SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 36
Descargar para leer sin conexión
Community-Based Approach For Prevention And
Control of Dengue Hemorrhagic Fever in
Kanchanaburi Province, Thailand
Anggota PBL 8
• Jessica Theo
(2012060040)
• Jesslyn Nathasya
(2012060042)
• Elen Angela
(2012060043)
• Denish Gunawan
(2012060090)
• Garry Grimaldi
(2012060109)
• Marcelin Suryana
(2012060110)
• Natasha Olivia Gunawan
(2012060111)

• Celine
(2012060191)
• Alfredo Bambang
(2012060193)
• Yustinus Harianto
(2012060195)
• Maria Gracia Devita
Windharta
(2012060196)
• Felicia
(2012060197)
• Gabrielle Glenis
(2012060212)
Pendahuluan

• Wabah besar DHF di Thailand terjadi
pertama kali tahun 1958, terutama di
Bangkok dan sekitarnya
• Jumlah kasus tahun 1999-2003 bervariasi,
mulai dari 30.000 - 120.000 kasus, dengan
case fatality rate = 0,12 - 0,21 %
• Menyerang kelompok usia < 15 tahun dan
mengalami kenaikan dari 20% menjadi
30%, dengan insidensi tertinggi pada
kelompok usia 5-9 tahun
Pendahuluan

• Wabah DHF perlu dipelajari lebih lanjut karena
tidak hanya terjadi saat musim hujan, tetapi
sepanjang tahun
• Komunitas merupakan titik utama dalam
perkembangan, pelaksanaan dan evaluasi
Community-Based DHF Control Program
• Di Thailand program pencegahan yang ada
kurang efektif, penyebabnya karena sulitnya
menyatukan semua sektor
• Perlu perhatian khusus pada partisipasi
masyarakat untuk mencegah & mengontrol
DHF, diiringi kebiasaan hidup serta budaya
setempat
Pendahuluan

• Komunitas perlu melakukan
tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk mengurangi
sumber penyebaran penyakit :
– Mengosongkan tempat
penampungan air
– Membuang barang bekas
seperti ban bekas, kaleng
bekas, dsb
– Mencegah nyamuk
berkembang biak di tambak /
tempat lainnya
Latar Belakang
• Angka morbiditas DHF di propinsi
Kanchanaburi : 86,5 per 100.000 populasi
(melebihi target nasional < 60 per
100.000 populasi)
• Angka insidensi tertinggi pada distrik
Mueang
• Penelitian ini dilakukan di dua desa pada
distrik Mueang untuk melihat efektivitas
community-based empowerment program
(CBEP) dalam mengubah pengetahuan,
melihat kerentanan, mengukur
keberhasilan kegiatan survei yang
berkaitan dengan pencegahan DHF
(melalui pengamatan CI, HI, BI)

Container Index
(CI): % tempat
penampungan yang
positif untuk jentik
A. aegypti

House Index (HI):
% rumah yang
positif terdapat
jentik-jentik
A. aegypti

Breteau Index (BI):
jumlah tempat
penampungan yang
positif mengandung
jentik-jentik pada
setiap 100 rumah
• Lokasi studi: 1 desa di sub distrik Vang Yen & 1 desa
di sub distrik Ban Kao
• Tokoh masyarakat di desa Vang Yen yang diketahui:
relawan kesehatan desa, kepala desa, guru sekolah,
petugas kesehatan sub distrik, dan anggota TAO
(Tambon Administration Organization)
• Mereka semua diberdayakan melalui CBEP
(Community-based Empowerment Program)
• Strategi program ini yaitu pelatihan tentang konsep
dasar proses penyelesaian masalah: identifikasi
masalah, klarifikasi masalah, identifikasi
kemungkinan solusinya, pengembangan proyek,
implementasi, dan evaluasi
• Setiap tokoh masyarakat merencanakan aktivitas kontrol
DHF dengan wakil anggota rumah tangga di daerah
mereka
• Untuk meningkatkan pengalaman belajar melalui
pembelajaran partisipatif, maka setiap output dan
outcome dilaporkan pada rapat bulanan
• Keefektivan program dinilai dengan indikator:
pengetahuan yang didapat mengenai DHF digunakan
untuk menilai output; survei jentik nyamuk secara berkala
• Eliminasi dan kontrol tempat perkembangbiakan nyamuk
digunakan untuk menilai output program
• Reduksi CI, HI, & BI digunakan untuk menilai outcome
program
• Instrumen penelitian berupa kuesioner dan
formulir survei larva
• Kuesioner terdiri dari 4 bagian: variabel sosiodemografik, pengetahuan akan DHF, kerentanan
yang diketahui dan self-efficacy, & dan kebiasaan
dalam mengontrol dan mengeliminasi nyamuk, juga
survei jentik yang dilakukan secara berkala
• Koefisien Cronbach’s alpha digunakan untuk
menilai keandalan kuesioner
• Survei jentik dilakukan pada awal, tengah, dan akhir
program
• Data kualitatif dikumpulkan dari tokoh masyarakat
serta wakil dari rumah tangga terpilih
• Analisis univariat dilakukan untuk variable
demografik
• Student’s t-test dilakukan untuk menilai perbedaan
pengetahuan, persepsi, self-efficacy, dan praktek
survei larva antara kelompok percobaan dan
perbandingan
• Variabel yang sangat terkait (Beta value) pada
praktek survei larva dianggap untuk inklusi dalam
model multivariat
• Multiple Classification Analysis (MCA) digunakan
untuk menentukan faktor penting, penyesuaian
untuk semua variabel model dalam memprediksi
perilaku saat survei jentik
Sampel dalam Penelitian (Rata2 Kedua Kelompok)
Sampel studi terdiri dari :
• 53 tokoh masyarakat (18,5%) dan 234
perwakilan anggota rumah tangga (81,5%).
• Mayoritas adalah perempuan (55,4%), usia 30-49 tahun
(53,7%).
• Sekitar 69,0% sudah menikah,
• Tingkat pendidikan terakhir kelas 6 Sekolah Dasar atau
lebih rendah (52,3%).
• Pekerjaan : petani (28,9%) dan pekerja tidak terampil
(32,1%) dengan pendapatan bulanan
≤ 3.000 baht (sekitar US $ 75) (41,8%).
Perbandingan Kedua Populasi Sampel
• Chi-square (χ2) test
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
eksperimen dan kontrol kecuali pada umur
dan pekerjaan → p < 0,05 (Tabel 1)
• Penting untuk analisis bivariat berikutnya
• Pengetahuan tentang DBD, kerentanan
terhadap DBD, pertahanan tubuh kontrol dan
penghapusan tempat berkembang biak
nyamuk
Uji Signifikansi
• Uji signifikansi antara nilai mean dari
variabel output dalam kelompok
percobaan dan kelompok pembanding
baik sebelum dan sesudah percobaan
diringkas dalam Tabel 2.
Skor tentang Pengetahuan mengenai DBD
• Skor minimum dan maksimum : 0-12 (untuk
pengetahuan tentang DBD)
Sebelum percobaan :
• Kelompok pembanding (7,09) > Kelompok eksperimen
(6,87)
• p-value=0.383

Setelah percobaan :
• Kelompok eksperimen (9.58) > Kelompok pembanding (7,46)
• p-value < 0.01
Perbedaan CI, HI dan BI
• Selama survei pertama, sebelum percobaan,
kedua kelompok penelitian memiliki CI, HI,dan
BI lebih tinggi dari target maksimum nasional
untuk CI dan HI = 10, dan BI = 50.
• Namun ketika CI, HI, dan BI dari survei
pertama, kedua, dan ketiga dibandingkan,
ditemukan bahwa hanya CI, HI, dan BI
kelompok percobaan yang menurun.
Indeks Daerah Perkembangbiakan
• Tabel 4 menunjukkan Indeks untuk daerah
tempat perkembangbiakan utama Aedes
aegypti selama survei pertama, kedua, dan
ketiga.
Hasil Survei
Survei pertama :
• 5 besar tempat perkembangbiakann nyamuk
Aedes aegypti (eksperimental) :
1. Sampah (botol bekas, kaleng bekas, plastik, batok
kelapa dan botol rusak)
2. Air toilet
3. Diluar dan didalam barang rumah tangga
4. Air semen
5. Tempat penyimpanan
Nilai CI
• Nilai CI pada tempat perkembang biakan
nyamuk Aedes aegypti ini pada daerah
pembanding tidak terlihat seperti adanya
penurunan, namun meningkat pada survei
kedua dan ketiga
• Multiple Classification Analysis (MCA)
• Model aditif, variabel yang siginifikan dan
mempunyai nilai β (β value) yang lebih tinggi
• Laki-laki, tokoh masyarakat, lansia memiliki
tingkat pengetahuan, persepsi dan
pertahanan yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok lainnya.
• DHF telah menjadi masalah dalam kesehatan
masyarakat selama kurang lebih 30 tahun.
• Usaha untuk mengontrol pertumbuhan dari
nyamuk Aedes juga sudah diterapkan dari
provinsi hingga community-based dengan
menggunakan volunteer kesehatan.
• Akan tetapi, semua usaha ini masih kurang
efektif terhadap pembasmian DHF,
dikarenakan DHF tetap menjadi masalah
kesehatan hampir diseluruh negara.
• Usaha yang efektif yang seharusnya dilakukan
adalah dengan memusnahkan habitat dari
larva Aedes aegypti.
• 2 desa dari distrik Mueang dari Kanchanaburi
memiliki tingkat insiden tertinggi untuk DHF
• 2 desa ini dipakai untuk menjadi patokan
dalam melihat efektivitas dari pendekatan
komunitas untuk usaha preventif terhadap
DHF
• Hasil dari usaha ini meningkat secara signifikan.
Hal ini dikarenakan program dari pemberdayaan
berbasis komunitas mampu membuat pemimpin
masyarakat tersebut menjadi aktif berpartisipasi.
• Setiap perwakilan dari tiap daerah mempunyai
tanggung jawab dalam mengontrol pemusnahan
habitat nyamuk Aedes aegypti.
• Setelah itu semua yang didapat dari perwakilan
daerah ini akan didiskusikan dengan perwakilan
daerah lainnya setiap bulannya.
• Hal ini dilakukan untuk memonitor program kerja
dan re-planning jika dibutuhkan
• Dari hasil yang didapat terlihat jelas
bahwa cara ini sangat efektif dalam
membasmi DHF.
• Hasilnya insiden DHF menurun secara
drastis hingga mencapai lebih rendah
dari target nasional.
• Hal ini dibuktikan pada hasil survei yang
dilakukan setiap minggu saat program ini
berlangsung.
• Setelah melakukan eksperimen ini, dinyatakan
bahwa daerah studi merupakan prediktor
terbaik.
• Dalam studi ini dengan semakin banyaknya
survei yang dilakukan, maka tingkat
kesuksesan program ini akan meningkat
secara signifikan.
• Hal ini disebabkan dengan bertambahnya
survei maka akan berdampak langsung kepada
tindakan pemimpin masyarakat setempat.
Conclusion
• Program studi ini terbukti efektif dan telah
dibuktikan dengan unvariate, bivariate, dan
multivariate data analysis.
• Kerjasama dalam usaha mencegah DHF pada
tingkat primer, sekunder, dan tersier dengan
pemimpin masyarakat merupakan salah satu titik
paling penting dalam studi program ini.
• Untuk mengontrol insidensi penyakit DHF dan
beberapa penyakit lainnya, harus dimonitor
secara rutin.
Adapted from :
Therawiwat M, Fungladda W, Kaewkungwal J, Imamee N,
Steckler A. Community-based approach for prevention
and control of dengue hemorrhagic fever in
Kanchanaburi Province, Thailand. 2005

Thank You for Your Attention!

Más contenido relacionado

Similar a dengue fever management

Metoda Intervensi 2 juni.pdf
Metoda Intervensi 2 juni.pdfMetoda Intervensi 2 juni.pdf
Metoda Intervensi 2 juni.pdfmugiprajeni
 
PPT Proposal Childhood TB Research_FC & DC_Supervisi.pptx
PPT Proposal Childhood TB Research_FC & DC_Supervisi.pptxPPT Proposal Childhood TB Research_FC & DC_Supervisi.pptx
PPT Proposal Childhood TB Research_FC & DC_Supervisi.pptxssuser6f0b00
 
ppt KOMUNITAS PASAR IKAN maju.pptx
ppt KOMUNITAS PASAR IKAN maju.pptxppt KOMUNITAS PASAR IKAN maju.pptx
ppt KOMUNITAS PASAR IKAN maju.pptxchientyalesiana
 
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan KomunitasImplementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan KomunitasNurhaya Nurdin
 
document (1).pdf
document (1).pdfdocument (1).pdf
document (1).pdfElisMarifah
 
Analisis Situasi Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Situasi Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas Analisis Situasi Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Situasi Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas pjj_kemenkes
 
exemplo de ppt de correlação
exemplo de ppt de correlaçãoexemplo de ppt de correlação
exemplo de ppt de correlaçãossusere3e02f
 
Askep Kom dan Gerontik.pptx
Askep Kom dan Gerontik.pptxAskep Kom dan Gerontik.pptx
Askep Kom dan Gerontik.pptxYudiatma1
 
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityEvaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityDoel Hadji Fadly
 
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Sekretariat STBM
 
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptx
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptxfdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptx
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptxTini598662
 
Modul 4 kb4 dokumentasi
Modul 4 kb4 dokumentasiModul 4 kb4 dokumentasi
Modul 4 kb4 dokumentasipjj_kemenkes
 

Similar a dengue fever management (20)

Metoda Intervensi 2 juni.pdf
Metoda Intervensi 2 juni.pdfMetoda Intervensi 2 juni.pdf
Metoda Intervensi 2 juni.pdf
 
PPT Proposal Childhood TB Research_FC & DC_Supervisi.pptx
PPT Proposal Childhood TB Research_FC & DC_Supervisi.pptxPPT Proposal Childhood TB Research_FC & DC_Supervisi.pptx
PPT Proposal Childhood TB Research_FC & DC_Supervisi.pptx
 
ppt KOMUNITAS PASAR IKAN maju.pptx
ppt KOMUNITAS PASAR IKAN maju.pptxppt KOMUNITAS PASAR IKAN maju.pptx
ppt KOMUNITAS PASAR IKAN maju.pptx
 
Askep komunitas
Askep komunitasAskep komunitas
Askep komunitas
 
Randomize evaluation
Randomize evaluationRandomize evaluation
Randomize evaluation
 
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan KomunitasImplementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
 
document (1).pdf
document (1).pdfdocument (1).pdf
document (1).pdf
 
Analisis Situasi Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Situasi Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas Analisis Situasi Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Situasi Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
exemplo de ppt de correlação
exemplo de ppt de correlaçãoexemplo de ppt de correlação
exemplo de ppt de correlação
 
Askep Kom dan Gerontik.pptx
Askep Kom dan Gerontik.pptxAskep Kom dan Gerontik.pptx
Askep Kom dan Gerontik.pptx
 
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityEvaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
 
Fish bone
Fish boneFish bone
Fish bone
 
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
 
Program kesling 28042021
Program kesling 28042021Program kesling 28042021
Program kesling 28042021
 
BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
 
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptx
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptxfdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptx
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptx
 
STBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.pptSTBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.ppt
 
Modul 4 kb4 dokumentasi
Modul 4 kb4 dokumentasiModul 4 kb4 dokumentasi
Modul 4 kb4 dokumentasi
 

Más de Alfredo Bambang

Pembelahan sel dan siklus sel
Pembelahan sel dan siklus selPembelahan sel dan siklus sel
Pembelahan sel dan siklus selAlfredo Bambang
 
Struktur dan fungsi organel sel
Struktur dan fungsi organel selStruktur dan fungsi organel sel
Struktur dan fungsi organel selAlfredo Bambang
 
Sifat fisika dan kimia sel serta cara menganalisa sel
Sifat fisika dan kimia sel serta cara menganalisa selSifat fisika dan kimia sel serta cara menganalisa sel
Sifat fisika dan kimia sel serta cara menganalisa selAlfredo Bambang
 
Terapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hiv
Terapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hivTerapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hiv
Terapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hivAlfredo Bambang
 

Más de Alfredo Bambang (9)

Pembelahan sel dan siklus sel
Pembelahan sel dan siklus selPembelahan sel dan siklus sel
Pembelahan sel dan siklus sel
 
Struktur dan fungsi organel sel
Struktur dan fungsi organel selStruktur dan fungsi organel sel
Struktur dan fungsi organel sel
 
Sifat fisika dan kimia sel serta cara menganalisa sel
Sifat fisika dan kimia sel serta cara menganalisa selSifat fisika dan kimia sel serta cara menganalisa sel
Sifat fisika dan kimia sel serta cara menganalisa sel
 
Trematoda pbl8
Trematoda pbl8Trematoda pbl8
Trematoda pbl8
 
Toxoplasmosis
ToxoplasmosisToxoplasmosis
Toxoplasmosis
 
Immunodefisiensi
ImmunodefisiensiImmunodefisiensi
Immunodefisiensi
 
Acinetobacter
Acinetobacter Acinetobacter
Acinetobacter
 
Terapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hiv
Terapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hivTerapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hiv
Terapi gen dengan target gen ccr5 untuk pencegahan hiv
 
Avian influenza
Avian influenzaAvian influenza
Avian influenza
 

dengue fever management

  • 1. Community-Based Approach For Prevention And Control of Dengue Hemorrhagic Fever in Kanchanaburi Province, Thailand
  • 2. Anggota PBL 8 • Jessica Theo (2012060040) • Jesslyn Nathasya (2012060042) • Elen Angela (2012060043) • Denish Gunawan (2012060090) • Garry Grimaldi (2012060109) • Marcelin Suryana (2012060110) • Natasha Olivia Gunawan (2012060111) • Celine (2012060191) • Alfredo Bambang (2012060193) • Yustinus Harianto (2012060195) • Maria Gracia Devita Windharta (2012060196) • Felicia (2012060197) • Gabrielle Glenis (2012060212)
  • 3. Pendahuluan • Wabah besar DHF di Thailand terjadi pertama kali tahun 1958, terutama di Bangkok dan sekitarnya • Jumlah kasus tahun 1999-2003 bervariasi, mulai dari 30.000 - 120.000 kasus, dengan case fatality rate = 0,12 - 0,21 % • Menyerang kelompok usia < 15 tahun dan mengalami kenaikan dari 20% menjadi 30%, dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia 5-9 tahun
  • 4. Pendahuluan • Wabah DHF perlu dipelajari lebih lanjut karena tidak hanya terjadi saat musim hujan, tetapi sepanjang tahun • Komunitas merupakan titik utama dalam perkembangan, pelaksanaan dan evaluasi Community-Based DHF Control Program • Di Thailand program pencegahan yang ada kurang efektif, penyebabnya karena sulitnya menyatukan semua sektor • Perlu perhatian khusus pada partisipasi masyarakat untuk mencegah & mengontrol DHF, diiringi kebiasaan hidup serta budaya setempat
  • 5. Pendahuluan • Komunitas perlu melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengurangi sumber penyebaran penyakit : – Mengosongkan tempat penampungan air – Membuang barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas, dsb – Mencegah nyamuk berkembang biak di tambak / tempat lainnya
  • 6. Latar Belakang • Angka morbiditas DHF di propinsi Kanchanaburi : 86,5 per 100.000 populasi (melebihi target nasional < 60 per 100.000 populasi) • Angka insidensi tertinggi pada distrik Mueang • Penelitian ini dilakukan di dua desa pada distrik Mueang untuk melihat efektivitas community-based empowerment program (CBEP) dalam mengubah pengetahuan, melihat kerentanan, mengukur keberhasilan kegiatan survei yang berkaitan dengan pencegahan DHF (melalui pengamatan CI, HI, BI) Container Index (CI): % tempat penampungan yang positif untuk jentik A. aegypti House Index (HI): % rumah yang positif terdapat jentik-jentik A. aegypti Breteau Index (BI): jumlah tempat penampungan yang positif mengandung jentik-jentik pada setiap 100 rumah
  • 7.
  • 8. • Lokasi studi: 1 desa di sub distrik Vang Yen & 1 desa di sub distrik Ban Kao • Tokoh masyarakat di desa Vang Yen yang diketahui: relawan kesehatan desa, kepala desa, guru sekolah, petugas kesehatan sub distrik, dan anggota TAO (Tambon Administration Organization) • Mereka semua diberdayakan melalui CBEP (Community-based Empowerment Program) • Strategi program ini yaitu pelatihan tentang konsep dasar proses penyelesaian masalah: identifikasi masalah, klarifikasi masalah, identifikasi kemungkinan solusinya, pengembangan proyek, implementasi, dan evaluasi
  • 9. • Setiap tokoh masyarakat merencanakan aktivitas kontrol DHF dengan wakil anggota rumah tangga di daerah mereka • Untuk meningkatkan pengalaman belajar melalui pembelajaran partisipatif, maka setiap output dan outcome dilaporkan pada rapat bulanan • Keefektivan program dinilai dengan indikator: pengetahuan yang didapat mengenai DHF digunakan untuk menilai output; survei jentik nyamuk secara berkala • Eliminasi dan kontrol tempat perkembangbiakan nyamuk digunakan untuk menilai output program • Reduksi CI, HI, & BI digunakan untuk menilai outcome program
  • 10. • Instrumen penelitian berupa kuesioner dan formulir survei larva • Kuesioner terdiri dari 4 bagian: variabel sosiodemografik, pengetahuan akan DHF, kerentanan yang diketahui dan self-efficacy, & dan kebiasaan dalam mengontrol dan mengeliminasi nyamuk, juga survei jentik yang dilakukan secara berkala • Koefisien Cronbach’s alpha digunakan untuk menilai keandalan kuesioner • Survei jentik dilakukan pada awal, tengah, dan akhir program • Data kualitatif dikumpulkan dari tokoh masyarakat serta wakil dari rumah tangga terpilih
  • 11. • Analisis univariat dilakukan untuk variable demografik • Student’s t-test dilakukan untuk menilai perbedaan pengetahuan, persepsi, self-efficacy, dan praktek survei larva antara kelompok percobaan dan perbandingan • Variabel yang sangat terkait (Beta value) pada praktek survei larva dianggap untuk inklusi dalam model multivariat • Multiple Classification Analysis (MCA) digunakan untuk menentukan faktor penting, penyesuaian untuk semua variabel model dalam memprediksi perilaku saat survei jentik
  • 12.
  • 13.
  • 14. Sampel dalam Penelitian (Rata2 Kedua Kelompok) Sampel studi terdiri dari : • 53 tokoh masyarakat (18,5%) dan 234 perwakilan anggota rumah tangga (81,5%). • Mayoritas adalah perempuan (55,4%), usia 30-49 tahun (53,7%). • Sekitar 69,0% sudah menikah, • Tingkat pendidikan terakhir kelas 6 Sekolah Dasar atau lebih rendah (52,3%). • Pekerjaan : petani (28,9%) dan pekerja tidak terampil (32,1%) dengan pendapatan bulanan ≤ 3.000 baht (sekitar US $ 75) (41,8%).
  • 15.
  • 16. Perbandingan Kedua Populasi Sampel • Chi-square (χ2) test Tidak ada perbedaan yang signifikan antara eksperimen dan kontrol kecuali pada umur dan pekerjaan → p < 0,05 (Tabel 1) • Penting untuk analisis bivariat berikutnya • Pengetahuan tentang DBD, kerentanan terhadap DBD, pertahanan tubuh kontrol dan penghapusan tempat berkembang biak nyamuk
  • 17. Uji Signifikansi • Uji signifikansi antara nilai mean dari variabel output dalam kelompok percobaan dan kelompok pembanding baik sebelum dan sesudah percobaan diringkas dalam Tabel 2.
  • 18.
  • 19. Skor tentang Pengetahuan mengenai DBD • Skor minimum dan maksimum : 0-12 (untuk pengetahuan tentang DBD) Sebelum percobaan : • Kelompok pembanding (7,09) > Kelompok eksperimen (6,87) • p-value=0.383 Setelah percobaan : • Kelompok eksperimen (9.58) > Kelompok pembanding (7,46) • p-value < 0.01
  • 20.
  • 21. Perbedaan CI, HI dan BI • Selama survei pertama, sebelum percobaan, kedua kelompok penelitian memiliki CI, HI,dan BI lebih tinggi dari target maksimum nasional untuk CI dan HI = 10, dan BI = 50. • Namun ketika CI, HI, dan BI dari survei pertama, kedua, dan ketiga dibandingkan, ditemukan bahwa hanya CI, HI, dan BI kelompok percobaan yang menurun.
  • 22. Indeks Daerah Perkembangbiakan • Tabel 4 menunjukkan Indeks untuk daerah tempat perkembangbiakan utama Aedes aegypti selama survei pertama, kedua, dan ketiga.
  • 23.
  • 24.
  • 25. Hasil Survei Survei pertama : • 5 besar tempat perkembangbiakann nyamuk Aedes aegypti (eksperimental) : 1. Sampah (botol bekas, kaleng bekas, plastik, batok kelapa dan botol rusak) 2. Air toilet 3. Diluar dan didalam barang rumah tangga 4. Air semen 5. Tempat penyimpanan
  • 26. Nilai CI • Nilai CI pada tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti ini pada daerah pembanding tidak terlihat seperti adanya penurunan, namun meningkat pada survei kedua dan ketiga
  • 27.
  • 28. • Multiple Classification Analysis (MCA) • Model aditif, variabel yang siginifikan dan mempunyai nilai β (β value) yang lebih tinggi • Laki-laki, tokoh masyarakat, lansia memiliki tingkat pengetahuan, persepsi dan pertahanan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.
  • 29.
  • 30. • DHF telah menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat selama kurang lebih 30 tahun. • Usaha untuk mengontrol pertumbuhan dari nyamuk Aedes juga sudah diterapkan dari provinsi hingga community-based dengan menggunakan volunteer kesehatan. • Akan tetapi, semua usaha ini masih kurang efektif terhadap pembasmian DHF, dikarenakan DHF tetap menjadi masalah kesehatan hampir diseluruh negara.
  • 31. • Usaha yang efektif yang seharusnya dilakukan adalah dengan memusnahkan habitat dari larva Aedes aegypti. • 2 desa dari distrik Mueang dari Kanchanaburi memiliki tingkat insiden tertinggi untuk DHF • 2 desa ini dipakai untuk menjadi patokan dalam melihat efektivitas dari pendekatan komunitas untuk usaha preventif terhadap DHF
  • 32. • Hasil dari usaha ini meningkat secara signifikan. Hal ini dikarenakan program dari pemberdayaan berbasis komunitas mampu membuat pemimpin masyarakat tersebut menjadi aktif berpartisipasi. • Setiap perwakilan dari tiap daerah mempunyai tanggung jawab dalam mengontrol pemusnahan habitat nyamuk Aedes aegypti. • Setelah itu semua yang didapat dari perwakilan daerah ini akan didiskusikan dengan perwakilan daerah lainnya setiap bulannya. • Hal ini dilakukan untuk memonitor program kerja dan re-planning jika dibutuhkan
  • 33. • Dari hasil yang didapat terlihat jelas bahwa cara ini sangat efektif dalam membasmi DHF. • Hasilnya insiden DHF menurun secara drastis hingga mencapai lebih rendah dari target nasional. • Hal ini dibuktikan pada hasil survei yang dilakukan setiap minggu saat program ini berlangsung.
  • 34. • Setelah melakukan eksperimen ini, dinyatakan bahwa daerah studi merupakan prediktor terbaik. • Dalam studi ini dengan semakin banyaknya survei yang dilakukan, maka tingkat kesuksesan program ini akan meningkat secara signifikan. • Hal ini disebabkan dengan bertambahnya survei maka akan berdampak langsung kepada tindakan pemimpin masyarakat setempat.
  • 35. Conclusion • Program studi ini terbukti efektif dan telah dibuktikan dengan unvariate, bivariate, dan multivariate data analysis. • Kerjasama dalam usaha mencegah DHF pada tingkat primer, sekunder, dan tersier dengan pemimpin masyarakat merupakan salah satu titik paling penting dalam studi program ini. • Untuk mengontrol insidensi penyakit DHF dan beberapa penyakit lainnya, harus dimonitor secara rutin.
  • 36. Adapted from : Therawiwat M, Fungladda W, Kaewkungwal J, Imamee N, Steckler A. Community-based approach for prevention and control of dengue hemorrhagic fever in Kanchanaburi Province, Thailand. 2005 Thank You for Your Attention!