SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 456
Descargar para leer sin conexión
TUGAS AKHIR
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK
PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM STRATA SATU (S1) PADA FAKULTAS
TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Disusun oleh :
Nama :LUCHINDA HEPRILIAN
NIM :2011210001
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
ABSTRAK
Permasalahan redaman dan daya optik juga mempunyai hubungan dengan
perencanaan pemasangan instalasi sistem komunikasi kabel serat optik ketika
sistem tersebut mengalami gangguan disepanjang kabel serat optik.Pada
penelitian ini telah dilakukan analisis kinerja sistem komunikasi serat optik
melalui redaman serat optik pada Ring 1 di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
divisi SKSO Arnet Jatinegara. Pada jaringan Arnet Jatinegaramenggunakan kabel
serat optik Singlemode Step Indexdengan tipe G.652 dan G.655 denga nilai
redaman kabel yang berbeda diantaranya 0,21 dB dan 0,22 dB dengan sistem
multiplexer yang digunakan saat ini pada link tersebut adalah SDH Fujitsu.
Untuk melakukan analisis kinerja jaringan, digunakan metode link power
budget untuk mengetahui penurunan daya penerimaan di bagian receiver akibat
redamanpada sistem komunikasi serat optik yang terjadi di sepanjang kabel serat
optik. Dari hasil data pengukuran terdapat faktor yang mengakibatkan penurunan
daya penerimaan di sepanjang kabel optik disebabkan terjadinyaloss splice pada
kabel yang tidak memenuhi standar. Dengan diketahuinya penerimaan pada
receiver dan standar minimal penerimaan maka akan diketahui kinerjanya.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada link STO Jatinegara- STO
Kebayoran terdapat 13 core yang mengalami penurunan daya kurang dari
perhitungan berdasarkan parameter standar sebesar -5,264 dBm dengan loss
spliceterbanyak terdapat pada pada titik spliceke 4 danloss splice paling tinggi
sebesar 5,264 dB. Kemudian untuk link STO Jatinegara- STO Semanggi terdapat
12 core yang mengalami penurunan daya kurang dari perhitungan berdasarkan
parameter standar sebesar -5,04 dBm dengan loss spliceterbanyak terdapat pada
titik splice ke 2 dan 3 danloss paling tinggi sebesar 3,624 dB. Sedangkan untuk
STO Jatinegara- STO Gambir 1 terdapat 10coreyang mengalami penurunan daya
kurang dari perhitungan berdasarkan parameter standar sebesar -4,8 dBm dengan
loss splice terbanyak pada titik splice ke 2 dan loss splice paling tinggi sebesar
2,883 dB.
Kata Kuci : Kualitas Penerimaan SKSO, Loss, dan Link Budget
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad Hidayatno, “Pengukuran Serat Optik Beserta Power Kalkulasi
Redamannya Untuk Wilayah Pekalongan”. Tugas Akhir Sumatra Utara
:2012.
http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/21060
110141055_MKP.pdf diakses pada Juni 2015
2. Donda Manura , “Analisis Perancangan Jaringan Serat Optik DWDM
(Dense Wavelenght Division Multiplexing) Untuk Link Medan-Lnagsa
di PT Telkom Medan. Tugas Akhir Universitas Sumatra Utara :2012.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37139/3/Chaptr%20II.pdf
3. Endy Kusuma Wadhana, “Analisa Redaman Serat Optik Menggunakan
Metode Optikal Link Power Budget”. Tugas Akhir : ITS Surabaya. 2010
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12664-Paper.pdf
4. Gouzali Saydam, Bc,Drs, “Sistem Telekomunikasi di Indonesi”. Jilid 2,
Jakarta; Djambatan, 2003
5. Kao, Charles K, “Optical Fiber System: Tecnology, Design, and
Applications”. McGraw Hill Book Co;Singapore, 1999
6. Kaiser Gerard, “Optical Fiber Communication”. 3rd McGraw-Hill
International Book Company; Singapore, 2000
7. Ridwan Alief, “Teknik Penyambungan Serat Optik di PT
Telekomunikasi Indinesia Tbk AREA NETWORK SUMATRA
UTARA”. Kerja Praktek:Jakarta.2011
8. Sarini, Leti. 2008. Analisa Konfigurasi Kontingensi Sistem Komunikas
Serat Optik (SKSO) Intercity Palembang (Studi Kasus Transmisi Talang
KelapaKenten Ujung) di PT. Telkom. Poloteknik Negeri Sriwijaya.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131341-T%2027623Analisis%
20konfigurasi% 20kintigensi%20literatur.pdf
9. Simanjutak Tiur LH. Ir, “Dasar- Dasar Telekomunikasi”, PT. Alumni;
Bandung 2002
10. Zahrotul Maulida, “Pengukuran Kabel Serat Optik Dengan OTDR beserta
Power Kalkulasi Redamannya Untuk Wilayah Pekalongan. Kerja Praktek:
Universitas Dipenogoro.2010
http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012
/05/21060110141055_MKP.pdf
11. .......... “Modul Pelatihan :Cara Alat Ukur dan Penyambungan PT
Telekomunikasi Indonesia Jatinegara”. 2004
12. ......... “Modul Jaringan Akses dan Jaringan Transport. Jurusan Teknik
Elektro STT Telkom”. 2007
13. ......... “Sistem Komunikasi Serat Optik”
http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/21060
1101410013_MKP.pdf
i
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NAMA :LUCHINDA HEPRILIAN
NIM :2011210001
JURUSAN : ELEKTRO
FAKULTAS :TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS :DARMA PERSADA
JUDUL TUGAS AKHIR :ANALISIS KINERJA JARINGAN
SERAT OPTIK PADA RING 1 DI
ARNET JATINEGARA
Menyatakan bahwa karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan Ir. Agus
Sun Sugiharto,MT bukan merupakan hasil jiplakan skripsi sarjana atau karya
orang lain, sebagian atau seluruhnya dan isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
saya sendiri. Demikian pernyataa ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, September 2014
LUCHINDA HEPRILIAN
NIM :2011210001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 ARNET
JATINEGARA
Disusun Oleh:
LUCHINDA HEPRILIAN
2011210001
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Teknik Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik Jurusan Elektro
Universitas Darma Persada
Mengetahui,
M. Darsono,ST,MT Ir.Agus Sun Sugiharto,MT
Ketua Jurusan Teknik Elektro Dosen Pembimbing Tugas Akhir
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Darma Persada . Adapun Tugas Akhir ini berjudul “ANALISIS
KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET
JATINEGARA”,penulis mempersembahkan kepada yang teristimewa Ayahanda
Marno dan Ibunda Sumiyem yang telah membesarkan, mendidik serta banyak
menberi dukungan, semangat, dan doa kepada penulis. Juga kepada adikadik yang
penulis sayangi yaitu Annisa Ramadhani danSyifa Fariha yang selalu memberikan
doa dan motivasi kepada penulis.
Selama penulisan Tugas Akhir ini hingga menyelesaikannya, penulis
banyak mendapat bantuan dan dukungan serta masukan dari banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Ir. Agus Sun Sugiharto,MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Darma Persada dan sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan
masukan dan penjelasan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Bapak M. Darsono, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Darma Persada.
4. Seluruh Dosen di Universitas Darma Persada yang telah memberi ilmu
pengetahuan yang berguna bagi penulis selama perkuliahan.
5. Seluruh staf karyawan di Fakultas Teknik Fakultas Teknik Universitas Darma
Persada
6. Bapak Tony Joostiono sebagai Asisten Manager Divisi Transmisi sekaligus
pembimbing lapangan di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk divisi Area
Network Regional Jatinegara.
iv
7. Bapak Moutia Desyanto, selaku General Management di PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk Divisi Area Network Regional Jatinegara.
8. Seluruh staf karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Kantor Divisi
Area Network Regional Jatinegara.
9. Sahabat terbaik penulis Umi Fadilatun, Oktaviana Dhewi, Tati Setaningrum,
Putri Juliandani dan Trisna Febria terima kasih untuk dukungan dan
semangatnya selalu.
10. Teman seperjuangan angkatan 2011 Teknik Elektro, khususnya konsentrasi
Teknik Telekomunikasi yang selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis.
11. Seluruh Teman seperjuangan angkatan 2011 dari berbagai jurusan dan seluruh
warga Fakultas Teknik Universitas Darma Persada.
Berbagai usaha telah penulis lakukan demi selesainya Tugas Akhir ini
dengan baik, tetapi penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan penulis.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dengan tujuan
menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.
Jakarta, Sepetember 2015
Penulis,
LUCHINDA HEPRILIAN
NIM : 2011210001
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. xi
DAFTAR SINGAKATAN............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 3
1.4 Pembatasan Masalah.......................................................................................... 3
1.5 Metode Pengumpulan Data................................................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan......................................................................................... 4
BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
2.1 Teknologi Serat Optik......................................................................................... 5
2.2 Pengertian Sistem Komunikasi Serat Optik........................................................ 7
2.3 Prinsip Kerja Komunikasi Serat Optik................................................................ 7
2.3.1 Pemancar Optik ...................................................................................... 9
2.3.2 Repeater................................................................................................. 10
vi
2.3.3 Detektor ................................................................................................ 11
2.4 Serat Optik ......................................................................................................... 11
2.5 Redaman Serat Optik ......................................................................................... 16
2.5.1 Faktor Instrinsik .................................................................................... 17
2.5.2 Faktor Ekstrinsik................................................................................... 17
2.5.3 Redaman Penyambungan...................................................................... 18
2.5.4 Dispersi ................................................................................................. 20
2.6 Penerimaan Optik (Receiver).............................................................................. 22
2.7 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik ............................................................... 22
2.8 DWDM ( DenseWavelength Division Multiplexing )......................................... 23
2.9 Sistem Komunikasi Serat Optik Menggunakan SDH......................................... 27
2.10 Teknik Penyambungan Serat Optik .................................................................... 29
2.11 Link Power Budget.............................................................................................. 30
BAB III KONFIGURASI JARINGAN SERAT OPTIK ARNET
JATINEGARA
3.1 Konfigurasi Jaringan .......................................................................................... 32
3.2 Konfigurasi Jaringan di 3 STO .......................................................................... 34
3.3 Data Jaringan...................................................................................................... 35
3.4 Perangkat Jaringan Komunikasi Serat Optik ..................................................... 36
3.5 Metode Pengukuran ........................................................................................... 40
3.5.1 Fungsi OTDR........................................................................................ 40
3.5.2 Prinsip Kerja OTDR.............................................................................. 41
3.5.3 Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan OTDR...................... 42
vii
3.5.4 Langkah- Langkah Menggunalan OTDR.............................................. 42
3.5.5 Hasil Pengukuran OTDR ...................................................................... 44
3.6 Komponen Jaringan Komunikasi Serat Optik .................................................... 46
3.6.1 Kabel Optik........................................................................................... 47
3.6.2 Splice..................................................................................................... 47
3.6.3 Konektor................................................................................................ 48
BAB IV ANALISIS KINERJA SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET
JATINEGARA
4.1 ARNET Jatinegara Ring 1 di 3 STO................................................................. 49
4.2 Analisis Penentuan Gangguan........................................................................... 50
4.2.1 Analisis Penentuan Gangguan Link STO Jatinegara- STO
Kebayoran.......................................................................................... 51
4.2.2 AnalisisPenentuanGangguan Link STO Jatinegara- STO
Semanggi ........................................................................................... 52
4.2.3 Analisis PenentuanGangguan Link STO Jatinegara- STO
Gambir1............................................................................................. 54
4.3 Analisis Data...................................................................................................... 55
4.3.1 Perhitungan Loss............................................................................... 55
4.3.2 Perhitungan Daya Penerimaan Optik (Receiver) .............................. 67
4.4 Penyebab- Penyebab Gangguan Pada 3 Link ..................................................... 73
4.4.1 Penyebab Gangguan Pada Link STO Jatinegara–STO
Kebayoran 74
4.4.2 Penyebab Gangguan Pada Link STO Jatinegara – STO Semanggi. ... 75
4.4.3 Penyebab Gangguan Pada Link STO Jatinegara – STO Gambir 1..... 76
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Blok diagram prinsip kerja transmisi pada serat optik......................... 9
Gambar 2.2 StrukturDasarKabelSeratOptik............................................................. 11
Gambar 2.3 Kabel Serat Optik................................................................................. 13
Gambar 2.4 PerambatanGelombangpadaMultimode Step Index.............................. 13
Gambar 2.5 PerambatanGelombangpadaMultimode Graded Index ........................ 14
Gambar 2.6 PerambatanGelombangpadaSingle mode Step Index ........................... 15
Gambar 2.7 Jenis- jenis Konektor Serat Optik ....................................................... 20
Gambar 2.8 SistemWavelength Division Multiplexing............................................ 24
Gambar 2.9 Unidirectional Ring.............................................................................. 27
Gambar 2.10 Bidirectional Ring ................................................................................ 29
Gambar 2.11 Link Point To Point dan Parameter-Parameternya.............................. 31
Gambar 3.1 Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik Arnet Jatinegara........... 33
Gambar 3.2 Perangkat Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik..................... 36
Gambar 3.3 Perangkat OLT ( Optical Line Terminal)............................................ 37
Gambar 3.4 Perangkat Optical Termination Box (OTB) ........................................ 37
Gambar 3.5 Perangkat Optical Distibution Cabinet (ODC) ................................... 38
Gambar 3.6 Perangkat Optical Distibution Point (ODP)........................................ 39
Gambar 3.7 Adaptor OTDR menyambungdenganseratoptik.................................. 43
Gambar 3.8 Hasilpengukuran OTDR jaringanbagus ............................................ 44
Gambar 3.9 Hasilpengukuran OTDR jaringan kabel optik tidak bagus ............... 45
Gambar 3.10 Macam-macamloss yang ditunjukanpadagrafik OTDR...................... 46
Gambar 4.1 Konfigurasi Link STO Jatinegara antar STO Kebayoran, STO
ix
Semanggi dan STO Gambir1 ......................................................................................... 50
Gambar 4.2 SkemaJalurTransmisiKabelOptikpada link STO Jatinegara- STO
Kebayoran ....................................................................................... 51
Gambar 4.3 SkemaJalurTransmisiKabelOptikpada link STO Jatinegara- STO
Semanggi......................................................................................... 53
Gambar 4.4 SkemaJalurTransmisiKabelOptikpada link STO Jatinegara- STO
Gambir 1.......................................................................................... 54
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan LED dan Laser ................................................................... 10
Tabel 3.1 Konfigurasi Level Sinyal di 4 STO ........................................................ 34
Tabel 3.2 Data Konfigurasi 3 STO ........................................................................... 35
Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran loss berdasarkan pengukuran loss splice
di lapangan link STO Jatinegara – STO Kebayoran ................................ 58
Tabel 4.2 Tabel hasil pengukuran loss berdasarkan pengukuran loss splice
di lapangan link STO Jatinegara- STO Semanggi .................................. 62
Tabel 4.3 Tabel hasil pengukuran loss berdasarkan pengukuran loss splice di
lapangan link STO Jatinegara- STO Gambir 1 ........................................ 66
Tabel 4.4 Analisis perhitungan Daya Penerimaan Optik ( Receiver) Link
Jatinegara- Kebayoran............................................................................... 68
Tabel 4.5 Analisis perhitungan Daya Penerimaan Optik ( Receiver) Link
Jatinegara- Semanggi................................................................................. 70
Tabel 4.6 Analisis perhitungan Daya Penerimaan Optik ( Receiver)
Jatinegara- Gambir .................................................................................... 72
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Konfigurasi Fiber Optik Arnet Jatinegara
Konfigurasi Ring Fiber Optik Arnet Jatinegara
Lampiran II Bagian- Bagian Alat Ukur OTDR
Spesifikasi Alat Ukur OTDR YOKOGAWA tipe AQ 7260
Spesifikasi Kabel Optik G.655 dan G. 652
Spesifikasi Konektor FC 3MTM
Spesifikasi Fusion Splicer Fitel 178A
Lampiran III Standar Loss Budget standar Fiber Optic Association EIA/TIA 568
Standar Power Budget standar Fiber Optic Association
Standar Daya Transmitter dan Receiverdi ARNET
JATINEGARA
Lampiran IV Tabel Data Hasil Ukur Redaman di 3 STO
Hasil Pengukuran Jalur Transmisi Menggunakan OTDR
Hasil Pengukuran Daya Transmitter (PTx) danReceiver
(PRx) pada sistem Network Monitoring System(NMS)
xii
DAFTAR SINGKATAN
ADM :Add/Drop Multipexer
Absorption :Penyerapan
APD :Avalanche Photo Diode
Core :Inti Serat Optik
Cladding :Selimut serat optik yang melidungi bagian inti
Coating :Jaket Pelindung pada serat optik
DBFA :(Dual Band Fiber Amplifier)
DDF :Digital Distribution Frame
DEMUX :Demumultiplexing
Dispersi :Pelebaran Pulsa
DWDM :Dense Wavelength Division Multiplexing
EBFA :(Extended Band Filter Amplifier)
FC : Fiber Connector
FO :Fiber Optik
Gbps :Giga Byte Per Second
GBR 1 :Gambir
Interferensi :Pengaruh
ITU :International Telecomunication Unite
JTN :Jatinegara
xiii
KBB :Kebayoran
LED :Light Emitting Diode
Loss :Redaman/Rugi Rugi
LD :Laser Diode
MUX :Multiplexing
Microbending:Pembengkokan pada pembuatan Serat Optik
ODP :Optical Distribution Point
OTB :Optical Termination Board
ONT :Optical Network Terminal
ONU :Optical Network United
PIN :Possitive Intrinsic Negative
PCM :Pulse Code Modulation
PDH :Plesinkron Digital Hirarki
Patchcore :Serat Optik Penghubung
Repeater :Terminal Pengulag
Rx :Receiver
Scattering :Penyerapan
SKSO : Sistem Komunikasi Serat Optik
Splice :Titik Sambungan
STM :Synchronous Digital Hierarki
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi serat optik yang begitu cepat saat ini merupakan
bentuk gambaran bahwa semakin majunya akan penggunaan teknologi
komunikasi. PT. Telkom sebagai operator penyedia layanan informasi, salah satu
usaha yang dilakukan PT. Telkom dalam memenuhi tuntutan ini dengan beralih
menggunakan serat optik sebagai media transmisi menggantikan media transmisi
sebelumnya berupa kabel koaksial (kabel Tembaga). Penggantian media transmisi
diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan jasa
telekomunikasi. Serat optik merupakan media transmisi menggunakan cahaya
sebagai penyalur informasi (data). Teknologi serat optik memberikan solusi
terbaik dalam teknologi komunikasi dan informasi, dimana media transmisiannya
yang begitu handal dapat mengirimkan data dalam kapasitas yang besar dan
waktu tempuh pentransmisian yang cepat serta sisi keamanan yang tinggi, yaitu
tahan terhadap gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada kabel konvensional.
Meningkatnya kebutuhan akan komunikasi data, terutama sistem komunikasi serat
optik yang pada akhir-akhir ini berkembang pesat mendorong untuk membuat dan
mengembangkan berbagai metode dan teknologi yang dapat digunakan untuk
mengakomodasi kebutuhan dalam kapasitas besar dan kecepatan tinggi dari
sistem tersebut.
Seiring dengan peningkatan dan pengembangan menggunakan kabel serat
optik sebagai media transmisi data, maka juga sering terjadi faktor hilangnya
informasi yang diakibatkan oleh rugi–rugi yang terjadi disepanjang kabel serat
optik, salah satu rugi–rugi tersebut adalah rugi daya yang diakibatkan oleh
redaman di sepanjang kabel serat optik, yang mengakibatkan perubahan daya dari
pemancar optik (Transmitter) hingga mencapai di penerima optik (Receiver).
Perubahan daya tersebut yaitu adanya penurunan daya dari pemancar optik
(Transmitter) sampai di penerima optik (Receiver). Permasalahan redaman dan
2
daya optik juga mempunyai hubungan dengan perencanaan pemasangan instalasi
sistem komunikasi kabel serat optik ketika sistem tersebut mengalami gangguan
disepanjang kabel serat optik , dalam hal ini terjadi di PT. Telkom divisi Arnet
Jatinegara di Jakarta Timur, dari data redaman dan daya yang terjadi di PT.
Telkom divisi Arnet Jatinegara di Jakarta Timur ini, maka dilakukan penelitian
untuk menganalisa kinerja sistem komunikasi serat optik yang diakibatkan oleh
redaman (loss) dan daya yang bekerja di sepanjang kabel serat optik. Redaman
(loss) bisa diakibatkan oleh panjang span serat dan banyaknya splicing
(sambungan) di sepanjang kabel serat tersebut. Juga dipengaruhi oleh dispersi,
dimana semakin bertambah jarak panjangnya lintasan maka dispersi pada serat
optik semakin jelek. Untuk mengetahui kinerja suatu jaringan teknologi serat
optik ini, harus lah dilakukan analisis terhadap hasil pemeriksaan, pengukuran dan
pengetesan konfigurasi jaringan tersebut. Pembahasan berkaitan dengan
konfigurasi jaringan serat optik yang dimiliki oleh PT Telkom divisi Arnet
Jatinegara di Jakarta Timur sebagai perusahaan penyedia jasa teknologi dan
informasi dalam satu site (shelter).
1.2. Perumusan Masalah
Dari judul tersebut, alasan pemilihan judul penulis akan membahas
mengenai permasalahn pada :
1. Bagaimana cara melakukan perhitungan dan perbandingan redaman serat
optik dan jenis kabel optik yang merujuk pada rekomendasi Fiber Optic
Association EIA/TIA 568dan spesifikasi penggunaan kabel optik
sehingga didapatkan suatu analisis penurunan kualitas daya penerima
optik (Receiver) akibat redaman kabel terhadap kinerja dari SKSO pada 3
(tiga) ruas di PT TELKOM Divisi Arnet Jatinegara.
2. Bagaimana cara menganalisa rugi-rugi (redaman) daya yang diterima oleh
penerima optik (receiver) menggunakan perhitungan secara teoritis agar
sesuai dengan nilai daya penerimaan optik (receiver) sesuai perhitungan
standar menggunakan metodeLink Power Budget.
3
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menganalisiskinerja jaringan serat
optik pada Ring 1 (Satu) di PT Telkom Area Network (Arnet) Jatinegara.
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk mempertajam dan memfokuskan permasalahan dalam penulisan
tugas akhir ini, beberapa batasan masalah yang diambil diantaranya adalah adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian Kinerja Jaringan Sistem Komunuikasi Serat Optik dibatasi
pada kinerja penurunan daya pada jaringan kabel serat optik pada Ring 1
di Arnet Jatinegara
2. Pada sistem kinerja jaringan serat optik data yang di ambil meliputi 3
(tiga) ruasdi PT TELKOM Arnet Jatinegara diantaranya STO Kebayoran,
STO Semanggi, dan STO Gambir1.
3. Data yang digunakan adalah data riset perangkat SDH Fujitsu di PT
TELKOM Divisi Arnet Jatinegara. Parameter yang digunakan pada analisa
redaman serat adalah : redaman jaringan kabel serat optik, nilai daya
Tx dan Rx dengan panjang gelombang 1550 nm.
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh bahan- bahan yang
diperlukan untuk menyususn tugas kahir ini adalah metode studi literatur. Penulis
melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan guna mencari literatur- literatur
dan buku- buku yang berhubugan dengan tugas akhir yang penulis susun, serta
mengambil bahan dari internet. Berikut penjelasan lengkap penulis mengenai
metode penulisan :
4
1. Tinjauan pustaka, mempelajari buku, artikel, dan situs-situs yang dapat
mendukung penyusunan tugas akhir ini.
2. Mengadakan riset di lingkungan PT TELKOM Arnet Jatinegara
3. Dengan metode diskusi yaitu dengan melakukan konsultasi, dialog dan tukar
pikiran dengan pembimbing lapangan di PT TELKOM Arnet Jatinegara dan
dosen pembimbing.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika tugas akhir ini disusun menjadi lima bab sebagai berikut :
BAB I :PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II :SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
Pada bab ini menguraikan gambaran umum dari Sistem KomunikasiSerat Optik.
BAB III :KONFIGURASI SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
Pada Bab ini akan membahas tentang Kofiguasi jaringan serat optik pada Ring 1
di PT Telkom divisi Arnet Jatinegara.
BAB IV :ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA
RING 1 DI ARNET JATINEGARA
Pada Bab ini akan membahas tentang menganalisis penuruan kualitas daya
penerimaan optik (Receiver) jaringan serat optik pada Ring 1 di PT Telkom divisi
Arnet Jatinegaradengan cara menganalisis penurunan daya penerima optik
(Receiver) menggunakan Link Power Budget.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini diberikan kesimpulan dari seluruh rangkaian
penelitian yang dilakukan dan saran untuk pengembangan selanjutnya.
5
BAB II
SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
2.1. Teknologi Serat Optik
Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan
sarana telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat,
aman, dan juga kapasitas besar dalam menyalurkan informasi.Seiring dengan
perkembangan telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi
dengan menggunakan teknologi serat optik semakin dikembangkan, sehingga
dapat menggeser penggunaan sistem transmisi konvensional dimasa mendatang,
terutama untuk transmisi jarak jauh.
Dampak dari perkembangann teknologi ini adalah perubahan jaringan
analog menjadi jaringan digital baik dalam sistem switching maupun dalam sistem
transmisinya. Hal ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang
dikirim, serta biaya operasi dan pemeliharaan lebih ekonomis. Sebagai sarana
transmisi dalam jaringan digital, serat optik berperan sebagai pemandu gelombang
cahaya.Serat optik dari bahan gelas atau silika dengan ukuran kecil dan sangat
ringan dapat mengirimkan informasi dalam jumlah besar dengan rugi-rugi relatif
rendah.
Penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak
digunakan sejak zaman dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman
mengawali eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang
bernama serat optik.
Perkembangan selanjutnya adalah ketika para ilmuawan inggris pada
tahun 1958 mengusulkan prototipe serat optik yang sampai sekarang dipakai yaitu
yang terdiri atas gelas inti yang dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun
1960-an perubahan fantastis terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang
berhasil membuat jenis serat optik yang mampu mentransmisikan gambar.
6
Di lain pihak para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya
melewati gelas (serat optik) namun juga mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya.
Kerja keras itupun berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan.Laser beroperasi
pada daerah frekuensi tampak sekitar 1014 Hertz- 15 Hertz atau ratusan ribu kali
frekuensi gelombang mikro.
Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan
merepotkan. Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah.
Laser juga belum terpancar lurus.Pada kondisi cahaya sangat cerah pun,
pancarannya gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer.Waktu itu,
sebuah pancaran laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak
titik dengan simpangan jarak hingga hitungan meter. Sekitar tahun 60-an
ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari 1 bagian
dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat bening dan tidak
menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon, seandainya air laut
itu semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup kita dapat menonton lalu-
lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.
Seperti halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap
pengembangan awal. Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak
efisien. Hingga tahun 1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama
kali diramalkan akan menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya
masih 20 dB/km. Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik
mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain.Secara perlahan tapi pasti
atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km.
Tahun 80-an, bendera lomba industri serat optik benar-benar sudah
berkibar.Nama-nama besar di dunia pengembangan serat optik
bermunculan.CharlesK.Kao diakui dunia sebagai salah seorang perintis
utama.Dari Jepang muncul Yasuharu Suematsu.Raksasa-raksasa elektronik
macam ITT atau STL jelas punya banyak sekali peranan dalam mendalami riset-
riset serat optik.
7
2.2. Pengertian Sistem Komunikasi Serat Optik
Sistem Komunikasi Serat Optik adalah suatu sistem Komunikasi yang
menggunakan Kabel Serat Optik sebagai media transmisinya yang dapat
menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dan tingkat keandalan yang tinggi,
berbeda dengan media transmisi lainnya serat optik tidak menggunakan
gelombang elektromagnetik/listrik sebagai gelombang pembawanya melainkan
menggunakan sumber optik, detector optik, dan serat optik dengan panjang
gelombang cahaya 850nm, 1.300nm, dan 1550nm.
2.3. Prinsip kerja Sistem Komunikasi Serat Optik
Berbeda dengan sistem transmisi yang menggunakan gelombang
elektromagnetik, pada sistem transmisi serat optik yang bertugas membawa sinyal
informasi adalah gelombang cahaya. Berikut ini adalah proses yang terjadi pada
sistem transmisi serat optik dengan sinyal yang ditransmisikan berupa sinyal
suara. Pertama-tama mikrofon mengubah sinyal suara menjadi sinyal listrik.
Sinyal listrik ini kemudian dibawa oleh gelombang cahaya melalui serat optik
dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada
ujung lain dari serat. Sinyal listrik termodulasi diubah menjadi gelombang cahaya
pada transmitter dan kemudian diubah kembali menjadi sinyal listrik pada
receiver. Pada receiver sinyal listrik diubah menjadi gelombang suara.Tugas
untuk mengubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau sebaliknya dapat
dilakukan dengan menggunakan komponen elektronik yag dikenal dengan nama
Optoelectronic pada setiap ujung serat optik.
8
Prinsip kerja transmisi pada serat optik dapat dilihat pada blok diagram pada
gambar 2.1 :
Sumber Optik
Kabel Serat
Optik
Detektor Optik
Rangkaian
Elektronik
Multiplex Digital
Rangkaian
Elektronik
DeMultiplex Digital
Gambar 2.1 Blok diagram prinsip kerja transmisi pada serat
optik[10]
Berikut ini penjelasan dari blok diagram di atas :
 pada arah kirim, input sinyal yang berasal dari perangkat multiplex digital
akan diteruskan ke rangkaian elektronik untuk menjalani perbaikan karakteristik
dan mengubah kode sinyal yang masuk tersebut menjadi binary;
 selanjutnya sinyal binary tersebut diteruskan ke rangkaian sumber optik,
dimana dalam rangkaian ini sinyal binary dengan daya listrik akan diubah
menjadi sinyal dengan daya optik;
 dari sumber optik, kemudian sinyal akan diteruskan ke detektor optik
melalui kabel serat optik;
 pada arah terima, sinyal dengan daya optik yang diterima dari sumber
optik melalui kabel serat optik akan diubah menjadi sinyal dengan daya listrik;
 selanjutnya sinyal dengan daya listrik tersebut diteruskan ke rangkaian
elektronik untuk didekodekan kembali ke sinyal;
9
 dari rangkaian elektronik, sinyal tersebut diteruskan ke demultipleks
digital.
Dalam perjalanan dari transmiter menuju ke receiver akan terjadi redaman/rugi
cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya. Oleh sebab itu,
bila jarak antara transmiter dan receiver ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah
atau beberapa perangkat pengulang (regenerative repeater) yang bertugas untuk
memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman.
2.3.1. Pemancar Optik (Optical transmitter)
Transmitter terdiri dari 2 bagian yaitu :
 Rangkaian elektrik berfungsi untuk mengkonversi dari sinyal digital
menjadi sinyal analog, selanjutnya data tersebut disisipkan ke dalam sinyal
gelombang optik yang telah termodulasi
 Sumber gelombang optik berupa sinar Laser Diode (LD) dan LED (light
emmiting diode) yang pemakaiannya disesuaikan dengan sistem
komunikasi yang diperlukan.
a.) Laser Diode (LD) dapat digunakan untuk sistem komunikasi optik
yang sangat jauh seperti Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) dan
Sistem Komunikasi Fiber Optik (SKSO), oleh karena laser LD memiliki
karakteristik yang handal, dimana dapat memancarkan daya dengan
intensitas yang tinggi, stabil, hampir monokromatis, terfokus, dan
merambat dengan kecepatan sangat tinggi sehingga dapat menempuh jarak
sangat jauh.Pembuatannya sangat sulit karena memerlukan spesifikasi
tertentu sehingga harganyapun mahal.Jadi LD tidak ekonomis dan tidak
efisien jika digunakan untuk sistem komunikasi jarak dekat dan pada trafik
kurang padat.
b.) Light Emmiting Diode (LED) digunakan untuk sistem komunikasi
jarak sedang dan dekat agar sistem dapat ekonomis dan efektif,
10
karena Light Emmiting Diode lebih mudah pembuatannya, sehingga
harganya pun lebih murah.
Tabel 2.1 Perbandingan LED dan Laser[1]
2.3.2. Repeater
Berfungsi untuk menguatkan kembali pulsa-pulsa cahaya yang dikirimkan.
Untuk hubungan yang sangat jauh, pulsa cahaya yang dikirimkan akan mengalami
loss yang besar sehingga apabila diteruskan tidak dapat dideteksi oleh
photodetector, maka untuk itu diperlukan repeater. Pada umumnya digunakan
untuk komunikasi serat optik antar kota yang membutuhkan repeater setiap 50
km. Repeater terlebih dahulu mengubah pulsa cahaya menjadi listrik kemudian
Karakteristik LED LASER DIODE
Spektrum keluaran Tidak koheren Koheren
Daya Optik keluaran Lebih rendah (0,4-4,0mW) Lebih tinggi (1,5-8,0mW)
Kestabilan operasi terhadap
temperatur
Lebih stabil Kurang stabil
Penguatan cahaya Tidak ada Ada
Arah pancaran cahaya Kurang terarah Sangat terarah
Arus pacu Kecil Besar
Disipasi panas Kecil Besar
Harga Lebih murah Lebih mahal
Kemudahan penggunaan Lebih mudah Lebih sulit
Kecepatan (rise time) Lebih lambat (2 – 10 ns) Lebih cepat (0,3 – 0,7 ns)
Panjang gelombang 800-850, 1300 nm 800-850, 1300, 1500 nm
Lebar pita (nm)
30-60 (λ = 800-850 nm)
50-150 (λ=1300)
1-2 (λ = 800-850 nm)
2-5 (λ = 1300 nm)
2-10 (λ = 1500 nm)
Daya ke serat 0,03 – 0,15 mW 0,4 – 3,0 mW
Frekuensi modulasi 0,08 – 0,3 Ghz 2 – 3 GHz
Kepekaan - Elektrostatik
11
sinyal listrik tersebut diperkuat dan baru diubah kembali menjadi pulsa cahaya
untuk dikirimkan.
2.3.3. Detektor Optik
Photodetector berfungsi mengubah variasi intensitas optik/cahaya menjadi
variasi arus listrik. Photodioda dioperasikan pada pra-tegangan balik. Cahaya
yang diterima akan diubah menjadi arus listrik, pada tahanan RL arus tersebut
diubah menjadi besaran tegangan. Perbandingan arus yang dihasilkan
photodetector terhadap daya optical yang diterima disebut sensitivitas optik.
Sensitivitas suatu photodetector sangat bergantung pada panjang gelombang
operasi dan bahan photodetector.
2.4. Serat Optik
Serat optik terbuat dari bahan dielektrik yang berbentuk seperti kaca
(glass). Didalam serat inilah energi listrik diubah menjadi cahaya yang akan
ditransmisikan sehingga dapat diterima di ujung unit penerima (receiver) melalui
transducer. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat struktur dasar kabel serat optik.
Gambar 2.2 Struktur Dasar Kabel Serat Optik[2]
Struktur serat optik terdiri dari:
1. Inti (core)
12
Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana
gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias
lebih besar dari lapisan kedua. Terbuat dari kaca (glass) yang berdiameter antara
2µm-125µm, dalam hal ini tergantung dari jenis serat optiknya.
2. Cladding
Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar
dapatmerambat ke ujung lainnya.Dengan adanya cladding ini cahaya dapat
merambat dalam core serat optik.Cladding terbuat dari bahan gelas dengan indeks
bias yang lebih kecil dari core. Cladding merupakan selubung dari core. Diameter
cladding antara 5µm-250µm, hubungan indeks bias antaracore dan cladding
akanmempengaruhi perambatan cahaya pada core (yaitumempengaruhi besarnya
sudut kritis).
3. Jaket (coating)
Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan
identitaskode warna terbuat dari bahan plastik.Berfungsi untuk melindungi serat
optik dari kerusakan.
Sebuah kabel serat optik dibuat sekecil-kecilnya (mikroskopis) agar tidak
mudah patah/retak, tentunya dengan perlindungan khusus sehingga besaran wujud
kabel akhirnya tetap mudah dipasang. Satu kabel serat optik disebut sebagai core.
Untuk satu sambungan/ link komunkasi serat optik dibutuhkan dua core, satu
sebagai transmitter dansatu lagi sebagai receiver. Variasi kabel yang dijual sangat
beragam sesuai kebutuhan, ada kabel 4 core, 6 core, 8 core, 12 core, 16 core,
24core, 36 core, 48 core, 72 core hingga 96 core. Satu core serat optik yang
terlihat oleh mata kita adalah masih berupa lapisan perlindungnya (coated)
sedangkan kacanya sendiri menjadi inti transmisi data berukuran mikroskopis
yang tak terlihat oleh mata. Berikut gambar kabel optik yang terlihat pada gambar
2.3.
13
Gambar 2.3 Kabel Serat Optik [13]
Karakteristik Komunikasi Serat Optik
Serat optik terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1) Multimode Step Index fiber
Pada jenis multimode step indexfiberini, diameter core lebih besar dari
diameter cladding. Dampak dari besarnya diameter core menyebabkan rugi-rugi
dispersi waktu transmit-nya besar.Penambahan presentase bahan silica pada
waktu pembuatan tidak terlalu berpengaruh dalam menekan rugi-rugi dispersi
waktu pengiriman.Gambar 2.4 menunjukkan perambatan gelombang dalam serat
optik multimode stepindex.
Gambar 2.4 Perambatan Gelombang pada Multimode Step Index [2]
Multimode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Indeks bias inti konstan.
• Ukuran inti besar (50mm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis.
• Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki inti yang besar.
14
• Sering terjadi dispersi.
• Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah.
Susunan serat optik dari type multimode Step Indeks, yaitu :
 Diameter inti (core) : 200-300μm
 Diameter selimut ( cladding) :380-440μm
 Diameter jaket (coating) :250-1000μm
 Numerical Aperture :0,16-0,5
 Redaman :4-6dB/km
 Lebar pta frekuensi (bandwith) :4-6Mhz
2) Multimode Graded Index
Pada jenis serat optik multimode graded index ini. Core terdiri dari
sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias
tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai ke batas
core-cladding. Akibatnya dispersi waktu berbagai mode cahaya yang merambat
berkurang sehingga cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan. Gambar 2.5
menunjukkan perambatan gelombang dalam multimode graded index.
Gambar 2.5 Perambatan Gelombang pada Multimode Graded Index [2]
Multimode Graded Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga
rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat.
15
• Dispersi minimum sehingga baik jika digunakan untuk jarak menengah
• Ukuran diameter core antara 30 µm – 60 µm. lebih kecil dari multimodestep
Index dan dibuat dari bahan silica glass.
• Harganya lebih mahal dari serat optik Multimode Step Index karena proses
pembuatannya lebih sulit.
Susunan serat optik type Multimode Grade Indeks yaitu :
 Diameter inti (core) :50-100μm (standar 50 μm)
 Diameter selimut (cladding) :100-150μm(standard 125μm)
 Diameter jaket (coating ) :250-1000μm
 Numerical Aperture : 0,2-0,3
 Redaman :0,3-3,5 dB/km
 Lebar pita frekuensi(bandwidth) :150 MHz-2Ghz
3) Single mode Step Index
Pada jenis single mode step index. Baik core maupun cladding-nya dibuat
dari bahan silica glass.Ukuran core yang jauh lebih kecil dari cladding dibuat
demikian agar rugi-rugi transmisi berkurang akibat fading.Seperti ditunjukan
gambar 2.6.
Gambar 2.6 Perambatan Gelombang pada Single mode Step Index [2]
16
Singlemode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Serat optik Singlemode Step Index memiliki diameter core yang sangat kecil
dibandingkan ukuran cladding-nya.
• Ukuran diameter core antara 2 µm – 10µm.
• Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu
serat optik.
• Memiliki redaman yang sangat kecil.
• Memiliki bandwidth yang lebar.
• Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi.
• Dapat digunakan untuk transmisi jarak dekat, menengah dan jauh.
Susunan dari serat optik type Singlemode, yaitu :
 Diameter inti (core) :20-10μm
 Diameter selimut ( cladding) :50-125μm
 Diameter jaket (coating) :250-1000μm
 Numerical Aperture : 0,08-0,15
 Redaman :0,2-0,5dB/km
 Lebar pita frekuensi (bandwith) :>150Mhz
2.5. Redaman Serat Optik
Tahanan dari konduktor tembaga menyebabkan hilangnya sebagian dari
energi listrik yang mengalir dari suatu kabel.Core dari kabel serat optik menyerap
sebagian dari energi cahaya.Hal ini dinyatakan dalam redaman kabel.Satuan yang
digunakan untuk redaman serat optik adalah dB/km. redaman tergantung dari
17
beberapa keadaan.Tetapi yang utama adalah bahwa redaman tergantung pada
panjang gelombang dari cahaya yang digunakan.
Menurut rekomendasiFiber Optic Association EIA/TIA 568, kabel serat
optik harus mempunyai koefisien redaman 0,5 dB/km untuk panjang gelombang
1310 nm dan 0,4 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm. Tapi besarnya
koefisien ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena harus
mempertimbangkan proses pabrikasi, desain & komposisi fiber, dan desain kabel.
2.5.1. Faktor Intrinsik
Ada beberapa faktor intrinsik dari serat optik yang menyebabkan redaman, yaitu:
1. Absorption (penyerapan), peristiwa ini terjadi akibat ketidak murnian
bahanfiber optik yang digunakan. Bila cahaya menabrak sebuah partikel dari
unsur yang tidak murni maka sebagian dari cahaya tersebut akan terserap.
2. Scattering (penghamburan) terjadi akibat adanya berkas cahaya yangmerambat
dalam materi dipancarkan/dihamburkan ke segala arah dikarenakan struktur
materi yang tidak murni. Biasanya scattering ini terjadi pada lokasi-lokasi
tertentu saja di dalam bahan, dan ukuran daerah yang terkena pengaruh
perubahan efek terpencarnya cahaya sangat kecil, yaitu kurang dari satu
panjang gelombang cahaya.
3. Microbending (pembengkokan pada saat pembuatan serat optik)
Pada umumnya timbul di dalam proses manufaktur. Penyebab yang biasa
dijumpai adalah perbedaan laju pemuaian (dan penyusutan) antara serat optik
dan lapisan-lapisan pelindung luarnya (jaket). Ketika kabel serat optik
18
menjaditerlalu dingin, lapisan jaket maupun bagian inti/mantel akan
mengalami penyusutan dan memendek sehingga dapat bergeser dari posisi
relatifnya semula dan menimbulkan lekukan-lekukan yang disebut microbend.
2.5.2. Faktor Ekstrinsik
Ada beberapa faktor ekstrinsik dari serat optik yang menyebabkan redaman,
yaitu:
1. Frasnel Reflection terjadi karena ada celah udara sehingga cahaya
harusmelewati dua interface yang memantulkan sebagian karena perubahan
index bias dari inti ke udara dan inti lagi.
2. Mode Copling terjadi karena adanya sambungan antara sumber/detector
optikdengan serat optik. Macrobending, lekukan tajam pada sebuah kabel
serat optik dapatmenyebabkan timbulnya rugi daya yang cukup serius,
dan lebih jauh lagi kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis
(pecahnya serat optik). Rugi daya yang ditimbulkan dengan
melengkungkan sepotong pendek serat optik boleh jadi lebih besar dari
rugi daya total yang timbul pada seluruh kabel serat optik sepanjang 1 km
yang dipasang secara normal.
2.5.3 Redaman Penyambungan
Redaman pada kimunikasi serat optik dapat terjadi akibat penyambungan
serat optik di lapagan :
1. Splice :
 Sambungan yang sifatnya permanen
 Digunakan untuk menyambugkan dua buah serat optik yang patah atau
19
disambung untuk perpanjangan serat.
 Teknik metode lebur ( fusion splice ), dilakukan dengan meleburkan ujung-
ujung dari serat optik yang akan disambung dengan laser.
2. Konektor
Konektor adalah sebuah alat mekanik yang menjulang pada ujung sebuah
fiber optik, sumber cahaya, dan penerima sinyal.Hal itu juga mengijinkan untuk
menggabungkan dengan alat yang serupa.Pemancar (transmitter) mengirimkan
informasi secara jelas dari fiber optik melalui sebuah konektor.Konektor harus
menyalakan dan mengumpulkan cahaya, mudah dipasang maupun dilepaskan dari
peralatan.Konektor juga berfungsi untuk menyambung atau memutuskan
koneksi.Ada beberapa jenis konektor yang sering digunakan dalam teknologi fiber
optik
 Biconic: Salah satu konektor yang kali pertama muncul dalam komunikasi fiber
optik. Saat ini sangat jarang digunakan.
 D4: Konektor ini hampir mirip dengan FC hanya berbeda ukurannya saja.
Perbedaannya sekitar 2 mm pada bagianferrule-nya.
 FC: Digunakan untuk kabel single mode dengan akurasi yang sangat tinggi dalam
menghubungkan kabel dengan transmitter maupun receiver. Konektor ini
menggunakan sistem drat ulir dengan posisi yang bisa diatur, sehingga ketika
dipasangkan ke perangkat, akurasinya tidak akan mudah berubah.
 SC: Digunakan untuk kabel single mode dan bisa dicopot pasang. Konektor ini
tidak terlalu mahal, simpel, dan dapat diatur secara manual akurasinya dengan
perangkat.
 SMA: Konektor ini merupakan pendahulu dari konektor ST yang sama-sama
menggunakan penutup dan pelindung. Namun seiring dengan berkembangnya ST
konektor, maka konektor ini sudah tidak berkembang lagi penggunaannya.
 ST: Bentuknya seperti bayonet berkunci hampir mirip dengan konektor BNC.
Sangat umum digunakan baik untuk multi mode maupun single mode kabel.
Sangat mudah digunakan baik dipasang maupun dicabut.
20
Gambar 2.7 Jenis- jenis Konektor Serat Optik[1]
Sifat-sifat konektor :
 Sambungan yang sifatnya tidak pemanen
 Menyambungkan serat optik dengan perangkat agar mudah dilepas dan dipasang
lagi
 Menggunakan latyang disebut konektor
Konektor kabel optik terdiri dari empat jenis konektor model SC dan FC
yang dapat disesuaikan dengan jenis perangkat yang digunakan.
2.5.4 Dispersi
Dispersi adalah pelebaran pulsa yang terjadi ketika sinyal merambat
melaluisepanjang serat optik yang disebabkan oleh keterbatasan material dan efek
linear seperti polarisasi, material dan lainnya. Faktor dispersi ini akan
mempengaruhi kualitas sinyal yang akan ditransmisikan dalam jaringan.
Dispersiakan menyebabkan pulsa-pulsa cahaya memuai dan menjadi lebih lebar,
sehingga pada akhirnya mengakibatkan pulsa-pulsa tersebut saling tumpang tindih
dengan satu sama lain. Jenis dispersi pada serat optik yang disebabkan oleh
mekanisme yang berbeda, yaitu:
21
a. Dispersi Intermodal
Cahaya dari sumber masuk ke dalam serat optik multimode dirambatkan
dalam beberapa mode.Setiap mode ada yang merambat sejajar sumbu inti dan ada
pula yang merambat zig-zag. Dengan demikian jarak yang ditempuh oleh tiap
mode akan berbeda-beda. Dispersi intermodal disebut juga pelebaran pulsa.
b. Dispersi Kromatik
Dispersi material terjadi karena indeks bias bervariasi sebagai fungsi
panjanggelombang optik. Salah satu dispersi yang paling dominan dalam jaringan
optik adalah dispersi kromatik.Akibat pengaruh dispersi kromatik maka
digunakan DCF (Dispersion Compensating Fiber) sebagai pengkompensasi
akumulasi dispersi.DCF merupakan serat optik dengan panjang tertentu yang
dibuat dari material yang memiliki koefisien dispersi kromatik yang khusus pada
panjang gelombang operasinya.Koefisien dispersi kromatik ini bernilai negatif
dan bernilai lebih besar per unit panjangnya dibandingkan dengan koefisien
dispersi dari serat optik yang digunakan sistem.Dengan karakteristik ini, maka
panjang DCF yang cukup pendek dapat mengkompensasi akumulasi dispersi
kromatik pada serat optik yang digunakan sistem.
c. Dispersi Bumbung Gelombang (Waveguide Dispersion)
Dispersi ini terjadi akibat dari karakteristik perambatan mode sebagai
fungsiperbandingan antara jari-jari inti serat dan panjang gelombang.
d. Dispersi Mode Polarisasi
Penyebab utamanya adalah ketidaksimetrisan bentuk serat optik akibat adanya
tekanan saat pengkabelan, ataupun saat instalasi.Dispersi mode polarisasi pun
akan meningkat dengan bertambahnya usia kabel optik.
22
2.6 Penerimaan Optik (Optical Receiver)
Dalam sistem komunkasi serat optik pada sisi penerima yang terpenting
adalah detektor optik. Fungsi dari suatu detektor optik adalah mengubah sinyal
optik menjadi sinyal listrik. Perangkat ini berada di ujung depan dari penerimaan
optik sehingga memerlukan kinerja yang tinggi, Persyaratan yang harus dipenuhi
oleh photodiode meliputi :
 Memilki sensitivitas yang tinggi
 Mempunyai bandwith yang lebar dan respon time yang cepat
 Hanya memberikan tambahan noise yang kecil
 Tidak peka terhadap suhu
Pada sistem transmisi serat optik digunakan dua jenis photodetrctor yaitu:
a) Diode PIN ( Positive Intrinstic Negative )
Untuk komunikasi jarak pendek lebih efisien jika menggunakan detektor
Diode PIN, karena PIN baik digunakan untuk bit rate rendah dan sensitivitasnya
tinggi untuk LED.
b) APD (Avalanche Photo-Diode)
Untuk komunikasi jarak jauh digunakan detektor APD yang dapat bekerja
pada panjang gelombang 1330nm dan 1500 nm dengan kualitas yang baik,
Artinya detektor APD mempunyai respons yang tinggi terhadap sinar Laser Diode
sebagai pe,bawa gelombang optik informasi. Pada perangkat Fujitsu yang
digunakan dalah piranti APD karena memiliki ketanggapan yang lebih baik dari
photodetector PIN.
2.7 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik
Adapun keuntungan dari kabel serat optik, yaitu:
1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwith yang lebar).Frekuensi pembawa
23
optik bekerja pada daerah frekuensi yang tinggi yaitu sekitar 1013
Hz
sampai dengan 1016
Hz, sehingga informasi yang dibawa akanmenjadi
banyak.
2. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat dari
tembaga, terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang gelombang
sekitar 1300 nm yaitu 0,2 dB/km.
3. Kebal terhadap gangguan gelombang electromagnet.Fiber optik terbuat
dari kaca atau plastik yang merupakan isolator, berarti bebas dari
interferensi medan magnet, frekuensi radio dan gangguan listrik.
4. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi.
Kemampuan fiber optik dalam menyalurkan sinyal frekuensi tinggi,
sangat cocok untuk pengiriman sinyal digital pada sistem multipleks
digital dengan kecepatan beberapa Mbit/s hingga Gbit/s
5. Ukuran dan berat fiber optik kecil dan ringan.Diameter inti fiber optik
berukuran micro sehingga pemakaian ruangan lebih ekonomis.
6. Tidak mengalirkan arus listrik. Terbuat dari kaca atau plastik sehingga
tidak dapat dialiri arus listrik (terhindar dari terjadinya hubungan
pendek)
7. Sistem dapat diandalkan (20 – 30 tahun) dan mudah pemeliharaannya.
Adapun kerugian yang terdapat pada kabel serat optik, yaitu:
1. Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya
diperlukanlapisan penguat sebagai proteksi.
2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang
berlebihan
3. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat memberikan catuan
pada pemasangan repeater.
2.8 DWDM ( DenseWavelength Division Multiplexing )
Pengertian DWDM Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)
24
merupakan suau teknik transmisi yang yang memanfaatkan cahaya dengan
panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga
setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat
ditransmisikan melalui sebuah serat optic. Gambar Prinsip dasar system DWDM
Teknologi DWDM adalah teknologi dengan memanfaatkan sistem SDH
(Synchoronous Digital Hierarchy) yang sudah ada (solusi terintegrasi) dengan
memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada.
Menurut definisi, teknologi DWDM dinyatakan sebagai suatu teknologi
jaringan transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang
gelombang (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal.Artinya, apabila
dalam satu fiber itu dipakai empat gelombang, maka kecepatan transmisinya
menjadi 4x10 Gbs (kecepatan awal dengan menggunakan teknologi SDH).
Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan memberikan
fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas
transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuannya dalam hal ini diyakini
banyak orang akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya
jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditramsmisikan dalam satu fiber. 4
Pada perkembangan selanjutnya, teknologi DWDM ini tidak saja
dipergunakan pada jaringan utama (backbone), melainkan juga pada jaringan
akses di kota-kota metropolitan di seluruh dunia, seperti halnya New York yang
memiliki distrik bisnis yang terpusat. Alasan utama yang mendorong penggunaan
DWDM pada jaringan akses ini tentu saja kemampuan sehelai serat optik yang
sudah mampu mengakomodasikan puluhan bahkan ratusan panjang-
gelombang.Sehingga, setiap perusahaan penyewa dapat memiliki 'jaringan'
masing-masing.
Gambar 2.8 Sistem Wavelength Division Multiplexing [4]
25
Pada sisi kanan terdapat 5 sinyal yang dipisahkan dalam sebuah
demultiplekser dan dirutekan ke setiap penerima masing – masing.Receiver
bersifat color-blind dalam merespon secara sama untuk semua panjang
gelombang.Receiver dapat mendeteksi semua panjang gelombang yang masuk.
Ini artinya, bahwa sinyal – sinyal tersebut harus benar – benar terpisah pada
bagian multiplekser, karena jika terjadi perbedaan panjang gelombang antar 2 atau
lebih yang masuk, maka pada keluaran receiver akan dianggap sebagai sebuah
noise. Sebagai contoh, jika λ4masuk pada receiver 5, maka receiver secara
bersamaan akan memasukkan λ4 padakanal 5 sebagai λ5.Ini menyebabkan
terjadinya interferensi dengan sinyal λ5 yangasli.Add - drop multiplekser ialah
sebuah multiplekser yang berfungsi untukmengeluarkan 1 atau lebih panjang
gelombang dari gabungan transmisi sinyal optik.Add – drop multiplekser dapat
melakukan drop ke suatu lokasi tujuan. Ia juga dapatmelakukan add sinyal
tersebut, sehingga dapat ditransmisikan kembali pada midpoint station. Pada
Gambar 2.7 dapat kita lihat penambahan sinyalλ4setelah sinyaltersebut di-drop
terlebih dahulu.
Pada teknologi DWDM, terdapat beberapa komponen utama yang harus
ada untuk mengoperasikan DWDM dan agar sesuai dengan standart channel
ITU sehingga teknologi ini dapat diaplikasikan padabeberapa jaringan optic
seperti SONET dan yang lainnya. Komponen-komponennya adalah sbb:
1. Transmitter yaitu komponen yang menjembatani antara sumber sinyal
informasi dengan multiplekser pada system DWDM. Sinyal dari transmitter ini
akan dimultipleks untuk dapat ditansmisikan.
2. Receiver yaitu komponen yang menerima sinyal informasi dari demultiplekser
untuk dapat dipilah berdasarkan macam-macam informasi.
3. DWDM terminal multiplexer, Terminal mux sebenarnya terdiri dari transponder
converting wavelength untuk setiap signal panjang gelombang tertentu yang
akan dibawa. Transponder converting wavelength menerima sinyal input optic
(sebagai contoh dari system SONET atau yang lainnya), mengubah sinyal
26
tersebut menjadi sinyal optic dan mengirimkan kembali sinyal tersebut
menggunakan pita laser 1550 nm.Terminal mux juga terdiri dari multiplekser
optikal yang mengubah sinyal 550 nm dan menempatkannya pada suatu fiber
SMF-28.
4. Intermediate optical terminal (amplifier), Komponen ini merupakan amplifier
jarak jauh yang menguatkan sinyal dengan banyak panjang gelombang yang
ditransfer sampai sejauh 140 km atau lebih. Diagnostik optikal dan telemetry
dimasukkan di sekitar daerah amplifier ini untuk mendeteksi adanya kerusakan
dan pelemahan pada fiber. Pada proses pengiriman sinyal informasi pasti
terdapat atenuasi dan dispersi pada sinyal informasi yang dapat melemahkan
sinyal. Oleh karena itu harus dikuatkan.Sistem yang biasa dipakai pada fiber
amplifier ini adalah system EDFA, namun karena bandwith dari EDFA ini
sangat kecil yaitu 30 nm (1530 nm-1560 nm), namun minimum attenuasi
terletak pada 1500 nm sampai 1600 nm. Kemudian digunakan DBFA (Dual
Band Fiber Amplifier) dengan bandwidth 1528 nm to 1610 nm.Kedua jenis
amplifier ini termasuk jenis EBFA (Extended Band Filter Amplifier) dengan
penguatan yang tinggi, saturasi yang lambat dan noise yang rendah. Teknologi
amplifier optic yang lain adalah system Raman Amplifier yang merupakan
pengembangan dari system EDFA.
5. DWDM terminal demux, Terminal ini mengubah sinyal dengan banyak panjang
gelombang menjadi sinyal dengan hanya 1 panjang gelombang dan
mengeluarkannya ke dalam beberapa fiber yang berbeda untuk masing-masing
client untuk dideteksi. Sebenarnya demultiplexing ini beritndak pasif, kecuali
untuk beberapa telemetry seperti system yang dapat menerima sinyal 1550 nm.
6. Optikal supervisory channel, Ini merupakan tambahan panjang gelombang
yang selalu ada di antara 1510 nm-1310 nm. OSC membawa informasi optik
multi wavelength sama halnya dengan kondisi jarak jauh pada terminal optic
atau daerah EDFA. Jadi OSC selalu ditempatkan pada daerah intermediate
amplifier yang menerima informasi sebelum dikirimkan kembali.
27
2.9 Sistem Komunikasi Serat Optik Menggunakan SDH
SDH(Synchronous Digital Hierarchy) merupakan suatu struktur transport
digital yang beroperasi dengan pengaturan yang tepat terhadap payload dan
mengirimnya melalui jaringan transmisi sinkron. Sebelum SDH, hirarki digital
yang paling umum digunakan adalah Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH), di
dunia ada tiga macam versi PDH yaitu versi Amerika, Eropa dan Jepang, ketiga
versi tersebut tidak kompatibel satu dengan yang lainnya, sehingga untuk
mengatasi hal tersebut maka munculah teknologi sinkron yang baru yaitu SDH.
Selain itu keterbatasan PDH untuk menyediakan kanal yang besar turut pula
melatar belakangi munculnya teknologi SDH yang mampu mengirimkan sinyal
informasi dengan kecepatan dan fleksibilitas yang cukup tinggi.Selain itu SDH
memiliki struktur yang lebih sederhana dari pada PDH. Dalam SDH, tributary
Amerika Utara dan Eropa hanya melalui satu tahapan pemultipleksan, sedangkan
dalam PDH pemultipleksan asinkron digunakan saat suatu tributary dimultipleks
ke dalam suatu tributary yang laju bitnya lebih tinggi.
Konfigurasi jarigan dengan topologi Ring memungkinkan dilakukan
pengembanan jaringan tanpa harus merubah secara keseluruhan jaringan
melainkan hanya menambah ukuran atau kapasitas perangkat SDH sesuai
kebutuhan. Keunggulan dari topologi Ring adalah memiliki kemampuan “self
healing ring” yaitu kemampuan untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi pada
suatu jalur dan secara otomatis beralih menggunakan rute proteksi.
Mekanisme self healding protection pada trafik yang tidak dapat
diterapkan dengan memasang duplikasi circuit baord. Sedangkan untuk daerah
trafik yang padat agar dapat mendapatkan keamananan yang baik, pada kabel
digunkan sistem proteksi dengan rute yang berlawanan tau smama dengan rute
ring utama. Mekanisme self healing protection terdiri dari dua kategori, yaitu :
1. Unidirectional ring ( Ring satu Arah )
Pada tipe jalur ini, jalur trafik arah pemgiriman sinyal dengan arah
28
penerimaan sinyal dilakukan pada arah yang sama pada fiber yang aktif. Fiber
proteksi bisa digunakan untuk duplikasi trafik atau untuk mengangkut trafik
prioritas rendah. Uniderectional Ring biasanya digunakan pada jaringan dengan
trafik yang berpusat pada satu node. Diagram sistem dengan unidirectional ring
dapat terlihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.9 Unidirectional Ring[2]
Struktur ini menggunakan perankat Add/Drop Multiplexer dan
mempertimbangkan hal-hal berikut :
 Untuk memenuhi kebutuhan proteksi dari demand yang ada
 Sinyal/ demand ditransmisikan sepanjang ring dalam arah yang sama
 Sinyal proteksi ditransmisikan pada kabel fiber optik yang ditunjukkan untuk
proteksi dalam arah berlawanan
2. Bidirectional Ring (ring dua arah )
Pada tipe ini arah sinyal untuk pengiriman dan penerimaan dilakukan
kedua fiber dengan arah ring yang berbeda/ berlawanan. Akibatnya, setengah dri
bandwith yang tersedia harus dicadangkan untuk sistem proteksi, yang
dimanfaatkan apabila terjad kerusakan. Bidirectional Ring cocok digunakan pada
jaingan dengan kondidi trafik yang seimbang anatara terminal-terminalnya.
Konfigurasi ring bidirectional ring dapat dilihat pada gambar berikut ini :
29
Gambar 2.10 Bidirectional Ring[2]
2.10 Teknik Penyambungan Serat Optik
Dalam Sistem Komunikasi Serat Optik teknik penyambungan Kabel Optik
terdiri dari 2 cara yaitu dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion Splicing) dan
Metode Penyambungan Manual (Mechanical Splicing).
2.10.1 Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing)
Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi
(Fusion splicing) adalah penyambungan serat optik yang dilakukan dengan cara
melakukan pemanasan pada ujung sambungan dan menggunakan lelehannya
sebagai perekatnya sehingga terbentuk suatu sambungan koninu. Teknik
Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion
splicing) merupakan suatu teknik penyambungan serat optik untuk menyambung
dua fiber secara permanen dan rugi-rugi penyambungan yang didapat pun kecil
karena penyambungan menggunakan suatu alat yaitu fusion splicer. Proses ini
jauh lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan konektor maupun teknik
mekanik, karena redaman yang dihasilkan bisa sampai 0 dB. Sedangkan bila
menggunakan konektor masih menimbulkan redaman meskipun proses
penyambungannya dilakukan dengan baik. Sedangkan penyambungan teknik
mekanik sifat nya hanya semi permanen dan besar redaman yang dihasilkan
bersifat sedang.
30
2.10.2 Penyambungan Mechanic (Mechanical splicing)
Teknik Penyambungan Serat Optik dengan metode penyambungan
Mechanic (Mechanical splicing) adalah metode penyambungan yang tidak secara
permanen bergabung, hanya agar cahaya yang melewati serat optic yang putus
bisa berjalann dengan baik.Serat optic digunakan untuk mengirimkan data dalam
bidang Telekomunikasi dan jaringan computer.
Mechanical Splicingcara yang cepat dan efektif dalam penyambungan
serat optic sehingga informasi dapat lewat tanpa gangguan antara satu serat optic
dan serat optic lainnya. Ini adalah allternatif dari fusion splicing, fusion splicing
ini sangat rumit dan membutuhkan orang – orang yang terampil beda dengan
mechanical splicing sangat mudah dan orang awam langsung bisa menggunakan
mechanical splicing.
Penyambungan ini dilakukan karena beberapa sebab diantaranya karena
kabel serat optic mengalami kerusakan seperti karena tercangkul (kabel bawah
tanah), terkena tali layangan dan petir (kabel udara) atau terkena jangkar (kabel
bawah laut) dan alasan–alasan lainnya sehingga membutuhkan penyambungan
kabel serat optik(splicing).
2.11 Link Power Budget
Pertimbangan lain yang paling penting untuk sistem transmisi optik adalah
link power budget. Dengan mengurangkan seluruh redaman optik sistem daya
yangdikirimkan oleh transmitter, perencanaan sistem serat optik memastikan
bahwa sistem mempunyai daya yang cukup untuk mengemudikan receiver
pada level yang diinginkan. Link point- to point dan parameternya dapat dilihat
padaGambar 2.11.
Gambar 2.11 Link Point To Point dan Parameter-Parameternya [4]
Terlihat pada gambar 2.11 adalah penggambaran link budget point to point
anatara sumber optik di bagian pengirim (transmitter) dengan Detektor optik di
31
bagian penerima (receiver). Diantara link pengirim dan penerima terdapat
konektor ujung di masing-masing sebelum perangkat penerima dan pengirim
optik. Kemudian terbentang panjang kabel yang disebut jarak transmisi yang
memiliki sambungan optik tiap titiknya. Pada link power budget, diantara
konektor, splice, dan jarak kabel optik dapat memepengaruhi besarnya daya
penerima pada detektor optik di bagian penerima (receiver).
Perhitungan Teoritis berdasarkan Standar
Berdasarkan rumus dalam analisis penuruna daya, ada 2 rumus untuk
menganalisis penurunan daya pada penerima yaitu pertama menghitung terlebih
dahulu total darilosskabel(fiber), losskonektor dan losssplice-nya. Kemudian
menghitung daya penerimaan(receiver) berdasarkan daya pengirim(transmitter),
total loss dan margin yang digunakan untuk mengkompensasi nilairedaman pada
kabel serat optic[5].
 Perhitungan Redaman
f (dB) = PanjangKabel(Km ) x LossKabel (dB)
c (dB) = JumlahKonektor x Loss konektor(dB)
s(dB) = Jarak Kabel x Loss Sambungan (dB)
Loss/km= f/L (dB)
loss = (f + c +s).....................................................................................(2.1)
 Perhitungan Link Power Budget
PRx = P tx – ( loss + Margin).........................................................................(2.2)
Dimana :
PS = Loss daya Total (∑total) yang diperbolehkan pada sistem.
P (Rx) = Daya pada Receiver(dBm)
P (Tx) = Daya Transmitter pada perangkat(dBm)
loss =Jumlah loss yang terjadi di sepanjang kabel serat optik(dB)
Margin = nilai yang digunakan untuk mengkompensasi redaman yang terjadi
pada kabel serat optik (dB)
32
BAB III
KONFIGURASI JARINGAN SERAT OPTIK ARNET
JATINEGARA
3.1 Kofigurasi Jaringan
Kondisi jaringan kabel serat optik PT Telkom Arnet Jatinegara memiliki
sentral pusat yang merupakan sentral utama yang merupakan sentral utama yaitu
STO Jatinegara dan mempunyai 12 lokasi sentral lokal yang anatar lain berlokasi
di Gambir1(GBR1), Gambir 2(GBR2), Semanggi (SMG2), Kebayoran (KBB),
Cawang(CW),Kalibata (KAL), Rawamangun (RMG), Klender (KLD),
Buaran(PDK), Pasar Rebo(PSR), Tebet (TB), Cempaka Putih (CPP).Konsep
jaringan sistem komunikasi serat optik ring SDH PT Telkom dapat ditunjukkan
pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik Arnet Jatinegara
33
Pada gambar 3.1, terlihat bahwa konsep jaringan sistem komunikasi serat
optik pada PT Telkom Arnet Jatinegara adalah konsep jaringan ring SDH. Untuk
perangkat SDH yang digunkan pada STO Arnet Jatinegara saat ini menggunakan
STM 4 hingga STM 16 yang. Setiap STM memiliki besar kecepatan optical
output yang berbeda- beda. Untuk STM 1 memliki kecepatan optical outputnya
sebesar 51,84 Mbit/s. Untuk STM 4 memiliki optical outputnya 4 kali dari
kecepatan STM 1 yaitu sebesar 622,28Mbit/s. Sedangkan STM yang digunakan
pada link STO Jatinegara- STO Kebayoran, STO Jatinegara- STO Semanggi dan
Jatinegara- STO Gambir1 menggunakan STM 16 dengan kecepatan optical
output-nya 16 kali dari kecepatan STM 1 yaitu sebesar 2,488 Mbit/s .
Pada konfigurasi Arnet Jatinegara yang ditunjukkan pada gambar 3.1
dapat dijelaskan bahwa perangkat jaringan yang ada pada PT Telkom Jatinegara
memiliki jumlah kabel optik untuk menghubungkan antar STO terdiri antara 36
core sampai 72 core. Untuk masing- masing link antara STO Jatinegara dengan
STO Kebayoran memiliki jumlah kabel optik sebanya 72 core. Kemudian untuk
link antara STO Jatinegara Semanggi memiliki jumlah kabel optik sebanyal 36
core. Dan selanjutnya untuk link antara STO Jatinegara dengan STO Gambir 1
memiliki jumlah kabel optik sebnayak 36 core.
Untuk kabel fiber optic untuk unit distribusi pada PT Telkom Arnet
Jatinegara menggunakan jenis kabel singlemode yang terdiri dari 2 tipe kabel
yaitu tipe G655 dan G652.Karakteristik dari masing tipe kabel G 655 dan G652
dapat dilihat pada lampiran II. Kemudian Sentral tandem pada STO Jatinegara
digunakan untuk penghubung anatara sentral- sentral lokal yang terdapat pada
STO tersebut. Besar kapasitas jumlah tributary untuk jalur masing- masing STO
sebesar 2,5 Gbps (E1). Selanjutnya pada jaringan komunikasi optik tingkatan
sinyal SDH yang digunakan pada PT Telkom Arnet jatinegara masing- masing
yang digunakan adalah STM 16.
34
3.2 Konfigurasi Jaringan di 4 STO
Untuk selajutnya konfigurasi jaringan yang akan di bahas pada tugas
akhir ini adalah konfigurasi jaringan yang terlihat pada tabel 3.1, pada tabel 3.1
merupakan jaringan komunikasi serat optik ring SDH yaitu STO Jatinegara antara
STO Kebayoran, STO Semanggi dan STO Gambir merupakan bagian dari STO
yang berada di wilayah Kandatel PT Telkom Arnet Jatinegara.
Pada lampiran 1 keempat STO ini termasuk pada ring 1 dan menggunakan
jenis perangkat sinyalnya menggunakan SDH Fujitsu pada ketiga STO yaitu
STO Jatinegara, STO Kebayoran, STO Semanggi dan STO Gambir dengan
tingkatan sinyal yang digunakan yaitu STM 16.
Tabel 3.1 Konfigurasi Level Sinyal di 4 STO
Node Level sinyal
STO Jatinegara STM 16
STO Kebayoran STM 16
STO Semanggi STM 16
STO Gambir STM 16
Sistem transmisi SKSO di PT Telkom Arnet Jatinegara sering mengalami
gangguan terhadap redaman kinerja SKSO nya, diantaranya gangguan kinerja
transmisi antar STO dari sistem komunikasi serat optik akibat dari redaman yang
terjadi di sepanjang kabel serat optik.
Berdasarkan nilai daya output yang diterima di receiver terhadap redaman
di sepanjang serat optik mengakibatkan kinerjanya di bawah standar, hal ini
disebabkan karena beberapa redaman yang terjadi di kabel serat optik dan splice
yang terlalu besar sehingga mengakibatkan berkurangnya daya dari pemancar
optik (Transmitter) hingga sampai ke penerima optik (Receiver). Dari masalah
yang ada dilihat dari konfigurasi jaringan pada ke tiga Link yaitu STO Jatinegara-
Kebayoran, STO Jatinegara Semanggi dan STO Gambir1 maka yang akan di
bahas pada bab IV akan menfokuskan analisis terhadap gangguan kinerja
transmisi antara STO yang bisa terjadi akibat redaman ynag terjadi di sepanjang
kabel optik.
35
3.3 Data Jaringan
Dari data hasil pengukuran keseluruhan jaringan komunikasi serat optik
PT Telkom Arnet Jatinegara antara ruas STO Jatinegara, STO Kebayoran, STO
Semanggi, dan STO Gambir1 pada bulan Desemeber 2014 ternyata terdapat hasil
pengukuran redaman optik yang tidak memenuhi standar di PT Telkom sehingga
menggangu kinerja dari sistem transmisi di sepanjang kabel optik di ketiga link
tersebut.
Konfigurasi yang digunakan pada ketiga Link tersebut menggunakan
teknik pemasangan optik yaitu function splicing. Ternyata dari hasil pengukuran
alat ukur OTDR dilihat bahwa terjadi masalah redaman yang diakibatkan dari
pemasangan optik tersebut yang menyebabakan redaman splicing (sambungan)
yang tidak memenuhi standard PT Telkom Arnet Jatinegara. Permasalahan
gangguan kinerja dari sistem transmisi di sepanjang kabel optik dari ketiga link
tersebut akan di bahas di bab IV. Pada konfigurasi di 4 STO tersebut jalur
Jatinegara- Kebayoran yang memiliki jumlah kabel sebanyak 72 coredengan
jarak panjang kabel optik sebesar 14,5 Km berbeda dengan jalur Jatinegara-
Semanggi yang memiliki jumlah kabel sebanyak 36 core dengan jarak kabel optik
sepanjang 12,8 Km dan jalur Jatinegara- Gambir1 yang memiliki jumlah kabel
sebanyak 36 core dengan jarak kabel optik sepanjang 10,5 Km . Pada ke 4 STO
tersebut masing- masing memiliki jumlah splice yang berbeda dan loss splice
yang berbeda serta panjang kabel optik yang berbeda yang di bahas pada bab IV
dan terdapat pada hasil pengukuran pada lampiran IV.
Tabel 3.2 Data Konfigurasi 3 STO
Ruas Jarak Jumlah Core Tipe Kabel
Jatinegara-
Kebayoran
14,5 Km 76 core G 655
Jatinegara-
Semanggi
12,8 Km 36 core G 652
Jatinegara- Gambir 10,5 Km 36 core G 652
36
3.4 Perangkat Jaringan Komunikasi Serat Optik
Secara umum perangkat untuk konfigurasi Komunikasi Serat Optik yang
digunakan pada PT Telkom Arnet Jatinegara terdiri dari elemen akses yaitu
OLT(Optical Line Terminal), OTB(Optical Termination Box), ODC (Optical
Distribution Cabinet), ODP (Optical Distibution Point) dan ONT( Optical
Network Terminal ). Elemen-elemen perangkat jaringan tersebut memilki peran
sangat penting untuk mendukung sistem komunikasi telekomunikasi pada serat
optik. Pada gambar 3.2 merupakan tampilan konfigurasi perangkat jaringan
Komunikasi Serat Optik yang sangat penting dan secara garis besar.
Gambar 3.2 Perangkat Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik
Dari gambar 3.2 dapat di jelaskan masing- masing dari elemen- elemen
perangkat jaringan pada distribusi sistem komunikasi serat optik sebagai berikut :
 OLT
Optical Line Terminal (OLT) adalah perangkat yang berfungsi sebagai
titik akhir (end-point) dari layanan jaringan optik pasif. Perangkat ini mempunyai
dua fungsi utama, antara lain yaitu melakukan konversi antara sinyal listrik yang
digunakan oleh penyedia layanan dan sinyal optik yang digunakan oleh jaringan
37
optik pasif dan mengkoordinasikan multiplexing pada perangkat lain di ujung
jaringan, atau biasa disebut dengan Optical Network Terminal (ONT) atau Optical
Network Unit (ONU).
Gambar 3.3 Perangkat Optical Line Terminal(OLT)
 OTB
OTB (Optical Termination Box) yang merupakan kotak penyimpan
sambungan atau splice optik yang disambungkan ke serat optik yang terhubung ke
konektor. OTB terbagi menjadi dua sisi :
1. Ssi atas, unruk sambungan kabel feeder
2. Sisi bawah, untuk sambungan kabel menuju pelanggan
Gambar 3.4 Perangkat Optical Termination Box (OTB)
38
 ODC
Optical Distribution Cabinet (ODC) , merupakan perangkat pasif yang
diletakkan di lokasi jaringan akses Komunikasi Serat Optik yang berfungsi
sebagai titik terminasi anatara kabel Feeder dari STO dan kabel distribusi menuju
ODP. Untuk penyambungan circuit TeNoss pada port panel ODC kaebl Feeder
dari jaringan berada di posisi belakang dan kabel Distribusi ODP berada di posisi
belakang. Berikut gambar 3.5 yang merupakan frame mapping dari perangkat
ODC
Gambar 3.5 Perangkat Optical Distibution Cabinet (ODC)
 ODP
Optical Distibution Point (ODP) merupakan perangkat pasif yang
diletakkan di tiang lokasi jaringan komunikasi serat optik, pada dinding bangunan
customer atau pada Node-B yang berfungsi sebagai titik terminasi kabel Distribusi
dar ODC/ kabel FCL dari STO sebagai kabel IN, sedangkan kabel OUT-nya
menggunakan kabel drop menuju OTP (Customer). Untuk penyambungan circuit
TeNoss pada port panel ODP kabel distibusi dari jaringan berada di posisi
belakang dan kabel drop dari/ menuju OTP berada di posisi depan
39
Gambar 3.6 Perangkat Optical Distibution Point (ODP)
 Perangkat SDH (Synchoronous Digital Hierarchy)
Kemudian untuk perangkat sinyal yang digunakan di PT Telkom adalah
perangkat SDH. Perangkat SDH yang digunaka pada PT Telkom Arnet Jatinrgara
menggunakan SDH Fujitsu. SDH Fujitsu merupakan alat produksi transmisi yang
dioperasikan untuk meyalurkan traffik pada sistem komunikasi seperti voice,data
dan video.
Jenis- jenis perangkat multipleks pada SDH Fujitsu yang Umumnya
digunakan di PT Telkom ada beberapa jenis seri FLX yaitu :
1. FLX 150T :STM 1 outputnya = optik/ coaxial
2. FLX 600 :STM 4 outuputnya = optik
3. FLX 150/600 :STM -1 atau STM -4 outputnya =optik
4. FLX 2500A : STM-16 dan STM -64 outputnya = optik
Untuk menganalisa link budget pada PT Telkom Arnet Jatinegara di Ring1
ini, perangkat SDH yang digunakan perangkat Fujitsu seri FLX 2500 A.
Perangkat seri ini memiliki kecepatan teminasi kecepatan transmisi 2,5 Gbps pada
STM 16. Kelebihan perangkat seri ini memiliki sistem proteksi MS-SPRing
(Multiplex Section- Shared Protection Ring) yaitu setiap saluran transmisi akan
diproteksi dengan satu saluran lain yang berlawanan. Artinya dalam saluran
transmisi memiliki saluran bolak balik yang berbeda.
40
3.5 Metode Pengukuran
Untuk mendapatkan hasil data pengukuran, pegukuran ini menggunakan
OTDR (pengukuran secara manual) dengan menganalisis hasil pengukuran
dilakukan secara otomatis berdasarkan pembacaan sistem terbut agar dapat
menghasilkan kinerja jaringan yang berkualitas tinggi. Pada konfigurasi ini
perangkat OTDR yang digunakan adalah OTDR Yokogawa tipe AQ 7260 yang
dapat dilihat pada lampiran III.
Rugi- rugi daya yang terjadi di dalam serat optik dapat dievalusi pada
domain waktu dengan menggunakan OTDR. Dengan OTDR akan didapatkan
kualitas kabel, seberapa besar loss cahaya kabel dan panjang kabel totalnya.
OTDR ini digunakan pula pada saat terjadi gangguan, sehingga bisa mengetahui
titik mana kabel yang bermasalah yang harus diperbaiki dan disambung kembali.
OTDR dapat menganalisa setiap jarak dari insertion loss, reflection loss
dan coupling loss yang muncul pada setiap titik, serta menampilkan informasi
layar tampilan. Mekanisme kerja OTDR diawali dengan memasukkan sinyal-
sinyal cahaya ke dalam serat optik sebagian sinyal dipantulkan kembali dan
diterimaoleh penerima. Selajutnya sinyal balik yang diterima akan dinyatakan loss
dan waktu tempuh sinyal tersebut untuk menghitung jarak.
OTDR (Optical Time Domain Reflectonemer) merupakan salah satu
perangkat yang digunakan dalam uji akhir kabel serat optik. OTDR
memungkinkan sebuah link yang dikur dari satu ujung. OTDR dipakai untuk
mendapatkan gambaran visual dari pengukuran redaman serat optik. Link
transmisi serat optik yang ditampilkan pada sebuah layar dengan jarak sebenarnya
yang digambarkan pada sumbu X dan dan redaman pada sumbu Y. Perangkat
ini digunakan dalam pengujian performasi kabel serat optik.
3.5.1 Fungsi OTDR
Fungsi dari penggunaan OTDR yaitu: Untuk menentukan jaraksambungan,
mengetahui lokasi titik penyambungan dan berapa besar loss-
nya, untukmenganalisis setiap kejadian-kejadian sepanjang serat yang
41
diukur(patahan atau redaman), mengukur besar loss kabel rata-rata (dB/Km), saat
instalasi penggunaan OTDR untuk memastikan loss sambungan, konektor dan
loss karena tekukan atau tekanan terhadap kabel, dan dalam pemeliharaan OTDR
digunkan untuk pengecekan periodik untuk memastikan tidak ada kelalaian pada
serat.
Dilapangan fungsi OTDR yang sangat vital yaitu untuk mengukur panjang
kabel optik sehingga diketahui jarak dari lokasi/titik kabel optik yang putus relatif
terhadap perangkat optik yang terinstal. Contohnya begini : misalkan sebelum
putus suatu span kabel optik adalah 30 km. Setelah dilakukan pengukuran kembali
didapat pembacaan OTDR yang menghasilkan nilai 17 km. Maka dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi event putus kabel (fiber cut) pada jarak 17 km,
relatif terhadap posisi pengukuran sekarang. Mengenai arah mata angin titik putus
kabel, engineer masih harus mengkomparasinya dengan peta jaringan optik
(network map). Kalau tidak punya peta jaringan maka kita tidak akan tahu 17 km
itu arah mana dari titik pengukuran, apakah ke arah utara, barat, timur dan selatan.
3.5.2 Prinsip Kerja OTDR
Prinsip Kerja OTDR antara lain yaitu : Memancarkan pulsa-pulsa cahaya
dari sebuah sumber dioda laser kedalam sebuah serat optik, sebagian sinyal-sinyal
dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui sebuah coupler ke Detektor Optik
dimana sinyal tersebut diubah menjadi sinyal listrik dan ditampilkan pada layar
CRT, OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu, waktu tempuh dikalikan
dengan kecepatan cahaya, tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari
sinyal balik terhadap jarak dan dibagi 2 karena sinyal membutuhkan waktu itu
untuk pulang dan pergi.
Parameter –parameter yang dapat diukur pada OTDR yaitu anatara lain :
Pertama adalah Jarak, dalam hal ini titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau
patahan. Kedua adalah loss, loss untuk masing-masing splice atau total loss dari
ujung ke ujung dalam suatu link. Ketiga adalah Atenuasi, atenuasi dari serat
dalam suatu link. Dan yang terakhir adalah Refleks, OTDR dapat mengetahui
besar refleksi (return loss) dari suatu event.
42
3.5.3 HalYang Perlu Diperhatikan DalamPenggunaan OTDR
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan OTDR adalah sebagai
berikut:
1. Jangan melihat laser secara langsung karena berbahaya bagi
mata
2. Konektor vyang akan dimasukan ke terminal di OTDR harus
bersih agar didapatkan hasil yang akurat
3. Gunakan tegangan catuan yang diijinkan oleh alat tersebut(110V/
220 V)
4. Penanganan kabel konektor harus sesuai dengan standar,
biasanya menggunakan pig tail konektor sesuai standar
5. Kondisi lingkungan alat harus bersih, kering, tidak terkena
sinar matahari
6. Harus mensetting alat agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan
serta mempertimbangkan spesifikasi alat sehingga tidak terlalu
membebani alat ukur.
3.5.4 Langkah- langkah Menggunakan OTDR
Pertama yang dilakukan adalah menyalakan alat ukur yang digunakan.
Penting dalam pengukuran menggunakan alat ukur sesuai dengan beban yang
akan digunakan. Di PT TELKOM Indonesia Divisi Area Network Jatinegara
menggunakan Alat ukur Optical TimeDomain Reflectometer (OTDR) Yokogawa
tipe AQ 7260.
Kemudian kedua, membersihkan Pig Tail yang terdapat pada OTB yang
akan diukur sebab debu yang menempel pada pi tail akan mengganggu laser yang
akan ditembakan untuk mengukur jaringan serat optik yang ada.
Ketiga, menghubungkan pig tail OTB yang akan diukur untuk setiap Core
yang akan dihitung. Pengukuran dilakukan satu persatu tipa core yang ada pada
jaringan OTB yang akan diukur tersebut. Pigtail dihubungkan pada adaptoryang
terdapat pada OTDR seperti gambar 3.7.
43
Gambar 3.7 Adaptor OTDR menyambung dengan serat optik
Mensetting alat yaitu menentukan besaran besaran yang akan digunakan
pada saat pengukuran. Setting yang diperlukan adalah mensetting jarak ( range),
panjang gelombang (wave length), dan indeks bias ( IOR).
a.) Mensetting Jarak
Penetuan jarak diperlikn krena pada saat pengukuran jaringan serat optik
yang sangat panjang harus diketahui berapa jarak antara OTB yang asal atau OTB
yang diukur dengan OTB ujuan. Bila jarak yang di setting terlalu pendek dari
jarak jaringa serat yang akan di ukur maka tidak akan bekerja atau eror everaging.
b.) Indeks Bias (IOR)
Penentuan indeks diperlukan karena pada saat pengukuran jaringan serat
optik yang sangat panjang harus menggunakan indeks bias laser yang tinggi, harus
sesuai denga karakteristik dari indeks bias dari kabel fiber optik yang akan diukur,
biasanya tertera pada mantel kabel yang akan diukur.
c) Panjang Geobang (Wave Length)
Dalam pengukuran rugi-rugi serat ptik panjang gelombang yang ada
padaalat ukur menggunakan besaran nano detik (ns) sehingga frekuensi yang
dipancarkan sangat tinggi. Semakin tinggi, semakin panjang gelombang yang
digunakan maka semakin kurang akurat hasil pengukuran, namun hasil
pengukuran akan menjadi lebih cepat bila menggunakan panjang gelombang yang
besar. Tinggal disesuaikan pada panjang kabel yang akan diukur. Minimum
panjang yang diukur adalah 500 meter dan maksimum adalah 20 Km.
44
Selanjutnya untuk urutan Urutan Operasi Pengukuran Rugi Rugi pada
serat optic adalah menekan[PREVIEW], mengubah rentang jarak [Distance
Range], menekan [START/STOP] memulai proses averaging, melakukan
pengukuran loss antara dua titik dan melakukan pengukuran loss antara dua
sambungan.
3.5.5 Hasil Pengukuran Menggunakan OTDR
Setelah prosedur prosedur dipenuhi dan dilakukan pengukuran, maka akan
didapatkan hasil pengukuran menggunakan OTDR sebagai berikut:
1. Hasil pengukuran OTDR yang bagus
Gambar 3.8 Hasil pengukuran OTDR jaringan kabel optik bagus
Pada gambar 3.8 terlihat contoh hasil pengukuran OTDR pada link STO
Jatinegara- Kebayoran pada nomor core 6. Pada link tersebut dari hasil
pengukuran terlihat jaringan pada kabel optik dinilai bagus bila pada saat
penggukuran menunjukkan bahwa tiap titik splice yang digambarkan dengan
simbol segitiga tidak menunjukkan penurunan drastis dan pada akhir fiber optik
terlihat penghamburan pada ujung terlihat bagus ditunjukan pada grafik yang naik
secara drastis lalu putus dengan garis merah yang naik turun. Yang artinya End of
Fiber optic pada gambar 3.8 adalah bagus. Untuk melihat hasil dari pengamatan
dari hasil pengukuran alat ukur OTDR dapat dilihat pada lampiran IV pada tabel1
45
dan 4 untuk link STO Jatinegara- STO Kebayoran, pada lampiran IV pada tabel 2
dan 5 untuk STO Jatinegara- STO Semanggi, dan pada lampiran IV tabel 3 dan 6
untuk link STO Jatinegara- STO Gambir 1. Kemudian untuk contoh beberapa
hasil tampilan pengukuran OTDR yang dapat dilihat padalampiran IV.
2. Hasil pengukuran OTDR yang tidak bagus
Gambar 3.9 Hasil pengukuran OTDR jaringan kabel optik tidak bagus
Dari gambar 3.9 terlihat contoh hasil pengukuran pada link STO
Jatinegara- Kebayoran pada nomor core 22. Pada link tersebut terlihat jaringan
pada kabel optik dinilai terdapat banyak event atau kejadian yang di tunjukan
oleh naik dan turunnya nilai pada grafik secara drastis yang ditunjukan pada event
event tersebut terjadi lossyang bisa terjadi akibat penyambungan (splice) atau
kabel optik yang tidak baik. Terlihat pada gambar splice nomor 2,3 dan 5 yang
terbaca pada alat ukur OTDR mengalami penurunan. Pada tugas ini di antara ke
tiga link yaitu STO Jatinegara- STO Kebayoran, STO Jatinegara- STO Semanggi,
dan STO Jatinegara- STO Gambir 1 ada beberapa core nya mengalami hal yang
sama pada gambar 3.9, maka oleh karena itu akan dilakukan analisa yang dibahas
pada bab IV.
46
Gambar 3.10 Macam macam loss yang ditunjukan pada grafik OTDR
Pada gambar diatas terlihat ada dua jenis loss, yaituReflective Loss dan
Non reflective loss. Reflective lossdisebabkan oleh penyambungan yang tidak
baik sehinggaterjadi seolah olah penguatan yang disebabkan perbedaandiameter
inti Core yang disambung, biasa terjadi padapenyambungan inti kabel
optikmenggunakan metode selainFusion Splicer.
Sedangkan pada non reflective loss menunjukanpenyambungan yang
baik secara teori inti core yangdisambung sama walaupun pada praktiknya inti
core tidakmungkin sama, namun non reflective loss sering terjadi
bilapenyambunganmenggunakan metode Fusion Splicerdengan baik sehingga
efek inti core yang tidak sama dapatdiminimalisir dengan drastis.
3.6 Komponen Jaringan Komunikasi Optik
Dalam transmisi jaringan komunkasi Optik ada beberapa komponen yang
sangat berpengaruh dalam transmisi dalam jaringan komunikasi ini. Komponen
ini merupakan komponen yang saling berpengaruh satu sama lain, karena bila
salah satu ada yang rusak atau terjadi redaman yang tidak sesaui standar, maka
kan menimbulkan gangguan pada sistem komunkasi tersebut. Komponen tersebut
adalah Kabel Optik, Splice, dan Konektor .
47
3.6.1 Kabel Optik
Menurut rekomendasi standar Fiber Optic Association EIA/TIA 568yang
dapat dilihat selengkapanya pada lampiran III, redaman pada kabel serat optik
dibedakan berdasarkan jenis kabel Singlemode yang dibedakan menjadi 2 tipe
yaitu untuk kabel tipe G 655 loss kabel yang diperbolehkan adalah sebesar 0,22
dB/Km. Kemudian untuk tipe kabel G 652 losss kabel yang diperbolehkan adalah
0,21 dB/Km. Tapi besarnya nilai ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena
harus memepertimbangkan proses dari pabrik, desain dan komposisi kabel.
Pada pengukuran redaman kabel pada kasus ini, menggunakan kebel jenis
Singlemode yang dibedakan menjadi dua jenis tipe kabel yaitu G 655 Dan G 652.
Hal yang memebedakan jenis tipe kabel ini adalah pada pengaruh redaman dan
dispersi yang terjadi, jika jenis kabel G652 redaman kabel yang terjadi kecil,
sedangkan nilai dispersi besar, juga diameter core G 652 lebih kecil.
3.6.2 Splice
Menurut rekomendasi standar Fiber Optic Association EIA/TIA 568yang
dapat dilihat selengkapnya pada lampiran III, kabel serat optik untuk
penyambungan baik dengan teknik fusion atau mechanical harus mempunyai nilai
redaman splice tidak lebih dari 0,3 dB/Km. Redaman pada splice dapat terjadi
akibat saat insatalasi di lapangan. Teknik penyambungan kabel (splicing)
mengunakan teknik fusion splicing. Fusion splicing merupakan suatu teknik
penyambungan serat optik untuk menyambung dua fiber secara permanen dan
rugi-rugi penyambungan yang didapat pun kecil karena penyambungan
menggunakan suatu alat yaitu fusion splicer. Proses ini jauh lebih baik bila
dibandingkan dengan menggunakan konektor maupun teknik mekanik, karena
redaman yang dihasilkan bisa sampai 0 dB. Namun, bila menggunakan konektor
masih menimbulkan redaman meskipun proses penyambungannya dilakukan
dengan baik. Untuk mengetahui alat penyambung kabel menggunakan Fitel tipe
S178 A yang dapat dapat dilihat pada lampiran III.
48
3.6.3 Konektor
Menurut rekomendasi Fiber Optic Association EIA/TIA 568 yang dapat
dilihat pada lamipran III, konektor yang untuk menghungkan perangkat
transmitter dengan receiver untuk jenis kabel singlemode harus mempunyai nilai
redaman konektor tidak lebih dari 0,5 dB/Km. Konektor yang diguankan pada PT
Telkom Arnet Jatinegara adalah merk 3M TM
dengantipe FC. Untuk melihat
spesifikasi lengkap dari konnektor yang digunakan dapat dilihat pada lampiran III.
Tapi besarnya nilai redaman ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena harus
memepertimbangkan proses dari pabrik, desain dan komposisi konektor itu
sendiri.
49
BAB IV
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI
ARNET JATINEGARA
4.1 ARNET Jatinegara Ring 1 di 3 STO
ARNET (Area Network) Jatinegara merupakan unit organisasi yang
melaksanakan penyelenggaraan fungsi operasi network (selain jaringan akses)
infrastruktur telekomunikasi PT.Telkom Indonesia yang berada di cakupan area
Jatingara. ARNET Jatinegara dibentuk berdasarkan Organisasi Divisi
Infrastruktur, dimana dipimpin oleh Manager Area, dimana MANAR bertanggung
jawab atas efektifitas penyelenggaraan pengelolaan fungsi operasi dan
pemeliharaan network pada lingkup operasi layanan network di wilayah cakupan
area Jatinegara. Sehingga dapat dipastikan bahwa dukungan kesiapan operasi dan
kualitas network untuk penyelenggaraan layanan jasa infocom di wilayah area
network Jatinegara dapat berfungsi secara memadai. Pada Arnet Jatinegara
terdapat 7 Ring yang dapat dilihat keseluruhannya pada lampiran I. Untuk
pembahasan skripsi pada bab ini, penulis akan membahas permasalahan yang
terjadi pada Arnet Jatinegara pada Ring 1. Permasalahan yang akan dibahas
adalah terjadi pada link STO Jatinegara- STO Kebayoran, STO Jatinegara –STO
Semanggi dan STO Jatinegara- STO Gambir 1. Hal ini perlu dilakukan analisis
karena terjadi penurunan daya penerimaan yang tidak memenuhi standar.
Padagambar 4.1 merupakan konfigurasi link yang merupakan pokok
pembahasan pada bab ini untuk proses identifikasi dan analisa penulis dalam
mengetahui kinerja serat optik Ring 1 Arnet Jatinegara. Untuk melihat
keseluruhan gambar Pada gambar tesebut menunjukkan hubungan antara STO
Jatinegara- Kebayoran, STO Jatiengara- Semanggi, dan STO Jatinegara-
Gambir1. Pada sistemnya STO Jatinegara terhubung dengan ketiga STO yang lain
menggunakan media transmisi kabel singlemode dimana 3 STO tersebut
diantaranya adalah STO Jatinegara – STO Kebayoran, STO Semanggi dan STO
Gambir1. Panjang fiber optik dari ke empat STO tersebut dapat dilihat pada tabel
3.1. Pada bab ini, penulis akan membahasketiga jalur antara STO Jatinegara-
50
Kebayoran, STO Jatiengara- Semanggi, dan STO Jatinegara- Gambir1 yang
terdiri beberapa core yang mengalami redaman yang tidak sesuai dengan standar
PT Telkom sehingga menimbulkan gangguan kabel serat optiknya dapat
mempengaruhi penerunan daya pada perangkat penerimaan optik (receiver) dan
terjadi penurunan kinerja dari sistem komunikasi pada link tersebut.
Gambar 4.1 Konfigurasi Link STO Jatinegara antar STO Kebayoran, STO
Semanggi dan STO Gambir1
Terlihat pada gambar 4.1 link antar tiap STO terdiri dari beberapa titik
penyambungan (splice) pada jalur transmisi kabel optiknya. Jumlah splice berbeda
tiap jalur antar link STO nya. Pada jalur kabel serat optik tersebut terdapat
beberapa core yang mengalami kerusakan, sehingga untuk menjaga layanan agar
tetap berjalan baik perlu ditangani segera dan tepat. Pada hasil lapangan di 3 link
STO tersebut nilai hasil penurunan daya penerimaannya dapat dihitung sesuai
panjang kabel dan jumlah splice-nya.
4.2 Analisis Penentuan Gangguan
Pada pembahasan bab ini, untuk melakukan analisa dalam penentuan
gangguan pada link STO Jatiengara- STO Kebayoran terlebih dahulu melihat link
yang mengalami penurunan daya penerimaan dapat dilihat menggunakan sistem
NMS (Network Monitoring System)di PT Telkom Arnet Jatinegara. Hasil
pengukuran pada sistem NMS dapat dilihat pada lampiran IV.Kemudian
mengamati link pada masing- masing core-nya yang daya penerimaan dibawah
hasil perhitungan teoritis berdasarkan parameter standar.Selanjutnya melihat dari
loss fiber apakah ada loss fiber pada tiap core yang tidak sesuai dengan
51
standar.Lalu mengamati tiap core yang memiliki beberapa titik spliceapakah dari
masing- masing titik splice pada tiap core terjadi loss yang tidak sesuai dengan
standar. Selanjutnya dilihat dari total loss dari total loss yang terjadi pada tiap
core apakah ada yang tidak sesaui dengan standar.
Untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada jalur transmisi pada link
tiap STO pada Arnet Jatinegara, dapat melihat hasil ukur dari pengukuran
OTDR.Hasil pengukuran OTDR menampilkan pengukuran seperti pelemahan
serat optik, loss splice, loss fiber dan lokasi dimana kabel terjadi kerusakan
dengan hasil pengukuran ini.Dari hasil pengkuran OTDR akan terlihat dimana
titik letak terjadinya kabel yang putus yang dapat dilihat contoh hasil pengukuran
OTDR pada lampiran IV. Pada gambar tersebut terlihat jalur antar titik
sambungan ada yang mengalami penurunan grafik yang artinya terjadi loss splice
yang bila smakin menurun maka bisa dikatakan akan semakin tinggi loss splice
yang terajadi pada jalur transmisi pada link tersebut.
Setelah melakukan pengukuran,proses selajutnya adalah mengindentifikasi
serta menganalisis dari hasil pengukuran OTDR. Dari hasil pengukuran tersebut
dapatdilakukan analisa dengan melihat kembali apakah pada core yang
mengalami loss melebihi perhitungan teoritis memangberpengaruh dengan daya
penerimaan yang diterima di receiver sertamengetahui penyebab gangguan
jaringan serat yang kemudian dapat dilakukan perbaikan serta titik lokasi dimana
penyebab gangguan itu terjadi.
4.2.1 Analisis Penentuan Gangguan LinkSTO Jatinegara- STO
Kebayoran
Pada link STO Jatinegara terdapat 7 splice dengan panjang kabel 14,5 Km
dengan dan core sebanyak 72 core. Untuk mengetahui bagaimana skema jalur
transmisi pada link tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Skema Jalur Transmisi Kabel Optik pada link STO Jatinegara-
STO Kebayoran
52
Pada gambar 4.2 terlihat jarak masing- masing titik sambungan(splice)
yang berbeda- beda. Data jarak titik sambungan(splice) pada jalur transmisi di
link tersebut berdasarkan pengukuran melalui alat ukur OTDR, contoh hasil
pengukuran dapat dilihat pada lampiran IV.Setiap core memiliki titik splice yang
sama, namun pada saat pengukuran di alat ukur OTDR, ada beberapa titik splice
tidak terbaca dan tidak akan tampil pada pengukuran bila loss splice yang terjadi
pada tiap titik sambungannya 0 dB. Pada gambar 4.2 terlihat pada titik splice yang
ke dua berjarak pada 2,9 Km dari STO Jatinegara . Kemudian pada titik splice
yang ke tiga terpadat pada 5,8 Km dari STO Jatinegara. Pada titik splice yang ke
empat terdapat pada 6,4 Km dari STO Jatinegara. Pada titik splice yang ke 5
berjarak pada 6,9 Km dari STO Jatinegara. Pada titik splice ke enam berjarak
pada 7,6 Km dari STO Jatinegara.Selanjutnya pada titik splice yang ke tujuh
berjarak pada 11,5 Km dari STO Jatinegara.
Melihat lampiran IV pada tabel 4 pada link STO Jatinegara- STO
Kebayoran terlihat adanya loss splice yang melebihi perhitungan teoritis
berdasarkan parameter standar terdapat pada core 15,22, 23, 26,
29,33,39,47,52,53,54 dan 63. Pada link tersebut perhitungan loss splice
berdasarkan rumus perhitungan link power budget pada bab II yang diinjinkan
adalah 2,1 dB. Namun ternyata berdasarkan hasil pengamatan pengukuran OTDR
yang dilihat dari tabel 4 pada lampiran IV, terlihat bahwa core-core tersebut
memiliki loss splice yang melebihi perhitungan teoritis berdasarkan parameter
standar.
Kemudian, dengan melihat dari hasil pengamatan loss splice yang
melebihi perhitungan teoritis, mengakibatkan daya penerimaan megalami
penurunan akibat loss splice yang melebihi perhitung teoritis. Dengan adanya
permasalahan tersebut maka perlu dilakukan analisis terhadap data yang didapat
berdasarkan pengukuran. Dalam sub bab Analisa data akan di bahas akan lebih
dibahas pada bab ini pada sub bab analisa data .
4.2.2 Analisis Penentuan Gangguan Link STO Jatinegara- STO Semanggi
Pada link STO Jatinegara terdapat 6 splice dengan panjang kabel 12,8 Km
dengan dan core sebanyak 36 core. Untuk mengetahui bagaimana skema jalur
transmisi pada link tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3.
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA
ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Proteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikProteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Johari Zhou Hao Li
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
mocoz
 
2.saluran transmisi
2.saluran transmisi2.saluran transmisi
2.saluran transmisi
ampas03
 

La actualidad más candente (20)

Proteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikProteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrik
 
Materi 2 Instalasi Kabel Rumah / Gedung (IKR IKG) FTTX
Materi 2   Instalasi Kabel Rumah / Gedung (IKR IKG) FTTXMateri 2   Instalasi Kabel Rumah / Gedung (IKR IKG) FTTX
Materi 2 Instalasi Kabel Rumah / Gedung (IKR IKG) FTTX
 
Transformasi z
Transformasi zTransformasi z
Transformasi z
 
03. sentral telepon
03. sentral telepon03. sentral telepon
03. sentral telepon
 
Memahami ragam aplikasi komunikasi data
Memahami ragam aplikasi komunikasi dataMemahami ragam aplikasi komunikasi data
Memahami ragam aplikasi komunikasi data
 
6 wiring diagram
6 wiring diagram6 wiring diagram
6 wiring diagram
 
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem TransmisiJenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
 
Makalah Sinyal digital dan analog
Makalah Sinyal digital dan analogMakalah Sinyal digital dan analog
Makalah Sinyal digital dan analog
 
Infrastruktur Mode Jaringan Wireless
Infrastruktur Mode Jaringan WirelessInfrastruktur Mode Jaringan Wireless
Infrastruktur Mode Jaringan Wireless
 
Transmission line waveguide
Transmission line waveguide Transmission line waveguide
Transmission line waveguide
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
 
2.saluran transmisi
2.saluran transmisi2.saluran transmisi
2.saluran transmisi
 
Presentasi telekomunikasi
Presentasi telekomunikasiPresentasi telekomunikasi
Presentasi telekomunikasi
 
Proposal Kerja Praktek
Proposal Kerja PraktekProposal Kerja Praktek
Proposal Kerja Praktek
 
Dasar Sistem Telekomunikasi
Dasar Sistem TelekomunikasiDasar Sistem Telekomunikasi
Dasar Sistem Telekomunikasi
 
Modul Instalasi FTTH
Modul Instalasi FTTHModul Instalasi FTTH
Modul Instalasi FTTH
 
5 Sinyal di Domain Waktu
5 Sinyal di Domain Waktu5 Sinyal di Domain Waktu
5 Sinyal di Domain Waktu
 
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...
Perancangan Antena Mikrostrip Pada Frekuensi 2,3 Ghz Untuk Aplikasi LTE (Long...
 
Rangkaian listrik ( revisi) mohamad ramdhani
Rangkaian listrik ( revisi) mohamad ramdhaniRangkaian listrik ( revisi) mohamad ramdhani
Rangkaian listrik ( revisi) mohamad ramdhani
 
Presentation K3 ( PPT Kesehatan Keselamatan Kerja )
Presentation K3 ( PPT Kesehatan Keselamatan Kerja )Presentation K3 ( PPT Kesehatan Keselamatan Kerja )
Presentation K3 ( PPT Kesehatan Keselamatan Kerja )
 

Destacado (6)

TUGAS AKHIR TINJAUAN DESAIN BANGUNAN KOLAM RENANG PADA HOTEL WHIZ MAKASSAR
TUGAS AKHIR TINJAUAN DESAIN BANGUNAN KOLAM RENANG PADA HOTEL WHIZ MAKASSARTUGAS AKHIR TINJAUAN DESAIN BANGUNAN KOLAM RENANG PADA HOTEL WHIZ MAKASSAR
TUGAS AKHIR TINJAUAN DESAIN BANGUNAN KOLAM RENANG PADA HOTEL WHIZ MAKASSAR
 
Perencanaa pabrik gas oxigen argon dan nitrogen
Perencanaa pabrik gas oxigen argon dan nitrogenPerencanaa pabrik gas oxigen argon dan nitrogen
Perencanaa pabrik gas oxigen argon dan nitrogen
 
Sistem kendali suhu ruangan dengan metode pid berbasis arduino uno, triac, da...
Sistem kendali suhu ruangan dengan metode pid berbasis arduino uno, triac, da...Sistem kendali suhu ruangan dengan metode pid berbasis arduino uno, triac, da...
Sistem kendali suhu ruangan dengan metode pid berbasis arduino uno, triac, da...
 
Contoh proposal tugas akhir
Contoh proposal tugas akhirContoh proposal tugas akhir
Contoh proposal tugas akhir
 
Proposal TA selesai
Proposal TA selesaiProposal TA selesai
Proposal TA selesai
 
Proposal tugas akhir jadi
Proposal tugas akhir jadiProposal tugas akhir jadi
Proposal tugas akhir jadi
 

Similar a ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA

Syamsir abduh-cv (english version)-2013
Syamsir abduh-cv (english version)-2013Syamsir abduh-cv (english version)-2013
Syamsir abduh-cv (english version)-2013
Trisakti University
 
Sensors 13-11032
Sensors 13-11032Sensors 13-11032
Sensors 13-11032
Suriya M
 
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
SyamsirAbduh2
 
Ramesh_11-05-2016
Ramesh_11-05-2016Ramesh_11-05-2016
Ramesh_11-05-2016
studies
 

Similar a ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA (20)

Seminar report on Flexible Electronics by Sourabh Kumar
Seminar report on Flexible Electronics by Sourabh KumarSeminar report on Flexible Electronics by Sourabh Kumar
Seminar report on Flexible Electronics by Sourabh Kumar
 
Spintronics report
Spintronics reportSpintronics report
Spintronics report
 
Spintronics hard copy
Spintronics hard copySpintronics hard copy
Spintronics hard copy
 
Tony
TonyTony
Tony
 
Syamsir abduh-cv (english version)-2013
Syamsir abduh-cv (english version)-2013Syamsir abduh-cv (english version)-2013
Syamsir abduh-cv (english version)-2013
 
Transient electronics
Transient electronicsTransient electronics
Transient electronics
 
Sensors 13-11032
Sensors 13-11032Sensors 13-11032
Sensors 13-11032
 
Reconfigurable antenna for research work
Reconfigurable antenna for research workReconfigurable antenna for research work
Reconfigurable antenna for research work
 
intgrated circuits
intgrated circuitsintgrated circuits
intgrated circuits
 
2023-CV-Syamsir-Abduh (English Version).pdf
2023-CV-Syamsir-Abduh (English Version).pdf2023-CV-Syamsir-Abduh (English Version).pdf
2023-CV-Syamsir-Abduh (English Version).pdf
 
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
 
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
 
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
2020 new cv-syamsir-abduh (english version)
 
Final copy
Final copyFinal copy
Final copy
 
Spintronics Report
Spintronics  ReportSpintronics  Report
Spintronics Report
 
CV_Ngurah Indra Er
CV_Ngurah Indra ErCV_Ngurah Indra Er
CV_Ngurah Indra Er
 
Ramesh_11-05-2016
Ramesh_11-05-2016Ramesh_11-05-2016
Ramesh_11-05-2016
 
Introduction of Wireless Sensor Network
Introduction of Wireless Sensor NetworkIntroduction of Wireless Sensor Network
Introduction of Wireless Sensor Network
 
Performance of Semiconductor Optical Amplifier
Performance of Semiconductor Optical AmplifierPerformance of Semiconductor Optical Amplifier
Performance of Semiconductor Optical Amplifier
 
WSN nodes power consumption using multihop routing protocol for illegal cutti...
WSN nodes power consumption using multihop routing protocol for illegal cutti...WSN nodes power consumption using multihop routing protocol for illegal cutti...
WSN nodes power consumption using multihop routing protocol for illegal cutti...
 

Más de Uofa_Unsada

Más de Uofa_Unsada (20)

OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAM
OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAMOTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAM
OTOMATISASI UNTUK MENGETAHUI KELAYAKAN SIMPAN PINJAM
 
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...
PENERAPAN NOTIFIKASI ANDROID UNTUK MEMBANTU PENYEBARAN INFORMASI DAN KOMUNIKA...
 
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013
PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG PENGISIAN DATA BORANG 3A BAN-PT 2013
 
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
 
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...
IMPLEMENTASI SINKRONISASI DATABASE MENGGUNAKAN SQL DAN VALIDASI DATA BERDASAR...
 
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
OPTIMASI PENJADWALAN MATA KULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI...
 
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...
MEMBANGUN APLIKASI PERPUSTAKAAN ONLINE BERBASIS DESKTOP DAN MOBILE ANDROID ST...
 
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...
PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENEMUKAN HUBUNGAN DATA AWAL MASUK DENGAN D...
 
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...
APLIKASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE SMART BERBASIS WEB STU...
 
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO DAN ...
 
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DATAMINING BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORI...
 
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEB
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEBANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEB
ANALISA MONITORING KESEHATAN KARYAWAN BERBASIS WEB
 
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...
PERANCANGAN SISTEM MONITORING SUHU MENGGUNAKAN RASPBERRY PI BERBASIS WEB DAN ...
 
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...
PROTOTYPE SMART HOME DENGAN KONSEP INTERNET OF THING (IOT) MENGGUNAKAN ARDUIN...
 
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BALL BEARING DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTI...
 
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...
ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK PENINGKATAN SUMBER DA...
 
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHzPERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP UNTUK SPEKTRUM ULTRA WIDEBAND PADA WLAN 5,2 GHz
 
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BUJUR SANGKAR DENGAN FREKUENSI KERJA 2.6 ...
 
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...
 
LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN APLIKASI KNOWLEDGE BASE SYSTEM UNTUK INSTRUKS...
LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN APLIKASI KNOWLEDGE BASE SYSTEM UNTUK INSTRUKS...LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN APLIKASI KNOWLEDGE BASE SYSTEM UNTUK INSTRUKS...
LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN APLIKASI KNOWLEDGE BASE SYSTEM UNTUK INSTRUKS...
 

Último

Lecture_2_Deep_Learning_Overview-newone1
Lecture_2_Deep_Learning_Overview-newone1Lecture_2_Deep_Learning_Overview-newone1
Lecture_2_Deep_Learning_Overview-newone1
ranjankumarbehera14
 
Computer science Sql cheat sheet.pdf.pdf
Computer science Sql cheat sheet.pdf.pdfComputer science Sql cheat sheet.pdf.pdf
Computer science Sql cheat sheet.pdf.pdf
SayantanBiswas37
 
Top profile Call Girls In Purnia [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Purnia [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...Top profile Call Girls In Purnia [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Purnia [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
nirzagarg
 
Top profile Call Girls In Tumkur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Tumkur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...Top profile Call Girls In Tumkur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Tumkur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
nirzagarg
 
Top profile Call Girls In Hapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
Top profile Call Girls In Hapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...Top profile Call Girls In Hapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
Top profile Call Girls In Hapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
nirzagarg
 
Top profile Call Girls In Begusarai [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
Top profile Call Girls In Begusarai [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...Top profile Call Girls In Begusarai [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
Top profile Call Girls In Begusarai [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
nirzagarg
 
Top profile Call Girls In Latur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
Top profile Call Girls In Latur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...Top profile Call Girls In Latur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
Top profile Call Girls In Latur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
gajnagarg
 
Top profile Call Girls In Indore [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Indore [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...Top profile Call Girls In Indore [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Indore [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
gajnagarg
 
Top profile Call Girls In bhavnagar [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
Top profile Call Girls In bhavnagar [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...Top profile Call Girls In bhavnagar [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
Top profile Call Girls In bhavnagar [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
gajnagarg
 
Top profile Call Girls In Chandrapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Model...
Top profile Call Girls In Chandrapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Model...Top profile Call Girls In Chandrapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Model...
Top profile Call Girls In Chandrapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Model...
gajnagarg
 
+97470301568>>weed for sale in qatar ,weed for sale in dubai,weed for sale in...
+97470301568>>weed for sale in qatar ,weed for sale in dubai,weed for sale in...+97470301568>>weed for sale in qatar ,weed for sale in dubai,weed for sale in...
+97470301568>>weed for sale in qatar ,weed for sale in dubai,weed for sale in...
Health
 

Último (20)

Lecture_2_Deep_Learning_Overview-newone1
Lecture_2_Deep_Learning_Overview-newone1Lecture_2_Deep_Learning_Overview-newone1
Lecture_2_Deep_Learning_Overview-newone1
 
Aspirational Block Program Block Syaldey District - Almora
Aspirational Block Program Block Syaldey District - AlmoraAspirational Block Program Block Syaldey District - Almora
Aspirational Block Program Block Syaldey District - Almora
 
Computer science Sql cheat sheet.pdf.pdf
Computer science Sql cheat sheet.pdf.pdfComputer science Sql cheat sheet.pdf.pdf
Computer science Sql cheat sheet.pdf.pdf
 
Predicting HDB Resale Prices - Conducting Linear Regression Analysis With Orange
Predicting HDB Resale Prices - Conducting Linear Regression Analysis With OrangePredicting HDB Resale Prices - Conducting Linear Regression Analysis With Orange
Predicting HDB Resale Prices - Conducting Linear Regression Analysis With Orange
 
SAC 25 Final National, Regional & Local Angel Group Investing Insights 2024 0...
SAC 25 Final National, Regional & Local Angel Group Investing Insights 2024 0...SAC 25 Final National, Regional & Local Angel Group Investing Insights 2024 0...
SAC 25 Final National, Regional & Local Angel Group Investing Insights 2024 0...
 
Top profile Call Girls In Purnia [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Purnia [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...Top profile Call Girls In Purnia [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Purnia [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
 
Gomti Nagar & best call girls in Lucknow | 9548273370 Independent Escorts & D...
Gomti Nagar & best call girls in Lucknow | 9548273370 Independent Escorts & D...Gomti Nagar & best call girls in Lucknow | 9548273370 Independent Escorts & D...
Gomti Nagar & best call girls in Lucknow | 9548273370 Independent Escorts & D...
 
Top profile Call Girls In Tumkur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Tumkur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...Top profile Call Girls In Tumkur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Tumkur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
 
Top profile Call Girls In Hapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
Top profile Call Girls In Hapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...Top profile Call Girls In Hapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
Top profile Call Girls In Hapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
 
Discover Why Less is More in B2B Research
Discover Why Less is More in B2B ResearchDiscover Why Less is More in B2B Research
Discover Why Less is More in B2B Research
 
DATA SUMMIT 24 Building Real-Time Pipelines With FLaNK
DATA SUMMIT 24  Building Real-Time Pipelines With FLaNKDATA SUMMIT 24  Building Real-Time Pipelines With FLaNK
DATA SUMMIT 24 Building Real-Time Pipelines With FLaNK
 
Top profile Call Girls In Begusarai [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
Top profile Call Girls In Begusarai [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...Top profile Call Girls In Begusarai [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
Top profile Call Girls In Begusarai [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
 
Top profile Call Girls In Latur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
Top profile Call Girls In Latur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...Top profile Call Girls In Latur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
Top profile Call Girls In Latur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We ...
 
Gulbai Tekra * Cheap Call Girls In Ahmedabad Phone No 8005736733 Elite Escort...
Gulbai Tekra * Cheap Call Girls In Ahmedabad Phone No 8005736733 Elite Escort...Gulbai Tekra * Cheap Call Girls In Ahmedabad Phone No 8005736733 Elite Escort...
Gulbai Tekra * Cheap Call Girls In Ahmedabad Phone No 8005736733 Elite Escort...
 
Top profile Call Girls In Indore [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Indore [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...Top profile Call Girls In Indore [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
Top profile Call Girls In Indore [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models We...
 
Top profile Call Girls In bhavnagar [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
Top profile Call Girls In bhavnagar [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...Top profile Call Girls In bhavnagar [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
Top profile Call Girls In bhavnagar [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Models...
 
High Profile Call Girls Service in Jalore { 9332606886 } VVIP NISHA Call Girl...
High Profile Call Girls Service in Jalore { 9332606886 } VVIP NISHA Call Girl...High Profile Call Girls Service in Jalore { 9332606886 } VVIP NISHA Call Girl...
High Profile Call Girls Service in Jalore { 9332606886 } VVIP NISHA Call Girl...
 
Top profile Call Girls In Chandrapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Model...
Top profile Call Girls In Chandrapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Model...Top profile Call Girls In Chandrapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Model...
Top profile Call Girls In Chandrapur [ 7014168258 ] Call Me For Genuine Model...
 
Nirala Nagar / Cheap Call Girls In Lucknow Phone No 9548273370 Elite Escort S...
Nirala Nagar / Cheap Call Girls In Lucknow Phone No 9548273370 Elite Escort S...Nirala Nagar / Cheap Call Girls In Lucknow Phone No 9548273370 Elite Escort S...
Nirala Nagar / Cheap Call Girls In Lucknow Phone No 9548273370 Elite Escort S...
 
+97470301568>>weed for sale in qatar ,weed for sale in dubai,weed for sale in...
+97470301568>>weed for sale in qatar ,weed for sale in dubai,weed for sale in...+97470301568>>weed for sale in qatar ,weed for sale in dubai,weed for sale in...
+97470301568>>weed for sale in qatar ,weed for sale in dubai,weed for sale in...
 

ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA

  • 1. TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM STRATA SATU (S1) PADA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DARMA PERSADA Disusun oleh : Nama :LUCHINDA HEPRILIAN NIM :2011210001 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015
  • 2. ABSTRAK Permasalahan redaman dan daya optik juga mempunyai hubungan dengan perencanaan pemasangan instalasi sistem komunikasi kabel serat optik ketika sistem tersebut mengalami gangguan disepanjang kabel serat optik.Pada penelitian ini telah dilakukan analisis kinerja sistem komunikasi serat optik melalui redaman serat optik pada Ring 1 di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, divisi SKSO Arnet Jatinegara. Pada jaringan Arnet Jatinegaramenggunakan kabel serat optik Singlemode Step Indexdengan tipe G.652 dan G.655 denga nilai redaman kabel yang berbeda diantaranya 0,21 dB dan 0,22 dB dengan sistem multiplexer yang digunakan saat ini pada link tersebut adalah SDH Fujitsu. Untuk melakukan analisis kinerja jaringan, digunakan metode link power budget untuk mengetahui penurunan daya penerimaan di bagian receiver akibat redamanpada sistem komunikasi serat optik yang terjadi di sepanjang kabel serat optik. Dari hasil data pengukuran terdapat faktor yang mengakibatkan penurunan daya penerimaan di sepanjang kabel optik disebabkan terjadinyaloss splice pada kabel yang tidak memenuhi standar. Dengan diketahuinya penerimaan pada receiver dan standar minimal penerimaan maka akan diketahui kinerjanya. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada link STO Jatinegara- STO Kebayoran terdapat 13 core yang mengalami penurunan daya kurang dari perhitungan berdasarkan parameter standar sebesar -5,264 dBm dengan loss spliceterbanyak terdapat pada pada titik spliceke 4 danloss splice paling tinggi sebesar 5,264 dB. Kemudian untuk link STO Jatinegara- STO Semanggi terdapat 12 core yang mengalami penurunan daya kurang dari perhitungan berdasarkan parameter standar sebesar -5,04 dBm dengan loss spliceterbanyak terdapat pada titik splice ke 2 dan 3 danloss paling tinggi sebesar 3,624 dB. Sedangkan untuk STO Jatinegara- STO Gambir 1 terdapat 10coreyang mengalami penurunan daya kurang dari perhitungan berdasarkan parameter standar sebesar -4,8 dBm dengan loss splice terbanyak pada titik splice ke 2 dan loss splice paling tinggi sebesar 2,883 dB. Kata Kuci : Kualitas Penerimaan SKSO, Loss, dan Link Budget
  • 3. DAFTAR PUSTAKA 1. Achmad Hidayatno, “Pengukuran Serat Optik Beserta Power Kalkulasi Redamannya Untuk Wilayah Pekalongan”. Tugas Akhir Sumatra Utara :2012. http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/21060 110141055_MKP.pdf diakses pada Juni 2015 2. Donda Manura , “Analisis Perancangan Jaringan Serat Optik DWDM (Dense Wavelenght Division Multiplexing) Untuk Link Medan-Lnagsa di PT Telkom Medan. Tugas Akhir Universitas Sumatra Utara :2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37139/3/Chaptr%20II.pdf 3. Endy Kusuma Wadhana, “Analisa Redaman Serat Optik Menggunakan Metode Optikal Link Power Budget”. Tugas Akhir : ITS Surabaya. 2010 http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12664-Paper.pdf 4. Gouzali Saydam, Bc,Drs, “Sistem Telekomunikasi di Indonesi”. Jilid 2, Jakarta; Djambatan, 2003 5. Kao, Charles K, “Optical Fiber System: Tecnology, Design, and Applications”. McGraw Hill Book Co;Singapore, 1999 6. Kaiser Gerard, “Optical Fiber Communication”. 3rd McGraw-Hill International Book Company; Singapore, 2000 7. Ridwan Alief, “Teknik Penyambungan Serat Optik di PT Telekomunikasi Indinesia Tbk AREA NETWORK SUMATRA UTARA”. Kerja Praktek:Jakarta.2011 8. Sarini, Leti. 2008. Analisa Konfigurasi Kontingensi Sistem Komunikas Serat Optik (SKSO) Intercity Palembang (Studi Kasus Transmisi Talang KelapaKenten Ujung) di PT. Telkom. Poloteknik Negeri Sriwijaya. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131341-T%2027623Analisis%
  • 4. 20konfigurasi% 20kintigensi%20literatur.pdf 9. Simanjutak Tiur LH. Ir, “Dasar- Dasar Telekomunikasi”, PT. Alumni; Bandung 2002 10. Zahrotul Maulida, “Pengukuran Kabel Serat Optik Dengan OTDR beserta Power Kalkulasi Redamannya Untuk Wilayah Pekalongan. Kerja Praktek: Universitas Dipenogoro.2010 http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012 /05/21060110141055_MKP.pdf 11. .......... “Modul Pelatihan :Cara Alat Ukur dan Penyambungan PT Telekomunikasi Indonesia Jatinegara”. 2004 12. ......... “Modul Jaringan Akses dan Jaringan Transport. Jurusan Teknik Elektro STT Telkom”. 2007 13. ......... “Sistem Komunikasi Serat Optik” http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/21060 1101410013_MKP.pdf
  • 5. i LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: NAMA :LUCHINDA HEPRILIAN NIM :2011210001 JURUSAN : ELEKTRO FAKULTAS :TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS :DARMA PERSADA JUDUL TUGAS AKHIR :ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA Menyatakan bahwa karya ilmiah yang saya susun di bawah bimbingan Ir. Agus Sun Sugiharto,MT bukan merupakan hasil jiplakan skripsi sarjana atau karya orang lain, sebagian atau seluruhnya dan isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sendiri. Demikian pernyataa ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, September 2014 LUCHINDA HEPRILIAN NIM :2011210001
  • 6. ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 ARNET JATINEGARA Disusun Oleh: LUCHINDA HEPRILIAN 2011210001 Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Teknik Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Darma Persada Mengetahui, M. Darsono,ST,MT Ir.Agus Sun Sugiharto,MT Ketua Jurusan Teknik Elektro Dosen Pembimbing Tugas Akhir FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015
  • 7. iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Darma Persada . Adapun Tugas Akhir ini berjudul “ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA”,penulis mempersembahkan kepada yang teristimewa Ayahanda Marno dan Ibunda Sumiyem yang telah membesarkan, mendidik serta banyak menberi dukungan, semangat, dan doa kepada penulis. Juga kepada adikadik yang penulis sayangi yaitu Annisa Ramadhani danSyifa Fariha yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis. Selama penulisan Tugas Akhir ini hingga menyelesaikannya, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan serta masukan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Agus Sun Sugiharto,MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Darma Persada dan sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dan penjelasan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 2. Bapak M. Darsono, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Darma Persada. 4. Seluruh Dosen di Universitas Darma Persada yang telah memberi ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis selama perkuliahan. 5. Seluruh staf karyawan di Fakultas Teknik Fakultas Teknik Universitas Darma Persada 6. Bapak Tony Joostiono sebagai Asisten Manager Divisi Transmisi sekaligus pembimbing lapangan di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk divisi Area Network Regional Jatinegara.
  • 8. iv 7. Bapak Moutia Desyanto, selaku General Management di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Divisi Area Network Regional Jatinegara. 8. Seluruh staf karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Kantor Divisi Area Network Regional Jatinegara. 9. Sahabat terbaik penulis Umi Fadilatun, Oktaviana Dhewi, Tati Setaningrum, Putri Juliandani dan Trisna Febria terima kasih untuk dukungan dan semangatnya selalu. 10. Teman seperjuangan angkatan 2011 Teknik Elektro, khususnya konsentrasi Teknik Telekomunikasi yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 11. Seluruh Teman seperjuangan angkatan 2011 dari berbagai jurusan dan seluruh warga Fakultas Teknik Universitas Darma Persada. Berbagai usaha telah penulis lakukan demi selesainya Tugas Akhir ini dengan baik, tetapi penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dengan tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Jakarta, Sepetember 2015 Penulis, LUCHINDA HEPRILIAN NIM : 2011210001
  • 9. v DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii DAFTAR ISI.................................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL.......................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. xi DAFTAR SINGAKATAN............................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 3 1.4 Pembatasan Masalah.......................................................................................... 3 1.5 Metode Pengumpulan Data................................................................................ 3 1.6 Sistematika Penulisan......................................................................................... 4 BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Teknologi Serat Optik......................................................................................... 5 2.2 Pengertian Sistem Komunikasi Serat Optik........................................................ 7 2.3 Prinsip Kerja Komunikasi Serat Optik................................................................ 7 2.3.1 Pemancar Optik ...................................................................................... 9 2.3.2 Repeater................................................................................................. 10
  • 10. vi 2.3.3 Detektor ................................................................................................ 11 2.4 Serat Optik ......................................................................................................... 11 2.5 Redaman Serat Optik ......................................................................................... 16 2.5.1 Faktor Instrinsik .................................................................................... 17 2.5.2 Faktor Ekstrinsik................................................................................... 17 2.5.3 Redaman Penyambungan...................................................................... 18 2.5.4 Dispersi ................................................................................................. 20 2.6 Penerimaan Optik (Receiver).............................................................................. 22 2.7 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik ............................................................... 22 2.8 DWDM ( DenseWavelength Division Multiplexing )......................................... 23 2.9 Sistem Komunikasi Serat Optik Menggunakan SDH......................................... 27 2.10 Teknik Penyambungan Serat Optik .................................................................... 29 2.11 Link Power Budget.............................................................................................. 30 BAB III KONFIGURASI JARINGAN SERAT OPTIK ARNET JATINEGARA 3.1 Konfigurasi Jaringan .......................................................................................... 32 3.2 Konfigurasi Jaringan di 3 STO .......................................................................... 34 3.3 Data Jaringan...................................................................................................... 35 3.4 Perangkat Jaringan Komunikasi Serat Optik ..................................................... 36 3.5 Metode Pengukuran ........................................................................................... 40 3.5.1 Fungsi OTDR........................................................................................ 40 3.5.2 Prinsip Kerja OTDR.............................................................................. 41 3.5.3 Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan OTDR...................... 42
  • 11. vii 3.5.4 Langkah- Langkah Menggunalan OTDR.............................................. 42 3.5.5 Hasil Pengukuran OTDR ...................................................................... 44 3.6 Komponen Jaringan Komunikasi Serat Optik .................................................... 46 3.6.1 Kabel Optik........................................................................................... 47 3.6.2 Splice..................................................................................................... 47 3.6.3 Konektor................................................................................................ 48 BAB IV ANALISIS KINERJA SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA 4.1 ARNET Jatinegara Ring 1 di 3 STO................................................................. 49 4.2 Analisis Penentuan Gangguan........................................................................... 50 4.2.1 Analisis Penentuan Gangguan Link STO Jatinegara- STO Kebayoran.......................................................................................... 51 4.2.2 AnalisisPenentuanGangguan Link STO Jatinegara- STO Semanggi ........................................................................................... 52 4.2.3 Analisis PenentuanGangguan Link STO Jatinegara- STO Gambir1............................................................................................. 54 4.3 Analisis Data...................................................................................................... 55 4.3.1 Perhitungan Loss............................................................................... 55 4.3.2 Perhitungan Daya Penerimaan Optik (Receiver) .............................. 67 4.4 Penyebab- Penyebab Gangguan Pada 3 Link ..................................................... 73 4.4.1 Penyebab Gangguan Pada Link STO Jatinegara–STO Kebayoran 74 4.4.2 Penyebab Gangguan Pada Link STO Jatinegara – STO Semanggi. ... 75 4.4.3 Penyebab Gangguan Pada Link STO Jatinegara – STO Gambir 1..... 76 BAB V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
  • 12. viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Blok diagram prinsip kerja transmisi pada serat optik......................... 9 Gambar 2.2 StrukturDasarKabelSeratOptik............................................................. 11 Gambar 2.3 Kabel Serat Optik................................................................................. 13 Gambar 2.4 PerambatanGelombangpadaMultimode Step Index.............................. 13 Gambar 2.5 PerambatanGelombangpadaMultimode Graded Index ........................ 14 Gambar 2.6 PerambatanGelombangpadaSingle mode Step Index ........................... 15 Gambar 2.7 Jenis- jenis Konektor Serat Optik ....................................................... 20 Gambar 2.8 SistemWavelength Division Multiplexing............................................ 24 Gambar 2.9 Unidirectional Ring.............................................................................. 27 Gambar 2.10 Bidirectional Ring ................................................................................ 29 Gambar 2.11 Link Point To Point dan Parameter-Parameternya.............................. 31 Gambar 3.1 Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik Arnet Jatinegara........... 33 Gambar 3.2 Perangkat Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik..................... 36 Gambar 3.3 Perangkat OLT ( Optical Line Terminal)............................................ 37 Gambar 3.4 Perangkat Optical Termination Box (OTB) ........................................ 37 Gambar 3.5 Perangkat Optical Distibution Cabinet (ODC) ................................... 38 Gambar 3.6 Perangkat Optical Distibution Point (ODP)........................................ 39 Gambar 3.7 Adaptor OTDR menyambungdenganseratoptik.................................. 43 Gambar 3.8 Hasilpengukuran OTDR jaringanbagus ............................................ 44 Gambar 3.9 Hasilpengukuran OTDR jaringan kabel optik tidak bagus ............... 45 Gambar 3.10 Macam-macamloss yang ditunjukanpadagrafik OTDR...................... 46 Gambar 4.1 Konfigurasi Link STO Jatinegara antar STO Kebayoran, STO
  • 13. ix Semanggi dan STO Gambir1 ......................................................................................... 50 Gambar 4.2 SkemaJalurTransmisiKabelOptikpada link STO Jatinegara- STO Kebayoran ....................................................................................... 51 Gambar 4.3 SkemaJalurTransmisiKabelOptikpada link STO Jatinegara- STO Semanggi......................................................................................... 53 Gambar 4.4 SkemaJalurTransmisiKabelOptikpada link STO Jatinegara- STO Gambir 1.......................................................................................... 54
  • 14. x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbandingan LED dan Laser ................................................................... 10 Tabel 3.1 Konfigurasi Level Sinyal di 4 STO ........................................................ 34 Tabel 3.2 Data Konfigurasi 3 STO ........................................................................... 35 Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran loss berdasarkan pengukuran loss splice di lapangan link STO Jatinegara – STO Kebayoran ................................ 58 Tabel 4.2 Tabel hasil pengukuran loss berdasarkan pengukuran loss splice di lapangan link STO Jatinegara- STO Semanggi .................................. 62 Tabel 4.3 Tabel hasil pengukuran loss berdasarkan pengukuran loss splice di lapangan link STO Jatinegara- STO Gambir 1 ........................................ 66 Tabel 4.4 Analisis perhitungan Daya Penerimaan Optik ( Receiver) Link Jatinegara- Kebayoran............................................................................... 68 Tabel 4.5 Analisis perhitungan Daya Penerimaan Optik ( Receiver) Link Jatinegara- Semanggi................................................................................. 70 Tabel 4.6 Analisis perhitungan Daya Penerimaan Optik ( Receiver) Jatinegara- Gambir .................................................................................... 72
  • 15. xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Konfigurasi Fiber Optik Arnet Jatinegara Konfigurasi Ring Fiber Optik Arnet Jatinegara Lampiran II Bagian- Bagian Alat Ukur OTDR Spesifikasi Alat Ukur OTDR YOKOGAWA tipe AQ 7260 Spesifikasi Kabel Optik G.655 dan G. 652 Spesifikasi Konektor FC 3MTM Spesifikasi Fusion Splicer Fitel 178A Lampiran III Standar Loss Budget standar Fiber Optic Association EIA/TIA 568 Standar Power Budget standar Fiber Optic Association Standar Daya Transmitter dan Receiverdi ARNET JATINEGARA Lampiran IV Tabel Data Hasil Ukur Redaman di 3 STO Hasil Pengukuran Jalur Transmisi Menggunakan OTDR Hasil Pengukuran Daya Transmitter (PTx) danReceiver (PRx) pada sistem Network Monitoring System(NMS)
  • 16. xii DAFTAR SINGKATAN ADM :Add/Drop Multipexer Absorption :Penyerapan APD :Avalanche Photo Diode Core :Inti Serat Optik Cladding :Selimut serat optik yang melidungi bagian inti Coating :Jaket Pelindung pada serat optik DBFA :(Dual Band Fiber Amplifier) DDF :Digital Distribution Frame DEMUX :Demumultiplexing Dispersi :Pelebaran Pulsa DWDM :Dense Wavelength Division Multiplexing EBFA :(Extended Band Filter Amplifier) FC : Fiber Connector FO :Fiber Optik Gbps :Giga Byte Per Second GBR 1 :Gambir Interferensi :Pengaruh ITU :International Telecomunication Unite JTN :Jatinegara
  • 17. xiii KBB :Kebayoran LED :Light Emitting Diode Loss :Redaman/Rugi Rugi LD :Laser Diode MUX :Multiplexing Microbending:Pembengkokan pada pembuatan Serat Optik ODP :Optical Distribution Point OTB :Optical Termination Board ONT :Optical Network Terminal ONU :Optical Network United PIN :Possitive Intrinsic Negative PCM :Pulse Code Modulation PDH :Plesinkron Digital Hirarki Patchcore :Serat Optik Penghubung Repeater :Terminal Pengulag Rx :Receiver Scattering :Penyerapan SKSO : Sistem Komunikasi Serat Optik Splice :Titik Sambungan STM :Synchronous Digital Hierarki
  • 18. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi serat optik yang begitu cepat saat ini merupakan bentuk gambaran bahwa semakin majunya akan penggunaan teknologi komunikasi. PT. Telkom sebagai operator penyedia layanan informasi, salah satu usaha yang dilakukan PT. Telkom dalam memenuhi tuntutan ini dengan beralih menggunakan serat optik sebagai media transmisi menggantikan media transmisi sebelumnya berupa kabel koaksial (kabel Tembaga). Penggantian media transmisi diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan jasa telekomunikasi. Serat optik merupakan media transmisi menggunakan cahaya sebagai penyalur informasi (data). Teknologi serat optik memberikan solusi terbaik dalam teknologi komunikasi dan informasi, dimana media transmisiannya yang begitu handal dapat mengirimkan data dalam kapasitas yang besar dan waktu tempuh pentransmisian yang cepat serta sisi keamanan yang tinggi, yaitu tahan terhadap gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada kabel konvensional. Meningkatnya kebutuhan akan komunikasi data, terutama sistem komunikasi serat optik yang pada akhir-akhir ini berkembang pesat mendorong untuk membuat dan mengembangkan berbagai metode dan teknologi yang dapat digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan dalam kapasitas besar dan kecepatan tinggi dari sistem tersebut. Seiring dengan peningkatan dan pengembangan menggunakan kabel serat optik sebagai media transmisi data, maka juga sering terjadi faktor hilangnya informasi yang diakibatkan oleh rugi–rugi yang terjadi disepanjang kabel serat optik, salah satu rugi–rugi tersebut adalah rugi daya yang diakibatkan oleh redaman di sepanjang kabel serat optik, yang mengakibatkan perubahan daya dari pemancar optik (Transmitter) hingga mencapai di penerima optik (Receiver). Perubahan daya tersebut yaitu adanya penurunan daya dari pemancar optik (Transmitter) sampai di penerima optik (Receiver). Permasalahan redaman dan
  • 19. 2 daya optik juga mempunyai hubungan dengan perencanaan pemasangan instalasi sistem komunikasi kabel serat optik ketika sistem tersebut mengalami gangguan disepanjang kabel serat optik , dalam hal ini terjadi di PT. Telkom divisi Arnet Jatinegara di Jakarta Timur, dari data redaman dan daya yang terjadi di PT. Telkom divisi Arnet Jatinegara di Jakarta Timur ini, maka dilakukan penelitian untuk menganalisa kinerja sistem komunikasi serat optik yang diakibatkan oleh redaman (loss) dan daya yang bekerja di sepanjang kabel serat optik. Redaman (loss) bisa diakibatkan oleh panjang span serat dan banyaknya splicing (sambungan) di sepanjang kabel serat tersebut. Juga dipengaruhi oleh dispersi, dimana semakin bertambah jarak panjangnya lintasan maka dispersi pada serat optik semakin jelek. Untuk mengetahui kinerja suatu jaringan teknologi serat optik ini, harus lah dilakukan analisis terhadap hasil pemeriksaan, pengukuran dan pengetesan konfigurasi jaringan tersebut. Pembahasan berkaitan dengan konfigurasi jaringan serat optik yang dimiliki oleh PT Telkom divisi Arnet Jatinegara di Jakarta Timur sebagai perusahaan penyedia jasa teknologi dan informasi dalam satu site (shelter). 1.2. Perumusan Masalah Dari judul tersebut, alasan pemilihan judul penulis akan membahas mengenai permasalahn pada : 1. Bagaimana cara melakukan perhitungan dan perbandingan redaman serat optik dan jenis kabel optik yang merujuk pada rekomendasi Fiber Optic Association EIA/TIA 568dan spesifikasi penggunaan kabel optik sehingga didapatkan suatu analisis penurunan kualitas daya penerima optik (Receiver) akibat redaman kabel terhadap kinerja dari SKSO pada 3 (tiga) ruas di PT TELKOM Divisi Arnet Jatinegara. 2. Bagaimana cara menganalisa rugi-rugi (redaman) daya yang diterima oleh penerima optik (receiver) menggunakan perhitungan secara teoritis agar sesuai dengan nilai daya penerimaan optik (receiver) sesuai perhitungan standar menggunakan metodeLink Power Budget.
  • 20. 3 1.3. Tujuan Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menganalisiskinerja jaringan serat optik pada Ring 1 (Satu) di PT Telkom Area Network (Arnet) Jatinegara. 1.4. Pembatasan Masalah Untuk mempertajam dan memfokuskan permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini, beberapa batasan masalah yang diambil diantaranya adalah adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Kinerja Jaringan Sistem Komunuikasi Serat Optik dibatasi pada kinerja penurunan daya pada jaringan kabel serat optik pada Ring 1 di Arnet Jatinegara 2. Pada sistem kinerja jaringan serat optik data yang di ambil meliputi 3 (tiga) ruasdi PT TELKOM Arnet Jatinegara diantaranya STO Kebayoran, STO Semanggi, dan STO Gambir1. 3. Data yang digunakan adalah data riset perangkat SDH Fujitsu di PT TELKOM Divisi Arnet Jatinegara. Parameter yang digunakan pada analisa redaman serat adalah : redaman jaringan kabel serat optik, nilai daya Tx dan Rx dengan panjang gelombang 1550 nm. 1.5. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh bahan- bahan yang diperlukan untuk menyususn tugas kahir ini adalah metode studi literatur. Penulis melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan guna mencari literatur- literatur dan buku- buku yang berhubugan dengan tugas akhir yang penulis susun, serta mengambil bahan dari internet. Berikut penjelasan lengkap penulis mengenai metode penulisan :
  • 21. 4 1. Tinjauan pustaka, mempelajari buku, artikel, dan situs-situs yang dapat mendukung penyusunan tugas akhir ini. 2. Mengadakan riset di lingkungan PT TELKOM Arnet Jatinegara 3. Dengan metode diskusi yaitu dengan melakukan konsultasi, dialog dan tukar pikiran dengan pembimbing lapangan di PT TELKOM Arnet Jatinegara dan dosen pembimbing. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika tugas akhir ini disusun menjadi lima bab sebagai berikut : BAB I :PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II :SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Pada bab ini menguraikan gambaran umum dari Sistem KomunikasiSerat Optik. BAB III :KONFIGURASI SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Pada Bab ini akan membahas tentang Kofiguasi jaringan serat optik pada Ring 1 di PT Telkom divisi Arnet Jatinegara. BAB IV :ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA Pada Bab ini akan membahas tentang menganalisis penuruan kualitas daya penerimaan optik (Receiver) jaringan serat optik pada Ring 1 di PT Telkom divisi Arnet Jatinegaradengan cara menganalisis penurunan daya penerima optik (Receiver) menggunakan Link Power Budget. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini diberikan kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian yang dilakukan dan saran untuk pengembangan selanjutnya.
  • 22. 5 BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1. Teknologi Serat Optik Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat, aman, dan juga kapasitas besar dalam menyalurkan informasi.Seiring dengan perkembangan telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan teknologi serat optik semakin dikembangkan, sehingga dapat menggeser penggunaan sistem transmisi konvensional dimasa mendatang, terutama untuk transmisi jarak jauh. Dampak dari perkembangann teknologi ini adalah perubahan jaringan analog menjadi jaringan digital baik dalam sistem switching maupun dalam sistem transmisinya. Hal ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang dikirim, serta biaya operasi dan pemeliharaan lebih ekonomis. Sebagai sarana transmisi dalam jaringan digital, serat optik berperan sebagai pemandu gelombang cahaya.Serat optik dari bahan gelas atau silika dengan ukuran kecil dan sangat ringan dapat mengirimkan informasi dalam jumlah besar dengan rugi-rugi relatif rendah. Penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak digunakan sejak zaman dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman mengawali eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang bernama serat optik. Perkembangan selanjutnya adalah ketika para ilmuawan inggris pada tahun 1958 mengusulkan prototipe serat optik yang sampai sekarang dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti yang dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis serat optik yang mampu mentransmisikan gambar.
  • 23. 6 Di lain pihak para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas (serat optik) namun juga mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya. Kerja keras itupun berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan.Laser beroperasi pada daerah frekuensi tampak sekitar 1014 Hertz- 15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi gelombang mikro. Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan. Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser juga belum terpancar lurus.Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer.Waktu itu, sebuah pancaran laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan simpangan jarak hingga hitungan meter. Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari 1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon, seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup kita dapat menonton lalu- lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik. Seperti halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal. Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km. Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain.Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km. Tahun 80-an, bendera lomba industri serat optik benar-benar sudah berkibar.Nama-nama besar di dunia pengembangan serat optik bermunculan.CharlesK.Kao diakui dunia sebagai salah seorang perintis utama.Dari Jepang muncul Yasuharu Suematsu.Raksasa-raksasa elektronik macam ITT atau STL jelas punya banyak sekali peranan dalam mendalami riset- riset serat optik.
  • 24. 7 2.2. Pengertian Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem Komunikasi Serat Optik adalah suatu sistem Komunikasi yang menggunakan Kabel Serat Optik sebagai media transmisinya yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dan tingkat keandalan yang tinggi, berbeda dengan media transmisi lainnya serat optik tidak menggunakan gelombang elektromagnetik/listrik sebagai gelombang pembawanya melainkan menggunakan sumber optik, detector optik, dan serat optik dengan panjang gelombang cahaya 850nm, 1.300nm, dan 1550nm. 2.3. Prinsip kerja Sistem Komunikasi Serat Optik Berbeda dengan sistem transmisi yang menggunakan gelombang elektromagnetik, pada sistem transmisi serat optik yang bertugas membawa sinyal informasi adalah gelombang cahaya. Berikut ini adalah proses yang terjadi pada sistem transmisi serat optik dengan sinyal yang ditransmisikan berupa sinyal suara. Pertama-tama mikrofon mengubah sinyal suara menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini kemudian dibawa oleh gelombang cahaya melalui serat optik dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lain dari serat. Sinyal listrik termodulasi diubah menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian diubah kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik diubah menjadi gelombang suara.Tugas untuk mengubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau sebaliknya dapat dilakukan dengan menggunakan komponen elektronik yag dikenal dengan nama Optoelectronic pada setiap ujung serat optik.
  • 25. 8 Prinsip kerja transmisi pada serat optik dapat dilihat pada blok diagram pada gambar 2.1 : Sumber Optik Kabel Serat Optik Detektor Optik Rangkaian Elektronik Multiplex Digital Rangkaian Elektronik DeMultiplex Digital Gambar 2.1 Blok diagram prinsip kerja transmisi pada serat optik[10] Berikut ini penjelasan dari blok diagram di atas :  pada arah kirim, input sinyal yang berasal dari perangkat multiplex digital akan diteruskan ke rangkaian elektronik untuk menjalani perbaikan karakteristik dan mengubah kode sinyal yang masuk tersebut menjadi binary;  selanjutnya sinyal binary tersebut diteruskan ke rangkaian sumber optik, dimana dalam rangkaian ini sinyal binary dengan daya listrik akan diubah menjadi sinyal dengan daya optik;  dari sumber optik, kemudian sinyal akan diteruskan ke detektor optik melalui kabel serat optik;  pada arah terima, sinyal dengan daya optik yang diterima dari sumber optik melalui kabel serat optik akan diubah menjadi sinyal dengan daya listrik;  selanjutnya sinyal dengan daya listrik tersebut diteruskan ke rangkaian elektronik untuk didekodekan kembali ke sinyal;
  • 26. 9  dari rangkaian elektronik, sinyal tersebut diteruskan ke demultipleks digital. Dalam perjalanan dari transmiter menuju ke receiver akan terjadi redaman/rugi cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya. Oleh sebab itu, bila jarak antara transmiter dan receiver ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah atau beberapa perangkat pengulang (regenerative repeater) yang bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman. 2.3.1. Pemancar Optik (Optical transmitter) Transmitter terdiri dari 2 bagian yaitu :  Rangkaian elektrik berfungsi untuk mengkonversi dari sinyal digital menjadi sinyal analog, selanjutnya data tersebut disisipkan ke dalam sinyal gelombang optik yang telah termodulasi  Sumber gelombang optik berupa sinar Laser Diode (LD) dan LED (light emmiting diode) yang pemakaiannya disesuaikan dengan sistem komunikasi yang diperlukan. a.) Laser Diode (LD) dapat digunakan untuk sistem komunikasi optik yang sangat jauh seperti Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) dan Sistem Komunikasi Fiber Optik (SKSO), oleh karena laser LD memiliki karakteristik yang handal, dimana dapat memancarkan daya dengan intensitas yang tinggi, stabil, hampir monokromatis, terfokus, dan merambat dengan kecepatan sangat tinggi sehingga dapat menempuh jarak sangat jauh.Pembuatannya sangat sulit karena memerlukan spesifikasi tertentu sehingga harganyapun mahal.Jadi LD tidak ekonomis dan tidak efisien jika digunakan untuk sistem komunikasi jarak dekat dan pada trafik kurang padat. b.) Light Emmiting Diode (LED) digunakan untuk sistem komunikasi jarak sedang dan dekat agar sistem dapat ekonomis dan efektif,
  • 27. 10 karena Light Emmiting Diode lebih mudah pembuatannya, sehingga harganya pun lebih murah. Tabel 2.1 Perbandingan LED dan Laser[1] 2.3.2. Repeater Berfungsi untuk menguatkan kembali pulsa-pulsa cahaya yang dikirimkan. Untuk hubungan yang sangat jauh, pulsa cahaya yang dikirimkan akan mengalami loss yang besar sehingga apabila diteruskan tidak dapat dideteksi oleh photodetector, maka untuk itu diperlukan repeater. Pada umumnya digunakan untuk komunikasi serat optik antar kota yang membutuhkan repeater setiap 50 km. Repeater terlebih dahulu mengubah pulsa cahaya menjadi listrik kemudian Karakteristik LED LASER DIODE Spektrum keluaran Tidak koheren Koheren Daya Optik keluaran Lebih rendah (0,4-4,0mW) Lebih tinggi (1,5-8,0mW) Kestabilan operasi terhadap temperatur Lebih stabil Kurang stabil Penguatan cahaya Tidak ada Ada Arah pancaran cahaya Kurang terarah Sangat terarah Arus pacu Kecil Besar Disipasi panas Kecil Besar Harga Lebih murah Lebih mahal Kemudahan penggunaan Lebih mudah Lebih sulit Kecepatan (rise time) Lebih lambat (2 – 10 ns) Lebih cepat (0,3 – 0,7 ns) Panjang gelombang 800-850, 1300 nm 800-850, 1300, 1500 nm Lebar pita (nm) 30-60 (λ = 800-850 nm) 50-150 (λ=1300) 1-2 (λ = 800-850 nm) 2-5 (λ = 1300 nm) 2-10 (λ = 1500 nm) Daya ke serat 0,03 – 0,15 mW 0,4 – 3,0 mW Frekuensi modulasi 0,08 – 0,3 Ghz 2 – 3 GHz Kepekaan - Elektrostatik
  • 28. 11 sinyal listrik tersebut diperkuat dan baru diubah kembali menjadi pulsa cahaya untuk dikirimkan. 2.3.3. Detektor Optik Photodetector berfungsi mengubah variasi intensitas optik/cahaya menjadi variasi arus listrik. Photodioda dioperasikan pada pra-tegangan balik. Cahaya yang diterima akan diubah menjadi arus listrik, pada tahanan RL arus tersebut diubah menjadi besaran tegangan. Perbandingan arus yang dihasilkan photodetector terhadap daya optical yang diterima disebut sensitivitas optik. Sensitivitas suatu photodetector sangat bergantung pada panjang gelombang operasi dan bahan photodetector. 2.4. Serat Optik Serat optik terbuat dari bahan dielektrik yang berbentuk seperti kaca (glass). Didalam serat inilah energi listrik diubah menjadi cahaya yang akan ditransmisikan sehingga dapat diterima di ujung unit penerima (receiver) melalui transducer. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat struktur dasar kabel serat optik. Gambar 2.2 Struktur Dasar Kabel Serat Optik[2] Struktur serat optik terdiri dari: 1. Inti (core)
  • 29. 12 Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dari lapisan kedua. Terbuat dari kaca (glass) yang berdiameter antara 2µm-125µm, dalam hal ini tergantung dari jenis serat optiknya. 2. Cladding Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapatmerambat ke ujung lainnya.Dengan adanya cladding ini cahaya dapat merambat dalam core serat optik.Cladding terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias yang lebih kecil dari core. Cladding merupakan selubung dari core. Diameter cladding antara 5µm-250µm, hubungan indeks bias antaracore dan cladding akanmempengaruhi perambatan cahaya pada core (yaitumempengaruhi besarnya sudut kritis). 3. Jaket (coating) Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan identitaskode warna terbuat dari bahan plastik.Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan. Sebuah kabel serat optik dibuat sekecil-kecilnya (mikroskopis) agar tidak mudah patah/retak, tentunya dengan perlindungan khusus sehingga besaran wujud kabel akhirnya tetap mudah dipasang. Satu kabel serat optik disebut sebagai core. Untuk satu sambungan/ link komunkasi serat optik dibutuhkan dua core, satu sebagai transmitter dansatu lagi sebagai receiver. Variasi kabel yang dijual sangat beragam sesuai kebutuhan, ada kabel 4 core, 6 core, 8 core, 12 core, 16 core, 24core, 36 core, 48 core, 72 core hingga 96 core. Satu core serat optik yang terlihat oleh mata kita adalah masih berupa lapisan perlindungnya (coated) sedangkan kacanya sendiri menjadi inti transmisi data berukuran mikroskopis yang tak terlihat oleh mata. Berikut gambar kabel optik yang terlihat pada gambar 2.3.
  • 30. 13 Gambar 2.3 Kabel Serat Optik [13] Karakteristik Komunikasi Serat Optik Serat optik terdiri dari beberapa jenis, yaitu : 1) Multimode Step Index fiber Pada jenis multimode step indexfiberini, diameter core lebih besar dari diameter cladding. Dampak dari besarnya diameter core menyebabkan rugi-rugi dispersi waktu transmit-nya besar.Penambahan presentase bahan silica pada waktu pembuatan tidak terlalu berpengaruh dalam menekan rugi-rugi dispersi waktu pengiriman.Gambar 2.4 menunjukkan perambatan gelombang dalam serat optik multimode stepindex. Gambar 2.4 Perambatan Gelombang pada Multimode Step Index [2] Multimode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut : • Indeks bias inti konstan. • Ukuran inti besar (50mm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis. • Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki inti yang besar.
  • 31. 14 • Sering terjadi dispersi. • Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah. Susunan serat optik dari type multimode Step Indeks, yaitu :  Diameter inti (core) : 200-300μm  Diameter selimut ( cladding) :380-440μm  Diameter jaket (coating) :250-1000μm  Numerical Aperture :0,16-0,5  Redaman :4-6dB/km  Lebar pta frekuensi (bandwith) :4-6Mhz 2) Multimode Graded Index Pada jenis serat optik multimode graded index ini. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding. Akibatnya dispersi waktu berbagai mode cahaya yang merambat berkurang sehingga cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan. Gambar 2.5 menunjukkan perambatan gelombang dalam multimode graded index. Gambar 2.5 Perambatan Gelombang pada Multimode Graded Index [2] Multimode Graded Index mempunyai karakteristik sebagai berikut : • Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat.
  • 32. 15 • Dispersi minimum sehingga baik jika digunakan untuk jarak menengah • Ukuran diameter core antara 30 µm – 60 µm. lebih kecil dari multimodestep Index dan dibuat dari bahan silica glass. • Harganya lebih mahal dari serat optik Multimode Step Index karena proses pembuatannya lebih sulit. Susunan serat optik type Multimode Grade Indeks yaitu :  Diameter inti (core) :50-100μm (standar 50 μm)  Diameter selimut (cladding) :100-150μm(standard 125μm)  Diameter jaket (coating ) :250-1000μm  Numerical Aperture : 0,2-0,3  Redaman :0,3-3,5 dB/km  Lebar pita frekuensi(bandwidth) :150 MHz-2Ghz 3) Single mode Step Index Pada jenis single mode step index. Baik core maupun cladding-nya dibuat dari bahan silica glass.Ukuran core yang jauh lebih kecil dari cladding dibuat demikian agar rugi-rugi transmisi berkurang akibat fading.Seperti ditunjukan gambar 2.6. Gambar 2.6 Perambatan Gelombang pada Single mode Step Index [2]
  • 33. 16 Singlemode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut : • Serat optik Singlemode Step Index memiliki diameter core yang sangat kecil dibandingkan ukuran cladding-nya. • Ukuran diameter core antara 2 µm – 10µm. • Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik. • Memiliki redaman yang sangat kecil. • Memiliki bandwidth yang lebar. • Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi. • Dapat digunakan untuk transmisi jarak dekat, menengah dan jauh. Susunan dari serat optik type Singlemode, yaitu :  Diameter inti (core) :20-10μm  Diameter selimut ( cladding) :50-125μm  Diameter jaket (coating) :250-1000μm  Numerical Aperture : 0,08-0,15  Redaman :0,2-0,5dB/km  Lebar pita frekuensi (bandwith) :>150Mhz 2.5. Redaman Serat Optik Tahanan dari konduktor tembaga menyebabkan hilangnya sebagian dari energi listrik yang mengalir dari suatu kabel.Core dari kabel serat optik menyerap sebagian dari energi cahaya.Hal ini dinyatakan dalam redaman kabel.Satuan yang digunakan untuk redaman serat optik adalah dB/km. redaman tergantung dari
  • 34. 17 beberapa keadaan.Tetapi yang utama adalah bahwa redaman tergantung pada panjang gelombang dari cahaya yang digunakan. Menurut rekomendasiFiber Optic Association EIA/TIA 568, kabel serat optik harus mempunyai koefisien redaman 0,5 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0,4 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm. Tapi besarnya koefisien ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena harus mempertimbangkan proses pabrikasi, desain & komposisi fiber, dan desain kabel. 2.5.1. Faktor Intrinsik Ada beberapa faktor intrinsik dari serat optik yang menyebabkan redaman, yaitu: 1. Absorption (penyerapan), peristiwa ini terjadi akibat ketidak murnian bahanfiber optik yang digunakan. Bila cahaya menabrak sebuah partikel dari unsur yang tidak murni maka sebagian dari cahaya tersebut akan terserap. 2. Scattering (penghamburan) terjadi akibat adanya berkas cahaya yangmerambat dalam materi dipancarkan/dihamburkan ke segala arah dikarenakan struktur materi yang tidak murni. Biasanya scattering ini terjadi pada lokasi-lokasi tertentu saja di dalam bahan, dan ukuran daerah yang terkena pengaruh perubahan efek terpencarnya cahaya sangat kecil, yaitu kurang dari satu panjang gelombang cahaya. 3. Microbending (pembengkokan pada saat pembuatan serat optik) Pada umumnya timbul di dalam proses manufaktur. Penyebab yang biasa dijumpai adalah perbedaan laju pemuaian (dan penyusutan) antara serat optik dan lapisan-lapisan pelindung luarnya (jaket). Ketika kabel serat optik
  • 35. 18 menjaditerlalu dingin, lapisan jaket maupun bagian inti/mantel akan mengalami penyusutan dan memendek sehingga dapat bergeser dari posisi relatifnya semula dan menimbulkan lekukan-lekukan yang disebut microbend. 2.5.2. Faktor Ekstrinsik Ada beberapa faktor ekstrinsik dari serat optik yang menyebabkan redaman, yaitu: 1. Frasnel Reflection terjadi karena ada celah udara sehingga cahaya harusmelewati dua interface yang memantulkan sebagian karena perubahan index bias dari inti ke udara dan inti lagi. 2. Mode Copling terjadi karena adanya sambungan antara sumber/detector optikdengan serat optik. Macrobending, lekukan tajam pada sebuah kabel serat optik dapatmenyebabkan timbulnya rugi daya yang cukup serius, dan lebih jauh lagi kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis (pecahnya serat optik). Rugi daya yang ditimbulkan dengan melengkungkan sepotong pendek serat optik boleh jadi lebih besar dari rugi daya total yang timbul pada seluruh kabel serat optik sepanjang 1 km yang dipasang secara normal. 2.5.3 Redaman Penyambungan Redaman pada kimunikasi serat optik dapat terjadi akibat penyambungan serat optik di lapagan : 1. Splice :  Sambungan yang sifatnya permanen  Digunakan untuk menyambugkan dua buah serat optik yang patah atau
  • 36. 19 disambung untuk perpanjangan serat.  Teknik metode lebur ( fusion splice ), dilakukan dengan meleburkan ujung- ujung dari serat optik yang akan disambung dengan laser. 2. Konektor Konektor adalah sebuah alat mekanik yang menjulang pada ujung sebuah fiber optik, sumber cahaya, dan penerima sinyal.Hal itu juga mengijinkan untuk menggabungkan dengan alat yang serupa.Pemancar (transmitter) mengirimkan informasi secara jelas dari fiber optik melalui sebuah konektor.Konektor harus menyalakan dan mengumpulkan cahaya, mudah dipasang maupun dilepaskan dari peralatan.Konektor juga berfungsi untuk menyambung atau memutuskan koneksi.Ada beberapa jenis konektor yang sering digunakan dalam teknologi fiber optik  Biconic: Salah satu konektor yang kali pertama muncul dalam komunikasi fiber optik. Saat ini sangat jarang digunakan.  D4: Konektor ini hampir mirip dengan FC hanya berbeda ukurannya saja. Perbedaannya sekitar 2 mm pada bagianferrule-nya.  FC: Digunakan untuk kabel single mode dengan akurasi yang sangat tinggi dalam menghubungkan kabel dengan transmitter maupun receiver. Konektor ini menggunakan sistem drat ulir dengan posisi yang bisa diatur, sehingga ketika dipasangkan ke perangkat, akurasinya tidak akan mudah berubah.  SC: Digunakan untuk kabel single mode dan bisa dicopot pasang. Konektor ini tidak terlalu mahal, simpel, dan dapat diatur secara manual akurasinya dengan perangkat.  SMA: Konektor ini merupakan pendahulu dari konektor ST yang sama-sama menggunakan penutup dan pelindung. Namun seiring dengan berkembangnya ST konektor, maka konektor ini sudah tidak berkembang lagi penggunaannya.  ST: Bentuknya seperti bayonet berkunci hampir mirip dengan konektor BNC. Sangat umum digunakan baik untuk multi mode maupun single mode kabel. Sangat mudah digunakan baik dipasang maupun dicabut.
  • 37. 20 Gambar 2.7 Jenis- jenis Konektor Serat Optik[1] Sifat-sifat konektor :  Sambungan yang sifatnya tidak pemanen  Menyambungkan serat optik dengan perangkat agar mudah dilepas dan dipasang lagi  Menggunakan latyang disebut konektor Konektor kabel optik terdiri dari empat jenis konektor model SC dan FC yang dapat disesuaikan dengan jenis perangkat yang digunakan. 2.5.4 Dispersi Dispersi adalah pelebaran pulsa yang terjadi ketika sinyal merambat melaluisepanjang serat optik yang disebabkan oleh keterbatasan material dan efek linear seperti polarisasi, material dan lainnya. Faktor dispersi ini akan mempengaruhi kualitas sinyal yang akan ditransmisikan dalam jaringan. Dispersiakan menyebabkan pulsa-pulsa cahaya memuai dan menjadi lebih lebar, sehingga pada akhirnya mengakibatkan pulsa-pulsa tersebut saling tumpang tindih dengan satu sama lain. Jenis dispersi pada serat optik yang disebabkan oleh mekanisme yang berbeda, yaitu:
  • 38. 21 a. Dispersi Intermodal Cahaya dari sumber masuk ke dalam serat optik multimode dirambatkan dalam beberapa mode.Setiap mode ada yang merambat sejajar sumbu inti dan ada pula yang merambat zig-zag. Dengan demikian jarak yang ditempuh oleh tiap mode akan berbeda-beda. Dispersi intermodal disebut juga pelebaran pulsa. b. Dispersi Kromatik Dispersi material terjadi karena indeks bias bervariasi sebagai fungsi panjanggelombang optik. Salah satu dispersi yang paling dominan dalam jaringan optik adalah dispersi kromatik.Akibat pengaruh dispersi kromatik maka digunakan DCF (Dispersion Compensating Fiber) sebagai pengkompensasi akumulasi dispersi.DCF merupakan serat optik dengan panjang tertentu yang dibuat dari material yang memiliki koefisien dispersi kromatik yang khusus pada panjang gelombang operasinya.Koefisien dispersi kromatik ini bernilai negatif dan bernilai lebih besar per unit panjangnya dibandingkan dengan koefisien dispersi dari serat optik yang digunakan sistem.Dengan karakteristik ini, maka panjang DCF yang cukup pendek dapat mengkompensasi akumulasi dispersi kromatik pada serat optik yang digunakan sistem. c. Dispersi Bumbung Gelombang (Waveguide Dispersion) Dispersi ini terjadi akibat dari karakteristik perambatan mode sebagai fungsiperbandingan antara jari-jari inti serat dan panjang gelombang. d. Dispersi Mode Polarisasi Penyebab utamanya adalah ketidaksimetrisan bentuk serat optik akibat adanya tekanan saat pengkabelan, ataupun saat instalasi.Dispersi mode polarisasi pun akan meningkat dengan bertambahnya usia kabel optik.
  • 39. 22 2.6 Penerimaan Optik (Optical Receiver) Dalam sistem komunkasi serat optik pada sisi penerima yang terpenting adalah detektor optik. Fungsi dari suatu detektor optik adalah mengubah sinyal optik menjadi sinyal listrik. Perangkat ini berada di ujung depan dari penerimaan optik sehingga memerlukan kinerja yang tinggi, Persyaratan yang harus dipenuhi oleh photodiode meliputi :  Memilki sensitivitas yang tinggi  Mempunyai bandwith yang lebar dan respon time yang cepat  Hanya memberikan tambahan noise yang kecil  Tidak peka terhadap suhu Pada sistem transmisi serat optik digunakan dua jenis photodetrctor yaitu: a) Diode PIN ( Positive Intrinstic Negative ) Untuk komunikasi jarak pendek lebih efisien jika menggunakan detektor Diode PIN, karena PIN baik digunakan untuk bit rate rendah dan sensitivitasnya tinggi untuk LED. b) APD (Avalanche Photo-Diode) Untuk komunikasi jarak jauh digunakan detektor APD yang dapat bekerja pada panjang gelombang 1330nm dan 1500 nm dengan kualitas yang baik, Artinya detektor APD mempunyai respons yang tinggi terhadap sinar Laser Diode sebagai pe,bawa gelombang optik informasi. Pada perangkat Fujitsu yang digunakan dalah piranti APD karena memiliki ketanggapan yang lebih baik dari photodetector PIN. 2.7 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik Adapun keuntungan dari kabel serat optik, yaitu: 1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwith yang lebar).Frekuensi pembawa
  • 40. 23 optik bekerja pada daerah frekuensi yang tinggi yaitu sekitar 1013 Hz sampai dengan 1016 Hz, sehingga informasi yang dibawa akanmenjadi banyak. 2. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat dari tembaga, terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang gelombang sekitar 1300 nm yaitu 0,2 dB/km. 3. Kebal terhadap gangguan gelombang electromagnet.Fiber optik terbuat dari kaca atau plastik yang merupakan isolator, berarti bebas dari interferensi medan magnet, frekuensi radio dan gangguan listrik. 4. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi. Kemampuan fiber optik dalam menyalurkan sinyal frekuensi tinggi, sangat cocok untuk pengiriman sinyal digital pada sistem multipleks digital dengan kecepatan beberapa Mbit/s hingga Gbit/s 5. Ukuran dan berat fiber optik kecil dan ringan.Diameter inti fiber optik berukuran micro sehingga pemakaian ruangan lebih ekonomis. 6. Tidak mengalirkan arus listrik. Terbuat dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus listrik (terhindar dari terjadinya hubungan pendek) 7. Sistem dapat diandalkan (20 – 30 tahun) dan mudah pemeliharaannya. Adapun kerugian yang terdapat pada kabel serat optik, yaitu: 1. Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya diperlukanlapisan penguat sebagai proteksi. 2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang berlebihan 3. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat memberikan catuan pada pemasangan repeater. 2.8 DWDM ( DenseWavelength Division Multiplexing ) Pengertian DWDM Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)
  • 41. 24 merupakan suau teknik transmisi yang yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan melalui sebuah serat optic. Gambar Prinsip dasar system DWDM Teknologi DWDM adalah teknologi dengan memanfaatkan sistem SDH (Synchoronous Digital Hierarchy) yang sudah ada (solusi terintegrasi) dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada. Menurut definisi, teknologi DWDM dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal.Artinya, apabila dalam satu fiber itu dipakai empat gelombang, maka kecepatan transmisinya menjadi 4x10 Gbs (kecepatan awal dengan menggunakan teknologi SDH). Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuannya dalam hal ini diyakini banyak orang akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditramsmisikan dalam satu fiber. 4 Pada perkembangan selanjutnya, teknologi DWDM ini tidak saja dipergunakan pada jaringan utama (backbone), melainkan juga pada jaringan akses di kota-kota metropolitan di seluruh dunia, seperti halnya New York yang memiliki distrik bisnis yang terpusat. Alasan utama yang mendorong penggunaan DWDM pada jaringan akses ini tentu saja kemampuan sehelai serat optik yang sudah mampu mengakomodasikan puluhan bahkan ratusan panjang- gelombang.Sehingga, setiap perusahaan penyewa dapat memiliki 'jaringan' masing-masing. Gambar 2.8 Sistem Wavelength Division Multiplexing [4]
  • 42. 25 Pada sisi kanan terdapat 5 sinyal yang dipisahkan dalam sebuah demultiplekser dan dirutekan ke setiap penerima masing – masing.Receiver bersifat color-blind dalam merespon secara sama untuk semua panjang gelombang.Receiver dapat mendeteksi semua panjang gelombang yang masuk. Ini artinya, bahwa sinyal – sinyal tersebut harus benar – benar terpisah pada bagian multiplekser, karena jika terjadi perbedaan panjang gelombang antar 2 atau lebih yang masuk, maka pada keluaran receiver akan dianggap sebagai sebuah noise. Sebagai contoh, jika λ4masuk pada receiver 5, maka receiver secara bersamaan akan memasukkan λ4 padakanal 5 sebagai λ5.Ini menyebabkan terjadinya interferensi dengan sinyal λ5 yangasli.Add - drop multiplekser ialah sebuah multiplekser yang berfungsi untukmengeluarkan 1 atau lebih panjang gelombang dari gabungan transmisi sinyal optik.Add – drop multiplekser dapat melakukan drop ke suatu lokasi tujuan. Ia juga dapatmelakukan add sinyal tersebut, sehingga dapat ditransmisikan kembali pada midpoint station. Pada Gambar 2.7 dapat kita lihat penambahan sinyalλ4setelah sinyaltersebut di-drop terlebih dahulu. Pada teknologi DWDM, terdapat beberapa komponen utama yang harus ada untuk mengoperasikan DWDM dan agar sesuai dengan standart channel ITU sehingga teknologi ini dapat diaplikasikan padabeberapa jaringan optic seperti SONET dan yang lainnya. Komponen-komponennya adalah sbb: 1. Transmitter yaitu komponen yang menjembatani antara sumber sinyal informasi dengan multiplekser pada system DWDM. Sinyal dari transmitter ini akan dimultipleks untuk dapat ditansmisikan. 2. Receiver yaitu komponen yang menerima sinyal informasi dari demultiplekser untuk dapat dipilah berdasarkan macam-macam informasi. 3. DWDM terminal multiplexer, Terminal mux sebenarnya terdiri dari transponder converting wavelength untuk setiap signal panjang gelombang tertentu yang akan dibawa. Transponder converting wavelength menerima sinyal input optic (sebagai contoh dari system SONET atau yang lainnya), mengubah sinyal
  • 43. 26 tersebut menjadi sinyal optic dan mengirimkan kembali sinyal tersebut menggunakan pita laser 1550 nm.Terminal mux juga terdiri dari multiplekser optikal yang mengubah sinyal 550 nm dan menempatkannya pada suatu fiber SMF-28. 4. Intermediate optical terminal (amplifier), Komponen ini merupakan amplifier jarak jauh yang menguatkan sinyal dengan banyak panjang gelombang yang ditransfer sampai sejauh 140 km atau lebih. Diagnostik optikal dan telemetry dimasukkan di sekitar daerah amplifier ini untuk mendeteksi adanya kerusakan dan pelemahan pada fiber. Pada proses pengiriman sinyal informasi pasti terdapat atenuasi dan dispersi pada sinyal informasi yang dapat melemahkan sinyal. Oleh karena itu harus dikuatkan.Sistem yang biasa dipakai pada fiber amplifier ini adalah system EDFA, namun karena bandwith dari EDFA ini sangat kecil yaitu 30 nm (1530 nm-1560 nm), namun minimum attenuasi terletak pada 1500 nm sampai 1600 nm. Kemudian digunakan DBFA (Dual Band Fiber Amplifier) dengan bandwidth 1528 nm to 1610 nm.Kedua jenis amplifier ini termasuk jenis EBFA (Extended Band Filter Amplifier) dengan penguatan yang tinggi, saturasi yang lambat dan noise yang rendah. Teknologi amplifier optic yang lain adalah system Raman Amplifier yang merupakan pengembangan dari system EDFA. 5. DWDM terminal demux, Terminal ini mengubah sinyal dengan banyak panjang gelombang menjadi sinyal dengan hanya 1 panjang gelombang dan mengeluarkannya ke dalam beberapa fiber yang berbeda untuk masing-masing client untuk dideteksi. Sebenarnya demultiplexing ini beritndak pasif, kecuali untuk beberapa telemetry seperti system yang dapat menerima sinyal 1550 nm. 6. Optikal supervisory channel, Ini merupakan tambahan panjang gelombang yang selalu ada di antara 1510 nm-1310 nm. OSC membawa informasi optik multi wavelength sama halnya dengan kondisi jarak jauh pada terminal optic atau daerah EDFA. Jadi OSC selalu ditempatkan pada daerah intermediate amplifier yang menerima informasi sebelum dikirimkan kembali.
  • 44. 27 2.9 Sistem Komunikasi Serat Optik Menggunakan SDH SDH(Synchronous Digital Hierarchy) merupakan suatu struktur transport digital yang beroperasi dengan pengaturan yang tepat terhadap payload dan mengirimnya melalui jaringan transmisi sinkron. Sebelum SDH, hirarki digital yang paling umum digunakan adalah Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH), di dunia ada tiga macam versi PDH yaitu versi Amerika, Eropa dan Jepang, ketiga versi tersebut tidak kompatibel satu dengan yang lainnya, sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka munculah teknologi sinkron yang baru yaitu SDH. Selain itu keterbatasan PDH untuk menyediakan kanal yang besar turut pula melatar belakangi munculnya teknologi SDH yang mampu mengirimkan sinyal informasi dengan kecepatan dan fleksibilitas yang cukup tinggi.Selain itu SDH memiliki struktur yang lebih sederhana dari pada PDH. Dalam SDH, tributary Amerika Utara dan Eropa hanya melalui satu tahapan pemultipleksan, sedangkan dalam PDH pemultipleksan asinkron digunakan saat suatu tributary dimultipleks ke dalam suatu tributary yang laju bitnya lebih tinggi. Konfigurasi jarigan dengan topologi Ring memungkinkan dilakukan pengembanan jaringan tanpa harus merubah secara keseluruhan jaringan melainkan hanya menambah ukuran atau kapasitas perangkat SDH sesuai kebutuhan. Keunggulan dari topologi Ring adalah memiliki kemampuan “self healing ring” yaitu kemampuan untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi pada suatu jalur dan secara otomatis beralih menggunakan rute proteksi. Mekanisme self healding protection pada trafik yang tidak dapat diterapkan dengan memasang duplikasi circuit baord. Sedangkan untuk daerah trafik yang padat agar dapat mendapatkan keamananan yang baik, pada kabel digunkan sistem proteksi dengan rute yang berlawanan tau smama dengan rute ring utama. Mekanisme self healing protection terdiri dari dua kategori, yaitu : 1. Unidirectional ring ( Ring satu Arah ) Pada tipe jalur ini, jalur trafik arah pemgiriman sinyal dengan arah
  • 45. 28 penerimaan sinyal dilakukan pada arah yang sama pada fiber yang aktif. Fiber proteksi bisa digunakan untuk duplikasi trafik atau untuk mengangkut trafik prioritas rendah. Uniderectional Ring biasanya digunakan pada jaringan dengan trafik yang berpusat pada satu node. Diagram sistem dengan unidirectional ring dapat terlihat pada gambar 2.9. Gambar 2.9 Unidirectional Ring[2] Struktur ini menggunakan perankat Add/Drop Multiplexer dan mempertimbangkan hal-hal berikut :  Untuk memenuhi kebutuhan proteksi dari demand yang ada  Sinyal/ demand ditransmisikan sepanjang ring dalam arah yang sama  Sinyal proteksi ditransmisikan pada kabel fiber optik yang ditunjukkan untuk proteksi dalam arah berlawanan 2. Bidirectional Ring (ring dua arah ) Pada tipe ini arah sinyal untuk pengiriman dan penerimaan dilakukan kedua fiber dengan arah ring yang berbeda/ berlawanan. Akibatnya, setengah dri bandwith yang tersedia harus dicadangkan untuk sistem proteksi, yang dimanfaatkan apabila terjad kerusakan. Bidirectional Ring cocok digunakan pada jaingan dengan kondidi trafik yang seimbang anatara terminal-terminalnya. Konfigurasi ring bidirectional ring dapat dilihat pada gambar berikut ini :
  • 46. 29 Gambar 2.10 Bidirectional Ring[2] 2.10 Teknik Penyambungan Serat Optik Dalam Sistem Komunikasi Serat Optik teknik penyambungan Kabel Optik terdiri dari 2 cara yaitu dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion Splicing) dan Metode Penyambungan Manual (Mechanical Splicing). 2.10.1 Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing) Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing) adalah penyambungan serat optik yang dilakukan dengan cara melakukan pemanasan pada ujung sambungan dan menggunakan lelehannya sebagai perekatnya sehingga terbentuk suatu sambungan koninu. Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing) merupakan suatu teknik penyambungan serat optik untuk menyambung dua fiber secara permanen dan rugi-rugi penyambungan yang didapat pun kecil karena penyambungan menggunakan suatu alat yaitu fusion splicer. Proses ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan konektor maupun teknik mekanik, karena redaman yang dihasilkan bisa sampai 0 dB. Sedangkan bila menggunakan konektor masih menimbulkan redaman meskipun proses penyambungannya dilakukan dengan baik. Sedangkan penyambungan teknik mekanik sifat nya hanya semi permanen dan besar redaman yang dihasilkan bersifat sedang.
  • 47. 30 2.10.2 Penyambungan Mechanic (Mechanical splicing) Teknik Penyambungan Serat Optik dengan metode penyambungan Mechanic (Mechanical splicing) adalah metode penyambungan yang tidak secara permanen bergabung, hanya agar cahaya yang melewati serat optic yang putus bisa berjalann dengan baik.Serat optic digunakan untuk mengirimkan data dalam bidang Telekomunikasi dan jaringan computer. Mechanical Splicingcara yang cepat dan efektif dalam penyambungan serat optic sehingga informasi dapat lewat tanpa gangguan antara satu serat optic dan serat optic lainnya. Ini adalah allternatif dari fusion splicing, fusion splicing ini sangat rumit dan membutuhkan orang – orang yang terampil beda dengan mechanical splicing sangat mudah dan orang awam langsung bisa menggunakan mechanical splicing. Penyambungan ini dilakukan karena beberapa sebab diantaranya karena kabel serat optic mengalami kerusakan seperti karena tercangkul (kabel bawah tanah), terkena tali layangan dan petir (kabel udara) atau terkena jangkar (kabel bawah laut) dan alasan–alasan lainnya sehingga membutuhkan penyambungan kabel serat optik(splicing). 2.11 Link Power Budget Pertimbangan lain yang paling penting untuk sistem transmisi optik adalah link power budget. Dengan mengurangkan seluruh redaman optik sistem daya yangdikirimkan oleh transmitter, perencanaan sistem serat optik memastikan bahwa sistem mempunyai daya yang cukup untuk mengemudikan receiver pada level yang diinginkan. Link point- to point dan parameternya dapat dilihat padaGambar 2.11. Gambar 2.11 Link Point To Point dan Parameter-Parameternya [4] Terlihat pada gambar 2.11 adalah penggambaran link budget point to point anatara sumber optik di bagian pengirim (transmitter) dengan Detektor optik di
  • 48. 31 bagian penerima (receiver). Diantara link pengirim dan penerima terdapat konektor ujung di masing-masing sebelum perangkat penerima dan pengirim optik. Kemudian terbentang panjang kabel yang disebut jarak transmisi yang memiliki sambungan optik tiap titiknya. Pada link power budget, diantara konektor, splice, dan jarak kabel optik dapat memepengaruhi besarnya daya penerima pada detektor optik di bagian penerima (receiver). Perhitungan Teoritis berdasarkan Standar Berdasarkan rumus dalam analisis penuruna daya, ada 2 rumus untuk menganalisis penurunan daya pada penerima yaitu pertama menghitung terlebih dahulu total darilosskabel(fiber), losskonektor dan losssplice-nya. Kemudian menghitung daya penerimaan(receiver) berdasarkan daya pengirim(transmitter), total loss dan margin yang digunakan untuk mengkompensasi nilairedaman pada kabel serat optic[5].  Perhitungan Redaman f (dB) = PanjangKabel(Km ) x LossKabel (dB) c (dB) = JumlahKonektor x Loss konektor(dB) s(dB) = Jarak Kabel x Loss Sambungan (dB) Loss/km= f/L (dB) loss = (f + c +s).....................................................................................(2.1)  Perhitungan Link Power Budget PRx = P tx – ( loss + Margin).........................................................................(2.2) Dimana : PS = Loss daya Total (∑total) yang diperbolehkan pada sistem. P (Rx) = Daya pada Receiver(dBm) P (Tx) = Daya Transmitter pada perangkat(dBm) loss =Jumlah loss yang terjadi di sepanjang kabel serat optik(dB) Margin = nilai yang digunakan untuk mengkompensasi redaman yang terjadi pada kabel serat optik (dB)
  • 49. 32 BAB III KONFIGURASI JARINGAN SERAT OPTIK ARNET JATINEGARA 3.1 Kofigurasi Jaringan Kondisi jaringan kabel serat optik PT Telkom Arnet Jatinegara memiliki sentral pusat yang merupakan sentral utama yang merupakan sentral utama yaitu STO Jatinegara dan mempunyai 12 lokasi sentral lokal yang anatar lain berlokasi di Gambir1(GBR1), Gambir 2(GBR2), Semanggi (SMG2), Kebayoran (KBB), Cawang(CW),Kalibata (KAL), Rawamangun (RMG), Klender (KLD), Buaran(PDK), Pasar Rebo(PSR), Tebet (TB), Cempaka Putih (CPP).Konsep jaringan sistem komunikasi serat optik ring SDH PT Telkom dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini : Gambar 3.1 Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik Arnet Jatinegara
  • 50. 33 Pada gambar 3.1, terlihat bahwa konsep jaringan sistem komunikasi serat optik pada PT Telkom Arnet Jatinegara adalah konsep jaringan ring SDH. Untuk perangkat SDH yang digunkan pada STO Arnet Jatinegara saat ini menggunakan STM 4 hingga STM 16 yang. Setiap STM memiliki besar kecepatan optical output yang berbeda- beda. Untuk STM 1 memliki kecepatan optical outputnya sebesar 51,84 Mbit/s. Untuk STM 4 memiliki optical outputnya 4 kali dari kecepatan STM 1 yaitu sebesar 622,28Mbit/s. Sedangkan STM yang digunakan pada link STO Jatinegara- STO Kebayoran, STO Jatinegara- STO Semanggi dan Jatinegara- STO Gambir1 menggunakan STM 16 dengan kecepatan optical output-nya 16 kali dari kecepatan STM 1 yaitu sebesar 2,488 Mbit/s . Pada konfigurasi Arnet Jatinegara yang ditunjukkan pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa perangkat jaringan yang ada pada PT Telkom Jatinegara memiliki jumlah kabel optik untuk menghubungkan antar STO terdiri antara 36 core sampai 72 core. Untuk masing- masing link antara STO Jatinegara dengan STO Kebayoran memiliki jumlah kabel optik sebanya 72 core. Kemudian untuk link antara STO Jatinegara Semanggi memiliki jumlah kabel optik sebanyal 36 core. Dan selanjutnya untuk link antara STO Jatinegara dengan STO Gambir 1 memiliki jumlah kabel optik sebnayak 36 core. Untuk kabel fiber optic untuk unit distribusi pada PT Telkom Arnet Jatinegara menggunakan jenis kabel singlemode yang terdiri dari 2 tipe kabel yaitu tipe G655 dan G652.Karakteristik dari masing tipe kabel G 655 dan G652 dapat dilihat pada lampiran II. Kemudian Sentral tandem pada STO Jatinegara digunakan untuk penghubung anatara sentral- sentral lokal yang terdapat pada STO tersebut. Besar kapasitas jumlah tributary untuk jalur masing- masing STO sebesar 2,5 Gbps (E1). Selanjutnya pada jaringan komunikasi optik tingkatan sinyal SDH yang digunakan pada PT Telkom Arnet jatinegara masing- masing yang digunakan adalah STM 16.
  • 51. 34 3.2 Konfigurasi Jaringan di 4 STO Untuk selajutnya konfigurasi jaringan yang akan di bahas pada tugas akhir ini adalah konfigurasi jaringan yang terlihat pada tabel 3.1, pada tabel 3.1 merupakan jaringan komunikasi serat optik ring SDH yaitu STO Jatinegara antara STO Kebayoran, STO Semanggi dan STO Gambir merupakan bagian dari STO yang berada di wilayah Kandatel PT Telkom Arnet Jatinegara. Pada lampiran 1 keempat STO ini termasuk pada ring 1 dan menggunakan jenis perangkat sinyalnya menggunakan SDH Fujitsu pada ketiga STO yaitu STO Jatinegara, STO Kebayoran, STO Semanggi dan STO Gambir dengan tingkatan sinyal yang digunakan yaitu STM 16. Tabel 3.1 Konfigurasi Level Sinyal di 4 STO Node Level sinyal STO Jatinegara STM 16 STO Kebayoran STM 16 STO Semanggi STM 16 STO Gambir STM 16 Sistem transmisi SKSO di PT Telkom Arnet Jatinegara sering mengalami gangguan terhadap redaman kinerja SKSO nya, diantaranya gangguan kinerja transmisi antar STO dari sistem komunikasi serat optik akibat dari redaman yang terjadi di sepanjang kabel serat optik. Berdasarkan nilai daya output yang diterima di receiver terhadap redaman di sepanjang serat optik mengakibatkan kinerjanya di bawah standar, hal ini disebabkan karena beberapa redaman yang terjadi di kabel serat optik dan splice yang terlalu besar sehingga mengakibatkan berkurangnya daya dari pemancar optik (Transmitter) hingga sampai ke penerima optik (Receiver). Dari masalah yang ada dilihat dari konfigurasi jaringan pada ke tiga Link yaitu STO Jatinegara- Kebayoran, STO Jatinegara Semanggi dan STO Gambir1 maka yang akan di bahas pada bab IV akan menfokuskan analisis terhadap gangguan kinerja transmisi antara STO yang bisa terjadi akibat redaman ynag terjadi di sepanjang kabel optik.
  • 52. 35 3.3 Data Jaringan Dari data hasil pengukuran keseluruhan jaringan komunikasi serat optik PT Telkom Arnet Jatinegara antara ruas STO Jatinegara, STO Kebayoran, STO Semanggi, dan STO Gambir1 pada bulan Desemeber 2014 ternyata terdapat hasil pengukuran redaman optik yang tidak memenuhi standar di PT Telkom sehingga menggangu kinerja dari sistem transmisi di sepanjang kabel optik di ketiga link tersebut. Konfigurasi yang digunakan pada ketiga Link tersebut menggunakan teknik pemasangan optik yaitu function splicing. Ternyata dari hasil pengukuran alat ukur OTDR dilihat bahwa terjadi masalah redaman yang diakibatkan dari pemasangan optik tersebut yang menyebabakan redaman splicing (sambungan) yang tidak memenuhi standard PT Telkom Arnet Jatinegara. Permasalahan gangguan kinerja dari sistem transmisi di sepanjang kabel optik dari ketiga link tersebut akan di bahas di bab IV. Pada konfigurasi di 4 STO tersebut jalur Jatinegara- Kebayoran yang memiliki jumlah kabel sebanyak 72 coredengan jarak panjang kabel optik sebesar 14,5 Km berbeda dengan jalur Jatinegara- Semanggi yang memiliki jumlah kabel sebanyak 36 core dengan jarak kabel optik sepanjang 12,8 Km dan jalur Jatinegara- Gambir1 yang memiliki jumlah kabel sebanyak 36 core dengan jarak kabel optik sepanjang 10,5 Km . Pada ke 4 STO tersebut masing- masing memiliki jumlah splice yang berbeda dan loss splice yang berbeda serta panjang kabel optik yang berbeda yang di bahas pada bab IV dan terdapat pada hasil pengukuran pada lampiran IV. Tabel 3.2 Data Konfigurasi 3 STO Ruas Jarak Jumlah Core Tipe Kabel Jatinegara- Kebayoran 14,5 Km 76 core G 655 Jatinegara- Semanggi 12,8 Km 36 core G 652 Jatinegara- Gambir 10,5 Km 36 core G 652
  • 53. 36 3.4 Perangkat Jaringan Komunikasi Serat Optik Secara umum perangkat untuk konfigurasi Komunikasi Serat Optik yang digunakan pada PT Telkom Arnet Jatinegara terdiri dari elemen akses yaitu OLT(Optical Line Terminal), OTB(Optical Termination Box), ODC (Optical Distribution Cabinet), ODP (Optical Distibution Point) dan ONT( Optical Network Terminal ). Elemen-elemen perangkat jaringan tersebut memilki peran sangat penting untuk mendukung sistem komunikasi telekomunikasi pada serat optik. Pada gambar 3.2 merupakan tampilan konfigurasi perangkat jaringan Komunikasi Serat Optik yang sangat penting dan secara garis besar. Gambar 3.2 Perangkat Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik Dari gambar 3.2 dapat di jelaskan masing- masing dari elemen- elemen perangkat jaringan pada distribusi sistem komunikasi serat optik sebagai berikut :  OLT Optical Line Terminal (OLT) adalah perangkat yang berfungsi sebagai titik akhir (end-point) dari layanan jaringan optik pasif. Perangkat ini mempunyai dua fungsi utama, antara lain yaitu melakukan konversi antara sinyal listrik yang digunakan oleh penyedia layanan dan sinyal optik yang digunakan oleh jaringan
  • 54. 37 optik pasif dan mengkoordinasikan multiplexing pada perangkat lain di ujung jaringan, atau biasa disebut dengan Optical Network Terminal (ONT) atau Optical Network Unit (ONU). Gambar 3.3 Perangkat Optical Line Terminal(OLT)  OTB OTB (Optical Termination Box) yang merupakan kotak penyimpan sambungan atau splice optik yang disambungkan ke serat optik yang terhubung ke konektor. OTB terbagi menjadi dua sisi : 1. Ssi atas, unruk sambungan kabel feeder 2. Sisi bawah, untuk sambungan kabel menuju pelanggan Gambar 3.4 Perangkat Optical Termination Box (OTB)
  • 55. 38  ODC Optical Distribution Cabinet (ODC) , merupakan perangkat pasif yang diletakkan di lokasi jaringan akses Komunikasi Serat Optik yang berfungsi sebagai titik terminasi anatara kabel Feeder dari STO dan kabel distribusi menuju ODP. Untuk penyambungan circuit TeNoss pada port panel ODC kaebl Feeder dari jaringan berada di posisi belakang dan kabel Distribusi ODP berada di posisi belakang. Berikut gambar 3.5 yang merupakan frame mapping dari perangkat ODC Gambar 3.5 Perangkat Optical Distibution Cabinet (ODC)  ODP Optical Distibution Point (ODP) merupakan perangkat pasif yang diletakkan di tiang lokasi jaringan komunikasi serat optik, pada dinding bangunan customer atau pada Node-B yang berfungsi sebagai titik terminasi kabel Distribusi dar ODC/ kabel FCL dari STO sebagai kabel IN, sedangkan kabel OUT-nya menggunakan kabel drop menuju OTP (Customer). Untuk penyambungan circuit TeNoss pada port panel ODP kabel distibusi dari jaringan berada di posisi belakang dan kabel drop dari/ menuju OTP berada di posisi depan
  • 56. 39 Gambar 3.6 Perangkat Optical Distibution Point (ODP)  Perangkat SDH (Synchoronous Digital Hierarchy) Kemudian untuk perangkat sinyal yang digunakan di PT Telkom adalah perangkat SDH. Perangkat SDH yang digunaka pada PT Telkom Arnet Jatinrgara menggunakan SDH Fujitsu. SDH Fujitsu merupakan alat produksi transmisi yang dioperasikan untuk meyalurkan traffik pada sistem komunikasi seperti voice,data dan video. Jenis- jenis perangkat multipleks pada SDH Fujitsu yang Umumnya digunakan di PT Telkom ada beberapa jenis seri FLX yaitu : 1. FLX 150T :STM 1 outputnya = optik/ coaxial 2. FLX 600 :STM 4 outuputnya = optik 3. FLX 150/600 :STM -1 atau STM -4 outputnya =optik 4. FLX 2500A : STM-16 dan STM -64 outputnya = optik Untuk menganalisa link budget pada PT Telkom Arnet Jatinegara di Ring1 ini, perangkat SDH yang digunakan perangkat Fujitsu seri FLX 2500 A. Perangkat seri ini memiliki kecepatan teminasi kecepatan transmisi 2,5 Gbps pada STM 16. Kelebihan perangkat seri ini memiliki sistem proteksi MS-SPRing (Multiplex Section- Shared Protection Ring) yaitu setiap saluran transmisi akan diproteksi dengan satu saluran lain yang berlawanan. Artinya dalam saluran transmisi memiliki saluran bolak balik yang berbeda.
  • 57. 40 3.5 Metode Pengukuran Untuk mendapatkan hasil data pengukuran, pegukuran ini menggunakan OTDR (pengukuran secara manual) dengan menganalisis hasil pengukuran dilakukan secara otomatis berdasarkan pembacaan sistem terbut agar dapat menghasilkan kinerja jaringan yang berkualitas tinggi. Pada konfigurasi ini perangkat OTDR yang digunakan adalah OTDR Yokogawa tipe AQ 7260 yang dapat dilihat pada lampiran III. Rugi- rugi daya yang terjadi di dalam serat optik dapat dievalusi pada domain waktu dengan menggunakan OTDR. Dengan OTDR akan didapatkan kualitas kabel, seberapa besar loss cahaya kabel dan panjang kabel totalnya. OTDR ini digunakan pula pada saat terjadi gangguan, sehingga bisa mengetahui titik mana kabel yang bermasalah yang harus diperbaiki dan disambung kembali. OTDR dapat menganalisa setiap jarak dari insertion loss, reflection loss dan coupling loss yang muncul pada setiap titik, serta menampilkan informasi layar tampilan. Mekanisme kerja OTDR diawali dengan memasukkan sinyal- sinyal cahaya ke dalam serat optik sebagian sinyal dipantulkan kembali dan diterimaoleh penerima. Selajutnya sinyal balik yang diterima akan dinyatakan loss dan waktu tempuh sinyal tersebut untuk menghitung jarak. OTDR (Optical Time Domain Reflectonemer) merupakan salah satu perangkat yang digunakan dalam uji akhir kabel serat optik. OTDR memungkinkan sebuah link yang dikur dari satu ujung. OTDR dipakai untuk mendapatkan gambaran visual dari pengukuran redaman serat optik. Link transmisi serat optik yang ditampilkan pada sebuah layar dengan jarak sebenarnya yang digambarkan pada sumbu X dan dan redaman pada sumbu Y. Perangkat ini digunakan dalam pengujian performasi kabel serat optik. 3.5.1 Fungsi OTDR Fungsi dari penggunaan OTDR yaitu: Untuk menentukan jaraksambungan, mengetahui lokasi titik penyambungan dan berapa besar loss- nya, untukmenganalisis setiap kejadian-kejadian sepanjang serat yang
  • 58. 41 diukur(patahan atau redaman), mengukur besar loss kabel rata-rata (dB/Km), saat instalasi penggunaan OTDR untuk memastikan loss sambungan, konektor dan loss karena tekukan atau tekanan terhadap kabel, dan dalam pemeliharaan OTDR digunkan untuk pengecekan periodik untuk memastikan tidak ada kelalaian pada serat. Dilapangan fungsi OTDR yang sangat vital yaitu untuk mengukur panjang kabel optik sehingga diketahui jarak dari lokasi/titik kabel optik yang putus relatif terhadap perangkat optik yang terinstal. Contohnya begini : misalkan sebelum putus suatu span kabel optik adalah 30 km. Setelah dilakukan pengukuran kembali didapat pembacaan OTDR yang menghasilkan nilai 17 km. Maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi event putus kabel (fiber cut) pada jarak 17 km, relatif terhadap posisi pengukuran sekarang. Mengenai arah mata angin titik putus kabel, engineer masih harus mengkomparasinya dengan peta jaringan optik (network map). Kalau tidak punya peta jaringan maka kita tidak akan tahu 17 km itu arah mana dari titik pengukuran, apakah ke arah utara, barat, timur dan selatan. 3.5.2 Prinsip Kerja OTDR Prinsip Kerja OTDR antara lain yaitu : Memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah sumber dioda laser kedalam sebuah serat optik, sebagian sinyal-sinyal dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui sebuah coupler ke Detektor Optik dimana sinyal tersebut diubah menjadi sinyal listrik dan ditampilkan pada layar CRT, OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu, waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan cahaya, tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik terhadap jarak dan dibagi 2 karena sinyal membutuhkan waktu itu untuk pulang dan pergi. Parameter –parameter yang dapat diukur pada OTDR yaitu anatara lain : Pertama adalah Jarak, dalam hal ini titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau patahan. Kedua adalah loss, loss untuk masing-masing splice atau total loss dari ujung ke ujung dalam suatu link. Ketiga adalah Atenuasi, atenuasi dari serat dalam suatu link. Dan yang terakhir adalah Refleks, OTDR dapat mengetahui besar refleksi (return loss) dari suatu event.
  • 59. 42 3.5.3 HalYang Perlu Diperhatikan DalamPenggunaan OTDR Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan OTDR adalah sebagai berikut: 1. Jangan melihat laser secara langsung karena berbahaya bagi mata 2. Konektor vyang akan dimasukan ke terminal di OTDR harus bersih agar didapatkan hasil yang akurat 3. Gunakan tegangan catuan yang diijinkan oleh alat tersebut(110V/ 220 V) 4. Penanganan kabel konektor harus sesuai dengan standar, biasanya menggunakan pig tail konektor sesuai standar 5. Kondisi lingkungan alat harus bersih, kering, tidak terkena sinar matahari 6. Harus mensetting alat agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan serta mempertimbangkan spesifikasi alat sehingga tidak terlalu membebani alat ukur. 3.5.4 Langkah- langkah Menggunakan OTDR Pertama yang dilakukan adalah menyalakan alat ukur yang digunakan. Penting dalam pengukuran menggunakan alat ukur sesuai dengan beban yang akan digunakan. Di PT TELKOM Indonesia Divisi Area Network Jatinegara menggunakan Alat ukur Optical TimeDomain Reflectometer (OTDR) Yokogawa tipe AQ 7260. Kemudian kedua, membersihkan Pig Tail yang terdapat pada OTB yang akan diukur sebab debu yang menempel pada pi tail akan mengganggu laser yang akan ditembakan untuk mengukur jaringan serat optik yang ada. Ketiga, menghubungkan pig tail OTB yang akan diukur untuk setiap Core yang akan dihitung. Pengukuran dilakukan satu persatu tipa core yang ada pada jaringan OTB yang akan diukur tersebut. Pigtail dihubungkan pada adaptoryang terdapat pada OTDR seperti gambar 3.7.
  • 60. 43 Gambar 3.7 Adaptor OTDR menyambung dengan serat optik Mensetting alat yaitu menentukan besaran besaran yang akan digunakan pada saat pengukuran. Setting yang diperlukan adalah mensetting jarak ( range), panjang gelombang (wave length), dan indeks bias ( IOR). a.) Mensetting Jarak Penetuan jarak diperlikn krena pada saat pengukuran jaringan serat optik yang sangat panjang harus diketahui berapa jarak antara OTB yang asal atau OTB yang diukur dengan OTB ujuan. Bila jarak yang di setting terlalu pendek dari jarak jaringa serat yang akan di ukur maka tidak akan bekerja atau eror everaging. b.) Indeks Bias (IOR) Penentuan indeks diperlukan karena pada saat pengukuran jaringan serat optik yang sangat panjang harus menggunakan indeks bias laser yang tinggi, harus sesuai denga karakteristik dari indeks bias dari kabel fiber optik yang akan diukur, biasanya tertera pada mantel kabel yang akan diukur. c) Panjang Geobang (Wave Length) Dalam pengukuran rugi-rugi serat ptik panjang gelombang yang ada padaalat ukur menggunakan besaran nano detik (ns) sehingga frekuensi yang dipancarkan sangat tinggi. Semakin tinggi, semakin panjang gelombang yang digunakan maka semakin kurang akurat hasil pengukuran, namun hasil pengukuran akan menjadi lebih cepat bila menggunakan panjang gelombang yang besar. Tinggal disesuaikan pada panjang kabel yang akan diukur. Minimum panjang yang diukur adalah 500 meter dan maksimum adalah 20 Km.
  • 61. 44 Selanjutnya untuk urutan Urutan Operasi Pengukuran Rugi Rugi pada serat optic adalah menekan[PREVIEW], mengubah rentang jarak [Distance Range], menekan [START/STOP] memulai proses averaging, melakukan pengukuran loss antara dua titik dan melakukan pengukuran loss antara dua sambungan. 3.5.5 Hasil Pengukuran Menggunakan OTDR Setelah prosedur prosedur dipenuhi dan dilakukan pengukuran, maka akan didapatkan hasil pengukuran menggunakan OTDR sebagai berikut: 1. Hasil pengukuran OTDR yang bagus Gambar 3.8 Hasil pengukuran OTDR jaringan kabel optik bagus Pada gambar 3.8 terlihat contoh hasil pengukuran OTDR pada link STO Jatinegara- Kebayoran pada nomor core 6. Pada link tersebut dari hasil pengukuran terlihat jaringan pada kabel optik dinilai bagus bila pada saat penggukuran menunjukkan bahwa tiap titik splice yang digambarkan dengan simbol segitiga tidak menunjukkan penurunan drastis dan pada akhir fiber optik terlihat penghamburan pada ujung terlihat bagus ditunjukan pada grafik yang naik secara drastis lalu putus dengan garis merah yang naik turun. Yang artinya End of Fiber optic pada gambar 3.8 adalah bagus. Untuk melihat hasil dari pengamatan dari hasil pengukuran alat ukur OTDR dapat dilihat pada lampiran IV pada tabel1
  • 62. 45 dan 4 untuk link STO Jatinegara- STO Kebayoran, pada lampiran IV pada tabel 2 dan 5 untuk STO Jatinegara- STO Semanggi, dan pada lampiran IV tabel 3 dan 6 untuk link STO Jatinegara- STO Gambir 1. Kemudian untuk contoh beberapa hasil tampilan pengukuran OTDR yang dapat dilihat padalampiran IV. 2. Hasil pengukuran OTDR yang tidak bagus Gambar 3.9 Hasil pengukuran OTDR jaringan kabel optik tidak bagus Dari gambar 3.9 terlihat contoh hasil pengukuran pada link STO Jatinegara- Kebayoran pada nomor core 22. Pada link tersebut terlihat jaringan pada kabel optik dinilai terdapat banyak event atau kejadian yang di tunjukan oleh naik dan turunnya nilai pada grafik secara drastis yang ditunjukan pada event event tersebut terjadi lossyang bisa terjadi akibat penyambungan (splice) atau kabel optik yang tidak baik. Terlihat pada gambar splice nomor 2,3 dan 5 yang terbaca pada alat ukur OTDR mengalami penurunan. Pada tugas ini di antara ke tiga link yaitu STO Jatinegara- STO Kebayoran, STO Jatinegara- STO Semanggi, dan STO Jatinegara- STO Gambir 1 ada beberapa core nya mengalami hal yang sama pada gambar 3.9, maka oleh karena itu akan dilakukan analisa yang dibahas pada bab IV.
  • 63. 46 Gambar 3.10 Macam macam loss yang ditunjukan pada grafik OTDR Pada gambar diatas terlihat ada dua jenis loss, yaituReflective Loss dan Non reflective loss. Reflective lossdisebabkan oleh penyambungan yang tidak baik sehinggaterjadi seolah olah penguatan yang disebabkan perbedaandiameter inti Core yang disambung, biasa terjadi padapenyambungan inti kabel optikmenggunakan metode selainFusion Splicer. Sedangkan pada non reflective loss menunjukanpenyambungan yang baik secara teori inti core yangdisambung sama walaupun pada praktiknya inti core tidakmungkin sama, namun non reflective loss sering terjadi bilapenyambunganmenggunakan metode Fusion Splicerdengan baik sehingga efek inti core yang tidak sama dapatdiminimalisir dengan drastis. 3.6 Komponen Jaringan Komunikasi Optik Dalam transmisi jaringan komunkasi Optik ada beberapa komponen yang sangat berpengaruh dalam transmisi dalam jaringan komunikasi ini. Komponen ini merupakan komponen yang saling berpengaruh satu sama lain, karena bila salah satu ada yang rusak atau terjadi redaman yang tidak sesaui standar, maka kan menimbulkan gangguan pada sistem komunkasi tersebut. Komponen tersebut adalah Kabel Optik, Splice, dan Konektor .
  • 64. 47 3.6.1 Kabel Optik Menurut rekomendasi standar Fiber Optic Association EIA/TIA 568yang dapat dilihat selengkapanya pada lampiran III, redaman pada kabel serat optik dibedakan berdasarkan jenis kabel Singlemode yang dibedakan menjadi 2 tipe yaitu untuk kabel tipe G 655 loss kabel yang diperbolehkan adalah sebesar 0,22 dB/Km. Kemudian untuk tipe kabel G 652 losss kabel yang diperbolehkan adalah 0,21 dB/Km. Tapi besarnya nilai ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena harus memepertimbangkan proses dari pabrik, desain dan komposisi kabel. Pada pengukuran redaman kabel pada kasus ini, menggunakan kebel jenis Singlemode yang dibedakan menjadi dua jenis tipe kabel yaitu G 655 Dan G 652. Hal yang memebedakan jenis tipe kabel ini adalah pada pengaruh redaman dan dispersi yang terjadi, jika jenis kabel G652 redaman kabel yang terjadi kecil, sedangkan nilai dispersi besar, juga diameter core G 652 lebih kecil. 3.6.2 Splice Menurut rekomendasi standar Fiber Optic Association EIA/TIA 568yang dapat dilihat selengkapnya pada lampiran III, kabel serat optik untuk penyambungan baik dengan teknik fusion atau mechanical harus mempunyai nilai redaman splice tidak lebih dari 0,3 dB/Km. Redaman pada splice dapat terjadi akibat saat insatalasi di lapangan. Teknik penyambungan kabel (splicing) mengunakan teknik fusion splicing. Fusion splicing merupakan suatu teknik penyambungan serat optik untuk menyambung dua fiber secara permanen dan rugi-rugi penyambungan yang didapat pun kecil karena penyambungan menggunakan suatu alat yaitu fusion splicer. Proses ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan konektor maupun teknik mekanik, karena redaman yang dihasilkan bisa sampai 0 dB. Namun, bila menggunakan konektor masih menimbulkan redaman meskipun proses penyambungannya dilakukan dengan baik. Untuk mengetahui alat penyambung kabel menggunakan Fitel tipe S178 A yang dapat dapat dilihat pada lampiran III.
  • 65. 48 3.6.3 Konektor Menurut rekomendasi Fiber Optic Association EIA/TIA 568 yang dapat dilihat pada lamipran III, konektor yang untuk menghungkan perangkat transmitter dengan receiver untuk jenis kabel singlemode harus mempunyai nilai redaman konektor tidak lebih dari 0,5 dB/Km. Konektor yang diguankan pada PT Telkom Arnet Jatinegara adalah merk 3M TM dengantipe FC. Untuk melihat spesifikasi lengkap dari konnektor yang digunakan dapat dilihat pada lampiran III. Tapi besarnya nilai redaman ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena harus memepertimbangkan proses dari pabrik, desain dan komposisi konektor itu sendiri.
  • 66. 49 BAB IV ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA 4.1 ARNET Jatinegara Ring 1 di 3 STO ARNET (Area Network) Jatinegara merupakan unit organisasi yang melaksanakan penyelenggaraan fungsi operasi network (selain jaringan akses) infrastruktur telekomunikasi PT.Telkom Indonesia yang berada di cakupan area Jatingara. ARNET Jatinegara dibentuk berdasarkan Organisasi Divisi Infrastruktur, dimana dipimpin oleh Manager Area, dimana MANAR bertanggung jawab atas efektifitas penyelenggaraan pengelolaan fungsi operasi dan pemeliharaan network pada lingkup operasi layanan network di wilayah cakupan area Jatinegara. Sehingga dapat dipastikan bahwa dukungan kesiapan operasi dan kualitas network untuk penyelenggaraan layanan jasa infocom di wilayah area network Jatinegara dapat berfungsi secara memadai. Pada Arnet Jatinegara terdapat 7 Ring yang dapat dilihat keseluruhannya pada lampiran I. Untuk pembahasan skripsi pada bab ini, penulis akan membahas permasalahan yang terjadi pada Arnet Jatinegara pada Ring 1. Permasalahan yang akan dibahas adalah terjadi pada link STO Jatinegara- STO Kebayoran, STO Jatinegara –STO Semanggi dan STO Jatinegara- STO Gambir 1. Hal ini perlu dilakukan analisis karena terjadi penurunan daya penerimaan yang tidak memenuhi standar. Padagambar 4.1 merupakan konfigurasi link yang merupakan pokok pembahasan pada bab ini untuk proses identifikasi dan analisa penulis dalam mengetahui kinerja serat optik Ring 1 Arnet Jatinegara. Untuk melihat keseluruhan gambar Pada gambar tesebut menunjukkan hubungan antara STO Jatinegara- Kebayoran, STO Jatiengara- Semanggi, dan STO Jatinegara- Gambir1. Pada sistemnya STO Jatinegara terhubung dengan ketiga STO yang lain menggunakan media transmisi kabel singlemode dimana 3 STO tersebut diantaranya adalah STO Jatinegara – STO Kebayoran, STO Semanggi dan STO Gambir1. Panjang fiber optik dari ke empat STO tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1. Pada bab ini, penulis akan membahasketiga jalur antara STO Jatinegara-
  • 67. 50 Kebayoran, STO Jatiengara- Semanggi, dan STO Jatinegara- Gambir1 yang terdiri beberapa core yang mengalami redaman yang tidak sesuai dengan standar PT Telkom sehingga menimbulkan gangguan kabel serat optiknya dapat mempengaruhi penerunan daya pada perangkat penerimaan optik (receiver) dan terjadi penurunan kinerja dari sistem komunikasi pada link tersebut. Gambar 4.1 Konfigurasi Link STO Jatinegara antar STO Kebayoran, STO Semanggi dan STO Gambir1 Terlihat pada gambar 4.1 link antar tiap STO terdiri dari beberapa titik penyambungan (splice) pada jalur transmisi kabel optiknya. Jumlah splice berbeda tiap jalur antar link STO nya. Pada jalur kabel serat optik tersebut terdapat beberapa core yang mengalami kerusakan, sehingga untuk menjaga layanan agar tetap berjalan baik perlu ditangani segera dan tepat. Pada hasil lapangan di 3 link STO tersebut nilai hasil penurunan daya penerimaannya dapat dihitung sesuai panjang kabel dan jumlah splice-nya. 4.2 Analisis Penentuan Gangguan Pada pembahasan bab ini, untuk melakukan analisa dalam penentuan gangguan pada link STO Jatiengara- STO Kebayoran terlebih dahulu melihat link yang mengalami penurunan daya penerimaan dapat dilihat menggunakan sistem NMS (Network Monitoring System)di PT Telkom Arnet Jatinegara. Hasil pengukuran pada sistem NMS dapat dilihat pada lampiran IV.Kemudian mengamati link pada masing- masing core-nya yang daya penerimaan dibawah hasil perhitungan teoritis berdasarkan parameter standar.Selanjutnya melihat dari loss fiber apakah ada loss fiber pada tiap core yang tidak sesuai dengan
  • 68. 51 standar.Lalu mengamati tiap core yang memiliki beberapa titik spliceapakah dari masing- masing titik splice pada tiap core terjadi loss yang tidak sesuai dengan standar. Selanjutnya dilihat dari total loss dari total loss yang terjadi pada tiap core apakah ada yang tidak sesaui dengan standar. Untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada jalur transmisi pada link tiap STO pada Arnet Jatinegara, dapat melihat hasil ukur dari pengukuran OTDR.Hasil pengukuran OTDR menampilkan pengukuran seperti pelemahan serat optik, loss splice, loss fiber dan lokasi dimana kabel terjadi kerusakan dengan hasil pengukuran ini.Dari hasil pengkuran OTDR akan terlihat dimana titik letak terjadinya kabel yang putus yang dapat dilihat contoh hasil pengukuran OTDR pada lampiran IV. Pada gambar tersebut terlihat jalur antar titik sambungan ada yang mengalami penurunan grafik yang artinya terjadi loss splice yang bila smakin menurun maka bisa dikatakan akan semakin tinggi loss splice yang terajadi pada jalur transmisi pada link tersebut. Setelah melakukan pengukuran,proses selajutnya adalah mengindentifikasi serta menganalisis dari hasil pengukuran OTDR. Dari hasil pengukuran tersebut dapatdilakukan analisa dengan melihat kembali apakah pada core yang mengalami loss melebihi perhitungan teoritis memangberpengaruh dengan daya penerimaan yang diterima di receiver sertamengetahui penyebab gangguan jaringan serat yang kemudian dapat dilakukan perbaikan serta titik lokasi dimana penyebab gangguan itu terjadi. 4.2.1 Analisis Penentuan Gangguan LinkSTO Jatinegara- STO Kebayoran Pada link STO Jatinegara terdapat 7 splice dengan panjang kabel 14,5 Km dengan dan core sebanyak 72 core. Untuk mengetahui bagaimana skema jalur transmisi pada link tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Skema Jalur Transmisi Kabel Optik pada link STO Jatinegara- STO Kebayoran
  • 69. 52 Pada gambar 4.2 terlihat jarak masing- masing titik sambungan(splice) yang berbeda- beda. Data jarak titik sambungan(splice) pada jalur transmisi di link tersebut berdasarkan pengukuran melalui alat ukur OTDR, contoh hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran IV.Setiap core memiliki titik splice yang sama, namun pada saat pengukuran di alat ukur OTDR, ada beberapa titik splice tidak terbaca dan tidak akan tampil pada pengukuran bila loss splice yang terjadi pada tiap titik sambungannya 0 dB. Pada gambar 4.2 terlihat pada titik splice yang ke dua berjarak pada 2,9 Km dari STO Jatinegara . Kemudian pada titik splice yang ke tiga terpadat pada 5,8 Km dari STO Jatinegara. Pada titik splice yang ke empat terdapat pada 6,4 Km dari STO Jatinegara. Pada titik splice yang ke 5 berjarak pada 6,9 Km dari STO Jatinegara. Pada titik splice ke enam berjarak pada 7,6 Km dari STO Jatinegara.Selanjutnya pada titik splice yang ke tujuh berjarak pada 11,5 Km dari STO Jatinegara. Melihat lampiran IV pada tabel 4 pada link STO Jatinegara- STO Kebayoran terlihat adanya loss splice yang melebihi perhitungan teoritis berdasarkan parameter standar terdapat pada core 15,22, 23, 26, 29,33,39,47,52,53,54 dan 63. Pada link tersebut perhitungan loss splice berdasarkan rumus perhitungan link power budget pada bab II yang diinjinkan adalah 2,1 dB. Namun ternyata berdasarkan hasil pengamatan pengukuran OTDR yang dilihat dari tabel 4 pada lampiran IV, terlihat bahwa core-core tersebut memiliki loss splice yang melebihi perhitungan teoritis berdasarkan parameter standar. Kemudian, dengan melihat dari hasil pengamatan loss splice yang melebihi perhitungan teoritis, mengakibatkan daya penerimaan megalami penurunan akibat loss splice yang melebihi perhitung teoritis. Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu dilakukan analisis terhadap data yang didapat berdasarkan pengukuran. Dalam sub bab Analisa data akan di bahas akan lebih dibahas pada bab ini pada sub bab analisa data . 4.2.2 Analisis Penentuan Gangguan Link STO Jatinegara- STO Semanggi Pada link STO Jatinegara terdapat 6 splice dengan panjang kabel 12,8 Km dengan dan core sebanyak 36 core. Untuk mengetahui bagaimana skema jalur transmisi pada link tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3.