Dokumen tersebut merupakan makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid. Makalah ini membahas tentang pengertian demam thypoid, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid.
1. OLEH KELOMPOK III :
ADRIANUS PANDONG
AISYAH
IYANTOMIA
IRMAWATI
NUZULYARAHMADHANI
RUSDIN
SRI NALA
YOVITA SELA PARUBANG
YULIKE SARIMANELLA
S1 Keperawatan
STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2014
2. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang konsep medis dan konsep keperawatan dari
Sistem Pencernaan. Makalah ini menjelaskan secara terperinci tentang
Demam Thypoid.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini kedepan.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya kita selaku Mahasiswa Keperawatan.
Makassar, Maret 2014
Penyusun
3. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan..................................................................................................................4
Bab II Tinjauan Pustaka.......................................................................................................7
Bab III Penutup ......................................................................................................................26
Daftar Pustaka .......................................................................................................................27
4. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat
dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan
sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih
rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di Dunia, sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2009, memperkirakan terdapat
sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus
kematian tiap tahun. Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara
termasuk China pada tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun.
Insidens rate demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000
penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000
penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan
rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka kematian demam
tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10% (Nainggolan, R, 2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008, demam
tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%,
urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi
7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan
proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan penelitian Cyrus H. Simanjuntak., di Paseh (Jawa Barat) tahun
2009, insidens rate demam tifoid pada masyarakat di daerah semi urban adalah
357,6 per 100.000 penduduk per tahun. Insiden demam tifoid bervariasi di tiap
daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan; di daerah Jawa Barat,
5. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 5
terdapat 157 kasus per 100.000 penduduk sedangkan di daerah urban di temukan
760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insiden di perkotaan berhubungan erat
dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan
dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi sarat kesehatan lingkungan
(Simanjuntak, C.H, 2009).
Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan
penting di negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis
pasti. Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui
pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak
tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang
sama pada beberapa penyakit lain pada anak, terutama pada minggu pertama sakit.
Hal ini menunjukkan perlunya pemeriksaan penunjang laboratorium untuk konfirmasi
penegakan diagnosis demam tifoid (Simanjuntak, C.H, 2009).
Berdasarkan data yang terdapat di pada medical record Di Rumah Sakit Rajawali
Bandung ruang Rafei tercatat angka insiden penderita demam thyfoid yang dirawat
selama tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Juli sampai bulan Oktober 2012 adalah
17 orang pasien dimana terdapat 5 kasus pada bulan Juli, 2 kasus pada bulan
Agustus, dan 10 kasus pada bulan September. Demam tifoid dapat menimbulkan
komplikasi yang dapat mengakibatkan mortalitas (kematian), yaitu sekitar 25%
penderita demam tifoid mengalami perdarahan, jika terlambat tertangani dapat
terjadi mortalitas (kematian) sekitar 10-32 % bahkan ada yang melaporkan sampai
80%, sedangkan mortalitas pada miokarditis akibat demam tifoid sekitar 1–5 %, dan
tifoid pun dapat mengakibatkan tifoid toksin yang dapat menyebabkan kematian
tetapi jarang sekali komplikasi ini terjadi.
Dari data diatas nampak bahwa angka insiden penyakit demam tifoid cukup
tinggi dan merupakan penyakit yang dapat menimbulkan kompliksi pada organ
pencernaan. Kardiovaskuler, pernapasan, tulang, ginjal dan hematolik serta
gangguan neuropsikiatrik sampai dengan menyebabkan kematian bila tidak
ditangani dengan seksama. Berdasarkan hal tersebut maka peran perawat sangat
penting dalam aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu,
mengingat kompleksnya masalah yang terjadi pada klien dengan penyakit demam
6. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 6
tifoid maka penulis tertarik untuk merawat klien dengan judul Asuhan keperawatan
Klien dengan Demam tifoid di ruang Rafei RS. Rajawali Bandung tahun 2012
B. Tujuan
a. Mengetahui pengertian Demam tifoid.
b. Mengetahui etiologi Demam tifoid.
c. Mempelajari patofisiologi dari Demam tifoid.
d. Mengetahui manifestasi klinik dari Demam tifoid.
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita Demam tifoid
f. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus Demam tifoid.
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan demam tifoid.
2) Menentukan masalah keperawatan pada klien demam tifoid
3) Merencanakan Asuhan keperawatan pada klien demam tifoid
4) Pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai perencanaan pada klien
demam tifoid.
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien demam tifoid.
7. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Medis
A. Pengertian
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonella ialah
segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies
yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran
pencernaan. ( Hasan & Alatas, 1991, dikutip Sodikin, 2011: hal.240 ).
Typhoid merupakan penyakit infeksi y6ang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypi. Penyakit ini dapat ditularkan melalui
makanan, mulut, atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella
thypi. ( A.Aziz Alimul Hidayat, 2008: hal. 120 ).
Demam Typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah
salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora. (Ngastiyah, 2005: hal.236 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thiphoid. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang sudah
terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah jenis salmonella typhosa, kuman ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getardan tidak
berspora.
2. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen O ( somalitik yang terdiri atas
zat kompleks lipopolisakarida ), antigen H ( flagella ), dan antigen V.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien, biasanya terdapat zat
anti ( aglutinin ) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
3. Masa inkubasi 10 - 20 hari.
8. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 8
Salmonella terdiri atas beratus-ratus spesies, namunmemiliki susunan antigen
yang serupa, yaitu sekurang-kurangnya antigen O ( somatik ), dan antigen H (
flagella ). Perbedaan diantara spesies tersebut disebabkan oleh faktor antigen
dan sifat biokimia.
C. Patofisiologi
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasiurin/feses
dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.Masa inkubasidemam
tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)bergantung jumlah
dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderitatetap dalam
keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)Empat F (Finger, Files, Fomites
dan fluids) dapat menyebarkan kuman kemakanan, susu, buah dan sayuran yang
sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit
terutama terdapat dinegara-negara yangsedang berkembang dengan kesulitan
pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi)yang andal. (Samsuridjal D dan heru S,
2003)Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku),
Fomitus(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonellathypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat,dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang
yang sehat.Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencucitangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung,
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usushalus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid
inikuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka demam dan gejala
toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan
penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid.Endotoksemia berperan pada patogenesis
9. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 9
typhoid, karena membantu prosesinflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi danendotoksinnya merangsang sintetis dan
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Proses Perjalanan Penyakit
Proses Histologi Typhoid menurut Suriadi & Yulianni (2006) dijelaskan, pada
awalnya kuman Salmonella masuk ketubuh manusia melaluimulut dengan makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Sebagian kumanakan dimusnahkan didalam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,kejaringan Limfoid dan
berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk keperedaran
darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-selretikulo endoteleal, hati, limpa dan
organ organ yang lainya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan berakhir saat sel-
sel retikulomelepaskan kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkan
bakterimiauntuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa organ
tubuh,terutama limpa, usus dan kandung empedu.Pada minggu pertama kali, terjadi
hiperplasia player. Ini terjadi pada kelenjartyphoid usus halus. Minggu kedua terjadi
nekrosis dan pada minggu ketigaterjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat
terjadi penyembuhan ulkusyang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan,bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar
kelenjar mesentrial danlimpa membesar. Gejala demam di sebabkan oleh endotosil,
sedangkan gejalapada saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus
halus.
D. Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala
prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
Perasaan tidak enak badan, panas dingin
Lesu, tidak nafsu makan, mual
Nyeri kepala
Diare atau sebaliknya
Anoreksia, kehilangan berat badan
Batuk, nyeri otot
Nyeri perut, perut kaku dan bengkak
Menyusul gejala klinis yang lain
10. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 10
1) Demam
Demam berlangsung 3 minggu
Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari
Minggu II : Demam terus mengigau
Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur
2) Gangguan pada saluran pencernaan
Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarang disertai tremor
Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
Terdapat konstipasi, diare
3) Gangguan kesadaran
Kesadaran yaitu apatis – somnolen
Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan pada kulit karena
emboli hasil dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996)
E. Penatalaksanaan
1.Perawatan
Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnyatranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
2. Diet
Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
11. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 11
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demamselama 7
hari.
3.Pengobatan.
1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapatdiberikan
secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas.
2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400
mgsulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim).
4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2minggu.
5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc,diberikan
selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari.
6. Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari7.
Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentuseperti: Tifoid
toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karenatelah terbukti sering ditemukan
12. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 12
dua macam organisme dalam kulturdarah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti
S, 2001).
F. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dibagi dalam :
1. Komplikasi Intestinal
a. Pendarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ektra-intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler. Kegagalan sirkulasi perifel (renjatan sepsis)
miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah. Anemia hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia
hemolitik.
3. Komplikasi paru. Pneumonia, emfiema, dan pleuritis
4. Komplikasi hepar dan kandung empedu, Hepatitis dan kolesistitis
5. Komplikasi ginjal. Glomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthritis
6. Komplikasi neuropsikiatrik. Delirium, meningismus, meningistis, polyneuritis
perifer, sindrom, katatoni (Widodo, D. 2007)
G. Pencegahan
A.Usaha Terhadap Lingkungan hidup.
1.Penyediaan air bersih terpenuhi
2.Pembuangan kotoran manusia baik BAK maupun BAB yang hygiene.
3.Pemberantasan lalat
4.Pengawasan terhadap rumah – rumah penjual makanan
B.Usaha Terhadap Manusia
13. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 13
1.Dengan menjaga kebersihan makanan/minuman dan mencuci
tangansebelum makan
2. Tidak makan dan jajan di sembarang tempat. Pilihlah rumah makan
dantempat jajan yang menjaga dan mengutamakan kebersihan
karenapenyebaran demam typhoid melalui makanan dan tangan yang
tercemaroleh bakteri ini.
3. Vaksinasi demam Thypoid.
4. Pendidikan kesehatan pada masyarakat berupa personal hygiene.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjangpada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari:
a. Pemeriksaan leokosit
Didalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataanya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid adalah jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leokosit tidak berguna untuk diagnosa
demam typhoid.
b. Pemerisaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid sering kali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan dema typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan biakan darah tergantung dari beberapa faktor:
1) Teknik Pemeriksaan Laboraterium
Hasil pemeriksaan satu laboraterium berbeda dengan laboraterium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
14. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 14
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu
pada saat bakterimia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakkan darah terhadap salmonella tyohi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pda waktu kambuh
biakkan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoiddi masa lampau dapat menimbulkan
antibody dalam darah klien, antibody ini dapat menekan bakterimia sehingga
biakkan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakkan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakkan terhambat dan hasil biakkan
mungkin negatif.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antar4a antign dan antibody
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan untuk uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan di olah dilaboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah tujuan untuk menentukan adanya agluinin dalam serum klien
yang disangka penderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu: aglutinin O, yang dibuat karena
rangsangan antigen O ( berasal dari tubuh kuman ), aglutinin H, yang dibuat
karena rangsangan antigen H ( berasal dari flagel kuman ), aglutinin Vi, yang
dibuat karena rangsangan antigen Vi ( berasal dari simpai kuman ). Dari
ketiga aglutin tersebuthanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi uji widal:
1) Faktor yang berhubungan dengan klien:
a) Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
15. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 15
b) Saat pemeriksaan selama perjalan penyakit : aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada
minggu ke-5 atau ke-6.
c) Penyakit-penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoidyang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti
agamablobulinemia, leukimia dan karsinoma lanjut.
d) Pengobatan dini dengan antibodi : pengobatan dini dengan obatb
antimikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
e) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
f) Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi
dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu
titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai
diagnostik.
g) Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif walaupun dengan
hasil titer yang rendah.
h) Reaksi anemnesa : keadaan dimana terjadipeningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella typhikarena penyakit infeksi dengan demam yang bukan
typhoid pada seseor4ang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
2) Faktor-faktor teknik
a) Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies
dapat mnimbulkan reaksia aglutinasi pada spesies yang lain.
b) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil
uji widal.
c) Strainsalmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian
yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain
salmonella setempat lebih baik dari suspensi strain lainnya.
17. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 17
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan panas sudah 2 hari, muntah 3x
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang dengan diantar keluarganya dengan keluhan panas, pusing, mual
muntah 3x, semula di rumah sudah diperiksakan ke mantri setempat, tetapi karena
panas lagi maka segera dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini dan tidak pernah dirawat di rumah
sakit, hanya pilek atau batuk dan biasanya diperiksakan ke mantri setempat. Tidak
ada riwayat alergi. Pasien mendapat immunisasi lengkap yaitu BCG, DPT, Polio,
Campak, DT dan Hepatitis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini dan tidak ada penyakit
herediter yang lain.
Pola Kebiasaan Pasien Sehari-Hari
1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk dan sayur, makanan
yang tidak disukai yaitu kubis dan yang paling disukai yaitu mie ayam. Pasien
makan dengan piring dan sendok biasa, tanpa memperhatikan warna dan
bahannya. Minum 7 - 8 gelas sehari.
Selama sakit : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis ¼
porsi, karena lidahnya terasa pahit. Pasien makan dari tempat yang disediakan
oleh rumah sakit. Minum 7 - 8 gelas sehari.
2. Pola Eleminasi
Sebelum sakit : BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna
kuning. BAK 3-4 x sehari , warna kuning jernih.
18. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 18
Selama sakit : selama 2 hari pasien belum BAB. BAK 3-4 x sehari, warna
kuning jernih
3. Pola Istirahat – Tidur
Sebelum sakit : pasien tidur dengan teratur setiap hari pada pukul 20.00
WIB sampai jam 05.00 WIB. Kadang-kadang terbangun untuk BAK. Pasien juga
terbiasa tidur siang dengan waktu sekitar 2 jam. Ibu pasien selalu membacakan
cerita sebagai pengantar tidurnya.
Selama sakit : pasien susah tidur karena suasana yang ramai.
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien bermain dengan teman - temannya sepulang
sekolah dengan pola permainan berkelompok dan jenis permainan menurut
kelompok.
Selama sakit : pasien hanya terbaring di tempat tidur.
Pengkajian Psiko - Sosio – Spiritual
1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya.
Pasien menyadari kalau dia berada dirumah sakit dan dia mengetahui bahwa dia
sakit dan perlu perawatan tetapi dia masih ketakutan dengan lingkungan barunya.
2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.
Hubungan pasien dengan tetangga dan keluarga sangat baik, banyak tetangga dan
sanak saudara yang menjenguknya di rumah sakit. Sedangkan hubungan dengan
pasien lain tidak begitu akrab. Pasien ketakutan.
3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.
Pasien beragama Islam, dalam menjalankan ibadahnya pasien dibantu oleh
keluarganya. Ibu pasien selalu mengajakya berdoa untuk kesembuhannya.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : pasien tampak lemah.
2. Kesadaran : composmentis.
3. Kepala : normochepalic, rambut hitam, pendek dan lurus dengan
penyebaran yang merata.. Tidak ada lesi.
4. Mata : letak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
5. Hidung : pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada polip,
bersih.
19. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 19
6. Mulut
Mulut : tidak ada stomatitis
bibir tidak kering.
gigi: kotor dan terdapat caries,
lidah : kotor
7. Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen.
8. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
9. Dada : simetris, pernapasan vesikuler.
10. Abdomen : nyeri tekan pada epigastrium.
11. Ekstremitas :
atas : tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga.
bawah : tidak ada lesi
12. Anus : tidak ada haemorroid.
13. Tanda - tanda Vital :
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 39° C
Respirasi : 24 x/menit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
a. Hematologi
Hb : 11,6 d/dl (14 – 18 d/dl)
Ht : 34,7% (34 – 48%)
Entrosit : 4,11 juta/uI (3,7 – 5,9.106juta/uI)
VER : 84,5 fl (78 – 90 fl)
KHER : 33,6 g/dl (30 – 37 g/dl)
Leukosit : 12.200 /uI (4,6 – 11.103/uI)
LED 1 jam : 40 /1 jam (P = 7 – 15 /jam)
2 jam: 80 /1jam (L = 3 -11 /jam)
Trombosit : 232.000 /uI (150 – 400.103 /uI)
Hitung jenis
Eosinofil : - Segmen: 91%
20. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 20
Basofil : - Limfosit: 9
N. Batang : - Monosit: -
b. Bakteriologi Serogi
Widal
St - O 1/320
St - H 1/160
St - AH –
Spt - BH 1/320
c. Urine
Phisis = warna: kuning
Kimia = PH : agak keruh
Protein :- (negatif)
Glukosa : - (negatif)
Sedimen = epitel : +
Lekosit : + (6 – 8)
Eritrosit : + (1 -2)
Kristal : - (negatif)
Silinder : - (negatif)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia (00007) berhubungan dengan penyakit
2. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens-agens penyebab cedera
3. Ketidakseimbangan nutrisi (00002) : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan hilang nafsu makan, mual dan muntah
3. Intervensi Keperawatan
21. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 21
No. Diagnosa Tujuan & kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. 1. Hipertermia (00007)
Defenisi :
Peningkatan suhu
tubuh diatas kisaran
normal
Faktor yang
berhubungan :
Penyakit
Batasan Karakteristik :
Kulit
kemerahan
Peningkatan
suhu tubuh
diatas kisaran
normal
Kulit terasa
hangat
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
jam : suhu tubuh
klien kembali normal
Kriteria Hasil :
Kemerahan
pada kulit
hilang
Suhu tubuh
normal
1.Pantau suhu
minimal setiap dua
jam
Pantau ketepatan
jenis pakaian yang
digunakan, sesuai
dengan suhu
lingkungan
2. anjurkan
asupan cairan
oral, sedikitnya 2
liter sehari
3. ajarkan
pasien/keluarga
dalam mengukur
suhu
4. kolaborasi :
berikan obat
antipiretik
1. mengetahui
perubahan
suhu
2. mencegah
dehidrasi
3. untuk
mencegah
dan
mengenali
secara dini
hipertermia
4.
menurunkan
suhu tubuh
22. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 22
2. Nyeri akut (00132)
Defenisi :
Pengalaman sensori
dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat
adanya kerusakan
jaringan yang aktual
atau potensial, atau
digambarkan dengan
istilah seperti
(International
Association for the
Study of Pain); awitan
yang tiba-tiba atau
perlahan dengan
intensitas ringan
sampai berat dengan
akhir yang dapat
diantisipasi atau
dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari
enam bulan
Faktor yang
berhubungan :
Agens-agens
penyebab cedera fisik
Batasan Karakteristik
:
Klien
mengungkapka
n secara verbal
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri
pada klien berkurang
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan
nyeri berkurang
Ekspresi wajah
tenang
1. Kaji nyeri
yang
komprehensif
meliputi
lokasi,
karakteristik,
awitan dan
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas
atau
keparahan
nyeri, dan
faktor
presipitasinya
2. Anjurkan
pasien untuk
melakukan
tindakan
kenyamanan
yang efektif
seperti :
distraksi,
relaksasi,
atau kompres
hangat/dingin
Lakukan
perubahan
posisi
Bantu pasien
untuk lebih
berfokus pada
aktivitas,
1. Dapat
membantu
dalam
menentukan
intervensi
selanjutnya
2. Bisa
mengurang
i nyeri yang
diderita
klien.
23. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 23
3. Ketidakseimbangan
nutrisi (00002) :
Setelah dilakukan
tindakan
1.Pantau
kandungan nutrisi
1. untuk
mencegah dan
nyeri yang
dirasakan
Perilaku
ekspresif :
gelisah dan
merintih
Perilaku
menjaga atau
sikap
melindungi
bukan pada
nyeri dan rasa
tidak nyaman
dengan
melakukan
pengalihan
melalui
televisi, radio,
tape, dan
interaksi
dngan
pengunjung
3. Berikan
informasi
tentang nyeri,
seperti
penyebab
nyeri, berapa
lama akan
berlangsung,
dan antisipasi
ketidaknyama
nan akibat
prosedur.
4. Kolaborasi :
berikan obat
anti nyeri
(analgetik)
3. Agar
klien
dan
keluarg
a
mengert
i
dengan
nyeri
yang
dialami
oleh
klien
4. Pereda
nyeri yang
efektif
pada
pasien
untuk
mengurang
i sensasi
nyeri dari
dalam.
24. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 24
kurang dari
kebutuhan tubuh
Defenisi :
Asupan nutrisi tidak
mencukupi untuk
memenuhi
kebutuhan metabolik
Faktor yang
berhubungan :
Hilang nafsu
makan
Mual dan
muntah
Batasan Karakteristik
:
Intoleransi makanan
keperawatan 3x24
jam :
Kebutuhan nutrisi
menjadi adekuat
Kriteria hasil :
Klien mau
menghabiskan
makanan yang
disediakan
dan kalori pada
catatan asupan
2. pertahankan
makan pasien
sesuai jadwal
makan dan kudapan
3. berikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
memenuhinya.
4. kolaborasikan
dengan ahi gizi
tentang jumlah
kalori dan jenis zat
gizi yang diperlukan
meminimalkan
kurang gizi
Mempertahank
an BB klien
3. agar
keluarga
paham tentang
gizi yang tepat
4. Untuk
mengetahui
kalori yang
dibutuhkan
klien.
5. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang ada
6. Evaluasi
1. Hipertermia (00007) berhubungan dengan penyakit
o Kemerahan pada kulit hilang
Suhu tubuh normal
25. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 25
2. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens-agens penyebab cedera
o Klien mengatakan nyeri berkurang
o Ekspresi wajah tenang
3. Ketidakseimbangan nutrisi (00002) : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hilang nafsu makan, mual dan muntah
Klien mau menghabiskan makanan yang disediakan
26. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik Pada
Anak, 1993).
B. Saran
1. Makanlah makanan dan minuman yang sudah pasti matang.
2. Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus ataupun hewan peliharaan
3. Cucilah tangan dengan sabun setelah beraktivitas
4. Hindari jajan ditempat yang kurang bersih
27. Asuhan Keperawatan Thypoid Page 27
DAFTAR PUSTAKA
Frans, Meyoka, 2014, Askep demam thypoid,4 Maret 2014
(file:///D:/materi%20kuliah/semester%20IV/kelompok%203/data%20thypoid/MeyokaFrans
Pelata%20pung%20Blog%20%20ASKEP%20DEMAM%20THYPOID%20(NANDA,%20NOC,%20
NIC).htm)
Minoto, Sastro, 2013, Askep thypoid, 4 Maret 2014
(file:///D:/materi%20kuliah/semester%20IV/kelompok%203/data%20thypoid/KUMPULAN
%20ASKEP%20%20%20askep%20typhoid%20pada%20anak.htm)
Achy, 2014, Askep demam thypoid, 4 Maret 2014
(file:///D:/materi%20kuliah/semester%20IV/kelompok%203/data%20thypoid/Askep%20D
emam%20Tifoid%20%20%20achy27askepners.htm)