Pendekatan pembelajaran individual memberikan perhatian yang besar terhadap perbedaan individu peserta didik dengan tujuan agar setiap siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dokumen ini membahas pengertian pendekatan pembelajaran individual, pendekatan belajar tuntas, dan individually prescribed instruction sebagai contoh pendekatan pembelajaran individual.
1. PENDEKATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
yang dibimbing oleh Ibu Siti Umayaroh
Oleh:
Dian Novianti 109151415407
Pipit Kesuma Sugiarti 109151415412
Rian Kusuma Ningrum 109151415421
Ervian Rama 109151422291
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PGSD
Oktober 2011
2. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan merupakan dasar
penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode, jadi
pendekatan lebih luas cakupannya dibandingkan dengan strategi.
Pendekatan pembelajaran individual adalah pendekatan yang sangat
pemperhatikan perbedaan individual peserta didik yang beragam, dengan
tujuan agar peserta didik memiliki penguasaan yang optimal terhadap materi
pelajaran. Pendekatan ini dilakukan oleh guru dengan memahami karakter
atau watak dari setiap siswa.
B. PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning Approach)
1. Pengertian Pendekatan Belajar Tuntas
Menurut Bloom, pendekatan mastery learning merupakan strategi
pengajaran yang dirancang untuk mengantarkan siswa ke tingkat penguasaan
secara khusus. Di samping itu, memberikan perhatian dan mengatur
perbedaan siswa secara individu dengan menambah teknik feedback
corrective secara khusus untuk pengajaran dalam kelas reguler dan
menyediakan penambahan waktu belajar bagi siswa yang membutuhkan.
Artinya bagi siswa yang telah tuntas sebelum target waktu yang ditentukan
akan memperoleh pengayaan dan siswa yang belum tuntas dalam target
waktu yang ditentukan akan memperoleh remedial dari guru.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam adalah pendekatan dalam
pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas
seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.
1
3. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta
didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu
tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka
besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan
kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak
dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat
penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal. Kurangnya
waktu yang diberikan atau tidak dimanfaatkannya waktu yang diberikan
adalah penyebab tidak tercapainya penguasaan materi pada seorang peserta
didik.
2. Garis Besar Strategy Mastery Learning Menurut Bloom
a. Materi pelajaran atau bidang studi diberikan dalam suatu seri unit belajar
yang ditempuh selama satu atau dua minggu.
b. Tujuan instruksional yang disajikan meliputi hasil belajar dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi dijelaskan secara spesifik setiap
unit.
c. Tugas-tugas belajar setiap unit pengajaran digunakan secara reguler
berdasarkan kelompok materi pengajaran
d. Tes diagnostik (tes formatif) diadministrasi pada akhir setiap unit
pelajaran.
e. Hasil tes akhir digunakan untuk kepentingan penguatan belajar pada siswa
yang telah menguasai unit tertentu dan untuk mendiagnosis kesulitan
belajar bagi siswa yang menunjukkan taraf penguasaan tertentu.
f. Prosedur khusus untuk memperbaiki cara belajar yang kurang baik.
Tambahan waktu belajar disediakan untuk siswa yang belum mencapai
penguasaan pada unti tertentu. Tes dapat dilakukan setelah pelajran
diperbaiki.
g. Setelah menyelesaikan semua unit, suatu tes akhir (summative test) dan
diadministrasikan untuk menentukan kedudukan siswa. Semua siswa yang
menunjukkan tingkat penguasaan di atas prasyarat (kriteria) yang
ditentukan, mendapat/memperoleh kualitas A (sangat baik) dalam mata
2
4. pelajaran tersebut. Tingkat yang dibawahnya juga juga ditetapkan pada
landasan standar absolut yang diperolehnya pada setiap bidang studi atau
mata pelajaran.
h. Hasil test unit (formative test) dan ujian final (summative test) digunakan
sebagai dasar untuk memperbaiki metode mengajar, materi pelajaran dan
sekuensi penyajian.
Dalam tes fomatif biasanya dituntut tingkat keberhasilannya sebesar 85%
dari seluruh pertanyaan tes yang harus dijawab benar. Sedangkan dalam tes
sumatif, tingkat keberhasilan yang dituntu minimal 80%-90% dari seluruh
pertanyaan tes yang harus dijawab benar. Bloom berpendapat bahwa tingkat
penguasaan dapat dicapai, apabila pengajaran yang diberikan bermutu baik
dan tindakan-tindakan korektif terhadap siswa yang mengalami kesulitan
dilakukan dengan tepat dan sungguh-sungguh, dengan demikian kalau kurang
dari 95% siswa dalam kelas mencapai taraf penguasaan yang ditetapkan maka
kesalahan dapat ditimpakan kepada tenaga pengajar (guru) bukan pada siswa.
Walaupun dalam pendekatan mastery learning dikenal adanya pengayaan
dan remedial, hendaknya guru sebagai pendidik memberi motivasi bagi siswa
yang mengikuti remedial agar tidak malu untuk menjalani perbaikan-
perbaikan. Karena sesungguhnya menurut pendekatan ini, siswa dapat
mencapai penguasaan terhadap suatu unit dengan waktu yang berbeda-beda.
3. Implikasi Mastery Learning Menurut Bloom
a. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara tuntas (mastery learning).
b. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan
kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang
baik bagi siswa.
c. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman
individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.
3
5. d. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak
diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa
dan belajar.
e. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil
dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan
penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.
f. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang
dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu
g. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan
efisien.
h. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional
khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan
“criteria referenced test” bukannya “norm referenced test”.
4. Ciri-Ciri Belajar Mengajar Dengan Mastery Learning
a. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah
ditentukan lebih dahulu
b. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam
kemampuan dan kecepatan belajarnya
c. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
d. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
e. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas
kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
f. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mastery Learning
a. Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi
yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
b. Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan
dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah
4
6. informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap
yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
c. Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran
merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan
mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima
pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian,
penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar
d. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan
waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan
instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi
atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan
pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.
6. Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Tuntas Pembelajaran Konvensional
A. Persiapan
Tingkat ketuntasan
Diukur dari performance peserta Setiap peserta didik harus mencapai
didik dalam setiap unit (satuan nilai 75 Diukur dari performance
kompetensi atau kemampuan dasar peserta didik yang dilakukan secara
acak
Satuan Acara Pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu Dibuat untuk satu minggu
pembelajaran, dan dipakai sebagai pembelajaran, dan hanya dipakai
pedoman guru serta diberikan sebagai pedoman guru
kepada peserta didik
Pandangan terhadap kemampuan peserta didik
Kemampuan hampir sama, namun Kemampuan peserta didik dianggap
5
7. tetap ada variasi sama
B. Pelaksanaan pembelajaran
Bentuk pembelajaran
Dilaksanakan melalui pendekatan Dilaksanakan sepenuhnya melalui
klasikal, kelompok dan individual pendekatan klasikal
Cara pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui Dilakukan melalui mendengarkan
penjelasan guru (lecture), membaca (lecture), tanya jawab, dan membaca
secara mandiri dan terkontrol, (tidak terkontrol)
berdiskusi, dan belajar secara
individual
Orientasi pembelajaran
Pada terminal performance peserta Pada bahan pembelajaran
didik (kompetensi atau kemampuan
dasar) secara individual
Peranan guru
Sebagai pengelola pembelajaran Sebagai pengelola pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan peserta untuk memenuhi kebutuhan seluruh
didik secara individual peserta didik dalam kelas
Fokus kegiatan pembelajaran
Ditujukan kepada masing-masing Ditujukan kepada peserta didik
peserta didik secara individual dengan kemampuan menengah
Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
Ditentukan oleh peserta didik Ditentukan sepenuhnya oleh guru
dengan bantuan guru
6
8. C. Umpan Balik
Instrumen umpan balik
Menggunakan berbagai jenis serta Lebih mengandalkan pada
bentuk tagihan secara berkelanjutan penggunaan tes objektif untuk
penggalan waktu tertentu
Cara membantu peserta didik
Menggunakan sistem tutor dalam Dilakukan oleh guru dalam bentuk
diskusi kelompok (small-group tanya jawab secara klasikal
learning activities) dan tutor yang
dilakukan secara individual
7. Peran Guru Dalam Mastery Learning
a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan
(unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan
prasyaratnya.
b. Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD.
c. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi
d. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
e. Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi
(kognitif, psikomotor, dan afektif)
f. Menggunakan teknik diagnostik
g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan
C. INDIVIDUALLY PRESCRIBED INSTRUCTION (IPI)
1. Pengertian Individually Prescribed Instruction (IPI)
Proyek Individually Prescribed Instruction (IPI) mulai dirintis tahun
1963, berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
7
9. Pembelajaran Universitas Pittshburgh dan Baldwin-Whitehall Public Schools.
Saat ini, kemungkinan besar dapat diterapkan untuk bidang testing dan
diseminasi program IPI yang ditangani oleh Research for Better Schools,
sebuah Laboratorium Regional di Philadelphia dan di sebarluaskan oleh
National Institute for Education (NIE).
Program IPI merupakan suatu system yang disusun dengan baik untuk
pengajaran individual di tingkat sekolah taman kanak-kanak. Pelaksanaan
program ini dapat mencakup bidang matematika, membaca, ilmu
pengetahuan, menulis dan ejaan. Dalam setiap bidang studi atau mata
pelajaran tujuan pembelajaran dikelompokkan kedalam unit-unit pelajaran.
Setiap unit pelajaran disajikan secara khusus contens dan tingkat kesulitan
khusus. Unit-unit dan tujuan pengajaran diantara unit disusun kedalam urutan
tertentu untuk memudahkan siswa dalam mempelajarinya. Setiap siswa
ditempatkan menurut urutan unit-unit pelajaran setiap bidang studi.
2. Garis besar Individually Prescribed Instruction
Berikut ini daftar langkah-langkah pengajaran individual dengan
system IPI:
1. Sebuah seri tes penempatan (placements tests) diberikan kepada setiap
siswa pada awal tahun ajaran sekolah dimulai. Hasil-hasil menunjukkan
taraf mastery setiap bidang contens dalam setiap subjek dan menunjukkan
unit khusus pada apa yang telah mulai dipelajarinya.
2. Setiap unit pelajaran dipelajari siswa, kemudian diberikan pretest yang
mencakup tujuan pembelajaran dari unit yang di administrasikan. Hasil tes
ini dipergunakan untuk menentukan tujuan pengajaran mana atau
keterampilan apa yang harus dikuasai di dalam unit pelajaran tersebut
(misalnya telah memenuhi taraf penguasaan 85%), dan mana kebutuhan
pelajaran yang akan datang. Jika semua siswa telah menguasai sesuai taraf
penguasaan yang ditetapkan, siswa dapat melangkah ke pre tes unit
pelajaran berikutnya.
3. Guru mengevaluasi hasil pre tes setiap unit pelajaran agar siswa dapat
memulai mempelajari dan menulis resep belajar untuk mencapai tujuan
8
10. pembelajaran di dalam unit pelajaran yang telah dicapainya. Seorang siswa
dapat menentukan/memilih tutor individu, teks material, material audio-
visual atau kelompok kerja, tergantung kepada kebutuhan dan minatnya.
4. Siswa memperoleh materi pelajaran dan mempelajarinya untuk mencapai
prestasi belajar untuk setiap tujuan pembelajaran yang belum dikuasai
untuk setiap unit pelajaran.
5. Jika siswa menunjukkan prestasi belajar yang memuaskan pada semua
tujuan pembelajaran setiap unit, ia diberikan post tes dari unit-unit
pelajaran secara keseluruhan. Pos tes merupakan suatu bentuk alternative
dari pre tes untuk mengukur performansi pada tujuan pembelajaran unit
pelajaran.
6. Jika tingkat penguasaan yang ditetapkan (85%) tidak dicapai pada
beberapa tujuan pembelajaran dalam pos tes, pengajaran dapat diulangi
(re-teaching). Jika penguasaan yang ditunjukkan siswa pada semua tujuan
pembelajaran dalam unit pelajaran, siswa dapat ,melangkah ke unit
berikutnya.
Prosedur yang digunakan dalam IPI diuraikan secara sederhana dan
singkat, bagaimana system pelaksanaan dalam mengdiagnosis kebutuhan
belajar dan menjelaskan aktivitas belajar yang akan dilakukan oleh siswa
secara individual.
Seperti yangdisimpulkan dari garis besar langkah-langkah dalam
program IPI, seorang guru menghabiskan/menggunakan banyak waktu untuk
mengadministrasi tes, mendiagnosis kebutuhan belajar, menulis petunjuk
belajar, menganalisis kemajuan siswa, dan memberikan bimbingan individual
kepada siswa. Sangat sedikit waktu yang dipergunakan untuk memberikan
ceramah, tetapi sewaktu-waktu bersedia mengajar kelompok kecil siswa yang
memnyai problem belajar yang sama.
Pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an diadakan pembahasan mengenai
pengembangan secara terintegrasi beberapa sisitem untuk dipakai di sekolah
dasar dan sekolah menengah (Talmage, 1975, dalam Joseph Mbulu: 35).
Salah satu system adalah Individualized Prescribed instruction (IPI). Di
dalam kelas IPI, siswa biasanya belajar secara individu menggunakan paket
9
11. pemrograman. Peranan guru berubah dari instruktur menjadi manager
pengajaran. Guru menentukan program apa dan memberikan kesempatan
kepada para siswa, memonitor kemajuan belajar siswa, dan menyediakan
bantuan secara individu jika dibutuhkan.
3. Peranan Tujuan Pembelajaran dalam Sistem IPI
System IPI didasarkan pada kejelasan seperangkat tujuan pembelajaran
khusus dalam setiap materi pelajaran yang dicakup. Tujuan pembelajaran
khusus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur. Artinya,
menunjukkan spesifikasi apa yang dapat dilakukan siswa setelah menunjukkan
apa yang telah dikuasai dengan mengerjakan tugas-tugas belajar yang
beraneka ragam itu.
Tujuan pembelajaran khusus memberikan dasar untuk mengorganisasi
kurikulum, menentukan metode mengajar dan materi pelajaran, menyiapkan
variasi bentuk tes, dan membimbing siswa untuk belajar mandiri. Kurikulum
untuk setiap bidang studi berisi rangkaian tujuan khusus tingkah laku yang
disusun disesuaikan dengan bidang contens, diurutkan menurut tingkatan
belajar, dan dikelompokkan kealam unit-unit pengajaran. Singkatnya, materi
pelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran khusus, sedangkan tes
sebagai alat penilaian dirancang untuk mengukur tujuan pembelajaran khusus
yang dirumuskan. Akhirnya, siswa secara individual mempelajari materi
pelajaran untuk mencapai tujuan dan kemajuannya dalam menguasai materi
tersebut dievaluasi dengan menggunakan tes. Dengan demikian rumusan
tujuan pembelajaran khusus memainkan peranan kunci dalam system IPI.
4. Standar Penguasaan
Untuk menunjukkan penguasaan tujuan pembelajaran khusus setiap unit
pelajaran, siswa harus mencapai taraf penguasaan dengan memperoleh
presentase 85 (85%). Artinya siswa harus menjawab benar pertanyaan tes
dengan memperoleh skor 85. Apabila siswa belum mencapai ktiteria
penguasaan yang ditetapkan, maka ia harus mempelajari kembali materi
10
12. pelajaran yang sama dan menempuh tes. Selanjutnya, para siswameneruskan
materi pelajaran berikutnya.
5. Testing Program
Empat tipe tes yang digunakan dalam system IPI yaitu (1) placement test,
(2) unit pre test, (3) curriculum embedded test dan (4) unit post test. Fungsi
utama placement test dan unit pre test adalah untuk menentukan secara tepat
tujuan pembelajaran khusus yang akan dipelajari siswa. Fungsi embedded test
dan unit post test adalah untuk memonitor/memantau tingkah
laku/performansi siswa, seperti kemajuannya dari satu tujuan pembelajaran ke
pembelajaran unit pelajaran yang berikutnya.
Menurut Landvall dan Cox (dalam Joseph Mbulu:36), keempat tipe tes
tersebut dapat membantu guru dalam mempersiapkan materi pelajaran untuk
setiap siswa. Semua tes dalam system IPI disusun seperti Criterion-refenced
tests. Dengan demikian, tes tersebut dirancang untuk mengukur hasil belajar
siswa secara khusus terhadap tingkah laku dalam rumusan tujuan
pembelajaran khusus. Tiap tujuan pembelajaran khusus diukur dengan
sejumlah item tes yang relevan. Banyak sedikitnya bergantung pada
karakteristik tujuan pembelajaran khusus dan tipe tes yang dipilih. Tingkat
kesulitan setiap item tes, ditentukan oleh karakteristik tugas-tugas belajar yang
sedang diukur dan tidak diadakan percobaan (uji coba) untuk mengubah item
yang sulit. Keempat tipe tes tersebut dirangkum seperti yang disajikan pada
tabel berikut
Tipe Tes dan Penggunaannya dalam Sistem IPI
Tipe Tes Pengertian Kegunaan
placement test Mengukur tingkat Mengidentifikasi unit-
penguasaan siswa dari unit pelajaran yang akan
berbagai unit pelajaran dipelajari siswa.
dalam setiap mata
pelajaran/bidang studi
unit pre test Mengukur performansi Mengidentifikasi tujuan
11
13. siswa pada setiap tujuan instruksional dalam
instruksional dalam setiap unit pelajaran
setiap unit yang dipilih untuk tugas khusus yang
untuk dipelajari akan dikerjakan.
curriculum embedded test Mengukur tingkat Menentukan apakah
penguasaan siswa dari meneruskan pekerjaan
tujuan instruksional pada tujuan instruksional
khusus tiap unit pelajaran yang sama atau
melangkah pada tujuan
yang berikutnya.
unit post test Mengukur tingkat Menentukan apakah
penguasaan siswa melanjutkan mempelajari
terhadap tujuan untuk pelajaran yang
instruksional dalam sama atau melangkah ke
setiap unit yang telah unit pelajaran yang
dipelajari berikutnya.
6. Peranan Guru Kelas
Peranan utama guru kelas dalam pelaksanaan system IPI adalah
merencanakan kegiatan belajar di kelas dan memberikan supervise dalam
menyusun program. Berikut pertanggungjawaban khusus yang didaftar oleh
Linvall dan Bolvin, 1970 (dalam Joseph Mbulu:37):
1. Mengevaluasi dan mendiagnosa kebutuhan dan kemajuan setiap siswa.
2. Mengembangkan perencanaan belajar individual.
3. Mengembangkan dengan segera dan rencana jangka panjang untuk seluruh
kelas.
4. Merencanakan dan mengorganisasikan ruang kelas dan lama pelajaran
untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
5. Mengembangkan dalam kerjasama dengan anggota staf professional,
merencanakan untuk keperluan kelompok pengajaran yang lebih besar.
6. Mengawasi pekerjaan para professional seperti teknisi dan pembantu guru.
12
14. 7. Mempelajari dan mengevaluasi system sedemikian rupa untuk
memperbaiki pelaksanaannya di dalam kelas.
8. Mengelola Sistem IPI
Di dalam system IPI, pekerjaan yang berhubungan dengan aadministrasi
dari menyusun pelajaran, menskor tes, mencatat data dan sebagainya secara
khusus dikerjakan oleh staf administrasi tanpa automatisasi. Sekarang system
informasi dikelola dengan computer dirancang untuk mengganti beberapa
administrasi pokok dan untuk membantu guru dalam kewajibannya menyusun
petunjuk diagnostic.
Fungsi dari system pengelolaan adalah (1) mengumpulkan data, (2)
memantau kemajuan belajar siswa, (3) menyediakan informasi sebagai dasar
untuk menentukan bidan studi atau mata pelajaran yang akan diajarkan, (4)
mendiagnosa kesulitan belajar siswa.
Disamping menggunakan computer sabagai alat untuk mengelola
informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan pengajaran individual
(Computer-Managed Instruction), pada saat ini dan waktu yang akan dating
perencanaan diadakan untuk menggunakan computer sebagai alat untuk
mengatur pengajaran (Computer-Assisted Instruction). Implementasi dari
Computer-Managed Instruction dalam IPI merupakan tujuan utama yang
dicetuskan oleh Cooley dan Glaser 1971 dari Research and Development
Center pada Universitas Pittsburgh (Grounlund, 1974:31, dalam Joseph
Mbulu:38).
D. SISTEM PENGAJARAN PLAN (The Plan Instructional System)
1. Pengertian Sistem Pengajaran PLAN
Sistem Pengajaran PLAN (Program For Learning In Accordance With
Needs) mulai dirintis tahun 1966 sebagai uasaha dari The American Institutes
For Research, dan The Westting House Learning Corporation. Sistem ini
mula-mula diterapkan di kelas I,IV dan IX, yang meliputu bidang Studi
Bahasa, Seni, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Pada tahun 1969, diterapkan mulai kelas I sampai
13
15. dengan kelas XII. Pada tahun 1972, Westtinghouse Learning Corporation
mendapat kepercayaan penuh dari pemerintah untuk melaksanakan dan
mengelola PLAN. Sistem ini memasukan unsur-unsur bimbingan terhadap
program yang dipusatkan pada pengajaran emapat bidang studi/ mata
pelajaran di atas.
Tujuan pembelajaran digunakan sebagai dasar dalam program
pengajaran. Namun pengelompokan tujuan pembelajaran khusus dalam
modul pembelajaran ditiadakan. Pelaksanaan PLAN di kelas I sampai dengan
XII meliputi empat bidang studi yaitu Bahasa dan Seni, Matematika, IPA, dan
IPS.
Kurikulum setiap bidang studi/ mata pelajaran terdiri dari Teaching
Learningi Unit’s TLU’s) dan dikelompokan menjadi dua belas tingkatan atau
kelas. Tiap TLU’s terdiri dari satu tujuan instruksional, deskripsi mata
pelajaran, dan metode belajar yang digunakan siswa dalam mencapai tujuan
instruksional khusus. Para siswa secara individual mempelajari suatu
rangkaian (seri) TLU’s yang dipi;ih berdasarkan minat, kebutuhan dan
kemampuannya. Penempatan program dibantu melalui tes penempatan atau
tes prestasi belajar (placement/ achiemenet test). Para siswa belajar dengan
caranya sendiri melalui TLU’s satu demi satu, mendemonstrasikan/
menunjukan tingkat penguasaan tujuan instruksional sambil dinilai oleh guru.
Setiap siswa diberi kebebasan dalam merencanakan program belajarnya dan
memilih di antara alternative pola instruksional yang disediakan. Penilaian
hasil balajar meliputi tugas individual dan kerja kelompok dengan
penggunaan variasi materi pelajaran.
2. Garis Besar Langkah-Langkah Penggunaan Sistem PLAN
Di dalam sistem PLAN setiap siswa bekerja sesuai dengan kecepatannya
masing-masing dengan program studi yang dirancang khusus bagi mereka.
Berikut unu garis besar langkah-langkah dalam penguasaan system PLAN:
a. Pada permulaan pada tahun ajaran sekolah, para siswa memperoleh
informasi serangkaian TLU’s yang berorientasi pada system PLAN. Siswa
14
16. diperkenalkan dengan materipelajaran dan prosedur yang harus diikuti
dalam PLAN.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan penempatanorientasi TLU’s dalam
setiap bidang studi. TlU’s ini dipakai sebagai pedoman dalam menentukan
keterampilan siswa, kemampuan dan minat siswa terhadap setiap bidang
studi. TLU’s juga dirancang untuk membantu penempatan siswa,
sementara itu diberi kesempatan untuk berpartispasi secara aktif dalam
menggunakan program studinya. Para siswa diberikan kebebasan dalam
menentukan apa yang kan dipelajarainya.
c. Disediakan tes penempatan dan tes prestasi belajar yang dapat digunakan
dalam proses penempatan siswa. Tes ini mengukur pengethuan siswa dan
tujuan istruksional yang ditetapkan dalam kurikulum PLAN. Apabila
siswa menunjukan minat yang tinggi mempelajari TLU’s dalam bidang
studi tertentu, maka guru dapat mengadminstrasikan tes bidang studi
tersebut, untuk menetukan tujuan instruksional mana yang sudah dicapai
dan tujuan instruksional mana yang belum dicapai
d. Apabila guru dan siswa sepakat dengan program yang dipelajari oleh
siswa maka siswa diperbolehkan untuk meneruskan mempelajari TLU’s
sesuai dengan kecepatannya sendiri. Untuk itu dibutuhkan interaksi
dengan berbagai materi pelajaran sendiri, mengoperasikan peraatan audio-
visual sendiri sehingga dengan penerapan system PLAN ini, sikap
kemandirian siswa semakin lam asemakin bertambah baik dalam belajar
maupun dalam bekerja.
3. Peranan Tujuan Instruksional Dalam Sistem PLAN
Tujuan instruksional merupakan kerangka dasar dalam sistem PLAN.
Kirikulum setiap tingkatan untuk setiap bidang studi memuat seperangkat
TLU’s. Tiap TLU’s didasarkan pada tujuan instruksional khusus yang terdiri
dari 52 TLU’s untuk Core Curriculer dan 3 TLU’s untuk orientasi bidang
bahasa dan seni. Tujuan setiap TLU’s secara khusus mencakup apa yang akan
dikerjakan atau dipelajari siswa apabila mereka dihadapkan pada aktivitas
belajar TLU’s. Dalam beberapa bidang studi tertentu, tujuan instruksional
15
17. biasanya dirumuskan berdasarkan urutan-urutan tertentu. Namun pada bidang
studi tertentu, urutan-urutan ini dipandang tidak penting.
4. Orientasi Kurikulum PLAN
Kurikulum PLAN meliputi seprangkat seri TLU’s dalam bidang studi
bahasa dan seni, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan
social. Setiap bidang studi, TLU’s dikelompokan ke dalam dua belas kelompok
mata pelajaran. Pda permulaan tahun ajaran sekolah, setiap kelas diadakan
orientasi TLU’s, untuk memeprkenlakan kepada siswa bidang studi yang akan
dipelajari dan prosedur yang harus diikuti dalam belajar dengan system PLAN.
Beberapa bidang studi dirancang khusus yang dapat dipergunakan sebagai
pedoman bagi guru dalam menentukan penempatan siswa yang tepat dan
memeberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan minatnya
terhadap bidang studi tertentu. Melalui orientasi TLU’s ini siswa diharapkan
dapat berparisispasi aktif dalam merencanakan programnya secara individual
untuk dipeljari secara sendiri.
Serangkaian TLU’s dalam bidang studi merupakan Core Curriculer dari
system PLAN. Pada setiap kelas (tingkatan) para guru dianjurkan untuk
memprluas, memperdalam dan mengembangkan kurikulum dengan cara
mempertinggi aktivitas belajar siswa, menyusun perencaan bagi siswa, baik
secara individual maupun kelompok.
E. PERSONALIZED SYSTEM OF INSTRUCTION (PSI)
1. Pengertian Personalized System of Instructions
Personalized System of Instructions (PSI) atau sistem pengajaran
perseorangan merupakan pembelajaran berbasis personal atau individu yang
sudah dimodifikasi dengan sistem cooperative learning. PSI merupakan
pembelajaran yang menggunakan sistem modular dimana siswa dibantu oleh
seorang tutor yang dapat berupa guru atau teman satu kelasnya. Sejak abad
pertengahan dasawarsa 1960-an PSI telah berhasil diterapkan untuk berbagai
mata pelajaran dan hampir pada semua jenis dan jenjang sekolah.
16
18. Personalized System Of Instruction merupakan cara pengelolaan
pengajaran yang didasarkan pada teori pemantapan (reinforcement theory),
sebagai kerangka menyeluruh bagi keseluruhan pengajaran. Dalam kelas yang
menerapkan PSI, siswa bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan kecepatan
penguasaan masing-masing dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran.
Bahan pelajaran disusun dalam suatu urutan tertentu dan sebelum siswa
melangkah ke unit pelajarn berikutnya, terlebih dahulu harus mempelajari dan
lulus tes penguasaan unit pelajaran unit pelajaran yang dipelajarinya. Isi dan
penekanan tes hendaknya tidak merupakan suatu kejutan bagi siswa. Ini
disebabkan dalam setiap unit pelajaran siswa telah ditunjukkan hal-hal
penting untuk dikuasai; disamping itu tujuan dari unit pelajaran yang
bersangkutan telah dijelaskan
Sistem pengajaran Personalization System of Instruction (PSI) yang
dikembangkan oleh psikolog Fred Keller dan sering disebut Rencana Keller,
diterapkan pada suatu pelajaran yang lengkap. Pendekatan umumnya
berdasarkan pada sebuah buku ajar dengan satuan pelajaran yang terdiri atas
bacaan, pertanyaan, dan soal. Sumber pengajaran tidak hanya dibatasi pada
bahan tertulis saja. Media lain, baik berupa media audio atau visual, dapat
disisipkan.
Personalized System of Instruction (PSI) dalam pelaksanaannya sudah
mencerminkan system pembelajaran individual, dengan beberapa modivikasi.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran sangat memperhatikan
perbedaan individual.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran PSI
Pembelajarn ini mempunyai beberapa ciri atau karakteristik sebagai
berikut:
a. Memungkinkan siswa maju menurut kemampuan masing-masing.
b. Adanya persyaratan penguasaan yang sempurna bagi setiap unit
pembelajaran sebelum maju ke unit pelajaranm berikutnya.
c. Menggunakan ceramah dan demonstrasi sebagai alat untuk memberikan
motivasi kepada siswa.
17
19. d. Komunikasi guru siswa ditekankan pada penggunaan materi-materi
pembelajaran tertulis dalam bentuk progama.
e. Menggunakan system proctor, yaitu pemberian tes secara berulang-ulang
untuk memberikan penilaian secara cepat dan sebagai umpan balik bagi
pemberian bantuan kepada siswa yang membutuhkan.
f. Menggunakan siswa tutor, yaitu siswa yang pandai memberi bimbingan
belajar kepada siswa yang kurang / lemah.
g. Memungkinjkan adanya aspek personal dan sosial dalamn proses
pendidikan.
3. Prosedur Pelaksanaan PSI
a. Merumuskan sejumlah tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
siswa.
b. Menentukan patokan penguasaan atau mastery pembelajaran yang akan
dipelajari.
c. Merumuskan satuan pelajaran byang merupakan pokok -pokok bahasa
yang akan dipelajari daklam rangka mencapai tujuan.
d. Pokok-pokok bahasa itu dipecah ke dalam bagian bagian lebih kecil
sehingga dapat dipelajari secara tuntas.
e. Prosedur pembelajaran ditentukan untuk dilakukan siswa dalam rangka
mencapai tujuan. Prosedur itu tercermin pada perumusan :
1) Daftar tujuan pembelajaran pada satuan pelajaran.
2) Sejumlah saran belajar yang menekankan pada membaca materi
tertulis atau materi lain.
3) Sejumlah kegiatan belajar untuk memberikan rangsangan berpikir
dan bimbingan belajar.
4) Sejumlah soal tes yang berkaitan dengan tujuan daripada satuan
pelajaran yang dipelajari tersebut.
f. Setiap siswa mempelajari unit-unit pelajaran dengan kecepatan sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Setelah mempelajari setiap bagian
bahan dan menjawab seperangkat pertanyaan yang berkaitan atau
menyelesaikan berbagai kegiatan, siswa melaporkan kepada pengawas
18
20. atau tutor bahwa ia siap untuk diuji tentang bagian tertentu dari bahan
ajar.
g. Tes diikuti oleh seluruh siswa, dengan bantuan pengawas untuk
memeriksa hasilnya. Setelah ujian selesai dikerjakan, segera dinilai oleh
pengawas (siswa lain yang telah menyelesaikan pelajaran dengan
berhasil), yang kemudian menunjukkan hasil ujian tersebut kepada
siswa.
h. Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum menguasai materi
penuh.
i. Evaluasi sumatif pada saat seluruh unit selesai dipelajari untuk
menentukan angka keberhasilan.Apabila siswa berhasil dengan
memuaskan (umumnya dengan tingkat kemampuan 80-90%), ia dapat
melanjutkan ke bab atau satuan pelajaran berikutnya. Apabila tingkat
(ditentukan oleh ujian) belajar yang telah dipersyaratkan tidak dicapai,
siswa harus mempelajari kembali bahan ajar tersebut, dan apabila sudah
siap, menempuh ujian lagi dalam bentuk lain.Tata cara ini berulang
sampai siswa mencapai keberhasilan sesuai dengan sasaran yang telah
ditentukan.
Meskipun beberapa mata ajar dipelajari secara perseorangan, tidak semua
proses belajar harus berlangsung sendirian seperti itu. Beberapa pengajar
mengadakan pertemuan dengan kelas atau kelompok kecil siswa untuk
memberikan ceramah dan berdiskusi. Di samping itu, hubungan antara siswa
perseorangan dengan pengawas, untuk tujuan evaluasi dan balikan langsung,
dapat mendorong kegiatan belajarselanjutnya.
Proctor adalah seseorang yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari matrei dan memberikan feedback berdasarkan hasil kuis atau tes
pada setiap unit serta turut membantu memantau perkembangan siswa. Grant
dan Spencer menyebutkan bahwa terdapat dua jenis proctor yang dapat
digunakan, yaitu proctor internal dan proctor eksternal. Proctor internal
terdiri dari siswa yang terdapat dalam kelas tersebut dan telah dinyatakan
tuntas pada materi yang telah dipelajari. Sedangkan proctor eksternal adalah
guru lain dalam bidang studi yang sama, tenaga profesional dalam bidang
19
21. yang sama, atau siswa yang berada pada satu kelas lebih tinggi dari siswa
yang akan dibimbing.
Sama halnya dengan pendekatan pengajaran individual lainnya, PSI
berusaha untuk menerapkan prinsip belajar (1) penyajian informasi
disesuaikan dengan kemampuan siswa saat itu, (2) banyaknya kesempatan
untuk memberi taggapan terhadap materi pelajarn, dan (3) adanya umpan
balik atau perbaikan dengan segera. PSI menambah filsafat penguasaan
bahwa siswa tidak boleh maju ke unit pelajaran berikutnya sebelum unit yang
dipelajari benar-benar dikuasai dan adanya kontak satu lawan satu antara
siswa dengan proctornya.
20
22. DAFTAR RUJUKAN
Badarudin, 2011. Belajar Tuntas Mastery Learning.
(http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/belajar-tuntas-mastery-
learning.), diakses pada tanggal 13 oktober 2011.
Dewin. 2010. Contoh-Contoh Pendekatan Pembelajaran.
(http://dewin221106.blogspot.com/2010/05/contoh-contoh-pendekatan-
pembelajaran.html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011.
Mbulu, Joseph. 2001. Pengajaran Individual: Pendekatan, Metode, Dan Media,
Pedoman Mengajar Bagi Guru Dan Calon Guru. Malang: Elang Mas.
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bina Aksara.
Rasyid, Rusman. 2011. Pendekatan Pembelajaran Personal.
(http://cummank.blogspot.com/2011/03/01/ pendekatan-pembelajaran-
personal.html), diakses pada tanggal 11 Oktober 2011.
Sudrajat, Ahmad. 2009. Belajar Tuntas Mastery Learning dalam KTSP.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-
mastery-learning-dalam-ktsp), diakses pada tanggal 13 oktober 2011.
Sukarto. 2011. Stratei Pembelajaran Personalized System of Instruction (PSI).
(http://www.shvoong.blogspot./2011/1/ Stratei-Pembelajaran-Personalized-
System-of-Instruction-(PSI).html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011.
UPT P dan K Purworejo. Personalized System Of Instructions ( Memberikan
Informasi Mandiri).
(http://uptpdankpurworejo.blogspot.com/2011/10/personalized-system-of-
instructions.html), diakses pada tanggal 14 Oktober 2011.
21