3. 1. Persiapan klien
Penerangan ruangan harus baik, termasuk
penerangan untuk pengkajian
Klien sebaiknya berbaring semifowler, dan
pemeriksa sebaiknya berdiri disisi kanan
klien.
Minta klien untuk tidak berbicara selama
pemeriksaan kecuali diminta oleh
pemeriksa.
Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan
kekuatiran tentang hasil selama
pengkajian.
4. 2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Kaji riwayat merokok, penggunaan alkohol,
pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan,
dan pola diet termasuk pemasukannya
Apakah klien mendapat pengobatan untuk
fungsi kardiovaskuler? Apakah klien
mengetahui kegunaan, dosis, dan efek
samping pengobatan?
Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan pada dada, palpitasi,
kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema
pada kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah
gejala-gejala ini terjadi saat istirahat atau
latihan.
5. Bila terjadi nyeri dada, tentukan apakah hal
tersebut murni karena jantung (Rossi dan
Leary, 1992 dikutip dari Potter, 1996), nyeri
angina biasanya berupa tekanan atau rasa
sakit yang dalam, substernal dan menyebar
ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai
ke rahang; Tentukan frekuensinya. Apakah
nyeri menyebar ke lengan, bahu, atau leher?
Apakah nyeri tersebut disertai terjadinya
diaforesis.
Apakah klien menjalani gaya hidup yang
penuh stres
Kaji riwayat keluarga klien mengenai
penyakit jantung seperti hipertensi, stroke,
kolesterol tinggi, atau penyakit jantung
rematik.
6. Apakah klien mengetahui adanya hipertensi
atau penyakit jantung tersebut
Apakah klien mengalami diabetes atau gejala
awal diabetes, penyakit paru atau obesitas
Tentukan apakah klien minum minuman
mengandung kafein yang berlebihan.
Kaji kebiasaan makan klien seperti
mengkonsumsi lemak, natrium.
7. 11 Pola Kes. Fungsional
(menurut Gordon)
1. Pola persepsi kes./menanganan kes.
klien merasakan kondisi kes dan bgm
menangani
2. Pola nutrisi/metabolikgambaran pola
makan dan kebut.cairan b/d kebutuhan
metabolik dan suplai nutrisi
3. Pola eliminasi gambaran pola fungsi
pembuangan (bab, bak, mel.kulit)
8. 4. Pola aktifitas/olah raga gambaran pola
aktifitas, olahraga, santai, rekreasi
5. Pola tidur-istirahat gambaran pola tidur,
istirahat, dan relaksasi
6. Pola kognitif dan perceptual gambaran
pola konsep diri klien dan persepsi thd
dirinya
7. Pola peran/hubungan gambaran pola
peran dalam berpartisipasi/berhubungan dg
orang lain
9. 8. Pola seksualitas/reproduksi gambaran
pola kenyamanan/tidak nyaman dg pola
seksualitas edan gambaran pola reproduksi
9. Pola koping/toleransi stress gambaran
pola koping klien secara umum dan
efektifitas dalam toleransi thd stress
10.Pola nilai/keyakinan gambaran pola nilai2,
keyakinan2 (termasuk asfek spiritual), dan
tujuan yg dapat mengarahkan menentukan
pilihan/keputusan.
10. 3. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum Pasien
• Pemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan
untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut.
Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan kelainan
dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran
dan keadaan emosi, dalam keadaan comfort atau
distress, serta sikap dan tingkah laku pasien.
11. 2). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pernapasan :
Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu
diperhatikan :
• posisi badan, untuk menilai ortopnea
• ekspresi muka, untuk menilai keadaan emosi atau
stress pada pernapasan
• pernapasan pada aktivitas dibandingkan dengan
pernapasan pada keadaan istirahat
• tanda-tanda objektif dispnea.
12. b). Nadi
Kriteria keadaan nadi :
• Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit.
• Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak
teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu selisih
antara frekuensi nadi dan denyut jantung per menit.
• Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup.
• Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke atau down
stroke.
• Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah
dalam arteri.
• Perabaan arteri, untuk mengetahui keadaan (kondisi) dinding
arteri.
13. C). Tekanan Darah
Tekanan darah banyak bergantung pada :
• Curah jantung, yang merupakan cerminan fungsi
jantung
• Resistensi vaskular perifer (TPR), ditentukan oleh
diameter pembuluh darah perifer.
• Tonus dan elastisitas arteri, menggambarkan kondisi
dinding pembuluh darah perifer.
• Volum darah dalam arteri, menunjukkan jumlahnya
darah intravaskular.
• Viskositas darah, menunjukkan kondisi cairan
intravaskular.
14. d). Suhu Badan
• Kalori dalam suhu badan merupakan hasil
metabolisme sel-sel jaringan tubuh. Kalori
suhu badan diatur melalui pusat
termoregulator di susunan saraf pusat
autonom. Aliran darah melalui sistem
kardiovaskular berperan untuk
mendistribusikan panas ke seluruh tubuh.
15. 3. Posture Tubuh
4. Bentuk Badan
5. Textur Jaringan dan Wama Kulit
6. Kepala
7. Mata
17. 17). Dada
• Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan
dengan anatomi dan faal jantung. Di samping
itu juga mempengaruhi faal pernapasan yang
kemudian secara tidak langsung mempe
ngaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi
beban kerja jantung
18. 18). Pemeriksaan Perut
• Diperhatikan besar, bentuk dan konsistensi
serta mencari ada tidaknya nyeri tekan.
• Hepato jugular reflux dapat diperiksa dengan
menekan perut di kuadran atas, maka akan
menambah pembendungan vena jugularis
yang sudah meninggi. Keadaan ini dapat
ditemukan pada gagal jantung kanan dan
gagal jantung kongestif
19. b. Pemeriksaan Khusus
1). Inspeksi
• Perhatikan bentuk prekordial, apakah normal,
mengalami depresi atau ada penonjolan
asimetris (voussure cardiaque), yang
disebabkan pembesaran jantung sejak kecil.
Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan
dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
20. Garis anatomis pada permukaan badan yang
penting pada permukaan dada ialah :
•garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)
•garis tengah klavikular (mid clavicular line/MCL)
•garis anterior line (anterior axillary line/AAL)
•garis para sternal kiri dan kanan (parastrenal
line/PSL)
21. 2). Palpasi Jantung
• Pada palpasi jantung telapak tangan diletakkan di
atas prekordium dan dilakukan perabaan di atas iktus
kordis (apical impulse)
• Lokasi point of maximal impulse (PMI) terletak pada
ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis
midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada
bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis
terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular,
sedangkan pada bentuk dada yang pendek lebar,
letak iktus kordis agak ke lateral.
22. 3). Perkusi Jantung
Cara Perkusi
• Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal
terletak pada ruang interkostal III/IV pada
garis parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan
pekak jantung absolut perlu dicari untuk
menentukan gambaran besamya jantung.
23. • Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke
kiri dan ke kanan.
• Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis
bergeser ke lateral-bawah.
• Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung
merata atau menonjol ke arah lateral.
• Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung
melebar ke lateral kanan dan/ atau ke kiri atas.
• Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke
kanan dan ke kiri.
• Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan
dapat menghilang pada emfisema paru yang berat,
sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut
sukar ditentukan.
24. 4). Auskultasi Jantung
Bunyi jantung I ditimbulkan karena
• kontraksi yang mendadak terjadi pada awal sistolik
meregangnya daun-daun katup mitrai dan trikuspid
yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang
meningkat dengan cepat,
• meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea
yang memfiksasi daun-daun katup yang telah
menutup dengan sempurna,
• dan getaran kolom darah dalam outflow tract (jalur
keluar) ventrikel kiri dan dinding pangkal aorta
dengan sejumlah darah yang ada di dalamnya.
25. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I,
yaitu:
• kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel
makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya.
• Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat
sebelum kontraksi ventrikel.
• Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien
dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar
dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang
terdengar lebih lemah. Demikian juga pada pasien
emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah.
26. Bunyi Jantung II, ditimbulkan karena:
• vibrasi akibat penutupan katup aorta
(komponen aorta),
• penutupan katup pulmonal (komponen
pulmonal),
• perlambatan aliran yang mendadak dari darah
pada akhir ejeksi sistolik,
• dan benturan balik dari kolom darah pada
pangkal aorta dan membentur katup aorta
yang baru tertutup rapat.
27. • Bunyi Jantung III terdengar karena
pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid
filling). Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat
percepatan aliran yang mendadak pada
pengisian ventrikel karena relaksasi aktif
ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul
oleh perlambatan aliran pengisian.
28. • Bunyi jantung IV: dapat terdengar bila
kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan yang
lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan
akhir diastol ventrikel yang meninggi sehingga
memerlukan dorongan pengisian yang lebih
keras dengan bantuan kontraksi atrium yang
lebih kuat.
30. Bunyi Jantung Tambahan
Bunyi Ekstra Kardial
• Gerakan perikard (pericardial friction rub)
terdengar pada fase sistolik dan diastolik
akibat gesekan perikardium viseral dan
parietal. Bunyi ini dapat ditemukan pada
perikarditis.
31. Bising Jantung (Cardiac Murmur)
• Bising jantung ialah bunyi desiran yang
terdengar memanjang, yang timbul akibat
vibrasi aliran darah turbulen yang abnormal.
32. Intensitas Bunyi Murmur
intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat
kerasnya suara dibedakan :
• Derajat I : bunyi murmur sangat lemah dan hanya
dapat terdengar dengan upaya dan perhatian khusus.
• Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi mudah
terdengar.
• Derajat II : bunyi bising agak keras.
• Derajat IV : bunyi bising cukup keras.
• Derajat V : bunyi bising sangat keras.
• Derajat VI : bunyi bising paling keras.
41. Conduction System and Pacemakers
• Autorhythmic cells
– cardiac cells repeatedly fire
spontaneous action potentials
– Autorhythmic cells: the
conduction system
– pacemakers
• SA node
– origin of cardiac excitation
– fires 60-100/min
• AV node
• conduction system
– AV bundle of His
– R and L bundle branches
– Purkinje fibers
It’s as if the heart had only two motor units: the atria and the ventricles!