqidah Akhlak - Adab pergaulan dalam islamAlifia Putri Yudanti
 
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)Nisrokhah6
 
[SKI] PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
[SKI] PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM[SKI] PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
[SKI] PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAMEM Nasrul
 
Akhlak Tercela power point
Akhlak Tercela power pointAkhlak Tercela power point
Akhlak Tercela power pointsknramadhaniah
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaAhlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaA Faiz
 
(Silaturahmi) صِلَة الرَّحِم
 (Silaturahmi) صِلَة الرَّحِم (Silaturahmi) صِلَة الرَّحِم
(Silaturahmi) صِلَة الرَّحِمYudi Wahyudin
 
Pentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Pentingnya Taqwa dalam KehidupanPentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Pentingnya Taqwa dalam KehidupanErwin Wahyu
 
PPT pembelajaran AKIDAH AKHLAK MA kelas XII materi Asmaul Husna
PPT pembelajaran AKIDAH AKHLAK MA kelas XII materi Asmaul HusnaPPT pembelajaran AKIDAH AKHLAK MA kelas XII materi Asmaul Husna
PPT pembelajaran AKIDAH AKHLAK MA kelas XII materi Asmaul HusnaEneng Susanti
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidindayat7
 
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhanMeraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhanUmi Sa'adah
 
Dinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahDinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahrizafifah
 
Bulan Muharram dan Keutamaan Beribadah
Bulan Muharram dan Keutamaan BeribadahBulan Muharram dan Keutamaan Beribadah
Bulan Muharram dan Keutamaan BeribadahSofyan Siroj
 
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari Akhir
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari AkhirPPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari Akhir
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari AkhirUNESA
 
Presentation isra and mi'raj
Presentation isra and mi'rajPresentation isra and mi'raj
Presentation isra and mi'rajOni Eksekutif
 

La actualidad más candente (20)

LKPD Ukin.docx
LKPD Ukin.docxLKPD Ukin.docx
LKPD Ukin.docx
 
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
Presentasi strategi dakwah rasulullah periode madinah
 
[XII] Aqidah Akhlak - Adab pergaulan dalam islam
[XII] Aqidah Akhlak - Adab pergaulan dalam islam[XII] Aqidah Akhlak - Adab pergaulan dalam islam
[XII] Aqidah Akhlak - Adab pergaulan dalam islam
 
Keutamaan bulan rajab
Keutamaan bulan rajabKeutamaan bulan rajab
Keutamaan bulan rajab
 
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
 
[SKI] PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
[SKI] PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM[SKI] PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
[SKI] PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
 
Akhlak Tercela power point
Akhlak Tercela power pointAkhlak Tercela power point
Akhlak Tercela power point
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaAhlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
 
(Silaturahmi) صِلَة الرَّحِم
 (Silaturahmi) صِلَة الرَّحِم (Silaturahmi) صِلَة الرَّحِم
(Silaturahmi) صِلَة الرَّحِم
 
Pentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Pentingnya Taqwa dalam KehidupanPentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Pentingnya Taqwa dalam Kehidupan
 
PPT pembelajaran AKIDAH AKHLAK MA kelas XII materi Asmaul Husna
PPT pembelajaran AKIDAH AKHLAK MA kelas XII materi Asmaul HusnaPPT pembelajaran AKIDAH AKHLAK MA kelas XII materi Asmaul Husna
PPT pembelajaran AKIDAH AKHLAK MA kelas XII materi Asmaul Husna
 
Tafsir al 'ashr
Tafsir al 'ashrTafsir al 'ashr
Tafsir al 'ashr
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW
Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAWPeradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW
Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW
 
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhanMeraih taqwa sebagai buah ramadhan
Meraih taqwa sebagai buah ramadhan
 
Dinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyahDinasti al ayyubiyah
Dinasti al ayyubiyah
 
Bulan Muharram dan Keutamaan Beribadah
Bulan Muharram dan Keutamaan BeribadahBulan Muharram dan Keutamaan Beribadah
Bulan Muharram dan Keutamaan Beribadah
 
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari Akhir
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari AkhirPPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari Akhir
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari Akhir
 
Presentation isra and mi'raj
Presentation isra and mi'rajPresentation isra and mi'raj
Presentation isra and mi'raj
 

Destacado

Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allahMenangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allahIdrus Abidin
 
1.3 muqtadhal iman bil qur'an
1.3 muqtadhal iman bil qur'an1.3 muqtadhal iman bil qur'an
1.3 muqtadhal iman bil qur'anIsalzone Faisal
 
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'anIsalzone Faisal
 
5 Karakter Kader Pilihan
5 Karakter Kader Pilihan5 Karakter Kader Pilihan
5 Karakter Kader PilihanAbdul Hakim
 
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAM
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAMHADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAM
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAManuar2u
 
Urgensi Ilmu dalam Islam
Urgensi Ilmu dalam IslamUrgensi Ilmu dalam Islam
Urgensi Ilmu dalam IslamIdrus Abidin
 
Keberanian dalam Islam
Keberanian dalam IslamKeberanian dalam Islam
Keberanian dalam IslamIdrus Abidin
 
GHIRAH DALAM AGAMA (غَيْرَةٌ فِي الدِّينِ)
GHIRAH DALAM AGAMA (غَيْرَةٌ فِي الدِّينِ)GHIRAH DALAM AGAMA (غَيْرَةٌ فِي الدِّينِ)
GHIRAH DALAM AGAMA (غَيْرَةٌ فِي الدِّينِ)Arif Fahmi
 
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun)
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun) Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun)
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun) Idrus Abidin
 
Makna Hijrah dan Fungsinya dalam Dunia Modern
Makna Hijrah dan Fungsinya dalam Dunia ModernMakna Hijrah dan Fungsinya dalam Dunia Modern
Makna Hijrah dan Fungsinya dalam Dunia ModernIdrus Abidin
 
AKIDAH SEM 4 : ISLAM AGAMA BENAR
AKIDAH SEM 4 : ISLAM AGAMA BENARAKIDAH SEM 4 : ISLAM AGAMA BENAR
AKIDAH SEM 4 : ISLAM AGAMA BENARanuar2u
 

Destacado (20)

Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allahMenangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
 
Kitab khauf
Kitab khaufKitab khauf
Kitab khauf
 
1.3 muqtadhal iman bil qur'an
1.3 muqtadhal iman bil qur'an1.3 muqtadhal iman bil qur'an
1.3 muqtadhal iman bil qur'an
 
Syaja’ah
Syaja’ahSyaja’ah
Syaja’ah
 
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
 
5 Karakter Kader Pilihan
5 Karakter Kader Pilihan5 Karakter Kader Pilihan
5 Karakter Kader Pilihan
 
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAM
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAMHADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAM
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAM
 
Urgensi Ilmu dalam Islam
Urgensi Ilmu dalam IslamUrgensi Ilmu dalam Islam
Urgensi Ilmu dalam Islam
 
Keberanian dalam Islam
Keberanian dalam IslamKeberanian dalam Islam
Keberanian dalam Islam
 
Syirik
SyirikSyirik
Syirik
 
GHIRAH DALAM AGAMA (غَيْرَةٌ فِي الدِّينِ)
GHIRAH DALAM AGAMA (غَيْرَةٌ فِي الدِّينِ)GHIRAH DALAM AGAMA (غَيْرَةٌ فِي الدِّينِ)
GHIRAH DALAM AGAMA (غَيْرَةٌ فِي الدِّينِ)
 
6.8 qabulul ibadah
6.8 qabulul ibadah6.8 qabulul ibadah
6.8 qabulul ibadah
 
3.5 tauhidullah
3.5 tauhidullah3.5 tauhidullah
3.5 tauhidullah
 
3.13 ma'iyyatullah
3.13 ma'iyyatullah3.13 ma'iyyatullah
3.13 ma'iyyatullah
 
3.10 mahabbatullah
3.10 mahabbatullah3.10 mahabbatullah
3.10 mahabbatullah
 
Tauhid vs Syirik
Tauhid vs SyirikTauhid vs Syirik
Tauhid vs Syirik
 
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun)
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun) Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun)
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun)
 
3.11 maratibul hubb
3.11 maratibul hubb3.11 maratibul hubb
3.11 maratibul hubb
 
Makna Hijrah dan Fungsinya dalam Dunia Modern
Makna Hijrah dan Fungsinya dalam Dunia ModernMakna Hijrah dan Fungsinya dalam Dunia Modern
Makna Hijrah dan Fungsinya dalam Dunia Modern
 
AKIDAH SEM 4 : ISLAM AGAMA BENAR
AKIDAH SEM 4 : ISLAM AGAMA BENARAKIDAH SEM 4 : ISLAM AGAMA BENAR
AKIDAH SEM 4 : ISLAM AGAMA BENAR
 

Similar a Membangun sikap khauf dan raja'

Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
14 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiv 2013 surah al ashr
14 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiv 2013 surah al ashr14 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiv 2013 surah al ashr
14 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiv 2013 surah al ashrLAZNas Chevron
 
15 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xv 2013 tawakkal 1
15 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xv 2013 tawakkal 115 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xv 2013 tawakkal 1
15 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xv 2013 tawakkal 1LAZNas Chevron
 
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kitakutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kitaMANDIANGIN1
 
Maqamat, Hal dan Mahabbah
Maqamat, Hal dan MahabbahMaqamat, Hal dan Mahabbah
Maqamat, Hal dan MahabbahIndah Agustina
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifatPengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifatYuliana Aminulloh
 
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdfppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdfAnjeliAfrilia
 
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanDosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanMuhsin Hariyanto
 
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al Munajjid
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al MunajjidFenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al Munajjid
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al MunajjidImran
 
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30Muhsin Hariyanto
 
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatainIsalzone Faisal
 

Similar a Membangun sikap khauf dan raja' (20)

Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
14 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiv 2013 surah al ashr
14 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiv 2013 surah al ashr14 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiv 2013 surah al ashr
14 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xiv 2013 surah al ashr
 
15 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xv 2013 tawakkal 1
15 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xv 2013 tawakkal 115 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xv 2013 tawakkal 1
15 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xv 2013 tawakkal 1
 
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kitakutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
 
Maqamat, Hal dan Mahabbah
Maqamat, Hal dan MahabbahMaqamat, Hal dan Mahabbah
Maqamat, Hal dan Mahabbah
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifatPengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
 
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdfppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pdf
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanDosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
 
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al Munajjid
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al MunajjidFenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al Munajjid
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al Munajjid
 
Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'Memahami makna khusyu'
Memahami makna khusyu'
 
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
 
Himpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihanHimpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihan
 
Ikhbat
IkhbatIkhbat
Ikhbat
 
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
 

Más de Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

Más de Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Membangun sikap khauf dan raja'

  • 1. Membangun Sikap Khauf dan Rajâ’ (Disampaikan dalam Pengajian Rutin Ahad Malam, “Baitul Hikmah”, dengan Tema: Tazkiyatun Nafs, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, 17 November 2013) Iftitâh Tak bisa dipungkiri, bahwa perjalanan hidup seseorang selalu diliputi oleh dua hal yang silih-berganti: “kegembiraan dan kesedihan”. Gembira karena mendapatkan sesuatu yang diharapkan, dan sedih di saat tidak atau belum mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Semua orang memiliki sejumlah harapan. Tetapi, tidak semua yang diharapkan pada akhirnya diperolehnya, dan bahkan – dalam banyak hal – mengalami sejumlah kegagalan. Berkaitan dengan perjalanan hidup setiap orang, para ulama menyatakan bahwa terdapat dua hal dalam sisi spiritualitas seorang muslim yang harus dijaga keseimbangannya. Kedua hal tersebut adalah: “ketakutan dan kekhawatiran atas siksa atau azab Allah sebagai akibat dari perbuatan dosanya, yang dikenal dengan istilah Khauf, dan pengharapannya atas kemurahan, pengampunan dan kasih sayang Allah yang disebut dengan Rajâ’. Makna Khauf dan Raja’ Konsep Khauf1 dan Raja’ dalam dunia spiritualitas dianggap sebagai salah satu bagian dari al-ahwâl2 (kondisi-kondisi; mufradnya: “al-hâl”) yang harus dilalui atau 1 Ada kata lain yang dipakai oleh para sufi untuk menyebut perasaan takut, disamping khauf, yaitu: khasyyah. Khasyyah ialah rasa takut yang dilatarbelakangi pengetahuan terhadap kebesaran Dzat yang ditakutinya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya, sebagaimana firman Allah dalam QS Fâthir/35: 28, ٌ ُ َ ٌ ِ َ َ ّ ّ ‫( نما يخشى الله من عباده العلماء إ ِن الله عزيز غفور‬sesungguhnya yang takut kepada Allah di antar hambaُۗ َ َ ُ ْ ِ ِ َ ِ ْ ِ َ ّ َ ْ َ َ ّ hamba-Nya, hanyalah para ulama); yang dimaksud dengan orang yang memiliki sikap khasyyah adalah orang yang mengerti akan keagungan Allah dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. 2 Ahwâl adalah bentuk jama’ dari ‘hâl’ yang biasanya diartikan sebagai ‘keadaan mental’ atau ‘mental states’ yang dialami para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya. Ibnu ‘Arabi menyebutkan hâl sebagai sifat yang dimiliki seorang sâlik pada suatu waktu dan tidak pada waktu yang lain, seperti ‘isyq dan fanâ. Eksistensinya bergantung pada sebuah kondisi, ia akan sirna manakala kondisi tersebut tidak lagi ada. Hâl adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dan dipahami, tetapi dapat dirasakan oleh orang yang mengalaminya dan karenanya sulit dilukiskan dengan ungkapan kata. Ahwâl sering diperoleh secara 1 ِ
  • 2. dialami orang yang menapak jalan menuju Allah. Keseimbangan secara proporsional ini diperlukan agar seseorang tidak tenggelam dalam satu kutub esktrem, Khauf atau Raja’ saja. Secara etimologi, khauf berasal dari bahasa arab yang berarti ketakutan. Khauf adalah kata benda yang memiliki arti ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir sendiri merupakan kata sifat yang bermakna takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Sedangkan takut adalah kata sifat yang memiliki beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Jadi khauf berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Adapun secara terminologi, khauf : “sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya, takut atau khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya”. Khauf timbul karena pengenalan dan cinta kepada Allah yang mendalam sehingga ia merasa khawatir kalau Allah melupakannya atau takut kepada siksa Allah. Ibn Qayyim al-Jauziyah menyatakan bahwa takut kepada Allah SWT itu hukumnya wajib. Karena takut kepada Allah itu dapat mengantarkan hamba untuk selalu beribadah kepada-Nya dengan penuh ketundukan dan kekhusyukan. Siapa yang tidak takut kepada-Nya, berarti ia seorang pendosa, pelaku maksiat. Karena tidak takut kepada Allah, koruptor semakin merajalela, semakin serakah, dan tidak lagi memiliki rasa malu. Khauf dapat diumpamakan seperti kondisi yang dirasakan oleh seorang yang sedang dikejar-kejar musuh, sehingga dia tidak berani bergerak dan bersuara di tempat persembunyiannya. Demikianlah kira-kira rasa khauf yang dirasakan seorang muslim saat mengingat dosa-dosanya yang demikian banyak sehingga seakan-akan azab api neraka sudah ada di depan matanya dan hampir pasti membakarnya. Saat mengingat bahwa dia pernah memakan makanan yang haram (mencuri atau korupsi) maka dia menyadari bahwa makanan yang telah menjadi darah dan daging dalam tubuhnya tidak akan bersih kecuali dibakar dengan api neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.: spontan sebagai hadiah dari Tuhan. Lebih lanjut kaum sufi mengatakan bahwa hâl adalah anugerah. Beberapa ulama mengatakan bahwa hâl adalah sesuatu yang tidak diam dan tidak mengikat atau dinamis. Al-Ghazali yang memberi pandangan yang menyatakan bahwa apabila seseorang telah mantap dan menetap dalam suatu maqâm (posisi spiritual. Maqâm (jama’: maqâmât) berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah tersebut kemudian digunakan dalam arti jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Maqâmât dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga) ia akan memeroleh suatu perasaan tertentu, dan itulah hâl. 2
  • 3. « ،‫يا كعب بن عجرة الصل َة برهان، والصوم جنّة حصينَة‬ ٌ ِ َ ٌ ُ ُ ْ ّ َ ٌ َ ْ ُ ُ ّ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ‫والصدقة تطفئ الخطيئة كما يطفئ الماء النار، يا كعب‬ ْ َ َ َ ّ ُ َ ْ ُ ِ ْ ُ َ َ َ َ ِ َ ُ ِ ْ ُ ُ َ َ ّ َ ُ ّ ِ َ َ ‫بن عجرة، إِنه ل َ يربو لحم نبت من سحت إ ِل ّ كانت النار‬ ٍ ْ ُ ْ ِ َ ََ ٌ ْ َ ُْ َ ُ ّ َ َ ْ ُ َ ْ ِ ِ َْ ‫.» أ َولى به‬ “Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, shalat merupakan tanda keimanan, puasa ialah perisai yang kokoh, serta sedekah dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api. Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, siapa pun hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka neraka lebih pantas baginya.” (Hadits Riwayat at-Tirmidzi dari Ka’ab bin ‘Ujrah, Sunan at-Tirmidzi, II/512, hadits nomor 614; Ahmad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, V/344, hadits nomor 22960; AlHakim, Al-Mustadrak, IV/141, hadits nomor 7162, Ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabîr, XIII/456, hadits nomor 15562 dan Al-Mu’jam Al-Ausath, II/139, hadits nomor 2730’ Al-Isybili, Al-Ahkâm asy-Syar’iyyah, III/346 dan Al-Baihaqi, Syu’ab al-Îmân, VII/507, hadits nomor 5378)." 3
  • 4. Rajâ’ berasal dari kata rajâ -- yarjû – rajâ-an, yang berarti mengharap dan pengharapan. Kata rajâ’ dalam al-Quran disebutkan -- misalnya -- dalam QS al-Baqarah, 2: 218 dan QS al-Ahzâb/33: 21, ِ ‫إِن الذين آمنوا والذين هاجروا وجاهدوا في سبيل اللّه‬ ِ َِ ِ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ِ ّ َ َُ َ ِ ّ ّ ٌ ِ َ ٌ ُ َ ُ َ ِ ّ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َِ ُ ‫أولئك يرجون رحمة الله واللّه غفور رحيم‬ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ‫لقد كان لكم في رسول الله أ ُسوَة حسنَة لمن كان‬ َ َ َ ّ ٌ َ َ ٌ ْ ِ ّ ِ ُ َ ِ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ ‫يرجو الله واليوم الخر وذكر الله كثيرا‬ ً َِ َ ّ َ َ َ َ َ ِ َ ْ َْ َ َ ّ ُ ْ َ “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Dalam kedua ayat tersebut, rajâ’ (pengharapan) atas rahmat Allah dinyatakan oleh para mufassir begitu kuat pengaruhnya bagi setiap orang yang beriman. Pengharapan itu menjadikan mereka rela hijrah, meninggalkan segala kesenangan dan harta yang mereka telah miliki. Mereka tidak berkebaratan mengadu nyawa dengan berjihad berperang melawan musuh-musuh mereka. Rajâ’ merupakan sikap optimis total. Ibarat seorang pedagang yang rela memertaruhkan seluruh modal usahanya karena meyakini keuntungan besar yang bakal segera diraihnya. Ibarat seorang ‘pecinta’ yang rela memertaruhkan segala miliknya demi menggapai cinta kekasihnya. Dia meyakini bahwa cintanya itulah bahagianya. Tanpanya, hidup ini tiada arti baginya. Rajâ’ atau pengharapan yang demikian besar menjadikan seseorang hidup dalam sebuah dunia tanpa kesedihan. Sebesar apa pun bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus ‘senyum’ optimisme dari wajahnya. 4
  • 5. Gambaran Seseorang yang Berada dalam Khauf dan Rajâ’ Kondisi Khauf dan Rajâ’ sebagaimana disebut di atas tercermin dalam hadits Nabi s.a.w., sebagai berikut: « ‫لوْ يعلم المؤمن ما عند ا من العقوبة ، ما طمع بجنتِه‬ ِ َّ ِ َ ِ َ َ ِ َْ ُ ُ ْ َ ِ ِ َ ِْ َ ُ ِ ْ ُ ْ ُ َْ َ َ َ‫أَحد ، ولو يعلم الكافر ما عند ا منَ الرحمة ، ما قنط‬ ََ َ ِ َ ْ ّ ِ ِ َ ِْ َ ُ ِ َ ْ ُ َْ َ ْ ََ ٌ َ ٌ َ ِ َِّ ْ ِ ‫.» من جنته أ َحد‬ "Seandainya seorang mukmin mengetahui siksa yang ada di si Allah, niscaya tidak ada seorang mukmin pun yang menginginkan surga-Nya. Dan seandainya orang kafir itu mengetahui rahmat Allah, maka niscaya tidak ada seorang kafir pun yang berputus asa untuk mengharapkan surgaNya. (Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VIII/97, hadits nomor 7155; At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, V/549, hadits nomor 3542; Ibnu Hibban, Shahîh ibn Hibbân, II/56, hadits nomor 345; Al-Bazzar, Musnad al-Bazzâr, XV/83, hadits nomor 8331, Ath-Thabran, Al-Mu’jam al-Kabîr, XIX/229, hadits nomor 562 dan Al-Mu’jam alAusath, III/157, hadits nomor 2879; Al-Isybili, Al-Ahkâm asy-Syar’iyyah, III/270; AlBaihaqi, Syu’ab al-Îmân, II/315, hadits nomor 969) Ketika seseorang berada dalam kondisi khauf, maka yang selalu terbayang baginya adalah siksa dan azab Allah yang sangat pedih. Bagaimana tidak? Bukankah hidup ini penuh dengan godaan dosa. Di setiap langkah, laku, dan ucapan, selalu saja ada salah dan khilaf. Nikmat Allah berupa mata untuk melihat hanya pantas memandang hal-hal baik. Manakala mata tersebut digunakan memandang hal yang 5
  • 6. haram maka yang paling pantas untuknya adalah mengembalikan mata itu kepada Allah. Telinga, tangan, kaki, dan segala organ tubuh yang Allah karuniakan kepada manusia hanya diperuntukkan untuk melaksanakan ketaatan. Manakala digunakan untuk maksiat, maka seseorang tidak berhak lagi atas segala karunia itu. Dan Allah ‘sangat’ berhak untuk menyiksa siapapun yang menyalahgunakan nikmat dan karunia-Nya. Dalam kondisi ini, tidak seorang pun yang boleh merasa aman dari siksa tersebut. Sebaliknya, dalam kondisi rajâ’, seseorang dapat memastikan bahwa dia pasti mendapat rahmat, kasih sayang, dan ampunan Allah. Bagaimana tidak? Padahal orang kafir pun, sebagaimana hadits di atas, berhak untuk berharap masuk surga. Bahkan Allah melarang siapa pun untuk berputus asa dari rahmat-Nya. Allah berfirman dalam QS Yûsuf, 12: 87, َ ُ ِ َ ْ ُ ْ َ ْ ّ ِ ّ ِ ْ َ ْ ِ ُ ْ َ ُ ّ ‫إِنه ل يايئس من روح الله إ ِل القوم الكافرون‬ “Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali golongan orang-orang kafir”. Khâtimah Ketika seseorang terlena dalam optimisme yang tinggi (rajâ’), dia tidak merasa khawatir akan dosa-dosa yang telah, sedang, atau akan diperbuatnya. Baginya, ampunan Allah demikian luas sehingga dia dapat bertaubat kapan saja. Dia akan merencanakan taubat setelah puas melakukan kemaksiatan. Sebaliknya, dalam keadaan khauf yang berlebihan, hidup seseorang akan kacau dan tidak terkendali. Rasa bersalah dari dosa besar yang telah dilakukannya menutupi harapannya untuk kembali ke jalan yang benar. Dia merasa dan meyakini bahwa apapun kebaikan yang diperbuatnya tidak akan sebanding dengan dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya. Akibatnya, dia tidak segera bertaubat, namun terus menenggalamkan diri dalam kemaksiatan. Yang layak bagi seorang muslim dan mukmin adalah menerima dan mengembangkan konsep “keseimbangan spiritualitas”. Artinya, dia harus menggabungkan antara Khauf dan Rajâ’ secara proporsional (dalam porsi yang benar dan tepat). Dalam kondisi Khauf, dia meyakini betul akan siksa jika dia melanggar aturan-aturan agama. Namun pada saat terlanjur dan tergelincir dalam dosa dan maksiat, dia – dengan sikap Rajâ’-nya -- segera bertaubat dan yakin bahwa taubatnya akan diterima. Optimisme atas kasih sayang dan ampunan Allah inilah yang bisa membuatnya tersenyum di setiap saat. Namun takutnya kepada siksa atas dosa akan membuatnya ‘meneteskan air mata’ di tengah malam saat dia lakukan dzikrullâh, utamanya dalam Qiyâm al-Lail. Wallâhu A’lam bi ash-Shawâb. 6