Endometritis dan metritis adalah infeksi rahim yang umumnya terjadi setelah persalinan. Endometritis adalah radang endometrium sedangkan metritis adalah radang otot rahim. Gejala utamanya adalah demam dan lochea berbau. Penanganannya meliputi antibiotika, analgesik, dan kuret bila diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Kelompok 4
1. Aprilia Indah Fajarwati
2. Jayani Putri lestarini
3. Mahfida Nur Afidah
4. Nur Atikah Yuliani
5. Yunita Dian Pratiwi
3. 1. ENDOMETRITIS
A. Definisi
• Endometritis adalah suatu peradangan
endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B.,
1994).
• Endometritis adalah infeksi pada
endometrium (lapisan dalam dari rahim).
(Manuaba, I. B. G., 1998).
• Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi
di endometrium, merupakan komplikasi
pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72
jam setelah melahirkan.
(Obstetri dan ginekologi universitas
Padjajaran hal: 93,1981)
4. B. Penyebab
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada
wanita adalah:
· Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
· Pecahnya ketuban berlangsung lama.
· Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya
ketuban.
· Teknik aseptik tidak dipatuhi.
· Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
· Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
· Kelahiran secara bedah.
· Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
5. Mikroorganisme :
• Campylobacter foetus
• Brucella sp.
• Vibrio sp.
• Trichomonas foetus
• Bakteri oportunistik spesifik
• Corynebacterium pyogenes,
• Eschericia coli
• Fusobacterium necrophorum
• Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat
perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui
sirkulasi darah
Trichomonas
foetus
6. Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis,
yaitu
• Retensio sekundinarum
• Distokia
• Faktor penanganan
• Aborsi
• Kelahiran kembar
• Kerusakan jalan lahir pasca persalinan
• Retensio plasenta yang mengakibatkan involusi
uterus pada periode pasca melahirkan menurun
7. C. Gambaran klinik dari endometritis (Manuaba, I. B. G., 1998) :
1. Nyeri abdomen bagian bawah.
2. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3. Kadang terjadi pendarahan.
4. Dapat terjadi penyebaran.
· Miometritis (pada otot rahim).
· Parametritis (sekitar rahim).
· Salpingitis (saluran otot).
· Ooforitis (indung telur).
· Pembentukan penahanan sehingga terjadi
abses.
8. D. Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala
endometritis meliputi:
· Takikardi 100-140 bpm.Suhu 30 – 40 derajat
celcius.
· Menggigil.
· Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
· Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
· Sub involusi.
· Distensi abdomen.
· Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau
busuk, mengandung darah seropurulen.
· Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika
disertai infeksi streptococcus.
· Jumlah sel darah putih meningkat.
9. E. Patofisiologi
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium.
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas
pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan
darah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang
meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit.
Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan
terjadilah penjalaran
10. F. Klasifikasi (winkjosastro:2002)
1. Endometritis Akuta
• Banyak terjadi pd masa Post partum
• Pada endometritis post partum regenerasi
endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga
endometritis post partum pada umumnya terjadi
sebelum hari ke-9.
• Pada endometritis akuta, endometrium mengalami
edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi
leukosit berinti polimorf yang banyak, serta
perdarahan-perdarahan interstisial
11. Gejala :
• Demam.
• Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang
keluar flour yang purulent.
• Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
• Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak
nyeri.
13. 2. Endometritis Kronik
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan
limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu
juga ditemukan dalam keadaan normal dalam
endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah
leukorea dan menorargia.
14. • Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus
karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam
kavum uteri.
Gejalanya :
• Flour albus yang keluar dari ostium.
• Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
• Terapi :
Perlu dilakukan kuretase.
15. Definisi Miometritis / Metritis
• Metritis adalah radang miometrium.
• Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu.
• Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi
merupakan lanjutan dari endometritis,
sehingga gejala dan terapinya seperti
endometritis.
17. Gejala
1. Demam
2. Keluar lochea berbau / purulent, keputihan yang berbau
3. Sakit pinggang
4. Nyeri abdomen
18. Komplikasi
Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitarnya,
seperti:
1. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
2. Salpingitis (infeksi saluran otot)
3. Ooforitis (infeksi indung telur)
4. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba
atau indung telur.
19. Klasifikasi
1. Metritis Akuta
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septic
atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak berdiri
sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi
yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan
endometrium yang meradang (endometritis) dapat
menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini
miometrium menunjukkan reaksi radang berupa
pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan
dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat
trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi
abses.
20. 2. Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat
atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari
biasa, sakit pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran
uterus pada seorang multipara umumnya disebabkan oleh
pertambahan jaringan ikat akibat kelamin.
21. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
:
a) Abses pelvik
b) Peritonitis
c) Syok septic
d) Dispareunia
e) Trombosis vena yang dalam
f) Emboli pulmonal
g) Infeksi pelvik yang menahun
h) Penyumbatan tuba dan infertilitas
22. Penatalaksanaan
1. Segera transfusi jika ada perdarahan
2. Memberikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas demam
selama 48 jam
• Ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam
• Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
• Ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
• Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, dikaji ulang
diagnosis
catatan: antibiotika oral tidak diperlukan setelah terapi suntikan
3. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan
keluarkan bekuan serta sisa kotiledon. Gunakan forceps ovum atau
kuret besar bila perlu.