SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 13
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR
DI RUANG ..................................
Disusun oleh :
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR KRURIS
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Price, 1995).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat
dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti
osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant,
1990).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi
(Doenges, 2000).
Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa.
B. Jenis Fraktur
1. Berdasarkan sifat fraktur
a. Fraktur tertutup
Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar
b. Fraktur terbuka
Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar
2. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
a. Fraktur komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran bergeser dari posisi normal)
b. Fraktur inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Misal : - Hair line fraktur
- Green stick → fraktur dimana salah satu sisi tulang patah
sedang sisi yang lain membengkok
3. Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma
a. Fraktur transversal
Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung
b. Fraktur oblik
Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan
akibat dari trauma langsung
c. Fraktur spiral
Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi
d. Fraktur kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
4. Istilah lain
a. Fraktur komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
b. Fraktur depresi
Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada
tulang tengkorak dan tulang wajah).
c. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor,
metastasis tulang).
d. Fraktur avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.
(Smelter & Bare, 2002).
C. Etiologi
1. Menurut Oswari E (1993)
a. Kekerasan langsung
Terkena pada bagian langsung trauma
b. Kekerasan tidak langsung
Terkena bukan pada bagian yang terkena trauma
c. Kekerasan akibat tarikan otot
2. Menurut Barbara C Long (1996)
a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)
b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)
c. Patah karena letih
D. Manifestasi Klinik
 Nyeri
 Deformitas (kelainan bentuk)
 Krepitasi (suara berderik)
 Bengkak
 Peningkatan temperatur lokal
 Pergerakan abnormal
 Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
 Kehilangan fungsi
(Smelter & Bare, 2002).
E. Prinsip Penatalaksanaan Dengan Konservatif & Operatif
1. Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan
terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya
infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan
adalah dengan gips dan traksi.
a. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
 Immobilisasi dan penyangga fraktur
 Istirahatkan dan stabilisasi
 Koreksi deformitas
 Mengurangi aktifitas
 Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips
adalah :
 Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
 Gips patah tidak bisa digunakan
 Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan
klien
 Jangan merusak / menekan gips
 Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
 Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
b. Traksi (mengangkat / menarik)
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali
pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa
sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
Metode pemasangan traksi antara lain :
• Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada
keadaan emergency
• Traksi mekanik, ada 2 macam :
 Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal
otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
 Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan
balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka
operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan
metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
• Mengurangi nyeri akibat spasme otot
• Memperbaiki & mencegah deformitas
• Immobilisasi
• Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
• Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
• Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
• Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan
pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
• Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
• Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
• Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
• Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman
2. Cara operatif / pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya
mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna
dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang
mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat
yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang
yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan
tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi,
fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa
pen, sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
• Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
• Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada
didekatnya
• Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
• Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
• Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-
kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan
fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan
dijalankan
PATHWAY
kondisi patologis,
osteoporosis, neoplasma
Absorbsi calcium
Rentan fraktur
Trauma Facial
Langsung/tidak langsung
Multiple Fraktur
Deprasi saraf nyeri Tindakan Bedah
perdarahan
Defisit volume
cairan
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
Pre op Intra Op Post Op
Defisit pengetahuan
Cemas
Perdarahan
Defisit volume cairan
Efek anestesi
Mual, muntah
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Luka insisi
Imflamasi bakteri
F. Diagnosa Keperawatan
 Defisit volume cairan b.d. perdarahan
 Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf
 Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
 Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. mual, muntah
 Resti infeksi b.d. imflamasi bakteri ke daerah luka
G. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam klien mampu
mengontrol nyeri, dengan kriteria hasil :
 Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
 Mengikuti program pengobatan yang diberikan
 Menunjukan penggunaan tehnik relaksasi
Intervansi :
a. Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10. Perhatikan
respon terhadap obat.
Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan
evaluasi keevektivan intervensi.
b. Motivasi penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalam dan
visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.
c. Kolaborasi pemberian obat analgesik
Resti infeksi
Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.
2. Nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nutrisi pasien
terpenuhi dengan KH:
 Makanan masuk
 BB pasien naik
 Mual, muntah hilang
Intervensi:
a. Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional: memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi pasien
b. Sajikan menu yang menarik
Rasional: Menghindari kebosanan pasien, untuh menambah ketertarikan
dalam mencoba makan yang disajikan
c. Pantau pemasukan makanan
Rasional: Mengawasi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien
d. Kolaborasi pemberian suplemen penambah nafsu makan
Rasional: kerjasama dalam pengawasan kebutuhan nutrisi pasien selama
dirawat di rumah sakit
3. Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, klien memiliki
rentang respon adaptif, dengan kriteria hasil :
 Tampak relaks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat ditangani.
 Mengakui dan mendiskusikan rasa takut.
 Menunjukkan rentang perasaan yang tepat.
Intervensi :
a. Dorong ekspresi ketakutan/marah
Rasional : Mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi.
b. Akui kenyataan atau normalitas perasaan, termasuk marah
Rasional : Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu klien melalui
penilaian awal juga selama pemulihan
c. Berikan informasi akurat tentang perkembangan kesehatan.
Rasional : Memberikan informasi yang jujur tentang apa yang diharapkan
membantu klien/orang terdekat menerima situasi lebih evektif.
d. Dorong penggunaan menejemen stres, contoh : napas dalam, bimbingan
imajinasi, visualisasi.
Rasional : membantu memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan
relaksasi, dan meningkatkan penigkatan kemampuan koping.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made
Kanosa, Edisi III. EGC Jakarta.
Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Yakarta.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi: CONSEP klinis proses-
proses penyakit. Yakarta: EGC.
Sudart dan Burnner, (1996). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC :
Jakarta.
Fraktur lp

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
Mas Mawon
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
gustians
 
PPT Ronde Keperawatan
PPT Ronde KeperawatanPPT Ronde Keperawatan
PPT Ronde Keperawatan
Novy Sari
 

La actualidad más candente (20)

Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
CEDERA KEPALA BERAT
CEDERA KEPALA BERATCEDERA KEPALA BERAT
CEDERA KEPALA BERAT
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Leaflet Isolasi sosial
Leaflet Isolasi sosialLeaflet Isolasi sosial
Leaflet Isolasi sosial
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
 
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)
 
Askep gawat darurat pada gigitan ular
Askep gawat darurat pada gigitan ularAskep gawat darurat pada gigitan ular
Askep gawat darurat pada gigitan ular
 
Asuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan GerontikAsuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan Gerontik
 
Pembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMBPembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMB
 
Manajemen Sumber Daya Keluarga (Askep Keluarga)
Manajemen Sumber Daya Keluarga (Askep Keluarga)Manajemen Sumber Daya Keluarga (Askep Keluarga)
Manajemen Sumber Daya Keluarga (Askep Keluarga)
 
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. i
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. iAsuhan keperawatan keluarga pada tn. i
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. i
 
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwaKonsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan dan kesehatan jiwa
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
PPT Ronde Keperawatan
PPT Ronde KeperawatanPPT Ronde Keperawatan
PPT Ronde Keperawatan
 
Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa Proses keperawatan kesehatan jiwa
Proses keperawatan kesehatan jiwa
 

Similar a Fraktur lp

Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femurBab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
afifub
 
Tugas andi (patah tulang)
Tugas andi (patah tulang)Tugas andi (patah tulang)
Tugas andi (patah tulang)
Canon Andi
 

Similar a Fraktur lp (20)

Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femurBab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
 
Kamis
KamisKamis
Kamis
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xiv
 
Lp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurLp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur Femur
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Fraktur AKPER MUNA
Fraktur AKPER MUNA Fraktur AKPER MUNA
Fraktur AKPER MUNA
 
PPT KEL 1 TRAUMA MUSKOLOSKETAL.pptx
PPT KEL 1 TRAUMA MUSKOLOSKETAL.pptxPPT KEL 1 TRAUMA MUSKOLOSKETAL.pptx
PPT KEL 1 TRAUMA MUSKOLOSKETAL.pptx
 
MIND MAP FRAKTUR.pdf
MIND MAP FRAKTUR.pdfMIND MAP FRAKTUR.pdf
MIND MAP FRAKTUR.pdf
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
PPT TRAUMA MUSKULOSKELTAL...........pptx
PPT TRAUMA MUSKULOSKELTAL...........pptxPPT TRAUMA MUSKULOSKELTAL...........pptx
PPT TRAUMA MUSKULOSKELTAL...........pptx
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Fraktur ASKEP FRAKTUR
Fraktur ASKEP FRAKTURFraktur ASKEP FRAKTUR
Fraktur ASKEP FRAKTUR
 
Tugas andi (patah tulang)
Tugas andi (patah tulang)Tugas andi (patah tulang)
Tugas andi (patah tulang)
 
dislokasi
dislokasidislokasi
dislokasi
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
orthofraktur).ppt
orthofraktur).pptorthofraktur).ppt
orthofraktur).ppt
 
Ppt fraktur
Ppt frakturPpt fraktur
Ppt fraktur
 
Dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
Dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA Dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA
Dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
 

Último

399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 

Último (20)

399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 

Fraktur lp

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR DI RUANG .................................. Disusun oleh :
  • 2. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR KRURIS A. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000). Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. B. Jenis Fraktur 1. Berdasarkan sifat fraktur a. Fraktur tertutup Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar b. Fraktur terbuka Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar 2. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur a. Fraktur komplit Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran bergeser dari posisi normal) b. Fraktur inkomplit
  • 3. Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang Misal : - Hair line fraktur - Green stick → fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi yang lain membengkok 3. Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma a. Fraktur transversal Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung b. Fraktur oblik Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma langsung c. Fraktur spiral Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi d. Fraktur kompresi Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) 4. Istilah lain a. Fraktur komunitif Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen b. Fraktur depresi Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah). c. Fraktur patologik Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor, metastasis tulang). d. Fraktur avulsi Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya. (Smelter & Bare, 2002).
  • 4. C. Etiologi 1. Menurut Oswari E (1993) a. Kekerasan langsung Terkena pada bagian langsung trauma b. Kekerasan tidak langsung Terkena bukan pada bagian yang terkena trauma c. Kekerasan akibat tarikan otot 2. Menurut Barbara C Long (1996) a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan) b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan) c. Patah karena letih D. Manifestasi Klinik  Nyeri  Deformitas (kelainan bentuk)  Krepitasi (suara berderik)  Bengkak  Peningkatan temperatur lokal  Pergerakan abnormal  Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)  Kehilangan fungsi (Smelter & Bare, 2002). E. Prinsip Penatalaksanaan Dengan Konservatif & Operatif 1. Cara Konservatif Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
  • 5. a. Gips Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :  Immobilisasi dan penyangga fraktur  Istirahatkan dan stabilisasi  Koreksi deformitas  Mengurangi aktifitas  Membuat cetakan tubuh orthotik Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :  Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan  Gips patah tidak bisa digunakan  Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien  Jangan merusak / menekan gips  Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk  Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama b. Traksi (mengangkat / menarik) Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain : • Traksi manual Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency • Traksi mekanik, ada 2 macam :  Traksi kulit (skin traction)
  • 6. Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.  Traksi skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal. Kegunaan pemasangan traksi, antara lain : • Mengurangi nyeri akibat spasme otot • Memperbaiki & mencegah deformitas • Immobilisasi • Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi) • Mengencangkan pada perlekatannya Prinsip pemasangan traksi : • Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik • Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan • Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus • Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol • Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai • Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman 2. Cara operatif / pembedahan Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang
  • 7. yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku. Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain : • Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah • Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya • Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai • Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain • Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus- kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan
  • 8. PATHWAY kondisi patologis, osteoporosis, neoplasma Absorbsi calcium Rentan fraktur Trauma Facial Langsung/tidak langsung Multiple Fraktur Deprasi saraf nyeri Tindakan Bedah perdarahan Defisit volume cairan Gangguan rasa nyaman : nyeri Pre op Intra Op Post Op Defisit pengetahuan Cemas Perdarahan Defisit volume cairan Efek anestesi Mual, muntah Nutrisi kurang dari kebutuhan Luka insisi Imflamasi bakteri
  • 9. F. Diagnosa Keperawatan  Defisit volume cairan b.d. perdarahan  Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf  Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri  Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. mual, muntah  Resti infeksi b.d. imflamasi bakteri ke daerah luka G. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam klien mampu mengontrol nyeri, dengan kriteria hasil :  Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol  Mengikuti program pengobatan yang diberikan  Menunjukan penggunaan tehnik relaksasi Intervansi : a. Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10. Perhatikan respon terhadap obat. Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan evaluasi keevektivan intervensi. b. Motivasi penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalam dan visualisasi. Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri. c. Kolaborasi pemberian obat analgesik Resti infeksi
  • 10. Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan. 2. Nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nutrisi pasien terpenuhi dengan KH:  Makanan masuk  BB pasien naik  Mual, muntah hilang Intervensi: a. Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering Rasional: memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi pasien b. Sajikan menu yang menarik Rasional: Menghindari kebosanan pasien, untuh menambah ketertarikan dalam mencoba makan yang disajikan c. Pantau pemasukan makanan Rasional: Mengawasi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien d. Kolaborasi pemberian suplemen penambah nafsu makan Rasional: kerjasama dalam pengawasan kebutuhan nutrisi pasien selama dirawat di rumah sakit 3. Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, klien memiliki rentang respon adaptif, dengan kriteria hasil :  Tampak relaks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat ditangani.  Mengakui dan mendiskusikan rasa takut.
  • 11.  Menunjukkan rentang perasaan yang tepat. Intervensi : a. Dorong ekspresi ketakutan/marah Rasional : Mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi. b. Akui kenyataan atau normalitas perasaan, termasuk marah Rasional : Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu klien melalui penilaian awal juga selama pemulihan c. Berikan informasi akurat tentang perkembangan kesehatan. Rasional : Memberikan informasi yang jujur tentang apa yang diharapkan membantu klien/orang terdekat menerima situasi lebih evektif. d. Dorong penggunaan menejemen stres, contoh : napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi. Rasional : membantu memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan penigkatan kemampuan koping.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta. Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa, Edisi III. EGC Jakarta. Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Yakarta. Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi: CONSEP klinis proses- proses penyakit. Yakarta: EGC. Sudart dan Burnner, (1996). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC : Jakarta.