Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar pemetaan, yang mencakup pengertian peta, jenis-jenis peta berdasarkan skala dan isi data, komponen-komponen peta seperti judul, garis astronomis, skala, dan simbol, serta penjelasan mengenai proyeksi dan transformasi peta.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan
(variasi) keruanganatas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.
Kata geografi berasal dari bahasayunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein
("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi yang secara historis telah mulai dikembangkan oleh para
tokoh peletak dasarilmu sejak masa Yunani dan Romawi Kuno (mulai sekitar
abad ke-3 dan ke-2 SM) hanyamerupakan sebagian saja dari sekian ilmu yang
sama-sama mempelajari bumi. Sebutangeografi pertama kali di kemukakan
oleh Eratosthenes (276-196 SM) sebagai ahli geografidengan hasil karya
utamanya yang berjudul Geographika. Tetapi meskipun hanya
merupakansebagian saja dari ilmu-ilmu yang mempelajari bumi, cakupan
kajian geografi demikian luashingga tidaklah mudah merumuskan batas-batas
bidang kajiannya.
Pada hakikatnya, Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu
melihatkeseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan secara
mendalam tiap aspek yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi
sebagai satu kesatuan studi (unified geography), melihat satu kesatuan
komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu
di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang
membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala—
interaksi--integrasi keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada
Geografi dan Studi Geografi (Sumaatmadja).
2. 2
Para ahli geografi dapat melakukan inkuiri (pengkajian) dalam bentuk
pembuatan peta atau membandingkan persamaan dan perbedaan antara
daerah-daerah di dunia. Geografi pundapat mengkaji gambaran fisik dari
daerah, faktor-faktor cuaca, kepadatan penduduk, sumber-sumber alam,
penggunaan tanah dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Peta
a. Apa pengertian Peta?
b. Apa saja klasifikasi peta?
c. Apa saja komponen peta?
d. Bagaimana cara pembuatan peta?
2. Pengideraan Jauh
a. Apa pengertian penginderaan jauh?
b. Apa saja komponen penginderaan jauh?
c. Apa saja jenis citra penginderaan jauh?
d. Bagaimana Interpretasi Citra?
3. SIG
a. Apa pengertian SIG?
b. Apa komponen-komponen SIG?
c. Bagaimana tahapan kerja SIG?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam ilmu geografi kali ini kita mempelajari tentang dasar-
dasar pemetaan, penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.
Dalam kehidupan sehari-hari peta sangat dibutuhkan sebagai
penunjuk arah atau sebagai alat bantu untuk mengetahui letak suatu
lokasi atau tempat. Bahkan, fenomena yang terjadi di permukaan
3. 3
bumi tidak terlepas dari penggunaan peta. Selain peta, alat bantu
yang dapat kita gunakan untuk melihat suatu kenampakan objek
atau fenomena adalah foto udara. Pada makalah ini kami akan bahas
secara mendetail tentang dasar-dasar pemetaan, dasar-dasar
penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi atau yang biasa
disebut dengan SIG. Selain itu, dalam penyusunan makalah ini kami
berharap dapat mengetahui perbedaan antara peta dengan citra
penginderaan jauh berserta komponen-komponennya.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar-Dasar Pemetaan
2.1.1 Pengertian Peta
Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang
diperkecil sesuai kenampakannya dari atas. Peta umumnya digambarkan
dalam bidang datar dan dilengkapi skala, orientasi, dan simbol-simbol.
Dengan kata lain, peta adalah gambaran permukaan bumi yang diperkecil
sesuai dengan skala. Supaya dapat dipahami oleh pengguna atau pembaca,
peta harus diberi tulisan dan simbol-simbol.
Dalam penggambaran permukaan bumi ke dalam peta, digunakan
sistem transformasi dari bidang lengkung permukaan bumi ke bidang
datar (gambar peta). Sistem transformasi tersebut dikenal sebagai sistem
proyeksi peta. Untuk mempelajari seluk beluk penggambaran peta,
diperlukan bidang ilmu khusus yang disebut kartografi.
Orang yang ahli dalam bidang pemetaan disebut kartografer.
Ada beberapa ahli kartografi menjelaskan pengertian peta sebagai berikut.
5. 5
1. ICA (International Cartographic Association) Peta adalah gambaran
atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari
permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau
benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada
suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan
2. Soetardjo Soerjosoemarno
Peta adalah suatu lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian
permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang
disebut skala.
3. Erwin Raisz
Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi
yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari
atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai
penjelas.
4. Aryono Prihandito
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu,
digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
5. Bakosurtanal (2005)
Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data
kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para
perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan
pembangunan.
2.1.2 Jenis-jenis Peta
Berdasarkan skalanya, peta dibagi menjadi empat, yakni:
1. Peta Kadaster adalah peta yang mempunyai skala antara 1:100 hingga
1:5.000. Peta semacam ini dipakai untuk membuat peta dalm sertifikat
kepemilikan tanah.
6. 6
2. Peta Skala Besar
Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala antara 1:5.000
hingga 1:250.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan wilayah-
wilayah yang relatif sempit, misalnya peta Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
3. Peta Skala Sedang
Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1:250.000
hingga 1:500.000.
Peta jenis ini digunakan untuk menggambarkan wilayah yang agak luas,
misalnya peta Provinsi Jawa Tengah dan Peta Provinsi Kalimantan
Selatan.
4. Peta Skala Kecil
Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala antara 1:500.000
hingga 1:1.000.000. Peta jenis ini digunakan untuk menggambarkan
daerah-daerah yang cukup luas, biasanya berupa negara. Misalnya peta
wilayah Republik Indonesia.
5. Peta Geografi
Peta skala geografi adalah peta yang mempunyai skala lebih kecil dari
1:1.000.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan kelompok
negara, benua, atau seluruh dunia.
Berdasarkan ISI DATA
Berdasarkan isi data yang disajikan, peta terdiri atas peta umum dan peta
khusus.
1. Peta Umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan unsur geografi di
permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia. Peta
umum dapat dibedakan menjadi:
7. 7
a. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief
permukaan bumi, ditandai dengan adanya garis kontur.
b. Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau
sebagian permukaan bumi bersifat umum, biasanya berskala
sedang.
c. Peta dunia adalah peta umum yang berskala sangat kecil, dengan
cakupan wilayah yang sangat luas.
2. Peta Khusus
Peta khusus atau peta tematik adalah peta yang menggambar-
kan informasi dengan tema tertentu/khusus Contohnya, peta geologi
dan peta penggunaan lahan.
Berdasarkan BENTUK
Berdasarkan bentuknya, peta dibedakan menjadi :
• Peta timbul adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan
bumi yang sebenarnya. Contohnya: Peta Relief.
• Peta datar (peta konvensional) adalah peta yang dibuat pada bidang
datar. Contohnya: Peta Rupa Bumi.
• Peta digital adalah datanya terdapat pada suatu pita magnetik atau
disket, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya menggunakan
komputer. Contohnya: Peta Analisis Penggunaan Lahan
Berdasarkan SUMBER DATA
Berdasarkan sumber data, peta dibedakan menjadi :
• Peta induk adalah peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
Contohnya: Peta Topografi.
8. 8
• Peta turunan adalah peta yang dibuat berdasarkan peta acuan yang
sudah ada. Contohnya: Peta Analisis Iklim.
2.1.3 Komponen Peta
Dalam peta terdapat komponen-komponen penting, diataranya:
1. JUDUL
Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian
atas tengah, atas kanan, atau bawah. Dengan adanya judul, maka pembaca
akan mengetahui isi peta tersebut. Misal, peta iklim, peta curah hujan,
peta persebaran objek wisata, dan sebagainya.
2. GARIS TEPI PETA
Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk
meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada
peta. Biasanya garis ini dibuat rangkap dua dan tebal.
3. GARIS ASTRONOMIS
Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan
untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara
berlawanan arah satu sama lain sehingga membentuk vektor yang
menunjukan letak astronomis.
9. 9
4. ORIENTASI
Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas
peta. Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur,
koordinat dapat sebagai petunjuk arah.
5. SKALA
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di
lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah
legenda.
Adapun rumus mencari Skala Peta adalah
Skala dibagi menjadi 3, yaitu:
Skala angka. Misalnya 1 : 2.500.000. artinya setiap 1 cm jarak dalam peta
sama dengan 25 km satuan jarak sebenarnya.
10. 10
Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki
panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili
jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta.
Skala verbal. Yakni skala yang ditulis dengan kata-kata.
6. LEGENDA
Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci
untuk memahami peta.
7. SIMBOL
Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang
ada di permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenis-
jenis simbol peta antara lain:
Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional
Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan
jarak
Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol
yang mencakup area tertentu
11. 11
8. WARNA PETA
Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di
permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan
untuk keperluan estetika peta.
Warna simbol dalam peta terdiri :
Hijau: menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian kurang dari
200 m dpl.
Merah: menunjukkan jalan kereta api/gunung aktif. Warna merah sering
dijumpai di peta suatu provinsi.
Kuning: menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara
500–1000 m di atas permukaan laut..
Cokelat muda : menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian antara
1000–1500 m di atas permukaan air laut.
Cokelat: menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari
1500 m di atas permukaan air laut.
Biru keputihan : menunjukkan warna kenampakan perairan. Warna biru
keputihan menunjukkan wilayah perairan yang kedalamannya kurang
dari 200 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh
bentuk lereng yang relatif landai. Zona di wilayah ini disebut dengan zona
neritik. Penyebaran dari zona ini ada di sekitar pantai. Di wilayah perairan
darat warna ini menunjukkan danau atau rawa.
Biru muda: menunjukkan wilayah perairan laut yang mempunyai
kedalaman antara 200–2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah
ini didominasi oleh bentukan lereng yang relatif terjal. Wilayah ini
merupakan kelanjutan dari zona neritik. Namun wilayah ini tidak
tergambar dalam peta umum.
12. 12
Biru tua : menunjukkan wilayah perairan laut dengan kedalaman lebih
dari 2000 m.
9. LETTERING
Lettering berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada.
Macam penggunaan lettering:
Obyek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak warna hitam, contoh:
Surakarta
Obyek Hidrografi ditulis dengan huruf miring warna biru, contoh: Laut
Jawa
10. INSET
Inset adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama.
2.1.4 Keterampilan Membuat Peta
Dalam Pembuatan suatu peta, khususnya peta tematik diperlukan beberapa
tahapan atau proses, yang dimulai dari persiapan (pengumpulan data),
pengolahan data, sampai pencetakan dalam wujud peta tematik. Proses
pembuatan peta meliputi secara sederhana dapat dilakukan dengan 3
tahapan, sebagai berikut.
13. 13
1. Tahap Pengumpulan Data
Data-data geografis yang digunakan sebagai sumber dari pembuatan peta
ada dua macam yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dengan cara
observasi secara langsung di lapangan dengan cara pengukuran,
pengamatan, pembuatan sketsa, dan wawancara terhadap penduduk
setempat.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara
observasi secara tidak langsung, artinya data diperoleh dari foto, peta,
dan dokumentasi yang sudah ada pada suatu instansi terkait. Misalnya
data sekunder dari dokumentasi milik Direktorat Topografi (Dittop)
TNI-AD, Pusat Survei Pemetaan (Pussurta), Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Pertanahan Negara (BPN), Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG), Dinas Pertanian, Dinas Pertambangan, dan lembaga-lembaga
lain atau lembaga pemerintah setempat.
2. Tahap Pemetaan atau Penyajian Data
Data yang telah terkumpul dapat dianalisis dengan komputer dan hasilnya
disimpan, selanjutnya hasil analisis data tersebut dicocokkan kembali
dengan keadaan di lapangan. Tahap ini diawali dengan menyiapkan peta
dasar untuk digandakan menjadi peta baru yang akan digunakan untuk
peta tematik. Proses menggambar peta dasar menjadi peta yang baru
dapat dilakukan dengan cara memfotokopi atau disalin/digambar pada
kertas yang lain dengan menggunakan pantograph, atau dengan garis-garis
koordinat (kotak-kotak).
14. 14
Setelah peta dasar selesai dibuat, langkah berikutnya adalah penyajian
data dengan cara menggambarkan simbol-simbol yang sesuai antara objek
geografis di lapangan dengan objek di peta. Misalnya simbol arsir
bertingkat, simbol lingkaran, simbol batang, atau simbol gambar. Simbol
peta tematik hendaknya dirancang dengan baik, benar, dan sesuai, agar
tujuan pemetaan dapat tercapai, menarik, bersih, dan mudah dibaca.
3. Penyajian Kembali dalam Bentuk Grafis
Pada tahap ini dilakukan pemasukan atau input data yang telah diperoleh
dari lapangan, sehingga dapat diinformasikan kepada pembaca peta dalam
bentuk grafis. Misal peta persebaran jumlah penduduk kecamatan X tahun
2006 diperoleh data jumlah penduduk
Pembuatan suatu peta harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain
sebagai berikut.
1. Peta harus conform, artinya bentuk-bentuk daerah, pulau, dan benua
yang digambar pada peta harus sama seperti bentuk aslinya di
permukaan bumi.
2. Peta harus ekuivalen, artinya daerah yang digambar harus sama
luasnya jika dikalikan dengan skala peta.
3. Peta harus ekuidistan, artinya jarak yang digambar di peta harus tepat
perbandingannya dengan jarak sesungguhnya di permukaan bumi
setelah dikalikan dengan skala.
4. Data yang disajikan harus lengkap dan teliti.
5. Peta yang tersaji tidak membingungkan dan mudah dimengerti
maksudnya.
6. Peta harus rapi, indah, dan menarik
15. 15
2.2 Dasar-Dasar Penginderaan Jauh
2.2.1 Pengertian Penginderaan Jauh
Istilah Penginderaan Jauh (remote sensing) pertama kali diperkenalkan
oleh Parker di Amerika Serikat pada akhir tahun 1950-an dari Instansi
Kelautan Amerika Serikat. Penginderaan jauh dapat diserupakan dengan
suatu proses membaca. Dengan penggunakan mata Anda bertindak sebagai
alat pengindera (sensor) yang menerima cahaya yang dipantulkan dari
halaman modul ini. Data yang diterima oleh mata Anda berupa energi sesuai
dengan jumlah cahaya yang dipantulkan dari bagian terang pada halaman
modul ini. Data tersebut dianalisis atau ditafsir di dalam pikiran Anda agar
dapat menerangkan bahwa bagian yang gelap pada halaman ini merupakan
sekumpulan huruf-huruf yang menyusun kata-kata. Lebih dari itu, kata-kata
tersebut menyusun kalimat-kalimat, dan Anda menafsir arti informasi yang
terdapat pada kalimat-kalimat itu.
1) Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi
tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang
16. 16
diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan
objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).
2) Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh,
menemunjukkan(mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan
sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985).
3) Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk
memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu
berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan
dari permukaan bumi (Lindgren, 1985).
4) American Society of Photogrametry
Penginderaan Jauh adalah pengukuran atau perolehan informasi dari
beberapa sifat objek atau fenomena dengan menggunakan alat perekam yang
secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang
dikaji.
Dari beberapa batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi tentang objek
dengan menggunakan alat yang disebut “sensor” (alat peraba), tanpa kontak
langsung dengan objek.
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penginderaan jauh
merupakan upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh dengan
menggunakan peralatan tertentu. Data yang diperoleh itu kemudian dianalisis
dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Data yang diperoleh dari
penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari variasi daya, gelombang bunyi
atau energi elektromagnetik. Sebagai contoh grafimeter memperoleh data
dari variasi daya tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem navigasi
memperoleh data dari gelombang bunyi dan mata kita memperoleh data dari
17. 17
energi elektromagnetik. (Tentang tiga hal ini akan diuraikan lebih lanjut pada
bagian lain). Jadi penginderaan jauh merupakan pemantauan terhadap suatu
objek dari jarak jauh dengan tidak melakukan kontak langsung dengan objek
tersebut.
2.2.2 Komponen Penginderaan Jauh
1. Sumber Tenaga
Dalam Penginderaan Jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber
tenaga alamiah maupun sumber tenaga buatan. Tenaga ini mengenai
obyek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Ia
juga dapat berupa tenaga dari obyek yang dipancarkan ke sensor.
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh
dengan menggunakan sensor buatan.
Oleh karena itu, diperlukan tenaga peng hubung yang membawa data
objek ke sensor. Data tersebut di kumpulkan dan direkam melalui tiga
cara dengan variasi sebagai berikut. Distribusi daya (force), contohnya
Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik
bumi.
Distribusi gelombang bunyi, contohnya Sonar digunakan untuk
mengumpulkan data gelombang suara dalam air. Distribusi gelombang
elektromagnetik, contohnya kamera untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan pantulan sinar. Penginderaan jauh yang
menggunakan tenaga buatan disebut sistem penginderaan jauh aktif.
Hal ini didasarkan bahwa perekaman objek pada malam hari diperlukan
bantuan tenaga di luar matahari.
Proses perekaman objek tersebut melalui pancaran tenaga buatan yang
disebut tenaga pulsar yang berkecepatan tinggi karena pada saat
18. 18
pesawat bergerak tenaga pulsar yang dipantulkan oleh objek direkam.
Oleh karena tenaga pulsar memantul, pantulan yang tegak lurus
memantulkan tenaga yang banyak sehingga rona yang terbentuk akan
berwarna gelap.
Adapun tenaga pantulan pulsa radar kecil, rona yang terbentuk akan
cerah. Sensor yang tegak lurus dengan objek membentuk objek gelap
disebut near range, sedangkan yang membentuk sudut jauh dari pusat
perekaman disebut far range. Dalam penginderaan jauh harus ada
sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan sumber utama tenaga
elektro magnetik alami. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan
tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif.
2. Atmosfer
Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang sehingga hanya
sebagian kecil tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai
permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian
spektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat
mencapai permukaan bumi disebut jendela atmosfer.
Jendela atmosfer yang paling dikenal orang dan digunakan dalam
penginderaan jauh hingga sekarang spektrum tampak yang dibatasi
oleh gelombang 0,4 m s/d 0,7 m. Tenaga elektromagnetik dalam
jendela atmosfer tidak seluruhnya dapat mencapai permukaan bumi
secara utuh karena sebagian terhalang oleh atmosfer. Hambatan ini
terutama disebabkan oleh butir- butir yang ada di atmosfer, seperti
debu, uap air, dan berbagai macam gas.
Proses penghambatannya dapat terjadi dalam bentuk serapan,
pantulan, dan hamburan.
3. Interaksi Antara Tenaga dan Objek
19. 19
Tiap objek memiliki karakteristik tertentu dalam memantulkan atau
memancarkan tenaga ke sensor. Pengenalan obyek pada dasarnya
dilakukan dengan menyidik (tracing) karakteristik spektral obyek yang
tergambar pada citra.
Obyek yang banyak memantulkan/memancarkan tenaga akan tampak
cerah pada citra, sedang obyek yang pantulannya/pancarannya sedikit
tampak gelap. Meskipun demikian, pada kenyataanya tidak
sesederhana ini. Ada obyek yang berlainan tetapi mempunyai
karakteristik spektral sama atau serupa sehingga menyulitkan
pembedaanya dan pengenalannya pada citra. Hal ini dapat diatasi
dengan menyidik karakteristik lain selain karakteristik spektral, seperti
misalnya bentuk, ukuran, dan pola.
4. Sensor
Tenaga yang datang dari obyek di permukaan bumi diterima dan
direkam oleh sensor. Tiap sensor mempunyai kepekaan tersendiri
terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Disamping itu juga
kepekaanya berbeda dalam merekam obyek terkecil yang masih dapat
dikenali dan dibedakan terhadap obyek lain atau terhadap lingkungan
sekitarnya.
Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek terkecil ini
disebut resolusi spasial. Resolusi spasial ini merupakan petunjuk bagi
kualitas sensor. Semakin kecil obyek yang dapat direkam olehnya,
semakin baik kualitas sensornya.
Berdasarkan atas proses perekamannya, sensor dibedakan atas sensor
fotografik dan sensor elektromagnetik.
1. Sensor Fotografik
20. 20
Pada sensor fotografik, proses perekamannya berlangsung dengan
cara kimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan direkam pada
lapisan emulsi film yang dilakukan dari pesawat udara atau wahana
lainnya. Fotonya disebut foto satelit atau foto orbital. Jadi, dalam
proses ini film berfungsi sebagai penerima tenaga dan sekaligus
sebagai alat perekamannya. Jika pemotretan dilakukan dari
pesawat udara atau wahana lainnya, citranya disebut foto udara.
Jika pemotretannya dilaku kan melalui antariksa, citranya disebut
citra orbital atau foto satelit.
2. Sensor Elektrik
Berbeda dengan sensor fotografik, sensor elektronik menggunakan
tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat penerima dan
perekamnya berupa pita magnetik atau detektor lainnya, buka film.
Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetik ini kemudian dapat
diproses menjadi data visual maupun menjadi data digital yang siap
dikomputerkan. Pemrosesannya menjadi citra dapat dilakukan
dengan dua cara, yakni dengan memotret data yang direkam oleh
pita magnetik yang telah diujudkan secara visual pada sejenis layar
televisi, atau dengan menggunakan film perekam khusus.
Hasil akhirnya memang berupa foto dengan sebagai alat
perekamnya, akan tetapi film disini hanya berfungsi sebagai alat
perekam saja, bukan sebagai alat penerima tenaga secara langsung
yang sekaligus sebagai alat perekam. Oleh karena itu, hasil akhirnya
tidak disebut foto udara, melainkan disebut citra penginderaan jauh
yang untuk mudahnya disingkat dengan citra. Citra meliputi semua
gambaran visual planimetrik yang diperoleh dengan jalan
21. 21
penginderaan jauh. Jadi foto udara termasuk citra, akan tetapi tidak
semua citra berupa foto udara.
Kepekaan sensor tidak sama. Sensor fotografik hanya peka terhadap
spektrum tampak (0,4 μm - 0,7μm) dan perluasannya, yaitu
spektrum ultraviolet dekat (0,3μm - 0,4μm) dan spektrum
inframerah dekat (0,7μm - 0,9μm). Sensor elektronik lebih besar
kepekaanya, yakni meliputi spektrum tampak dan perluasannya,
spektrum inframerah termal, dan spektrum gelombang mikro.
5. Perolehan Data
Perolehan data bisa dilakukan manual maupun secara visual, maupun
dengan numerik atau digital. Perolehan data dengan cara manual yaitu
dengan cara menginterpretasi foto udara secara visual.
6. Pengguna Data
Tingkat kemampuan dari penerapan sistem penginderaan jauh
ditentukan oleh pengguna data. Kemampuan pengguna data dalam
menerapkan hasil penginderaan jauh juga dipengaruhi oleh
pengetahuan yang mendalam tentang disiplin ilmu masing-masing
maupun cara pengumpulan data dari sistem penginderaan jauh.
2.2.3 Jenis Citra Penginderaan Jauh
22. 22
Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor.
Data indraja juga berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara
manual. Data visual dibedakan menjadi dua, yaitu data citra dan data noncitra.
Data citra dalah berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau
minimal berupa gambaran planimetri. Data noncitra pada umumnya berupa
garis atau grafik. Citra indraja adalah gambaran suatu gejala atau objek
sebagai hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optic, elekrooptik,
maupun elektronik.
Citra dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto (photographic image) atau
foto udara dan citra nonfoto (nonphotographic image)
CITRA FOTO
Citra foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai
hasil pemotretan dengan menggunakan kamera. Citra foto dibedakan atas
dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut
liputan kamera, jenis kamera, wahana yang digunakan, dan sistem wahananya.
1) Spektrum Elektromagnetik yang digunakan berdasarkan spectrum
elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 5 jenis,
yaitu sebagai berikut.
a. Citra foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spectrum ultraviolet.
23. 23
b. Citra foto ortokromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan
menggunakan spectrum tampak dari warna biru hingga sebagian
warna hijau.
c. Citra foto inframerah modifikasi, yaitu citra foto yang dibuat
dengan menggunakan spectrum tampak dari warna merah dan
sebagian warna hijau.
d. Citra inframerah asli, yaitu citra foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum inframerah.
24. 24
e. Citra foto pankromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan
menggunakan seluruh spektrum tampak.
2) Posisi Sumbu Kamera
Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi citra foto
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto vertical dan citra foto
condong.
Citra foto vertikal, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu
kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. kemiringan sumbu
kamera sebesar 10 – 40.
25. 25
Citra foto condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu
kamera miring, umumnya membentuk sudut sebesar 100 atau lebih.
3) Jenis Kamera
Berdasarkan kamera yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu citra foto tunggal dan citra foto jamak.
Citra foto tunggal, yaitu citra foto yang dibuat dengan kamera tunggal.
Oleh karena itu, setiap objek hanya tergambar dalam satu lembar foto.
Citra foto jamak, yaitu citra foto yang dibuat pada saat yang sama dan
menggambarkan objek liputan yang sama.
4) Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto berwarna dibedakan
menjadi 2, yaitu citra foto warna asli (true color) dan citra foto warna
semua (false color).
5) Sistem Wahana
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu citra foto udara dan citra foto satelit.
Citra foto udara, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan
wahana yang bergerak di udara, contohnya layang-layang, balon udara,
dan pesawat terbang.
26. 26
Citra foto satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan
wahana yang bergerak di ruang angkasa, umumnya satelit.
CITRA NONFOTO
Citra nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan
oleh sensor bukan kamera dengan cara memindai (scanning). Citra nonfoto
dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang
digunakan, dan wahana yang digunakan.
1) Spektrum Elektromagnetik yang digunakan berdasarkan spektrum
elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu citra inframerahtermal, citra radar, dan citra gelombang
mikro.
Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan menggunkan
spectrum inframerah termal.
Citra radar, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum
gelombang mikro dan sumber tenaga buatan.
Citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan
spectrum gelombang mikro.
2) Sensor yang digunakan berdasarkan sensor yang digunakan, citra
nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra tunggal dan citra multispektral.
Citra tungal, yaitu citra yang dibuat dengan dengan menggunakan
sensor tunggal.
Citra multipektral, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan sensor
saluran jamak.
3) Wahana yang digunakan berdasarkan wahana yang digunakan, citra
nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra dirgantara dan citra satelit.
Citra dirgantara
27. 27
Citra dirgantara yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana
yang beroperasi di udara atau dirgantara.
Citra satelit
Citra satelit yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang
beroperasi di antariksa. Citra ini dibedakan menurut penggunaanya,
sebagai berikut:
a. Citra satelit untuk penginderaan jauh
b. Citra satelit untuk penginderaan cuaca
c. Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi
d. Citra satelit untuk penginderaan laut
Perbedaan Citra Foto dan Citra Nonfoto
2.2.4 Interpretasi Citra
Unsur-unsur interpretasi citra sebagai berikut:
1. Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan atau
kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan
atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak
yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang
gelombang (0,4 - 0,7) μm.
28. 28
Di dalam penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum
lebar. Jadi, rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau
sebaliknya. Warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila ia hanya
memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4-0,5)μm, (0,5-
0,6)μm, atau (0,6-0,7)μm. Warna Berdasarkan Pantulan
a = tampak biru karena memantulkan saluran biru
b = tampak kuning karena menyerap sinar biru
Sebaliknya bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan
warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak
dengan warna kuning.
Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan di
dalam ujud hitam putih, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang
lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau,
merah, kuning, jingga, dan warna lainnya.
Meskipun tidak menjelaskan cara pengukurannya, Ester et al. (1983)
mengutarakan bahwa mata manusia dapat membedakan 200 rona dan
20.000 warna.
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto
berwarna lebih mudah bila dibandingkan dengan pembedaan obyek
pada foto hitam putih.
Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yakni pembedaan
obyek pada citra yang menggunakan spektrum sempit lebih mudah
darpada pembedaan obyek pada citra yang dibuat dengan spektrum
lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna.
Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra
29. 29
multispektral. Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini
mencerminkan betapa pentingnya rona dan warna di dalam mengenali
obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau
warnanya.
Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis
batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan,
barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya.
Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.
Mengingat pentingnya rona dan warna sebagai unsur dasar, maka
perbincangannya akan melebihi unsur interpretasi lainnya.
Perbincangan rona akan meliputi: (1) cara pengukuran rona, (2) faktor
yang mempengaruhi rona, (3) cara pengukuran warna, (4) faktor yang
mempengaruhi warna.
2. Bentuk
Mencerminkan konfigurasi atau kerangka obyek, baik bentuk umum
(shape) maupun bentuk rinci (form) untuk mempermudah pengenalan
data.
3. Ukuran
Ukuran adalah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas,
volume lereng, ketinggian tempat dan kemiringan. Ukuran dapat
mencirikan obyek sehingga dapat dijadikan sebagai ciri pembeda
dengan obyek lainnya. Karena ukuran obyek pada ctra merupakan
fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur
interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.
Contoh:
Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim,
30. 30
kantor, atau industri. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila
dibandingkan dengan kantor atau industri.
Lapangan orlahraga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih
dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan
sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan sekitar 8 m x
15 m bagi lapangan bulu tangkis.
Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan
oleh volumenya. Volume kayu dapat ditaksir berdasarkan tinggi pohon,
luas hutan, serta kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon.
4. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan atau pengolangan rona pada citra.
Dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu tekstur halus, sedang dan kasar.
Contoh:
Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur
halus.
Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan
tanaman pekarangan bertekstur kasar. Permukaan air yang tenang
bertekstur halus.
5. Pola
Pola adalah kecenderungan bentuk suatu obyek , misal pola aliarn
sungai, jaringan jalan dan pemukiman penduduk. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri bagi beberapa obyek alamiah.
Contoh:
Pola aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi, litologi, dan
jenis tanah. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan.
Pola aliran yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga
pengikisan berlangsung efektif.
31. 31
Pola aliran dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba
sama dengan sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan.
Pola aliran dendritik pada umumnya terdapat pada batuan endapan
lunak, tufa vulkanik, dan endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis.
Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu
dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing
menghadap jalan.
Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah
dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
6. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada
pada daerah gelap. Obyek yang berada pada daerah gelap biasanya
tidak terlihat atau hanya samar-samar.
Meskipun demikian bayangan sering menjadi kunci penting pada
pengenalan beberapa obyek yang justru lebih tampak pada
bayangannya.
Contoh:
Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang
tinggi lebih tampak dari bayangannya.
Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis
pada foto berskala 1:5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.
Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan
7. Situs
Situs merupakan tempat kedudukan suatu obyek terhadap obyek lain di
sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung,
melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.
32. 32
Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar.
Estes dan Simonet (1975), mengartikan situs sebagai letak suatu obyek
terhadap obyek lain di sekitarnya. Di dalam pengertian ini, Monkhouse
(19740 menyebutkan situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap
wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap persil
tanahnya.
Oleh Vanzuidam (1979), situasi juga disebut situs geografi, yang
diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu daerah atau
wilayah terhadap sekitarnya.
Misalnya letak iklim yang banyak berpengaruh terhadap interpretasi
citra untuk geomorfologi.
Menurut Estes dan Simonet (1975), letak obyek terhadap bentang darat
seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering,
di sepanjang tepi sungai, dan sebagainya.
Situs semacam ini oleh Van Zuidam (1979) disebutkan situs topografi,
yaitu letak suatu obyek atau tempat terhadap daerah sekitarnya.
Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang
dipengaruhi oleh faktor situs seperti: (1) beda tinggi, (2) kecuraman
lereng, (3) keterbukaan terhadap sinar, (4) keterbukaan terhadap angin,
(5) ketersediaan air permukaan dan air tanah. Lima faktor situs ini
mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau perujudan
lainnya.
Contoh:
Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma.
Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu,
nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya menggerombol (pola)
33. 33
dan situsnya di air payau maka yang tampak pada foto tersebut
mungkin sekali nipah.
Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi
menghendari pengatusan air yang baik.
Situs permukiman memanjang pada umumnya pada igir beting pantai,
pada tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.
8. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu
dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya
suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk adanya obyek lain.
Contoh
Disamping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi
panjang serta dengan ukuran sekitar 100 x 80 m, lapangan sepakbola
ditandai dengan adanya gawang yang situsnya pada bagian tengah garis
belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang. Kalau
tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang
tampak pada foto udara berskala 1:5.000 atau lebih besar.
Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya
lebih dari satu (bercabang). Gedung sekolah disamping ditandai oleh
ukuran bangunan yang relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I,
L, atau U, juga ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga.
Pada umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah
raga di dekatnya.
34. 34
Contoh foto udara dengan skala 1 : 25.000
Hasil interpretasi:
9. Konvergensi Bukti
Di dalam mengenali sebuah obyek pada pada foto udara atau pada citra
lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur
interpretasi citra. Sebaiknya digunakan unsur interpretasi citra
sebanyak mungkin. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra
yang digunakan, semakin menciut lingkupnya ke arah titik simpul
tertentu. Inilah yang dimaksud dengan konvergensi bukti, atau bukti-
bukti yang mengarah ke satu titik simpul.
35. 35
Sebagai contoh, misalnya pada foto udara terlihat tetumbuhan yang
tajuknya berbentuk bintang.
Pohon tersebut jelas berupa pohon palma, akan tetapi
kemungkinannya masih cukup luas. Mungkin palma tersebut berupa
pohon kelapa, kelapa sawit, nipah, enau, dan sagu. Di dalam contoh ini
terdapat lima kemungkinan berdasarkan satu unsur interpretasi citra,
yaitu berdasarkan bentuk tajuk saja.
Bila ditambah satu unsur interpretasi citra lagi misalnya pola,
kemungkinannya akan menjadi lebih menciut. Misalnya saja
tetumbuhan tersebut polanya tidak teratur, maka kemungkinan yang
lima itu menciut menjadi tiga yaitu nipah, enau, atau sagu.
Pohon kelapa dan kelapa sawit pada umumnya ditanam orang dengan
pola tanam yang teratur. Kemungkinan yang tinggal tiga itu akan
menciut bila ditambah dengan satu unsur interpretasi lagi, misalnya
ukuran. Bila ukuran tetumbuhan tersebut 10 meter atau lebih, maka
kemungkinannya tinggal dua, yaitu enau atau sagu.
Nipah merupakan pohon palma yang tak berbatang yang tinggi
tajuknya hanya sekitar 3 meter atau kurang.
Bila ditambah satu unsur interpretasi citra lagi yaitu situsnya di tanah
becek dan berair payau, maka kemungkinan tersebut benar-benar
menciut menjadi satu titik simpul, yaitu bahwa yang tergambar pada
foto tersebut tidak lain kecuali sagu.
Enau merupakan tumbuhan darat yang tidak terdapat pada air payau.
2.3 Sistem Informasi Geografi (SIG)
2.3.1 Pengertian SIG
Pengertian SIG Menurut Para Ahli
36. 36
1. SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang
mampu memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisis data
serta memberi uraian (Aronoff, 1989).
2. SIG merupakan sistem komputerisasi data yang sangat penting ( Calkin &
Tomlison, 1984).
3. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa
dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di
permukaan bumi ( Rice, 2000).
4. SIG :suatu sistem perangkat yang dapat melakukan pengumpulan,
penyimpanan, pengambilan kembali, pengubahan(transformasi) dan
penayangan (visualisasi) dari data-data keruangan (spasial) untuk
kebutuhan – kebutuhan tertentu (Burrough, 1986).
5. SIG: sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan ,
memanipulasi dan menganalisis informasi geografi (Petrus Paryono).
Secara garis besar berbagai definisi mengenai SIG pada geo info adalah sama.
Bahwa sistem informasi menyangkut berbagai data geografis, perangkat
keras (hardware), dan software pendukung, serta data hasil olahan. Hal-hal
tersebut tercakup dalam komponen komponen SIG. Sistem informasi
geografis sebenarnya bukan hanya sekadar sistem tetapi merupakan suatu
teknologi. Secara terminologi SIG atau Geographic Information System (GIS)
mempunyai beberapa nama.
Nama lain dari SIG adalah Sistem Informasi Geo-Dasar (Geo-Base Information
System),
Sistem Informasi Sumber Daya Alam (Natural Resource Information System),
Sistem Informasi Keruangan (Spatial Information System),
dan Sistem Informasi Lahan (Land Information System).
37. 37
Nama-nama lain SIG, umumnya berkaitan erat dengan bidang keahlian para
pembuat perangkat lunaknya.
2.3.2 Komponen-Komponen
Komponen SIG memiliki saling keterkaitan satu dengan yang lainnya, terdiri
dari:
1. Perangkat keras computer, terdiri dari CPU, Memory, alat tambahan
seperti scanner, printer.
2. Perangkat lunak computer, terdiri atas system operasi, compiler dan
program aplikasi (arc View, Arc GIS).
3. Data Geografis
Data yang dapat diolah dalam SIG merupakan fakta-fakta di permukaan
bumi yang memiliki referensi keruangan baik referensi secara relative
maupun referensi secara absolute, dan disajikan dalam sebuah peta.
4. Sumber daya manusia.
38. 38
2.3.3 Tahapan Kerja SIG
Adapun tahapan-tahapan kerja SIG, sebagai berikut.
1. Pemasukan Data
Proses pemasukan data pada sistem Informasi Geografis bisa dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain
a. Akuisisi
Proses akuisisi, digitasi, pembangunan topologi data, tabulasi,
pemberian atribut, dan transformasi koordinat.
Proses akuisisi merupakan proses pemasukan dan perekaman data
yang kemudian diproses dalam komputer.
Langkah awal ini dilakukan dengan digitasi menggunakan perangkat
keras (hardware), seperti meja digitizer, scanner, serta komputer.
Selain hardware, proses pemasukan data ini juga membutuhkan
software. Salah satu software Sistem Informasi Geografis yang telah
banyak digunakan oleh beberapa instransi di Indonesia adalah PC Arc
Info.
Dengan menggunakan perpaduan antara hardware dan software
proses pemasukan data bisa dilakukan.
b. Digitasi
Digitasi adalah proses pengubahan data geografi menjadi data vektor.
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik, garis, dan poligon. Data spasialnya
didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian.
c. Topologi Data
Hasil konversi data analog ke format digital melalui digitasi secara
otomatis diperoleh topologi atau struktur data. Hasil digitasi sebelum
39. 39
mempunyai struktur topologi disebut data mentah dan belum bisa
diproses untuk analisis.
d. Tabulasi
Tabulasi adalah proses pemasukan data atribut melalui pembuatan
tabel. Dari data tabulasi akan membentuk basis data dalam komputer
untuk digunakan pada pengolahan selanjutanya.
e. Atribut
Apabila topologi data telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah
memberikan identitas (ID) atau label pada data-data tersebut.
f. Transformasi Koordinat
Transformasi koordinat adalah proses penyesuaian koordinat geografi
pada hasil digital yang dilakukan sebelum atau sesudah proses editing.
2. Manajemen Pengelolaan Basis Data
Dalam subsistem ini dilakukan pengolahan data dasa. Adapun proses-
proses yang dilakukan antara lain:
a. Pengarsipan
Pengarsipan dilakukan untuk menyimpan data-data yang nantinya akan
dilakukan untuk analisis. Hal ini juga berguna pada saat pemanggilan
data Kembali. Pengarsipan ini tidak hanya pada data dasar hasil digitasi,
tetapi juga pada data dasar lain.
b. Pemodelan
Pemodelan merupakan inti dari bagaimana kita memperlakukan data
untuk analisis sesuai dengan keinginan pengguna. Pada pemodelan, kita
membuat konsep bagaimana membuat atau melakukan analisis
terhadan suatu data untuk memperoleh informasi baru.
Pemodelan ini mencerminkan pola pikir kita dalam melakukan analisis
data. Pola pikir ini sering digambarkan dalam diagram alir.
40. 40
3. Manipulasi dan Analisis Data Analisis,
Data spasial dalam Sistem Informasi Geografis, antara lain:
a. Klasifikasi
Klasifikasi adalah proses mengelompokkan data yang berasal dari
peta dasar menjadi data spasial yang baru.
Contohnya mengklasifikasikan tata guna lahan untuk permukiman,
pertanian, perkebunan, atau hutan (peta tata guna lahan)
berdasarkan analisis data kemiringan atau data ketinggian (peta
topografi)
b. Overlay
Overlay adalah proses menganalisis dan mengintegrasikan dua atau
lebih data spasial yang berbeda.
Contohnya, menganalisis daerah rawan erosi dengan meng-
overlaykan (eletus susun) data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.
c. Networking
Networking adalah analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang
terdiri atas garis-garis dan titik-titik yang saling terselubung.
Analisis ini sering dipakai dalam berbagai bidang.
Misalnya, eletu jaringan telepon kabel listrik, pipa, minyak atau gas,
pipa air minum, atau saluran pembuangan.
d. Buffering
Buffering adalah proses analisis yang akan menghasilkan
buffer/penyangga yang berbentuk lingkaran atau eletus yang
melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga eletusa
mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya.
Buffer bisa digunakan misalnya untuk menentukan jalur hijau,
41. 41
menggambarkan zona ekonomi eksklusif, mengetahui luas daerah
yang mengalami tumpahan minyak di laut, dan sebaginya.
e. Tiga Dimensi
Proses analisis tiga dimensi sering digunakan untuk memudahkan
pemahaman karena data divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi.
Misalnya digunakan untuk menganalisis daerah yang akan terkenan
aliran lava jika gunung api diprediksi akan eletus.
4. Hasil/Keluaran
Data yang sudah dianalisis oleh SIG akan memberikan informasi pada
pengguna data sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan. Keluaran SIG dapat berupa peta cetakan (hard copy),
rekaman soft copy dan tayangan (display). Dengan SIG, setiap orang dapat
membuat peta dan kemudian mengubah atau memodifikasinya dengan
cepat kapan saja. Di samping itu, pengguna SIG juga dapat memproses
ulang pembuatan peta dengan tingkat ketelitian tinggi kapan saja sebagai
contoh dalam pembuatan peta Amerika Selatan berdasarkan berbagai
informasi atau tema yang tersedia.
Data yang sudah dianalisis oleh SIG akan memberikan informasi pada
pengguna data sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan. Keluaran SIG dapat berupa peta cetakan (hard copy), rekaman soft
copy dan tayangan (display). Dengan SIG, setiap orang dapat membuat peta
dan kemudian mengubah atau memodifikasinya dengan cepat kapan saja. Di
samping itu, pengguna SIG juga dapat memproses ulang pembuatan peta
dengan tingkat ketelitian tinggi kapan saja sebagai contoh dalam pembuatan
peta Amerika Selatan berdasarkan berbagai informasi atau tema yang
tersedia.
42. 42
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang kami sampaikan, dapat kami simpulkan sebagai
berikut:
1. Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan
abstrak yang ada kaitannya dengan permukaan bumi yang
digambarkan pada bidang datar.
2. Berdasarkan sumber data peta dapat diklasifikasikan menjadi peta
induk dan peta turunan.
3. Berdasarkan isi peta dibedakan menjadi peta umum dan peta
khusus (tematik).
4. Berdasarkan skala peta dapat dibedakan menjadi peta kadaster,
peta skala besar, peta skala sedang, dan peta skala kecil.
5. Peta yang baik memiliki komponen-komponen peta yaitu judul.
Garis tepi, garis astronomi, orientasi, skala, legenda, sumber dan
tahun pembuatan, serta lettering dan warna peta.
6. Penginderaan jauh adalah cara merekam objek, daerah, atau
fenomena dengan menggunakan alat perekam tanpa kontak
langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji.
7. Komponenn penginderaan jauh terdiri atas sumber tenaga,
atmosfer, interaksi antara tenaga objek, sensor, perolehan data dan
pengguna data.
8. Citra adalah gambaran suatu objek yang tampak pada cermin
melalui lensa kamera atau hasil penginderaan jauh yang dicetak.
9. Citra hasil pemnginderaan jauh dibedakan menjadi dua yaitu citra
foto dan citra non foto.
43. 43
10. Dalam menginterpretasi citra ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan yaitu rona, warna, bentuk, ukuran, tekstur, bayangan,
pola, situs dan asosiasi.
11. Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk pemasukan penyimpanan, manipulais,
menampilkan, dan menghasilkan informasi geografi besetta atribut-
atributnya.
12. SIG terdiri dari beberapa subsistem yaitu data input, data
manajemen, data manipulasi dan analisis, serta data output.
13. Komponen SIG terdiri dari beberapa subsistem yaitu data input.
Data manajemen, data manipulasi dan analisis, serta data output.
14. Citra hasil pemnginderaan jauh dibedakan menjadi dua yaitu citra
foto dan citra non foto.
15. Dalam menginterpretasi citra ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan yaitu rona, warna, bentuk, ukuran, tekstur, bayangan,
pola, situs dan asosiasi.
3.2 Saran
Demikian makalah Geografi yang dapat kami susun. Kami menyadari
bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna. Masih banyak kekurangan
yang harus kami perbaiki. Untuk itu kami sangat membuka diri terhadap
saran dari Bapak/Ibu Guru serta teman-teman sekalian.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.