Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas remediasi miskonsepsi siswa pada materi getaran di SMP dengan menggunakan media flip chart, di mana pembelajaran getaran masih menimbulkan miskonsepsi pada siswa dan peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan media flip chart dapat mengurangi persentase miskonsepsi siswa.
1. JUDUL: REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI GETARAN
MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DI KELAS VIII SMPN
02 SEBAWI
A. Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan salah satu
wahana yang diharapkan oleh banyak orang untuk menyiapkan masa
depannya. Indonesia saat ini perlahan memperbaiki diri dalam pelaksanaan
belajar-mengajar dengan memperbaharui kurikulum yang disesuaikan dengan
tuntutan zaman. Harapannya, pendidikan akan melahirkan lulusan yang
cerdas, terampil dan berkarakter. Pertanyaan reflektifnya adalah, apakah
pembelajaran di sekolah mampu mewujudkan harapan ini.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang benar (true), dan
dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan
kesimpulan yang betul (truth) (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 1-19).
Pembelajaran IPA sudah seharusnya juga diarahkan untuk menjawab
tantangan ini.
Salah satu cabang IPA adalah Fisika. Fisika mulai dipelajari secara
formal dijenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas I. Fisika berasal dari
bahasa Yunani yang berarti ilmu alam. Fisika mempelajari struktur materi
dan interaksinya untuk memahami system alam dan sistem buatan (teknologi)
(Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 27). Pendapat tersebut diperkuat oleh
pernyataan M. Arifin (dalam Abdul Hakim, 2008) bahwa Ilmu fisika adalah
ilmu yang mempelajari berbagai macam objek berkaitan dengan benda alam,
elemen-elemennya, dan hukumnya, faktor-faktor yang merusaknya. Fisika,
seperti juga IPA, mesti diarahkan untuk menjawab pertanyaan itu.
Getaran merupakan materi fisika yang harus dipelajari di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) kelas VIII semester II yang merupakan dasar
untuk mempelajari materi gelombang dan bunyi. Konsep getaran secara sadar
maupun tidak sadar sering ditemui dan dirasakan oleh siswa dilingkungan
tempat tinggalnya, walaupun kebanyakan siswa kurang menyadarinya.
2. Diskusi dengan salah satu guru yang mengajar IPA di SMP Negeri 02
Sebawi mengungkapkan bahwa, pembelajaran IPA masih didominasi oleh
guru. Pembelajaran masih cenderung bersifat informatif. sehingga
komunikasi antara guru dan siswa belum optimal dan pemahaman konsep
siswa terhadap pelajaran masih tergolong rendah. Akibat komunikasi satu
arah ini siswa lebih pasif, sehingga mereka hanya menunggu apa yang akan
diberikan guru dari pada menemukan sendiri pengetahuan atau keterampilan
yang mereka butuhkan.
Wawancara dengan siswa SMP di sekolah yang sama, menunjukkan
IPA merupakan mata pelajaran dianggap sulit dan kurang disenangi. Salah
satu penyebabnya adalah cara pengajaran materi di kelas kurang menarik,
sehingga berpotensi menimbulkan miskonsepsi (Sutrisno, Kresnadi dan
Kartono, 2007: 3-6).
Hamdani (2007) melaporkan ada 16,75% siswa SMP Negeri 2
Pontianak menganggap gerak sembarang yang diakibatkan oleh bunyi disebut
getaran, 44,5% siswa keliru menentukan arti satu getaran dan bagian-
bagiannya, 11,1% siswa menganggap perioda adalah jumlah getaran yang
terjadi dan frekuensinya adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu getaran,
16,7% siswa menganggap pada saat benda bergerak cepat perioda dan
frekuensinya sama, 11,1% menganggap pada saat benda bergerak lambat,
perioda dan frekuensinya sama, sebanyak 66,7% siswa menganggap frekuensi
pada ayunan dipengaruhi oleh massa, panjang tali, dan amplitudo, 16,5%
siswa mengatakan frekuensi pada ayunan dipengaruhi oleh massa dan
amplitudo, 5,6% siswa menganggap frekuensi pada ayunan dipengaruhi oleh
panjang tali dan amplitudonya, 5,6% siswa menganggap hanya massa yang
mempengaruhi frekuensi pada ayunan, dan sebagian besar siswa (99,4%)
mengatakan frekuensi pada pegas dipengaruhi oleh massa dan amplitudonya.
Menurut Suparno (2005: 55), ada beberapa langkah untuk memperbaiki
miskonsepsi, yaitu mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan
siswa, mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, dan mencari
perlakuan yang sesuai untuk mengatasi. Kegiatan perbaikan untuk mengatasi
3. miskonsepsi siswa dikenal dengan istilah “remediasi”. Remediasi adalah
kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan
siswa (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 6-22).
Tampaknya untuk mengatasi miskonsepsi siswa disarankan
menggunakan media pembelajaran flip chart. Flip chart dalam pengertian
yang sederhana menurut Susilana dan Riyana (2009: 87) adalah lembaran-
lembaran kertas yang menyerupai album atau kalender berukuran 50 x 75 cm,
atau ukuran yang lebih kecil 28 x 21 cm yang disebut sebagai flip book yang
disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya.
Penelitian Andhika Yoga Prasetyo, Triyono, Imam Suyanto (2012)
menunjukkan penggunaan media flip chart dapat meningkatkan pembelajaran
IPA. Media flip chart akan memberikan warna baru dalam pembelajaran dan
materi yang disampaikan menjadi lebih fokus, jika dirancang dengan
seksama. Harjanto (dalam Rijaluddin, 2012) menyatakan bahwa penggunaan
media akan membantu memperjelas materi ajar, sehingga dapat dipahami
oleh sebagian besar siswa. Media flip chart mempunyai berbagai kelebihan
diantaranya adalah:
1) Mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis.
2) Mengkonkret konsep-konsep yang abstrak.
3) Menghadirkan objek-objek yang sukar didapat ke dalam lingkungan
belajar.
4) Menampilkan objek yang terlalu besar.
5) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
6) Dapat digunakan di dalam ruangan atau di luar ruangan, karena media ini
tidak memerlukan arus listrik, sehingga mudah dibawa kemana-mana
(moveable).
7) Meningkatkan aktivitas belajar anak. Melalui media ini anak secara aktif
dapat menuangkan ide dan gagaasannya dalam flip chart tersebut,
selanjutnya mempresentasikannya (Minuk Pahlawaniati, 2012).
Secara keseluruhan kebaikan media flip chart adalah biaya rendah dan lebih
hemat waktu. Karena itu judul yang diajukan adalah remediasi miskonsepsi
4. siswa pada materi getaran menggunakan media flip chart di kelas VIII SMP
Negeri 02 Sebawi.
Alasan memilih SMP Negeri 02 Sebawi karena rata-rata ulangan harian
pokok bahasan getaran masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) serta lokasi penelitian dengan tempat tinggal peneliti relatif dekat.
Penelitian yang diusulkan berbentuk meremediasi miskonsepsi pada materi
getaran menggunakan media flip chart di kelas VIII SMP Negeri 02 Sebawi.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
adalah “ Apakah penerapan media pembelajaran flip chart efektif untuk
meremediasi miskonsepsi siswa dalam memahami materi getaran di kelas
VIII SMP Negeri 02 Sebawi tahun ajaran 2012/2013.
1. Berapakah jumlah penurunan persentase miskonsepsi siswa pada materi
getaran sebelum dan sesudah diberikan remediasi menggunakan media
flip chart di kelas VIII SMP Negeri 02 Sebawi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
“Mengetahui efektifitas penerapan media flip chart dapat memperbaiki
miskonsepsi siswa dalam memahami materi getaran di kelas VIII SMP
Negeri 02 Sebawi tahun ajaran 2012/2013”.
5. Mengetahui,
Mahasiswa calon peneliti dosen Pembimbing Akademik
Nur Arifiadi Dr. Leo Sutrisno
F03109007 NIP. 19510504197502002
Ketua Prodi P.Fisika
Dra. Haratua Tiur Maria. S, M.Pd
NIP. 196702221991012001