Dokumen tersebut membahas krisis ekonomi dan politik di Iran dan Libya. Di Iran, nilai mata uang rupiah jatuh tajam akibat sanksi ekonomi Barat atas program nuklir Iran, menyebabkan inflasi tinggi dan pengangguran. Di Libya, perebutan kekuasaan antar milisi bersenjata menyebabkan ketidakstabilan politik dan keamanan serta pengungsian warga. Krisis di kedua negara ini berpotensi memengaruhi ekonomi negara tetangga.
1. CABARAN DAN ISU SEMASA DUNIA GCI 1022
NAMA:IRELINA BAILIN
OPSYEN:PENDIDIKAN JASMANI (SK)
NO IC:970208-12-5396
TAJUK:KRISIS EKONOMI DUNIA SEMASA
-IRAN
-LIBYA
2. KRISIS EKONOMI DI IRAN
REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Makin melemahnya nilai Rial Iran terhadap dolar memicu
bentrokan antara demonstran dan pedagang mata uang asing dengan polisi anti huru-hara
di Teheran, Rabu.
Polisi melepaskan tembakan gas air mata ke pemberontak yang menentang kebijakan
ekonomi pemerintah Ahmadinejad, yang telah memicu krisis ekonomi di Iran.
Rial Iran telah merosot ke posisi rendah terhadap dolar AS hampir setiap hari, saat sanksi
ekonomi Barat yang dijatuhkan sehubungan dengan program nuklir Iran.
Dengan nilai inflasi resmi Iran mencapai sebanyak 25 persen, kelemahan mata uang itu
melukai standard hidup rakyat dan mengancam akan menambah parah hilangnya
pekerjaan baru-baru ini di sektor industri Iran.
Bazaar utama di Teheran, salah satu daerah pertokoan utama di kota tersebut, ditutup
pada Rabu, kata beberapa saksi mata.
Seorang penjaga toko mengatakan, ketidak-stabilan rial membuat pedagang kesulitan
menetapkan harga jual yang pasti. Namun ia mengatakan bazar akan dibuka kembali pada
Kamis
Pejabat bazaar Ahmad Karimi Esfahani memberitahu Kantor Berita Buruh Iran bazaar itu
telah ditutup akibat kekhawatiran keselamatan penjaga toko, tapi direncanakan dibuka
kembali pada khamis
3. SALAH PERDAGANGAN MINYAK DAN NUKLEUR DI IRAN
Iran dibawah pemerintahan Presiden Mahmod
Ahmadinejad merupakan pemimpn Parsi yang
berani menentang semua dasar-dasar AS yang
membinasakan umat Islam seperti beraninya
pemimpin-peminpin yang digulingkang
antaranya ialah Presiden Muammar Gaddafi dan
Presiden Sddam Hussein. Iran yang kini
mempunyai kuasa tentera yang besar di rantau
Parsi dan Timur Tengah dikatakan mampu
memusnahkan Israel, sekuti kuat AS. Jika Israel
dibinasakan maka AS akan kehilang sumber
kewangan untuk menjalankan aktiviti
ketenteraan. Oleh itu pandangan bahawa Iran
layak mempunyai loji nuklear sendiri wajar
dilenyapkan dan jika boleh Iran wajib dihapuskan.
Dasar AS ialah negara yang pro AS adalah
negara baik dan sebaliknya ialah pengganas.
4. Iran tidak akan bersendirian dalam perang ini. Iran akan mendapat
sokongan kuat dari Kerajaan Lebnon, Syria dan Iraq dalam mengatasi
masalah ini. Ini kerana semua negara ini adalah pendokong fahaman
SYIAH. Mereka sanggup berkorban asalkan Iran dapat dipertahankan.
AS pula akan menggunakan kuasa veto bagimemerangi Iran. Britain,
Perancis dan sudah pasti Itali. Bantuan kewangan akan dapat
daripada Israel. Tidak dilupakan bantuan Arab Saudi keatas AS. Ini
kerana Arab Saudi sebenarnya dikuasai oleh AS sepenuhnya ekonomi
mereka. Selain daripada Makkah dan Madinah, AS menguasai sumber
ekonomi mereka. Ini kerana untuk membalas budi Tentera Bersekutu
dalam menggulingkan Pemerintah Tanah Haram terdahulu dan
menaikkan Keluarga Saud, keluarga diraja sekarang
5. Negara bekas Kesatuan Soviet Union seperti Russia akan melindungi Iran
kerana pendirian mereka tetap sama iaitu ANTI-AS. Russia yang selama ini
membekalkan bantuan ketenteraan kepada Lebnon semasa penceroboohan
Israel dan memberi latihan ketenteraan kepada tentera elit Syria. Dan jangan
ketinggalan China dan Korea Utara yang juga sefahaman dengan Russia iaitu
komunis akan sehidup semati dalam perjuagan mereka.
Kesan yang amat membimbangkan ialah Perang Nuklear. Ini kerana negara-
negara yang terlibat mempunyai kekuata nuklear yang amat besar. Jika ini
berlaku negara-negara lain akan diancam kemelesetan ekonomi, kadar inflasi
dang pengangguran yang tinggi, serta harga tenaga bahan api yang tinggi.
6. Ini kerana Iran akan menghalang penjualan minyaknya keatas barat dan
kesannya kenaikan harga minyak akan tinggi dan mengakibatkan nilai mata
wang jatuh. Penglibatan negara-negara maju akan mengakibatkan bajet
negara akan tertumpu kepada peperangan dan kesannya syarikat
perindutrianyang tidak terlibat dengan ketenteraan tidak mendapat suntikan
modal dan seterusnya pekerja akan diberhentikan bagi mengurangkan kos.
Kesan semua ini kadar inflasi akan meningkat.
7. RISIS EKONOMI DI LIBYA
Kairo, ibukota Mesir pada Senin (25/8) menjadi tuan rumah negara-negara
tetangga Libya. Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa para
menteri luar negeri dari Libya, Sudan, Tunisia, Aljazair, Chad dan Niger
berpartisipasi dalam pertemuan tersebut. Sebelumnya, pada bulan Juli,
negara-negara tetangga Libya juga menyelenggarakan pertemuan serupa.
Tampaknya pertemuan di Kairo merupakan kelanjutan dari pertemuan di Tunis.
Selama pertemuan di ibukota Tunisia, para peserta menuntut diselenggarakan
dialog nasional di Libya dan pembentukan sebuah dewan untuk
menindaklanjuti tentang bagaimana caranya untuk menyelesaikan krisis di
negara itu. Namun setelah sebulan berlalu pasca pertemuan tersebut, situasi di
Libya belum juga pulih bahkan bisa dibilang semakin parah dan menimbulkan
persoalan keamanan serius bagi negara-negara tetangganya.
8. Kondisi di Libya sekarang ini telah melampaui batas peringatan. Semua
kelompok bersenjata yang saling berseteru berdatangan ke Tripoli, dan hampir
setiap hari terjadi kontak senjata di antara mereka. Kini Tripoli, ibukota Libya,
telah berubah menjadi arena pertarungan milisi-milisi bersenjata. Mereka
saling bersaing dan berebut untuk menduduki tempat-tempat sensitif di ibukota
supaya dapat memegang pusat kebijakan dan kekuasaan di Libya.
Perang dan perebutan kekuasaan di Libya terus berkecamuk hingga sekarang.
Perang tersebut tidak hanya menimbulkan krisis politik dan keamanan di Libya,
tetapi juga akan menghancurkan infrastruktur negara itu. Tak diragukan lagi,
konflik berkepanjangan itu akan menimbulkan tragedi kemanusiaan dan
memaksa ribuan warga Libya
9. Ribuan warga Libya yang berbondong-bondong mengungsi ke negara-negara
tetangga telah menimbulkan kekhawatiran serius sehingga sebagian dari
mereka menutup perbatasan-perbatasannya dengan Libya dan tidak
mengizinkan imigran masuk ke wilayahnya. Adanya kamp-kamp di perbatasan
bersama antara Libya dan negara-negara tetangga juga telah menimbulkan
masalah baru bagi keamanan dan sosial di negara-negara itu.
Penyebaran krisis, dan yang lebih buruk lagi meluasnya terorisme dari Libya ke
negara-negara tetangga adalah kekhawatiran lain yang muncul di kawasan
tersebut. Kecemasan itulah yang mendorong negara-negara tetangga Libya
menyelenggarakan pembicaraan regional untuk mengatasi krisis yang terjadi.
Banyak pandangan dan analisa yang muncul tentang krisis di Libya. Sebagian
analis menilai situasi di Libya sekarang ini sebagai akibat dari kelompok-
kelompok dan organisasi di negara itu yang saling meminta jatah atas
kontribusi mereka di masa penggulingan diktator terbunuh Muammar Gaddafi.
10. Sementara pandangan lainnya yang mungkin lebih dekat dengan fakta menilai
Libya sebagai korban konspirasi sejumlah negara Barat, yaitu negara-negara
yang berambisi untuk mengejar kekayaan alam di Libya seperti tambang,
minyak dan energi. Mereka ingin instabilitas selalu membayangi negara
tersebut sehingga mampu menggapai tujuan-tujuannya dengan mudah.
Baru-baru ini, pesawat-pesawat tak dikenal terbang di wilayah kota Tripoli, dan
bahkan membombardir sejumlah daerah di ibukota Libya itu. Setiap dari milisi
dan kelompok yang berseteru saling menuduh melakukan penyerangan itu.
Mungkin saja pemboman itu dilakukan oleh salah satu negara anggota Pakta
Pertahanan Atlantik Utara (NATO) atau para pendukung kelompok-kelompok
teroris yang aktif di Libya yang memanfaatkan ketidakamanan di negara itu
untuk kepentingannya
11. Hingga sekarang tidak ada yang mengetahui pihak mana yang melakukan pemboman
di Tripoli. Namun yang jelas, pelakunya adalah pihak-pihak yang sedang
memanfaatkan kekacauan dan ketidakamanan di Libya. Krisis di Libya merupakan
sebuah peluang bagi kelompok-kelompok teroris didikan Barat khususnya Amerika
Serikat, dan negara-negara Arab pesisir selatan Teluk Persia untuk mencapai tujuan
ilegal mereka.
Barack Obama, Presiden AS berulang kali menegaskan bahwa jika Libya tidak mampu
menyelesaikan krisis, maka ada kemungkinan intervensi internasional di negara itu.
Pernyataan tersebut telah menimbulkan kecurigaan bahwa persoalan keamanan di
Libya ada kaitannya dengan gerakan AS yang berusaha mencapai posisi dan target
yang diinginkan Washington di negara itu.
Kecurigaan itu semakin kuat ketika bukti-bukti menunjukkan adanya hubungan
sejumlah pihak dan milisi di Libya dengan Barat. Hubungan tersebut menggambarkan
sejumlah fakta di balik krisis politik dan keamanan di negara itu. Selain itu, isu-isu
tentang pembagian Libya oleh Barat dan sejumlah pihak sebagai sebuah rencana
untuk masa depan di negara itu, semakin menambah kuat kecurigaan tersebut. (IRIB
Indonesia/RA/NA)