Dokumen tersebut membahas tentang dampak sosial segregasi etnis Madura di perkotaan. Segregasi etnis Madura mengakibatkan terbentuknya pemukiman terpisah yang berlatar belakang etnis Madura. Segregasi ini memberikan dampak positif bagi solidaritas dan identitas komunitas internal Madura, namun juga berdampak negatif seperti stigmatisasi pemukiman kumuh dan eksklusivitas yang menimbulkan prasangka sosial. Faktor pembentuk segregasi
2. DAMPAK SOSIAL SEGREGASI ETNIS
MADURA DI PERKOTAAN
Pengertian Segregasi:
Segregasi adalah pemisahan (suatu golongan dari golongan
lainnya); pengasingan pengucilan.
Pengertian segregasi lainnya yaitu upaya untuk saling
memisahkan diri dan saling menghindar dalam rangka mengurangi
ketegangan dan menghilangkan konflik masing- masing pihak.
3. Dampak Sosial Segregasi Etnis Madura
Segregasi etnis Madura menunjukkan adanya wilayah
pemukiman yang terpisah dari pemukiman pada umumnya
sehingga mengakibatkan terjadinya pengelompokkan
pemukiman yang berlatar etnis Madura pada daerah tertentu.
4. Etnis Madura memiliki kecendrungan hidup yang
berkelompok dalam satu komunitas ketika bermigrasi ke daerah-
daerah urban.
Bagi komunitas internal etnis Madura sendiri, segregasi
pemukiman tersebut cenderung berdampak positif sebagai
keberlangsungan sistem sosial pada masyarakat Madura di
wilayah Wonokusomo, Kelurahan Semampir, Kecamatan
Semampir, Kota Surabaya sebagai unit kesatuan sosial yang
kohesif (melekat).
5. Bentuk positif dari terbentuknya segregasi pemukiman
komunitas Madura yaitu:
1. Terbentuknya solidaritas yang kuat dalam komunitas internal
etnis Madura
2. Adanya penguatan identitas keetnisan (Madura)
3. Terbentuknya jaringan sosial ekonomi
Sisi lain dari terbentuknya segregasi bagi etnis Madura yang
berada diperkotaan memiliki dampak sosial terhadap masyarakat
atau lingkungan sosial sekitarnya.
6. Tidak hanya memiliki sisi positif saja, sisi negatif pun ada dari
berdirinya suatu segregasi pemukiman etnis Madura. Yaitu:
1. Segregasi pemukiman etnis Madura dicitrakan sebagai
lingkungan yang kumuh dan cenderung tidak tertata (teratur)
pemukimannya.
2. Tidak berfungsinya kelembagaan struktur sosial dalam unit
sistem sosial yang lebih luas.
3. Kecendrungan eksklusifitas etnis madura dalam segregasi
pemukiman sehingga menimbulkan banyak prasangka-
prasangka sosial dari masyarakat luar berupa kekhawatiran-
kekhawatiran terjadinya kerawanan sosial.
7. Faktor Terbentuknya Segregasi
(Singgih, 2002:45):
1. Jumlah anggota
2. Kondisi ekonomi
3. Penyimpangan kultur
4. Pandangan terhadap kelompok minoritas
5. Status kelas
6. Konservatisme (ingin mempertahankan tradisi & stabilitas
sosial)
8. Orang Madura asli masih manganut pola pemukiman tertentu
yang dikenal dengan sebutan taneyan lanjang. Dalam bahasa
Madura, taneyan berarti halaman dan lanjang berarti panjang.
Jadi arti dari taneyan lanjang adalah pekarangan panjang.
Dari segi fisik dan luas pekarangan, kurang tepat kiranya
pemukiman mereka disebut taneyan lanjang. Karena rata-rata
rumah suku Madura tidak memiliki pekarangan yang luas.
Tetapi setidaknya nilai dari tradisi pemukiman taneyan lanjang
masih melekat dalam pemukiman etnis Madura tersebut.
9. Taneyan Lanjang
Taneyan Lanjang adalah Permukiman tradisional Madura yang terdiri
atas kumpulan rumah keluarga. Satu kelompok rumah terdiri atas 2-10
rumah, atau keluarga batih yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, cicit dan
seterusnya. Hubungan keluarga kandung merupakan ciri khas dari
kelompok ini.
Apabila susunan ini terlalu panjang maka susunan berubah menjadi
berhadapan. Taneyan Lanjang hanya memiliki satu halaman dimana
halaman luas tersebut dimanfaatkan sebagai tempat menjemur hasil
panen, tempat bermain anak-anak dan tempat diadakannya acara hajatan
dalam keluarga tersebut.