1. PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE
Dosen Pengampu : Hapzi,prof,Dr,MM
Nama : Nurul Hidayah
Nim :55118110197
I. Personal ethics and business ethic
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan para
pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty
business yang bisa merugikan banyak pihak yang terkait dalam bisnis tersebut Etika bisnis
mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik (etis) agar bisnis
itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia
bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik,
dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta
tanggungjawab etis bagi pelakunya. Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan
memberikan batasan-batasan para pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak
melakukan monkey business atau dirty business yang bisa merugikan banyak pihak yang terkait
dalam bisnis tersebut
Pengertian Etika Bisnis Menurut Para Ahli
a. Velasques (2002), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
b. Hill dan Jones (1998) menyatakan bahwa etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk
membedakan antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin
perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan
masalah moral yang kompleks. Lebih jauh ia mengatakan, “Most of us already have a good sense
of what is right and what is wrong. We already know that is wrong to take action that put the
lives other risk” ("Sebagian besar dari kita sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar
dan apa yang salah. Kita sudah tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang
menempatkan risiko kehidupan yang lain.")
2. c. Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Business, Its Natura and Environment An
Introduction” memberi batasan yakni, ”business ethics is ethical standards that concern both the
ends and means of business decision making” (“Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan
dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.")
d. Definisi etika bisnis menurut Business & Society - Ethics and Stakeholder Management
(Caroll & Buchholtz, ?: dalam Iman, 2006): Ethics is the discipline that deals with what is good
and bad and with moral duty and obligation. Ethics can also be regarded as a set of moral
principles or values. Morality is a doctrine or system of moral conduct. Moral conduct refers to
that which relates to principles of right and wrong in behavior. Business ethics, therefore, is
concerned with good and bad or right and wrong behavior that takes place within a business
context. Concepts of right and wrong are increasingly being interpreted today to include the
more difficult and subtle questions of fairness, justice, and equity (Etika adalah disiplin yang
berurusan dengan apa yang baik dan buruk dan dengan tugas dan kewajiban moral. Etika juga
dapat dianggap sebagai seperangkat prinsip moral atau nilai. Moralitas adalah doktrin atau sistem
perilaku moral. moral perilaku yang didasarkan pada apa yang terkait dengan prinsip benar dan
salah dalam perilaku. Etika bisnis, oleh karena itu, terkait dengan perilaku yang baik dan buruk
atau benar dan salah yang terjadi dalam konteks bisnis. Konsep ini lebih sering diartikan benar
dan salah untuk memasukkan pertanyaan pertanyaan lebih sulit dan halus keadilan, keadilan dan
kesetaraan).
e. Sim (2003) dalam bukunya Ethics and Corporate Social Responsibility – Why Giants Fall,
menyebutkan: Ethics is a philosophical term derived from the Greek word “ethos,” meaning
character or custom. This definition is germane to effective leadership in organizations in that it
connotes an organization code conveying moral integrity and consistent values in service to the
public (Etika adalah istilah filosofis yang berasal dari "etos," kata Yunani yang berarti karakter
atau kustom. Definisi erat dengan kepemimpinan yang efektif dalam organisasi, dalam hal ini
berkonotasi kode organisasi menyampaikan integritas moral dan nilai-nilai yang konsisten dalam
pelayanan kepada masyarakat.)
Tujuan Etika Bisnis
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan para
pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty
business yang bisa merugikan banyak pihak yang terkait dalam bisnis tersebutKESIMPULAN
Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu
perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan
menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh
untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang
baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
3. 2. Personal ethic
menurut Aristoteles
Ia mendefinisikan arti etika menjadi 2 pengertian yaitu: Terminius Technicus dan Manner and
Cutom. Terminius Technicus ialah sebuah etika yang dipelajari sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari suatu problema tindakan manusia.Sedangkan Manner and Cutom adalah
sebuah pembahasan etika yang berhubungan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat
dalam diri manusia. Sangat terkait dengan “baik & buruknya” suatu perilaku, tingkah, atau
perbuatan manusia.
Principles of Personal Ethics dan Principles of Professional Ethics
a. The Meaning of Ethics.
b. Code of Ethics.
c. Introduction : Making the case for Business Ethics.
d. Business Ethics as Ethical Decision Making.
e. Business Ethics as Personal Integrity and Social Responsibility.
f. Ethics and the Law.
g. Ethics as Practical Reason
h. Ethics as measurement of Behavior
Tolak ukur Baik buruknya perbuatan tingkah laku aktifitas bisnis antara lain
Hati nurani
Kaidah emas
Penilaian umum
4. II. MORAL DAN HUKUM
Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia (bukan sebagai dosen,
fransiskan, tukang becak). Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikkannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul
salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Hukum adalah norma-norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu
demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma hukum adalah norma yang tidak dibiarkan
untuk dilanggar. Orang yang melanggar hukum pasti dikenai hukuman sebagai sanksi.Terdapat
hubungan erat antara moral dan hukum; keduanya saling mengandaikan dan sama-sama
mengatur perilaku manusia. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak berarti banyak kalau
tidak dijiwai oleh moralitas. Tanpa moralitas, hukum adalah kosong. Kualitas hukum sebagian
besar ditentukan oleh mutu moralnya. Karena itu, hukum harus selalu diukur dengan norma
moral. Produk hukum yang bersifat imoral tidak boleh tidak harus diganti bila dalam masyarakat
kesadaran moral mencapai tahap cukup matang.
Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum. Moral akan mengawang-awang kalau tidak
diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat dalam bentuk salah satunya adalah hukum.
Dengan demikian, hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas. “Menghormati milik
orang lain” misalnya merupakan prinsip moral yang penting. Ini berarti bukan saja tidak boleh
mengambil dompet orang lain tanpa izin, melainkan juga milik dalam bentuk lain termasuk milik
intelektual, hal-hal yang ditemukan atau dibuat oleh orang lain (buku, lagu, komposisi musik,
merk dagang dsb).Hal ini berlaku karena alasan etis, sehingga selalu berlaku, juga bila tidak ada
dasar hukum. Tetapi justru supaya prinsip etis ini berakar lebih kuat dalam masyarakat, kita
mengadakan persetujuan hukum tentang hak cipta, pada taraf internasional, seperti konvensi
Bern (1889).Namun perbedaan di antara keduanya perlu tetap dipertahankan dan tidak semua
norma moral dapat serta perlu dijadikan norma hukum. Kendati pemenuhan tuntutan moral
mengandaikan pemenuhan tuntutan hukum, keduanya tidak dapat disamakan begitu saja.
Kenyataan yang paling jelas membuktikan hal itu adalah terjadinya konflik antara keduanya.
Di bawah ini akan ditunjukkan beberapa poin penting perihal perbedaan antara moral dan
hukum.
Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dituliskan dan secara kurang
lebih sistematis disusun dalam kitab undang-undang. Karena itu norma yuridis
mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat lebih objektif. Sebaliknya norma moral
bersifat lebih subjef dan akibatnya lebih banyak diganggu oleh diskusi-diskusi yang
mencari kejelasan tentang apa yang dianggap etis atau tidak etis. Tentu saja di bidang
5. hukum pun terdapat banyak diskusi dan ketidakpastian tetapi di bidang moral
ketidakpastian ini lebih besar karena tidak ada pegangan tertulis.
Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut
juga sikap batin seseorang. Itulah perbedaan antara moralitas dan legalitas (bdk Kant).
Niat batin tidak termasuk jangkauan hukum. Sebaliknya dalam konteks moralitas sikap
batin sangat penting. Orang yang hanya secara lahiriah memenuhi norma-norma moral
berlaku “legalistis”. Sebab, legalisme adalah sikap memenuhi norma-norma etis secara
lahiriah saja tanpa melibatkan diri dari dalam.
Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan
moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan; orang yang melanggar hukum
akan mendapat sanksi/hukuman. Tetapi norma-norma etis tidak dapat dipaksakan.
Menjalankan paksaan dalam bidang etis tidak efektif juga. Sebab paksaan hanya dapat
menyentuh bagian luar saja, sedangkan perbuatan-perbuatan etis justru berasal dari
dalam. Satu-satunya sanksi dalam bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang
karena menuduh si pelaku tentang perbuatannya yang kurang baik.
Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Juga
kalau hukum tidak secara langsung berasal dari negara seperti hukum adat maka hukum
itu harus diakui oleh negara seupaya berlaku sebagai hukum. Moralitas didasarkan pada
norma-norma moral yang melampaui para individu dan masyarakat. Dengan cara
demokratis ataupun cara lain masyarakat dapat mengubah hukum tetapi tidak pernah
masyarakat mengubah atau membatalkan suatu norma moral. Masalah etika tidak dapat
diputuskan dengan suara terbanyak.
Berhadapan dengan latar belakang pemikiran di atas kita lantas bertanya apakah karena
persoalan moral dan hukum yang begitu erat kaitannya sehingga kasus Soeharto tidak
bisa tuntas di mejahijau. Bapak Pembangunan di satu sisi (persoalan moral) dan koruptor
(yang harus dipecahkan secara hukum) membingungkan seluruh warga bangsa ini untuk
menentukan Soeharto sebagai penjahat atau orang baik? Sulit memang jika ini menjadi
dilema politik bangsa ini.
III. ETIKET DAN PROFESIONAL HUKUM
Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku individual dalam
masyarakat beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur relasi
antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu.
Etiket berasal kata dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang
biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan
resepsi un¬tuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah
ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara
6. berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan
sikap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.
Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan kumpulan tata cara
dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain mengatakan bahwa
etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat ter¬tentu dan menjadi
norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan
menyenangkan.
Etiket didukung oleh berbagai macam nilai, antara lain;
1. nilai-nilai kepentingan umum
2. nilai-nilai kehjujuran, keterbukaan dan kebaikan
3. nilai-nilai kesejahteraan
4. nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai
5. nilai diskresi (discretion: pertimbangan) penuh piker. Mampu membedakan sesuatu yang
patut dirahasiakan dan boleh dikatakan atau tidak dirahasiakan.
o Persamaan etika dan etiket yaitu:
Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak
mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku
manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
o Perbedaan etika dan etiket yaitu:
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat
artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam
sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
3. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja
Etika
1. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika member norma tentang
perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau
tidak boleh dilakukan.
7. 2. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
3. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan
prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
IV. MANAJEMEN DAN ETIKA
Etika Manajemen
Etika (ethics) adalah satu set kepercayaan, standar, atau pemikiran yang mengisi suatu individu,
kelompok atau masyarakat. Etika juga diartikan sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau
aturan untuk bertindak (rule of conduct). Etika menyangkut perilaku, perbuatan dan sikap
manusia terhadap peristiwa penting dalam hidupnya. Isu etika hadir dalam sebuah situasi ketika
tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sebuah organisasi dapat menimbulkan manfaat atau
kerugian bagi yang lain.
o Etika dalam organisasi atau etika manajemen perhatiannya meliputi tiga hal yaitu :
1. Hubungan organisasi atau perusahaan dengan karyawan,
2. Hubungan karyawan dengan organisasi,
3. Hubungan organisasi dengan pihak luar.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Etika Manajemen
Hampir semua dilema etika melibatkan suatu konflik antara kebutuhan sebagian dan
keseluruhan individu versus organisasi, atau organisasi versus masyarakat sebagai suatu
keseluruhan. Kadang-kadang suatu keputusan etika menimbulkan konflik antara dua pihak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi etika manajemen dalam mengambil keputusan yaitu
hukum, peraturan pemerintah, kode etik industri atau perusahaan, tekanan-tekanan arsial, dan
tegangan antara standar perorangan dan kebutuhan organisasi.Para manajer yang menghadapi
jenis pilihan etis yang sulit sering memanfaatkan suatu pendekatan normatif yang berdasarkan
norma dan nilai-nilai untuk membimbing pembuatan keputusan mereka. Etika normatif
menggunakan beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan
keputusan yang etis. Empat diantaranya yang relevan bagi para manajer adalah pendekatan
manfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan pendekatan keadilan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Etis Manajer membawa pengaruh berupa kepribadian
dan perilaku terhadap pekerjaan. Kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga, dan latar belakang
agama, seluruhnya membentuk sistem nilai seorang manajer. Karakteristik pribadi yang khusus,
seperti kekuatan ekonomi, kepercayaan diri, dan rasa kemandirian yang kuat, memungkinkan
8. para manajer untuk membuat keputusan yang etis. Salah satu perilaku pribadi yang penting
adalah tahap pengembangan moral.
Riset telah menunjukkan bahwa nilai-nilai sebuah organisasi atau departemen sangat
mempengaruhi perilaku karyawan dan pembuatan keputusan. Dikebanyakan perusahaan, para
karyawan percaya bahwa jika mereka tidak mengikuti nilai-nilai etika yang diekspresikan
pekerjaan mereka akan berada dalam bahaya atau mereka tidak akan cocok berada di sana.
Budaya merupakan suatu kekuatan yang besar karena budaya mendefinisikan nilai-nilai
perusahaan. Aspek organisasi lainnya, seperti aturan dan kebijakan yang eksplisit, sistem
penghargaan, sejauh mana perusahaan memperhatikan karyawannya, sistem seleksi, penekanan
pada standar hukum dan profesional serta proses kepemimpinan dan pengambilan keputusan
juga dapat mempengaruhi nilai etika dan proses pengambilan keputusan oleh manajer.
9. DAFTAR PUSTAKA
Adheima,(2014),”etika bisnis”,“http://adheirma309.blogspot.co.id/2014/12/makalah-etika-
bisnis.html”
Husein Faisal.(2010),”moral dan hukum”,”http://dokumen.tips/documents/pengertian-etika-
https://faisalhusseiniasikin.wordpress.com/2010/04/13/perbedaan-moral-dan-hukum/bisnis-
menurut-para-ahli.html”
Official,(2016),”Etika manajemen”,”http://officialvap.blogspot.com/2016/06/etika-dalam-
manajemen.html”
Larasati,Riska,(2016),”etika bisnis”,”http://rizkalarashati.blogspot.com/2016/09/tugas-etika-bisnis-
i.html”
Ruang hampa,(2017),”etiket moral dan hukum”,”http://ruanghampa007.blogspot. com/2017/11/
pengertian-etika-etiket-moral-dan-hukum.html”
Sarungpreneur,(2016),”pengertian etika bisnis”,”http://sarungpreneur.com/teori-dan-pengertian-
etika-bisnis/2016”