SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 3
Dua Pola Kebudayaan
       C.P. Snow adalah seorang ilmuwan sekaligus pengarang buku yang mengingatkan negara-
negara Barat akan adanya dua pola kebudayaan yakni : masyarakat ilmuwan dan non-ilmuwan,yang
menghambat kemajuan di bidang ilmu dan teknologi.

        Di negara Indonesia juga telah diterapkan dalam bidang keilmuwan itu sendiri, dengan adanya
polarisasi dan membentuk kebudayaan sendiri. Polarisasi ini cenderung kepada beberapa kalangan
tertentu untuk mrmisahkan ilmu ke dalam dua golongan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.
Kedua golongan ini dianggap memiliki perbedaan yang sangat segnifikan,di mana keduanya seakan
membentuk diri sendiri yang masing-masing terpisah sehingga terdapat dua kebudayaan dalam bidang
keilmuwan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Namun perbedaaan itu hanyalah bersifat teknis
yang tidak menjurus kepada perbedaan yang fundamental karena dasar ontologis,epistemologis,dan
aksiologi dari kedua ilmu terssebut adalah sama. Metode yang digunakan di dalam keduanya adalah
metope ilmiah yang sama pula,tak terdapat alasan yang bersifat metodologis yang membedakan antara
ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam.

        Ilmu-ilmu alam mempelajari dunia fisik yang relatif tetap dan mudah untuk dikontrol. Objek-
objek penelaahan ilmu-ilmu alam dapat dikatakan tidak pernah mengalami perubahan baik dalam
perspektif waktu maupun tempat.

        Ilmu bukan bermaksud mengumoulkan berbagai fakta tetapi ilmu bertujuan untuk mencari
penjelasan dari gejala-gejala yang kita temukandan memungkinkan kita dapat mengetahui sepenuhnya
hakikat objek yang kita hadapi,sehingga pengetahuan dapat memberi kita alat untuk menguasai masalah
tersebut. Hal ini berlaku baik bagi ilmu-ilmu alamiah maupun ilmu-ilmu sosial. Dimensi perubahannya
hanyalah merupakan satu variabel dalam sistem pengkajian begitu juga tingkat generalisasinya, ilmu-
ilmu alamiah dengan ilmu-ilmu sosial bedanya hanya terletak dalam soal gradasi,dimana tingkat
keumumannya suatu teori ilmu sosial harus lebih jauh diperinci dengan memperhitungkan faktor-faktor
yang bervariasi.

Ilmu-ilmu sosial mengalami masalah dalam menganalisis kuantitatif yakni :

   a. Sukarnya melakukan pengukuran karena mengukur aspirasi atau emosi seseorang manusia.
   b. Banyaknya variabel yang mempengaruhi tingkah laku manusia.

Sehingga menyebabkan ilmu-ilmu alam menjadi relatif maju karena ilmu-ilmu alam dapat menganalisis
data secara kuantitatif dengan mengisolasikan dalam kegiatan laboratoris. Sedangkan teori ilmu-ilmu
sosial merupakan alat bagi manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi,seperti ilmu-ilmu alam
sehingga ilmu-ilmu sosial harus cermat dan tepat. Maka hukum penawaran dan permintaan yang
bersifat kualitatif tidak lagi memenuhi syarat karena tidak memungkinkan jika kita harus menghitung
derajat kenaikan inflansi secara kuantitatif.

       Ilmuwan dalam bidang sosial haruslah berusaha lebih sungguh-sunggguh untuk pengukuran
yang rumit dan variabel yang relatif banyak membutuhkan pengetahuan matematika dan statistika yang
lebih maju dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Namun adanya kesukaran dalam pengukuran ini malah
dijadikan ilmu-ilmu sosial bertindak regresif dan membentuk dunianya sendiri yang menjauh dari
matematika serta statistika,sehingga yang memperkuat matematika dan statistika adalah ilmu-ilmu
alam. Oleh karena itu berkembanglah dua kebudayaan yang jurang perbedaannya makin melebar
dengan sendirinya tanpa kita sadari adanya.

         Secara sosiologis terdapat kelompok-kelompok yang memberi nafas baru kepada ilmu-ilmu
sosial denga mengembangakan ilmu-imu peri laku manusia yang bertumpu kepada ilmu-ilmu sosial
dimana perbedaan yang utama antara keduanya hanya terletak dalam keingina untuk menjadikan ilmu-
ilmu tentang manusia menjadi sesuatu yang lebih dapat diandalkan dan kuantitatif. Ilmuilmu peri laku
lebih mengkaji penyusunan teori secara deduktif sebagaimana yang biasanya ada dalam ilmu-ilmu sosial
namun penalaran deduktif digabungkan dengan proses pengujian induktif. Dan ilmu ekonomi yang
paling pertama memasuki tahap kuantitatif sebelum ilmu-ilmu peri laku.

       Adanya dua kebudayaan yang terbagi ke dalam ilmu-ilmu alama dan ilmu-ilmu sosial masih
terdapat di Indonesia. Dapat dicerminkan adanya jurusan Pasti-Alam dan Sosial-Budaya dalam sistem
pendidikan kita. Jika kita menginginkan bidang keilmuan mencakup ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial
maka dualisme harus segera dibongkar karena dapat menghambat psikologis dan Intelektual bagi
pengembangan keimuan di negara kita.

Meskipun terdapat argumen asumsi dalam pembagian jurusan tersebut,yaitu :

   a. Asumsi pertama mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam
      mendidikan matematika sehingga harus dikembangkan pola pendidikan yang berbeda pula.
   b. Asumsi yang kedua menganggap ilmu-ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan matematika
      sehingga dapat menjuruskan keahliannya dibidang keilmuan ini.

   Kita harus menganalisis dahulu tujuan pendidikan agar tidak salah pengasumsian.

   Pendidikan bertujuan :

   a. Pendidikan analitik maka yang penting adalah penguasaan berpikir matematika yang
      memungkinkan adanya suatu analisis hingga terbentuknya suatu rumusan statistik.
   b. Pendidikan simbolik yang penting adalah pengetahuan mengenai kegunaan rumus tersebut
      serta penalaran deduktif dalam penyusunan meskipun tidak seluruhnya merupakan analisis
      matematika

   Jadi adanya pendekatan dikotom dalam pendekatan pendidikan matematika ini tidak akan bisa
   memecahkan semua persoalan ,namun paling tidak terdapat suatu jalan luar yang pragmatis dari
   dilema yang dihadapi sistem pendidikan kita dan harus adanya sikap kehati-hatian. Karena manusia
   adalah produk dari suatu proses belajar dimana tercakup karakter cara berpikir yang berkembang
   sesuai tahapannya.

      Suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalm menghadapi masalah ini harus adanya
   usaha. Adanya dua pola kebudayaan dalam bidang keilmuan kita bukan hanya merupakan suatu
yang regresif melainkan juga destruktif,bukan saja bagi kemajuan ilmu itu sendiri tetapi juga bagi
pengengembangan peradaban secara keseluruhan. Sehingga tidak ada pemisah diantara keduanya.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Presentasi sikap ilmiah
Presentasi sikap ilmiahPresentasi sikap ilmiah
Presentasi sikap ilmiah
fitraaja
 
Perspektif Sosiologi Kewarganegaraan dalam Kasus Kesetaraan Penyandang Disab...
Perspektif Sosiologi Kewarganegaraan dalam Kasus Kesetaraan Penyandang  Disab...Perspektif Sosiologi Kewarganegaraan dalam Kasus Kesetaraan Penyandang  Disab...
Perspektif Sosiologi Kewarganegaraan dalam Kasus Kesetaraan Penyandang Disab...
Tasya Andiana Putri
 
Analisis regresi linear_berganda
Analisis regresi linear_bergandaAnalisis regresi linear_berganda
Analisis regresi linear_berganda
Ir. Zakaria, M.M
 
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan TeknologiHakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
seaaln
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmu
M fazrul
 

La actualidad más candente (20)

Tugas Makalah Ilmu Budaya Dasar
Tugas Makalah Ilmu Budaya DasarTugas Makalah Ilmu Budaya Dasar
Tugas Makalah Ilmu Budaya Dasar
 
Filsafat perencanaan
Filsafat perencanaanFilsafat perencanaan
Filsafat perencanaan
 
Tabel f-0-10
Tabel f-0-10Tabel f-0-10
Tabel f-0-10
 
Filsafat aristoteles
Filsafat aristotelesFilsafat aristoteles
Filsafat aristoteles
 
kekontinuan fungsi
kekontinuan fungsikekontinuan fungsi
kekontinuan fungsi
 
Presentasi sikap ilmiah
Presentasi sikap ilmiahPresentasi sikap ilmiah
Presentasi sikap ilmiah
 
Perspektif Sosiologi Kewarganegaraan dalam Kasus Kesetaraan Penyandang Disab...
Perspektif Sosiologi Kewarganegaraan dalam Kasus Kesetaraan Penyandang  Disab...Perspektif Sosiologi Kewarganegaraan dalam Kasus Kesetaraan Penyandang  Disab...
Perspektif Sosiologi Kewarganegaraan dalam Kasus Kesetaraan Penyandang Disab...
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
Kestabilan lyapunov
Kestabilan lyapunovKestabilan lyapunov
Kestabilan lyapunov
 
Paradigma positif
Paradigma positifParadigma positif
Paradigma positif
 
Ideologi negara
Ideologi negaraIdeologi negara
Ideologi negara
 
Pertumbuhan dan pertambahan penduduk
Pertumbuhan dan pertambahan pendudukPertumbuhan dan pertambahan penduduk
Pertumbuhan dan pertambahan penduduk
 
Linearisasi UTS lisfa
Linearisasi UTS lisfaLinearisasi UTS lisfa
Linearisasi UTS lisfa
 
Sejarah sosiologi
Sejarah sosiologiSejarah sosiologi
Sejarah sosiologi
 
Analisis regresi linear_berganda
Analisis regresi linear_bergandaAnalisis regresi linear_berganda
Analisis regresi linear_berganda
 
Metode Induksi
Metode InduksiMetode Induksi
Metode Induksi
 
05 reresi linier berganda
05 reresi linier berganda05 reresi linier berganda
05 reresi linier berganda
 
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan TeknologiHakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmu
 
Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Meramal kebijakan
Meramal kebijakan
 

Destacado

Presentations tips
Presentations tipsPresentations tips
Presentations tips
adysintang
 
Curiculum vitae radith
Curiculum vitae radithCuriculum vitae radith
Curiculum vitae radith
adysintang
 
Hasil observasi SMAN 3 Surabaya
Hasil observasi SMAN 3 SurabayaHasil observasi SMAN 3 Surabaya
Hasil observasi SMAN 3 Surabaya
adysintang
 
03 bioteknologi
03 bioteknologi03 bioteknologi
03 bioteknologi
adysintang
 
analisis film DMC
analisis film DMCanalisis film DMC
analisis film DMC
adysintang
 
Observasi sman 3 surabaya
Observasi sman 3 surabayaObservasi sman 3 surabaya
Observasi sman 3 surabaya
Ady Setiawan
 
hasil observasi SMAN 3 Surabaya.doc
hasil observasi SMAN  3 Surabaya.dochasil observasi SMAN  3 Surabaya.doc
hasil observasi SMAN 3 Surabaya.doc
adysintang
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasi
adysintang
 
Unesa presentasi
Unesa presentasiUnesa presentasi
Unesa presentasi
adysintang
 

Destacado (9)

Presentations tips
Presentations tipsPresentations tips
Presentations tips
 
Curiculum vitae radith
Curiculum vitae radithCuriculum vitae radith
Curiculum vitae radith
 
Hasil observasi SMAN 3 Surabaya
Hasil observasi SMAN 3 SurabayaHasil observasi SMAN 3 Surabaya
Hasil observasi SMAN 3 Surabaya
 
03 bioteknologi
03 bioteknologi03 bioteknologi
03 bioteknologi
 
analisis film DMC
analisis film DMCanalisis film DMC
analisis film DMC
 
Observasi sman 3 surabaya
Observasi sman 3 surabayaObservasi sman 3 surabaya
Observasi sman 3 surabaya
 
hasil observasi SMAN 3 Surabaya.doc
hasil observasi SMAN  3 Surabaya.dochasil observasi SMAN  3 Surabaya.doc
hasil observasi SMAN 3 Surabaya.doc
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasi
 
Unesa presentasi
Unesa presentasiUnesa presentasi
Unesa presentasi
 

Similar a Dua pola kebudayaan

kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptxkd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
firmansyah960116
 
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 ruang lingkup dan perkembangan sosiologi ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
suher lambang
 
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
ALTAFJAUHAR32
 
sosiologi pendidikan
sosiologi pendidikansosiologi pendidikan
sosiologi pendidikan
galaxyfee
 
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
WanBK Leo
 

Similar a Dua pola kebudayaan (20)

Hidayatul azizah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i.,m.sos
Hidayatul azizah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i.,m.sosHidayatul azizah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i.,m.sos
Hidayatul azizah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i.,m.sos
 
Sosiologi Sebagai Ilmu
Sosiologi Sebagai IlmuSosiologi Sebagai Ilmu
Sosiologi Sebagai Ilmu
 
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptxkd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
kd-3.1-kelas-x-peran-dan-fungsi-sosiologi-dalam-masyarakat-1.pptx
 
Aksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuanAksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuan
 
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 ruang lingkup dan perkembangan sosiologi ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
Paper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapanPaper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapan
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
 
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep SosiologiMateri Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
 
Astika sari dewi, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Astika sari dewi, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.SosAstika sari dewi, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Astika sari dewi, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
 
Citra Aulia Rizki , ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Citra Aulia Rizki , ISBD,  Farmasi,  Dr.  Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.SosCitra Aulia Rizki , ISBD,  Farmasi,  Dr.  Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Citra Aulia Rizki , ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
 
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu Pendidikan
 
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
1. Kuliah Sosiologi dan Antropologi.ppt
 
sosiologi pendidikan
sosiologi pendidikansosiologi pendidikan
sosiologi pendidikan
 
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDU
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDUIlmu Sosial Dasar Sebagai MKDU
Ilmu Sosial Dasar Sebagai MKDU
 
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
01 Mja1013 Pengenalan Sains Sosial
 
Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat
Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang MasyarakatSosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat
Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat
 
Bab 1 full
Bab 1 fullBab 1 full
Bab 1 full
 
Ppt refisi filsafat
Ppt refisi filsafatPpt refisi filsafat
Ppt refisi filsafat
 
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada PendidikanGPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
GPP1063 : Implikasi Sosiologi Pendidikan Kepada Pendidikan
 
Bab 1 Pengenalan Sekolah dan Masyarakat.pptx
Bab 1 Pengenalan Sekolah dan Masyarakat.pptxBab 1 Pengenalan Sekolah dan Masyarakat.pptx
Bab 1 Pengenalan Sekolah dan Masyarakat.pptx
 

Más de adysintang

02 okultasi venus
02 okultasi venus02 okultasi venus
02 okultasi venus
adysintang
 
01 metode ilmiah
01 metode ilmiah01 metode ilmiah
01 metode ilmiah
adysintang
 
02 epistimologi
02 epistimologi02 epistimologi
02 epistimologi
adysintang
 
Perubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan globalisasi
Perubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan globalisasiPerubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan globalisasi
Perubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan globalisasi
adysintang
 
Merancang sekolah untuk unesa
Merancang sekolah untuk unesaMerancang sekolah untuk unesa
Merancang sekolah untuk unesa
adysintang
 
Diri dan konsep diri
Diri dan konsep diriDiri dan konsep diri
Diri dan konsep diri
adysintang
 
Hasil observasi sma 3 surabaya
Hasil observasi sma 3 surabayaHasil observasi sma 3 surabaya
Hasil observasi sma 3 surabaya
adysintang
 
Bioteknologi dan Aplikasinya
Bioteknologi dan AplikasinyaBioteknologi dan Aplikasinya
Bioteknologi dan Aplikasinya
adysintang
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasi
adysintang
 
Diri dan konsep diri
Diri dan konsep diriDiri dan konsep diri
Diri dan konsep diri
adysintang
 
Inovasi pendidikan indonesia
Inovasi pendidikan indonesiaInovasi pendidikan indonesia
Inovasi pendidikan indonesia
adysintang
 
Ilmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaanIlmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaan
adysintang
 

Más de adysintang (16)

02 okultasi venus
02 okultasi venus02 okultasi venus
02 okultasi venus
 
01 metode ilmiah
01 metode ilmiah01 metode ilmiah
01 metode ilmiah
 
02 epistimologi
02 epistimologi02 epistimologi
02 epistimologi
 
01 nikah
01 nikah01 nikah
01 nikah
 
Perubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan globalisasi
Perubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan globalisasiPerubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan globalisasi
Perubahan sosial budaya dalam era modernisasi dan globalisasi
 
Merancang sekolah untuk unesa
Merancang sekolah untuk unesaMerancang sekolah untuk unesa
Merancang sekolah untuk unesa
 
Metode ilmiah
Metode ilmiahMetode ilmiah
Metode ilmiah
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Diri dan konsep diri
Diri dan konsep diriDiri dan konsep diri
Diri dan konsep diri
 
Hasil observasi sma 3 surabaya
Hasil observasi sma 3 surabayaHasil observasi sma 3 surabaya
Hasil observasi sma 3 surabaya
 
Nikah
NikahNikah
Nikah
 
Bioteknologi dan Aplikasinya
Bioteknologi dan AplikasinyaBioteknologi dan Aplikasinya
Bioteknologi dan Aplikasinya
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasi
 
Diri dan konsep diri
Diri dan konsep diriDiri dan konsep diri
Diri dan konsep diri
 
Inovasi pendidikan indonesia
Inovasi pendidikan indonesiaInovasi pendidikan indonesia
Inovasi pendidikan indonesia
 
Ilmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaanIlmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaan
 

Dua pola kebudayaan

  • 1. Dua Pola Kebudayaan C.P. Snow adalah seorang ilmuwan sekaligus pengarang buku yang mengingatkan negara- negara Barat akan adanya dua pola kebudayaan yakni : masyarakat ilmuwan dan non-ilmuwan,yang menghambat kemajuan di bidang ilmu dan teknologi. Di negara Indonesia juga telah diterapkan dalam bidang keilmuwan itu sendiri, dengan adanya polarisasi dan membentuk kebudayaan sendiri. Polarisasi ini cenderung kepada beberapa kalangan tertentu untuk mrmisahkan ilmu ke dalam dua golongan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Kedua golongan ini dianggap memiliki perbedaan yang sangat segnifikan,di mana keduanya seakan membentuk diri sendiri yang masing-masing terpisah sehingga terdapat dua kebudayaan dalam bidang keilmuwan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Namun perbedaaan itu hanyalah bersifat teknis yang tidak menjurus kepada perbedaan yang fundamental karena dasar ontologis,epistemologis,dan aksiologi dari kedua ilmu terssebut adalah sama. Metode yang digunakan di dalam keduanya adalah metope ilmiah yang sama pula,tak terdapat alasan yang bersifat metodologis yang membedakan antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam. Ilmu-ilmu alam mempelajari dunia fisik yang relatif tetap dan mudah untuk dikontrol. Objek- objek penelaahan ilmu-ilmu alam dapat dikatakan tidak pernah mengalami perubahan baik dalam perspektif waktu maupun tempat. Ilmu bukan bermaksud mengumoulkan berbagai fakta tetapi ilmu bertujuan untuk mencari penjelasan dari gejala-gejala yang kita temukandan memungkinkan kita dapat mengetahui sepenuhnya hakikat objek yang kita hadapi,sehingga pengetahuan dapat memberi kita alat untuk menguasai masalah tersebut. Hal ini berlaku baik bagi ilmu-ilmu alamiah maupun ilmu-ilmu sosial. Dimensi perubahannya hanyalah merupakan satu variabel dalam sistem pengkajian begitu juga tingkat generalisasinya, ilmu- ilmu alamiah dengan ilmu-ilmu sosial bedanya hanya terletak dalam soal gradasi,dimana tingkat keumumannya suatu teori ilmu sosial harus lebih jauh diperinci dengan memperhitungkan faktor-faktor yang bervariasi. Ilmu-ilmu sosial mengalami masalah dalam menganalisis kuantitatif yakni : a. Sukarnya melakukan pengukuran karena mengukur aspirasi atau emosi seseorang manusia. b. Banyaknya variabel yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Sehingga menyebabkan ilmu-ilmu alam menjadi relatif maju karena ilmu-ilmu alam dapat menganalisis data secara kuantitatif dengan mengisolasikan dalam kegiatan laboratoris. Sedangkan teori ilmu-ilmu sosial merupakan alat bagi manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi,seperti ilmu-ilmu alam sehingga ilmu-ilmu sosial harus cermat dan tepat. Maka hukum penawaran dan permintaan yang bersifat kualitatif tidak lagi memenuhi syarat karena tidak memungkinkan jika kita harus menghitung derajat kenaikan inflansi secara kuantitatif. Ilmuwan dalam bidang sosial haruslah berusaha lebih sungguh-sunggguh untuk pengukuran yang rumit dan variabel yang relatif banyak membutuhkan pengetahuan matematika dan statistika yang
  • 2. lebih maju dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Namun adanya kesukaran dalam pengukuran ini malah dijadikan ilmu-ilmu sosial bertindak regresif dan membentuk dunianya sendiri yang menjauh dari matematika serta statistika,sehingga yang memperkuat matematika dan statistika adalah ilmu-ilmu alam. Oleh karena itu berkembanglah dua kebudayaan yang jurang perbedaannya makin melebar dengan sendirinya tanpa kita sadari adanya. Secara sosiologis terdapat kelompok-kelompok yang memberi nafas baru kepada ilmu-ilmu sosial denga mengembangakan ilmu-imu peri laku manusia yang bertumpu kepada ilmu-ilmu sosial dimana perbedaan yang utama antara keduanya hanya terletak dalam keingina untuk menjadikan ilmu- ilmu tentang manusia menjadi sesuatu yang lebih dapat diandalkan dan kuantitatif. Ilmuilmu peri laku lebih mengkaji penyusunan teori secara deduktif sebagaimana yang biasanya ada dalam ilmu-ilmu sosial namun penalaran deduktif digabungkan dengan proses pengujian induktif. Dan ilmu ekonomi yang paling pertama memasuki tahap kuantitatif sebelum ilmu-ilmu peri laku. Adanya dua kebudayaan yang terbagi ke dalam ilmu-ilmu alama dan ilmu-ilmu sosial masih terdapat di Indonesia. Dapat dicerminkan adanya jurusan Pasti-Alam dan Sosial-Budaya dalam sistem pendidikan kita. Jika kita menginginkan bidang keilmuan mencakup ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial maka dualisme harus segera dibongkar karena dapat menghambat psikologis dan Intelektual bagi pengembangan keimuan di negara kita. Meskipun terdapat argumen asumsi dalam pembagian jurusan tersebut,yaitu : a. Asumsi pertama mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam mendidikan matematika sehingga harus dikembangkan pola pendidikan yang berbeda pula. b. Asumsi yang kedua menganggap ilmu-ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan matematika sehingga dapat menjuruskan keahliannya dibidang keilmuan ini. Kita harus menganalisis dahulu tujuan pendidikan agar tidak salah pengasumsian. Pendidikan bertujuan : a. Pendidikan analitik maka yang penting adalah penguasaan berpikir matematika yang memungkinkan adanya suatu analisis hingga terbentuknya suatu rumusan statistik. b. Pendidikan simbolik yang penting adalah pengetahuan mengenai kegunaan rumus tersebut serta penalaran deduktif dalam penyusunan meskipun tidak seluruhnya merupakan analisis matematika Jadi adanya pendekatan dikotom dalam pendekatan pendidikan matematika ini tidak akan bisa memecahkan semua persoalan ,namun paling tidak terdapat suatu jalan luar yang pragmatis dari dilema yang dihadapi sistem pendidikan kita dan harus adanya sikap kehati-hatian. Karena manusia adalah produk dari suatu proses belajar dimana tercakup karakter cara berpikir yang berkembang sesuai tahapannya. Suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalm menghadapi masalah ini harus adanya usaha. Adanya dua pola kebudayaan dalam bidang keilmuan kita bukan hanya merupakan suatu
  • 3. yang regresif melainkan juga destruktif,bukan saja bagi kemajuan ilmu itu sendiri tetapi juga bagi pengengembangan peradaban secara keseluruhan. Sehingga tidak ada pemisah diantara keduanya.