SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 15
BAB I
                                   PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
       Al quran adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad
Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Al Quran sendiri dalam proses penurunannya
mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan
bermacam-macam nabi menerimanya. Sebagaimana dalam perjalanan pembukuan al Quran
yang banyak mengalami hambatan sampai banyaknya para penghafal al quran yang
meninggal, maka dalam proses aplikasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga sangat
banyak kendalanya. Kita mengenal turunnya al quran sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka
setiap bulan 17 Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Quran yaitu hari turunnya al
Quran. Dalam penurunan al Quran terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang
turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah disebut
dengan surat Madaniyah. Dan juga dalam pembedaan itu terjadi banyak perbedaan antara
para ahli Quran apakah ini surat Makkiyah atau surat Madaniyah. Maka dari permasal;ahan
diatas tercetus dalam benak kami ingin mengulas tentang Nuzulul Quran sejarah turunnya Al-
Quran. Maka untuk itu pertanyaan ini akan mengantarkan pembahasan kami tentang turunnya
al-Quran.


1.2 Rumusan Masalah
   1. Asbabul Nuzul Al-Qur’an ?
   2. Turunnya Al-Qur’an surat pertama sampai terakhir ?
   3. Perjalanan pembukuan Al-Qur’an ?
   4. Ilmu Makkiyah dan Madaniyah ?


1.3 Tujuan
   1. Dasar pengetahuan baru dalam sejarah Islam
   2. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Studi Qur’an

   3. Sebagai langkah awal dalam memahami seluk beluk turunnya Al-Qur’an

   4. Sebagai salah satu sarana penunjang dalam proses belajar mengajar

   5. Sebagai sarana telaah pendidikan


                                            1
BAB II
                                     PEMBAHASAN


2.1 Asbabul Nuzul Al-Qur’an
       Al-quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang di dasarkan pada
keimanan kepada Allah dan risalahnya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-
kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
       Sebagian besar Quran pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi
kehidupan para sahabat bersama rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah,
bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan
hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah
untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Quran turun untuk peristiwa khusus
tadi atau untuk pertanyan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang dinamakan asbabul nuzul.
   A. Perhatian para ulama terhadap Asbabun Nuzul
       Para penyelidik ilmu-ilmu Quran menaruh perhatian besar terhadap pengetahuan
tentang Asbabun Nuzul. Untuk menafsirkan Quran ilmu ini diperlukan sekali, sehingga ada
pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan mengenai bidang itu. Yang terkenal
diantaranya ialah Ali bin Madini, guru Imam bukhari, kemudian al-Wahidi dalam kitabnya
Asbabun Nuzul, kemudian al-jabari yang meringkaskan kitab al-wahidi dengan
menghilangkan isnad-isandnya, tanpa menambahkan sesuatu. Menyusul Syaikhul Islam Ibn
Hajar yang mengarang satu kitab mengenai Asbabun Nuzul, satu juz dari naskah kitab ini
didapatkan oleh As-suyuti, tetapi ia tidak dapat menemukan seluruhnya, kemudian As-suyuti
yang mengatakan tentang dirinya: dalam hal ini, aku telah mengarang satu kitab lengkap,
singkat dan sangat baik serta dalam bidang ilmu belum ada dalam satu kitab pun dapat
menyamainya. Kitab ini dinamakan libabul manqul fi asbabin nuzul.
   B. Pedoman mengetahui Asbabun Nuzul
       Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui Asbabun Nuzul ialah riwayat shahih
yang berasal dari riwayat Rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pemberitahuan seorang
sahabat mengenai hal seperti ini, maka hal itu bukan sekedar pendapat (ra’yi) tetapi ia
mempunyai hukum marfu’ (disandarkan pada Rasulullah). Al-wahidi mengatakan : tidak
halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab Al-Quran kecuali dengan berdasarkan pada
riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui
sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam
                                              2
mencarinya. Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama salaf. Mereka amat berhati-hati untuk
mengatakan sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas. Muhammad bin
sirin mengatakan : ketika kutanyakan kepada Ubaidah mengenai satu ayat Al-Quran. Di
jawabnya bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar orang-orang yang mengetahui
mengenai apa Al-Quran itu diturunkan telah meninggal.
       Maksudnya, para sahabat. Apabila seorang tokoh ulama macam ibn sirin, yang
termasuk tokoh tabiin terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai riwayat
dan kata-kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan orang harus mengetahui dengan
benar asbabun nuzul tersebut. Oleh karena itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun
nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara
pasti menunjukkan asbabun nuzul. As-suyuti berpendapat bahwa bial ucapan para tabiin
menunjukkan secara jelas bahwa asbabun nuzul, maka ucapan itu dapat diterima. Dan
mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabiin itu benar dan itu dan ia
termasuk salah seorang imam tafsir yang mengambil ilmunya dari para sahabat, seperti
mujahid, Ikrimah dan said bin jubair serta didukung oleh hadis mursal lain.
       Al-wahidi telah menetang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap
riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh ia pendusta dan mengingatkan mereka atas
ancaman berat, dengan mengatakan : sekarang, setiap orang suka mengada-ngada dan berbuat
dusta. Ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan ancaman berat
bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat.
   C. Definisi Sebab Nuzul
       Setelah diselidiki, sebab turunnya sesuatu ayat itu berkisar pada dua hal:
  1.   Bila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Quran mengenai peristiwa itu. Hal
itu seperti diriwayatkan dari ibn Abbas, yang mengatakan, ketika turun : dan peringatkanlah
kerabat-kerabatmu yang terdekat, Nabi pergi dan naik ke bukit safa, lalu berseru: wahai
kaumku! Maka mereka berkumpul ke dekat nabi. Ia berkata lagi bagaimana pendapatmu bila
aku beritahukan kepadamu bahwa dibalik gunung ini ada sepasukan berkuda yang hendak
menyerangmu, percayakah kamu apa yang kukatakan? Mereka menjawab: Kami belum
pernah melihat engkau berdusta.
       Dan nabi melanjutkan: Aku memperingatkan kamu tentang siksa yang pedih. Ketika
itu Abu Lahab lalu berkata. Celakalah engkau: apakah engkau mengumpulkan kami hanya
untuk urusan ini? Lalu ia berdiri maka turunlah ayat ini: celakalah kedua tangan Abu Lahab
  2.   Bila Rasullah ditanya tentang suatu hal, maka turunlah ayat Al-Quran yang mengenai
hukum terebut. Hal itu seperti khaulah binti salabah dikenakan zihar oleh suaminya, aus bin
                                              3
samit. Lalu ia datang kepada Rasulullah mengadukan hal tersebut. Aisah berkata: maha suci
Allah yang pendengarannya meliputi segalanya. Aku mendear ucapa khaulah binti
salabah.sekalipun tidak seluruhnya, ia mengadukan suaminya kepada Rasulullah katanya:
Rasulullah suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku
mengandung karenanya, sekarang, setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi, ia
menjatuhkan zihar kepadaku! Ya Allah sesunggauhnya aku mengadu kepadamu. Aisyah
berkata: tiba-tiba jibril turun membawa ayat-ayat ini: Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan perempuan yang mengadu kepadamua tentang suaminya. Yakni aus bin samit.
  Tetapi hal ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mencari sebab turunnya setiap ayat,
karena tidak semua ayat Al-Qur’an diturunkan karena timbul suatuperistiwa dan kejadian,
atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada diantara ayat Al-Quran yang diturunkan sebagai
permulaan, tanpa sebab mengenai akidah, iman, kewajiban Islam dan syariat Allah dalam
kehidupan pribadi dan sosial. Al-jabari menyebutkan: Al-Quran ditrunkan dalam dua
kategori, yang tirun tanpa sebab, dan yang turun karena suatu peristiwa atau pertanyaan. Oleh
sebab itu, maka Asbabun nuzul di definisikan sebagai sesuatu hal yang karenanya Al-Quran
diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hari itu terjadi, baik berupa
peristiawa maupun pertanyaan.
       Rasanya suatu hal yang berlebihan bila kita memperluas pengertian asbabun nuzul
dengan membentuknya dari berita-berita tentang generasi terdahulu dan peristiwa-peristiwa
masa lalu. As-suyuti dan orang-orang yang banyak memperhatikan Asbabun Nuzul
mengatakan bahwa ayat itu tidak turun disaat-saat terjadinya sebab. Ia mengatakan demikian
itu karena hendak atau membatalkan apa yang dikatakan oleh wahidi dalam menafsirkan suah
Al-Fiil, bahwa sebab turun surat tersebut adlah kisah datangnya orang-orang habsyah. Kisah
ini sebenarnya sedikit pun tidak termasuk asbabun nuzul. Melainkan termasuk kategori berita
peristiwa masa lalu, seperti halnya kisah kaum nabi Nuh, kaum samud, pembangunan ka’bah
dan lain-lain yang serupa itu. Demikian pula mengenai ayat dan Allah telah mengambil
Ibrahim menjadi kesayangannya, Asbabun nuzulnya adalah karena Ibrahim dijadikan
kesayangan Allah. Seperti sudah di ketahui, hal itu sedikit pun tidak termasuk kedalam
Asbabun Nuzul
   D. Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul
       Ketika seseorang mengalami kesukaran memahami makna sesuatu ayat al-Quran, ke
manakah mereka akan merujuk? Berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah, beliau “mengetahui
sebab turunnya ayat-ayat al-Quran akan membantu seseorang itu memahami kandungan
makna dan kejelasan maksud ayat-ayat tersebut. Mengetahui asbabun nuzul sangat besar
                                             4
pengaruhnya dalam memahami makna ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, para
ulama sangat berhati-hati dalam memahami asbabun nuzul, sehingga banyak ulama yang
menulis tentang itu. Diantara kitab termasyhur yang membahas tentang asbabun nuzul
adalah; Asbabun Nuzul, karya Imam Al-Wahidi, Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul karya
Imam Suyuthi. Beberapa faedah mengetahui asbabun nuzul antara lain:
          1. Dapat mengetahui hikmah disyari’atkannya hokum. Imam Al-Wahidi mengatakan,
                    ”Tidak mungkin orang bisa mengetahui tafsir suatu ayat tanpa mengetahui kisah dan
                    penjelasan mengenai turunnya lebih dahulu”.
          2. Kekhususan hukum disebabkan oleh sebab tertentu. Ibnu Taimiyyah mengatakan,
                    ”Mengetahui asbabun nuzul sangat membantu untuk memahami ayat. Sesungguhnya
                    dengan mengetahui sebab akan mendapatkan ilmu musabbab”.
          3. Mengetahui nama orang, dimana ayat diturunkan berkaitan dengannya, dan
                    pemahaman ayat menjadi lebih jelas.
          4. Menghindarkan anggapan menyempitkan dalam memandang hukum yang nampak
                    lahirnya menyempitkan.
                    Ibnu Jarîr meriwayatkan dalam Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âninya(3/94):
                    “Abu Kuraib telah bercerita kepada kami(Ibnu Jarîr), katanya(Abu Kuraib): “Abû
                    Dâwud telah bercerita kepada kami((Abu Kuraib) dari Sufyan dari Ja’far bin Iyas dari
                    Sa’îd bin Jubair dari Ibnu ‘Abbâs, katanya(Ibnu ‘Abbâs): “dahulu mereka tidak mau
                    memberi sebagian kecil hartanya kepada kerabat mereka dari kalangan Musyrikin,
                    lalu turunlah:
ْ ‫ اَ خ ْ  اَ  اَ اَ خ ْ  اَ اوُ  اَ اوُ خ ْ  اَ اَ نِ هَّ هَّ  اَ خ ْ نِ  اَ خ ْ  اَ  اَ اوُ  اَ  اَ اوُ خ ْ نِ اوُ نِ خ ْ  اَ خ ْ ف ٍ  اَ خ ْ اوُ نِ اوُ  اَ  اَ اوُ خ ْ نِ اوُ  اَ نِ خ ْ نِ  اَ  اَ  اَ خ ْ نِ هَّ  اَ  اَ اوُ خ ْ نِ اوُ نِ خ‬
‫ليس عليك هداهم ولكن الل يهد ي من يش اء وم ا تنفقماوا ممن خيمر فألنفسمكمخ ْ ومم ا تنفقماون إال ابتغمم اء وجمه اللم وممم ا تنفقمماوا ممن‬
                              ِ‫ن‬                                                                                                                                                      َ‫ ا‬
٢٧٢) ‫)خيرياوف إليكم وأنتم ال تظلماون‬
     َ‫ اَ خ ْ ف ٍ اوُ  اَ هَّ نِ اَ خ ْ اوُ خ ْ  اَ اَ خ ْ اوُ خ ْ اوُ خ ْ اَ اوُ  ا‬
272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah
yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta
yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri.
dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah.
dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya
dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).
Ketarangan
                    Kata Ibnu Jarîr: “Hadis di atas para rawinya adalah rawi shahih”. Pendapat Ibnu
Jarîr juga dikuatkan kerajihannya dengan Hadis yang dinisbahkan Ibnu Katsîr dalam Tafsîr
al-Qur’ân al-‘Adzîmnya(1/323) kepada: “an-Nasâ’î”. Imâm Jalâludin ash-Suyûthî juga

                                                                                                                       5
menisbahkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya(Bab I, Surat ke-2: al-Baqarah)
kepada: “an-Nasâ’î, al-Hakim, al-Bazzâr, ath-Thabrânî dan Ibnu Abî Hâtim”, yang bersumber
dari Ibnu ‘Abbâs. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadî al-Wadi’î juga menisbahkan dalam ash-
Shahîh al-Musnad min Asbâb an-Nuzûlnya(Surat al-Baqarah, ayat: 272) kepada: “at-
Tirmidzî, al-Haitsamî, adz-Dzahabî dan al-Hâkim”.
   E. Redaksi Sebab Nuzul
       Bentuk redaksi yang menerangkan sebab nuzul itu terkadang berupa pernyataan tegas
mengenai sebab dan terkadang pula berupa pernyataan yang hanya mengandung
kemungkinan mengenainya. Bentuk pertama ialah jika perawi mengatakan : “Sebab nuzul
ayat ini adalah begini”, atau menggunakn fa ta’qibiyah (kira-kira seperti “maka”, yang
menunjukkan urutan peristiwa) yang dirangkaikan dengan kata “turunlah ayat”, sesudah ia
menyebutkan peristiwa atau pertanyaan. Misalnya, ia mengatakan “telah terjadi peristiwa
begini”, atau “Rasulullah ditanya tentang hal begini,m maka turunlah ayat ini.” Dengan
demikian, kedua bentuk di atas merupakan mernyataan yang jelas tentang sebab. Contoh-
contoh untuk kedua hal ini akan kami jelaskan lebih lanjut.
       Bentuk kedua, yaitu redaksi yang boleh jadi menerangkan sebab nuzul atau hanya
sekedar menjelaskan kandungan hukum ayat ialah bila perawi mengatakan: “Ayat ini turun
mengenai ini.” Yang dimaksudkan dengan ungkapan (redaksi) ini terkadang sebab nuzul ayat
dan terkadang pula kandungan hukum ayat tersebut. Demikian juga bila ia mengatakan “Aku
mengira ayat ini turun mengenai soal begini” atau “Aku tidak mengira ayat ini turun kecuali
mengenai hal yang begini.” Dengan bentuk redaksi demikian ini, perawi tidak memastikan
sebab nuzul. Kedua bentuk redaksi tersebut mungkin menunjukkan sebab nuzul dan mungkin
pula menunjukkan yang lain. Contoh pertama ialah apa yang diriwayatkan dari Ibn Umar,
yang mengatakan:
“Ayat istri-istri kamu adalah ibarat tanah tempat kamu bercocok tanam (Al Baqarah [2]:223)
turun berhubungan dengan menggauli istri dari belakang.”
       Contoh kedua ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa Zubair
mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum Ansar yang pernah ikut dalam
Perang Badar bersama Nabi, di hadapan Rasulullah tentang saluran air yang mengalir dari
tempat yang tinggi; keduanya mengaliri kebun kurma masing-masing dari situ. Orang Ansar
berkata: “Biarkan airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka kata Rasulullah: “Airi
kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang Ansar
itu marah, katanya: Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat demikian?”
Wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian ia berkata: “Airi kebunmu Zubair, kemudian
                                              6
tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun tetanggamu.”
Rasulullah dengan keputusan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu
mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada orang
Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang Ansar, ia memenuhi hak Zubair secara
nyata. Maka kata Zubair. “Aku tidak mengira ayat berikut turun mengenai urusan tersebut:
Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga menjadikan kamu
hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.” (An-Nisa’[4]:65).
       Ibn Taimiyah mengatakan: “Ucapan mereka bahwa ‘ayat ini turun mengenai urusan
ini’, terkadang dimaksudkan sebagai penjelasan mengenai sebab nuzul, dan terkadang
dimaksudkan bahwa urusan itu termasuk ke dalam cakupan ayat walaupun tidak ada sebab
nuzulnya. Para ulama’ berselisih pendapat mengenai ucapna sahabat: ‘Ayat ini hadis musnad
seperti kalau dia menyebutkan sesuatu sebab yang karenanya ayat diturunkan ataukah berlaku
sebagai tafsir daripada sahabat itu sendiri dan bukan musnad? Bukhari memasukkanya ke
dalam kategori hadis musnad, sedang yang lain tidak memasukkanya. Dan sebagian besar
hadis musnad itu menurut istilah atau pengertian ini, seperti musnad Ahmad dan yang lain-
lain. Berbeda halnya bila sahabat menyebutkan sesuatu sebab yang sesudahnya diturunkan
ayat. Bila demikian, maka mereka semua memasukkan pernyataan seperti ini ke dalam hadis
musnad. Zarkasyi dalam Al Burhan menyebutkan: “Telah diketahui dari kebiasaan para
sahabat dan tabi’in bahwa apabila salah seorang dari mereka berkata: ‘ Ayat ini utrun
mengenai urusan ini’, maka yang dimaksudkan ialah bahwa ayat itu mengandung hukum
urusan tersebut; bukanya urusan itu sebagai sebab penurunan ayat. Pendapat sahabat ini
termasuk ke dalam jenis penyimpulan hukum dengan ayat, bukan jenis pemberitaan
mengenai suatu kenyataan yang terjadi.”


2.2    Turunnya Surat Al-Qur’an Pertama sampai Terakhir
       Hari pertama turun al-qur’an dan tempatnya.
       A.Para ulama berbeda pendapat tentang surah yang pertama kali turun:
   1. Dikatakan bahwa tertib surah itu tauqifi dan di tangani langsung oleh nabi
       sebagaimana di beitahukan jibril kepadanya atas perintah tuhan. Dengan demikian,
       Qur’an pada masa nabi telah tersusun surah-surahnya secara terib sebagaimana terib
       ayat-ayat nya, seperti yang ada di tangan kita saat ini, yaitu mushaf usman yang tidak
       ada seorang sahabat pun menentangnya, ini telah menunjukan terjadi kesepakatan(
       ijma) atas tertib surah, tanpa suatu perselisihan apapun.


                                               7
Yang mendukung pendapat ini ialah, bahwa Rasulilloh telah membaca beberapa               surah
secara tertib di dalam salat nya, ibn abi syaibah meriwayatkan bahwa nabi pernah membaca
beberapa surah mufassal (surah-surah pendek) dalam satu rokaat.
Telah di riwayatkan melalui iBn wahab berkata “aku mendengar Rabi’ah di tanya orang,
‘mengapa surah baqarah dan ali imron di dahulukan , padahal sebelum kedua surah itu telah
di turunkan delapan puluh sekian surah makki, sedang keduanya di turunkan di madinah” ia
menjawab: kedua surah itu memang di dahulukan dan Qur’an di kumpulkan menurut
pengetahuan dari oraang yang mengumpulkannya. ‘kemudian katanya: ini adalah sesuatu
yang mesti terjadi dan tidak perlu di pertanyakan.
   2. Dikatakan bahwa tertib surah berdasarkan para ijtihad para sahabat, mengingat
       adanya perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka, misalnya mushaf ali
       disusun menurut tertib nuzul yakni dimulai dengan iqra’, kemuin mudatsir lalu nun ,
       Qalam kemudian muzammil, dan seterus nya hingga akhir surah makki dan madani.

   3. Dikatakan bahwa sebagaian         surah       itu terbitnya tauqifi dan sebagian lain nya
       berdasarkan ijtihad para sahabat, hal ini karna terdapat dalil yang menunjukan tertib
       sebagian surah pada masa nabi. Misalnya, keterangan yang mnunjukan tertib as-
       sab’ut tiwal dan al-mufassol pada masa hidup Rasululloh.

Di riwayatkan,
Bahwa Rasululloh berkata:bacalah olehmu dua surah yang bercahaya, baqarah dan ali’imran
Di riwayatkan lagi:
Bahwa jika hendak pergi ke tempat tidur, Rasululloh mengumpulkan kedua telapak
tangannya kemudian meniup lalu membaca Qul huwallohhua ahad dan mu’awwidzatain.
       Dengan demikian, tetaplah tertib bahwa surah-surah itu bersifat taufiqqi, seperti
halnya tertib ayat-aat Abu Bakar ibnu hambali menyebutan: “alloh telah menurunkan Qur’an
seluruhnya ke langit dunia, kemudin ia menurunkan nya secara berangsur-angsur selam dua
puluh sekian tahun. Sebuah surat turun karena suatu urusan yang terjadi dan ayat pun turun
sebagai jawaban bagi orang yang bertanya, sedangkan jibril senantiasa memberi tahukan
kepada nabi dimana surah dan ayat tersebut harus di tempatkan. Dengan demikian susunan
surah-surah, seperti halnya susunan ayat-ayat dan logat-logat al-qur’an, seluruhnya berasal
dari nabi, oleh karena itu barang siapa mendahulukan sesuatu surah atau mengakhirkannya,
ia telah merusak tatanan al – quran.
              B. Ayat yang terakhir turunya
                 Ayat yang pengabisan turunnya menurut pendapat jumhur ialah:

                                                8
Surah al-ma’idah yang artinya;pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu
           dan aku telah cukupkan untukmu nikmat ku dan telah aku pilih islam menjadi agama
           mu.
                  Apa yang kami terangkan ini adalah pendapat yang masyhur dalam msyarakat.
           Dan pndapat ini memberi pengertian bahwa akhit turun al-Quran, ialah pada hari
           arafah. Menurut sebagian ahli, bahwa ayat yang tersebut di atas ini turun di arafah.
           Dan di antara hari arafah dengan wafat rasul masih lama lagi yaitu 81 malam.
           Al-kirmani dalam al-burhan mengatakan: tertib surah seperti kita kenal sekarang ini
adalah menurut alloh pada lauh mahfud, Qur’an sudah meniru tartib ini , dan menurut tertib
ini pula nabi membacakan di hadapan jibril setiap tahun apa yang di kumpulkannya dari
jibril itu, nabi membacakan di hadapan jibril menurut tertib ini pada tahun kewafatanya
sebanyak dua kali. Dan ayat yang terakhir kali turun ialah surah al-bqorah ayat 281: dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi) hari yang pada waktu itu semua dikembalikan
pada alloh. Lalu jibril memerintahkan kepadanya untuk meletakan ayat ini di antara ayat riba
dan ayat tentang utang-piutang.
Surah-surah Al-Qur’an itu ada empat bagian:
           1) At-tiwal

           2) Al-mi’un

           3) Al-masani

           4) Al-mufassJumlah surah al-Qur’an ada 114 surah. Dan di katakan pula 113, karena
              surah anfal dan bara’ah dianggap satu surah, adapun jumlah ayat nyasebanyak
              6.200.ayat terpanjang adalah ayat tentang utang-piuang, sedang surah terpanjang
              adalah surah al-baqarah.

2.3 Pengumpulan Al-Qur’an
           Yang dimaksud dengan pengumpulan Al-qur’an menurut Ulama’ ada 2 pengertian.
Pertama, mengumpulkan dengan arti menghafal. Kedua, pengumpulan Al-qur’an pada
tulisan.
           A. Pengumpulan al-Qur’an dalam dada (menghafal)

Al-qur’an diturunkan kepada nabi yang ummy. Otomatis,maka himmah nabi hanya
tercurahkan untuk menghafal dan melahirkannya, agar ia dapat dihafal sebagaimana
diturunkan kepadanya. Lantas beliau membacakannya kepada manusia agar mereka dapat

                                                 9
seorang buta huruf berpegang kepada orang yang hafal dan mengingatnya. Karena dia tidak
sifat kekhususannya yaitu memiliki daya ingat yang kuat serta cepat menghafal, bahkan
hatinya begitu terbuka. Orang-orang arab biasa membuat ratusan ribu syair,sedikit sekali
diantara mereka yang tidak bisa berhitung atau mengetahui rentetan nasab,atau tidak hafal
syair-syair yang digantung yang sulit menghafalnya.kemudian datang Al-qur’an yang
ternyata   dengan   kuatnya   penjelasan   kehebatan    hokum-hukum      serta   kehebatan
kerajaannya,dapat mengalahkan syair-syair mereka bahkan mampu mengalahkan akal dan
pikiran mereka,sehingga mereka mengalihkan perhatiannya kepeda kitab mulia itu karena
mereka telah menemukan cahaya kehidupan didalam Al-qur’an.
       Usaha keras Nabi untuk menghafal Al-qur’an terbukti setiap malam beliau membaca
Al-qur’an dalam sholat sebagai ibadah membaca dan merenungkan maknanya maka tidak
heran jika Rosulullah menjadi sayyid para huffazh.hatinya yang mulia itu penuh dengan Al-
qur’an.beliau jadi tempat bertanya bagi setiap kaum muslimin yang kesulitan tentang Al-
qur’an.demikiam pula para sahabat.mereka selalu berlomba-lomba membaca dan
mempelajari Al-qur’an mereka mencurahkan segala kemampuan untuk membaca dan
menghafalkannya mereka mengajarkannya pada para istri dan anak-anak mereka.
       B. Pengumpulan al-Qur’an pada tulisan
       Keistimewaan kedua untuk Al-qur’an adalah pengumpulan dan penulisannya pada
lembaran-lembaran para penulis adalah orang-orang pilihan diantara sahabat.rasulullah
memilih mereka yang telah terbukti ketakwaannya.diantara mereka adalah Zaid bin
Tsabit,Ubay bin Ka’ab,Mu’adz bin Jabal,Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Khulafaur
Rasyidin,dan yang lain dari golongan sahabat.Cara penulisan Al-Qur’an oleh mereka yaitu
dengan menuliskan Al-qur’an pada pelepah kurma,pohon,daun,kulit,tulang dan lain-lain.
       C. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar
       Setelah wafatnya Rosullah Abu Bakar menduduki kursi kholifah dan menghadapkan
perhatiannya kepada peristiwa-peristiwa besar pada masa itu murtadnya sebagian orang arab.
Maka dia menyediakan pasukan-pasukan untuk menghadapi orang-orang murtad ini.
Peperangan yang dilakukan terhadap penduduk yaman pada tahun kedua belas hijrah. Disini
berkumpul sejumlah besar sahabat yang qari Al-qur’an. Dalam peperangan ini syahid tujuh
puluh orang sahabat yang qari Al-quran, melihat hal yang demikian ini maka umar bin
khattab merasa khawatir dia dating dating abu bakar membicarakan agar supaya Al-quran ini
di kumpulkan dan di tulis dikhawatirkan akan tersia-sia karena banyaknya ahli qiraat yang
terbunuh dalm pertempuran di Yamamah tersebut.
       D. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Ustman
                                           10
Latar belakang pengumpulan Al-quran pada masa utsman tidak sebagaimana sebab
yang melatarbelakangi pengumpulan Al-quran pada masa Abu bakar. Pada masa Ustman ini
islam telah tersebar luas. Kaum muslimin hidup berpencar diberbagai penjuru kota maupun
pelosok. Di setiap kampun terkenal qiraah sahabat yang mengajarkan Al-quran kepada
penduduk kampung itu, penduduk syam memakai qiraah Ubai bin kaab sedangkan penduduk
kufah menggunakan qiraah Abdullah bin mas’ud yang lainnya lagi memakai qiraah Abu
musa Al-asy’ari maka timbul perbedaan bentuk qiraah di kalangan mereka sehingga
membawa pada pertentangan dan perpecahan diantara mereka bahkan terjadi sebagian
mereka mengkafirkan sebagian yang lain. Berita itu sampai kepada Ustman, krmudian beliau
berfikir dan merencanakan untuk membendung sebelum kegilaan itu meluas, kemudian
beliau mengumpulkan para sahabat yang alim dan jenius serta mereka yang terkenal pandai
memadamkan dan meredakan fitnah dan persengketaan itu. Mereka bersepakat untuk
membuat mushaf yang banyak dan membagikannya ke setiap pelosok dan kota sekaligus
memrintahkan manusia membakar selain mushaf itu sehingga tidak ada lagi lorong yang
nmenjerumuskan mereka ke persengketaan.
       E. Perbedaan pengumpulan Al-Qur’an oleh Abu Bakar dan oleh Ustman
       Dari uraian di atas kita dapat membedakan yang di lakukan oleh kdua khalifah
tersebut itu. Pengumpulan Al-quran pada masa Abu bakar adalah memindahkan ayat-ayat al-
quran dari pelepah kurma, kulit dan lainnya kdalam satu mushaf. Sementara sebab
pengumpulannya adalah karena gugurnya para huffazh sedangkan pengumpulan Al-quran
pada masa Ustman adalah sekedar memperbanyak salinan mushaf yang telah dikumpulkan
pada masa Abu bakar untk dikirimkan ke berbagai wilayah islam. Adapun sebab
pengumpulan Al-quran adalah terjadinya perbedaan qiraah dalam membaca Al-quran.
       F. Pedoman yang amat tepat dalam pengumpulan al-Quran
       Dalam pedomannya proses pengumpulan al-Quran suatu metode yang dianggap
paling tepat ada dua yaitu sebagai berikut;
       1. Sesuatu yang telah di hafal oleh para sahabat

       2. Sesuatu yang telah ditulis dihadapan rasulullah.

2.5    Definisi Ilmu Makky dan Madany
       Ilmu Makiyy wal Madany adalah ilmu yang membahas tentang surat-surat dan ayat-
ayat yang diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan di Madinah.
       Di kalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar yang untuk menentukan
Makiyyah atau Madaniyah suatu surat atau ayat.

                                              11
A.      Ciri-ciri khas Surat Makkiyah
        Sesuai dengan dhabit qiasi yang telah ditetapkan,maka cirri-ciri khas untuk surat
Makkiyah ada 2 macam:
        a.Cirri-ciri khas yang bersifat qath’I bagi surat Makkiyah ada 6. Sebagai berikut
     1. Setiap surat yang terdapat ayat sadjah di dalamnya,adalah surat Makkiyah. Sebagian
        ulama mengatakan,bahwa jumlah ayat sajdah ada 16 ayat.

     2. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata “kalla”adalah Makkiyah.

     3. Setiap surat yang terdapat di dalamnya lafal:         dan tidak ada
                       ,adalah makkiyah,kecuali surat al-Hajj. Surat al-Hajj ini sekalipun pada
        ayat 77 terdapat              Tetapai surat ini tetap dipandang Makkiyah.

     4. Setiap surat yang terdapat kisah-kisah Nabi dan umat manusia yang terdahulu,adalah
        Makkiyah,kecuali surat al-Baqarah.

     5. Setiap surat yang terdapat di dalamnya kisah Nabi Adam dan iblis adalah
        makkiyah,kecuali surat al-Baqarah.

     6. Setiap surat yang di dahului dengan hurup Tahajji (hurup abjad),adalah
        Makkiyah,kecuali surat al-Baqarah dan Ali Imran.

        Yang dimaksud dengan huruf Tahajji, misalnya: ………………. .,……………….
        Tentang surat al-Ra’du masih dipermasalahkan,tetapi menurut pendapat yang lebih
kuat, bahwa saurat al-Ra’du itu Makkiyah, karena melihat gaya bahasa dan kandungannya.
Karena cirri diatas dengan beberapa pengecualian merupakan cirri-ciri yang qath’i bagi surat
Makkiyah, yang tepat benar penerapannya.


        b.Ciri-ciri Khas yang bersifat Aghlabi bagi Surat Makkiyah
        Ada beberapa cirri khas lagi bagi surat Makkiyah,tetapi hanya bersifat Aghlabi,
artinya pada umumnya cirri tersebut menunjukan Makkiyah,yaitu:
     1. Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek (ijaz),nada perkataannya keras dan agak
        bersanjak.

     2. Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah dan hari Kiamat dan
        menggambarkan keadaan Surga dan Neraka.

     3. Mengajak manusia untuk berakhlak yang mulia dan berjalan diatas jalan yang baik.

                                               12
4. Membantah orang-orang yang Musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan
        kepercayaan dan perbuatannya.

     5. Terdapat banyak lafal sumpah.

B.      Ciri-ciri khas bagi surat Madaniyah
Ciri-ciri khas yang membedakan antara surat Madaniyah dan Makkiyah ada yang bersifat
Qath’I dan ada yang bersifat Aghlabi.
        a.Ciri-ciri surat Madaniyah yang bersifat qath’I adalah sebagai berikut :
     1. Setiap surat yang mengandung izin berjihad atau menyebut hal perang dan
        menjelaskan hukum-hukumnya,adalah Madaniyah.

     2. Setiap surat yang memuat penjelasan secara rinci tentang hukum pidana,faraid,hak-
        hak perdata,peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata,kemasyarakatan
        dan kenegaraan adalah Madaniyah.

     3. Setiap surat yang menyinggung hal ikhwal orang-orang munafik,adalah Madaniyah,
        kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di Mekkah, hanya sebelas ayat yang
        pertama dari surat al-Ankabut ini adalah Madaniyah, dan ayat-ayat tersebut
        menjelaskan perihal orang-orang munafik.

     4. Setiap surat yang membantah kepercayaan/pendirian/tata cara keagamaan Ahlul Kitap
        (Kristen dan Yahudi) yang dipandang salah, dan mengajak mereka agar tidak
        berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya,adalah Madaniyah. Seperti surat al-
        Baqarah,Ali-Imran,al-Ni’sa,al-Maidah dan al-Taubat.

        b. Adapun ciri-ciri khas yang bersifat Aghlabi untuk Madaniyah antara lain:
        1. Sebagaian surat-suratnya panjang-panjang,sebagian ayat-ayatnya pun panjang-
           panjang dan gaya bahasanya pun cukup jelas di dalam menerangkan hukum-
           hukum agama.

        2. Menerangkan secara rinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikat-
           hakikat keagamaan.




                                               13
BAB III
                                       PENUTUP


3.1 Kesimpulan
       Dari uraian diatas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwasannya al Quran mengandung
banyak nilai-nilai kehidupan maka dari itu kita patutlah mempelajarinya. Al Qur’an sebagai
mukjizat yang di anugrahkan kepada nabi Muhammad adalah salah satu kitap Allah yang
paling sempurna diantara kitap suci yang lain. Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad
melalui beberapa cara yang mana dalam penurunan Al-Quran itu sendiri diberikan secara
berangsur-angsur atau bertahap. Di dalam penurunan al-Quran terjadi di dua kota pusat Islam
pada zaman dahulu, kota itu adalah Mekkah dan Madinah dan dari kedua kota tersebut al
Quran memiliki cirri-ciri tersendiri dalam bahasanya karena hal itulah disebut Makkiyah
surat Quran yang turun di Mekkah dan Madaniyah surat Quran yang turun di Madinah.
       Turunnya al Quran kita kenal dengan istilah nuzulul Quran yang sebagaian orang
besar di peringati pada tanggal 17 bulan Ramadhan. Sebagai kalamullah sudah sepantasnya
lah kita mencintai,memelihara,mempelajari segala nilai-nilai yang terdapat pada Al-Quran
tersebut dengan sebaik mungkin,    salah satu wujud bahwa kita mencintai al Quran dengan
cara banyak membaca Al-Quraana serta mengamalkan nilai yang ada di dalamnya. Maka
untuk itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk memahami apa yang terkandung dalam
al Quran sebagai kitap suci kita yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad.




                                            14
DAFTAR PUSTAKA


www.pesantrenvirtual.com
www.memo-muslim.co.cc
www.muslim.or.id
www.voa-islam.com




                                 15

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitianpycnat
 
Teknik pengumpulan data penelitian kualitatif
Teknik pengumpulan data penelitian kualitatifTeknik pengumpulan data penelitian kualitatif
Teknik pengumpulan data penelitian kualitatifAun Falestien Faletehan
 
PROPOSAL SEMINAR
PROPOSAL SEMINARPROPOSAL SEMINAR
PROPOSAL SEMINARNurulilmhy
 
Penelitian menurut metode historis
Penelitian menurut metode historisPenelitian menurut metode historis
Penelitian menurut metode historisKepli Mancs
 
6 kumpul-abstrak-ing-s2-1
6 kumpul-abstrak-ing-s2-16 kumpul-abstrak-ing-s2-1
6 kumpul-abstrak-ing-s2-1Ubay Siernine
 
Kutipan dan Cara Menulis Kutipan
Kutipan dan Cara Menulis KutipanKutipan dan Cara Menulis Kutipan
Kutipan dan Cara Menulis Kutipantiharum
 
Power point sidang skripsi
Power point sidang skripsiPower point sidang skripsi
Power point sidang skripsiYunitha Rahmah
 
Hasil survei kepuasan kualitas lingkungan kampus
Hasil survei kepuasan  kualitas lingkungan kampusHasil survei kepuasan  kualitas lingkungan kampus
Hasil survei kepuasan kualitas lingkungan kampusKutsiyatinMSi
 
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah Mada
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah MadaSlide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah Mada
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah MadaHendy Mustiko Aji
 
Synchronous & Asynchronous Learning
Synchronous & Asynchronous LearningSynchronous & Asynchronous Learning
Synchronous & Asynchronous LearningUwes Chaeruman
 
makalah metode analisis
makalah metode analisismakalah metode analisis
makalah metode analisisdianlutfiahis
 
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMACONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMAFaza Zahrah
 

La actualidad más candente (20)

Jurnal lengkap
Jurnal lengkapJurnal lengkap
Jurnal lengkap
 
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
 
Teknik pengumpulan data penelitian kualitatif
Teknik pengumpulan data penelitian kualitatifTeknik pengumpulan data penelitian kualitatif
Teknik pengumpulan data penelitian kualitatif
 
PROPOSAL SEMINAR
PROPOSAL SEMINARPROPOSAL SEMINAR
PROPOSAL SEMINAR
 
Penelitian menurut metode historis
Penelitian menurut metode historisPenelitian menurut metode historis
Penelitian menurut metode historis
 
6 kumpul-abstrak-ing-s2-1
6 kumpul-abstrak-ing-s2-16 kumpul-abstrak-ing-s2-1
6 kumpul-abstrak-ing-s2-1
 
Kutipan dan Cara Menulis Kutipan
Kutipan dan Cara Menulis KutipanKutipan dan Cara Menulis Kutipan
Kutipan dan Cara Menulis Kutipan
 
Instrumen penelitian
Instrumen penelitianInstrumen penelitian
Instrumen penelitian
 
Power point sidang skripsi
Power point sidang skripsiPower point sidang skripsi
Power point sidang skripsi
 
Penelitian Studi Kasus
Penelitian Studi KasusPenelitian Studi Kasus
Penelitian Studi Kasus
 
Study kasus
Study kasusStudy kasus
Study kasus
 
Hasil survei kepuasan kualitas lingkungan kampus
Hasil survei kepuasan  kualitas lingkungan kampusHasil survei kepuasan  kualitas lingkungan kampus
Hasil survei kepuasan kualitas lingkungan kampus
 
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah Mada
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah MadaSlide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah Mada
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah Mada
 
Synchronous & Asynchronous Learning
Synchronous & Asynchronous LearningSynchronous & Asynchronous Learning
Synchronous & Asynchronous Learning
 
makalah metode analisis
makalah metode analisismakalah metode analisis
makalah metode analisis
 
Analisis swot jadi yunita
Analisis swot jadi yunitaAnalisis swot jadi yunita
Analisis swot jadi yunita
 
4 ESAI POLITIK
4 ESAI POLITIK4 ESAI POLITIK
4 ESAI POLITIK
 
Studi kepustakaan
Studi kepustakaanStudi kepustakaan
Studi kepustakaan
 
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMACONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
 
130313 spiral of silence
130313 spiral of silence130313 spiral of silence
130313 spiral of silence
 

Similar a Makalah nuzulul quran

Similar a Makalah nuzulul quran (20)

asbab an-nuzul
asbab an-nuzulasbab an-nuzul
asbab an-nuzul
 
Makalah Ulumul Qur'an
Makalah Ulumul Qur'anMakalah Ulumul Qur'an
Makalah Ulumul Qur'an
 
Makalah ulumul
Makalah ulumulMakalah ulumul
Makalah ulumul
 
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
 
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
 
Asbabun Nuzul
Asbabun NuzulAsbabun Nuzul
Asbabun Nuzul
 
Asbab al nuzul
Asbab al nuzulAsbab al nuzul
Asbab al nuzul
 
Makalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'anMakalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'an
 
ASBAB AN-NUZUL
ASBAB AN-NUZULASBAB AN-NUZUL
ASBAB AN-NUZUL
 
Overview Studi Al-Qur'an (SMT I)
Overview Studi Al-Qur'an (SMT I)Overview Studi Al-Qur'an (SMT I)
Overview Studi Al-Qur'an (SMT I)
 
iain lhokseumawe- makalah ulumul al-qur'an
iain lhokseumawe- makalah ulumul al-qur'an iain lhokseumawe- makalah ulumul al-qur'an
iain lhokseumawe- makalah ulumul al-qur'an
 
Sebab nuzul
Sebab nuzulSebab nuzul
Sebab nuzul
 
Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)
 
Makalah SEJARAH NUZULUL QUR’AN
Makalah SEJARAH NUZULUL QUR’ANMakalah SEJARAH NUZULUL QUR’AN
Makalah SEJARAH NUZULUL QUR’AN
 
AL - QUR'AN.pptx
AL - QUR'AN.pptxAL - QUR'AN.pptx
AL - QUR'AN.pptx
 
Sejarah turunnya al qur'an
Sejarah turunnya al qur'anSejarah turunnya al qur'an
Sejarah turunnya al qur'an
 
Materi al quran 1
Materi al quran 1Materi al quran 1
Materi al quran 1
 
MAKALAH AL-QUR'AN.docx
MAKALAH AL-QUR'AN.docxMAKALAH AL-QUR'AN.docx
MAKALAH AL-QUR'AN.docx
 
Ilmu nuzul al qur'an
Ilmu nuzul al qur'anIlmu nuzul al qur'an
Ilmu nuzul al qur'an
 
Studi Pendidikan Al-Qur'an.docx
Studi Pendidikan Al-Qur'an.docxStudi Pendidikan Al-Qur'an.docx
Studi Pendidikan Al-Qur'an.docx
 

Último

Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)ErnestBeardly1
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024GilbertFibriyantAdan
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHerman022
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEIGilbertFibriyantAdan
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024milliantefraim
 
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxPutrielza1
 

Último (7)

Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
 

Makalah nuzulul quran

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al quran adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Al Quran sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya. Sebagaimana dalam perjalanan pembukuan al Quran yang banyak mengalami hambatan sampai banyaknya para penghafal al quran yang meninggal, maka dalam proses aplikasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga sangat banyak kendalanya. Kita mengenal turunnya al quran sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17 Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Quran yaitu hari turunnya al Quran. Dalam penurunan al Quran terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah disebut dengan surat Madaniyah. Dan juga dalam pembedaan itu terjadi banyak perbedaan antara para ahli Quran apakah ini surat Makkiyah atau surat Madaniyah. Maka dari permasal;ahan diatas tercetus dalam benak kami ingin mengulas tentang Nuzulul Quran sejarah turunnya Al- Quran. Maka untuk itu pertanyaan ini akan mengantarkan pembahasan kami tentang turunnya al-Quran. 1.2 Rumusan Masalah 1. Asbabul Nuzul Al-Qur’an ? 2. Turunnya Al-Qur’an surat pertama sampai terakhir ? 3. Perjalanan pembukuan Al-Qur’an ? 4. Ilmu Makkiyah dan Madaniyah ? 1.3 Tujuan 1. Dasar pengetahuan baru dalam sejarah Islam 2. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Studi Qur’an 3. Sebagai langkah awal dalam memahami seluk beluk turunnya Al-Qur’an 4. Sebagai salah satu sarana penunjang dalam proses belajar mengajar 5. Sebagai sarana telaah pendidikan 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Asbabul Nuzul Al-Qur’an Al-quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang di dasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalahnya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian- kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang. Sebagian besar Quran pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Quran turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang dinamakan asbabul nuzul. A. Perhatian para ulama terhadap Asbabun Nuzul Para penyelidik ilmu-ilmu Quran menaruh perhatian besar terhadap pengetahuan tentang Asbabun Nuzul. Untuk menafsirkan Quran ilmu ini diperlukan sekali, sehingga ada pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan mengenai bidang itu. Yang terkenal diantaranya ialah Ali bin Madini, guru Imam bukhari, kemudian al-Wahidi dalam kitabnya Asbabun Nuzul, kemudian al-jabari yang meringkaskan kitab al-wahidi dengan menghilangkan isnad-isandnya, tanpa menambahkan sesuatu. Menyusul Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang satu kitab mengenai Asbabun Nuzul, satu juz dari naskah kitab ini didapatkan oleh As-suyuti, tetapi ia tidak dapat menemukan seluruhnya, kemudian As-suyuti yang mengatakan tentang dirinya: dalam hal ini, aku telah mengarang satu kitab lengkap, singkat dan sangat baik serta dalam bidang ilmu belum ada dalam satu kitab pun dapat menyamainya. Kitab ini dinamakan libabul manqul fi asbabin nuzul. B. Pedoman mengetahui Asbabun Nuzul Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui Asbabun Nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari riwayat Rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pemberitahuan seorang sahabat mengenai hal seperti ini, maka hal itu bukan sekedar pendapat (ra’yi) tetapi ia mempunyai hukum marfu’ (disandarkan pada Rasulullah). Al-wahidi mengatakan : tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab Al-Quran kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam 2
  • 3. mencarinya. Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama salaf. Mereka amat berhati-hati untuk mengatakan sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas. Muhammad bin sirin mengatakan : ketika kutanyakan kepada Ubaidah mengenai satu ayat Al-Quran. Di jawabnya bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar orang-orang yang mengetahui mengenai apa Al-Quran itu diturunkan telah meninggal. Maksudnya, para sahabat. Apabila seorang tokoh ulama macam ibn sirin, yang termasuk tokoh tabiin terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai riwayat dan kata-kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan orang harus mengetahui dengan benar asbabun nuzul tersebut. Oleh karena itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul. As-suyuti berpendapat bahwa bial ucapan para tabiin menunjukkan secara jelas bahwa asbabun nuzul, maka ucapan itu dapat diterima. Dan mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabiin itu benar dan itu dan ia termasuk salah seorang imam tafsir yang mengambil ilmunya dari para sahabat, seperti mujahid, Ikrimah dan said bin jubair serta didukung oleh hadis mursal lain. Al-wahidi telah menetang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh ia pendusta dan mengingatkan mereka atas ancaman berat, dengan mengatakan : sekarang, setiap orang suka mengada-ngada dan berbuat dusta. Ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat. C. Definisi Sebab Nuzul Setelah diselidiki, sebab turunnya sesuatu ayat itu berkisar pada dua hal: 1. Bila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Quran mengenai peristiwa itu. Hal itu seperti diriwayatkan dari ibn Abbas, yang mengatakan, ketika turun : dan peringatkanlah kerabat-kerabatmu yang terdekat, Nabi pergi dan naik ke bukit safa, lalu berseru: wahai kaumku! Maka mereka berkumpul ke dekat nabi. Ia berkata lagi bagaimana pendapatmu bila aku beritahukan kepadamu bahwa dibalik gunung ini ada sepasukan berkuda yang hendak menyerangmu, percayakah kamu apa yang kukatakan? Mereka menjawab: Kami belum pernah melihat engkau berdusta. Dan nabi melanjutkan: Aku memperingatkan kamu tentang siksa yang pedih. Ketika itu Abu Lahab lalu berkata. Celakalah engkau: apakah engkau mengumpulkan kami hanya untuk urusan ini? Lalu ia berdiri maka turunlah ayat ini: celakalah kedua tangan Abu Lahab 2. Bila Rasullah ditanya tentang suatu hal, maka turunlah ayat Al-Quran yang mengenai hukum terebut. Hal itu seperti khaulah binti salabah dikenakan zihar oleh suaminya, aus bin 3
  • 4. samit. Lalu ia datang kepada Rasulullah mengadukan hal tersebut. Aisah berkata: maha suci Allah yang pendengarannya meliputi segalanya. Aku mendear ucapa khaulah binti salabah.sekalipun tidak seluruhnya, ia mengadukan suaminya kepada Rasulullah katanya: Rasulullah suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku mengandung karenanya, sekarang, setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi, ia menjatuhkan zihar kepadaku! Ya Allah sesunggauhnya aku mengadu kepadamu. Aisyah berkata: tiba-tiba jibril turun membawa ayat-ayat ini: Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamua tentang suaminya. Yakni aus bin samit. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mencari sebab turunnya setiap ayat, karena tidak semua ayat Al-Qur’an diturunkan karena timbul suatuperistiwa dan kejadian, atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada diantara ayat Al-Quran yang diturunkan sebagai permulaan, tanpa sebab mengenai akidah, iman, kewajiban Islam dan syariat Allah dalam kehidupan pribadi dan sosial. Al-jabari menyebutkan: Al-Quran ditrunkan dalam dua kategori, yang tirun tanpa sebab, dan yang turun karena suatu peristiwa atau pertanyaan. Oleh sebab itu, maka Asbabun nuzul di definisikan sebagai sesuatu hal yang karenanya Al-Quran diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hari itu terjadi, baik berupa peristiawa maupun pertanyaan. Rasanya suatu hal yang berlebihan bila kita memperluas pengertian asbabun nuzul dengan membentuknya dari berita-berita tentang generasi terdahulu dan peristiwa-peristiwa masa lalu. As-suyuti dan orang-orang yang banyak memperhatikan Asbabun Nuzul mengatakan bahwa ayat itu tidak turun disaat-saat terjadinya sebab. Ia mengatakan demikian itu karena hendak atau membatalkan apa yang dikatakan oleh wahidi dalam menafsirkan suah Al-Fiil, bahwa sebab turun surat tersebut adlah kisah datangnya orang-orang habsyah. Kisah ini sebenarnya sedikit pun tidak termasuk asbabun nuzul. Melainkan termasuk kategori berita peristiwa masa lalu, seperti halnya kisah kaum nabi Nuh, kaum samud, pembangunan ka’bah dan lain-lain yang serupa itu. Demikian pula mengenai ayat dan Allah telah mengambil Ibrahim menjadi kesayangannya, Asbabun nuzulnya adalah karena Ibrahim dijadikan kesayangan Allah. Seperti sudah di ketahui, hal itu sedikit pun tidak termasuk kedalam Asbabun Nuzul D. Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul Ketika seseorang mengalami kesukaran memahami makna sesuatu ayat al-Quran, ke manakah mereka akan merujuk? Berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah, beliau “mengetahui sebab turunnya ayat-ayat al-Quran akan membantu seseorang itu memahami kandungan makna dan kejelasan maksud ayat-ayat tersebut. Mengetahui asbabun nuzul sangat besar 4
  • 5. pengaruhnya dalam memahami makna ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama sangat berhati-hati dalam memahami asbabun nuzul, sehingga banyak ulama yang menulis tentang itu. Diantara kitab termasyhur yang membahas tentang asbabun nuzul adalah; Asbabun Nuzul, karya Imam Al-Wahidi, Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul karya Imam Suyuthi. Beberapa faedah mengetahui asbabun nuzul antara lain: 1. Dapat mengetahui hikmah disyari’atkannya hokum. Imam Al-Wahidi mengatakan, ”Tidak mungkin orang bisa mengetahui tafsir suatu ayat tanpa mengetahui kisah dan penjelasan mengenai turunnya lebih dahulu”. 2. Kekhususan hukum disebabkan oleh sebab tertentu. Ibnu Taimiyyah mengatakan, ”Mengetahui asbabun nuzul sangat membantu untuk memahami ayat. Sesungguhnya dengan mengetahui sebab akan mendapatkan ilmu musabbab”. 3. Mengetahui nama orang, dimana ayat diturunkan berkaitan dengannya, dan pemahaman ayat menjadi lebih jelas. 4. Menghindarkan anggapan menyempitkan dalam memandang hukum yang nampak lahirnya menyempitkan. Ibnu Jarîr meriwayatkan dalam Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âninya(3/94): “Abu Kuraib telah bercerita kepada kami(Ibnu Jarîr), katanya(Abu Kuraib): “Abû Dâwud telah bercerita kepada kami((Abu Kuraib) dari Sufyan dari Ja’far bin Iyas dari Sa’îd bin Jubair dari Ibnu ‘Abbâs, katanya(Ibnu ‘Abbâs): “dahulu mereka tidak mau memberi sebagian kecil hartanya kepada kerabat mereka dari kalangan Musyrikin, lalu turunlah: ْ ‫ اَ خ ْ اَ اَ اَ خ ْ اَ اوُ اَ اوُ خ ْ اَ اَ نِ هَّ هَّ اَ خ ْ نِ اَ خ ْ اَ اَ اوُ اَ اَ اوُ خ ْ نِ اوُ نِ خ ْ اَ خ ْ ف ٍ اَ خ ْ اوُ نِ اوُ اَ اَ اوُ خ ْ نِ اوُ اَ نِ خ ْ نِ اَ اَ اَ خ ْ نِ هَّ اَ اَ اوُ خ ْ نِ اوُ نِ خ‬ ‫ليس عليك هداهم ولكن الل يهد ي من يش اء وم ا تنفقماوا ممن خيمر فألنفسمكمخ ْ ومم ا تنفقماون إال ابتغمم اء وجمه اللم وممم ا تنفقمماوا ممن‬ ِ‫ن‬ َ‫ ا‬ ٢٧٢) ‫)خيرياوف إليكم وأنتم ال تظلماون‬ َ‫ اَ خ ْ ف ٍ اوُ اَ هَّ نِ اَ خ ْ اوُ خ ْ اَ اَ خ ْ اوُ خ ْ اوُ خ ْ اَ اوُ ا‬ 272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). Ketarangan Kata Ibnu Jarîr: “Hadis di atas para rawinya adalah rawi shahih”. Pendapat Ibnu Jarîr juga dikuatkan kerajihannya dengan Hadis yang dinisbahkan Ibnu Katsîr dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adzîmnya(1/323) kepada: “an-Nasâ’î”. Imâm Jalâludin ash-Suyûthî juga 5
  • 6. menisbahkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya(Bab I, Surat ke-2: al-Baqarah) kepada: “an-Nasâ’î, al-Hakim, al-Bazzâr, ath-Thabrânî dan Ibnu Abî Hâtim”, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbâs. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadî al-Wadi’î juga menisbahkan dalam ash- Shahîh al-Musnad min Asbâb an-Nuzûlnya(Surat al-Baqarah, ayat: 272) kepada: “at- Tirmidzî, al-Haitsamî, adz-Dzahabî dan al-Hâkim”. E. Redaksi Sebab Nuzul Bentuk redaksi yang menerangkan sebab nuzul itu terkadang berupa pernyataan tegas mengenai sebab dan terkadang pula berupa pernyataan yang hanya mengandung kemungkinan mengenainya. Bentuk pertama ialah jika perawi mengatakan : “Sebab nuzul ayat ini adalah begini”, atau menggunakn fa ta’qibiyah (kira-kira seperti “maka”, yang menunjukkan urutan peristiwa) yang dirangkaikan dengan kata “turunlah ayat”, sesudah ia menyebutkan peristiwa atau pertanyaan. Misalnya, ia mengatakan “telah terjadi peristiwa begini”, atau “Rasulullah ditanya tentang hal begini,m maka turunlah ayat ini.” Dengan demikian, kedua bentuk di atas merupakan mernyataan yang jelas tentang sebab. Contoh- contoh untuk kedua hal ini akan kami jelaskan lebih lanjut. Bentuk kedua, yaitu redaksi yang boleh jadi menerangkan sebab nuzul atau hanya sekedar menjelaskan kandungan hukum ayat ialah bila perawi mengatakan: “Ayat ini turun mengenai ini.” Yang dimaksudkan dengan ungkapan (redaksi) ini terkadang sebab nuzul ayat dan terkadang pula kandungan hukum ayat tersebut. Demikian juga bila ia mengatakan “Aku mengira ayat ini turun mengenai soal begini” atau “Aku tidak mengira ayat ini turun kecuali mengenai hal yang begini.” Dengan bentuk redaksi demikian ini, perawi tidak memastikan sebab nuzul. Kedua bentuk redaksi tersebut mungkin menunjukkan sebab nuzul dan mungkin pula menunjukkan yang lain. Contoh pertama ialah apa yang diriwayatkan dari Ibn Umar, yang mengatakan: “Ayat istri-istri kamu adalah ibarat tanah tempat kamu bercocok tanam (Al Baqarah [2]:223) turun berhubungan dengan menggauli istri dari belakang.” Contoh kedua ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa Zubair mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum Ansar yang pernah ikut dalam Perang Badar bersama Nabi, di hadapan Rasulullah tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang tinggi; keduanya mengaliri kebun kurma masing-masing dari situ. Orang Ansar berkata: “Biarkan airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka kata Rasulullah: “Airi kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang Ansar itu marah, katanya: Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat demikian?” Wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian ia berkata: “Airi kebunmu Zubair, kemudian 6
  • 7. tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun tetanggamu.” Rasulullah dengan keputusan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada orang Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang Ansar, ia memenuhi hak Zubair secara nyata. Maka kata Zubair. “Aku tidak mengira ayat berikut turun mengenai urusan tersebut: Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.” (An-Nisa’[4]:65). Ibn Taimiyah mengatakan: “Ucapan mereka bahwa ‘ayat ini turun mengenai urusan ini’, terkadang dimaksudkan sebagai penjelasan mengenai sebab nuzul, dan terkadang dimaksudkan bahwa urusan itu termasuk ke dalam cakupan ayat walaupun tidak ada sebab nuzulnya. Para ulama’ berselisih pendapat mengenai ucapna sahabat: ‘Ayat ini hadis musnad seperti kalau dia menyebutkan sesuatu sebab yang karenanya ayat diturunkan ataukah berlaku sebagai tafsir daripada sahabat itu sendiri dan bukan musnad? Bukhari memasukkanya ke dalam kategori hadis musnad, sedang yang lain tidak memasukkanya. Dan sebagian besar hadis musnad itu menurut istilah atau pengertian ini, seperti musnad Ahmad dan yang lain- lain. Berbeda halnya bila sahabat menyebutkan sesuatu sebab yang sesudahnya diturunkan ayat. Bila demikian, maka mereka semua memasukkan pernyataan seperti ini ke dalam hadis musnad. Zarkasyi dalam Al Burhan menyebutkan: “Telah diketahui dari kebiasaan para sahabat dan tabi’in bahwa apabila salah seorang dari mereka berkata: ‘ Ayat ini utrun mengenai urusan ini’, maka yang dimaksudkan ialah bahwa ayat itu mengandung hukum urusan tersebut; bukanya urusan itu sebagai sebab penurunan ayat. Pendapat sahabat ini termasuk ke dalam jenis penyimpulan hukum dengan ayat, bukan jenis pemberitaan mengenai suatu kenyataan yang terjadi.” 2.2 Turunnya Surat Al-Qur’an Pertama sampai Terakhir Hari pertama turun al-qur’an dan tempatnya. A.Para ulama berbeda pendapat tentang surah yang pertama kali turun: 1. Dikatakan bahwa tertib surah itu tauqifi dan di tangani langsung oleh nabi sebagaimana di beitahukan jibril kepadanya atas perintah tuhan. Dengan demikian, Qur’an pada masa nabi telah tersusun surah-surahnya secara terib sebagaimana terib ayat-ayat nya, seperti yang ada di tangan kita saat ini, yaitu mushaf usman yang tidak ada seorang sahabat pun menentangnya, ini telah menunjukan terjadi kesepakatan( ijma) atas tertib surah, tanpa suatu perselisihan apapun. 7
  • 8. Yang mendukung pendapat ini ialah, bahwa Rasulilloh telah membaca beberapa surah secara tertib di dalam salat nya, ibn abi syaibah meriwayatkan bahwa nabi pernah membaca beberapa surah mufassal (surah-surah pendek) dalam satu rokaat. Telah di riwayatkan melalui iBn wahab berkata “aku mendengar Rabi’ah di tanya orang, ‘mengapa surah baqarah dan ali imron di dahulukan , padahal sebelum kedua surah itu telah di turunkan delapan puluh sekian surah makki, sedang keduanya di turunkan di madinah” ia menjawab: kedua surah itu memang di dahulukan dan Qur’an di kumpulkan menurut pengetahuan dari oraang yang mengumpulkannya. ‘kemudian katanya: ini adalah sesuatu yang mesti terjadi dan tidak perlu di pertanyakan. 2. Dikatakan bahwa tertib surah berdasarkan para ijtihad para sahabat, mengingat adanya perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka, misalnya mushaf ali disusun menurut tertib nuzul yakni dimulai dengan iqra’, kemuin mudatsir lalu nun , Qalam kemudian muzammil, dan seterus nya hingga akhir surah makki dan madani. 3. Dikatakan bahwa sebagaian surah itu terbitnya tauqifi dan sebagian lain nya berdasarkan ijtihad para sahabat, hal ini karna terdapat dalil yang menunjukan tertib sebagian surah pada masa nabi. Misalnya, keterangan yang mnunjukan tertib as- sab’ut tiwal dan al-mufassol pada masa hidup Rasululloh. Di riwayatkan, Bahwa Rasululloh berkata:bacalah olehmu dua surah yang bercahaya, baqarah dan ali’imran Di riwayatkan lagi: Bahwa jika hendak pergi ke tempat tidur, Rasululloh mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian meniup lalu membaca Qul huwallohhua ahad dan mu’awwidzatain. Dengan demikian, tetaplah tertib bahwa surah-surah itu bersifat taufiqqi, seperti halnya tertib ayat-aat Abu Bakar ibnu hambali menyebutan: “alloh telah menurunkan Qur’an seluruhnya ke langit dunia, kemudin ia menurunkan nya secara berangsur-angsur selam dua puluh sekian tahun. Sebuah surat turun karena suatu urusan yang terjadi dan ayat pun turun sebagai jawaban bagi orang yang bertanya, sedangkan jibril senantiasa memberi tahukan kepada nabi dimana surah dan ayat tersebut harus di tempatkan. Dengan demikian susunan surah-surah, seperti halnya susunan ayat-ayat dan logat-logat al-qur’an, seluruhnya berasal dari nabi, oleh karena itu barang siapa mendahulukan sesuatu surah atau mengakhirkannya, ia telah merusak tatanan al – quran. B. Ayat yang terakhir turunya Ayat yang pengabisan turunnya menurut pendapat jumhur ialah: 8
  • 9. Surah al-ma’idah yang artinya;pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu dan aku telah cukupkan untukmu nikmat ku dan telah aku pilih islam menjadi agama mu. Apa yang kami terangkan ini adalah pendapat yang masyhur dalam msyarakat. Dan pndapat ini memberi pengertian bahwa akhit turun al-Quran, ialah pada hari arafah. Menurut sebagian ahli, bahwa ayat yang tersebut di atas ini turun di arafah. Dan di antara hari arafah dengan wafat rasul masih lama lagi yaitu 81 malam. Al-kirmani dalam al-burhan mengatakan: tertib surah seperti kita kenal sekarang ini adalah menurut alloh pada lauh mahfud, Qur’an sudah meniru tartib ini , dan menurut tertib ini pula nabi membacakan di hadapan jibril setiap tahun apa yang di kumpulkannya dari jibril itu, nabi membacakan di hadapan jibril menurut tertib ini pada tahun kewafatanya sebanyak dua kali. Dan ayat yang terakhir kali turun ialah surah al-bqorah ayat 281: dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi) hari yang pada waktu itu semua dikembalikan pada alloh. Lalu jibril memerintahkan kepadanya untuk meletakan ayat ini di antara ayat riba dan ayat tentang utang-piutang. Surah-surah Al-Qur’an itu ada empat bagian: 1) At-tiwal 2) Al-mi’un 3) Al-masani 4) Al-mufassJumlah surah al-Qur’an ada 114 surah. Dan di katakan pula 113, karena surah anfal dan bara’ah dianggap satu surah, adapun jumlah ayat nyasebanyak 6.200.ayat terpanjang adalah ayat tentang utang-piuang, sedang surah terpanjang adalah surah al-baqarah. 2.3 Pengumpulan Al-Qur’an Yang dimaksud dengan pengumpulan Al-qur’an menurut Ulama’ ada 2 pengertian. Pertama, mengumpulkan dengan arti menghafal. Kedua, pengumpulan Al-qur’an pada tulisan. A. Pengumpulan al-Qur’an dalam dada (menghafal) Al-qur’an diturunkan kepada nabi yang ummy. Otomatis,maka himmah nabi hanya tercurahkan untuk menghafal dan melahirkannya, agar ia dapat dihafal sebagaimana diturunkan kepadanya. Lantas beliau membacakannya kepada manusia agar mereka dapat 9
  • 10. seorang buta huruf berpegang kepada orang yang hafal dan mengingatnya. Karena dia tidak sifat kekhususannya yaitu memiliki daya ingat yang kuat serta cepat menghafal, bahkan hatinya begitu terbuka. Orang-orang arab biasa membuat ratusan ribu syair,sedikit sekali diantara mereka yang tidak bisa berhitung atau mengetahui rentetan nasab,atau tidak hafal syair-syair yang digantung yang sulit menghafalnya.kemudian datang Al-qur’an yang ternyata dengan kuatnya penjelasan kehebatan hokum-hukum serta kehebatan kerajaannya,dapat mengalahkan syair-syair mereka bahkan mampu mengalahkan akal dan pikiran mereka,sehingga mereka mengalihkan perhatiannya kepeda kitab mulia itu karena mereka telah menemukan cahaya kehidupan didalam Al-qur’an. Usaha keras Nabi untuk menghafal Al-qur’an terbukti setiap malam beliau membaca Al-qur’an dalam sholat sebagai ibadah membaca dan merenungkan maknanya maka tidak heran jika Rosulullah menjadi sayyid para huffazh.hatinya yang mulia itu penuh dengan Al- qur’an.beliau jadi tempat bertanya bagi setiap kaum muslimin yang kesulitan tentang Al- qur’an.demikiam pula para sahabat.mereka selalu berlomba-lomba membaca dan mempelajari Al-qur’an mereka mencurahkan segala kemampuan untuk membaca dan menghafalkannya mereka mengajarkannya pada para istri dan anak-anak mereka. B. Pengumpulan al-Qur’an pada tulisan Keistimewaan kedua untuk Al-qur’an adalah pengumpulan dan penulisannya pada lembaran-lembaran para penulis adalah orang-orang pilihan diantara sahabat.rasulullah memilih mereka yang telah terbukti ketakwaannya.diantara mereka adalah Zaid bin Tsabit,Ubay bin Ka’ab,Mu’adz bin Jabal,Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Khulafaur Rasyidin,dan yang lain dari golongan sahabat.Cara penulisan Al-Qur’an oleh mereka yaitu dengan menuliskan Al-qur’an pada pelepah kurma,pohon,daun,kulit,tulang dan lain-lain. C. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar Setelah wafatnya Rosullah Abu Bakar menduduki kursi kholifah dan menghadapkan perhatiannya kepada peristiwa-peristiwa besar pada masa itu murtadnya sebagian orang arab. Maka dia menyediakan pasukan-pasukan untuk menghadapi orang-orang murtad ini. Peperangan yang dilakukan terhadap penduduk yaman pada tahun kedua belas hijrah. Disini berkumpul sejumlah besar sahabat yang qari Al-qur’an. Dalam peperangan ini syahid tujuh puluh orang sahabat yang qari Al-quran, melihat hal yang demikian ini maka umar bin khattab merasa khawatir dia dating dating abu bakar membicarakan agar supaya Al-quran ini di kumpulkan dan di tulis dikhawatirkan akan tersia-sia karena banyaknya ahli qiraat yang terbunuh dalm pertempuran di Yamamah tersebut. D. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Ustman 10
  • 11. Latar belakang pengumpulan Al-quran pada masa utsman tidak sebagaimana sebab yang melatarbelakangi pengumpulan Al-quran pada masa Abu bakar. Pada masa Ustman ini islam telah tersebar luas. Kaum muslimin hidup berpencar diberbagai penjuru kota maupun pelosok. Di setiap kampun terkenal qiraah sahabat yang mengajarkan Al-quran kepada penduduk kampung itu, penduduk syam memakai qiraah Ubai bin kaab sedangkan penduduk kufah menggunakan qiraah Abdullah bin mas’ud yang lainnya lagi memakai qiraah Abu musa Al-asy’ari maka timbul perbedaan bentuk qiraah di kalangan mereka sehingga membawa pada pertentangan dan perpecahan diantara mereka bahkan terjadi sebagian mereka mengkafirkan sebagian yang lain. Berita itu sampai kepada Ustman, krmudian beliau berfikir dan merencanakan untuk membendung sebelum kegilaan itu meluas, kemudian beliau mengumpulkan para sahabat yang alim dan jenius serta mereka yang terkenal pandai memadamkan dan meredakan fitnah dan persengketaan itu. Mereka bersepakat untuk membuat mushaf yang banyak dan membagikannya ke setiap pelosok dan kota sekaligus memrintahkan manusia membakar selain mushaf itu sehingga tidak ada lagi lorong yang nmenjerumuskan mereka ke persengketaan. E. Perbedaan pengumpulan Al-Qur’an oleh Abu Bakar dan oleh Ustman Dari uraian di atas kita dapat membedakan yang di lakukan oleh kdua khalifah tersebut itu. Pengumpulan Al-quran pada masa Abu bakar adalah memindahkan ayat-ayat al- quran dari pelepah kurma, kulit dan lainnya kdalam satu mushaf. Sementara sebab pengumpulannya adalah karena gugurnya para huffazh sedangkan pengumpulan Al-quran pada masa Ustman adalah sekedar memperbanyak salinan mushaf yang telah dikumpulkan pada masa Abu bakar untk dikirimkan ke berbagai wilayah islam. Adapun sebab pengumpulan Al-quran adalah terjadinya perbedaan qiraah dalam membaca Al-quran. F. Pedoman yang amat tepat dalam pengumpulan al-Quran Dalam pedomannya proses pengumpulan al-Quran suatu metode yang dianggap paling tepat ada dua yaitu sebagai berikut; 1. Sesuatu yang telah di hafal oleh para sahabat 2. Sesuatu yang telah ditulis dihadapan rasulullah. 2.5 Definisi Ilmu Makky dan Madany Ilmu Makiyy wal Madany adalah ilmu yang membahas tentang surat-surat dan ayat- ayat yang diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan di Madinah. Di kalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar yang untuk menentukan Makiyyah atau Madaniyah suatu surat atau ayat. 11
  • 12. A. Ciri-ciri khas Surat Makkiyah Sesuai dengan dhabit qiasi yang telah ditetapkan,maka cirri-ciri khas untuk surat Makkiyah ada 2 macam: a.Cirri-ciri khas yang bersifat qath’I bagi surat Makkiyah ada 6. Sebagai berikut 1. Setiap surat yang terdapat ayat sadjah di dalamnya,adalah surat Makkiyah. Sebagian ulama mengatakan,bahwa jumlah ayat sajdah ada 16 ayat. 2. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata “kalla”adalah Makkiyah. 3. Setiap surat yang terdapat di dalamnya lafal: dan tidak ada ,adalah makkiyah,kecuali surat al-Hajj. Surat al-Hajj ini sekalipun pada ayat 77 terdapat Tetapai surat ini tetap dipandang Makkiyah. 4. Setiap surat yang terdapat kisah-kisah Nabi dan umat manusia yang terdahulu,adalah Makkiyah,kecuali surat al-Baqarah. 5. Setiap surat yang terdapat di dalamnya kisah Nabi Adam dan iblis adalah makkiyah,kecuali surat al-Baqarah. 6. Setiap surat yang di dahului dengan hurup Tahajji (hurup abjad),adalah Makkiyah,kecuali surat al-Baqarah dan Ali Imran. Yang dimaksud dengan huruf Tahajji, misalnya: ………………. .,………………. Tentang surat al-Ra’du masih dipermasalahkan,tetapi menurut pendapat yang lebih kuat, bahwa saurat al-Ra’du itu Makkiyah, karena melihat gaya bahasa dan kandungannya. Karena cirri diatas dengan beberapa pengecualian merupakan cirri-ciri yang qath’i bagi surat Makkiyah, yang tepat benar penerapannya. b.Ciri-ciri Khas yang bersifat Aghlabi bagi Surat Makkiyah Ada beberapa cirri khas lagi bagi surat Makkiyah,tetapi hanya bersifat Aghlabi, artinya pada umumnya cirri tersebut menunjukan Makkiyah,yaitu: 1. Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek (ijaz),nada perkataannya keras dan agak bersanjak. 2. Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah dan hari Kiamat dan menggambarkan keadaan Surga dan Neraka. 3. Mengajak manusia untuk berakhlak yang mulia dan berjalan diatas jalan yang baik. 12
  • 13. 4. Membantah orang-orang yang Musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan kepercayaan dan perbuatannya. 5. Terdapat banyak lafal sumpah. B. Ciri-ciri khas bagi surat Madaniyah Ciri-ciri khas yang membedakan antara surat Madaniyah dan Makkiyah ada yang bersifat Qath’I dan ada yang bersifat Aghlabi. a.Ciri-ciri surat Madaniyah yang bersifat qath’I adalah sebagai berikut : 1. Setiap surat yang mengandung izin berjihad atau menyebut hal perang dan menjelaskan hukum-hukumnya,adalah Madaniyah. 2. Setiap surat yang memuat penjelasan secara rinci tentang hukum pidana,faraid,hak- hak perdata,peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata,kemasyarakatan dan kenegaraan adalah Madaniyah. 3. Setiap surat yang menyinggung hal ikhwal orang-orang munafik,adalah Madaniyah, kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di Mekkah, hanya sebelas ayat yang pertama dari surat al-Ankabut ini adalah Madaniyah, dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik. 4. Setiap surat yang membantah kepercayaan/pendirian/tata cara keagamaan Ahlul Kitap (Kristen dan Yahudi) yang dipandang salah, dan mengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya,adalah Madaniyah. Seperti surat al- Baqarah,Ali-Imran,al-Ni’sa,al-Maidah dan al-Taubat. b. Adapun ciri-ciri khas yang bersifat Aghlabi untuk Madaniyah antara lain: 1. Sebagaian surat-suratnya panjang-panjang,sebagian ayat-ayatnya pun panjang- panjang dan gaya bahasanya pun cukup jelas di dalam menerangkan hukum- hukum agama. 2. Menerangkan secara rinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikat- hakikat keagamaan. 13
  • 14. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari uraian diatas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwasannya al Quran mengandung banyak nilai-nilai kehidupan maka dari itu kita patutlah mempelajarinya. Al Qur’an sebagai mukjizat yang di anugrahkan kepada nabi Muhammad adalah salah satu kitap Allah yang paling sempurna diantara kitap suci yang lain. Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad melalui beberapa cara yang mana dalam penurunan Al-Quran itu sendiri diberikan secara berangsur-angsur atau bertahap. Di dalam penurunan al-Quran terjadi di dua kota pusat Islam pada zaman dahulu, kota itu adalah Mekkah dan Madinah dan dari kedua kota tersebut al Quran memiliki cirri-ciri tersendiri dalam bahasanya karena hal itulah disebut Makkiyah surat Quran yang turun di Mekkah dan Madaniyah surat Quran yang turun di Madinah. Turunnya al Quran kita kenal dengan istilah nuzulul Quran yang sebagaian orang besar di peringati pada tanggal 17 bulan Ramadhan. Sebagai kalamullah sudah sepantasnya lah kita mencintai,memelihara,mempelajari segala nilai-nilai yang terdapat pada Al-Quran tersebut dengan sebaik mungkin, salah satu wujud bahwa kita mencintai al Quran dengan cara banyak membaca Al-Quraana serta mengamalkan nilai yang ada di dalamnya. Maka untuk itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk memahami apa yang terkandung dalam al Quran sebagai kitap suci kita yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad. 14