Ulos adalah kain tenun tradisional Batak yang memiliki peran penting dalam budaya dan kehidupan masyarakat Batak. Ulos tidak hanya berfungsi sebagai pakaian tetapi juga memiliki makna filosofis dan religius yang mencerminkan identitas budaya Batak. Ulos memainkan peran sentral dalam berbagai upacara adat dan acara penting lainnya. Masyarakat Batak berharap warisan budaya ulos dapat terus dilestarikan sebagai
1. SEMINAR ULOS BATAK
UNTUK MENUJU UNESCO
Prof.M Sorimangaraja Sitanggang
5 Maret 1967
Ketua/Pendiri Yayasan Pusuk Buhit Sakti
Ketua Golongan Si Raja Batak
Guru Besar Spiritual Dunia
Guru Besar Mossak Silat Batak
MAESTRO Indonesia, Penggali Pengembangan Warisan Nusantara
2. ULOS BATAK
Sekapur Sirih
Batak adalah salah satu suku yang terbesar an tertua didunia yang
memiliki segalanya yaitu:
Aksara,Bahasa,Adat,Budaya,Hukum,Rumah,Undang-
undang,Agama,Ulos,Musik(gondang)Ikan Batak dan lain-lain. Salah
satu yang akan kita bahas hari ini adalah mengenai ULOS.
Ulos adalah yang dirakit dan ditenun dari benang hingga menjadi
sehelai kain yang dipakai para leluhur raja batak dulu. Ulos tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat batak dan bukan hanya sekedar
pakaian, namun bermakna sebagai salah satu pemersatu dalam
tatanan hidup masyarakat batak.
Dalam masyarakat batak hidup batak ada 3 nama yang dipangku oleh
orang batak selama hidup :
• Nama setelah lahir
• Nama setelah mempunyai anak
• Nama setelah mempunyai cucu
3. Selama hidup mulai dari lahir sampai ke kematian, ulos
selalu mempunyai peranan dan tidak dapat dipisahkan
dalam tatanan hidup masyarakat Batak.
Ada 3 yang tidak dapat dipisahkan dengan ulos saat
pelaksanaan menjalankan penggunaan ulos yaitu :
– Gondang (Musik Tradisional Batak)
– Tortor ( Tari )
– Ulos
Jika menortor (menari) dalam budaya batak harus
pakai ulos, artinya tidak ada tari tanpa ulos, dan
gondang. Tidak ada adat dan budaya jika tidak ada
ulos. Jadi ulos adalah tidak dapat dipisahkan dalam
tatanan hidup masyarakat Batak. Yang artinya ulos
bukan hanya sekedar pakaian tetapi mempunyai
Filosopi yang sangat tinggi dalam kehidupan
masyarakat Batak.
4. Makna Ulos
Ulos adalah pakaian berupa kain, yang ditenun oleh wanita Batak dengan
pelbagai pola, dan biasanya dijual di pekan-pekan. Menenun kain ulos
memerlukan kordinasi yang baik terhadap sejumlah besar benang menjadi
sepotong kain utuh yang digunakan untuk melindungi tubuh. Menurut konsep
orang Batak, ulos adalah suatu tindakan yang diresapi oleh suatu kualitas religius
dan magis. Oleh karena itu, dalam pembuatan dan pemungsiannya disertai
sejumlah pantanga. Dalam kepercayaan masyaakat Batak, ulos dianggap sebagai
benda yang diberkati oleh kekuatan supernatural. Panjangnya harus tepat, kalau
tidak dapat membawa kematian dan kehancuran pada tondi (roh) si penenun. Jika
ulos dibuat dengan pola tertentu maka ia dapat digunakan sebagai pembimbing
dalam kehidupan.Ulos adalah salah satu sarana yang dipakai oleh hula-hula (pihak
pemberi isteri) untuk mengalihkan sahala (kekuatan diri)nya kepada boru (pihak
penerima isteri). Ulos memancarkan pengaruh yang melindungi tidak hanya badan
tetapi juga tondi (ruh) orang yang dikenakan ulos. Kata ulos juga menjadi istilah
yang digunakan untuk pemberian berupa barang selain kain, misalnya tanah. Jika
selembar kain yang terbentang, ulos herbang diberikan, maka ulos itu pun
dibentangkan menutupi badan bagian atas dari si penerima, diiringi dengan kata-
kata yang bersesuaian seperti: “Sai horas ma helanami maruloshon ulos on,
tumpahon ni Ompunta martua Debata dohot tumpahon ni sahala nami. Artinya:
“Selamat sejahteralah kau menantu kami, semoga peruntungan baik menjadi
milikmu dengan memakai kain ini dan semoga berkat Tuhan Yang Maha Pengasih
dan sahala kami menopangmu.” Ulos yang memiliki nilai budaya paling tinggi
adalah ulos ni tondi (ulos roh), biasanya diberikan orang tua kepada anak
perempuannya, pada saat menunggu bayinya yang pertama, dan orang tua datang
untuk mangupa (memberkati)nya.
5. Pengertian Ulos selain Kain
Di antara barang-barang yang diberikan sebagai ulos, tanahlah
yang paling penting. Sama dengan kain, tanah tidak dapat diberikan
dengan arah hubungan sosial yang terbalik, yaitu dari boru kepada
hulahula. Bagi boru yang menerima ulos dalam bentuk tanah
merupakan pakaian yang tidak pernah aus, ulos na so ra buruk. Sifat
tanah yang diserahkan seperti itu kepada boru adalah untuk
selama-lamanya, sipatepate, kecuali jika ditentukan lain, atau jika
persyaratan khusus jelas terlihat pada kontrak itu Alasan tanah
menduduki tempat yang sangat penting di antara pemberian,
pertama-tama mestinya berasal dari kenyataan bahwa suatu marga
yang memerintah dan bermukim di wilayah leluhur sendiri adalah
satu-satunya kelompok yang secara kolektif memegang kekuasaan
tertinggi dalam penggunaan tanah, walaupun para anggota yang
membersihkan dan menanami bagian-bagiannya telah memilikinya.
6. Istilah Ulos dan Sejenisnya dalam
Etnik Natif “Batak”
Di Toba, Mandailing, dan Angkola disebut ulos, di
Simalungun disebut hiou, di Karo disebut uis dan di
Pakpak disebut oles. Dalam masyarakat tersebut
penggunaan istilah yang hampir sama ini memiliki
makna yang juga hampir sama. Ulos adalah kain tenun
khas Batak berbentuk selendang, yang melambangkan
ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-
anaknya atau antara seseorang dan orang lain, seperti
yang tercantum dalam filsafat Batak yang berbunyi ijuk
pengihot ni hodong. Ulos penghit ni halong, yang
artinya ijuk pengikat pelepah pada batangnya dan ulos
pengikat kasih sayang di antara sesama
7. Guna dan Fungsi Ulos
Dalam konteks budaya etnik natif Batak Sumatera
Utara, pada mulanya fungsi ulos adalah untuk
menghangatkan badan, tetapi kini ulos memiliki fungsi
simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan
orang Batak. Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
orang Batak. Setiap ulos mempunyai sifat, keadaan, fungsi,
dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Dalam
pandangan suku Batak, ada tiga unsur yang mendasarkan
dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan panas.
Dua unsur terdahulu adalah pemberian Tuhan, sedangkan
unsur ketiga tidaklah demikian. Panas yang diberikan
matahari tidaklah cukup untuk menangkis udara dingin
dipemukiman suku bangsa Batak, terutama di waktu
malam.
11. Penutup
Ulos adalah Warisan Leluhur Si Raja Batak produk
budaya, yang fungsional, mencerminakn segala ide
masyarakat Batak. Ulos adalah bagian dari identitas
kebudayaan masyarakat Batak, yang diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Hingga kini ulos tetap eksis di
tengah perubahan dunia yang begitu dahsyat, yang
diistilahkan dengan proses globalisasi. Dalam kenyataannya
budaya ulos mampu menjawab tantangan zaman, selama
berabad-abad. Semoga masyarakat Batak pendukung
budaya ulos ini, tetap menjaga kesinambungannya sebagai
bagian dari identitasnya. Martanan marbaringin, maruat
jabi-jabi, Horasmatondi madingin, tumpahon ni Omputta
Mula Jadi.
Horas...