SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 30
4
BERSEGERA
MELAKSANAKAN SYARIAT
KALAU ADA PANGGILAN DI
HANDPHONE KITA, APA YANG BIASA
KITA LAKUKAN?
BERSEGERA MERESPON NADA
PANGGILAN TERSEBUT ATAU
MEMBIARKANNYA?
Kita harus bersegera
melaksanakan syariat
sehingga kita
mendapatkan ampunan
Allah dan surga yang
luasnya seluas langit dan
bumi, seperti
bersegeranya kita dalam
merespon nada panggilan
handphone kita...
BERSEGERA MELAKSANAKAN SYARIAT
َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫م‬ ٰ
‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ع‬ ِ
‫ار‬َ‫س‬ َ‫و‬
ُ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ع‬ ٍ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬
‫ا‬َ‫ه‬
ِ‫ل‬ ْ‫ت‬َّ‫د‬ِ‫ع‬ُ‫أ‬ ُ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ
‫اْل‬ َ‫و‬ ُ‫ات‬ َ‫او‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬
َ‫نن‬ََُِِّّ‫م‬ْ‫ْل‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan untuk orang-
orang yang bertakwa.” (QS. Ali 'Imran, 3:133)
DUA HAL YANG
DIPERINTAHKAN ALLAH
UNTUK SEGERA DIRAIH
1. Maghfirat[in] min
rabbikum (ampunan
dari Tuhanmu)
2. Surga yang luasnya
seluas langit dan
bumi
WASAARI’U BERARTI
WABAADIRUU
WASAABIQUU
(BERGEGAS DAN
BERLOMBA-LOMBALAH)
MAGHFIRAH DARI ALLAH
• Menurut al-Raghib al-Ashfahani,
ungkapan maghfirah dari Allah berarti:
“Dia menjaga dan melindungi hamba-
Nya dari merasakan azab.”
• Dalam ayat ini, kata maghfirah diikuti
dengan kata min rabbikum. Artinya,
ampunan yang diperintahkan untuk
segera diraih adalah ampunan dari
Allah SWT. Sebab, Dialah satu-satunya
yang memiliki otoritas dalam
memberikan ampunan kepada hamba-
Nya.
BERSEGERA MENUJU
AMPUNAN DARI ALLAH SWT
• Yang dimaksud bersegera menuju
ampunan dari Allah SWT adalah
bersegera kepada segala sesuatu yang
meniscayakan teraihnya ampunan.
• Al-Qurthubi dan al-Qinuji
menyebutnya, itu adalah dengan
ketaatan.
• Al-Khazin menyatakan bahwa itu
adalah amal shalih yang diperintahkan
untuk dikerjakan.
BERSEGERA KEPADA SURGA
• Yang dimaksud lafadz surga disini adalah
semua hal yang menyebabkan seseorang
dapat masuk surga.
• Jika dicermati, yang dapat mengantarkannya
adalah taqwa.
• Sebab, dalam frasa selanjutnya disebutkan
bahwa surga disediakan untuk orang-orang
yang bertaqwa.
• Artinya, siapapun yang ingin bersegera
masuk surga, ia harus menjadikan dirinya
sebagai orang yang bertaqwa.
• Dengan demikian, frasa ini merupakan
perintah untuk bersegera menjalankan
ketaqwaan.
AMPUNAN DAN SURGA
• Ampunan dan surga disebutkan secara
terperinci karena ampunan berarti
terbebasnya manusia dari siksa, sementara
surga berarti teraihnya pahala dari Allah SWT.
• Menurut Fakhruddin al-Razi, disebutkan dua-
duanya memberikan isyarat bahwa setiap
mukallaf wajib merealisasikan keduanya.
• Menurut Wahbah al-Zuhaili, kata ampunan
didahulukan daripada surga karena orang
yang belum bersih dari dosa tidak berhak
masuk surga. Sehingga sebelum masuk surga,
seorang hamba harus terlebih dahulu
memperoleh ampunan-Nya.
SURGA SELUAS LANGIT DAN BUMI
• Secara bahasa, kata al-ardh berarti
khilaaf al-thuul (lebar, lawan dari
panjang).
• Pada umumnya at-thuul berarti lebih
panjang dari al-’ardh. Jika lebarnya saja
demikian, lalu bagaimana dengan
panjangnya?
• Oleh karenanya, sebagian mufassir
berpendapat bahwa ungkapan itu untuk
menunjukkan betapa luasnya surga.
Bukan untuk membatasi bahwa luas
surga itu benar-benar seperti luas langit
dan bumi.
Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan dari Usamah ibn Zaid, dia
berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Demi Tuhan Ka'bah
(Allah), surga adalah cahaya yang memancar, harum semerbak,
istana megah, sungai yang tersusun, buah yang masak, istri yang
cantik, perhiasan berlimpah, tempat yang abadi, bumi
kesentausaan, camilan dan sayuran hijau, kesenangan dan
kenikmatan, dan tempat yang tinggi menjulang."
Ibnu Abu Dunya menuturkan darí Abu Hurairah bahwa Rasulullah
s.a.w. bersabda, "Tanah surga berwarna putih, halamannya
berupa batuan marmer. la dikelilingi kesturi seperti tuangan pasir.
Didalamnya terdapat sungai-sungai yang tersusun. Disana
penghuni surga dari tingkatan yang rendah dan tinggi bersua lalu
saling berkenalan. Allah lalu menghembuskan angin rahmat, lalu
tersebarlah wangi kesturi. Seorang laki-laki pulang menemui
istrinya dalam keadaan yang semakin anggun dan wangi.“
KARAKTER ORANG BERTAQWA
Mereka adalah orang-orang yang
senantiasa berinfak di jalan
Allah, baik dalam keadaan
lapang maupun sempit; mampu
menahan diri dari kemarahan;
dan mudah memberikan maaf
kepada orang lain.
(QS. Ali Imran, [3]:134)
Mereka bukan pula orang yang tidak
pernah berbuat salah dan khilaf,
namun mereka adalah orang-orang
yang mau bertaubat setelah terlanjur
melakukan kesalahan. Mereka
bertaubat dengan sebenar-benarnya,
yakni dengan cara ingat kepada Allah
SWT, meminta ampun kepada-Nya
atas dosa-dosa yang telah mereka
kerjakan, bertekad kuat tidak
mengulangi perbuatan dosa
tersebut. (QS. Ali Imran [3]: 135)
KARAKTER ORANG BERTAQWA
TIDAK MENUNDA-NUNDA
• Berdasarkan ayat ini, sebagian
besar ushuliyyun berpegang
bahwa realisasi sebuah perintah
wajib dilaksanakan segera
(faw[an]) dan tidak boleh
ditunda-tunda.
• Tatkala keluar sebuah ketetapan
hukum, para mukallaf langsung
terikat dengan ketetapan
tersebut.
TIDAK MENUNDA-NUNDA
Kematian bisa datang kapan saja sehingga setiap
orang harus senantiasa waspada dan takut berbuat
maksiyat, khawatir jika saat sedang bermaksiyat
ajalnya datang.
Hati tidak akan merasa tenang apabila masih ada
kewajiban yang belum dilaksanakan.
TELADAN
BERSEGERANYA
PARA SHAHABAT
MELAKSANAKAN
SYARIAT
Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada
Rasulullah saw. pada
perang Uhud, “Tahukah Engkau dimana
tempatku jika aku terbunuh?” Rasulullah
bersabda, “Engkau akan berada di surga.”
Mendengar sabda Rasulullah saw.
tersebut, maka laki-laki itu serta merta
melemparkan buah-buah kurma yang ada
di tangannya, kemudian ia maju untuk
berperang hingga terbunuh di medan
perang. (HR. Bukhari Muslim)
BERSEGERA
MENJEMPUT SYAHID
BERSEGERA BERPINDAH ARAH KIBLAT
Ketika Rasulullah datang ke Madinah, maka Rasulullah saw shalat menghadap ke Baitul
Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan; dan Beliau lebih menyukai untuk
menghadap Ka’bah. Kemudian Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Sungguh Aku telah
melihat bolak-baliknya wajahmu ke Langit agar Aku menghadapkanmu ke Kiblat yang
kamu sukai.” Maka Nabi saw pun shalat menghadap ke Ka’bah. Pada saat itu ada seorang
laki-laki yang shalat Ashar bersama beliau saw, kemudian ia keluar menuju kaum Anshar,
dan berkata dirinya bersaksi bahwa ia shalat bersama Nabi saw dan beliau menghadap ke
Ka’bah. Maka kaum Anshar pun mengubah arah Kiblat mereka (menghadap ke Ka’bah)
padahal mereka sedang ruku shalat Ashar. (HR. Bukhari)
BERSEGERA MENINGGALKAN
DAGING KELEDAI
Kami ditimpa kelaparan pada beberapa malam saat
perang Khaibar, dan kami menemukan keledai
kampung, kemudian kami menyembelihnya. Maka
ketika kuali telah mendidih, mendadak berteriak juru
bicara Rasulullah saw., “Matikanlah kuali itu dan kalian
jangan makan daging keledai jinak itu sedikit pun.”
Abdullah berkata; Kami pada saat itu mengatakan,
“Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang memakan
keledai jinak itu hanya karena belum dibagi lima (karena
harta rampasan perang).” Tapi sahabat yang lain
berkata, “Keledai jinak itu diharamkan secara mutlak.”
Kemudian aku bertanya kepada Sa'id bin Jubair, dan ia
menjawab, “Keledai jinak itu diharamkan secara
mutlak.” (HR. Bukhari)
BERSEGERA MENINGGALKAN BANGKAI
Hibbah bin Hajar mengatakan, bahwa kami bersama
Rasulullah saw ketika aku sedang memasak daging bangkai.
Tidak lama kemudian, Allah menurunkan ayat ini (QS Al
Maidah,5:3) yang isinya adalah mengharamkan bangkai.
Seketika aku menumpahkan periuk yang berisi bangkai
itu. (HR Ibnu Mandah)
BERSEGERA
MENINGGALKAN KHAMR
Suatu hari aku memberi minum kepada
Abû Thalhah al-Anshary, Abû Ubaidah
bin al-Jarrah, dan Ubay bin Ka’ab dari
Fadhij, yaitu perasan kurma. Kemudian
ada seseorang yang datang, ia berkata,
“Sesungguhnya khamr telah
diharamkan.” Maka Abû Thalhah
berkata, “Wahai Anas, berdirilah dan
pecahkanlah kendi itu!” Anas berkata,
“Maka aku pun berdiri mengambil
tempat penumbuk biji-bijian milik kami,
lalu memukul kendi itu pada bagian
bawahnya, hingga pecahlah kendi itu.”
(HR. Bukhari)
BERSEGERA MENCERAIKAN
WANITA KAFIR
Telah sampai berita kepada kami, ketika
Allah SWT menurunkan firman-Nya (al-
Mumtahanah [60]: 10), yang
memerintahkan kaum Muslim untuk
mengembalikan kepada orang-orang
Musyrik apa yang telah mereka berikan
kepada istri-istri mereka yang telah hijrah
dan Allah telah menentukan hukum
kepada kaum Muslim agar mereka tidak
menahan tali perkawinan dengan
wanita-wanita kafir: bahwasanya Umar
telah menceraikan dua orang
perempuan. (HR. Bukhari)
Al-Bukhâri meriwayatkan dari ‘Aisyah
ra. berkata: Semoga Allah merahmati
kaum Wanita yang hijrah pertama
kali, ketika Allah menurunkan firman-
Nya, “Dan hendaklah mereka
mengenakan kain kerudung mereka
diulurkan ke kerah baju mereka.”
(TQS. an-Nûr [24]: 31).
Maka kaum wanita itu merobek kain
sarung mereka (untuk dijadikan
kerudung) dan menutup kepala
mereka dengannya.
BERSEGERA MENGENAKAN
KERUDUNG
BERSEGERA
MENANGGALKAN
KAIN SUTRA
Ibnu Ishak berkata, “Al-Asy’ats bin Qais
telah mendatangi Rasulullah saw. bersama
delegasi dari Bani Kindah.” Az-Zuhry telah
menceritakan kepadaku bahwa al-Asy’ats
bin Qais datang bersama delapan puluh
orang Bani Kindah yang berkendaraan.
Kemudian mereka masuk menemui
Rasulullah saw. di Masjid beliau. Mereka
mengikat rambut mereka yang ikal dan
memakai celak mata serta memakai jubah
bagus yang dilapisi sutra. Ketika mereka
masuk menemui Rasulullah saw., beliau
saw. berkata kepada mereka, “Apakah
kalian sudah masuk Islam?” Mereka
menjawab, “Benar.” Rasul saw. berkata,
“Kenapa sutra itu masih melekat di leher
kalian?” Az-Zuhry berkata, “Maka mereka
pun merobek-robek sutra tersebut dan
melemparkannya.”
Handzalah bin Abî Amir ra telah mendengar seruan perang Uhud.
Maka dia pun bergegas menyambut panggilan itu, dan mati syahid
dalam perang Uhud tersebut. Ibnu Ishak berkata; Rasulullah saw.
bersabda, “Sesunguhnya sahabat (Handzalah) dimandikan oleh
Malaikat, maka tanyakanlah bagaimana kabar keluarganya?” Maka
aku pun (Ibnu Ishak) bertanya kepada istrinya. Dia pada malam itu
adalah pengantin baru. Istrinya berkata, “Ketika mendengar
panggilan untuk berperang, suamiku keluar padahal dalam keadaan
junub.” Rasulullah saw. bersabda, “Begitulah ia telah dimandikan
oleh Malaikat.”
ANTARA BULAN MADU DAN JIHAD
Kami pada masa Nabi membajak tanah, kemudian menyewakannya
dengan (mendapat bagi hasil) sepertiga atau seperempatnya dan makanan
tertentu. Pada suatu hari datanglah kepada kami salah seorang pamanku, ia
berkata, “Rasulullah saw. telah melarang suatu perkara yang dulu telah
memberikan manfaat (duniawi) bagi kita. Tapi taat kepada Allah dan Rasul-
Nya jauh lebih bermanfaat bagi kita. Beliau telah melarang kita membajak
tanah kemudian menyewakannya dengan imbalan sepertiga atau
seperempat, dan makanan tertentu. Rasulullah saw. memerintahkan pemilik
tanah agar mengolahnya atau menanaminya sendiri. Beliau tidak menyukai
penyewaan tanah dan yang selain itu.” (HR. Ahmad)
BERSEGERA MENINGGALKAN
SEWA LAHAN PERTANIAN

Más contenido relacionado

Similar a 15. Bersegera Melaksanakan Syariat.ppt

Mari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekah
Muhsin Hariyanto
 
Bab i hr. bukhari muslim
Bab i hr. bukhari muslimBab i hr. bukhari muslim
Bab i hr. bukhari muslim
Dhya Ramdhani
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
Muhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
Muhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
Muhsin Hariyanto
 

Similar a 15. Bersegera Melaksanakan Syariat.ppt (20)

Mari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekahMari kita segera bersedekah
Mari kita segera bersedekah
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Bab i hr. bukhari muslim
Bab i hr. bukhari muslimBab i hr. bukhari muslim
Bab i hr. bukhari muslim
 
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaE proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
 
Ppt salat jenazah
Ppt salat jenazahPpt salat jenazah
Ppt salat jenazah
 
Kajian Fiqh Janaiz by WIFI
Kajian Fiqh Janaiz by WIFIKajian Fiqh Janaiz by WIFI
Kajian Fiqh Janaiz by WIFI
 
Bersama keluarga meraih jannah
Bersama keluarga meraih jannahBersama keluarga meraih jannah
Bersama keluarga meraih jannah
 
Bersegera melaksanakan Syariat
Bersegera melaksanakan SyariatBersegera melaksanakan Syariat
Bersegera melaksanakan Syariat
 
tabarruk
tabarruktabarruk
tabarruk
 
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
 
4 golongan manusia yang dirindukan syurga
4 golongan manusia yang dirindukan syurga4 golongan manusia yang dirindukan syurga
4 golongan manusia yang dirindukan syurga
 
Keutamaan Sabar
Keutamaan SabarKeutamaan Sabar
Keutamaan Sabar
 
surgA NERaka
surgA NERakasurgA NERaka
surgA NERaka
 
4 zakat
4 zakat4 zakat
4 zakat
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
surga-dan-------------nerakaaaaaaaa.pptx
surga-dan-------------nerakaaaaaaaa.pptxsurga-dan-------------nerakaaaaaaaa.pptx
surga-dan-------------nerakaaaaaaaa.pptx
 
Gambaran Neraka Bagian 1
Gambaran Neraka  Bagian 1Gambaran Neraka  Bagian 1
Gambaran Neraka Bagian 1
 
Bab ii siap!
Bab ii siap!Bab ii siap!
Bab ii siap!
 

15. Bersegera Melaksanakan Syariat.ppt

  • 2. KALAU ADA PANGGILAN DI HANDPHONE KITA, APA YANG BIASA KITA LAKUKAN?
  • 3. BERSEGERA MERESPON NADA PANGGILAN TERSEBUT ATAU MEMBIARKANNYA?
  • 4. Kita harus bersegera melaksanakan syariat sehingga kita mendapatkan ampunan Allah dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, seperti bersegeranya kita dalam merespon nada panggilan handphone kita...
  • 5. BERSEGERA MELAKSANAKAN SYARIAT َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫م‬ ٰ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ع‬ ِ ‫ار‬َ‫س‬ َ‫و‬ ُ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ع‬ ٍ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ه‬ ِ‫ل‬ ْ‫ت‬َّ‫د‬ِ‫ع‬ُ‫أ‬ ُ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ ‫اْل‬ َ‫و‬ ُ‫ات‬ َ‫او‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫نن‬ََُِِّّ‫م‬ْ‫ْل‬ “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang yang bertakwa.” (QS. Ali 'Imran, 3:133)
  • 6. DUA HAL YANG DIPERINTAHKAN ALLAH UNTUK SEGERA DIRAIH 1. Maghfirat[in] min rabbikum (ampunan dari Tuhanmu) 2. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi
  • 8. MAGHFIRAH DARI ALLAH • Menurut al-Raghib al-Ashfahani, ungkapan maghfirah dari Allah berarti: “Dia menjaga dan melindungi hamba- Nya dari merasakan azab.” • Dalam ayat ini, kata maghfirah diikuti dengan kata min rabbikum. Artinya, ampunan yang diperintahkan untuk segera diraih adalah ampunan dari Allah SWT. Sebab, Dialah satu-satunya yang memiliki otoritas dalam memberikan ampunan kepada hamba- Nya.
  • 9. BERSEGERA MENUJU AMPUNAN DARI ALLAH SWT • Yang dimaksud bersegera menuju ampunan dari Allah SWT adalah bersegera kepada segala sesuatu yang meniscayakan teraihnya ampunan. • Al-Qurthubi dan al-Qinuji menyebutnya, itu adalah dengan ketaatan. • Al-Khazin menyatakan bahwa itu adalah amal shalih yang diperintahkan untuk dikerjakan.
  • 10. BERSEGERA KEPADA SURGA • Yang dimaksud lafadz surga disini adalah semua hal yang menyebabkan seseorang dapat masuk surga. • Jika dicermati, yang dapat mengantarkannya adalah taqwa. • Sebab, dalam frasa selanjutnya disebutkan bahwa surga disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. • Artinya, siapapun yang ingin bersegera masuk surga, ia harus menjadikan dirinya sebagai orang yang bertaqwa. • Dengan demikian, frasa ini merupakan perintah untuk bersegera menjalankan ketaqwaan.
  • 11. AMPUNAN DAN SURGA • Ampunan dan surga disebutkan secara terperinci karena ampunan berarti terbebasnya manusia dari siksa, sementara surga berarti teraihnya pahala dari Allah SWT. • Menurut Fakhruddin al-Razi, disebutkan dua- duanya memberikan isyarat bahwa setiap mukallaf wajib merealisasikan keduanya. • Menurut Wahbah al-Zuhaili, kata ampunan didahulukan daripada surga karena orang yang belum bersih dari dosa tidak berhak masuk surga. Sehingga sebelum masuk surga, seorang hamba harus terlebih dahulu memperoleh ampunan-Nya.
  • 12. SURGA SELUAS LANGIT DAN BUMI • Secara bahasa, kata al-ardh berarti khilaaf al-thuul (lebar, lawan dari panjang). • Pada umumnya at-thuul berarti lebih panjang dari al-’ardh. Jika lebarnya saja demikian, lalu bagaimana dengan panjangnya? • Oleh karenanya, sebagian mufassir berpendapat bahwa ungkapan itu untuk menunjukkan betapa luasnya surga. Bukan untuk membatasi bahwa luas surga itu benar-benar seperti luas langit dan bumi.
  • 13. Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan dari Usamah ibn Zaid, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Demi Tuhan Ka'bah (Allah), surga adalah cahaya yang memancar, harum semerbak, istana megah, sungai yang tersusun, buah yang masak, istri yang cantik, perhiasan berlimpah, tempat yang abadi, bumi kesentausaan, camilan dan sayuran hijau, kesenangan dan kenikmatan, dan tempat yang tinggi menjulang."
  • 14. Ibnu Abu Dunya menuturkan darí Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tanah surga berwarna putih, halamannya berupa batuan marmer. la dikelilingi kesturi seperti tuangan pasir. Didalamnya terdapat sungai-sungai yang tersusun. Disana penghuni surga dari tingkatan yang rendah dan tinggi bersua lalu saling berkenalan. Allah lalu menghembuskan angin rahmat, lalu tersebarlah wangi kesturi. Seorang laki-laki pulang menemui istrinya dalam keadaan yang semakin anggun dan wangi.“
  • 15. KARAKTER ORANG BERTAQWA Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berinfak di jalan Allah, baik dalam keadaan lapang maupun sempit; mampu menahan diri dari kemarahan; dan mudah memberikan maaf kepada orang lain. (QS. Ali Imran, [3]:134)
  • 16. Mereka bukan pula orang yang tidak pernah berbuat salah dan khilaf, namun mereka adalah orang-orang yang mau bertaubat setelah terlanjur melakukan kesalahan. Mereka bertaubat dengan sebenar-benarnya, yakni dengan cara ingat kepada Allah SWT, meminta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang telah mereka kerjakan, bertekad kuat tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. (QS. Ali Imran [3]: 135) KARAKTER ORANG BERTAQWA
  • 17. TIDAK MENUNDA-NUNDA • Berdasarkan ayat ini, sebagian besar ushuliyyun berpegang bahwa realisasi sebuah perintah wajib dilaksanakan segera (faw[an]) dan tidak boleh ditunda-tunda. • Tatkala keluar sebuah ketetapan hukum, para mukallaf langsung terikat dengan ketetapan tersebut.
  • 18. TIDAK MENUNDA-NUNDA Kematian bisa datang kapan saja sehingga setiap orang harus senantiasa waspada dan takut berbuat maksiyat, khawatir jika saat sedang bermaksiyat ajalnya datang. Hati tidak akan merasa tenang apabila masih ada kewajiban yang belum dilaksanakan.
  • 20. Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah saw. pada perang Uhud, “Tahukah Engkau dimana tempatku jika aku terbunuh?” Rasulullah bersabda, “Engkau akan berada di surga.” Mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut, maka laki-laki itu serta merta melemparkan buah-buah kurma yang ada di tangannya, kemudian ia maju untuk berperang hingga terbunuh di medan perang. (HR. Bukhari Muslim) BERSEGERA MENJEMPUT SYAHID
  • 21. BERSEGERA BERPINDAH ARAH KIBLAT Ketika Rasulullah datang ke Madinah, maka Rasulullah saw shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan; dan Beliau lebih menyukai untuk menghadap Ka’bah. Kemudian Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Sungguh Aku telah melihat bolak-baliknya wajahmu ke Langit agar Aku menghadapkanmu ke Kiblat yang kamu sukai.” Maka Nabi saw pun shalat menghadap ke Ka’bah. Pada saat itu ada seorang laki-laki yang shalat Ashar bersama beliau saw, kemudian ia keluar menuju kaum Anshar, dan berkata dirinya bersaksi bahwa ia shalat bersama Nabi saw dan beliau menghadap ke Ka’bah. Maka kaum Anshar pun mengubah arah Kiblat mereka (menghadap ke Ka’bah) padahal mereka sedang ruku shalat Ashar. (HR. Bukhari)
  • 22. BERSEGERA MENINGGALKAN DAGING KELEDAI Kami ditimpa kelaparan pada beberapa malam saat perang Khaibar, dan kami menemukan keledai kampung, kemudian kami menyembelihnya. Maka ketika kuali telah mendidih, mendadak berteriak juru bicara Rasulullah saw., “Matikanlah kuali itu dan kalian jangan makan daging keledai jinak itu sedikit pun.” Abdullah berkata; Kami pada saat itu mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang memakan keledai jinak itu hanya karena belum dibagi lima (karena harta rampasan perang).” Tapi sahabat yang lain berkata, “Keledai jinak itu diharamkan secara mutlak.” Kemudian aku bertanya kepada Sa'id bin Jubair, dan ia menjawab, “Keledai jinak itu diharamkan secara mutlak.” (HR. Bukhari)
  • 23. BERSEGERA MENINGGALKAN BANGKAI Hibbah bin Hajar mengatakan, bahwa kami bersama Rasulullah saw ketika aku sedang memasak daging bangkai. Tidak lama kemudian, Allah menurunkan ayat ini (QS Al Maidah,5:3) yang isinya adalah mengharamkan bangkai. Seketika aku menumpahkan periuk yang berisi bangkai itu. (HR Ibnu Mandah)
  • 24. BERSEGERA MENINGGALKAN KHAMR Suatu hari aku memberi minum kepada Abû Thalhah al-Anshary, Abû Ubaidah bin al-Jarrah, dan Ubay bin Ka’ab dari Fadhij, yaitu perasan kurma. Kemudian ada seseorang yang datang, ia berkata, “Sesungguhnya khamr telah diharamkan.” Maka Abû Thalhah berkata, “Wahai Anas, berdirilah dan pecahkanlah kendi itu!” Anas berkata, “Maka aku pun berdiri mengambil tempat penumbuk biji-bijian milik kami, lalu memukul kendi itu pada bagian bawahnya, hingga pecahlah kendi itu.” (HR. Bukhari)
  • 25. BERSEGERA MENCERAIKAN WANITA KAFIR Telah sampai berita kepada kami, ketika Allah SWT menurunkan firman-Nya (al- Mumtahanah [60]: 10), yang memerintahkan kaum Muslim untuk mengembalikan kepada orang-orang Musyrik apa yang telah mereka berikan kepada istri-istri mereka yang telah hijrah dan Allah telah menentukan hukum kepada kaum Muslim agar mereka tidak menahan tali perkawinan dengan wanita-wanita kafir: bahwasanya Umar telah menceraikan dua orang perempuan. (HR. Bukhari)
  • 26. Al-Bukhâri meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. berkata: Semoga Allah merahmati kaum Wanita yang hijrah pertama kali, ketika Allah menurunkan firman- Nya, “Dan hendaklah mereka mengenakan kain kerudung mereka diulurkan ke kerah baju mereka.” (TQS. an-Nûr [24]: 31). Maka kaum wanita itu merobek kain sarung mereka (untuk dijadikan kerudung) dan menutup kepala mereka dengannya. BERSEGERA MENGENAKAN KERUDUNG
  • 27.
  • 28. BERSEGERA MENANGGALKAN KAIN SUTRA Ibnu Ishak berkata, “Al-Asy’ats bin Qais telah mendatangi Rasulullah saw. bersama delegasi dari Bani Kindah.” Az-Zuhry telah menceritakan kepadaku bahwa al-Asy’ats bin Qais datang bersama delapan puluh orang Bani Kindah yang berkendaraan. Kemudian mereka masuk menemui Rasulullah saw. di Masjid beliau. Mereka mengikat rambut mereka yang ikal dan memakai celak mata serta memakai jubah bagus yang dilapisi sutra. Ketika mereka masuk menemui Rasulullah saw., beliau saw. berkata kepada mereka, “Apakah kalian sudah masuk Islam?” Mereka menjawab, “Benar.” Rasul saw. berkata, “Kenapa sutra itu masih melekat di leher kalian?” Az-Zuhry berkata, “Maka mereka pun merobek-robek sutra tersebut dan melemparkannya.”
  • 29. Handzalah bin Abî Amir ra telah mendengar seruan perang Uhud. Maka dia pun bergegas menyambut panggilan itu, dan mati syahid dalam perang Uhud tersebut. Ibnu Ishak berkata; Rasulullah saw. bersabda, “Sesunguhnya sahabat (Handzalah) dimandikan oleh Malaikat, maka tanyakanlah bagaimana kabar keluarganya?” Maka aku pun (Ibnu Ishak) bertanya kepada istrinya. Dia pada malam itu adalah pengantin baru. Istrinya berkata, “Ketika mendengar panggilan untuk berperang, suamiku keluar padahal dalam keadaan junub.” Rasulullah saw. bersabda, “Begitulah ia telah dimandikan oleh Malaikat.” ANTARA BULAN MADU DAN JIHAD
  • 30. Kami pada masa Nabi membajak tanah, kemudian menyewakannya dengan (mendapat bagi hasil) sepertiga atau seperempatnya dan makanan tertentu. Pada suatu hari datanglah kepada kami salah seorang pamanku, ia berkata, “Rasulullah saw. telah melarang suatu perkara yang dulu telah memberikan manfaat (duniawi) bagi kita. Tapi taat kepada Allah dan Rasul- Nya jauh lebih bermanfaat bagi kita. Beliau telah melarang kita membajak tanah kemudian menyewakannya dengan imbalan sepertiga atau seperempat, dan makanan tertentu. Rasulullah saw. memerintahkan pemilik tanah agar mengolahnya atau menanaminya sendiri. Beliau tidak menyukai penyewaan tanah dan yang selain itu.” (HR. Ahmad) BERSEGERA MENINGGALKAN SEWA LAHAN PERTANIAN