Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimualinya Revolusi Indusri 3.0. Proses revolusi industri ini kalau dikaji dari cara pandang sosiolog Inggris David Harvey sebagai proses pemampatan ruang dan waktu. Ruang dan waktu seamkin terkompresi. Dan, ini memuncak pada revolusi tahap 3.0, yakni revolusi digital. Waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Revolusi kedua dengan hadirnya mobil membuat waktu dan jarak makin dekat. Revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab itu, era digital sekarang mengusung sisi kekinian (real time).
3. Revolusi Industri
Revolusi 1.0:
Pemanfaatan tenaga
uap untuk
melakukan
mekanisasi pada
proses produksi
Revolusi 2.0:
Penggunaan konsep
produksi masal
melalui lintas
produksi yang
didukung oleh
pemanfaatan energi
listrik
Revolusi 3.0:
Pemanfaatan
elektronik dan
teknologi informasi
untuk melakukan
otomasi proses
produksi termasuk
manajemen (ERP)
Revolusi 4.0:
Penggunaan
teknologi komputer
dan telekomunikasi
maju (internet)
untuk membentuk
sistem produksi
cyber-physical; yaitu
penyatuan dunia
nyata dengan dunia
maya (virtual)
Mesin tenun mekanik
tahun 1784
Lintas perakitan
pertama 1870
PLC pertama kali
dimanfaatkan pada 1969
Akhir abad 18 Awal abad 20 Awal tahun 1970 Sekarang
3
4. 4
Revolusi generasi 1.0 melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan
digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap
pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik
perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri
terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita Negara-negara di dunia menjadi
enam kali lipat.
Revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit
tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber).
Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat
terbang, dll yang mengubah wajah dunia secara signifikan.
5. 5
zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem cyber-physical.
Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas
manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini
dikenal dengan nama internet of things.
Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimualinya Revolusi Indusri
3.0. Proses revolusi industri ini kalau dikaji dari cara pandang sosiolog Inggris
David Harvey sebagai proses pemampatan ruang dan waktu. Ruang dan waktu
seamkin terkompresi. Dan, ini memuncak pada revolusi tahap 3.0, yakni revolusi
digital. Waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Revolusi kedua dengan hadirnya
mobil membuat waktu dan jarak makin dekat. Revolusi 3.0 menyatukan
keduanya. Sebab itu, era digital sekarang mengusung sisi kekinian (real time).
6. 6
Sejarah telah mencatat bahwa Revolusi Industri ini telah banyak menelan
korban dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa.
Lebih dari itu, pada era industri generasi 4.0 ini, ukuran besar perusahaan
tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci
keberhasilan meraih kemenangan dengan cepat. Hal ini ditunjukkan oleh
Uber yang mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi atau
juga Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama pada industri jasa
pariwisata. Ini membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa yang
lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil.
10. TMA@2017 Kuliah Umum Teknik Industri, Universitas Dian Nuswantoro, Desember 19 2017 10
11. Internet of things (IoT)
• Internet of things adalah peralatan
terhubung dengan peralatan-peralatan lain
untuk menghasilkan suatu performansi
untuk kebutuhan manusia
• Setiap alat mempunyai unik IP address
• Versi protokol internet terbaru semakin
efisien dalam transmisi data dalam berbagai
bentuk
• Alat-ke-alat melakukan komunikasi
• 2015 sudah 14 milyar alat terhubung; 2020
estimasi 50 milyar alat akan terhubung
11
12. Apa yang diperoleh dari IoT
• Nilai yang ditawarkan:
• Nilai dan layanan yang lebih besar akan
dicapai melalui pertukaran data dengan
perangkat lain yang terhubung atau dengan
pengguna
• Memungkinkan:
• Manajemen asset yang lebih baik
• Konsumsi sumber daya yang lebih efisien
• Menghilangkan kesalahan manusia
• Efisiensi dan kenyamanan yang lebih tinggi
bagi pemakai
12
13. Praktik di industri:
RFID (Radio Frequency Identification)
Penerima RFID nir-kabel
RFID Tag
RFID dipasang pada pallet
Tracking pengiriman
• Monitor real-time persediaan
• Scanning otomatis
• Tracking lokasi
• Konfirmasi produksi
• Data Integrity
• Warranty
Track lokasi
Track
Pergerakan
13
15. Cyber physical production
systems
Produk yang
terinformasi
Proses yang
terinformasi
Orang yang
terinformasi
Infrastruktur
yang terinformasi
Setiap bagian dari pabrik mempunyai informasi dan bisa berkomunikasi
dengan komponen lain (material-proses-orang-fasilitas/infrastruktur)
15
18. Apa yang akan terjadi di industri
4.0
Aliran material
dari ujung ke
ujung yang
terotomasi penuh
Pengumpulan data
sepanjang supply
chain dengan
komunikasi M2M dan
M2Cloud
Mesin-mesin
menginformasikan
kebutuhan
pemeliharaan dan
pemeliharaan
memanfaatkan
augmented reality
Operator bekerja
dengan
keamanan tinggi
dengan robot di
lantai pabrik
Monitoring dan
penyesuaian
secara on line
pada semua
operasi pabrik
Manajemen dan
pengendalian secara
remote berbasis
pada visibility of
operations
Produk jadi dikirim ke pasar
dan produk setengah jadi
dikustomisasi di pabrik khusus
1 2 3
4 5
6
7
18
19. Karakteristik industri 4.0
• Digitalisasi
• Optimisasi dan kustomisasi produksi
• Otomasi dan adaptasi
• Human machine interaction
• Value added services and businesses
• Automatic data exchange and
communication
• Menggunakan teknologi internet dan
algoritma maju serta proses value added
dan manajemen pengetahuan
19
20. Apa pengaruhnya pada bisnis:
• Ekspektasi pelanggan akan semakin
meningkat (customer experience)
• Data-enhanced product
• Collaborative innovation
• Model bisnis baru: platform strategy
20
21. Tujuan industri 4.0
• Memberi fleksibilitas yang tinggi
• Reduced lead times
• Customize with small batch sizes
• Reduced costs
21
23. SCM 4.0 ditandai dengan kemunculan
superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa
pengemudi perkembangan neuroteknologi, dan
semacamnya yang memungkinkan manusia
untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.
Kehadirannya membuat disrupsi teknologi hadir
begitu cepat dan mengancam keberadaan
perusahaan-perusahaan yang telah ada
sehingga harus keluar dari zona nyaman.
Tantangan nyata yang dihadapi dengan adanya
supply chain management 4.0 yakni mengancam
begitu banyak pekerjaan lapangan pekerjaan.
23
24. laporan WEF Global Human Capital Index (2017)
tentang Human Capital Index dari 130 negara.
SDM Negara RI berada di peringkat ke-65 dan
berada di bawah negara-negara Asia lainnya
seperti Malaysia 33, Thailand 40, dan Vietnam
44.
24
25. 25
Kalau kita bicara tentang sistem pendidikan, maka Indonesia
telah membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan
amanat konstitusi, 20% untuk pendidikan. Nilainya untuk tahun
2019 (sekitar) Rp495 triliun. Persoalan kita adalah bagaimana
menyiapkan tenaga kerja yang memiliki kapasitas
untuk mendukung kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi
revolusi industri 4.0, kebijakan Kemenkeu secara spesifik dilakukan
antara lain melalui beberapa kebijakan fiskal. Contohnya antara lain,
alokasi dana pada program Program Keluarga Harapan (PKH), beasiswa
Bidik Misi untuk memberikan kesempatan bagi anak usia sekolah
terutama dari keluarga miskin
26. TMA@2017 Kuliah Umum Teknik Industri, Universitas Dian Nuswantoro, Desember 19 2017 26
Dari data sekitar 600.000 atau 700.000 insinyur aktif yang dari
Indonesia ternyata hanya 9.000 yang bekerja sesuai
profesinya,” - Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Menurut sudut pandang Pemilik CT Group Chairul Tanjung menekankan di
era disrupsi teknologi saat ini diperlukan SDM Indonesia yang memiliki
kemampuan inovasi, kreatifitas dan kewirausahaan sebagai syarat untuk
memenangkan persaingan ke depan. Menurutnya SDM yang efisien dan
produktif hanya mampu untuk bertahan hidup.
27. Peningkatan SDM Jadi Kunci
Hadapi Revolusi Industri 4.0
- Sektor Pendidikan sebagai Modal Kemajuan Bangsa.
27
Pada tahun 2015 lalu, Indonesia merupakan negara yang menduduki peringkat 4
besar jumlah penduduk di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 253 juta jiwa.
Berdasarkan komposisi demografi penduduknya, dari jumlah 253 juta jiwa
tersebut 27,3 % merupakan penduduk berusia 0 – 14 tahun, 67.3 % merupakan
penduduk usia 15 – 64 tahun dan 5.4 % merupakan penduduk usia 65 tahun ke
atas. Angka tersebut mengindikasikan bahwa prosentase jumlah penduduk usia
produktif (15 – 64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan prosentase jumlah
penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65 + tahun) dengan komposisi 67.3
% berbanding 32.7 %. Hal ini berarti tingkat ketergantungan usia non produktif
terhadap usia produktif relative kecil yakni 32.7 % / 67.3%. Angka ketergantungan
ini diproyeksikan akan terus menyusut dan akan mencapai puncaknya pada tahun
2020, dimana presentase jumlah penduduk usia produktif sebesar 70 %
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif sebesar 30 %. Kondisi
demografi semacam ini disebut sebagai bonus demografi (demographic dividend),
dimana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia non produktif. (sumber : proyeksi penduduk Indonesia
2010-2035: Bapenas, BPS, United Nation Population Fund, 2013).
28. Human Capital dan Masalah
Ekonomi
28
Menurut teori lingkaran setan kemiskinan, kemiskinan akan mengakibatkan
seseorang tidak mampu mengakses pendidikan yang baik. Padahal tingkat dan
kualitas pendidikan itu sendiri merupakan kunci bagi seseorang untuk memasuki
dunia kerja dan tingkat penghasilan yang dia peroleh kelak. Sedangkan tingkat
penghasilan akan menentukan apakah dia mampu mengakses pendidikan yang
baik atau tidak, dan begitu seterusnya. Sehingga ada adagium, yang miskin akan
cenderung untuk terus menjadi miskin. Oleh karena itu, untuk mengatasi
permasalahan ini, diperlukan langkah mitigasi berupa kebijakan pemerintah untuk
menyediakan akses pendidikan bagi si miskin secara gratis. Karena menurut teori
di atas, pendidikan yang baik merupakan salah satu jalan keluar untuk memotong
rantai kemiskinan yang terjadi secara turun temurun.
29. Bonus demografi tidak hanya berpotensi menjadi berkah namun
juga bisa menjadi masalah. Semua tergantung dua hal berikut ini.
Pertama adalah tersedianya lapangan kerja yang mencukupi bagi
penduduk usia produktif, sehingga penduduk tersebut secara
finansial dapat menopang keberadaan penduduk usia non produktif.
Kedua, penduduk usia kerja (1 sd 65 tahun) akan benar-benar
menjadi produktif manakala dibekali pendidikan dan skill yang
memadai. Karena jika tidak, mereka justru akan menambah deretan
jumlah pengangguran manakala mereka kalah bersaing dengan
pekerja lain dari luar negeri yang mempunyai skill dan kemampuan
yang mumpuni, ketika arus perdagangan bebas ASEAN nanti benar-
benar dibuka.
29