SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 9
Descargar para leer sin conexión
PENERAPAN HUKUMAN CAMBUK TERHADAP PELAKU JARIMAH ZINA DALAM HUKUM
PIDANA ISLAM
M. Athoillah Shohibul Hikam
UIN-SALATIGA
athoillahhikam180@gmail.com
Abstrak
Islamic criminal law assumes that every adulterer or person Is sex outside of marriage
punishable? Whether the perpetrators are married or not, like it or not, is up to Jarimah
adultery (criminal) in Islamic law is classified as hudud jarimah. This The formulation of the
problem in this article is as follows, what is the law perpetrators of adultery in Islamic criminal
law, how to apply sanctions/ The punishment for adultery in Islamic criminal law, how is the
judge Legal considerations in applying spanking to adulterers based on the decision of the
Lhokseumawe Syar'iyah court. This type of research in this case This research is a normative
legal research with a legal approach. Standard Legal studies is also known as theoretical legal
studies, where law is conceptualized as what is written in the laws and regulations (laws in
books) and studies of the legal system This can be done if there are statutory provisions or
written laws. Data The collection technique used in this research is library research which
means "research to obtain something description or information about searches similar to and
related to the current issue have studied. The provisions of caning for adultery perpetrators in
Islamic criminal law are: whipped one hundred times according to the word of Allah SWT.
Surat an-Nur Paragraph 2 Whereas Article 33 (1) Aceh Qanun Number 6 of 2014 concerning
The Jinayat Law states that anyone who deliberately commits adultery is threatened 'uqubat
hudud, 100 (one hundred) whips. Aceh Qanun No 6 of 2014 is present Jinayat law does not
differentiate between muhshan and ghairu muhshan, which means adultery in Acehnese,
married and unmarried, accept weighing as much as 100 (one hundred) whips. Apply
punishment/whipping adultery punishment in Islamic criminal law must be implemented and
witnessed by a group of believers, meaning that it must be done in public and is permissible
seen by others. The goal is to find out and prevent, both for the author criminals themselves
and others.
Keyword: cambuk, jarimah, pidana Islam.
Pendahuluan
Perzinaaan dalam Hukum Islam dianggap sebagai perbuatan besar dan dianggap
sebagai jarimah. Pendapat ini disepakati oleh para ulama, kecuali perbedaan ukumnya.
Menurut beberapa ulama terlepas dari pelakunya, baik dilakukan oleh orang yang belum
menikah atau mereka yang menikah, asalkan hubungan seksual di luar kerangka pernikahan,
itu disebut perzinahan dan dianggap sebagai tindakan ilegal. Juga tidak mengurangi nilai
kepidanaanya, meskipun dilakukan dengan sengaja atau suka suka. Meskipun tidak ada yang
merasakan kerugian, perzinaan dipandang oleh Islam sebagai pelanggaran berat terhadap seks
yang sangat tercela, tidak ada preferensi dan diharamkan dalam segala keadaan.1
Sudut pandang hukum pidana Islam bahwa setiap pezina atau orang yang melakukan
hubungan kelamin di luar nikah diancam dengan hukuman, , baik pelakunya sudah kawin atau
belum, baik dilakukan suka sama suka atau tidak, karena jarimah (tindak pidana) zina dalam
hukum Islam masuk dalam kategori hudud jarimah. Jarimah hudud, yaitu jarimah (kejahatan)
yang bersifat menentukan jenis dan jumlah yang Menjadi hak Allah yaitu hak masyarakat
berarti bahwa hakim (yang berdaulat) hanya berkewajiban menerapkan hukuman berdasarkan
Quran dan Sunnah dan tidak berhak menambah atau mengurangi hukuman.2
Berhubungan dengan hukuman zina, para ulama sepakat mengkategorikan berdasarkan
status atas status yang disandang pelaku tersebut “Ada dua jenis hukuman untuk perzinaaan,
tergantung pada keaaan pelakunya apakah belum menikah (ghairu muhshan) atau sudah
menikah (muhshan)". Zina ghairu muhshan adalah perzinahan antara laki-laki dan perempuan
yang belum menikah (Lajang). hukuman zina untuk ghairu muhshan Ada dua jenis: didera
seratus kali dan diasingkan/dipenjara selama satu tahun. zina Muhshan adalah perzinahan
antara seorang pria dan wanita yang terikat oleh pernikahan (suami atau istri). Hukuman untuk
zina muhshan ini ada dua: didera seratus kali dan dilempari batu/rajam.3
Penetapan seseorang telah melakukan zina terlebih dahulu harus dibuktikan di
pengadilan agar hakim memiliki peran penting dalam memberikan bukti yang mengarah pada
perzinaan seseorang. Bukti zina adalah kesaksian (syahadah) dan pengakuan (iqrar).4
1
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm 69
2
Makhrus Munajat, Fiqh Jinayah, Nawesea Press, Yogyakarta, 2010, hlm 110
3
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 29
4
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 40
Pengertian Dan Dasar Hukum Zina
Zina dalam hukum pidana Islam adalah “perbuatan seksual yang diharamkan di
kemaluan oleh dua orang atau lebih yang bukan suami istri". Pengertian zina tidak hanya
berlaku bagi orang yang sudah memiliki pasangan, namun juga berlaku bagi yang belum
menikah.5
Perzinahan mencakup semua jenis fiqih jinayah. Zina adalah persetubuhan antara
seorang pria dengan seorang wanita yang tidak mempunyai ikatan perkawinan yang sah dan
dilakukan dengan sengaja dan tanpa unsur curiga/syubhat. Zina ditegaskan dalam Al-Qur'an
dan As-Sunnah. Hukuman bagi pezina yang belum menikah (ghairu muhsan) berdasarkan ayat
Al-Qur'an, yaitu dipukul/didera sebanyak seratus kali. Sedangkan pezina muhsa dihukum
rajam. Rajam secara harfiah berarti melepari batu. Rajam adalah melempari pezina muhsan
sampai mati.6
Dalam kamus bahasa Indonesia lengkap, zina adalah perbuatan asusila yang dilakukan
oleh seorang pria dan seorang wanita di luar ikatan perkawinan yang sah. Sedangkan Menurut
Al-Jurjani, zina dapat dikatakan ketika:
1. Adanya persetubuhan (sexual intercourse) antara dua orang yang berlawanan jenis
kelamin (heteroseksual).
2. Tidak ada kesamaan atau kesalahan (syubhat) dalam perbuatan seksual.
Para fuqaha (para ahli hukum Islam) mendefinisikan zina sebagai “hubungan seksual
dalam arti memasukkan zakar (alat kelamin laki-laki) ke dalam vagina wanita yang dinyatakan
haram, tidak karena syubhat, dan atas dasar syahwat”. Ulama Hanafiyah mendefinisikan zina
sebagai perbuatan haram pada kemaluan depan seorang wanita yang masih hidup dan bernafsu
dalam keadaan suka rela yang dilakukan oleh kemauan sendiri di wilayah-wilayah yang diatur
oleh pemerintahan Islam, yang dikuasai dan dilakukan oleh mereka yang diwajibkan
menerapkan syariat Islam. . Bukan karena dasar kepemilikan, hubungan suami istri atau
syubhat.7
Menurut ulama Syafi'iyah, zina adalah "memasukkan zakar ke dalam farji secara tidak
sah tanpa adanya keraguan dan keinginan naluriah". Secara umum zina dapat dipahami sebagai
5
Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Ghalia Indah, Jakarta, 2009. Hlm 24
6
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Al-Maarif, Bandung, 1996, hlm 86-87
7
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 37
persetubuhan yang dilakukan antara seorang pria dengan seorang wanita atas dasar hubungan
suka sama suka tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah diantara mereka.8
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa zina adalah tindakan yang
sangat dilarang dan ,merupakan dosa besar. selain itu juga akan memberikan peluang bagi
perilaku memalukan lainnya yang akan menghancurkan fondasi keluarga, akan menyebabkan
konflik dan pembunuhan, dan akan menyebarkan segala macam penyakit fisik dan mental. .
Jarimah zina termasuk dalam jarimah hudud, jarimah hudud adalah jarimah yang
terancam hukuman hadd. Had atau hudud meliputi seluruh atau sebagian jarimah, baik hudud,
qisas maupun diat itu sendiri, karena hukuman bagi semuanya telah ditentukan secara syara'.
Hal ini berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh Sayyid Sabiq yang menjelaskan bahwa hudud
adalah “hukuman yang telah ditentukan karena menjalankan hak-hak Allah. Ta’zir dan qisas
tidak termasuk kedalam hudud, karena keputusan ta'zir dibuat atas saran hakim setempat,
sedangkan qisas adalah hak manusia lain untuk menuntut balas dan keadilan.
Siapapun yaang telah melakukan perzinaaan harus diteliti jangan sampai dia salah
dalam menjatuhkan hukuman. Karena jika salah maka akan merugikan orang lain, karena
tindak pidana zina merupakan hukuman yang sangat berat bagi pelakunya. Adapun dasar
penetapan zina adalah sebagai berikut:9
1. Ada kesaksian empat orang, laki-laki, dewasa, berakal dan adil. Keempat saksi
memberikan kesaksian yang sama tentang di mana, oleh siapa, kapan dan bagaimana
cara melakukanya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak dapat
dikatakan ia telah melakukan zina.
2. Pengakuan seorang pelaku yang dewasa dan berakal.
3. Qorinah atau tanda atau indikasi.
4. Qorinah yang dapat dianggap sebagai bukti zina yang sah adalah jelasnya kehamilan
wanita yang belum menikah. (tidak ada pemerkosaan).
Pada masa awal Islam, hukuman untuk perzinaaan adalah dipenjarakan di dalam
ruangan dan disakiti, baik dengan pukulan ke tubuh maupun dengan dipermemalukan.
Dasarnya adalah firman Allah dalam Q.S. an-Nisaa’ ayat 15 dan 16, yang artinya “Dan
(terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi
8
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 6
9
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Amzah, Jakarta, 2014, hlm 14
diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi persaksian,
Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya,
atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya. Dan terhadap dua orang yang melakukan
perbuatan keji di antara kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika
keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Setelah Islam mulai berkembang, ada beberapa perubahan dalam hukuman perzinaaan
ini, yaitu dengan turunya surah An-Nur ayat 2, yang artinya “Perempuan yang berzina dan laki-
laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan
janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,
jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa hukuman adalah tanggapan yang tepat
atas perbuatan pelaku kejahatan yang menyebabkan orang lain menjadi korban atas
perbuatannya. Adapun dasar penjatuhan hukuman tersebut antaranya Q.S. Shad ayat 26, yang
artinya “Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamudari jalan Allah. Sesungguhnya orang- orang
yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan”.
Dengan diturunkannya surat An-Nur ayat 2 dan sabda Nabi Muhammad SAW ini, maka
hukuman zina yang tertera pada ayat 15 dan 16 Surat An-Nisaa di atas dihapuskan (mansukh).
Maka hukuman zina berdasarkan ayat dan hadits di atas dibagi menjadi dua bagian sebagai
berikut :10
1. Seratus pukulan dan satu tahun pengasingan bagi pezina yang belum berkeluarga
(ghairu muhshan).
2. Melempar batu/rajam kepada yang berkeluarga(muhshan) selain dipukul dengan
seratus kali cambukan.
10
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 28
Ulama yang tidak menerima nasikh mansukh, surah an-Nisaa' ayat 15-16 tetap berlaku
dan tidak dihapus oleh surah an-Nur ayat 2. Hanya saja penggunaan dan penerapannya berbeda.
Ayat 15 Surat an-Nisaa berlaku untuk wanita yang melakukan hubungan intim dengan wanita
(lesbian), sedangkan ayat 16 berlaku untuk laki-laki yang melakukan homoseksualitas (liwath),
dan Ayat 2 Surat an-Nur berlaku untuk laki-laki atau perempuan yang berzina. Dari ayat dan
hadits yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa ada dua bentuk hukuman zina,
tergantung pada status pelakunya, apakah dia lajang (ghairu muhshan) atau menikah
(muhshan).
Penerapan Hukuman Cambuk Terhadap Pelaku Jarimah Zina
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dikenal sebagai Serambi Mekkah
merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang menganut Syariat Islam dan
memberlakukan hukuman cambuk bagi pelanggarnya. Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014
tentang Hukum Jinayat bahwa penegakan hukum cambuk khususnya untuk pelaku khalwat di
aceh agar dapat memberikan efek jera kepada pelaku khalwat.
Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat hendaknya menjadi
peringatan bagi masyarakat pada umumnya untuk menjauhi dan mengawasi setiap anggota
keluarga pada khususnya dan anggota masyarakat pada umumnya agar terhindar dari hal-hal
yang mengarah kepada perbuatan yang tidak baik, yang dekat dengan tindak pidana zina. Zina
merupakan kesalahan dalam hukum hudud. Hukuman pidana zina dijelaskan dalam Qanun
Jinayat Aceh pada bagian kelima tentang zina. Pasal 33 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Hukum Jinayat menyebutkan :
1. Barang siapa dengan sengaja melakukan kejahatan terhadap Jarimah Zina diancam
dengan 'Uqubat Hudud cambuk sebanyak 100 (seratus) kali.
2. Barang siapa mengulangi perbuatan yang disebutkan dalam ayat (1) diancam dengan
cambuk 'Uqubat Hudud sebanyak 100 (seratus) kali dan kemungkinan disertai dengan
'Uqubat Ta'zir dengan pidana denda paling banyak 120 (seratus dua puluh) gram emas
murni atau 'Uqubat Ta' zir d kurungan paling lama 12 (dua belas) bulan.
3. Setiap orang dan/atau badan usaha yang dengan sengaja menyediakan memasang atau
mempromosikan Jarimah Zina, diancam dengan 'Uqubat Ta'zir cambukan sampai
dengan 100 (seratus) dan/atau denda sampai dengan 1000 (seribu) gram emas murni
dan/atau pidana penjara paling lama 100 (seratus) bulan.
Pasal 33 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat mengatur tentang hukuman
bagi siapa saja yang dengan sengaja melakukan zina yaitu cambuk 100 kali, baik pezina yang
sudah menikah (mushan) maupun yang melakukan zina belum pernah menikah (ghairu
muhshan). Apalagi siapa pun yang melakukan perzinahan lagi harus dikenai Sanksi hadd zina
adalah cambuk 100 kali dengan hukuman ta'zir. pasal ini juga menetapkan bahwa setiap orang
perseorangan dan/atau badan usaha dengan sengaja memberikan kemudahan atau mendorong
zina, mereka dikenakan had zina dan/atau disertai dengan hukuman ta'zir. Larangan zina di
Aceh sejalan dengan pandangan Imam Madzhab bahwa zina dilarang karena banyaknya
dampak negatif yang ditimbulkannya, sedangkan dalam hal pembagian pelaku zina, Qanun
Jinayat Aceh tidak sesuai dengan niatnya. Imam madzhab, yang membagi zina menjadi dua,
yaitu zina mushan, yang dihukum dengan cambukan 100 (seratus) disertai dengan pengasingan,
dan ghairu muhshan, yang dapat dirajam. Di Qanun Jinayat Aceh pezina diancam dengan
pidana paling banyak 100 (seratus) kali cambuk atau 100 (seratus) kali cambuk. cambuk
menambahkan ta'zir terlepas dari status penulisnya.
Qanun Jinayat Aceh juga memberikan hukuman berat bagi orang dewasa yang
melakukan perzinaan dengan anak di bawah umur. Aturan ini tertuang dalam Pasal 34 Qanun
Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat sebagai berikut: “Setiap Orang dewasa
yang melakukan Zina dengan anak, selain diancam dengan ‘Uqubat Hudud sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dapat ditambah dengan ‘Uqubat Ta’zir cambuk paling
banyak 100 (seratus) kali atau denda paling banyak 1.000 (seribu) gram emas murni atau
penjara paling lama 100 (seratus) bulan”.
Dalam Pasal 34, pidana yang ditentukan adalah maksimum pidana zina, yaitu cambuk
100 (seratus) ditambah pidana ta'zir. hukuman tambahan ditentukan oleh hakim berapa
pidananya sepanjang tidak melampaui batas diidentifikasi oleh Qanun.11
Selain itu, Qanun Jinayat Aceh juga mengatur tentang ibu hamil diluar nikah Pasal 36
Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Jinayat sebagai berikut : “Seorang wanita hamil di
luar nikah tidak dapat dituntut atas tindak pidana Jarimah Zina tanpa bukti yang cukup”.
Pasal 36 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang hukum Jinayat menurut pendapat
mayoritas ulama madzhab yang menganggap bahwa hukuman tidak dapat dijatuhkan jika
hanya ada bukti kehamilan saja tanpa ada bukti yang sah, aturan lain. Di Provinsi Aceh, zina
11
Nasrullah Yahya, “Legislasi Hukum Positif (Fikih) Aceh: Tinjauan Pergumulan Qanun Hukum Jinayah”,
Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan,XIV, 2 (Desember, 2018, hlm 159
diatur dalam Bagian V tentang zina dalam Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014. Bagi siapa saja yang
melakukan zina, dikenakan hukuman cambuk 100 kali bagi dua orang pezina yang telah
menikah atau masih belum menikah. Selain itu, Qanun Jinayat Aceh juga menghukum zina
dengan 100 kali cambukan dan dapat dibarengi dengan hukuman ta’zir bagi pelanggar
berulang, organisasi bisnis atau individu yang memberi dasar atau mempromosikan zina, zina
dewasa dengan anak di bawah umur dan pelaku. pezina, yang dengan sengaja melakukan zina
dengan mahramnya.
Tentang hukuman zina, Qanun Aceh No 6 Tahun 2014 Mengenai hukum Jinayat, tidak
sepenuhnya menerima pendapat para imam madzhab. Pemerintah Aceh pun melakukan
reformasi dengan melaksanakan ijtihad sendiri sesuai dengan adat dan kondisi masyarakat
Aceh. Mereka mencoba menerapkan peraturan lama yang dianggap baik dan penelitian untuk
membangun peraturan baru yang lebih baik dan lebih baik untuk diterapkan.
Kesimpulan
Ketentuan tentang hukuman cambuk bagi pezina dalam hukum pidana Islam dicambuk ratusan
kali berdasarkan firman Allah SWT. an-Nur ayat 2 sedangkan Pasal 33(1) Qanun Aceh nomor
6 tahun 2014 tentang hukum Jinayat menyatakan bahwa barang siapa dengan sengaja
melakukan zina diancam dengan pemukulan 'uqubat hudud sebanyak 100 (seratus) kali. Qanun
Aceh No. 6 Tahun 2014 tentang hukum Jinayat tidak membedakan antara pezina muhshan dan
ghairu muhshan, artinya pezina di Aceh, menikah dan tidak menikah, mendapat hukuman yang
sama beratnya, yaitu cambuk 100 (seratus). Penjatuhan sanksi/hukuman bagi pezina dalam
hukum pidana Islam harus dilakukan dan disaksikan oleh sekelompok orang yang beriman,
yaitu harus berada di tempat umum, terlihat oleh orang lain, untuk kepentingan penyidikan dan
pencegahan, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain. Pertimbangan yuridis dalam
menerapkan hukum tamparan terhadap pelaku zina berdasarkan putusan Mahkamah Syar'iyah
Lhokseumawe No. 4/JN/2018/MS.Lsm adalah para terdakwa yang divonis dengan sengaja
melakukan zina, oleh karena itu berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (1) Qanun Aceh No. 6
Tahun 2014 tentang hukum Jinayat, para terdakwa diancam dengan 'Uqubat hudud cambuk
100 (seratus) kali.
Daftar Pustaka
Nasrullah Yahya, “Legislasi Hukum Positif (Fikih) Aceh: Tinjauan Pergumulan Qanun
Hukum Jinayah”, Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan,XIV, 2
(Desember, 2018
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Amzah, Jakarta, 2014,
Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Ghalia Indah, Jakarta, 2009
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Al-Maarif, Bandung, 1996
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2009
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Pustaka Setia, Bandung, 2010
Makhrus Munajat, Fiqh Jinayah, Nawesea Press, Yogyakarta, 2010
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta,
2006
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006

Más contenido relacionado

Similar a 08_33020210054_M. Atho'illah Shohibul Hikam.pdf

4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Presentation1 tugas agama
Presentation1 tugas agamaPresentation1 tugas agama
Presentation1 tugas agamaRina Sintia
 
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA FajarNajmudin
 
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
Perkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamPerkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamArra Asri
 
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih IslamKawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih IslamRendra Fahrurrozie
 
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif IslamPengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif IslamMohd Firdaus Zakaria
 
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas XModul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas XInsan Cendikia6f
 
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas xMenjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas xFirdausSatifah
 
pacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islampacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islamVivi Narwastu
 
makalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docxmakalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docxrusmanwarsit0
 
pernikahan dalam islam
pernikahan dalam islampernikahan dalam islam
pernikahan dalam islamaamridwan
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifRizki Gumilar
 
Jenayah Dalam Islam yang terkandung dalam
Jenayah Dalam Islam yang terkandung dalamJenayah Dalam Islam yang terkandung dalam
Jenayah Dalam Islam yang terkandung dalamzryahmadZAA
 

Similar a 08_33020210054_M. Atho'illah Shohibul Hikam.pdf (20)

4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Presentation1 tugas agama
Presentation1 tugas agamaPresentation1 tugas agama
Presentation1 tugas agama
 
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
 
BAB 6.pptx
BAB 6.pptxBAB 6.pptx
BAB 6.pptx
 
Ta'aruf dalam Islam
Ta'aruf dalam IslamTa'aruf dalam Islam
Ta'aruf dalam Islam
 
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
PERZINAAN.KEL 3.pptx
PERZINAAN.KEL 3.pptxPERZINAAN.KEL 3.pptx
PERZINAAN.KEL 3.pptx
 
Perkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamPerkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islam
 
Perkahwinan islam
Perkahwinan islamPerkahwinan islam
Perkahwinan islam
 
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih IslamKawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
Kawin Kontrak (Mut'ah) dan Siri dalam Tinjauan Fikih Islam
 
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif IslamPengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
 
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas XModul Mata Pelajaran PAI Kelas X
Modul Mata Pelajaran PAI Kelas X
 
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas xMenjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
 
pacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islampacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islam
 
makalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docxmakalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docx
 
Makalah poligami
Makalah poligami Makalah poligami
Makalah poligami
 
pernikahan dalam islam
pernikahan dalam islampernikahan dalam islam
pernikahan dalam islam
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
 
Jenayah Dalam Islam yang terkandung dalam
Jenayah Dalam Islam yang terkandung dalamJenayah Dalam Islam yang terkandung dalam
Jenayah Dalam Islam yang terkandung dalam
 

Más de RINIRISDAYANTI0125

kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxkelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxRINIRISDAYANTI0125
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdfRINIRISDAYANTI0125
 
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 

Más de RINIRISDAYANTI0125 (20)

kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxkelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
 
kelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptxkelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptx
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
 
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
 
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
 
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
 
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
 
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
 
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
 
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
 
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
 
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
 
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
 
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
 

Último

PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Último (20)

PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

08_33020210054_M. Atho'illah Shohibul Hikam.pdf

  • 1. PENERAPAN HUKUMAN CAMBUK TERHADAP PELAKU JARIMAH ZINA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM M. Athoillah Shohibul Hikam UIN-SALATIGA athoillahhikam180@gmail.com Abstrak Islamic criminal law assumes that every adulterer or person Is sex outside of marriage punishable? Whether the perpetrators are married or not, like it or not, is up to Jarimah adultery (criminal) in Islamic law is classified as hudud jarimah. This The formulation of the problem in this article is as follows, what is the law perpetrators of adultery in Islamic criminal law, how to apply sanctions/ The punishment for adultery in Islamic criminal law, how is the judge Legal considerations in applying spanking to adulterers based on the decision of the Lhokseumawe Syar'iyah court. This type of research in this case This research is a normative legal research with a legal approach. Standard Legal studies is also known as theoretical legal studies, where law is conceptualized as what is written in the laws and regulations (laws in books) and studies of the legal system This can be done if there are statutory provisions or written laws. Data The collection technique used in this research is library research which means "research to obtain something description or information about searches similar to and related to the current issue have studied. The provisions of caning for adultery perpetrators in Islamic criminal law are: whipped one hundred times according to the word of Allah SWT. Surat an-Nur Paragraph 2 Whereas Article 33 (1) Aceh Qanun Number 6 of 2014 concerning The Jinayat Law states that anyone who deliberately commits adultery is threatened 'uqubat hudud, 100 (one hundred) whips. Aceh Qanun No 6 of 2014 is present Jinayat law does not differentiate between muhshan and ghairu muhshan, which means adultery in Acehnese, married and unmarried, accept weighing as much as 100 (one hundred) whips. Apply punishment/whipping adultery punishment in Islamic criminal law must be implemented and witnessed by a group of believers, meaning that it must be done in public and is permissible seen by others. The goal is to find out and prevent, both for the author criminals themselves and others. Keyword: cambuk, jarimah, pidana Islam.
  • 2. Pendahuluan Perzinaaan dalam Hukum Islam dianggap sebagai perbuatan besar dan dianggap sebagai jarimah. Pendapat ini disepakati oleh para ulama, kecuali perbedaan ukumnya. Menurut beberapa ulama terlepas dari pelakunya, baik dilakukan oleh orang yang belum menikah atau mereka yang menikah, asalkan hubungan seksual di luar kerangka pernikahan, itu disebut perzinahan dan dianggap sebagai tindakan ilegal. Juga tidak mengurangi nilai kepidanaanya, meskipun dilakukan dengan sengaja atau suka suka. Meskipun tidak ada yang merasakan kerugian, perzinaan dipandang oleh Islam sebagai pelanggaran berat terhadap seks yang sangat tercela, tidak ada preferensi dan diharamkan dalam segala keadaan.1 Sudut pandang hukum pidana Islam bahwa setiap pezina atau orang yang melakukan hubungan kelamin di luar nikah diancam dengan hukuman, , baik pelakunya sudah kawin atau belum, baik dilakukan suka sama suka atau tidak, karena jarimah (tindak pidana) zina dalam hukum Islam masuk dalam kategori hudud jarimah. Jarimah hudud, yaitu jarimah (kejahatan) yang bersifat menentukan jenis dan jumlah yang Menjadi hak Allah yaitu hak masyarakat berarti bahwa hakim (yang berdaulat) hanya berkewajiban menerapkan hukuman berdasarkan Quran dan Sunnah dan tidak berhak menambah atau mengurangi hukuman.2 Berhubungan dengan hukuman zina, para ulama sepakat mengkategorikan berdasarkan status atas status yang disandang pelaku tersebut “Ada dua jenis hukuman untuk perzinaaan, tergantung pada keaaan pelakunya apakah belum menikah (ghairu muhshan) atau sudah menikah (muhshan)". Zina ghairu muhshan adalah perzinahan antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah (Lajang). hukuman zina untuk ghairu muhshan Ada dua jenis: didera seratus kali dan diasingkan/dipenjara selama satu tahun. zina Muhshan adalah perzinahan antara seorang pria dan wanita yang terikat oleh pernikahan (suami atau istri). Hukuman untuk zina muhshan ini ada dua: didera seratus kali dan dilempari batu/rajam.3 Penetapan seseorang telah melakukan zina terlebih dahulu harus dibuktikan di pengadilan agar hakim memiliki peran penting dalam memberikan bukti yang mengarah pada perzinaan seseorang. Bukti zina adalah kesaksian (syahadah) dan pengakuan (iqrar).4 1 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm 69 2 Makhrus Munajat, Fiqh Jinayah, Nawesea Press, Yogyakarta, 2010, hlm 110 3 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 29 4 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 40
  • 3. Pengertian Dan Dasar Hukum Zina Zina dalam hukum pidana Islam adalah “perbuatan seksual yang diharamkan di kemaluan oleh dua orang atau lebih yang bukan suami istri". Pengertian zina tidak hanya berlaku bagi orang yang sudah memiliki pasangan, namun juga berlaku bagi yang belum menikah.5 Perzinahan mencakup semua jenis fiqih jinayah. Zina adalah persetubuhan antara seorang pria dengan seorang wanita yang tidak mempunyai ikatan perkawinan yang sah dan dilakukan dengan sengaja dan tanpa unsur curiga/syubhat. Zina ditegaskan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Hukuman bagi pezina yang belum menikah (ghairu muhsan) berdasarkan ayat Al-Qur'an, yaitu dipukul/didera sebanyak seratus kali. Sedangkan pezina muhsa dihukum rajam. Rajam secara harfiah berarti melepari batu. Rajam adalah melempari pezina muhsan sampai mati.6 Dalam kamus bahasa Indonesia lengkap, zina adalah perbuatan asusila yang dilakukan oleh seorang pria dan seorang wanita di luar ikatan perkawinan yang sah. Sedangkan Menurut Al-Jurjani, zina dapat dikatakan ketika: 1. Adanya persetubuhan (sexual intercourse) antara dua orang yang berlawanan jenis kelamin (heteroseksual). 2. Tidak ada kesamaan atau kesalahan (syubhat) dalam perbuatan seksual. Para fuqaha (para ahli hukum Islam) mendefinisikan zina sebagai “hubungan seksual dalam arti memasukkan zakar (alat kelamin laki-laki) ke dalam vagina wanita yang dinyatakan haram, tidak karena syubhat, dan atas dasar syahwat”. Ulama Hanafiyah mendefinisikan zina sebagai perbuatan haram pada kemaluan depan seorang wanita yang masih hidup dan bernafsu dalam keadaan suka rela yang dilakukan oleh kemauan sendiri di wilayah-wilayah yang diatur oleh pemerintahan Islam, yang dikuasai dan dilakukan oleh mereka yang diwajibkan menerapkan syariat Islam. . Bukan karena dasar kepemilikan, hubungan suami istri atau syubhat.7 Menurut ulama Syafi'iyah, zina adalah "memasukkan zakar ke dalam farji secara tidak sah tanpa adanya keraguan dan keinginan naluriah". Secara umum zina dapat dipahami sebagai 5 Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Ghalia Indah, Jakarta, 2009. Hlm 24 6 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Al-Maarif, Bandung, 1996, hlm 86-87 7 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 37
  • 4. persetubuhan yang dilakukan antara seorang pria dengan seorang wanita atas dasar hubungan suka sama suka tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah diantara mereka.8 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa zina adalah tindakan yang sangat dilarang dan ,merupakan dosa besar. selain itu juga akan memberikan peluang bagi perilaku memalukan lainnya yang akan menghancurkan fondasi keluarga, akan menyebabkan konflik dan pembunuhan, dan akan menyebarkan segala macam penyakit fisik dan mental. . Jarimah zina termasuk dalam jarimah hudud, jarimah hudud adalah jarimah yang terancam hukuman hadd. Had atau hudud meliputi seluruh atau sebagian jarimah, baik hudud, qisas maupun diat itu sendiri, karena hukuman bagi semuanya telah ditentukan secara syara'. Hal ini berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh Sayyid Sabiq yang menjelaskan bahwa hudud adalah “hukuman yang telah ditentukan karena menjalankan hak-hak Allah. Ta’zir dan qisas tidak termasuk kedalam hudud, karena keputusan ta'zir dibuat atas saran hakim setempat, sedangkan qisas adalah hak manusia lain untuk menuntut balas dan keadilan. Siapapun yaang telah melakukan perzinaaan harus diteliti jangan sampai dia salah dalam menjatuhkan hukuman. Karena jika salah maka akan merugikan orang lain, karena tindak pidana zina merupakan hukuman yang sangat berat bagi pelakunya. Adapun dasar penetapan zina adalah sebagai berikut:9 1. Ada kesaksian empat orang, laki-laki, dewasa, berakal dan adil. Keempat saksi memberikan kesaksian yang sama tentang di mana, oleh siapa, kapan dan bagaimana cara melakukanya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak dapat dikatakan ia telah melakukan zina. 2. Pengakuan seorang pelaku yang dewasa dan berakal. 3. Qorinah atau tanda atau indikasi. 4. Qorinah yang dapat dianggap sebagai bukti zina yang sah adalah jelasnya kehamilan wanita yang belum menikah. (tidak ada pemerkosaan). Pada masa awal Islam, hukuman untuk perzinaaan adalah dipenjarakan di dalam ruangan dan disakiti, baik dengan pukulan ke tubuh maupun dengan dipermemalukan. Dasarnya adalah firman Allah dalam Q.S. an-Nisaa’ ayat 15 dan 16, yang artinya “Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi 8 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 6 9 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Amzah, Jakarta, 2014, hlm 14
  • 5. diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya. Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Setelah Islam mulai berkembang, ada beberapa perubahan dalam hukuman perzinaaan ini, yaitu dengan turunya surah An-Nur ayat 2, yang artinya “Perempuan yang berzina dan laki- laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa hukuman adalah tanggapan yang tepat atas perbuatan pelaku kejahatan yang menyebabkan orang lain menjadi korban atas perbuatannya. Adapun dasar penjatuhan hukuman tersebut antaranya Q.S. Shad ayat 26, yang artinya “Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamudari jalan Allah. Sesungguhnya orang- orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”. Dengan diturunkannya surat An-Nur ayat 2 dan sabda Nabi Muhammad SAW ini, maka hukuman zina yang tertera pada ayat 15 dan 16 Surat An-Nisaa di atas dihapuskan (mansukh). Maka hukuman zina berdasarkan ayat dan hadits di atas dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut :10 1. Seratus pukulan dan satu tahun pengasingan bagi pezina yang belum berkeluarga (ghairu muhshan). 2. Melempar batu/rajam kepada yang berkeluarga(muhshan) selain dipukul dengan seratus kali cambukan. 10 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 28
  • 6. Ulama yang tidak menerima nasikh mansukh, surah an-Nisaa' ayat 15-16 tetap berlaku dan tidak dihapus oleh surah an-Nur ayat 2. Hanya saja penggunaan dan penerapannya berbeda. Ayat 15 Surat an-Nisaa berlaku untuk wanita yang melakukan hubungan intim dengan wanita (lesbian), sedangkan ayat 16 berlaku untuk laki-laki yang melakukan homoseksualitas (liwath), dan Ayat 2 Surat an-Nur berlaku untuk laki-laki atau perempuan yang berzina. Dari ayat dan hadits yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa ada dua bentuk hukuman zina, tergantung pada status pelakunya, apakah dia lajang (ghairu muhshan) atau menikah (muhshan). Penerapan Hukuman Cambuk Terhadap Pelaku Jarimah Zina Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dikenal sebagai Serambi Mekkah merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang menganut Syariat Islam dan memberlakukan hukuman cambuk bagi pelanggarnya. Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat bahwa penegakan hukum cambuk khususnya untuk pelaku khalwat di aceh agar dapat memberikan efek jera kepada pelaku khalwat. Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat hendaknya menjadi peringatan bagi masyarakat pada umumnya untuk menjauhi dan mengawasi setiap anggota keluarga pada khususnya dan anggota masyarakat pada umumnya agar terhindar dari hal-hal yang mengarah kepada perbuatan yang tidak baik, yang dekat dengan tindak pidana zina. Zina merupakan kesalahan dalam hukum hudud. Hukuman pidana zina dijelaskan dalam Qanun Jinayat Aceh pada bagian kelima tentang zina. Pasal 33 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat menyebutkan : 1. Barang siapa dengan sengaja melakukan kejahatan terhadap Jarimah Zina diancam dengan 'Uqubat Hudud cambuk sebanyak 100 (seratus) kali. 2. Barang siapa mengulangi perbuatan yang disebutkan dalam ayat (1) diancam dengan cambuk 'Uqubat Hudud sebanyak 100 (seratus) kali dan kemungkinan disertai dengan 'Uqubat Ta'zir dengan pidana denda paling banyak 120 (seratus dua puluh) gram emas murni atau 'Uqubat Ta' zir d kurungan paling lama 12 (dua belas) bulan. 3. Setiap orang dan/atau badan usaha yang dengan sengaja menyediakan memasang atau mempromosikan Jarimah Zina, diancam dengan 'Uqubat Ta'zir cambukan sampai dengan 100 (seratus) dan/atau denda sampai dengan 1000 (seribu) gram emas murni dan/atau pidana penjara paling lama 100 (seratus) bulan.
  • 7. Pasal 33 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat mengatur tentang hukuman bagi siapa saja yang dengan sengaja melakukan zina yaitu cambuk 100 kali, baik pezina yang sudah menikah (mushan) maupun yang melakukan zina belum pernah menikah (ghairu muhshan). Apalagi siapa pun yang melakukan perzinahan lagi harus dikenai Sanksi hadd zina adalah cambuk 100 kali dengan hukuman ta'zir. pasal ini juga menetapkan bahwa setiap orang perseorangan dan/atau badan usaha dengan sengaja memberikan kemudahan atau mendorong zina, mereka dikenakan had zina dan/atau disertai dengan hukuman ta'zir. Larangan zina di Aceh sejalan dengan pandangan Imam Madzhab bahwa zina dilarang karena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkannya, sedangkan dalam hal pembagian pelaku zina, Qanun Jinayat Aceh tidak sesuai dengan niatnya. Imam madzhab, yang membagi zina menjadi dua, yaitu zina mushan, yang dihukum dengan cambukan 100 (seratus) disertai dengan pengasingan, dan ghairu muhshan, yang dapat dirajam. Di Qanun Jinayat Aceh pezina diancam dengan pidana paling banyak 100 (seratus) kali cambuk atau 100 (seratus) kali cambuk. cambuk menambahkan ta'zir terlepas dari status penulisnya. Qanun Jinayat Aceh juga memberikan hukuman berat bagi orang dewasa yang melakukan perzinaan dengan anak di bawah umur. Aturan ini tertuang dalam Pasal 34 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat sebagai berikut: “Setiap Orang dewasa yang melakukan Zina dengan anak, selain diancam dengan ‘Uqubat Hudud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dapat ditambah dengan ‘Uqubat Ta’zir cambuk paling banyak 100 (seratus) kali atau denda paling banyak 1.000 (seribu) gram emas murni atau penjara paling lama 100 (seratus) bulan”. Dalam Pasal 34, pidana yang ditentukan adalah maksimum pidana zina, yaitu cambuk 100 (seratus) ditambah pidana ta'zir. hukuman tambahan ditentukan oleh hakim berapa pidananya sepanjang tidak melampaui batas diidentifikasi oleh Qanun.11 Selain itu, Qanun Jinayat Aceh juga mengatur tentang ibu hamil diluar nikah Pasal 36 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Jinayat sebagai berikut : “Seorang wanita hamil di luar nikah tidak dapat dituntut atas tindak pidana Jarimah Zina tanpa bukti yang cukup”. Pasal 36 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang hukum Jinayat menurut pendapat mayoritas ulama madzhab yang menganggap bahwa hukuman tidak dapat dijatuhkan jika hanya ada bukti kehamilan saja tanpa ada bukti yang sah, aturan lain. Di Provinsi Aceh, zina 11 Nasrullah Yahya, “Legislasi Hukum Positif (Fikih) Aceh: Tinjauan Pergumulan Qanun Hukum Jinayah”, Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan,XIV, 2 (Desember, 2018, hlm 159
  • 8. diatur dalam Bagian V tentang zina dalam Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014. Bagi siapa saja yang melakukan zina, dikenakan hukuman cambuk 100 kali bagi dua orang pezina yang telah menikah atau masih belum menikah. Selain itu, Qanun Jinayat Aceh juga menghukum zina dengan 100 kali cambukan dan dapat dibarengi dengan hukuman ta’zir bagi pelanggar berulang, organisasi bisnis atau individu yang memberi dasar atau mempromosikan zina, zina dewasa dengan anak di bawah umur dan pelaku. pezina, yang dengan sengaja melakukan zina dengan mahramnya. Tentang hukuman zina, Qanun Aceh No 6 Tahun 2014 Mengenai hukum Jinayat, tidak sepenuhnya menerima pendapat para imam madzhab. Pemerintah Aceh pun melakukan reformasi dengan melaksanakan ijtihad sendiri sesuai dengan adat dan kondisi masyarakat Aceh. Mereka mencoba menerapkan peraturan lama yang dianggap baik dan penelitian untuk membangun peraturan baru yang lebih baik dan lebih baik untuk diterapkan. Kesimpulan Ketentuan tentang hukuman cambuk bagi pezina dalam hukum pidana Islam dicambuk ratusan kali berdasarkan firman Allah SWT. an-Nur ayat 2 sedangkan Pasal 33(1) Qanun Aceh nomor 6 tahun 2014 tentang hukum Jinayat menyatakan bahwa barang siapa dengan sengaja melakukan zina diancam dengan pemukulan 'uqubat hudud sebanyak 100 (seratus) kali. Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 tentang hukum Jinayat tidak membedakan antara pezina muhshan dan ghairu muhshan, artinya pezina di Aceh, menikah dan tidak menikah, mendapat hukuman yang sama beratnya, yaitu cambuk 100 (seratus). Penjatuhan sanksi/hukuman bagi pezina dalam hukum pidana Islam harus dilakukan dan disaksikan oleh sekelompok orang yang beriman, yaitu harus berada di tempat umum, terlihat oleh orang lain, untuk kepentingan penyidikan dan pencegahan, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain. Pertimbangan yuridis dalam menerapkan hukum tamparan terhadap pelaku zina berdasarkan putusan Mahkamah Syar'iyah Lhokseumawe No. 4/JN/2018/MS.Lsm adalah para terdakwa yang divonis dengan sengaja melakukan zina, oleh karena itu berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (1) Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 tentang hukum Jinayat, para terdakwa diancam dengan 'Uqubat hudud cambuk 100 (seratus) kali.
  • 9. Daftar Pustaka Nasrullah Yahya, “Legislasi Hukum Positif (Fikih) Aceh: Tinjauan Pergumulan Qanun Hukum Jinayah”, Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan,XIV, 2 (Desember, 2018 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Amzah, Jakarta, 2014, Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Ghalia Indah, Jakarta, 2009 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Al-Maarif, Bandung, 1996 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2009 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Pustaka Setia, Bandung, 2010 Makhrus Munajat, Fiqh Jinayah, Nawesea Press, Yogyakarta, 2010 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006