2. Sumber Hukum Islam
Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
Fajar Indra Prihadi (11)
Moh. Naufal Al-Farisi (16)
Muslimatur Rohmah Maulid (20)
Rindi Putri Warstyo (23)
Sania Bilqis Salsabila (24)
Wahyu Aditya Permadi (30)
Yusnita Harum Normalia Sari (33)
Kelas X-MIA 5
SMA NEGERI 1 MANYAR
TAHUN PELAJARAN 2014-2015
3. Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim...
Puji syukutkami panjatkanke hadiratAllah SWT. karenaatas rahmatdan hidayah-Nya
kami dapatmenyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam yang berisi pembelajaran bab
Sumber Hukum Islam. Shalawat serta salamtak lupa selalu kita curahkan kepada junjunganNabi
besar MuhammadSAW. besertapara keluargadan sahabat-Nya.
Makalahini dibuat dengantujuan untukmengetahui Dasar-DasarSumber Hukum Islam.
Selain itu, makalahini juga disusun untuklebih mengetahuipengertian, kedudukanbeserta
fungsi Al-Qur’an,Al-Hadist, dan Ijtihad.
Ibarat kata pepatahlama, “Tiada gading yang takretak”, kami selakutim penyusunselalu
mengharapkankritik dan saran,khususnyadari bapak/ibu guru,teman-temansekalian dan
kakak-kakakyang kami sayangi. Kami memahami betul bahwa kesempurnaandankebenaran
sejatinya hanyalahmilik AllahSWT yang Maha Kuasa atasalam semesta.
Kami juga mengucapkanterima kasih yang sebesar-besarnyakepada pihak yang telah
membantu dalampenyelesaikan makalahPendidikan Agama Islam ini. Terima kasih juga kepada
pembaca sekalianyang telah berkenaanmembaca makalahkami.
Gresik, 23 Agustus 2014
Penyusun
4. 1. Al Qur’an
Secara etimologi, Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan atau qur’anan
yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara
terminologi (syariat), Al-Qur’an adalah Kalam Allah SAT yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat an-Naas. Dan menurut para ‘ulama klasik, Al-Qur’an adalah Kalamulllah yang diturunkan
pada rasulullah dengan bahasa arab yang merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara
mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:
Tauhid (kepercayaan keesaaan Allah SWT & semua kepercayaan berkaitan dengan-Nya)
Ibadah (semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran tauhid)
Janji dan ancaman (janji pahala bagi orang yang percaya dan mau mengamalkan isi Al-
Qur’an dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari)
Hukum yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagiaan dunia & akhirat.
Inti sejarah orang-orang yang tunduk kepada Allah (Kisah umat terdahulu, seperti Nabi
dan Rasul dalam menyiarkan syariat Allah SWT maupun kisah orang-orang saleh ataupun
kisah orang yang mengingkari kebenaran Al-Qur’an agar dapat dijadikan pembelajaran)
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT & hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin
dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin/
Ilmu Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam
kehidupan, baik sebagai makhluk individu/makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam
konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq/Tasawuf.
Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, dan haji.
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan
alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
Hukum munakahat (pernikahan).
Hukum faraid (waris).
Hukum jinayat (pidana).
Hukum hudud (hukuman).
Hukum jual-beli dan perjanjian.
Hukum tatanegara/ pemerintahan
Hukum makanan &penyembelihan.
Hukum aqdiyah (pengadilan).
Hukum jihad (peperangan).
Hukum dauliyah (antarbangsa)
2. Hadist
Kedudukan Hadist sebagai sumber ajaran Islam selain didasarkan pada keterangan
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat.
Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadist, baik pada
masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.
Menurut bahasa Hadist artinya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut
ada yang baik dan ada pula yang buruk. Pengertian Hadist seperti ini sejalan dengan makna
hadist Nabi yang artinya : ”Barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji, maka
5. pahala bagi yang membuat sunnah itu dan pahala bagi orang yang mengerjakanny; dan barang
siapa yang membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang membuat sunnah yang buruk
itu dan dosa bagi orang yang mengerjakannya.”
Sementara itu, Jumhurul Ulama/ kebanyakan para ulama ahli hadis mengartikan Al-
Hadist, Al-Sunnah, Al-Khabar & Al-Atsar sama saja, yaitu segala sesuatu yang disandarkan pada
Nabi Muhammad Saw, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Sementara itu
ulama Ushul mengartikan bahwa Al-Sunnah adalah sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad
dalam bentuk ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau yang berkaitan dengan hukum.
Sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Quran, Hadist memiliki fungsi yang pada intinya
sejalan dengan Al-Qur’an. Keberadaan Hadist tak lepas dari sebagian ayat Al-Qur’an :
1. Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian;
2. Yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian;
3. Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan; dan ada pula
4. Isyarat Alquran yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang
5. Menghendaki penetapan makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut; bahkan
terdapat sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai keterangannya di dalam Alquran
yang selanjutnya diserahkan kepada hadis nabi.
3. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga & pikiran/ bekerja
semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala kemampuan
berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu Al-Qur’an & hadist. Hasil
dari ijtihad merupakan sumber hukum setelah Al-Qur’an dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan
apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun hadist,
maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu pada
Al-Qur’an dan hadist.
Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu:
Ijma’
Ijma’ menurut bahasa artinya sepakat, setuju/ sependapat. Sedangkan menurut istilah
adalah kebulatan pendapat ahli Ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat
pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’
adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk
diikuti seluruh umat.
Qiyas
Qiyas berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata lain
Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara
dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah/ sebab akibat yang sama. Contohnya
adalah pada surat Al-Isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, ‘hus’ kepada orang
tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan/menghina, apalagi memukul
karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
Istihsan
Istihsan adalah suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih
kuat/mengganti argumen dengan fakta yang bisa diterima untuk mencegah kemudharatan
atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat
dibenarkan. Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang
barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan
rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan sistem
pembayaran diawal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.
Mushalat Murshalah
6. Mushalat Mursalah menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah
adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya,
dalam Al-Qur’an maupun Hadist tidak ada dalil yang memerintahkan untuk membukukan
ayat-ayat Al-Qur’an. Tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
Sududz Dzariah
Sududz Dzariah menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah
tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh/haram demi kepentingan umat.
Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk,
padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar
jangan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
Istishab
Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa
lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut. Contohnya, seseorang
yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu/ belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang/
yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena
shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
Urf
Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang
sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul
karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
KESIMPULAN
Jadi, dari pembahasan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sumber hukum
Islam yang disepakati oleh ‘ulama, yaitu berupa Al-Qur’an, Al-Hadist, dan Ijtihad.
Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT. yang diturunkan kepada Rasulullah SWT. dan
sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama dalam menentukan hukum fiqih.
As-Hadist merupakan perbuatan maupun perkataan Rasulullah SAW dan sebagai
sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Ijtihad merupakan kesepakatan seluruh para mujtahid di kalangan umat Islam pada
suatu masa ketika Rasulullah SAW, wafat atas hukum syara’ mengenai suatu kejadian dan
sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an dan Al-Hadist.
DAFTAR PUSTAKA
1. ”Ijtihad,” http://www.wikipedia.com. 26 September 2008
2. httpwww.hikmatun.wordpress.compengertian al-qur’an
3. Alquran dan Terjemahannya, 1971: Saudi Arabia
4. M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran
5. Syuhudi Ismail, Ilmu Hadist