Teks tersebut membahas tentang dilema pembelajaran menyimak bahasa Inggris di kelas 3 SMA karena adanya sistem penilaian kelulusan. Pembelajaran menjadi lebih menitikberatkan pada soal-soal ujian daripada proses belajar mengajar yang seimbang. Akibatnya, pembelajaran menyimak bahasa Inggris jarang dilakukan.
2. DILEMA PEMBELAJARAN MENYIMAK
BAHASA INGGRIS PADA KELAS III DI SMA.
Supriyadi*
Abstrak: Diterapkannya sistem penilaian kelulusan untuk kelas III
berdampak pada pembelajaran bahasa Inggris, yaitu terjadi
penyimpangan tujuan pembelajaran bahasa Inggris untuk terampil
berbahasa Inggris menjadi target lulus Ujian Nasional. Bentuk soal ujian
nasional menjadi acuan para guru dalam pembelajaran bahasa Inggris
akibatnya pembelajaran menyimak bahasa Inggris terabaikan, karena
dianggap membuang waktu saja. Sehingga produk yang dihasilkan dari
pembelajaran bahasa Inggris tidak memuaskan semua pihak. Bahasa
Inggris adalah alat komunikasi, maka dalam pembelajarannya pun harus
tetap konsisten terhadap pembelajaran bahasa, yang meliputi aspek:
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Ini berarti
pembelajaran menyimak tetap penting dan mendapat porsi yang layak
agar seseorang bisa terampil berbahasa Inggris. Tetapi bila pembelajaran
menyimak dengan teknik Pre –While - Post Activity tetap diperlakukan
banyak menemui kendala atau hambatan yaitu tidak adanya kebebasan
para guru berkreasi, bentuk ujian nasional, dan buku paket yang telah
usang.
Kata Kunci : pembelajaran menyimak, permasalahan menyimak, dilema
pembelajaran , pelaksanaan pembelajaran
PENDAHULUAN
Dengan diberlakukannya Sistem penilan kelulusan untuk kelas III, bahwa
mata pelajaran Matematika, Ekonomi, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia minimal
harus mendapat 3,01 dalam ujian nasional maka ke-empat mata pelajaran tersebut
mendapat perhatian khusus pada tiap-tiap sekolah. Konsekuensinya, Sekolah
*
Supriyadi adalah guru SMA Negeri 1 Wanadadi, Banjarnegara
2
3. berupaya semaksimal mungkin memfasilitasi guru dan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar agar menjadi seperti yang diingikan sehingga siswanya bisa lulus semua.
Hal tersebut diatas berdampak tujuan pembelajaran di sekolah yang lebih
mementingkan mengejar target kelulusan dari pada terjadinya proses belajar
mengajar. Kegiatan belajar mengajar (KBM) berubah menjadi tidak berproses, tetapi
menjadi ajang penempaan siswa melalui pemberian latihan banyak soal. Kondisi ini
berlangsung semakin intens bila semakin dekat dengan waktu ujian nasional.
Selanjutnya fungsi kelaspun berubah dari tempat proses KBM menjadi tempat
pemberian latihan banyak soal. Soal-soal yang diberikan oleh guru selalu mengacu
pada soal-soal ujian nasional. Padahal bentuk soalnya adalah tertulis dengan jenis
soal pelihan ganda. Pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa Inggris sebagai
sarana komunikasi tidak menguntungkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran Bahasa
Inggris sebagai alat komunikasi menjadi timpang. Mestinya pembelajaran bahasa
Inggris yang mencakup 4 skill: listening, speaking, reading dan writing dilakukan
secara terpadu. Pada kenyataan di sekolah, karena alasan tertentu, pembelajaran
listening hampir tidak ada.
Sudah kita ketahui bersama bahwa sebelum kita bisa berkomunikasi, kita
tuntut untuk bisa mendengarkan dengan baik. Tentu kita tidak mengalami kesulitan
dalam mendengarkan bahasa ibu, tetapi akan dapat sulit mendengarkan bahasa asing
(Underwood 1990:1)
3
4. Konsep pengajaran bahasa haruslah tetap mengacu pada bahasa sebagai alat
berkomunikasi. Oleh karena itu, anak bisa mendengarkan dengan mudah haruslah
diberikan pembelajaran listening lebih banyak waktu. Tujuan memberikan siswa
dengan praktek menyimak yang memadai memungkinkan mereka mengerti dengan
mudah baik penutur asli Bahasa Inggris atau bukan, bila mereka bicara dengan
kecepatan normal dan dalam situasi yang tak tentu (Matthews 1985:60).
Dari dua pendapat ahli tersebut dapat kita ketahui, pertama bahwa seseorang
untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik haruslah
belajar sesuai dengan feature bahasa Inggris sebagi alat komunikasi yang mencakup 4
aspek ketrampilan, yaitu: listening, speaking, reading, dan writing. Kedua, bahwa
mendengarkan dengan baik adalah sebagai pra-syarat untuk mencapai ketiga
ketrmpilan lainnya. Ketiga, bahwa untuk dapat mengusai bahasa Inggris dengan baik
dibutuhkan pembelajaran menyimak dalam waktu yang cukup memadai.
Uraian diatas dengan jelas menunjukkan bahwa pembelajaran menyimak
menjadi sangat penting dalam mempelajari bahasa Inggris sebagi sarana komunikasi.
Maka pembelajaran bahasa Inggris harus diposisikan kembali pada tempat yang tepat
sesuai dengan fitrahnya sebagai alat komunikasi.
Tulisan ini diharapkan, secara teoritis bisa memberikan kontribusi
pengetahuan untuk pengembangan pembelajaran bahasa Inggris. Sedangkan secara
praktis dapat bermanfaat bagi pengambil keputusan sebagai masukan untuk
menetapkan kebijakan, dan bagi guru sebagai pengajar di sekolah sebagai bahan
pertimbangan dalam mengajar bahasa Inggris.
4
5. PEMBELAJARAN MENYIMAK
Menyimak (listening ) adalah suatu kegiatan mencurahkan perhatian dan
mencoba menangkap arti atau makna dari sesuatu yang kita dengar (Underwood
1990:1).
Pengajaran tersebut memberikan makna pada kita bahwa pendengar itu selalu
aktif, karena otaknya bekerja melakukan proses encoding dan decoding. Bila kegiatan
ini berjalan dengan baik maka hasil yang disampaikan sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh pembicara. Untuk bisa diterima oleh masyarakat dalam berkomunikasi
kita harus bisa menjadi pendengar yang baik.
Galvin dikutip oleh Underwood (1990:4). Ada 5 alasan kita mendengarkan :
(a) untuk melibatkan dalam kegiatan sosial
(b) untuk bertukar informasi
(c) untuk latihan pengendalian
(d) untuk bertukar perasaan
(e) untuk kesenangan
Logikanya design pembelajaran menyimak haruslah dirancang, menyimak
yang mempunyai tujuan yang mengandung unsur tersebut diatas. Misalnya siswa
diminta untuk mencapai informasi rinci atau ide pokoknya. Hal ini dimaksudkan agar
anak pikirannya terfokus, tidak setiap kata didengarkan tetapi yang berkait dengan
pertanyaannya saja. Littlewood (1981:68) menunjukan ada beberapa kegiatan yang
bisa digunakan untuk membantu mengembangkan ketrampilan menyimak:
5
6. 1. Performing Physical Tasks
Dimana siswa diminta mencari arti tertentu yang ada kaitannya dengan
tugas yang harus dia lakukan. Kegiatan ini mendorong siswa mendengarkan
secara selektif, yaitu mensarikan informasi yang relevan dengan tugasnya.
Keberhasilan kegiatan ini diukur dari kegiatan praktek semata, apakah tugas non-
linguistik ini dilakukan secara benar atau tidak.
a. Identifikasi dan seleksi
Siswa mempunyai sejumlah gambar. Dia harus mendengarkan sebuah
deskripsi atau dialog, kemudian memilih atau menseleksi gambar mana yang
sesuai dengan teks lisan tersebut.
b. Mengurutkan (Sequencing)
Siswa dengan sejumlah gambar diminta mengurutkan sesuai dengan teks lisan
yang dimaksud.
c. Menempatkan (Locating)
Disini siswa diminta menempatkan sesuatu tidak dengan urutan tetapi sesuai
dengan lokasinya. Teksnya bisa berupa percakapan 2 orang dimana mereka
harus menempatklan almarinya.
d. Drawing and Contructing
Siswa diminta mendengarkan sebuah cerita atau diskusi dan menggambarnya
misal: rencana ruangan rumah. Dalam cara yang sama siswa diminta
menyusun sebuah model atau pola dengan menggunakan balok-balok kecil
yang sudah disediakan.
6
7. e. Performing other actions
Siswa diminta untuk melakukan atau menirukan sesuatu sebagaimana yang
diperintahkan sesuai dengan teks lisan.
Dalam kegiatan yang ada pada perfoming phycical tasks, yang diperlukan
oleh siswa adalah memberikan respon sederhana. Hal yang demikian diperlukan
dalam pembelajaran menyimak pada tahap awal memeperlajari bahasa Inggris.
Karena dengan tugas yang sederhana ini menyebabkan bisa mendorong siswa
menyukai bahasa Inggris dan juga mereka tidak merasa takut lagi dalam
pembelajaran menyimak.
2. Transferring Information
Dalam kegiatan ini siswa sudah diminta untuk mensarikan informasi yang
relevan dari teks kemudian ditransfer dalam bentuk lain. Misalnya : siswa
diminta mendengarkan 2 narasi pendek, kemudian mengisi tabel yang sudah
disediakan.
Dengan model demikian, cara ini mengajarkan kepada siswa untuk
berfikir sistematis dan praktis. Siswa diminta melakukan scanning, kemudian
menempatkan pada tabel yang tersedia sesuai dengan isi teks lisan. Kegiatan ini
bisa digunakan sebagai batu loncatan pada tahap yang lebih tinggi
3. Reformulating and Evaluating Information
Dalam tahap ini siswa diberikan tugas yang lebih luas, yang berorientasi
pada teks secara comprehensive. Seperti di dalam kegiatan information transfer,
7
8. siswa mendengar suatu teks kemudian meringkas hal-hal yang penting dengan
kata-katanya sendiri.
Kegiatan ini cukup komplek karena siswa dituntut untuk bisa mencerna
materi lisan, kemudian mengaitkan dan mengolah informasi yang didapatkan,
dan dengan kata-katanya sendiri merangkum dari teks lisan tersebut.
Jenis Materi Pelajaran Listening
Berikut Underwood (1990: 5) merekomendasikan sejumlah situasi menyimak
seyogyanya yang kita siapkan.
1. Listening to live conversation in which one takes no part
Seseorang yang dengan sendirinya mendengarkan percakapan orang lain karena
sesuatu yang dikatakan dalam percakapan itu menarik untuk didengarnya.
2. Listening to announcements
Disini seseorang hanya tertarik pada informasi yang relevan dengan yang
dibutuhkan, dan mengabaikan informasi-informasi lainnya. Biasanya terjadi di
bandara atau setasiun.
3. Listening to news & the weather forcast on the radio
Tujuannya untuk memperoleh informasi secara jelas berita utama hari ini atau
apakah hari ini akan ada topan sehingga seseorang bisa melakukan antisipasi
4. Watching the news the weather forecart on television
Visualisasi pembicara pada layar TV ikut membantu mempermudah seseorang
memahami apa yang sedang dikatakan karena ekspresi wajah, pandangan mata,
gerak tangan dsb.
8
9. 5. Listening to the radio for entertainment
Pendengar biasanya mengalami kesulitan karena keterbatasan pengetahuan apa
yang sedang dikatakan. Dalam hal ini ia harus mempunyai pengalaman berbagai
macam faktor situasi.
6. Watching television for entertainment
Hal demikian lebih mudah bila dibanding kita mendengarkan radio, karena
menonton TV tanda-tanda paralinguistiknya yang diberikan oleh pembicara bisa
membantu pendengar untuk memahami maksudnya.
7. Watching a live performance of a play
Tujuan pokoknya adalah untuk hiburan. Seseorang menonton drama karena
tertarik pada ceritanya atau aktornya dan interaksi diantara mereka.
8. Watching a film in a cinema
Kelebihan film atas siaran langsung adalah bahwa suara dapat dihasilkan pada
tingkat yang diinginkan sehingga pendengar tidak mengalami ksulitan
mendengarkan kata-kata.
9. Listening to records
Suara musik yang berbaur dengan lirik lagu tersebut dan menjadikan tidak jelas,
tetapi suara rhython dan irama lagu kadang-kadang bisa membantu pendengar
untuk memprediksi kata-kata apa berikutnya.
10. Following a lesson
Siswa memerlukan kemampuan untuk memahami konsep dan harus bisa
membedakan antara ide pokok dan pendukung ide pokok.
9
10. 11. Listening on the telephone
Bila ada gangguan kemungkinan pendengar mengalami kesulitan menangkap
kata-kata yang diucapkan.
Hal-hal tersebut di atas menyadarkan kepada guru untuk lebih banyak
berkreasi dalam usaha menciptakan materi pembelajaran menyimak. Sehingga guru
tidak perlu merasa kekurangan materi sedangkan model pembelajaranya bisa dibuat
sebagaimana yang disarankan oleh Littlewood tentang macam-macam kegiatan untuk
mengembangkan ketrampilan menyimak.
Daftar diatas juga memberikan masukkan kepada guru bahwa selayaknya
materi pembelajaran menyimak itu materi yang autentik. Artinya isi dari teks lisan
tersebut benar-benar ada dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga dengan
situasi yang beragam tersebut bisa menjadikan pembelajaran menyimak menjadi
menarik dan tidak membosankan.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENYIMAK
a. Pre-listening activity
Adalah suatu kegiatan sebelum siswa mendengarkan teks lisan.
Fungsinya adalah untuk memfasilitasi siswa siap menerima kegiatan menyimak
dengan harapan siswa tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran menyimak
karena pengetahuan yang relevan dan kata kunci dibahas dalam kegiatan ini.
Pada tahap ini Underwood (1990:31) mengemukakan beberapa kegiatan yang bisa
diterapkan oleh guru:
10
11. - Guru memberikan informasi yang relevan dengan topik yang akan dibahas.
- Murid membaca teks yang relevan dengan teks listening.
- Murid mengamati gambar-gambar.
- Diskusi dengan topik yang ada kaitannya dengan teks listening.
- Kegiatan tanya jawab.
- Latihan menulis.
- Mengikuti perintah untuk kegiatan menyimak.
- Pertimbangan bagaimana kegiatan menyimak dilaksanakan.
Disini guru dituntut untuk lebih peka dalam memilih kegiatan tersebut
diatas yang sesuai dengan teks lisan, sehingga fungsi pre-listening activity untuk
memfasilitasi memahami teks lisan bisa terpenuhi. Kegiatan ini hendaknya
dirancang oleh guru yang bisa membangkitkan minat siswa untuk mengetahui
topiknya lebih jauh pada kegiatan selanjutnya. Pada akhir kegiatan ini guru harus
percaya bahwa siswa sudah siap bekal pengetahuan yang ada kaitanya dengan isi
teks lisan.
b. While-listening activity
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan ketrampilan siswa dalam
mendapatkan pesan dari bahasa ucapan. Disini harus ada alasan kuat mengapa
siswa harus mendengarkan sehingga pikiran anak sudah terfokus pada apa yang
akan didengar dari teks lisan tersebut.
11
12. Agar siswa tidak merasa takut menghadapi kegiatan pembelajaran ini
maka pembelajaran harus menarik, tingkat kesulitannya sesuai dengan
kemampuan anak dan pengerjaannya sederhana.
Sebelum teks lisan diperdengarkan kepada siswa, hand-out harus
diberikan terlebih dahulu kemudian dicek apakah dalam hand-out tersebut ada
hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa. Yang perlu dihindari adalah siswa
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Yang tersering terjadi disekolah bahwa
pembelajaran menyimak berubah menjadi testing, karena mereka tidak
memahami fungsi pembelajaran.
c. Post-listening activity
Kegiatan ini berlangsung setelah while-listening activity, dan merupakan
pengembangan dari pre-listening activity dan while-listening activity. Tujuannya
adalah untuk mengecek apakah murid telah memahami apa yang mereka perlukan
untuk dapat mengerti dan apakah mereka telah menyempurnakan tugas-tugas apa
saja yang ada pada while listening telah di kerjakan dengan baik. Tujuan
berikutnya adalah untuk merefleksi mengapa beberapa anak mengalami kesulitan
atau tidak bisa mendapatkan pesan secara utuh dari teks lisan. Selain itu, dalam
while listening siswa mendapat keuntungan untuk memikirkan perilaku pembicara
apa yang disampaikan dalam perilaku tersebut. Kemudian yang terakhir, kegiatan
dalam tahap ini adalah merupakan pengembangan topik dalam atau bahasa pada
teks lisan.
12
13. Karena kegiatan ini merupakan pengembangan dari kegiatan yang sudah
dilakukan sebelumnya maka materinya tidak terlepas dari topik yang dibahas.
Tetapi jenis kegiatannya bisa berubah misalnya menjadi pengayaan kosa kata,
atau menulis. Bisanya kegiatan ini bersifat ringan dan menyenangkan.
PERMASALAHAN YANG TIMBUL DALAM BELAJAR MENYIMAK
BAHASA INGGRIS.
Kita secara cepat bisa membedakan percakapan langsung dengan percakapan
melalu telephone. Dan kita mengakui bahwa mendengarkan melalu telepon, jauh
lebih sulit. Apapun permasalahanya tentu tidak lepas dari ciri bahasa ucapan yang
diantaranya ada tekanan, intonasi, formal, informal, dan lain-lain.
Underwood (1990:16) mengetengahkan beberapa permasalahan potensial
yang bakal muncul bila belajar menyimak Bahasa Inggris.
1. Tidak adanya kendali kecepatan pada pembicara
Dalam pelajaran listening comprehension sering siswa mengalami kesulitan
karena mereka tidak bisa mengendalikan kecepatan si pembicara seolah-olah
ungkapan-ungkapannya lenyap begitu saja. Siswa hanya dapat menangkap
sepotong-potong.
Keadaan ini menyebabkan informasi yang diperoleh siswa tidak lengkap yang
bisa merusak pemahaman siswa tentang isi teks. Bila siswa mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang topik teks lisan tersebut, siswa masih bisa
berkerja menghubung-hubungkan informsi yang sepotong tersebut dengan
pengetahuannya, namun hal ini bersifat spekulatif.
13
14. 2. Tidak dapat diulangi lagi.
Bila kita saling berhadapan langsung, hal-hal yang kurang jelas bisa ditanyakan
lagi sehingga komunikasi menjadi jelas. Tetapi kalau siswa tidak paham, tidak
bisa dilakukan seperti dalam percakapan langsung.
Pembelajaran itu memang berbeda dari testing karena pembelajaran bersifat
membantu. Bila dipandang perlu oleh guru teks lisan tersebut bisa dipergunakan
sampai tiga kali. Dengan demikian anak tidak menjadi frustasi.
3. Kosa kata terbatas
Pemilihan kosa kata pembicara yang tidak bisa diketahui artinya oleh pendengar,
ia tidak menghentikan pembicaraan tersebut untuk minta klarifikasi. Namun
pendengar bila melakukan reka-rekaan arti apa yang diucapkan dan itupun
pendengar harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang yang dibicarakan.
Bila dalam kegiatan pre-listening activity dirancang dan berjalan dengan baik,
sebetulnya keterbatasan kosa kata sudah bisa diatasi. Karena kata-kata kunci yang
ada pada teks lisan harus sudah dikuasai oleh anak sebelum teks tersebut
diperdengarkan.
4. Kesulitan mengenali tanda-tanda.
Banyak cara yang digunakan oleh pembicara bila ia akan berpindah dari hal yang
satu ke hal yang lainnya, atau dalam memberikan contoh atau mengulangi hal-hal
tertentu. Tanda-tanda tersebut tidaklah begitu saja untuk seorang yang
mendengarkan bahasa asing.
5. Masalah interpretasi
14
15. Siswa yang tidak terbiasa dengan konteks yang dibicarakan mungkin mengalami
kesulitan dalam menginterprestasikan kata-kata yang ia dengar meskipun ia
mengetahui arti klasikalnya. Seseorang yang belum anda ketahui, apakah untuk
datang pada jam 08.00 tiba-tiba menelpon anda “I’ll be a bit late”. Anda tidak
paham berapa lama harus menuggu meskipun anda mengetahui kata “bit”. Tetapi
bila kawan anda dengan mengucapkan kata yang sama, pasti anda tahu berapa
lama harus menunggu.
6. Tidak mampu berkonsentrasi.
Banyak hal yang menyebabkan siswa tidak bisa berkonsentrasi, diantaranya
rekaman yang tidak baik, mesinnya tidak baik atau ruanganya yang tidak
memadai. Ketidak mampuan berkonsentrasi sebentar saja dapat menyebabkan
kerusakan pemahaman apa yang didengar.
7. Kemapanan kebiasaan belajar.
Siswa yang biasa belajar bahasa inggris melalui membaca, akan merasa asing
terhadap kata-kata yang digunakan oleh pembicara. Karena siswa tidak berbicara
mendengarnya meskipun mereka sering menjumpai dalam buku bacaan.
PERMASALAHAN YANG TIMBUL DALAM PEMBELAJARAN MENYI-
MAK BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH
1. Menyimak bahasa Inggris sulit
Sulitnya menyimak bahasa Inggris tidak hanya dihadapi oleh siswa saja
namun juga oleh guru. Sudah tentu, guru sudah bekerja keras untuk mengusai
15
16. bahan yang akan diajarkan dengan sebaik-baiknya. Ia dituntut mampu
menjelaskan baik dari aspek struktural dan fungsional meaning-nya. Hal
demikian menyebabkan guru malas untuk mengajarkan listening comprehension.
2. Pembelajaran menyimak dianggap membuang-buang waktu
Konsekuensi dari ujian nasional yang berbentuk tertulis, pembelajaran
menyimak dianggap tidak mendukung ujian nasional. Alternatif terbaik yang
dipilih oleh guru adalah lebih baik memilih pembelajaran reading, speaking atau
writing daripada mengambil resiko anak tidak lulus karena waktu tersita untuk
pembelajaran menyimak.
3. Tidak adanya materi menyimak yang memadai
Mungkin kaset tape, video, CD pembelajaran bahasa Inggris, tetapi itupun
harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Akibatnya guru harus mencari
keman-mana, dan menyita waktu.
4. Tidak adanya rencana pembelajaran menyimak bahasa Inggris
Karena tidak pernah mengajarkan pelajaran menyimak bahasa Inggris
guru merasa ada kesulitan membuat rencana pembelajaran. Ia memerlukan model
sebagai acuan untuk merancang pembelajaran menyimak.
DILEMA PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA INGGRIS
Bahasa Inggris sebagai sarana komunikasi, idealnya diajarkan meliputi 4
aspek : mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca. Jadi sikap pembelajaran
bahasa Inggris harus mengacu pada bahasa sebagai sarana komunikasi. Bila hal
tersebut tidak dipenuhi berarti bisa berakibat out come yang akan dihasilkan sangat
16
17. rendah. Hal ini sudah diketahui bersama bahwa kemampuan berbahasa Inggris siswa
tidak memuaskan. Kedaan ini dicoba diatasi dengan penataran-penataran, serta
kegiatan MGMP, namun hasilnya masih tetap.
Berdasarkan pembelajaran menyimak dan permasalahan yang ada, maka hal-
hal yang bersifat dilematis :
1. Tidak adanya kebebasan para guru dalam pembelajaran bahasa Inggris, mereka
mudah terjebak dengan keseragaman. Mereka masih takut bila berbeda dengan
lainnya. Maka keberadaan soal test yang mengacu pada soal Nasional merupakan
status quo yang harus diamankan. Guru memahami betul kemampuan siswanya,
dan sadar untuk berusaha meningkatkan ketrampilan siswanya. Namun ia terikat
pada konsep pembelajaran bahasa Inggris di sekolah yang hanya sekedar mencari
nilai untuk lulus.
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris menyimpang
Tujuan pembelajaran bahasa Inggris adalah agar anak bisa lulus, jadi bukan agar
anak bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dengan demikian guru tidak mau
mengambil resiko, karena sering mengajarkan listening anak menjadi tidak lulus.
Padahal bila anak diharapkan terampil berbahasa Inggris pra-syaratnya adalah
anak harus terampil dalam menyimak, karena menyimak sebagai dasar untuk
ketrampilan berbahasa lainnya. Sehinga sampai sekarang pun kelemahan ini
belum bisa diatasi. Sebagaian besar pembelajaran bahasa Inggris berkutat masalah
reading dan dampaknya mereka mengalami kesulitan bila akan berkomunikasi
aktif dengan orang lain, karena mereka lemah pada pronounciation sehingga
mereka salah dalam mendengarkan dan tidak mampu dalam berbicara.
17
18. 3. Jenis Soal Ujian Nasional
Jenis Soal Ujian Nasional adalah pilihan ganda yang bersifat spekulatif. Sehingga
kawasan kognitif saja yang dikembangkan sedangkan untuk efektif dan motorik
terabaikan. Kita semua percaya bahwa semua guru menghendaki siswanya
terampil berbahasa Inggris, tetapi untuk apa pembelajaran menyimak diadakan
bila arah pembelajaran bahasa Inggris agar bisa mengerjakan soal-soal ujian
nasional. Pilihan yang tepat untuk guru adalah melakukan pembelajaran bahasa
Inggris dengan model latihan soal sebagai persiapan menghadapi ujian nasional.
4. Buku paket yang sudah usang
Buku paket yang ada selalu dijadikan acuan dalam pembuatan soal test, mestinya
guru lebih kreatif mencari buku lain yang memadai untuk dijadikan buku
pegangan siswa. Karena buku pegangan siswa yang ada sekarang tidak
memungkinkan untuk bisa mengembangkan ketrampilan menyimak. Dengan
demikian pola pembelajarannya pun bisa dipastikan monoton tidak pernah
menyentuh kegiatan pembelajaran menyimak. Tetapi bila guru menganjur
menggunakan buku yang di dalamnya memuat ketrampilan-ketrampilan pengem-
bangan berbahasa siswa. Konsekuensinya anak terbebani biaya. Dan juga, kalau
guru membuat materi sendiri waktu yang dibutuhkan juga lama. Akhirnya,
meskipun dengan berat hati berketetapan lebih baik menggunakan buku usang
dari pada repot-repot, toh buku tersebut buku pegangan siswa yang dianjurkan
oleh pemerintah.
18
19. PENUTUP
Simpulan
Ketrampilan menyimak merupakan pra-syarat pada ketrampilan yang lain
dalam berbahasa untuk terampil berbahasa Inggris tentu diperlukan juga ketrampilan
dalam menyimak. Seseorang tidak akan begitu saja terampil dalam berbahasa Inggris
bila tidak belajar dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian agar seseorang itu
terampil berbahasa Inggris, ia perlu waktu yang lama juga dalam pembelajaran
menyimak. Namun pada kenyataannya di sekolah, hampir bisa dipastikan bahwa
pembelajaran menyimak menjadi sesuatu yang langka. Dan hal tersebut menjadi salah
satu sebab mengapa kemampuan berbahasa Inggris anak tidak baik
Sebab yang lain yang ikut memberikan kontribusi terhadap rendahnya
kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris tidak terlepas dari model pembelajaran-
nya. Hal demikian karena dampak dari sistem penilaian kelulusan yang menggunakan
ujian nasional sebagai pedoman. Sehingga bentuk dan jenis soal ujian nasional
dijadikan referensi oleh guru dalam pembelajaran. Akibatnya pembelajaran
menyimak tidak dipandang perlu. Disinilah letak penyimpangan pembelajaran bahasa
Inggris.
Saran
Berdasarkan uraian di atas agar pembelajaran bahasa Inggris bisa memberikan
makna kepada siswa sehingga mampu berhasa Inggris dengan baik maka
pembelajaran menyimak juga harus mendapatkan alokasi waktu sama dengan
pembelajaran untuk ketrampilan lainnya.
19
20. Pembelajaran menyimak Bahasa Inggris haruslah dipandang sebagai bagian
penting pembelajaran bahasa sebagai alat komunikasi. Sehingga harus mendapat
porsi yang sama besarnya dengan pembelajaran yang lain seperti membaca, berbicara
dan menulis.
Konsekuensi logis dengan Pembelajaran tersebut, Sistem ujian Nasional
haruslah diubah karena bisa dianggap menghambat pengajaran bahasa di sekolah.
Sehingga out put siswa tidak pernah bisa mengucapkan bahasa Inggris dengan baik,
mereka ragu dan malu bila salah meskipun secara tertulis mereka tahu artinya.
Pembahasan pengajaran bahasa Inggris pada forum MGMP harus dibenahi,
tidak hanya terjebak hanya pada pembuatan soal, SP, RP dan AMP. Tetapi lebih
menekan pada mengatasi bagaimana siswa terampil dalam berbahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Underwood, Mary. 1990. Teaching Listening. New York: Longman Inc.
Littlewood, William. 1983. Communicative Language Teaching. London: Cambrige.
Johson, keith and Morrow, Keith. 1981. Communication in the Classroom.
Hongkong: Longman.
Matthews, Alan, Spratt, Mary and Dangerfiled, Less. 1990. At The Calkface. Great
Britain: Edward Arnold.
Lewis. Michael and Hill Jimmie. 1990. Practical Technigues for Language Teaching.
London: Commercial Colour Press.
20