Foto jurnalistik adalah media informasi berupa gambar yang merekam peristiwa untuk disampaikan ke publik secara cepat guna memberikan pemahaman tentang fakta di lapangan. Foto jurnalistik harus didukung teks penjelas dan memenuhi unsur penyampaian berita (5W+1H) agar pesan dan informasi tersampaikan dengan baik.
8. Pada tahap awal munculnya fotografi di dunia, foto senantiasa
bertugas sebagai alat dokumentasi, baik dokumetasi
pribadi atau dokumen resmi sebuah institusi bahkan negara.
Sebagai alat dokumentasi, foto menjadi salah satu hal penggerak
perubahan dunia, bahkan hingga saat ini. Foto tetap menjadi salah
satu media untuk merekam sebuah
peristiwa yang terjadi dalam sebuah waktu
9. Agar sebuah foto bisa menjadi sebuah media dokumentasi yang
berisi informasi bisa diketahui oleh banyak pihak,
foto
membutuhkan sebuah tempat yang bernama media
massa
Di dalam media massa inilah foto diolah menjadi sebuah berita
untuk memberi ide, gagasan, atau tindakan kepada
orang lain untuk melakukan perubahan
Foto yang memuat sebuah berita inilah yang
acap kali dikenal dengan istilah foto jurnalistik
10. Fotojurnalistik menghentikan waktu dan memberi kita gambaran
nyata bagaimana waktu membentuk sejarah lewat sebuah
kejadian.
Fotojurnalistik menghubungkan manusia di seluruh dunia dengan
bahasa gambarnya yang sesuai dengan fakta. Sehingga
fotojurnalistik menjadi alat terbaik untuk melaporkan sebuah
peristiwa yang dialami umat manusia secara ringkas dan efektif
Dalam dunia fotojurnalistik, efek yang ingin ditimbulkan oleh
seorang pembuat fotojurnalistik adalah efek sosial dari sebuah efek
visual yang dibuatnya
Dan dari dalam sebuah fotojurnalistik yang tercipta tersimpanlah
sebuah cerita perubahan jaman yang di masa depan akan menjadi
sebuah sejarah
11. JURNALISTIK – JURNALISME :
kegiatan/pekerjaan mencari, mengumpulkan,
mengolah dan menyebarkan berita/informasi
melalui media massa.
FOTO : potret/gambar yang dibuat dan di
hasilkan dengan sebuah alat bernama kamera
dengan tujuan untuk menjadi sebuah alat
penyimpan informasi (dokumentasi).
12. Wilson Hick redaktur senior majalah ‗Life‘ (1937-1950) dalam buku World and Pictures (new
York, Harper and Brothers, Arno Press 1952, 1972), foto jurnalistik adalah media komunikasi
verbal dan visual yang hadir bersamaan.
Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka di dunia Magnum yuang
terkenal dengan teori ‗Decisive Moment‘ — menjabarkan, ―foto jurnalistik adalah berkisah
dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu,
yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembut mengungkap sebuah cerita.‖
Oscar Motuloh dalam sebuah pelatihan fotografi berpendapat fotojurnalistik adalah suatu
medium sajian informasi untuk menyampaikan beragam bukti visual atas berbagai peristiwa
kepada masyarakat seluas-luasnnya secara cepat.
Tokoh fotojurnalistik asal Surabaya Zainuddin Nasution berpendapat, foto jurnalistik adalah
jenis foto yang digolongkan foto yang bertujuan dalam pemotretannya karena keinginan
bercerita kepada orang lain. Jadi foto-foto di jenis ini berkepentingan dalam menyampaikan
pesan (massage) kepada orang lain dengan maksud agar orang lain melakukan sesuatu
tindakan psikologis.
Dan banyak pula, yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan fotojurnalistik itu,
hanyalah foto-foto yang dihasilkan para wartawan foto saja. Padahal fotojurnalistik,
sebenarnya mencakup suatu hal yang sangat luas. Foto-foto advetorial, kalender, postcard,
brosur, dsb, bisa juga dikatakan sebagai jenis fotojurnalistik.
13. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa,
foto jurnalisik adalah suatu media sajian
informasi berupa bukti visual (gambar) atas
berbagai peristiwa yang disampaikan kepada
masyarakat seluas-luasnya dengan tempo dan
waktu yang cepat.
14. Foto Jurnalistik :
Gambar/foto "biasa" yang dipadu dengan kata
tetapi memiliki nilai berita atau pesan yang
"layak" untuk diketahui orang banyak dan
disebarluaskan lewat media massa.
foto yang punya nilai berita
(bisa menceritakan kejadian/peristiwa)
15. Foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata
yang terangkum dalam kalimat yang disebut dengan teks
foto / caption foto, dengan tujuan untuk menjelaskan
gambar dan mengungkapkan pesan atau berita yang
akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka
sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa
diketahui apa informasi dibaliknya.
16.
17. Konsep utama dalam foto jurnalistik sama
dengan konsep menulis berita, yaitu mempunyai
unsur 5 W+1H :
What,
Who,
Where,
When
Why
How
18. Nilai berita dalam foto tentu berhubungan dengan :
Aktual
penting
Proximity atau kedekatan
Magnitude (daya tarik)
Ketokohan (popularitas, terkenal)
Sesuatu yang gag biasa, jarang terjadi
Unik
Human interest (aspek kemanusiaan)
Empati
Konflik, kontroversial
Dramatis
19. Menurut World Press Photo Foundation,
penyelenggara lomba foto tahunan tentang
fotojurnalistik tingkat dunia mengelompokkan
fotojurnalistik menjadi beberapa kategori di
antaranya adalah :
20. yang terjadi tanpa perencanaan sebelumnya,
Contoh: foto bencana, kerusuhuan, teror
bom, pembunuhan, tabrakan kereta api,
perkelaian dst.
21.
22. Foto yang telah terjadwal sebelumnya (contoh:
Sidang Umum MPR, Piala dunia, PON, Presiden
meresmikan bendungan, pembukaan pameran
perumahan dll. Dalam penyajiannya lebih luas
mencakup Politik, ekonomi, pertahanan, humor
dsb
23.
24. Adalah sebuah sajian foto tentang manusia
(orang) yang menjadi sorotan di sebuah berita.
Kecenderungan yang disajikan lebih ke profil
atau sosok seseorang . Bisa karena
kelucuannya, ketokohannya, atau justru salah
satu dari korban aksi teror, kurban bom dsb.
25.
26. Tentang segala aktifitas manusia yang mampu
menggugah perasaan dalam kesehariannya,
lebih ke human interest. Contohnya: seorang
tua yang sedang menggendong beban yang
berat, pedagang makanan dll.
27.
28. Foto yang menggambarkan tentang sosial
kehidupan masyarakat dengan lingkungan
hidupnya
29.
30. Foto yang dibuat menyangkut seni dan budaya
secara luas, seperti pertunjukkan balet,
pertunjukan yang terkait dengan masalah
budaya dan musik dsb.
31.
32. Foto yang menyangkut perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan di muka
bumi. Misalnya penemuan situs purbakala,
klonning domba, pemotretan organ tubuh,
proses operasi seorang pasien dsb.
33.
34. Foto yang menggambarkan sosok wajah
seseorang baik secara clouse up maupun
secama medium shot. Foto ditampilkan karena
kekhasan pada wajah yang dimilikinya.
35.
36. Foto-foto yang dibuat dari peristiwa olahraga
dari seluruh cabang olehraga apa saja. Baik
olahraga tradisional maupun olahraga yang
telah banyak dikenal oleh awam.
37.
38. Orang yang melakukan pemotretan untuk berita disebut pewarta
foto bukan fotografer, karena dari segi arti bila ditelaah
lebih dalam akan ditemukan sebuah pembeda antara pewarta foto
dan fotografer. Salah satunya adalah ―Hal
terpenting bagi
seorang pewarta foto adalah berpikir bahwa
dia adalah seorang wartawan, yang kedua baru
dia bertindak sebagai seorang fotografer.‖
Maksud dari kalimat tersebut adalah hal pertama yang dilakukan
berfikir apakah objek dihadapannya bisa memberikan informasi
yang laik dan mampu memberikan masukan atau inspirasi
kepada dunia (lepas dari subjektifitas) hingga terjadinya
perubahan ataukah tidak dan kemudian mengeksekusi objek
tersebut dengan teknik foto yang dia kuasai
39. Dalam buku "Photojournalism, The Visual Approach" menyebutkan ada tiga
jenjang yang baik sebagai basis seseorang yang akan memilih berkecimpung
menjadi pewarta foto:
Pertama, snapshot (pemotretan sekejap), adalah pemotretan yang dilakukan
dengan cepat karena melihat suatu momen atau aspek menarik. Pemotretan
ini dilakukan dengan spontan dan reflek yang kuat. Jenjang pertama ini
masih menyangkut pendekatan yang lebih pribadi.
Kedua, fotografi sebagai hobi. Dalam tahapan ini fotografer mulai
menekankan faktor eksperimen dalam pemotretannya, tidak hanya sekedar
melakukan snapshot saja. Dalam tahap ini biasanya fotografer mulai tertarik
lebih jauh pada hal-hal yang menyangkut fotografi.
Ketiga, art photography (fotografi seni), suatu jenjang yang lebih serius.
Berbagai subyek pemotretan dilihat dengan interpretasi yang luas. Ekspresi
subyektif terlihat dalam karya-karya pada tahapan ini. Kejelian, improvisasi,
kreasi dan kepekaan terhadap subyek menjadi basis pada jenjang ini.
photojournalism (pewarta foto) berada pada
tahap selanjutnya. Artinya dalam mengemban
profesi tersebut, maka seorang pewarta foto
dianjurkan menguasai dengan fasih ketiga
jenjang yang telah disebut tadi
40. Perbedaan foto jurnalis adalah
terletak pada pilihan,
membuat foto jurnalistik
berarti memilih foto mana
yang cocok. Dia mencontohkan
dalam peristiwa pernikahan,
dokumentasi berarti
mengambil/memotret seluruh
peristiwa. Mulai dari
penerimaan tamu hingga usai
acara. Tapi seorang wartawan
foto hanya mengambil sisi-sisi
yang dianggap menarik saja.
Karena memang peristiwa itu
nantinya akan menjadi pilihan
wartawan foto untuk dimuat
di dalam medianya saja.
41.
42.
43. 1. Naluri Berita
2. Rasa Ingin Tahu
3. Pantang Menyerah
4. Perilaku yang Baik
5.Kecepatan
6.Wawasan dan Kreativitas
7. Tanggung Jawab kepada Perusahaan dan
Pembaca
8. Penguasaan teknik Fotojurnalistik
44. Teknis Kamera
Teknis Foto
Art of view
Art of sense
Olah Digital
45. A. JENIS KAMERA
1. kamera berdasarkan media 2. Jenis kamera berdasarkan
penangkap cahaya mekanisme kerja
Kamera film Kamera single lens reflect
Kamera instan
Kamera polaroid
Kamera digital 3. kamera berdasarkan teknologi
a.Pocket Camera / Kamera Saku viewfinder
b.Prosumer Camera / Kamera Semi Kamera saku
Professional Kamera TLR
c.Digital Single Lens Reflex (DSLR) Kamera SLR (Single Lens Reflect)
Professional Camera
46. B. MENU KAMERA
Setiap kamera memiliki menu/sajian
dalam bentuk icon-icon dimana
memiliki fungsi yang penting bagi
pembuatan foto dan berpengaruh pada
hasil
C. ISTILAH TEKNIS DASAR
Penguasaan terhadap pengertian istilah
teknis dasar sangat membantu dalam
mengolah foto, contoh diagfragma,
speed, iso/asa, metering, white balance,
countinus, sinkronisasi, dll
D. PERLENGKAPAN KAMERA
1. Lensa (ultra wide 10-16mm, wide 18-
24mm, tele 70-500mm, fix 50-800mm)
2. Lampu Flash/blizt
3. Filter (uv
47. Aperture
Atau yang sering juga disebut dengan difragma atau bukaan lensa adalah
berfungsi untuk mengatur seberapa besar lensa akan terbuka. Fungsi ini
lebih tepatnya terletak pada lensa. Logikanya, semakin besar bukaannya,
maka akan semakin banyak cahaya yang akan masuk. Seperti sebuah
kran air. Semakin besar kita buka keran tersebut maka akan semakin
banyak air yang akan keluar.
Efek Samping dari Aperture
Seperti obat batuk yang memiliki efek samping, begitu juga dengan
aperture. Efek sampingnya adalah semakin besar bukaan lensa, maka
akan semakin kecil daerah fokusnya. Dan sebaliknya. Daerah fokus inilah
yang biasa dikenal dengan DOF (Depth of Field).
48. Shutter Speed
Atau yang biasa disebut juga dengan speed atau kecepatan rana bertugas
untuk mengatur berapa lama mirror terbuka lalu menutup kembali untuk
membatasi berapa banyak cahaya yang akan masuk. Seperti teori keran,
apabila kita membuka keran terlalu lama, maka wadah penampung air
tadi akan kelebihan sehingga akan meleber keluar. Kalau dalam kasus
fotografi, medium akan terbakar.
Efek Samping dari Shutter Speed
Seperti berpacaran yang memiliki efek samping, seperti sulit melirik wanita/pria
lain, begitu juga dengan shutter speed. Semakin cepat shutter speed, maka akan
gambar akan semakin terlihat diam (freeze). Dan sebaliknya, apabila speed terlalu
lamban gambar akan terlihat blur dikarenakan gerakan yang terlalu cepat,
sehingga objek terlihat bergerak sangat cepat.
49. ISO atau ASA
Adalah tingkat sensitifitas medium dalam menerima cahaya. Semakin tinggi
nilainya, maka akan semakin tingkat sensitifitasnya. Artinya, apabila kita merubah
nilai ISO atau ASA ini menjadi lebih tinggi, sedangkan aperture dan speednya
tidak diubah, maka medium akan menerima cahaya lebih banyak. Dan sebaliknya.
Efek Samping ISO atau ASA
ISO adalah tingkat sensitifitas sensor (medium), sedangkan ASA adalah tingkat
sensitifitas film (medium), jadi perbedaannya hanya dimediumnya saja. Tapi
logikanya sama. Kecuali efek sampingnya. Dimana apabila menggunakan film
ASA tinggi, maka gambar akan terlihat grainy (berbentuk titik kecil namun
banyak). Sedangkan penggunaan ISO tinggi akan menghasilkan noise (seperti
bentuk cacing namun banyak). Sedikit aja udah geli apalagi banyak =)
50. White Balance (WB)
adalah istilah dalam fotografi untuk kalibrasi titik berwarna putih.
Sebagaimana dijelaskan pada bagian suhu warna / color
temperature, warna yang dianggap putih dapat bervariasi
tergantung pada kondisi pencahayaan. Konsep "warna putih"
menjadi bukan sesuatu yang absolut.
52. Exposure adalah istilah dalam fotografi yang mengacu
kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film
atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.
Exposure dipengaruhi oleh tujuh hal,
yaitu:
1.Jenis dan intensitas sumber cahaya
Tiga hal Utama :
2.Respon benda terhadap cahaya
3.Jarak kamera dengan benda 1. ISO
4.Shutter speed.
2. Aperture
5.Bukaan.
6.Ukuran ISO/ASA 3. Speed Shutter
7.Penggunaan filter tertentu
53.
54. Perhatikan : Speed shutter, ISO, dan Diagfragma
sebelum memotret.
Gunakan ―P‖ (program) sebelum menggunakan
―M‖ (manual) untuk mendapatkan hasil standar
kamera
Lakukan eksplorasi tentang metering dan
ingatlah tentang hasilnya
Tidak semua foto under/over itu adalah foto
gagal
55.
56. Pengertian
Komposisi adalah upaya menyusun elemen-elemen
foto yang esensial seperti bentuk, nada, warna, pola
dan tekstur di dalam batasan suatu ruang.
Tujuan
untuk mengorganisasikan berbagai komponen foto
yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa
sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan
yang saling mengisi, serta mendukung satu sama
lainnya dengan demikian, menjadi enak dipandang
sehingga estetika foto yang diharapkan
57. Kedua. Mengubah dan mencari
sudut pemotretan sehingga
dicapai suatu komposisi yang
Pertama. Mengatur atau
lebih baik. Ini lebih sering
memberi pengarahan kepada
dilaksanakan pada
subjek sedemikian rupa
pemotretan lanskap dan foto-
sampai mantap untuk
foto arsitektur. Di mana
memenuhi selera/keinginan
mungkin, penggunaan lensa
dalam hal komposisi. Di sini
dengan jarak fokus yang lebih
ia bertindak seperti dan
panjang daripada lensa
sebagai sutradara dalam
normal; secara material akan
pembuatan film cerita.
dapat meningkatkan
komposisi melalui ―efek
telephoto‖
58. Ketiga. Menunggu saat atau
momen yang tepat sebelum
menekan tombol rana. Hal Keempat. Memperbaiki
ini dilakukan pada komposisi pada waktu
pemotretan olahraga, tarian mencetak foto. Ini sekarang
dan foto aksi lainnya yang lebih mudah dilakukan
banyak mengandung gerak karena kamera dan alat
adegan dan perubahan- pencetaknya sudah didukung
perubahan bentuk secara teknologi digital. Lain halnya
mendadak di luar dugaan. dengan film yang harus
Juga pada pemotretan yang dilakukan sendiri oleh
dilakukan di tempat-tempat fotografer di kamar gelap.
ramai seperti jalan, pasar
dan sebagainya.
59. Ujud (shape)
Bentuk (form)
Pola (pattern)
Tekstur (texture)
Kontras (contrast)
Warna (calour)
60. Format Vertikal dan Horizontal
Posisi Horizon
perulangan dan Ritme
Garis Diagonal yang Dinamis
Rule of Third
Garis Lengkung dan Curva
Golden Section
Segitiga Imajiner
Berdasarkan Warna
Berdasarkan Sudut Ambil
Memanfaatkan Bayangan
Framing
Refleksi
Golden Spiral
Background dan Foreground
61. Perhatikan Titik Point Fokus Berada dimana
Tempatkan Titik Point Fokus pada fokus
utama foto
Pilihlah Point Fokus (one focus or avarage)
Perhatikan situasi di dalam area view finder,
apakah ada objek menarik
Bila perlu arahkan objek pada posisi yang kita
inginkan
62.
63. Angle adalah Teknik pengambilan atau
penempatan objek agar sempurna di dalam
foto
Lebih kepada posisi fotografer saat melakukan
pengambilan gambar
Sudut pandang (perspektif) : cara memandang
suatu situasi
64.
65. Warna (colour) yaitu unsur warna yang dapat membedakan
objek, menentukan mood daripada foto kita, serta
memberi nilai tambah untuk menyempurnakan daya
tarik.
Warna dapat ditimbulkan melalui pilihan pencahayaan
serta exposure, sedikit underexposing akan memberikan
hasil yang low-key, dan sedikit overexposing atau
penggunaan filter warna akan memberikan hasil
warna yang kontras.
Idealnya, sebuah foto mempunyai satu subyek utama
dan satu warna utama, sedang subyek dan warna
lainnya merupakan pendukung.
Sebuah komposisi yang warnanya terdiri dari tingkat
warna sejenis akan menghasilkan foto yang tenang.
66.
67. Bagi seorang pewarta foto untuk mendapatkan foto berita yang bagus
dan banyak terkadang si pewarta foto harus melakukan sebuah
perjalanan. Selain itu foto berita juga bisa didapatkan oleh si
pewarta foto dari banyaknya informasi yang diterima oleh si
pewarta foto. Adapun sumber informasi yang bisa di dapat oleh si
pewarta foto untuk memperoleh informasi antara lain:
1. Agenda
2. Memonitor frekuensi radio
3. Undangan press release
4. Memelihara kontak
5. Mengonsumsi media
6. Bekerjasama dengan rekan
7. Surfing isu di internet
8. Surfing internet
68. 1. Kemauan : niatan melakukan sesuatu yang diwujudkan
dengan suatu tindakan atau usaha untuk mencapai tujuan.
2. Ketrampilan : panjangnya jam terbang dan penguasaan
terhadap peralatan serta pengetahuan tentang dunia foto
yang dimiliki seseorang
3. Seni Melihat : Cara seorang memandang sesuatu dan
mengimplemtasikannya
4. Selera seni: pengetahuan atau rasa tentang bagaimana
membuat foto yang bagus
5. Subjek : bentuk subjek yang akan difoto akan
mempengaruhi
6. Alat : jenis alat yang digunakan pada pemotretan
7. Penyelesaian : apa yang dilakukan oleh seorang fotografer
setelah melihat hasil
8. Jaringan : fotografer social network
9. Moment : suatu keadaan/situasi yang melibatkan sebuah
objek yang bisa membuat foto berbicara
69. 1. Agenda atau Isu
2. Ide+Imajinasi = KONSEP
3. Pengumpulan Informasi dan Referensi
4. Pemahaman medan/kondisi lapangan
5. Penyatuan perspektif antara si pewarta foto,
redaktur, dan keinginan pembaca
6. Peralatan yang tepat dan penguasaan alat
7. Kesiapan fisik dan mental
8. Rencana Tambahan (PLAN B)
70. Dalam kesehariannya, pewarta foto
dihadapkan dengan jutaan moment
yang laik untuk dijadikan informasi
untuk masyarakat sebagai berita.
Namun keterbatasan halaman (baik
koran maupun website) menjadikan
pewarta foto melakukan prioritas mana
yang harus ia tampilkan terlebih
dahulu.
Selain itu, di dalam satu daerah, pewarta
foto tak hanya ada satu, dimana berarti
ada puluhan bahkan ratusan karya foto
yang akan tercipta dari satu tempat
yang memiliki moment. Penyebabnya
adalah :
1. Ide setiap orang berbeda
2. Pengambilan keputusan
3. Pengalaman dan jam terbang si perwata
foto
4. Ekspolrasi medan
5. Pengetahuan
6. Mengerti dan memahami aturan
71. Observasi situasi : Melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan hasil akhir foto yang diharapkan. Contoh:
meninjau spot (lokasi) foto, memeriksa exposure, jatuh cahaya,
Mengumpulkan informasi : bertanya seputar kegiatan/peristiwa
dengan dasar 5W1H dengan maksud agar menstimulasi otak agar
memunculkan ide/konsep foto dan mereka-reka pergerakan saat
pengambilan gambar
Menentukan lokasi pengambilan foto dan alternatifnya
Mempersiapkan alat utama (kamera) dan alat tambahan (flash,
trigger, battrey, lensa, raincoat, dll)
Berdiri di area paling dekat dengan lokasi utama/tempat kejadian
Ambil satu-lima foto/format foto – horizontal (landsacpe) atau
Vertical (potrait)
Meminta ijin kepada objek foto atau orang sekitar, agar si
pemotret bisa memiliki dasar hukum dalam melakukan tugasnya.
Ikuti aturan dan berhati-hati
72. Syarat yang paling utama dalam fotojurnalistik adalah foto harus mencerminkan etika
atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya. Di
Indonesia, etika yang mengaturnya ada pada kode etik jurnalistik :
Pasal 2 berisi pertanggungjawaban yang antara lain : wartawan Indonesia tidak
menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat merugikan bangsa dan Negara,
hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung
perasaan susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan
yang dilindungi undang-undang.
Sementara pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, antara lain
disebutkan bahwa wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk
memperoleh bahan-bahan berita. Wartawam Indonesia meneliti kebenaran suatu
berita atau keterangan sebelum menyiarkannya dengan juga memperhatikan
kredibilitas sumber berita. Didalam menyusun berita , wartwan Indonesia
membedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini).
Inti dari dua pasal tersebut adalah :
1. Sesuai kenyataan bukan opini
2. Menceritakan kebenaran permasalahan apa adanya, bukan memunculkan
permasalahan baru
3. Bersifat inovatif bukan destruktif
4. Bukan rekayasa
5. Adanya perubahan