SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 139
Ema Pristi Yunita, M.Farm.Klin., Apt.
STATISTIK PARAMETRIK
Learning Outcomes
Pada akhir kuliah ini,
diharapkan mahasiswa
akan mampu:
Membedakan teknik analisis
data Statistik Parametrik dan
Statistik Non Parametrik
Mendemonstrasikan Teknik
analisis data dengan Statistik
Parametrik
STATISTIKA kegiatan untuk:
• Mengumpulkan data
• Menyajikan data
• Menganalisis data dengan metode tertentu
• Menginterpretasikan hasil analisis
Konsep Statistika
Melalui fase
STATISTIKA DESKRIPTIF:
Berkenaan dengan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian sebagian
atau seluruh data (pengamatan) tanpa pengambilan kesimpulan
dan fase
STATISTIKA INFERENSI:
Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan berbagai metode statistik utk
menganalisis data, dan kemudian dilakukan interpretasi serta diambil
kesimpulan.
Statistika inferensi akan menghasilkan generalisasi (jika sampel
representatif).
Statistika & Metode Ilmiah
METODE ILMIAH:
Adalah salah satu cara mencari kebenaran yg bila ditinjau
dari segi penerapannya, risiko utk keliru paling kecil
LANGKAH-LANGKAH DALAM METODE ILMIAH:
1. Merumuskan masalah
2. Melakukan studi literatur
3. Membuat dugaan-dugaan, pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis
4. Mengumpulkan & mengolah data, menguji hipotesis,
atau menjawab pertanyaan
5. Mengambil kesimpulan
PERAN STATISTIKA
INSTRUMEN
SAMPEL
VARIABEL
SIFAT DATA
METODE ANALISIS
DATA
NOMINAL
ORDINAL
INTERVAL
RASIO
KUANTITATIF
KUALITATIF JENIS
DATA
DATA
DATA KUALITATIF:
Data yang dinyatakan
dalam bentuk bukan
angka
Contoh: jenis pekerjaan,
status pernikahan, tingkat
kepuasan kerja
DATA KUANTITATIF:
Data yang dinyatakan
dalam bentuk angka
Contoh: lama bekerja,
jumlah gaji, usia, hasil
ujian
DATA terbagi atas DATA KUALITATIF dan DATA KUANTITATIF
DATA NOMINAL:
Data berskala nominal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi
CIRI: posisi data setara/sederajat/tdk bertingkat
tidak bisa dilakukan operasi matematika (+, -, x, :)
CONTOH: variabel jenis kelamin (kategori laki-laki & perempuan)
DATA ORDINAL:
Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi, tetapi
diantara data tersebut terdapat hubungan
CIRI: posisi data tdk setara/tdk sederajat/kategori yg bertingkat
tidak bisa dilakukan operasi matematika (+, -, x, :)
CONTOH: variabel tingkat pendidikan (kategori pendidikan rendah, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi)
DATA INTERVAL:
Data berskala interval adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak antara
dua titik skala sudah diketahui, variabel tdk mempunyai nilai nol alami
CIRI: tidak ada kategorisasi
bisa dilakukan operasi matematika
CONTOH: suhu badan (nol derajat skala Celcius berbeda dgn nol derajat skala Fahrenheit)
DATA RASIO:
Data berskala rasio adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak antara dua
titik skala sudah diketahui dan variabel mempunyai titik 0 (nol) absolut/alami
CIRI: tidak ada kategorisasi
bisa dilakukan operasi matematika
CONTOH: berat badan, tinggi badan, kadar glukosa darah, kadar kolesterol
DATA
Pengolahan Data
PROSEDUR PENGOLAHAN DATA :
A. PARAMETER : Berdasarkan parameter yang ada, statistik dibagi menjadi
• Statistik PARAMETRIK : berhubungan dengan inferensi statistik yang
membahas parameter-parameter populasi; jenis data interval atau rasio; distribusi
data normal atau mendekati normal
• Statistik NONPARAMETRIK : inferensi statistik tidak membahas parameter-
parameter populasi; jenis data nominal atau ordinal; distribusi data tidak
diketahui atau tidak normal
B. JUMLAH VARIABEL : berdasarkan jumlah variabel, statistik dibagi menjadi
• Analisis UNIVARIAT : hanya ada 1 pengukuran (variabel) untuk n sampel atau
beberapa variabel tetapi masing-masing variabel dianalisis sendiri-sendiri.
• Analisis BIVARIAT : analisis secara simultan dari 2 variabel
• Analisis MULTIVARIAT : pengukuran lebih dari 2 variabel untuk n sampel
dimana analisis antar variabel dilakukan bersamaan. Contoh : pengaruh motivasi
terhadap pencapaian akademik yang dipengaruhi oleh faktor latar belakang
pendidikan orang tua, faktor sosial ekonomi, faktor sekolah
Pengolahan Data
Analisis
Univariat
SATU Analisis
Multivariat
DUA / LEBIH
Jumlah Variabel ???
Statistik
Non Parametrik
NOMINAL
ORDINAL
Statistik
Parametrik
INTERVAL
RASIO
MULAI
Jenis Data ???
Dilakukan Uji
Normalitas
TABEL UJI HIPOTESIS BIVARIAT
Masalah skala
pengukuran
Jenis hipotesis (asosiasi)
Komparatif Korelatif
Tidak berpasangan Berpasangan
Numerik 2 kelompok > 2 kelompok 2 kelompok > 2 kelompok Pearson*
Uji t tidak
berpasangan
One way ANOVA Uji t
berpasangan
Repeated
ANOVA
Kategorik (Ordinal) Mann Whitney Kruskal-Wallis Wilcoxon Friedman Spearman
Somers’d
Gamma
Kategorik
(Nominal/Ordinal)
Chi-Square
Fisher
Kolmogorov-Smirnov
(tabel B x K)
McNemar, Cochran
Marginal Homogeneity
Wilcoxon, Friedman
(prinsip P x K)
Koefisien
Kontingensi
Lambda
• Metode komparatif  digunakan kata hubungan atau perbandingan
• Metode korelatif  digunakan kata korelasi
UJI HIPOTESIS BIVARIAT
KETERANGAN:
1. Uji dengan tanda * merupakan uji parametrik
2. Tanda panah ke bawah menunjukkan uji alternatif jika
syarat uji parametrik tidak terpenuhi
3. Untuk hipotesis komparatif numerik, perlu diperhatikan
banyaknya kelompok
4. Untuk hipotesis komparatif kategorik tidak
berpasangan, pemilihan uji menggunakan “tabel B x
K”
5. Untuk hipotesis komparatif kategorik berpasangan,
pemilihan uji menggunakan “prinsip P x K”
Langkah-Langkah Penggunaan
Tabel Uji Hipotesis Bivariat
1. Menentukan variabel yg dihubungkan
2. Menentukan jenis hipotesis
3. Menentukan masalah skala pengukuran
4. Menentukan berpasangan/tidak
berpasangan
5. Menentukan jumlah kelompok atau
menentukan jenis tabel
Bila jenis hipotesis komparatif numerik, tentukan
banyaknya kelompok.
Bila jenis hipotesis komparatif kategorik tidak
berpasangan, tentukan jenis tabel B x K.
Bila jenis hipotesis komparatif kategorik berpasangan,
tentukan jenis “prinsip P x K.”
Pahami Istilah-Istilah Berikut Ini untuk Dapat
Menggunakan Tabel Uji Hipotesis Bivariat
1. Skala pengukuran: kategorik atau
numerik
2. Jenis hipotesis: komparatif atau korelatif
3. Masalah skala pengukuran: numerik atau
kategorik
4. Pasangan: berpasangan atau tidak
berpasangan
5. Jumlah kelompok: 2 kelompok atau > 2
kelompok
6. Syarat uji parametrik dan non parametrik
7. Prinsip tabel B x K dan P x K
Istilah pertama:
Skala pengukuran variabel
Skala pengukuran kategorik
(nominal-ordinal)
Skala pengukuran numerik
(rasio-interval)
KESEPAKATAN:
Kategorik  kualitatif
Numerik  nonkategorik & kuantitatif
Program SPSS:
Digunakan istilah scale utk istilah
nonkategorik & kuantitatif
SKALA PENGUKURAN VARIABEL
SKALA PENGUKURAN
KATEGORIK / KUALITATIF NUMERIK /
NON KATEGORIK / KUANTITATIF
Nominal Interval
Contoh: Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Contoh: Suhu tubuh
Ordinal Rasio
Contoh:
Tingkat Pendidikan
- Pendidikan rendah
- Pendidikan menengah
- Pendidikan tinggi
Contoh:
- Berat badan
- Tinggi badan
- Kadar glukosa darah
- Kadar kolesterol
Klasifikasi kadar kolesterol:
- Rendah
- Normal
- Tinggi
NOMINAL & ORDINAL (KATEGORIK)
Variabel nominal & variabel ordinal disebut variabel kategorik
krn variabel tsb mempunyai kategori variabel
CONTOH:
Jenis kelamin  variabel
“laki-laki” dan “perempuan”  kategori variabel
CONTOH:
Klasifikasi kadar kolesterol  variabel
‘baik’, ‘sedang,’ ‘buruk’  kategori
Variabel nominal punya kategori yg sederajat/tdk bertingkat,
ex: variabel jenis kelamin dgn kategori laki-laki & perempuan
Variabel ordinal punya kategori yg tidak sederajat/kategori yg
bertingkat, ex: variabel kolesterol dgn kategori baik, sedang,
buruk
RASIO & INTERVAL (NUMERIK)
Variabel rasio & interval disebut variabel numerik krn variabel tsb
tidak punya kategori variabel
Cara membedakan variabel rasio & interval:
Berdasarkan nilai “nolnya”
Variabel Rasio:
Variabel punya nilai nol alami, ex: TB, BB, jarak
Variabel Interval:
Variabel tidak punya nilai nol alami, ex: suhu (nol derajat pd skala
Celcius berbeda dgn nol derajat pd skala Fahrenheit)
Istilah kedua:
Jenis hipotesis
• Pahami antara uji hipotesis, hipotesis komparatif,
dan hipotesis korelatif
• Uji hipotesis: metode utk mengetahui hubungan
(association) antara variabel yg bisa dilakukan
dengan 2 cara, yaitu secara komparatif
(comparation) dan korelatif (correlation)
• Utk menunjukkan bahwa metode yg dipakai utk
mencari hubungan antarvariabel adalah metode
komparatif  digunakan kata hubungan atau
perbandingan
• Utk menunjukkan bahwa metode yg dipakai utk
mencari hubungan antarvariabel adalah metode
korelatif  digunakan kata korelasi
Istilah kedua:
Jenis hipotesis
1. Pertanyaan penelitian utk hipotesis komparatif
• Apakah terdapat perbedaan rerata kadar glukosa antara
kelompok yg mendapat pengobatan glibenklamid &
kelompok plasebo?
• Apakah terdapat hubungan antara kadar glukosa darah
dengan jenis pengobatan yg diterima (glibenklamid &
plasebo)?
• Apakah terdapat perbedaan terjadinya kanker paru
antara perokok & bukan perokok?
• Apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok &
terjadinya kanker paru?
2. Pertanyaan penelitian utk hipotesis korelatif
• Berapa besar korelasi antara kadar trigliserida dan kadar
glukosa darah?
Apakah perbedaan hipotesis komparatif dengan
korelatif?
• Perbedaan mendasar pada kedua uji tsb adalah pada output
yg ingin diperoleh.
• Bila peneliti ingin mengetahui asosiasi itu dengan parameter
koefisien korelasi (r)  gunakan hipotesis korelatif.
• Bila parameter yg diinginkan bukan koefisien korelasi tetapi
“parameter yg lain”  gunakan hipotesis komparatif.
Istilah ketiga:
Masalah skala pengukuran numerik atau
kategorik
Untuk hipotesis komparatif:
 Yang dimaksud dgn masalah skala kategorik adalah bila
variabel yg dicari asosiasinya adalah variabel kategorik
dgn variabel kategorik.
 Yang dimaksud dgn masalah skala numerik adalah bila
variabel yg dicari asosiasinya adalah variabel kategorik
dgn variabel numerik.
Untuk hipotesis korelatif:
 Yang dimaksud dgn masalah skala kategorik adalah bila
salah satu variabel yg dicari asosiasinya adalah variabel
kategorik.
 Yang dimaksud dgn masalah skala numerik adalah bila
variabel yg dicari asosiasinya adalah variabel numerik
dgn variabel numerik.
Mengidentifikasi Jenis Analisis Bivariat dengan
Menentukan Skala Pengukuran Variabel
Jenis hipotesis Variabel yg dicari asosiasinya Istilah
Variabel 1 Variabel 2
Hipotesis
komparatif
Kategorik Kategorik Komparatif kategorik
Kategorik Numerik Komparatif numerik
Numerik Numerik -
Hipotesis korelatif Kategorik Kategorik Korelatif kategorik
Kategorik Numerik Korelatif kategorik
Numerik Numerik Korelatif numerik
Istilah keempat & kelima:
Pasangan dan jumlah kelompok
Ilustrasi satu: dua kelompok tidak berpasangan
 Anda mengukur tekanan darah subjek
penelitian. Subjek penelitian tsb berasal dari 2
kelompok, yaitu kelompok daerah rural &
kelompok daerah urban.
 Data TD kelompok rural adalah satu kelompok
data sedangkan data TD kelompok urban
adalah kelompok data yg lain.
 Dari segi jumlah  didapat 2 kelompok data.
 Dari segi pasangan  didapat kelompok data
yg tidak berpasangan krn individu dari kedua
kelompok data tsb berbeda.
Istilah keempat & kelima:
Pasangan dan jumlah kelompok
Ilustrasi dua: dua kelompok berpasangan
 Ada sekelompok mahasiswa yg diukur BB nya
sebanyak 2 kali, yaitu pada Jan 2015 & Feb
2015.
 Data BB mahasiswa pd Jan  satu kelompok
data.
 Data BB mahasiswa pd Feb  sekelompok
data lagi.
 Dari segi jumlah  didapat 2 kelompok data
(yaitu BB mahasiswa pd Jan & Feb).
 Dari segi berpasangan  didapat kelompok
data yg berpasangan krn individu dari kedua
kelompok data adalah individu yg sama.
Istilah keempat & kelima:
Pasangan dan jumlah kelompok
Ilustrasi tiga: kelompok berpasangan karena matching
 Ilustrasi sama dengan ilustrasi pertama. Anda
mengukur TD subjek penelitian yg berasal dari
2 kelompok, yaitu kelompok daerah rural &
kelompok daerah urban.
 Dalam prosedur pemilihan subjek penelitian,
Anda melakukan proses matching, yaitu setiap
subjek dari kelompok rural dicarikan
pasangannya yg punya karakteristik yg sama
dengan subjek dari kelompok urban.
 Dari segi jumlah  didapat 2 kelompok data.
 Dari segi berpasangan  didapat kelompok
data yg berpasangan krn ada proses matching.
Istilah keempat & kelima:
Pasangan dan jumlah kelompok
Ilustrasi empat: kelompok berpasangan karena desain
cross over
 Jenis data kelompok berpasangan bisa juga
diperoleh pada suatu uji klinis yg menggunakan
desain cross over.
 Pada desain ini, pada periode tertentu subjek
penelitian akan menerima obat A.
 Setelah menyelesaikan obat A, subjek penelitian
akan menerima obat B selama periode tertentu.
 Dengan cara ini, akan diperoleh data ketika subjek
penelitian menggunakan obat B.
 Data obat A dengan data obat B dikatakan
berpasangan karena data tsb diperoleh dari
individu yg sama.
Berpasangan &
Tidak Berpasangan
Dua atau lebih kelompok data
dikatakan berpasangan
Apabila data tsb dari individu
yg sama
Baik krn pengukuran berulang,
proses matching, atau krn
desain cross over
Dua atau lebih kelompok data
dikatakan tidak berpasangan
Apabila data berasal dari
subjek yg berbeda
Tanpa prosedur matching
Istilah keenam:
Syarat uji parametrik & nonparametrik
Uji Parametrik
Tiga syarat
yg perlu
diperhatikan
Skala
pengukuran
variabel
Distribusi
data
Varians
data
1. Masalah skala pengukuran variabel: Skala pengukuran
variabel harus variabel numerik.
2. Distribusi data: distribusi data harus normal.
3. Varians data:
a. Kesamaan varians tidak menjadi syarat utk uji kelompok yg
berpasangan.
b. Kesamaan varians adalah syarat tidak mutlak utk 2 kelompok
tidak berpasangan, artinya varians data boleh sama boleh
juga berbeda.
c. Kesamaan varians adalah syarat mutlak utk > 2 kelompok
tidak berpasangan artinya varians data harus/wajib sama.
Istilah keenam:
Syarat uji parametrik & nonparametrik
Uji Nonparametrik
Uji nonparametrik digunakan utk keadaan sbb:
1. Jika masalah skala pengukuran variabel adalah kategorik (ordinal &
nominal).
2. Jika data dengan masalah skala pengukuran numerik tetapi tdk
memenuhi syarat utk uji parametrik (misalnya distribusi data tidak
normal), maka dilakukan uji nonparametrik yg merupakan alternatif
dari uji parametriknya (Lihat tanda panah pada tabel uji
hipotesis).
• Uji Wilcoxon
Alternatif uji t
berpasangan
• Uji Mann-Whitney
Alternatif uji t tidak
berpasangan
Alternatif uji repeated
ANOVA
• Uji Kruskal-Wallis
Alternatif uji one way
ANOVA
• Uji Friedman
Metode untuk Mengetahui Suatu Set Data Memiliki
Distribusi Normal atau Tidak
Metode Parameter Kriteria sebaran data
dikatakan normal
Keterangan
Deskriptif Koefisien varian Nilai koefisien varians < 30% [SD/mean] x 100%
Rasio skewness Nilai rasio skewness -2 s/d 2 S kewness
SE Skewness
Rasio kurtosis Niali rasio kurtosis -2 s/d 2 Kurtosis
SE Kurtosis
Histogram Simetris tidak miring kiri
maupun kanan, tidak terlalu
tinggi atau terlalu rendah
Box plot Simetris median tepat di
tengah, tidak ada outlier atau
nilai ekstrim
Normal Q-Q plots Data menyebar sekitar garis
Detrended Q-Q plots Data menyebar sekitar garis
pada nilai 0
Analitik Kolmogorov-Smirnov Nilai kemaknaan (p) > 0,05 Utk sampel besar (> 50)
Shapiro-Wilk Nilai kemaknaan (p) > 0,05 Utk sampel kecil (≤ 50)
Metode untuk Mengetahui Dua Buah Data atau Lebih
Mempunyai Varians Sama atau Tidak
Uji varians (Levene’s test) digunakan
utk mengetahui apakah dua atau lebih
kelompok data punya varians yg sama
atau tidak
Jika uji varians
menghasilkan nilai p > 0,05
Maka varians dari data yg
diuji adalah sama
Istilah ketujuh:
Tabel B x K
 B adalah singkatan dari baris dan K dari kolom.
 Pada baris (B)  diletakkan variabel
independent / bebas.
 Pada kolom (K)  diletakkan variabel
dependent / terikat.
 Jenis tabel ditentukan oleh jumlah baris &
kolomnya.
 Jika jumlah baris ada 3 dan kolom 3  disebut
tabel 3x3.
Istilah ketujuh:
Tabel B x K
Tingkat pengetahuan Total
Rendah Sedang Tinggi
Tingkat
pendidikan
Rendah a b c a+b+c
Sedang d e f d+e+f
Tinggi g h i g+h+i
Total a+d+g b+e+h c+f+i N
Contoh Tabel Silang 3x3
 Tabel di atas disebut tabel 3x3  jumlah baris ada 3 dan jumlah kolom ada 3
 Baris ada 3  tingkat pendidikan dibagi menjadi 3 kategori (rendah, sedang,
tinggi)
 Kolom ada 3  tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori (rendah, sedang,
tinggi)
 Persilangan antara satu kategori dengan kategori lain  SEL
 Pada tabel 3x3, terdapat 9 sel yg diberi nama mulai dari sel a s.d sel i
 Variabel tingkat pendidikan & tingkat pengetahuan merupakan variabel kategorik
 Hubungan antara 2 buah variabel ordinal tsb dapat disajikan dlm bentuk tabel
silang (tabel BxK)
Istilah ketujuh:
Prinsip P x K
 P adalah singkatan dari pengulangan dan K
dari kategori.
 Jenis prinsip P x K ditentukan oleh jumlah
pengulangan dan kategori.
 Jika jumlah pengulangan ada 2 dan kategori
ada 2  prinsip tsb disebut 2 x 2.
Istilah ketujuh:
Prinsip P x K
Pengetahuan sesudah penyuluhan
Baik Buruk
Pengetahuan
sebelum
penyuluhan
Baik a b a+b
Buruk c d c+d
a+c b+d N
Contoh Prinsip 2x2
 Tabel di atas sbg contoh prinsip 2x2  jumlah pengulangan ada 2 dan jumlah
kategori ada 2
 Pengulangan ada 2  pengetahuan diukur 2 kali, yaitu saat sebelum & setelah
penyuluhan
 Kategori ada 2  variabel pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu
baik & buruk
 Dengan demikian:
1.Bila pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali & kategori variabel sebanyak 2 kategori 
prinsip P x K yg terjadi adalah 3 x 2
2.Bila pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali & kategori variabel sebanyak 3 kategori 
prinsip P x K yg terjadi adalah 2 x 3
RESUME ANALISIS BIVARIAT
Resume hipotesis komparatif skala
pengukuran numerik
Resume hipotesis komparatif skala
pengukuran ordinal
Resume hipotesis komparatif skala pengukuran
kategorik tdk berpasangan dlm bentuk B x K
Resume hipotesis komparatif skala pengukuran
kategorik berpasangan dlm bentuk P x K
Resume hipotesis korelatif
Masalah skala
pengukuran
Jenis hipotesis asosiatif
Komparatif
Tidak berpasangan Berpasangan
Numerik 2 kelompok > 2 kelompok 2 kelompok > 2 kelompok
Uji t tidak
berpasangan
One way ANOVA Uji t berpasangan Repeated ANOVA
Mann-Whitney Kruskal-Wallis Wilcoxon Friedman
Tabel uji hipotesis:
alur menuju pemilihan uji hipotesis komparatif variabel numerik
(1) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Variabel Numerik
(1) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Variabel Numerik
Diagram Alur Uji Hipotesis Variabel Numerik
Sebaran Normal?
TIDAK
YA
Varians?
Jumlah
kelompok?
Varians?
Sama Berbeda
UJI PARAMETRIK
YANG SESUAI
Sama
Berbeda
Hipotesis komparatif
Variabel numerik
Berpasangan Tidak
Berpasangan
UJI NON
PARAMETRIK
2 Kelompok
> 2 Kelompok
(2) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Variabel Ordinal
Masalah skala
pengukuran
Jenis hipotesis asosiatif
Komparatif
Tidak berpasangan Berpasangan
Kategorik
(Ordinal)
2 kelompok > 2 kelompok 2 kelompok > 2 kelompok
Mann-Whitney Kruskal-Wallis Wilcoxon Friedman
Tabel uji hipotesis:
alur menuju pemilihan uji hipotesis komparatif variabel ordinal
Uji komparatif untuk data ordinal seringkali menjadi alternatif
uji hipotesis untuk data numerik yg tidak memenuhi syarat
untuk uji parametrik
(3) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K
Tabel uji hipotesis:
alur menuju pemilihan uji hipotesis variabel kategorik tidak berpasangan
Masalah skala pengukuran Jenis hipotesis asosiatif komparatif
Tidak berpasangan
Kategorik (Nominal/Ordinal) Chi-Square
Fisher
Kolmogorov-Smirnov
(Tabel B x K)
Diagram Alur Uji Hipotesis Variabel Kategorik
Kelompok Tidak Berpasangan
(3) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K
TABEL B x K
TABEL 2 x 2 TABEL 2 x K TABEL SELAIN 2 x 2
DAN 2 x K
Syarat uji Chi-Square terpenuhi
Uji Fisher Uji
Kolmogorov-Smirnov
Penggabungan Sel
Tidak terpenuhi Tidak terpenuhi Tidak terpenuhi
KETERANGAN
Diagram Alur Uji Hipotesis Variabel Kategorik Kelompok Tidak Berpasangan
(3) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K
1. Semua hipotesis utk kategorik tidak berpasangan menggunakan uji Chi-
Square, bila memenuhi syarat uji Chi-Square.
2. Syarat uji Chi-Square adalah sel yg mempunyai nilai expected kurang
dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel.
3. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya.
a. Alternatif uji Chi-Square utk tabel 2 x 2 adalah uji Fisher.
b. Alternatif uji Chi-Square utk tabel 2 x K adalah uji Kolmogorov-
Smirnov.
c. Alternatif uji Chi-Square utk tabel selain 2 x 2 dan 2 x K adalah
penggabungan sel. Setelah dilakukan penggabungan sel akan
terbentuk suatu tabel B x K yg baru. Uji hipotesis yg dipilih sesuai
dengan tabel B x K yg baru tsb.
Contoh output SPSS untuk tabel 2 x 2 dengan menampilkan nilai observed dan nilai
expected-nya
(3) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K
Hubungan antara perilaku merokok dengan status fertilitas
Status Fertilitas Total
Fertil Infertil
Perilaku merokok Tidak merokok Count 35 15 50
Expected count 27.5 22.5 50.0
Merokok Count 20 30 50
Expected count 27.5 22.5 50.0
Total Count 55 45 100
Expected count 55.0 45.0 100.0
KETERANGAN
Pada sel a, nilai observed-nya (lihat pada lajur count) adalah 35 sedangkan nilai expected-nya (lihat
pada lajur expected count) adalah 27,5.
Pada sel b, nilai observed-nya adalah 15 sedangkan nilai expected-nya adalah 22,5 dan seterusnya
untuk sel lainnya.
(3) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K
Nilai expected dihitung dengan persamaan:
Total Baris x Total Kolom
Total Sampel
Sebagai contoh:
Nilai expected sel a = Total Baris x Total Kolom = 50 x 55 = 27,5
Total Sampel 100
Nilai expected sel d = Total Baris x Total Kolom = 50 x 45 = 22,5
Total Sampel 100
Pada tabel ini, dapat digunakan uji Chi-Square karena syarat uji Chi-
Square terpenuhi, yaitu tidak ada nilai expected yg kurang dari 5.
Nilai Observed (O) adalah nilai observasi yg didapatkan pada subjek
penelitian.
Nilai Expected (E) adalah nilai yg diperoleh apabila hipotesis nol benar.
(4) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Variabel Kategorik Berpasangan (Prinsip P x K)
Tabel uji hipotesis:
alur menuju pemilihan uji hipotesis variabel kategorik berpasangan
Masalah skala pengukuran Jenis hipotesis asosiatif
Komparatif
Berpasangan
Kategorik (Nominal/Ordinal) McNemar, Cochran
Marginal Homogeneity
Wilcoxon, Friedman
(tabel P x K)
(4) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Variabel Kategorik Berpasangan (Prinsip P x K)
Diagram Alur Uji Hipotesis Variabel Kategorik
Kelompok Berpasangan
Jumlah kategori?
(> 2) x 2
Cochran
(> 2) x (> 2)
Friedman
2 kategori > 2 kategori
2 kategori
2 x 2
McNemar
> 2 kategori
2 x (> 2)
Marginal
Homogeneity
Wilcoxon
2
Jumlah pengulangan?
> 2
Hipotesis komparatif
Kategorik berpasangan
(prinsip P x K)
(4) Resume Uji Hipotesis Komparatif
Variabel Kategorik Berpasangan (Prinsip P x K)
KESIMPULAN:
1. Jika jumlah pengulangan 2 dan jumlah kategori 2 maka uji yg
digunakan adalah uji McNemar.
2. Jika jumlah pengulangan 2 dan jumlah kategori > 2 maka uji
yg digunakan adalah uji Marginal Homogeneity atau Wilcoxon.
3. Jika jumlah pengulangan > 2 dan jumlah kategori 2 maka uji
yg digunakan adalah uji Cochran.
4. Jika jumlah pengulangan > 2 dan jumlah kategori > 2 maka uji
yg digunakan adalah uji Friedman.
(5) Resume Hipotesis Korelatif
Tabel pemilihan hipotesis korelatif
Variabel 1 Variabel 2 Uji Korelasi yg dipilih
Nominal Nominal Koefisien kontingensi, Lambda
Nominal Ordinal Koefisien kontingensi, Lambda
Ordinal Ordinal Spearman, Gamma, Somer’d
Ordinal Numerik Spearman
Numerik Numerik Pearson
KETERANGAN:
Korelasi utk variabel numerik, memakai uji Pearson dengan uji
Spearman sbg alternatifnya
(5) Resume Hipotesis Korelatif
Diagram Alur Pemilihan Uji Hipotesis Korelatif utk
Variabel Numerik
Uji parametrik
Pearson
Uji nonparametrik
Spearman
YA TIDAK
Hipotesis korelatif variabel numerik
Sebaran normal?
KETERANGAN:
Tanda panah melengkung menunjukkan usaha yg dilakukan utk menormalkan
distribusi data dari tidak normal menjadi normal (proses transformasi data).
ANALISIS MULTIVARIAT
• Bila variabel
terikatnya berupa
variabel kategorik
Regresi
logistik
• Bila variabel
terikatnya berupa
variabel numerik
Regresi
linier
LATIHAN
Kasus 1
Apakah terdapat perbedaan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) antara kelompok
status ekonomi tinggi dibandingkan kelompok ekonomi rendah?
JAWAB:
Langkah-langkah utk menjawab pertanyaan tsb adalah sbb:
Langkah Jawaban Uji yg mungkin
1 Menentukan variabel yg
dihubungkan
Variabel yg dihubungkan
adalah IMT (numerik) dgn
kelompok ekonomi
(kategorik)
2 Menentukan jenis hipotesis Komparatif Semua uji komparatif
3 Menentukan masalah skala
variabel
Numerik Uji t tidak berpasangan,
uji t berpasangan, one way ANOVA
4 Menentukan pasangan/tdk
berpasangan
Tidak berpasangan Uji t tidak berpasangan, one way ANOVA
5 Menentukan jumlah
kelompok
Dua kelompok Uji t tidak berpasangan
Kesimpulan:
Uji yg digunakan adalah uji t tidak berpasangan (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk
memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Mann-Whitney (uji nonparametrik).
LATIHAN
Kasus 2
Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)
dengan asupan makanan (kurang, cukup, lebih)?
JAWAB:
Langkah-langkah utk menjawab pertanyaan tsb adalah sbb:
Langkah Jawaban Uji yg mungkin
1 Menentukan variabel yg
dihubungkan
Variabel yg dihubungkan
adalah jenis kelamin
(kategorik) dgn asupan
makanan (kategorik)
2 Menentukan jenis hipotesis Komparatif Semua uji komparatif
3 Menentukan masalah skala
variabel
Kategorik Chi-Square, Fisher, Kolmogorov-Smirnov,
McNemar, Marginal Homogeneity,
Cochran, Wilcoxon, Friedman
4 Menentukan pasangan/tdk
berpasangan
Tidak berpasangan Chi-Square, Fisher, Kolmogorov-Smirnov
5 Menentukan jenis tabel B x K 2 x 3 Chi-Square, Kolmogorov-Smirnov
Kesimpulan:
Jenis tabel pd soal ini adalah 2x3. Uji yg digunakan adalah Chi-Square jika memenuhi syarat. Jika tdk
memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu Kolmogorov-Smirnov.
LATIHAN
Kasus 3
Apakah terdapat korelasi antara kadar radikal bebas dengan total jumlah rokok
yg dihisap selama satu hari?
JAWAB:
Langkah-langkah utk menjawab pertanyaan tsb adalah sbb:
Langkah Jawaban Uji yg mungkin
1 Menentukan variabel yg
dihubungkan
Variabel yg dihubungkan
adalah kadar radikal bebas
(numerik) dgn jumlah rokok
per hari (numerik)
2 Menentukan jenis hipotesis Korelatif Semua uji korelatif
3 Menentukan masalah skala
variabel
Numerik Pearson
Kesimpulan:
Uji yg digunakan adalah uji korelasi Pearson (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk
memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji korelasi Spearman (uji nonparametrik).
Nilai Probabilitas (p) & Interval Kepercayaan (IK)
Ada 2 cara utk melakukan inferensi (penarikan kesimpulan):
1. Dengan menghitung nilai p
2. Dengan menghitung nilai IK
No. Nama Uji Makna jika p < 0,05 (hipotesis nol ditolak,
hipotesis alternatif diterima)
1. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
dan Shapiro-Wilk
Distribusi data tidak normal
2. Uji varians Levene’s test Distribusi beberapa set data yg dibandingkan
mempunyai varians yg berbeda
3. Uji t berpasangan Terdapat perbedaan rerata yg bermakna
antara dua kelompok data
4. Uji t tidak berpasangan
5. Uji ANOVA Paling tidak terdapat dua kelompok data yg mempunyai
perbedaan rerata yg bermakna  utk mengetahui
kelompok mana yg berbeda secara bermakna, harus
dilakukan analisis Post-Hoc
6. Uji Pearson Terdapat korelasi yg bermakna antara variabel
A dengan variabel B
Panduan interpretasi hasil uji hipotesis bila nilai p < 0,05
Nilai probabilitas (p)
1. Hipotesis (H) adalah pernyataan sbg jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian yg harus
dijawab secara empiris.
2. Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yg
menunjukkan tidak ada perbedaan antar
kelompok atau tidak ada hubungan antar variabel
atau tidak ada korelasi antar variabel.
3. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis
kebalikan dari hipotesis nol, yg akan disimpulkan
bila hipotesis nol ditolak.
4. Interpretasi yg lengkap utk nilai p adalah sbb:
“Besarnya kemungkinan hasil yg diperoleh atau
hasil yg lebih ekstrem diperoleh karena faktor
peluang, bila hipotesis nol benar.”
Interval kepercayaan (IK)
1. IK menunjukkan tafsiran rentang
nilai pada populasi yg dihitung
dengan nilai yg diperoleh pada
sampel.
2. Seperti menghitung nilai p,
perhitungan IK mempunyai rumus
tersendiri utk masing-masing uji
hipotesis.
Hubungan nilai p dengan IK
1. Nilai p dengan IK menghasilkan kesimpulan yg konsisten.
Bila nilai p menghasilkan kesimpulan yg bermakna, maka IK
akan memberikan kesimpulan yg bermakna juga. Demikian
juga sebaliknya. Hanya saja, informasi yg diberikan keduanya
berbeda.
2. Konsistensi nilai p dengan IK adalah sbb:
a. Bila pd uji hipotesis komparatif (perbedaan proporsi
atau perbedaan rerata) perhitungan nilai p < 0,05 (yg
berarti secara statistik bermakna) maka pd perhitungan
IK, nilai 0 tidak akan tercakup di dalam nilai intervalnya
(juga berarti secara statistik bermakna).
b. Bila pd perhitungan rasio odds (RO) atau risiko relatif (RR)
perhitungan nilai p < 0,05, maka pd perhitungan IK, nilai 1
tidak akan tercakup di dlm intervalnya.
3. Nilai p memberi informasi peluang utk memperoleh hasil yg
diobservasi bila hipotesis nol benar, sedangkan IK memberi
informasi perkiraan rentang nilai parameter pd populasi.
Latihan 1
Memasukkan Data
Kasus
Anda memperoleh data sbb. Anda ingin memasukkan data ke dalam program
SPSS.
No. Nama Jenis Kelamin Umur Nilai
1. Ahmad Laki-laki 23 Baik
2. Budi Laki-laki 22 Sedang
3. Cecep Laki-laki 18 Buruk
4. Dadang Laki-laki 21 Buruk
5. Ely Perempuan 23 Baik
6. Farah Perempuan 17 Baik
7. Gita Perempuan 16 Sedang
8. Hendi Laki-laki 19 Sedang
9. Indah Perempuan 25 Baik
Bagaimana memasukkan data ke dalam program SPSS?
Latihan 1
Memasukkan Data
1. Mengisi Variable View
Tampilan Variable View
Tampilan Variable View Keterangan
Name • Kata yg mewakili nama variabel
• Biasanya diisi dengan kata yg mudah diingat yg berkaitan dengan
nama variabelnya, ex. “sex” utk variabel jenis kelamin responden
Type • Tipe data yg dimasukkan
• Pilihan yg paling umum adalah numeric (krn semua proses uji dlm
SPSS bisa dilakukan dlm bentuk numeric) & string (kalau yg mau
dimasukkan adalah huruf/kata/kalimat)
Width Jumlah digit data yg mau dimasukkan
Decimals Jumlah digit di belakang titik
Labels • Penjelasan rinci dari kolom name
• Misalnya, dlm kolom name diketik sex, labels-nya adalah ‘jenis
kelamin responden’
Values • Kode yg diberikan jika variabel merupakan variabel kategorik
(nominal & ordinal)
• Misalnya, kode 1 utk kategori perempuan, kode 2 utk kategori laki-
laki
Column Width Lebar kolom
Alignment Pilihan tampilan variabel (rapat kiri, kanan, atau tengah)
Measures • Skala pengukuran variabel (nominal, ordinal, scale)
• Dlm SPSS, variabel interval & rasio disebut variabel scale
Latihan 1
Memasukkan Data
Dari kasus yg diberikan, Anda diminta utk
memasukkan 4 variabel yaitu:
• String
Nama
• Kategorik nominal
Jenis Kelamin
• Kategorik ordinal
Nilai
• Numerik
Umur
Pengisian Variable View untuk variabel nama
Tampilan Variable View Cara Pengisian
Name Ketik “nama”
Type Aktifkan pilihan “string”
Width Isi dengan 15 (utk keseragaman). Pemilihan lebar
kolom tergantung dari berapa karakter nama
terpanjang
Decimals Tidak aktif
Labels Ketik “nama responden”
Values Tidak diisi
Column Width 8 (utk keseragaman)
Alignment Terserah Anda
Measures Pilih “nominal”
Pengisian Variable View untuk variabel jenis kelamin
Tampilan Variable View Cara Pengisian
Name Ketik “sex”
Type Pilih numeric
Width Isi dengan 8 (utk keseragaman)
Decimals Pilih 0
Labels Isi dengan jenis kelamin responden
Values Klik kotak kecil pd sisi kanan kolom values, akan
terlihat tampilan sbb
 Ketik 1 pd kotak value
 Ketik perempuan pd kotak value
label
 Klik add
 Ketik 2 pd kotak value
 Ketik laki-laki pd kotak value label
 Klik add
 Proses telah selesai
Pengisian Variable View untuk variabel jenis kelamin lanjutan .....
Column Width Terserah Anda
Alignment Terserah Anda
Measures Pilih nominal
Akan terlihat tampilan sbb:
Pengisian Variable View untuk variabel umur
Tampilan Variable View Cara Pengisian
Name Isi dengan umur
Type Aktifkan pilihan “numeric”
Width Isi dengan 8 (utk keseragaman).
Decimals Isi dengan nol
Labels Ketik “umur responden”
Values Tidak diisi (krn variabel umur tdk punya kategori)
Column Width 8 (utk keseragaman)
Alignment Terserah Anda
Measures Pilih scale
Pengisian Variable View untuk variabel nilai
Tampilan Variable View Cara Pengisian
Name Isi dengan nilai
Type Aktifkan pilihan “numeric”
Width Isi dengan 8 (utk keseragaman)
Decimals Isi dengan nol
Labels Ketik “nilai responden”
Values Klik kotak kecil pd sisi kanan kolom values, akan
terlihat tampilan sbb
 Ketik 1 pd kotak value
 Ketik buruk pd kotak value label
 Klik add
 Ketik 2 pd kotak value
 Ketik sedang pd kotak value label
 Klik add
 Ketik 3 pd kotak value
 Ketik baik pd kotak value label
 Klik add
 Proses telah selesai
Pengisian Variable View untuk variabel nilai lanjutan .....
Column Width Terserah Anda
Alignment Terserah Anda
Measures Pilih ordinal
Akan terlihat tampilan sbb:
Bila yg Anda pilih pada menu view adalah view labels, maka
tampilan yg akan muncul adalah sbb:
Latihan 1
Memasukkan Data
2. Mengisi Data View
 Aktifkan data view  isilah sesuai dengan data
pd kasus yg diberikan
 Jika sudah selesai, simpan file dengan nama:
Latihan 1(file  save as  latihan 1)
 Bila Anda mengisi dengan benar, pada data
view, Anda akan memperoleh hasil sbb:
 Bila yg Anda pilih pd menu view adalah view
labels, maka tampilan yg akan muncul adalah
sbb:
Latihan 2
Melakukan Perubahan Data dari
Satu Skala ke Skala Lain
Kasus
Dari data yg telah diperoleh pada latihan 1, Anda ingin mengategorikan umur
responden yg berumur < 20 thn, 20-22 thn, dan > 22 thn (Anda merubah
variabel numerik menjadi variabel ordinal)
Bagaimana langkah yg dilakukan dengan program SPSS?
Perubahan data dilakukan apabila:
1. Merubah dari skala pengukuran numerik ke skala ordinal atau
2. Penggabungan sel (alternatif pada uji Chi-Square)
Latihan 2
Melakukan Perubahan Data dari
Satu Skala ke Skala Lain
Langkah – Langkah:
1. Buka file latihan 1
2. Aktifkan data view
3. Lakukan langkah-langkah sbb:
 Transform  Recode  Recode into Different Variables
 Masukkan variabel umur ke dlm Input Variable
 Ketik umur_1 ke dlm Output Variable
 Ketik ‘klasifikasi umur’ ke dlm label
 Klik kotak Change
 Setelah proses ini, Anda akan melihat tampilan sbb:
 Klik old and new values
 Isilah kotak old value dan kotak new
value (selanjutnya ikuti logika
berpikir)
Latihan 2
Melakukan Perubahan Data dari
Satu Skala ke Skala Lain
Logikanya adalah:
 Semua data < 20 thn diubah menjadi kode 1
 Semua data 20 – 22 thn diubah menjadi kode 2
 Semua data > 22 thn diubah menjadi kode 3
Dengan logika tsb, isilah old value dan new value sbb:
o Old value: range lowest through 19, new value: 1, klik Add
o Old value: range 20 through 22, new value: 2, klik Add
o Old value: 23 through highest, new value: 3, klik Add
Sampai tahap ini, Anda akan memperoleh tampilan sbb:
 Proses telah selesai, klik kotak continue
 Klik OK dan lihat hasilnya
Latihan 2
Melakukan Perubahan Data dari
Satu Skala ke Skala Lain
Pada data view akan terdapat kolom baru
dengan variabel baru bernama umur_1
o Selanjutnya, lakukan pengisian variable
view utk variabel umur_1
o Bila pd value, Anda mengisi sbb:
Kode 1 utk < 20 thn
Kode 2 utk 20-22 thn
Kode 3 utk > 22 thn
o Pada data view, Anda akan melihat
tampilan sbb:
Latihan 3
Membuat Deskripsi Variabel Kategorik
Prinsip utama:
“Know your data! What kind of data you have!”
Langkah membuat tabel frekuensi & grafik merupakan langkah yg sangat penting
agar Anda mengetahui karakteristik data variabel kategorik.
Kasus
Anda melakukan penelitian serta sudah mengumpulkan & memasukkan data
ke SPSS. Salah satu variabel adalah jenis kelamin. Karena Anda mengetahui
bahwa skala pengukuran variabel jenis kelamin adalah nominal, maka Anda
ingin mengetahui distribusi jenis kelamin dlm bentuk tabel & grafik.
Bagaimana langkah yg dilakukan dengan program SPSS?
Latihan 3
Membuat Deskripsi Variabel Kategorik
Langkah – Langkah:
1. Buka file frequency
2. Lakukan langkah-langkah sbb:
 Analyze  Descriptive statistics  Frequencies
 Masukkan variabel jenis kelamin responden ke dlm kotak
variable(s)
 Aktifkan Display Frequency Tables
Akan terlihat tampilan sbb:
Latihan 3
Membuat Deskripsi Variabel Kategorik
 Klik kotak Charts
 Pilih bar pada Chart Type
 Pilih Percetage pada Chart Values
Akan terlihat tampilan sbb:
 Klik Continue
 Proses selesai, klik OK
Latihan 3
Membuat Deskripsi Variabel Kategorik
Output SPSS
Bagaimana hasilnya?
Interpretasi Hasil
Diketahui jumlah total subjek sebanyak 50
orang dan tidak ada data yg missing
Diketahui distribusi jenis kelamin
berdasarkan jumlah dan persentase
Diketahui grafik jenis kelamin responden
Latihan 4
Membuat Deskripsi Variabel Numerik
Prinsip utama:
“Know your data! What kind of data you have!”
Langkah membuat deskripsi variabel dengan skala pengukuran numerik merupakan langkah yg
sangat penting agar Anda mengetahui karakteristik data yg Anda miliki.
Kasus
Anda melakukan penelitian serta sudah mengumpulkan & memasukkan data
ke SPSS. Salah satu variabel adalah jenis kelamin. Salah satu variabel yg Anda
ukur adalah variabel body mass index (BMI). Karena Anda mengetahui bahwa
BMI adalah variabel numerik, maka Anda ingin mengetahui deskripsi variabel
tsb berdasarkan ukuran pemusatan & ukuran penyebarannya serta penyajian
dlm bentuk histogram.
Bagaimana langkah yg dilakukan dengan program SPSS?
Latihan 4
Membuat Deskripsi Variabel Numerik
Langkah – Langkah:
1. Buka file deskripsi
2. Lakukan langkah-langkah sbb:
 Analyze  Descriptive statistics  Frequencies
 Masukkan BMI ke dlm kotak variable(s)
 Pilihan Display Frequency Tables dinonaktifkan
Akan terlihat tampilan sbb:
Latihan 4
Membuat Deskripsi Variabel Numerik
 Klik kotak Statistic
 Pilih Mean, Median, Modus pada Central Tendency (sbg ukuran pemusatan)
 Pilih Std deviation, Variance, Minimum, Maximum pada Dispersion
 Pilih Skewness dan Kurtosis pada Distribution (sebagai ukuran penyebaran)
 Klik Continue  aktifkan pilihan
Chart
 Pilih Histogram pada Chart Type
 Aktifkan kotak With normal curve
 Proses telah
selesai, klik
Continue
 Klik OK
Output SPSS
Bagaimana hasilnya?
Interpretasi Hasil
Diketahui parameter ukuran pemusatan
(mean, median, dan modus) serta ukuran
penyebarannya (standar deviation,
variance, minimum-maksimum, skewness,
dan kurtosis)
Dari histogram dapat diketahui
distribusi data yg dimiliki dengan
kurva normalnya
Latihan 4
Membuat Deskripsi Variabel Numerik
Latihan 5
Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak
 Utk penyajian data  bila distribusi normal  digunakan mean & standar deviasi sedangkan
bila distribusi data tidak normal digunakan median & minimum-maksimum sbg ukuran
pemusatan & penyebaran.
 Utk uji hipotesis  bila distribusi normal  digunakan uji parametrik sedangkan bila
distribusi data tidak normal digunakan uji nonparametrik.
Kasus
Anda melakukan penelitian serta sudah mengumpulkan & memasukkan data
ke SPSS. Salah satu variabel yg Anda ukur adalah variabel umur. Di sini, Anda
ingin mengetahui apakah variabel umur responden mempunyai distribusi
normal atau tidak.
Bagaimana langkah yg dilakukan dengan program SPSS?
Langkah – Langkah:
1. Buka file normalitas
2. Lihat Variable View. Bacalah keterangan variabel yg ada pada file tsb
3. Lihat Data View
4. Analyze  Descriptive Statistics  Explore. Masukkan variabel umur ke dalam Dependent List
5. Pilih Both pada display
6. Biarkan kotak Statistic sesuai default SPSS. Pilihan ini akan memberi output deskripsi
variabel.
7. Aktifkan kotak Plot  aktifkan Factor levels together pd Boxplots (utk menampilkan boxplot)
 aktifkan Histogram pd Descriptive (utk menampilkan histogram), dan Normality plots with
tests (utk menampilkan plot & uji normalitas)
8. Proses telah selesai, klik Continue, klik OK
Latihan 5
Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak
Output SPSS
Bagaimana hasilnya?
Interpretasi Hasil
Menilai Distribusi Data secara Deskriptif (menghitung & melihat)
Latihan 5
Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak
Menghitung koefisien varians
Menghitung rasio skewness
Menghitung rasio kurtosis
Melihat histogram
Melihat normal Q-Q plot
Melihat Detrended normal Q-Q plot
Melihat box plot
a. Menghitung koefisien varians
Koefisien varians = (standar deviasi/mean) x 100%
= (5,79/39,84) x 100% = 14,5%  distribusi data normal (KV <
30%)
b. Menghitung rasio skewness
Rasio skewness = skewness/standar error of skewness
= 0,569/0,141 = 4,04  distribusi data tidak normal (RS di luar
rentang -2 s.d 2)
c. Menghitung rasio kurtosis
Rasio kurtosis = kurtosis/standar error of kur tosis
= 0,429/0,281 = 1,44  distribusi data normal (RK masuk rentang
-2 s.d 2)
Dengan melihat histogram  distribusi data cenderung
miring ke kiri
H
I
S
T
O
G
R
A
M
Secara teoritis, suatu set data dikatakan mempunyai distribusi normal apabila data
tersebar di sekitar garis
Melihat Q-Q plot
Normal Q-Q Plot of umur responden
INTERPRETASI:
Terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis, akan tetapi terdapat beberapa data yg
letaknya jauh dari garis  kemungkinan besar, distribusi data tidak normal
Secara teoritis, suatu set data dikatakan mempunyai distribusi normal apabila data
tersebar di sekitar garis (angka nol)
Melihat Detrended normal Q-Q
INTERPRETASI:
Terlihat bahwa banyak sekali data yg letaknya jauh dari garis  kemungkinan besar,
distribusi data tidak normal
Detrended Normal Q-Q Plot of umur responden
Keterangan:
 Kotak besar mengandung 50% data yaitu dari persentil 25 s.d persentil 75. Garis tebal
pd tengah kotak merupakan median (persentil 50). Wilayah ini dinamakan hspread.
 Data 1,5 hspread disebut whisker.
 Nilai > 1,5 hspread disebut data outlier (diberi tanda o).
 Nilai > 3 hspread disebut data ekstrem (diberi tanda *).
Melihat boxplot
Whisker Hspread
Nilai di atas garis adalah
nilai ekstrem atas
Nilai di bawah garis adalah
nilai ekstrem bawah
Persentil 75
Persentil 50
Persentil 25
Secara teoritis, suatu set data dikatakan mempunyai distribusi normal apabila:
1. Nilai median ada di tengah-tengah kotak.
2. Nilai whisker terbagi secara simetris ke atas & ke bawah.
3. Tidak ada nilai eksterm atau outlier.
Melihat boxplot
INTERPRETASI:
Terlihat bahwa median terletak agak ke bawah kotak, whisker relatif simetris, terdapat
data outlier  kemungkinan besar, distribusi data tidak normal
umur responden
Output SPSS
Bagaimana hasilnya?
Interpretasi Hasil
Menilai Distribusi Data Analitis
Latihan 5
Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak
• Digunakan utk sampel > 50
Uji
Kolmogorov-
Smirnov
• Digunakan utk sampel ≤ 50
Uji Shapiro-
Wilk
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Latihan 5
Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak
 Diperoleh nilai p = 0,000
 Karena nilai p < 0,05 maka disimpulkan bahwa distribusi
umur tidak normal
Kesimpulan Distribusi Data Normal atau Tidak Berdasarkan Beberapa Parameter Penilaian
Latihan 5
Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak
Parameter Hasil Observasi Kriteria Normal Kesimpulan
Distribusi Data
Koefisien varians 14,5% < 30% Normal
Rasio skewness 4,04 -2 s.d 2 Tidak normal
Rasio kurtosis 1,12 -2 s.d 2 Normal
Histogram* Sedikit miring ke kiri Simetris, tidak miring kiri
maupun kanan, tidak
terlalu tinggi atau terlalu
rendah
Tidak normal
Boxplot* Sedikit tidak simetris
terdapat outlier
Simetris, median tepat
tengah, tdk ada outlier
atau nilai ekstrim
Tidak normal
Normal Q-Q plots* Terdapat data yg tidak
berada di sekitar garis
Data menyebar sekitar
garis
Tidak normal
Detrended Q-Q plots* Banyak data yg tidak
berada di sekitar garis
Data menyebar sekitar
garis pd nilai 0
Tidak normal
Kolmogorov-Smirnov p = 0,000 p > 0,05 Tidak normal
Uji Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk adalah uji yg lebih sensitif
Latihan 6
Uji T Tidak Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi
Normal Dua Kelompok Tidak Berpasangan)
Kasus
Anda ingin mengetahui bagaimana pengaruh kehadiran suami pd saat istri dlm proses melahirkan
thd skor ansietas istri. Anda merumuskan pertanyaan penelitian sbb: “Apakah terdapat perbedaan
rerata skor ansietas antara kelompok ibu-ibu yg proses melahirkannya didampingi suami & ibu-
ibu yg proses melahirkannya tidak didampingi suami?”
Uji hipotesis apa yg akan dipilih?
No. Langkah Jawaban
1. Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah pendampingan
kelahiran (kategorik) dengan skor ansietas
(numerik)
2. Menentukan jenis hipotesis Komparatif
3. Menentukan masalah skala variabel Numerik
4. Menentukan pasangan/tdk berpasangan Tidak berpasangan
5. Menentukan jumlah kelompok Dua kelompok
Kesimpulan:
Uji yg digunakan adalah uji t tdk berpasangan (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk
memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Mann-Whitney (uji
nonparametrik).
Latihan 6
Uji T Tidak Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi
Normal Dua Kelompok Tidak Berpasangan)
Langkah-langkah uji t tidak berpasangan:
1. Memeriksa syarat uji t tidak berpasangan
a. Data harus berdistribusi normal (WAJIB)
b. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama
2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal)  dipilih uji t tidak
berpasangan
3. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak berdistribusi normal)  dilakukan
terlebih dahulu transformasi data
4. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal  dipakai uji t
tidak berpasangan
5. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal  dipilih
uji Mann-Whitney
Latihan 6
Uji T Tidak Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi
Normal Dua Kelompok Tidak Berpasangan)
Bagaimana prosedur melakukan uji t tidak berpasangan dengan SPSS?
1. Menguji distribusi data
 Bukalah file: unpaired_t_test
 Lakukanlah uji normalitas utk data skor ansietas kelompok ibu yg proses
melahirkannya ditemani suami & data skor ansietas kelompok ibu yg
proses melahirkannya tidak didampingi suami
Output SPSS
Interpretasi Hasil:
1. Bagian pertama adalah statistik deskriptif utk variabel skor ansietas
berdasarkan masing-masing kelompok. Ingat prinsip bahwa Anda harus
selalu mempelajari deskripsi variabel sebelum melangkah pd proses
selanjutnya.
2. Digunakan uji Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk utk menguji apakah
distribusi data normal atau tidak. Apakah data berdistribusi normal?
 Pada uji Test of Normality Kolmogorov-Smirnov, skor ansietas ibu
yg didampingi suami (p = 0,098) sedangkan yg tidak didampingi
suami (p = 0,200)
 Nilai p > 0,05  distribusi skor ansietas ibu yg didampingi suami
maupun yg tidak didampingi suami berdistribusi normal
Uji apakah yg akan Anda pakai?
Karena syarat distribusi data normal terpenuhi, maka uji
hipotesis yg digunakan adalah uji t tidak berpasangan
2. Langkah-langkah uji t tidak berpasangan
Bukalah file: unpaired_t_test
Lakukan prosedur sbb:
 Analyze  Compare Means  Independent-Sample T Test
 Masukkan score ke dalam kotak Test Variable
 Masukkan suami ke dalam kotak Grouping Variable
 Aktifkan kotak Define Group
 Masukkan angka 1 utk kotak group 1 (sbg kode tidak didampingi suami)
 Masukkan angka 2 utk kotak group 2 (sbg kode didampingi suami)
Prosedur telah selesai. Klik Continue, klik OK
Output SPSS
Interpretasi Hasil
a. Menguji varians
Pada kotak Levene’s test (nama uji hipotesis utk menguji varians), nilai sig = 0,000. Karena nilai
p < 0,05 maka varians data kedua kelompok tidak sama. Ingat, utk variabel 2 kelompok tidak
berpasangan, kesamaan varians tidak menjadi syarat mutlak.
b. Karena varians tidak sama, maka utk melihat hasil uji t memakai hasil pada baris kedua (equal
varians not assumed).
c. Angka Significancy pada baris kedua (0,000) dengan perbedaan rerata (means difference)
sebesar -50,125.
d. Nilai IK 95% adalah antara -52,956 sampai -47,295.
e. Karena nilai p < 0,05 maka disimpulkan “terdapat perbedaan rerata skor ansietas yg
bermakna antara kelompok ibu yg proses melahirkan didampingi suami dan yg tidak
didampingi suami, dimana skor ansietas didampingi suami lebih rendah daripada tidak
didampingi suami” atau “rerata skor ansietas kelompok ibu yg proses melahirkan
didampingi suami lebih rendah secara bermakna dibandingkan tidak didampingi
suami.”
Melaporkan Hasil
n Rerata±s.b Perbedaan Rerata (IK 95%) p
Didampingi suami 147 20,9±7,6 50,1 (47,3–53,0) < 0,001
Tidak didampingi suami 103 71,0±13,1
Uji t tidak berpasangan
Tabel 1 Hasil uji t tidak berpasangan secara lengkap
n Rerata±s.b p
Didampingi suami 147 20,9±7,6 < 0,001
Tidak didampingi suami 103 71,0±13,1
Tabel 2 Hasil uji t tidak berpasangan dengan melaporkan nilai p
Uji t tidak berpasangan
Melaporkan Hasil
n Rerata±s.b Perbedaan Rerata (IK 95%)
Didampingi suami 147 20,9±7,6 50,1 (47,3–53,0)
Tidak didampingi suami 103 71,0±13,1
Uji t tidak berpasangan
Tabel 3 Hasil uji t tidak berpasangan dengan melaporkan nilai interval kepercayaan
o Penyajian terbaik adalah Tabel 1, kemudian tabel 3 dan tabel 2.
o Tabel 1 paling baik karena menyajikan informasi yg lengkap.
o Penyajian IK (tabel 3) lebih baik daripada penyajian nilai p (tabel 2) karena
informasi nilai IK lebih berguna secara klinis dibandingkan informasi nilai
p.
o Dengan mengetahui nilai IK, dapat diketahui nilai p.
o Oleh karena pada IK tidak terdapat angka nol, dapat diketahui nilai p pasti
kurang dari 0,05.
Latihan 7
Uji T Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal
Dua Kelompok Berpasangan)
Kasus
Anda ingin mengetahui bagaimana pengaruh terapi sulih testosteron thd perubahan body mass
index (BMI). Anda merumuskan pertanyaan penelitian sbb: “Apakah terdapat perbedaan rerata
BMI sebelum dan sesudah satu bulan penyuntikan testosteron?”
Uji hipotesis apa yg akan dipilih?
No. Langkah Jawaban
1. Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah BMI (numerik)
dengan waktu pengukuran (kategorik)
2. Menentukan jenis hipotesis Komparatif
3. Menentukan masalah skala variabel Numerik
4. Menentukan pasangan/tdk berpasangan Berpasangan
5. Menentukan jumlah kelompok Dua kelompok
Kesimpulan:
Uji yg digunakan adalah uji t berpasangan (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk
memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon (uji nonparametrik) .
Langkah-langkah uji t berpasangan:
1. Memeriksa syarat uji t untuk kelompok berpasangan
a. Data harus berdistribusi normal (WAJIB)
b. Varians data tidak perlu diuji karena kelompok data berpasangan
2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal)  dipilih uji berpasangan
3. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak berdistribusi normal)  dilakukan
terlebih dahulu transformasi data
4. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal  dipakai uji t
berpasangan
5. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal  dipilih
uji Wilcoxon
Latihan 7
Uji T Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal
Dua Kelompok Berpasangan)
Bagaimana prosedur melakukan uji t berpasangan dengan SPSS?
1. Menguji distribusi data
 Bukalah file: paired_t_test
 Lakukanlah uji normalitas utk data skor BMI sebelum dan skor BMI
setelah satu bulan penyuntikan testosteron
Latihan 7
Uji T Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal
Dua Kelompok Berpasangan)
Interpretasi Hasil:
1. Bagian pertama adalah statistik deskriptif utk variabel BMI berdasarkan masing-
masing kelompok data. Ingat prinsip bahwa Anda harus selalu mempelajari deskripsi
variabel sebelum melangkah pada proses selanjutnya.
2. Pada tes normalitas, karena jumlah sampel kecil (n = 50) dianjurkan utk memakai hasil
uji Shapiro-Wilk.
3. Dengan melihat hasil Test of Normality Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nilai kemaknaan
utk kedua kelompok data adalah > 0,005  disimpulkan bahwa distribusi kedua
kelompok data adalah normal.
Uji apakah yg akan Anda pakai?
Karena syarat distribusi data normal terpenuhi, maka uji hipotesis
yg digunakan adalah uji t berpasangan
2. Langkah-langkah uji t test berpasangan
Bukalah file: paired_t_test
Lakukan prosedur sbb:
 Analyze  Compare Means  Paired Samples T
 Masukkan bmipre dan bmipost ke dalam kotak Paired Variables
Prosedur telah selesai. Klik Continue, klik OK
Output SPSS
Interpretasi Hasil
a. Bagian Paired Samples Statistics menggambarkan deskripsi masing-masing variabel.
b. Tabel Paired Samples Test menggambarkan hasil uji t berpasangan. Lihat kolom sig. (2 tailed).
Diperoleh nilai Significancy 0,000 (p < 0,05)  “terdapat perbedaan rerata BMI yg
bermakna sebelum dan setelah satu bulan penyuntikan testosteron.”
c. Nilai IK 95% adalah antara -5,913 sampai -5,295.
Melaporkan Hasil
n Rerata±s.b Perbedaan
Rerata±s.b
IK 95% p
BMI sebelum penyuntikan testosteron 50 18,39±0,77 5,60±1,09 5,29–5,91 < 0,001
BMI setelah penyuntikan testosteron 50 23,99±0,89
Uji t berpasangan
Tabel 1 Hasil uji t berpasangan secara lengkap
Tabel 2 Hasil uji t berpasangan dengan melaporkan nilai p
n Rerata±s.b p
BMI sebelum penyuntikan testosteron 50 18,39±0,77 < 0,001
BMI setelah penyuntikan testosteron 50 23,99±0,89
Uji t berpasangan
Tabel 3 Hasil uji t berpasangan dengan melaporkan nilai interval kepercayaan tanpa simpang baku perbedaan rerata
n Rerata±s.b Perbedaan Rerata
(IK 95%)
BMI sebelum penyuntikan testosteron 50 18,39±0,77 5,60
(5,29–5,91)
BMI setelah penyuntikan testosteron 50 23,99±0,89
Uji t berpasangan
Melaporkan Hasil
n Rerata±s.b Perbedaan
Rerata±s.b
IK 95%
BMI sebelum penyuntikan testosteron 50 18,39±0,77 5,60±1,09 5,29–5,91
BMI setelah penyuntikan testosteron 50 23,99±0,89
Uji t berpasangan
Tabel 4 Hasil uji t berpasangan dengan melaporkan nilai interval kepercayaan dengan simpang baku perbedaan rerata
o Tabel 1, 2, 3, dan 4 menyajikan hasil analisis uji t berpasangan.
o Suatu tabel yg lengkap tdd jumlah subjek tiap kelompok, rerata tiap
kelompok, simpang baku tiap kelompok, perbedaan rerata tiap kelompok,
simpang baku dari perbedaan rerata, IK dari perbedaab rerata, dan nilai p.
o Penyajian terbaik adalah tabel 1 karena menyajikan informasi yg lengkap.
o Penyajian IK (tabel 3 dan 4) lebih baik dibandingkan penyajian nilai p (tabel
2) karena informasi nilai IK lebih berguna secara klinis daripada informasi
nilai p.
o Dengan mengetahui nilai IK, dapat diketahui nilai p  karena pada IK tidak
terdapat nilai nol maka dapat diketahui nilia p pasti < 0,05.
Latihan 8
One Way ANOVA (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal
Lebih dari Dua Kelompok)
Kasus
Anda ingin mengetahui apakah ada perbedaan kadar glukosa darah antara kelompok ekonomi
rendah, sedang, dan tinggi. Anda membuat pertanyaan penelitian sbb: “Apakah terdapat perbedaan
kadar glukosa darah antara kelompok ekonomi rendah, sedang, dan tinggi?”
Uji hipotesis apa yg akan dipilih?
No. Langkah Jawaban
1. Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah kadar glukosa darah
(numerik) dengan status ekonomi (kategorik)
2. Menentukan jenis hipotesis Komparatif
3. Menentukan masalah skala variabel Numerik
4. Menentukan pasangan/tdk berpasangan Tidak berpasangan
5. Menentukan jumlah kelompok Tiga kelompok
Kesimpulan:
Uji yg digunakan adalah one way ANOVA (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk
memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Kruskal-Wallis (uji nonparametrik) .
Langkah-langkah uji one way ANOVA:
1. Memeriksa syarat ANOVA untuk > 2 kelompok tidak berpasangan
a. Data harus berdistribusi normal (WAJIB)
b. Varians data harus sama (WAJIB)
2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal, varians sama)  dipilih
uji one way ANOVA.
3. Jika tidak memenuhi syarat  dilakukan terlebih dahulu transformasi
data supaya distribusi menjadi normal dan varians menjadi sama.
4. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal atau varians
tetap tidak sama  dipilih uji Kruskal-Wallis (sbg alternatif).
5. Jika pada uji ANOVA atau Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p < 0,05 
dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc.
Latihan 8
One Way ANOVA (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal
Lebih dari Dua Kelompok)
Bagaimana prosedur melakukan uji one way ANOVA dengan SPSS?
1. Uji normalitas
 Bukalah file: ANOVA. Lihat terlebih dahulu bagian Variable View.
 Lakukanlah uji normalitas utk data kadar glukosa darah kelompok
ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. Jangan lupa utk memasukkan
variabel tingkat ekonomi ke dalam kotak Factor List.
Latihan 8
One Way ANOVA (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal
Lebih dari Dua Kelompok)
Interpretasi Hasil:
1. Bagian pertama adalah statistik deskriptif utk variabel kadar glukosa darah
berdasarkan masing-masing kelompok data. Ingat prinsip bahwa Anda harus
selalu mempelajari deskripsi variabel sebelum melangkah pada proses
selanjutnya.
2. Pada Test of Normality, terlihat bahwa nilai Significancy utk masing-masing
kelompok semuanya > 0,05. Bagaimana kesimpulan Anda?
3. Karena nilai p utk ketiga kelompok data adalah > 0,05  disimpulkan bahwa
distribusi ketiga kelompok data adalah normal.
2. Uji varians dan melihat hasil ANOVA
Langkah-langkah melakukan uji varians
 Analyze  Compare means  One-way ANOVA.
 Masukkan variabel glukosa ke dalam Dependent List.
 Masukkan variabel obat ke dalam Factor List.
 Aktifkan kotak Options.
 Pilih Homogeneity of Variance (utk
menguji varians data).
 Klik Continue. Klik OK.
Output SPSS
Interpretasi Hasil
a. Significancy Test Homogeneity of Variances menunjukkan angka 0,000 (p < 0,05). Oleh karena p
< 0,05 disimpulkan bahwa “paling tidak terdapat dua kelompok yg mempunyai varians
data yg berbeda secara bermakna.”
b. Karena varians data data tidak sama, maka hasil uji ANOVA pada tabel berikutnya tidak valid.
Mengapa? Ingat: syarat uji one way ANOVA utk kelompok tidak berpasangan, varians data
harus sama.
c. Oleh karena varians data tidak sama, maka Anda harus melakukan transformasi data agar
varians data sama.
TIDAK VALID
3. Mencari bentuk transformasi
Langkah-langkah untuk memperoleh bentuk transformasi:
 Analyze  Descriptive statistics  Explore.
 Masukkan variabel glukosa ke dalam Dependent List.
 Masukkan variabel class ke dalam Factor List.
 Pilih Plots pada kotak Display List.
 Aktifkan kotak Plots.
 Pilih Power Estimation (utk mencari bentuk transformasi terbaik).
 Klik Continue, klik OK.
Output SPSS
Interpretasi Hasil
Nilai slope dan nilai power adalah panduan utk menentukan jenis
transformasi.
Slope Power Bentuk transformasi
-1 2 Square (kuadrat)
0 1 Tidak perlu transformasi
0,5 0,5 Square root (akar kuadrat)
1 0 Logaritma
1,5 -0,5 1/Square root
2 -1 Reciprocal (1/n)
Panduan mencari bentuk transformasi terbaik dengan memperhitungkan
faktor slope dan power
Karena nilai slope dan power yg diperoleh adalah 1,429 dan -0,429  berdasarkan tabel
di atas, bentuk anjuran transformasi yg terbaik adalah 1/Square root.
Catatan:
 Utk mentransformasi data supaya mempunyai varians yg sama, terdapat
panduan yaitu dengan memperhatikan nilai slope & nilai power.
 Utk mentransformasi data supaya mempunyai distribusi normal, tidak
terdapat panduan pasti  harus dilakukan beberapa kali percobaan
transformasi data.
4. Melakukan transformasi data
Langkah-langkah untuk transformasi data:
 Transform  Compute Variable.
 Ketik trn_glukosa pada Target Variable (sbg nama variabel baru).
 Pindahkan Sqrt dari kotak Function ke kotak Numeric Expression dengan mengklik tanda
panah.
 Tampak ada kolom berkedip.
 Masukkan variabel glukosa ke dlm kolom berkedip dengan mengklik tanda panah  tampil
Sqrt(glukosa).
 Lalu ketik 1/sebelum SQRT(glukosa)  tertulis: 1/SQRT(glukosa) yg berarti 1/square root.
 Proses telah selesai, klik OK.
Akan muncul variabel baru dengan nama trn_glukosa di kolom paling kanan
Data View.
5. Melakukan uji varians untuk variabel hasil transformasi
Langkah-langkah:
 Analyze  Compare Means  One-way ANOVA.
 Masukkan variabel tran_glukosa ke dlm Dependent List.
 Masukkan variabel class ke dlm Factor List.
 Aktifkan kotak Options.
 Pilih Homogeneity of Variance (utk menguji varians data).
 Klik Continue, klik OK.
Output SPSS
Interpretasi Hasil
a. Menilai varians
Pada uji varians, diperoleh nilai p = 0,142. Karena nilai p > 0,05 disimpulkan bahwa
“tidak ada perbedaan varians antara kelompok data yg dibandingkan” dengan kata
lain “varians data adalah sama.”
b. Menilai hasil uji ANOVA
Karena varians data sama, maka uji ANOVA pada tabel berikutnya adalah valid. Pada uji
ANOVA, diperoleh nilai p = 0,000 yg artinya “paling tidak terdapat perbedaan kadar
glukosa darah yg bermakna pada dua kelompok.”
VALID
6. Melakukan analisis Post Hoc
Langkah-langkah:
 Analyze  Compare Means  One-way ANOVA.
 Masukkan variabel tran_glukosa ke dlm Dependent List.
 Masukkan variabel class ke dlm Factor List.
 Aktifkan kotak Post Hoc.
 Pilih LSD pada kotak Equal Variances Assumed (memilih alaternatif manapun,
hasilnya relatif sama).
 Klik Continue, klik OK.
Pada kelompok manakah terdapat perbedaan yg bermakna itu ada?
Output SPSS
Interpretasi Hasil
 Dengan melihat hasil analisis Post Hoc, diperoleh hasil:
 Kelompok ekonomi tinggi dengan sedang, p = 0,000; IK 95% tidak tercakup angka 0.
 Kelompok ekonomi tinggi dengan rendah, p = 0,000; IK 95% tidak tercakup angka 0.
 Kelompok ekonomi sedang dengan rendah, p = 0,028; IK 95% tidak tercakup angka 0.
Disimpulkan:
Perbedaan kadar glukosa darah berbeda secara bermakna pada
semua kelompok tingkat ekonomi
Melaporkan Hasil
n Rerata±s.b p
Tingkat ekonomi Tinggi 100 0,061±0,005 < 0,001
Sedang 100 0,069±0,004
Rendah 100 0,070±0,005
Tabel 1 Hasil analisis one-way ANOVA
Perbedaan rerata IK95% p
Minimum Maksimum
Tinggi vs sedang -0,008 -0,009 -0,006 < 0,001
Tinggi vs rendah -0,009 -0,011 -0,008 < 0,001
Sedang vs rendah -0,002 -0,003 -0,000 0,028
Uji one-way ANOVA
Uji post-hoc LSD
Tabel 2 Hasil analisis post-hoc LSD
Tabel 1 dan 2 menyajikan hasil analisis uji one-way
ANOVA yg dilanjutkan dengan post-hoc LSD
Melaporkan Hasil
n Rerata±s.b p
Tingkat ekonomi Tinggi 100 0,061±0,005 < 0,001
Sedang 100 0,069±0,004
Rendah 100 0,070±0,005
Tabel 3 Hasil analisis one-way ANOVA
Uji one-way ANOVA. Uji post-hoc LSD: tinggi vs sedang p < 0,001; tinggi
vs rendah p < 0,001; sedang vs rendah p = 0,028
• Alternatif lain penyajian analisis one-way ANOVA dan
post-hoc LSD adalah dengan menyingkat tabel.
• Analisis LSD tdk disajikan secara terpisah, melainkan
menjadi keterangan dari tabel one-way ANOVA.
Melaporkan Hasil
n Rerata
geometris
p
Tingkat ekonomi Tinggi 100 279,21 < 0,001
Sedang 100 205,48
Rendah 100 203,98
Tabel 4 Hasil analisis one-way ANOVA
Uji one-way ANOVA. Uji post-hoc LSD: tinggi vs sedang p < 0,001; tinggi
vs rendah p < 0,001; sedang vs rendah p = 0,028
• Data yg disajikan pada tabel 1, 2, dan 3 merupakan data hasil transformasi kadar glukosa darah (nilai 1/akar
dua dari nilai kadar glukosa darah)  sukar dipahami secara klinis.
• Tidak terbiasa menggunakan nilai 1/akar dua dari kadar glukosa darah  disajikan rerata geometris (bisa
dihitung menggunakan Excel “GEOMEAN”).
• Rerata geometris  transformasi balik dari rerata nilai transfromasi.
• Rerata geometris tingkat ekonomi tinggi adalah transformasi balik dari 0,061 yaitu 279,21.
• Rerata geometris tingkat ekonomi sedang adalah transformasi balik dari 0,069 yaitu 205,48.
• Rerata geometris tingkat ekonomi rendah adalah transformasi balik dari 0,070 yaitu 203,98.
• Berbeda dengan rerata, nilai simpang baku hasil transformasi tidak dapat ditransformasi balik utk
memperoleh simpang baku kadar glukosa darah  tidak dapat disertakan nilai simpang baku utk rerata
geometris.
Latihan 9
Uji Korelasi Pearson (Uji Hipotesis Korelatif Variabel Numerik Berdistribusi
Normal)
Kasus
Anda ingin mengetahui korelasi antara skor depresi dengan skor ansietas. Anda membuat
pertanyaan penelitian sbb: “Adakah korelasi antara skor depresi dengan skor ansietas?”
Uji hipotesis apa yg akan dipilih?
No. Langkah Jawaban
1. Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah skor depresi
(numerik) dengan skor ansietas (numerik)
2. Menentukan jenis hipotesis Korelatif
3. Menentukan masalah skala variabel Numerik
Kesimpulan:
Uji yg digunakan adalah uji korelasi Pearson (uji parametrik) jika memenuhi syarat.
Jika tdk memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji korelasi Spearman (uji
nonparametrik).
Langkah-langkah uji korelasi Pearson:
1. Memeriksa syarat uji parametrik: distribusi data harus normal (WAJIB).
2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal)  dipilih uji korelasi
Pearson.
3. Jika tidak memenuhi syarat (distribusi data tidak normal)  dilakukan
terlebih dahulu transformasi data supaya distribusi menjadi normal.
4. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal  dipilih uji
korelasi Pearson.
5. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi tidak normal  dipilih uji
alernatifnya (uji korelasi Spearman).
Latihan 9
Uji Korelasi Pearson (Uji Hipotesis Korelatif Variabel Numerik Berdistribusi
Normal)
Bagaimana prosedur melakukan uji korelasi Pearson dengan SPSS?
1. Uji normalitas
 Bukalah file: pearson.
 Lihat terlebih dahulu bagian Variable View utk mempelajari variabel yg
ada.
 Lakukan uji normalitas utk data variabel depresi dan variabel ansietas.
Latihan 9
Uji Korelasi Pearson (Uji Hipotesis Korelatif Variabel Numerik Berdistribusi
Normal)
Interpretasi Hasil:
1. Bagian pertama adalah statistik deskriptif utk variabel skor ansietas dan skor
depresi. Ingat prinsip bahwa Anda harus selalu mempelajari deskripsi variabel
sebelum melangkah pada proses selanjutnya.
2. Pada uji Test of Normality Kolmogorov-Smirnov, baik skor ansietas maupun
skor depresi mempunyai nilai p = 0,078  nilai p > 0,005  disimpulkan
bahwa kedua kelompok data mempunyai distribusi normal.
2. Melakukan uji Pearson
 Analyze  Correlate  Bivariate.
 Masukkan depresi dan ansietas ke dlm kotak variables.
 Pilih uji Pearson pada kotak Correlation Coefficients.
 Pilih Two tailed pada Test of Significance.
 Proses telah selesai, klik OK.
Latihan 9
Uji Korelasi Pearson (Uji Hipotesis Korelatif Variabel Numerik Berdistribusi
Normal)
Output SPSS
Interpretasi Hasil
 Diperoleh nilai sig 0,000 (nilai p)  menunjukkan bahwa korelasi antara skor
depresi dan skor ansietas adalah bermakna.
 Nilai korelasi Pearson sebesar 0,862 (nilai r) menunjukkan korelasi positif
dengan kekuatan korelasi yg sangat kuat.
Melaporkan Hasil
Skor ansietas
Skor depresi r 0,862
p < 0,001
n 348
Hasil analisis korelasi Pearson
Uji korelasi Pearson
o Tabel menyajikan hasil analisis korelasi Pearson.
o Tabel tdd koefisien korelasi (r), nilai p, dan jumlah subjek (n).
No. Parameter Nilai Interpretasi
1. Kekuatan korelasi (r) 0,00-0,199 Sangat lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
2. Nilai p p < 0,05 Terdapat korelasi yg bermakna antara dua variabel yg diuji
p > 0,05 Tidak terdapat korelasi yg bermakna antara dua variabel yg diuji
3. Arah korelasi + (positif) Searah, semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel
lainnya
- (negatif) Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai
variabel lainnya
Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan
kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi
Statistik Parametrik.pptx

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Statistika dasar uji hipotesis {ppt}
Statistika dasar uji hipotesis {ppt}Statistika dasar uji hipotesis {ppt}
Statistika dasar uji hipotesis {ppt}nurwa ningsih
 
Uji chi square kel 1
Uji chi square kel 1Uji chi square kel 1
Uji chi square kel 1Okta Rostalia
 
Perumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
Perumusan Masalah dan Hipotesis PenelitianPerumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
Perumusan Masalah dan Hipotesis PenelitianSiti Sahati
 
Metodologi penelitian, desain studi &
Metodologi penelitian, desain  studi &Metodologi penelitian, desain  studi &
Metodologi penelitian, desain studi &Ira Masykura
 
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologiUkuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologilasnisiregar
 
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian EpidemiologiBentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian EpidemiologiWiandhariEsaBBPKCilo
 
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologisdhina wida
 
Pertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingPertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingAyu Sefryna sari
 
Perbedaan sistem linier dan non linier
Perbedaan sistem linier dan non linierPerbedaan sistem linier dan non linier
Perbedaan sistem linier dan non linierRioardha777
 
Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...
Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...
Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...Restu Sulistiyo
 
Tabel kontingensi 2x2 dan uji independensi
Tabel kontingensi 2x2 dan uji independensiTabel kontingensi 2x2 dan uji independensi
Tabel kontingensi 2x2 dan uji independensiDarnah Andi Nohe
 

La actualidad más candente (20)

Proposal kuliah pakar 2012
Proposal kuliah pakar 2012Proposal kuliah pakar 2012
Proposal kuliah pakar 2012
 
Variabel penelitian
Variabel penelitianVariabel penelitian
Variabel penelitian
 
Statistika dasar uji hipotesis {ppt}
Statistika dasar uji hipotesis {ppt}Statistika dasar uji hipotesis {ppt}
Statistika dasar uji hipotesis {ppt}
 
Uji chi square kel 1
Uji chi square kel 1Uji chi square kel 1
Uji chi square kel 1
 
Perumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
Perumusan Masalah dan Hipotesis PenelitianPerumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
Perumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
 
Metodologi penelitian, desain studi &
Metodologi penelitian, desain  studi &Metodologi penelitian, desain  studi &
Metodologi penelitian, desain studi &
 
Penelitian Studi Kasus
Penelitian Studi KasusPenelitian Studi Kasus
Penelitian Studi Kasus
 
Ukuran epidemiologi
Ukuran epidemiologi Ukuran epidemiologi
Ukuran epidemiologi
 
Restrain
RestrainRestrain
Restrain
 
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologiUkuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 
Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan MorbiditasMortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan Morbiditas
 
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian EpidemiologiBentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
 
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafanPengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
 
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
 
Simple random sampling
Simple random samplingSimple random sampling
Simple random sampling
 
Pertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingPertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik sampling
 
Perbedaan sistem linier dan non linier
Perbedaan sistem linier dan non linierPerbedaan sistem linier dan non linier
Perbedaan sistem linier dan non linier
 
Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...
Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...
Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...
 
Tabel kontingensi 2x2 dan uji independensi
Tabel kontingensi 2x2 dan uji independensiTabel kontingensi 2x2 dan uji independensi
Tabel kontingensi 2x2 dan uji independensi
 

Similar a Statistik Parametrik.pptx

Statistik Non-Par.pptx
Statistik Non-Par.pptxStatistik Non-Par.pptx
Statistik Non-Par.pptxfitrianadewi20
 
Bahan_Kuliah_Statistik_Non_Parametrik.ppt
Bahan_Kuliah_Statistik_Non_Parametrik.pptBahan_Kuliah_Statistik_Non_Parametrik.ppt
Bahan_Kuliah_Statistik_Non_Parametrik.pptssuser1fe126
 
PERTEMUAN 1-3.pot.pptx
PERTEMUAN 1-3.pot.pptxPERTEMUAN 1-3.pot.pptx
PERTEMUAN 1-3.pot.pptxSuryaFahrozi2
 
Pengantar Statistik Infrensial.pptx
Pengantar Statistik Infrensial.pptxPengantar Statistik Infrensial.pptx
Pengantar Statistik Infrensial.pptxNusrotusSaidah1
 
Analisis data statistik oleh sudibyo supardi
Analisis data statistik oleh sudibyo supardiAnalisis data statistik oleh sudibyo supardi
Analisis data statistik oleh sudibyo supardiDedi Mukhlas
 
Analisis+Kuantitatif.pdf
Analisis+Kuantitatif.pdfAnalisis+Kuantitatif.pdf
Analisis+Kuantitatif.pdfRuriAlca
 
Modul non parametrik
Modul non parametrikModul non parametrik
Modul non parametrikSyafie ALin
 
P8 analisis statistik
P8 analisis statistikP8 analisis statistik
P8 analisis statistikSusanFitria
 
PPT-UEU-Biostatistika---Pertemuan-10.ppt
PPT-UEU-Biostatistika---Pertemuan-10.pptPPT-UEU-Biostatistika---Pertemuan-10.ppt
PPT-UEU-Biostatistika---Pertemuan-10.pptPrima Herdianto
 
Materi 8 - Teknik Sampling 2.pdf
Materi 8 - Teknik Sampling 2.pdfMateri 8 - Teknik Sampling 2.pdf
Materi 8 - Teknik Sampling 2.pdfMahesaRioAditya
 
MATERI STATISTIKA INFERENSIAL DASAR .ppt
MATERI STATISTIKA INFERENSIAL DASAR .pptMATERI STATISTIKA INFERENSIAL DASAR .ppt
MATERI STATISTIKA INFERENSIAL DASAR .pptsubrotorapih2
 
STATISTIKA INFERENSIAL
STATISTIKA INFERENSIALSTATISTIKA INFERENSIAL
STATISTIKA INFERENSIALImanSolahudin
 
Tugas Individu_Muhammad Masyhuri_Uji Normalitas.pdf
Tugas Individu_Muhammad Masyhuri_Uji Normalitas.pdfTugas Individu_Muhammad Masyhuri_Uji Normalitas.pdf
Tugas Individu_Muhammad Masyhuri_Uji Normalitas.pdfmuhammadmasyhuri9
 

Similar a Statistik Parametrik.pptx (20)

Statistik Non-Par.pptx
Statistik Non-Par.pptxStatistik Non-Par.pptx
Statistik Non-Par.pptx
 
Bahan_Kuliah_Statistik_Non_Parametrik.ppt
Bahan_Kuliah_Statistik_Non_Parametrik.pptBahan_Kuliah_Statistik_Non_Parametrik.ppt
Bahan_Kuliah_Statistik_Non_Parametrik.ppt
 
Statistik parametrik
Statistik parametrikStatistik parametrik
Statistik parametrik
 
PERTEMUAN 1-3.pot.pptx
PERTEMUAN 1-3.pot.pptxPERTEMUAN 1-3.pot.pptx
PERTEMUAN 1-3.pot.pptx
 
Pengantar Statistik Infrensial.pptx
Pengantar Statistik Infrensial.pptxPengantar Statistik Infrensial.pptx
Pengantar Statistik Infrensial.pptx
 
Analisis data statistik oleh sudibyo supardi
Analisis data statistik oleh sudibyo supardiAnalisis data statistik oleh sudibyo supardi
Analisis data statistik oleh sudibyo supardi
 
Analisis+Kuantitatif.pdf
Analisis+Kuantitatif.pdfAnalisis+Kuantitatif.pdf
Analisis+Kuantitatif.pdf
 
Analisis+kuantitatif
Analisis+kuantitatifAnalisis+kuantitatif
Analisis+kuantitatif
 
3254109.ppt
3254109.ppt3254109.ppt
3254109.ppt
 
method.ppt
method.pptmethod.ppt
method.ppt
 
Modul non parametrik
Modul non parametrikModul non parametrik
Modul non parametrik
 
Kel9b Blok8skenario3
Kel9b Blok8skenario3Kel9b Blok8skenario3
Kel9b Blok8skenario3
 
P8 analisis statistik
P8 analisis statistikP8 analisis statistik
P8 analisis statistik
 
Tugas bu ifana
Tugas bu ifanaTugas bu ifana
Tugas bu ifana
 
PPT-UEU-Biostatistika---Pertemuan-10.ppt
PPT-UEU-Biostatistika---Pertemuan-10.pptPPT-UEU-Biostatistika---Pertemuan-10.ppt
PPT-UEU-Biostatistika---Pertemuan-10.ppt
 
Analisa data &amp; uji statistik
Analisa data &amp; uji statistikAnalisa data &amp; uji statistik
Analisa data &amp; uji statistik
 
Materi 8 - Teknik Sampling 2.pdf
Materi 8 - Teknik Sampling 2.pdfMateri 8 - Teknik Sampling 2.pdf
Materi 8 - Teknik Sampling 2.pdf
 
MATERI STATISTIKA INFERENSIAL DASAR .ppt
MATERI STATISTIKA INFERENSIAL DASAR .pptMATERI STATISTIKA INFERENSIAL DASAR .ppt
MATERI STATISTIKA INFERENSIAL DASAR .ppt
 
STATISTIKA INFERENSIAL
STATISTIKA INFERENSIALSTATISTIKA INFERENSIAL
STATISTIKA INFERENSIAL
 
Tugas Individu_Muhammad Masyhuri_Uji Normalitas.pdf
Tugas Individu_Muhammad Masyhuri_Uji Normalitas.pdfTugas Individu_Muhammad Masyhuri_Uji Normalitas.pdf
Tugas Individu_Muhammad Masyhuri_Uji Normalitas.pdf
 

Último

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 

Último (20)

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 

Statistik Parametrik.pptx

  • 1. Ema Pristi Yunita, M.Farm.Klin., Apt. STATISTIK PARAMETRIK
  • 2. Learning Outcomes Pada akhir kuliah ini, diharapkan mahasiswa akan mampu: Membedakan teknik analisis data Statistik Parametrik dan Statistik Non Parametrik Mendemonstrasikan Teknik analisis data dengan Statistik Parametrik
  • 3. STATISTIKA kegiatan untuk: • Mengumpulkan data • Menyajikan data • Menganalisis data dengan metode tertentu • Menginterpretasikan hasil analisis Konsep Statistika Melalui fase STATISTIKA DESKRIPTIF: Berkenaan dengan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian sebagian atau seluruh data (pengamatan) tanpa pengambilan kesimpulan dan fase STATISTIKA INFERENSI: Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan berbagai metode statistik utk menganalisis data, dan kemudian dilakukan interpretasi serta diambil kesimpulan. Statistika inferensi akan menghasilkan generalisasi (jika sampel representatif).
  • 4. Statistika & Metode Ilmiah METODE ILMIAH: Adalah salah satu cara mencari kebenaran yg bila ditinjau dari segi penerapannya, risiko utk keliru paling kecil LANGKAH-LANGKAH DALAM METODE ILMIAH: 1. Merumuskan masalah 2. Melakukan studi literatur 3. Membuat dugaan-dugaan, pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis 4. Mengumpulkan & mengolah data, menguji hipotesis, atau menjawab pertanyaan 5. Mengambil kesimpulan PERAN STATISTIKA INSTRUMEN SAMPEL VARIABEL SIFAT DATA METODE ANALISIS
  • 5. DATA NOMINAL ORDINAL INTERVAL RASIO KUANTITATIF KUALITATIF JENIS DATA DATA DATA KUALITATIF: Data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka Contoh: jenis pekerjaan, status pernikahan, tingkat kepuasan kerja DATA KUANTITATIF: Data yang dinyatakan dalam bentuk angka Contoh: lama bekerja, jumlah gaji, usia, hasil ujian DATA terbagi atas DATA KUALITATIF dan DATA KUANTITATIF
  • 6. DATA NOMINAL: Data berskala nominal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi CIRI: posisi data setara/sederajat/tdk bertingkat tidak bisa dilakukan operasi matematika (+, -, x, :) CONTOH: variabel jenis kelamin (kategori laki-laki & perempuan) DATA ORDINAL: Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi, tetapi diantara data tersebut terdapat hubungan CIRI: posisi data tdk setara/tdk sederajat/kategori yg bertingkat tidak bisa dilakukan operasi matematika (+, -, x, :) CONTOH: variabel tingkat pendidikan (kategori pendidikan rendah, pendidikan menengah, pendidikan tinggi) DATA INTERVAL: Data berskala interval adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak antara dua titik skala sudah diketahui, variabel tdk mempunyai nilai nol alami CIRI: tidak ada kategorisasi bisa dilakukan operasi matematika CONTOH: suhu badan (nol derajat skala Celcius berbeda dgn nol derajat skala Fahrenheit) DATA RASIO: Data berskala rasio adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana jarak antara dua titik skala sudah diketahui dan variabel mempunyai titik 0 (nol) absolut/alami CIRI: tidak ada kategorisasi bisa dilakukan operasi matematika CONTOH: berat badan, tinggi badan, kadar glukosa darah, kadar kolesterol DATA
  • 7. Pengolahan Data PROSEDUR PENGOLAHAN DATA : A. PARAMETER : Berdasarkan parameter yang ada, statistik dibagi menjadi • Statistik PARAMETRIK : berhubungan dengan inferensi statistik yang membahas parameter-parameter populasi; jenis data interval atau rasio; distribusi data normal atau mendekati normal • Statistik NONPARAMETRIK : inferensi statistik tidak membahas parameter- parameter populasi; jenis data nominal atau ordinal; distribusi data tidak diketahui atau tidak normal B. JUMLAH VARIABEL : berdasarkan jumlah variabel, statistik dibagi menjadi • Analisis UNIVARIAT : hanya ada 1 pengukuran (variabel) untuk n sampel atau beberapa variabel tetapi masing-masing variabel dianalisis sendiri-sendiri. • Analisis BIVARIAT : analisis secara simultan dari 2 variabel • Analisis MULTIVARIAT : pengukuran lebih dari 2 variabel untuk n sampel dimana analisis antar variabel dilakukan bersamaan. Contoh : pengaruh motivasi terhadap pencapaian akademik yang dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan orang tua, faktor sosial ekonomi, faktor sekolah
  • 8. Pengolahan Data Analisis Univariat SATU Analisis Multivariat DUA / LEBIH Jumlah Variabel ??? Statistik Non Parametrik NOMINAL ORDINAL Statistik Parametrik INTERVAL RASIO MULAI Jenis Data ??? Dilakukan Uji Normalitas
  • 9. TABEL UJI HIPOTESIS BIVARIAT Masalah skala pengukuran Jenis hipotesis (asosiasi) Komparatif Korelatif Tidak berpasangan Berpasangan Numerik 2 kelompok > 2 kelompok 2 kelompok > 2 kelompok Pearson* Uji t tidak berpasangan One way ANOVA Uji t berpasangan Repeated ANOVA Kategorik (Ordinal) Mann Whitney Kruskal-Wallis Wilcoxon Friedman Spearman Somers’d Gamma Kategorik (Nominal/Ordinal) Chi-Square Fisher Kolmogorov-Smirnov (tabel B x K) McNemar, Cochran Marginal Homogeneity Wilcoxon, Friedman (prinsip P x K) Koefisien Kontingensi Lambda • Metode komparatif  digunakan kata hubungan atau perbandingan • Metode korelatif  digunakan kata korelasi
  • 10. UJI HIPOTESIS BIVARIAT KETERANGAN: 1. Uji dengan tanda * merupakan uji parametrik 2. Tanda panah ke bawah menunjukkan uji alternatif jika syarat uji parametrik tidak terpenuhi 3. Untuk hipotesis komparatif numerik, perlu diperhatikan banyaknya kelompok 4. Untuk hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan, pemilihan uji menggunakan “tabel B x K” 5. Untuk hipotesis komparatif kategorik berpasangan, pemilihan uji menggunakan “prinsip P x K”
  • 11. Langkah-Langkah Penggunaan Tabel Uji Hipotesis Bivariat 1. Menentukan variabel yg dihubungkan 2. Menentukan jenis hipotesis 3. Menentukan masalah skala pengukuran 4. Menentukan berpasangan/tidak berpasangan 5. Menentukan jumlah kelompok atau menentukan jenis tabel Bila jenis hipotesis komparatif numerik, tentukan banyaknya kelompok. Bila jenis hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan, tentukan jenis tabel B x K. Bila jenis hipotesis komparatif kategorik berpasangan, tentukan jenis “prinsip P x K.”
  • 12. Pahami Istilah-Istilah Berikut Ini untuk Dapat Menggunakan Tabel Uji Hipotesis Bivariat 1. Skala pengukuran: kategorik atau numerik 2. Jenis hipotesis: komparatif atau korelatif 3. Masalah skala pengukuran: numerik atau kategorik 4. Pasangan: berpasangan atau tidak berpasangan 5. Jumlah kelompok: 2 kelompok atau > 2 kelompok 6. Syarat uji parametrik dan non parametrik 7. Prinsip tabel B x K dan P x K
  • 13. Istilah pertama: Skala pengukuran variabel Skala pengukuran kategorik (nominal-ordinal) Skala pengukuran numerik (rasio-interval) KESEPAKATAN: Kategorik  kualitatif Numerik  nonkategorik & kuantitatif Program SPSS: Digunakan istilah scale utk istilah nonkategorik & kuantitatif
  • 14. SKALA PENGUKURAN VARIABEL SKALA PENGUKURAN KATEGORIK / KUALITATIF NUMERIK / NON KATEGORIK / KUANTITATIF Nominal Interval Contoh: Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan Contoh: Suhu tubuh Ordinal Rasio Contoh: Tingkat Pendidikan - Pendidikan rendah - Pendidikan menengah - Pendidikan tinggi Contoh: - Berat badan - Tinggi badan - Kadar glukosa darah - Kadar kolesterol Klasifikasi kadar kolesterol: - Rendah - Normal - Tinggi
  • 15. NOMINAL & ORDINAL (KATEGORIK) Variabel nominal & variabel ordinal disebut variabel kategorik krn variabel tsb mempunyai kategori variabel CONTOH: Jenis kelamin  variabel “laki-laki” dan “perempuan”  kategori variabel CONTOH: Klasifikasi kadar kolesterol  variabel ‘baik’, ‘sedang,’ ‘buruk’  kategori Variabel nominal punya kategori yg sederajat/tdk bertingkat, ex: variabel jenis kelamin dgn kategori laki-laki & perempuan Variabel ordinal punya kategori yg tidak sederajat/kategori yg bertingkat, ex: variabel kolesterol dgn kategori baik, sedang, buruk
  • 16. RASIO & INTERVAL (NUMERIK) Variabel rasio & interval disebut variabel numerik krn variabel tsb tidak punya kategori variabel Cara membedakan variabel rasio & interval: Berdasarkan nilai “nolnya” Variabel Rasio: Variabel punya nilai nol alami, ex: TB, BB, jarak Variabel Interval: Variabel tidak punya nilai nol alami, ex: suhu (nol derajat pd skala Celcius berbeda dgn nol derajat pd skala Fahrenheit)
  • 17. Istilah kedua: Jenis hipotesis • Pahami antara uji hipotesis, hipotesis komparatif, dan hipotesis korelatif • Uji hipotesis: metode utk mengetahui hubungan (association) antara variabel yg bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara komparatif (comparation) dan korelatif (correlation) • Utk menunjukkan bahwa metode yg dipakai utk mencari hubungan antarvariabel adalah metode komparatif  digunakan kata hubungan atau perbandingan • Utk menunjukkan bahwa metode yg dipakai utk mencari hubungan antarvariabel adalah metode korelatif  digunakan kata korelasi
  • 18. Istilah kedua: Jenis hipotesis 1. Pertanyaan penelitian utk hipotesis komparatif • Apakah terdapat perbedaan rerata kadar glukosa antara kelompok yg mendapat pengobatan glibenklamid & kelompok plasebo? • Apakah terdapat hubungan antara kadar glukosa darah dengan jenis pengobatan yg diterima (glibenklamid & plasebo)? • Apakah terdapat perbedaan terjadinya kanker paru antara perokok & bukan perokok? • Apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok & terjadinya kanker paru? 2. Pertanyaan penelitian utk hipotesis korelatif • Berapa besar korelasi antara kadar trigliserida dan kadar glukosa darah?
  • 19. Apakah perbedaan hipotesis komparatif dengan korelatif? • Perbedaan mendasar pada kedua uji tsb adalah pada output yg ingin diperoleh. • Bila peneliti ingin mengetahui asosiasi itu dengan parameter koefisien korelasi (r)  gunakan hipotesis korelatif. • Bila parameter yg diinginkan bukan koefisien korelasi tetapi “parameter yg lain”  gunakan hipotesis komparatif.
  • 20. Istilah ketiga: Masalah skala pengukuran numerik atau kategorik Untuk hipotesis komparatif:  Yang dimaksud dgn masalah skala kategorik adalah bila variabel yg dicari asosiasinya adalah variabel kategorik dgn variabel kategorik.  Yang dimaksud dgn masalah skala numerik adalah bila variabel yg dicari asosiasinya adalah variabel kategorik dgn variabel numerik. Untuk hipotesis korelatif:  Yang dimaksud dgn masalah skala kategorik adalah bila salah satu variabel yg dicari asosiasinya adalah variabel kategorik.  Yang dimaksud dgn masalah skala numerik adalah bila variabel yg dicari asosiasinya adalah variabel numerik dgn variabel numerik.
  • 21. Mengidentifikasi Jenis Analisis Bivariat dengan Menentukan Skala Pengukuran Variabel Jenis hipotesis Variabel yg dicari asosiasinya Istilah Variabel 1 Variabel 2 Hipotesis komparatif Kategorik Kategorik Komparatif kategorik Kategorik Numerik Komparatif numerik Numerik Numerik - Hipotesis korelatif Kategorik Kategorik Korelatif kategorik Kategorik Numerik Korelatif kategorik Numerik Numerik Korelatif numerik
  • 22. Istilah keempat & kelima: Pasangan dan jumlah kelompok Ilustrasi satu: dua kelompok tidak berpasangan  Anda mengukur tekanan darah subjek penelitian. Subjek penelitian tsb berasal dari 2 kelompok, yaitu kelompok daerah rural & kelompok daerah urban.  Data TD kelompok rural adalah satu kelompok data sedangkan data TD kelompok urban adalah kelompok data yg lain.  Dari segi jumlah  didapat 2 kelompok data.  Dari segi pasangan  didapat kelompok data yg tidak berpasangan krn individu dari kedua kelompok data tsb berbeda.
  • 23. Istilah keempat & kelima: Pasangan dan jumlah kelompok Ilustrasi dua: dua kelompok berpasangan  Ada sekelompok mahasiswa yg diukur BB nya sebanyak 2 kali, yaitu pada Jan 2015 & Feb 2015.  Data BB mahasiswa pd Jan  satu kelompok data.  Data BB mahasiswa pd Feb  sekelompok data lagi.  Dari segi jumlah  didapat 2 kelompok data (yaitu BB mahasiswa pd Jan & Feb).  Dari segi berpasangan  didapat kelompok data yg berpasangan krn individu dari kedua kelompok data adalah individu yg sama.
  • 24. Istilah keempat & kelima: Pasangan dan jumlah kelompok Ilustrasi tiga: kelompok berpasangan karena matching  Ilustrasi sama dengan ilustrasi pertama. Anda mengukur TD subjek penelitian yg berasal dari 2 kelompok, yaitu kelompok daerah rural & kelompok daerah urban.  Dalam prosedur pemilihan subjek penelitian, Anda melakukan proses matching, yaitu setiap subjek dari kelompok rural dicarikan pasangannya yg punya karakteristik yg sama dengan subjek dari kelompok urban.  Dari segi jumlah  didapat 2 kelompok data.  Dari segi berpasangan  didapat kelompok data yg berpasangan krn ada proses matching.
  • 25. Istilah keempat & kelima: Pasangan dan jumlah kelompok Ilustrasi empat: kelompok berpasangan karena desain cross over  Jenis data kelompok berpasangan bisa juga diperoleh pada suatu uji klinis yg menggunakan desain cross over.  Pada desain ini, pada periode tertentu subjek penelitian akan menerima obat A.  Setelah menyelesaikan obat A, subjek penelitian akan menerima obat B selama periode tertentu.  Dengan cara ini, akan diperoleh data ketika subjek penelitian menggunakan obat B.  Data obat A dengan data obat B dikatakan berpasangan karena data tsb diperoleh dari individu yg sama.
  • 26. Berpasangan & Tidak Berpasangan Dua atau lebih kelompok data dikatakan berpasangan Apabila data tsb dari individu yg sama Baik krn pengukuran berulang, proses matching, atau krn desain cross over Dua atau lebih kelompok data dikatakan tidak berpasangan Apabila data berasal dari subjek yg berbeda Tanpa prosedur matching
  • 27. Istilah keenam: Syarat uji parametrik & nonparametrik Uji Parametrik Tiga syarat yg perlu diperhatikan Skala pengukuran variabel Distribusi data Varians data 1. Masalah skala pengukuran variabel: Skala pengukuran variabel harus variabel numerik. 2. Distribusi data: distribusi data harus normal. 3. Varians data: a. Kesamaan varians tidak menjadi syarat utk uji kelompok yg berpasangan. b. Kesamaan varians adalah syarat tidak mutlak utk 2 kelompok tidak berpasangan, artinya varians data boleh sama boleh juga berbeda. c. Kesamaan varians adalah syarat mutlak utk > 2 kelompok tidak berpasangan artinya varians data harus/wajib sama.
  • 28. Istilah keenam: Syarat uji parametrik & nonparametrik Uji Nonparametrik Uji nonparametrik digunakan utk keadaan sbb: 1. Jika masalah skala pengukuran variabel adalah kategorik (ordinal & nominal). 2. Jika data dengan masalah skala pengukuran numerik tetapi tdk memenuhi syarat utk uji parametrik (misalnya distribusi data tidak normal), maka dilakukan uji nonparametrik yg merupakan alternatif dari uji parametriknya (Lihat tanda panah pada tabel uji hipotesis). • Uji Wilcoxon Alternatif uji t berpasangan • Uji Mann-Whitney Alternatif uji t tidak berpasangan Alternatif uji repeated ANOVA • Uji Kruskal-Wallis Alternatif uji one way ANOVA • Uji Friedman
  • 29. Metode untuk Mengetahui Suatu Set Data Memiliki Distribusi Normal atau Tidak Metode Parameter Kriteria sebaran data dikatakan normal Keterangan Deskriptif Koefisien varian Nilai koefisien varians < 30% [SD/mean] x 100% Rasio skewness Nilai rasio skewness -2 s/d 2 S kewness SE Skewness Rasio kurtosis Niali rasio kurtosis -2 s/d 2 Kurtosis SE Kurtosis Histogram Simetris tidak miring kiri maupun kanan, tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah Box plot Simetris median tepat di tengah, tidak ada outlier atau nilai ekstrim Normal Q-Q plots Data menyebar sekitar garis Detrended Q-Q plots Data menyebar sekitar garis pada nilai 0 Analitik Kolmogorov-Smirnov Nilai kemaknaan (p) > 0,05 Utk sampel besar (> 50) Shapiro-Wilk Nilai kemaknaan (p) > 0,05 Utk sampel kecil (≤ 50)
  • 30. Metode untuk Mengetahui Dua Buah Data atau Lebih Mempunyai Varians Sama atau Tidak Uji varians (Levene’s test) digunakan utk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data punya varians yg sama atau tidak Jika uji varians menghasilkan nilai p > 0,05 Maka varians dari data yg diuji adalah sama
  • 31. Istilah ketujuh: Tabel B x K  B adalah singkatan dari baris dan K dari kolom.  Pada baris (B)  diletakkan variabel independent / bebas.  Pada kolom (K)  diletakkan variabel dependent / terikat.  Jenis tabel ditentukan oleh jumlah baris & kolomnya.  Jika jumlah baris ada 3 dan kolom 3  disebut tabel 3x3.
  • 32. Istilah ketujuh: Tabel B x K Tingkat pengetahuan Total Rendah Sedang Tinggi Tingkat pendidikan Rendah a b c a+b+c Sedang d e f d+e+f Tinggi g h i g+h+i Total a+d+g b+e+h c+f+i N Contoh Tabel Silang 3x3  Tabel di atas disebut tabel 3x3  jumlah baris ada 3 dan jumlah kolom ada 3  Baris ada 3  tingkat pendidikan dibagi menjadi 3 kategori (rendah, sedang, tinggi)  Kolom ada 3  tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori (rendah, sedang, tinggi)  Persilangan antara satu kategori dengan kategori lain  SEL  Pada tabel 3x3, terdapat 9 sel yg diberi nama mulai dari sel a s.d sel i  Variabel tingkat pendidikan & tingkat pengetahuan merupakan variabel kategorik  Hubungan antara 2 buah variabel ordinal tsb dapat disajikan dlm bentuk tabel silang (tabel BxK)
  • 33. Istilah ketujuh: Prinsip P x K  P adalah singkatan dari pengulangan dan K dari kategori.  Jenis prinsip P x K ditentukan oleh jumlah pengulangan dan kategori.  Jika jumlah pengulangan ada 2 dan kategori ada 2  prinsip tsb disebut 2 x 2.
  • 34. Istilah ketujuh: Prinsip P x K Pengetahuan sesudah penyuluhan Baik Buruk Pengetahuan sebelum penyuluhan Baik a b a+b Buruk c d c+d a+c b+d N Contoh Prinsip 2x2  Tabel di atas sbg contoh prinsip 2x2  jumlah pengulangan ada 2 dan jumlah kategori ada 2  Pengulangan ada 2  pengetahuan diukur 2 kali, yaitu saat sebelum & setelah penyuluhan  Kategori ada 2  variabel pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu baik & buruk  Dengan demikian: 1.Bila pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali & kategori variabel sebanyak 2 kategori  prinsip P x K yg terjadi adalah 3 x 2 2.Bila pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali & kategori variabel sebanyak 3 kategori  prinsip P x K yg terjadi adalah 2 x 3
  • 35. RESUME ANALISIS BIVARIAT Resume hipotesis komparatif skala pengukuran numerik Resume hipotesis komparatif skala pengukuran ordinal Resume hipotesis komparatif skala pengukuran kategorik tdk berpasangan dlm bentuk B x K Resume hipotesis komparatif skala pengukuran kategorik berpasangan dlm bentuk P x K Resume hipotesis korelatif
  • 36. Masalah skala pengukuran Jenis hipotesis asosiatif Komparatif Tidak berpasangan Berpasangan Numerik 2 kelompok > 2 kelompok 2 kelompok > 2 kelompok Uji t tidak berpasangan One way ANOVA Uji t berpasangan Repeated ANOVA Mann-Whitney Kruskal-Wallis Wilcoxon Friedman Tabel uji hipotesis: alur menuju pemilihan uji hipotesis komparatif variabel numerik (1) Resume Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik
  • 37. (1) Resume Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Diagram Alur Uji Hipotesis Variabel Numerik Sebaran Normal? TIDAK YA Varians? Jumlah kelompok? Varians? Sama Berbeda UJI PARAMETRIK YANG SESUAI Sama Berbeda Hipotesis komparatif Variabel numerik Berpasangan Tidak Berpasangan UJI NON PARAMETRIK 2 Kelompok > 2 Kelompok
  • 38. (2) Resume Uji Hipotesis Komparatif Variabel Ordinal Masalah skala pengukuran Jenis hipotesis asosiatif Komparatif Tidak berpasangan Berpasangan Kategorik (Ordinal) 2 kelompok > 2 kelompok 2 kelompok > 2 kelompok Mann-Whitney Kruskal-Wallis Wilcoxon Friedman Tabel uji hipotesis: alur menuju pemilihan uji hipotesis komparatif variabel ordinal Uji komparatif untuk data ordinal seringkali menjadi alternatif uji hipotesis untuk data numerik yg tidak memenuhi syarat untuk uji parametrik
  • 39. (3) Resume Uji Hipotesis Komparatif Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K Tabel uji hipotesis: alur menuju pemilihan uji hipotesis variabel kategorik tidak berpasangan Masalah skala pengukuran Jenis hipotesis asosiatif komparatif Tidak berpasangan Kategorik (Nominal/Ordinal) Chi-Square Fisher Kolmogorov-Smirnov (Tabel B x K)
  • 40. Diagram Alur Uji Hipotesis Variabel Kategorik Kelompok Tidak Berpasangan (3) Resume Uji Hipotesis Komparatif Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K TABEL B x K TABEL 2 x 2 TABEL 2 x K TABEL SELAIN 2 x 2 DAN 2 x K Syarat uji Chi-Square terpenuhi Uji Fisher Uji Kolmogorov-Smirnov Penggabungan Sel Tidak terpenuhi Tidak terpenuhi Tidak terpenuhi
  • 41. KETERANGAN Diagram Alur Uji Hipotesis Variabel Kategorik Kelompok Tidak Berpasangan (3) Resume Uji Hipotesis Komparatif Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K 1. Semua hipotesis utk kategorik tidak berpasangan menggunakan uji Chi- Square, bila memenuhi syarat uji Chi-Square. 2. Syarat uji Chi-Square adalah sel yg mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. 3. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya. a. Alternatif uji Chi-Square utk tabel 2 x 2 adalah uji Fisher. b. Alternatif uji Chi-Square utk tabel 2 x K adalah uji Kolmogorov- Smirnov. c. Alternatif uji Chi-Square utk tabel selain 2 x 2 dan 2 x K adalah penggabungan sel. Setelah dilakukan penggabungan sel akan terbentuk suatu tabel B x K yg baru. Uji hipotesis yg dipilih sesuai dengan tabel B x K yg baru tsb.
  • 42. Contoh output SPSS untuk tabel 2 x 2 dengan menampilkan nilai observed dan nilai expected-nya (3) Resume Uji Hipotesis Komparatif Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K Hubungan antara perilaku merokok dengan status fertilitas Status Fertilitas Total Fertil Infertil Perilaku merokok Tidak merokok Count 35 15 50 Expected count 27.5 22.5 50.0 Merokok Count 20 30 50 Expected count 27.5 22.5 50.0 Total Count 55 45 100 Expected count 55.0 45.0 100.0 KETERANGAN Pada sel a, nilai observed-nya (lihat pada lajur count) adalah 35 sedangkan nilai expected-nya (lihat pada lajur expected count) adalah 27,5. Pada sel b, nilai observed-nya adalah 15 sedangkan nilai expected-nya adalah 22,5 dan seterusnya untuk sel lainnya.
  • 43. (3) Resume Uji Hipotesis Komparatif Kategorik Tidak Berpasangan dalam Bentuk Tabel B x K Nilai expected dihitung dengan persamaan: Total Baris x Total Kolom Total Sampel Sebagai contoh: Nilai expected sel a = Total Baris x Total Kolom = 50 x 55 = 27,5 Total Sampel 100 Nilai expected sel d = Total Baris x Total Kolom = 50 x 45 = 22,5 Total Sampel 100 Pada tabel ini, dapat digunakan uji Chi-Square karena syarat uji Chi- Square terpenuhi, yaitu tidak ada nilai expected yg kurang dari 5. Nilai Observed (O) adalah nilai observasi yg didapatkan pada subjek penelitian. Nilai Expected (E) adalah nilai yg diperoleh apabila hipotesis nol benar.
  • 44. (4) Resume Uji Hipotesis Komparatif Variabel Kategorik Berpasangan (Prinsip P x K) Tabel uji hipotesis: alur menuju pemilihan uji hipotesis variabel kategorik berpasangan Masalah skala pengukuran Jenis hipotesis asosiatif Komparatif Berpasangan Kategorik (Nominal/Ordinal) McNemar, Cochran Marginal Homogeneity Wilcoxon, Friedman (tabel P x K)
  • 45. (4) Resume Uji Hipotesis Komparatif Variabel Kategorik Berpasangan (Prinsip P x K) Diagram Alur Uji Hipotesis Variabel Kategorik Kelompok Berpasangan Jumlah kategori? (> 2) x 2 Cochran (> 2) x (> 2) Friedman 2 kategori > 2 kategori 2 kategori 2 x 2 McNemar > 2 kategori 2 x (> 2) Marginal Homogeneity Wilcoxon 2 Jumlah pengulangan? > 2 Hipotesis komparatif Kategorik berpasangan (prinsip P x K)
  • 46. (4) Resume Uji Hipotesis Komparatif Variabel Kategorik Berpasangan (Prinsip P x K) KESIMPULAN: 1. Jika jumlah pengulangan 2 dan jumlah kategori 2 maka uji yg digunakan adalah uji McNemar. 2. Jika jumlah pengulangan 2 dan jumlah kategori > 2 maka uji yg digunakan adalah uji Marginal Homogeneity atau Wilcoxon. 3. Jika jumlah pengulangan > 2 dan jumlah kategori 2 maka uji yg digunakan adalah uji Cochran. 4. Jika jumlah pengulangan > 2 dan jumlah kategori > 2 maka uji yg digunakan adalah uji Friedman.
  • 47. (5) Resume Hipotesis Korelatif Tabel pemilihan hipotesis korelatif Variabel 1 Variabel 2 Uji Korelasi yg dipilih Nominal Nominal Koefisien kontingensi, Lambda Nominal Ordinal Koefisien kontingensi, Lambda Ordinal Ordinal Spearman, Gamma, Somer’d Ordinal Numerik Spearman Numerik Numerik Pearson KETERANGAN: Korelasi utk variabel numerik, memakai uji Pearson dengan uji Spearman sbg alternatifnya
  • 48. (5) Resume Hipotesis Korelatif Diagram Alur Pemilihan Uji Hipotesis Korelatif utk Variabel Numerik Uji parametrik Pearson Uji nonparametrik Spearman YA TIDAK Hipotesis korelatif variabel numerik Sebaran normal? KETERANGAN: Tanda panah melengkung menunjukkan usaha yg dilakukan utk menormalkan distribusi data dari tidak normal menjadi normal (proses transformasi data).
  • 49. ANALISIS MULTIVARIAT • Bila variabel terikatnya berupa variabel kategorik Regresi logistik • Bila variabel terikatnya berupa variabel numerik Regresi linier
  • 50. LATIHAN Kasus 1 Apakah terdapat perbedaan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) antara kelompok status ekonomi tinggi dibandingkan kelompok ekonomi rendah? JAWAB: Langkah-langkah utk menjawab pertanyaan tsb adalah sbb: Langkah Jawaban Uji yg mungkin 1 Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah IMT (numerik) dgn kelompok ekonomi (kategorik) 2 Menentukan jenis hipotesis Komparatif Semua uji komparatif 3 Menentukan masalah skala variabel Numerik Uji t tidak berpasangan, uji t berpasangan, one way ANOVA 4 Menentukan pasangan/tdk berpasangan Tidak berpasangan Uji t tidak berpasangan, one way ANOVA 5 Menentukan jumlah kelompok Dua kelompok Uji t tidak berpasangan Kesimpulan: Uji yg digunakan adalah uji t tidak berpasangan (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Mann-Whitney (uji nonparametrik).
  • 51. LATIHAN Kasus 2 Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dengan asupan makanan (kurang, cukup, lebih)? JAWAB: Langkah-langkah utk menjawab pertanyaan tsb adalah sbb: Langkah Jawaban Uji yg mungkin 1 Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah jenis kelamin (kategorik) dgn asupan makanan (kategorik) 2 Menentukan jenis hipotesis Komparatif Semua uji komparatif 3 Menentukan masalah skala variabel Kategorik Chi-Square, Fisher, Kolmogorov-Smirnov, McNemar, Marginal Homogeneity, Cochran, Wilcoxon, Friedman 4 Menentukan pasangan/tdk berpasangan Tidak berpasangan Chi-Square, Fisher, Kolmogorov-Smirnov 5 Menentukan jenis tabel B x K 2 x 3 Chi-Square, Kolmogorov-Smirnov Kesimpulan: Jenis tabel pd soal ini adalah 2x3. Uji yg digunakan adalah Chi-Square jika memenuhi syarat. Jika tdk memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu Kolmogorov-Smirnov.
  • 52. LATIHAN Kasus 3 Apakah terdapat korelasi antara kadar radikal bebas dengan total jumlah rokok yg dihisap selama satu hari? JAWAB: Langkah-langkah utk menjawab pertanyaan tsb adalah sbb: Langkah Jawaban Uji yg mungkin 1 Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah kadar radikal bebas (numerik) dgn jumlah rokok per hari (numerik) 2 Menentukan jenis hipotesis Korelatif Semua uji korelatif 3 Menentukan masalah skala variabel Numerik Pearson Kesimpulan: Uji yg digunakan adalah uji korelasi Pearson (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji korelasi Spearman (uji nonparametrik).
  • 53. Nilai Probabilitas (p) & Interval Kepercayaan (IK) Ada 2 cara utk melakukan inferensi (penarikan kesimpulan): 1. Dengan menghitung nilai p 2. Dengan menghitung nilai IK No. Nama Uji Makna jika p < 0,05 (hipotesis nol ditolak, hipotesis alternatif diterima) 1. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk Distribusi data tidak normal 2. Uji varians Levene’s test Distribusi beberapa set data yg dibandingkan mempunyai varians yg berbeda 3. Uji t berpasangan Terdapat perbedaan rerata yg bermakna antara dua kelompok data 4. Uji t tidak berpasangan 5. Uji ANOVA Paling tidak terdapat dua kelompok data yg mempunyai perbedaan rerata yg bermakna  utk mengetahui kelompok mana yg berbeda secara bermakna, harus dilakukan analisis Post-Hoc 6. Uji Pearson Terdapat korelasi yg bermakna antara variabel A dengan variabel B Panduan interpretasi hasil uji hipotesis bila nilai p < 0,05
  • 54. Nilai probabilitas (p) 1. Hipotesis (H) adalah pernyataan sbg jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yg harus dijawab secara empiris. 2. Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yg menunjukkan tidak ada perbedaan antar kelompok atau tidak ada hubungan antar variabel atau tidak ada korelasi antar variabel. 3. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis kebalikan dari hipotesis nol, yg akan disimpulkan bila hipotesis nol ditolak. 4. Interpretasi yg lengkap utk nilai p adalah sbb: “Besarnya kemungkinan hasil yg diperoleh atau hasil yg lebih ekstrem diperoleh karena faktor peluang, bila hipotesis nol benar.”
  • 55. Interval kepercayaan (IK) 1. IK menunjukkan tafsiran rentang nilai pada populasi yg dihitung dengan nilai yg diperoleh pada sampel. 2. Seperti menghitung nilai p, perhitungan IK mempunyai rumus tersendiri utk masing-masing uji hipotesis.
  • 56. Hubungan nilai p dengan IK 1. Nilai p dengan IK menghasilkan kesimpulan yg konsisten. Bila nilai p menghasilkan kesimpulan yg bermakna, maka IK akan memberikan kesimpulan yg bermakna juga. Demikian juga sebaliknya. Hanya saja, informasi yg diberikan keduanya berbeda. 2. Konsistensi nilai p dengan IK adalah sbb: a. Bila pd uji hipotesis komparatif (perbedaan proporsi atau perbedaan rerata) perhitungan nilai p < 0,05 (yg berarti secara statistik bermakna) maka pd perhitungan IK, nilai 0 tidak akan tercakup di dalam nilai intervalnya (juga berarti secara statistik bermakna). b. Bila pd perhitungan rasio odds (RO) atau risiko relatif (RR) perhitungan nilai p < 0,05, maka pd perhitungan IK, nilai 1 tidak akan tercakup di dlm intervalnya. 3. Nilai p memberi informasi peluang utk memperoleh hasil yg diobservasi bila hipotesis nol benar, sedangkan IK memberi informasi perkiraan rentang nilai parameter pd populasi.
  • 57. Latihan 1 Memasukkan Data Kasus Anda memperoleh data sbb. Anda ingin memasukkan data ke dalam program SPSS. No. Nama Jenis Kelamin Umur Nilai 1. Ahmad Laki-laki 23 Baik 2. Budi Laki-laki 22 Sedang 3. Cecep Laki-laki 18 Buruk 4. Dadang Laki-laki 21 Buruk 5. Ely Perempuan 23 Baik 6. Farah Perempuan 17 Baik 7. Gita Perempuan 16 Sedang 8. Hendi Laki-laki 19 Sedang 9. Indah Perempuan 25 Baik Bagaimana memasukkan data ke dalam program SPSS?
  • 58. Latihan 1 Memasukkan Data 1. Mengisi Variable View
  • 59. Tampilan Variable View Tampilan Variable View Keterangan Name • Kata yg mewakili nama variabel • Biasanya diisi dengan kata yg mudah diingat yg berkaitan dengan nama variabelnya, ex. “sex” utk variabel jenis kelamin responden Type • Tipe data yg dimasukkan • Pilihan yg paling umum adalah numeric (krn semua proses uji dlm SPSS bisa dilakukan dlm bentuk numeric) & string (kalau yg mau dimasukkan adalah huruf/kata/kalimat) Width Jumlah digit data yg mau dimasukkan Decimals Jumlah digit di belakang titik Labels • Penjelasan rinci dari kolom name • Misalnya, dlm kolom name diketik sex, labels-nya adalah ‘jenis kelamin responden’ Values • Kode yg diberikan jika variabel merupakan variabel kategorik (nominal & ordinal) • Misalnya, kode 1 utk kategori perempuan, kode 2 utk kategori laki- laki Column Width Lebar kolom Alignment Pilihan tampilan variabel (rapat kiri, kanan, atau tengah) Measures • Skala pengukuran variabel (nominal, ordinal, scale) • Dlm SPSS, variabel interval & rasio disebut variabel scale
  • 60. Latihan 1 Memasukkan Data Dari kasus yg diberikan, Anda diminta utk memasukkan 4 variabel yaitu: • String Nama • Kategorik nominal Jenis Kelamin • Kategorik ordinal Nilai • Numerik Umur
  • 61. Pengisian Variable View untuk variabel nama Tampilan Variable View Cara Pengisian Name Ketik “nama” Type Aktifkan pilihan “string” Width Isi dengan 15 (utk keseragaman). Pemilihan lebar kolom tergantung dari berapa karakter nama terpanjang Decimals Tidak aktif Labels Ketik “nama responden” Values Tidak diisi Column Width 8 (utk keseragaman) Alignment Terserah Anda Measures Pilih “nominal”
  • 62. Pengisian Variable View untuk variabel jenis kelamin Tampilan Variable View Cara Pengisian Name Ketik “sex” Type Pilih numeric Width Isi dengan 8 (utk keseragaman) Decimals Pilih 0 Labels Isi dengan jenis kelamin responden Values Klik kotak kecil pd sisi kanan kolom values, akan terlihat tampilan sbb  Ketik 1 pd kotak value  Ketik perempuan pd kotak value label  Klik add  Ketik 2 pd kotak value  Ketik laki-laki pd kotak value label  Klik add  Proses telah selesai
  • 63. Pengisian Variable View untuk variabel jenis kelamin lanjutan ..... Column Width Terserah Anda Alignment Terserah Anda Measures Pilih nominal Akan terlihat tampilan sbb:
  • 64. Pengisian Variable View untuk variabel umur Tampilan Variable View Cara Pengisian Name Isi dengan umur Type Aktifkan pilihan “numeric” Width Isi dengan 8 (utk keseragaman). Decimals Isi dengan nol Labels Ketik “umur responden” Values Tidak diisi (krn variabel umur tdk punya kategori) Column Width 8 (utk keseragaman) Alignment Terserah Anda Measures Pilih scale
  • 65. Pengisian Variable View untuk variabel nilai Tampilan Variable View Cara Pengisian Name Isi dengan nilai Type Aktifkan pilihan “numeric” Width Isi dengan 8 (utk keseragaman) Decimals Isi dengan nol Labels Ketik “nilai responden” Values Klik kotak kecil pd sisi kanan kolom values, akan terlihat tampilan sbb  Ketik 1 pd kotak value  Ketik buruk pd kotak value label  Klik add  Ketik 2 pd kotak value  Ketik sedang pd kotak value label  Klik add  Ketik 3 pd kotak value  Ketik baik pd kotak value label  Klik add  Proses telah selesai
  • 66. Pengisian Variable View untuk variabel nilai lanjutan ..... Column Width Terserah Anda Alignment Terserah Anda Measures Pilih ordinal Akan terlihat tampilan sbb:
  • 67. Bila yg Anda pilih pada menu view adalah view labels, maka tampilan yg akan muncul adalah sbb:
  • 68. Latihan 1 Memasukkan Data 2. Mengisi Data View  Aktifkan data view  isilah sesuai dengan data pd kasus yg diberikan  Jika sudah selesai, simpan file dengan nama: Latihan 1(file  save as  latihan 1)  Bila Anda mengisi dengan benar, pada data view, Anda akan memperoleh hasil sbb:  Bila yg Anda pilih pd menu view adalah view labels, maka tampilan yg akan muncul adalah sbb:
  • 69. Latihan 2 Melakukan Perubahan Data dari Satu Skala ke Skala Lain Kasus Dari data yg telah diperoleh pada latihan 1, Anda ingin mengategorikan umur responden yg berumur < 20 thn, 20-22 thn, dan > 22 thn (Anda merubah variabel numerik menjadi variabel ordinal) Bagaimana langkah yg dilakukan dengan program SPSS? Perubahan data dilakukan apabila: 1. Merubah dari skala pengukuran numerik ke skala ordinal atau 2. Penggabungan sel (alternatif pada uji Chi-Square)
  • 70. Latihan 2 Melakukan Perubahan Data dari Satu Skala ke Skala Lain Langkah – Langkah: 1. Buka file latihan 1 2. Aktifkan data view 3. Lakukan langkah-langkah sbb:  Transform  Recode  Recode into Different Variables  Masukkan variabel umur ke dlm Input Variable  Ketik umur_1 ke dlm Output Variable  Ketik ‘klasifikasi umur’ ke dlm label  Klik kotak Change  Setelah proses ini, Anda akan melihat tampilan sbb:  Klik old and new values  Isilah kotak old value dan kotak new value (selanjutnya ikuti logika berpikir)
  • 71. Latihan 2 Melakukan Perubahan Data dari Satu Skala ke Skala Lain Logikanya adalah:  Semua data < 20 thn diubah menjadi kode 1  Semua data 20 – 22 thn diubah menjadi kode 2  Semua data > 22 thn diubah menjadi kode 3 Dengan logika tsb, isilah old value dan new value sbb: o Old value: range lowest through 19, new value: 1, klik Add o Old value: range 20 through 22, new value: 2, klik Add o Old value: 23 through highest, new value: 3, klik Add Sampai tahap ini, Anda akan memperoleh tampilan sbb:  Proses telah selesai, klik kotak continue  Klik OK dan lihat hasilnya
  • 72. Latihan 2 Melakukan Perubahan Data dari Satu Skala ke Skala Lain Pada data view akan terdapat kolom baru dengan variabel baru bernama umur_1 o Selanjutnya, lakukan pengisian variable view utk variabel umur_1 o Bila pd value, Anda mengisi sbb: Kode 1 utk < 20 thn Kode 2 utk 20-22 thn Kode 3 utk > 22 thn o Pada data view, Anda akan melihat tampilan sbb:
  • 73. Latihan 3 Membuat Deskripsi Variabel Kategorik Prinsip utama: “Know your data! What kind of data you have!” Langkah membuat tabel frekuensi & grafik merupakan langkah yg sangat penting agar Anda mengetahui karakteristik data variabel kategorik. Kasus Anda melakukan penelitian serta sudah mengumpulkan & memasukkan data ke SPSS. Salah satu variabel adalah jenis kelamin. Karena Anda mengetahui bahwa skala pengukuran variabel jenis kelamin adalah nominal, maka Anda ingin mengetahui distribusi jenis kelamin dlm bentuk tabel & grafik. Bagaimana langkah yg dilakukan dengan program SPSS?
  • 74. Latihan 3 Membuat Deskripsi Variabel Kategorik Langkah – Langkah: 1. Buka file frequency 2. Lakukan langkah-langkah sbb:  Analyze  Descriptive statistics  Frequencies  Masukkan variabel jenis kelamin responden ke dlm kotak variable(s)  Aktifkan Display Frequency Tables Akan terlihat tampilan sbb:
  • 75. Latihan 3 Membuat Deskripsi Variabel Kategorik  Klik kotak Charts  Pilih bar pada Chart Type  Pilih Percetage pada Chart Values Akan terlihat tampilan sbb:  Klik Continue  Proses selesai, klik OK
  • 76. Latihan 3 Membuat Deskripsi Variabel Kategorik Output SPSS Bagaimana hasilnya? Interpretasi Hasil Diketahui jumlah total subjek sebanyak 50 orang dan tidak ada data yg missing Diketahui distribusi jenis kelamin berdasarkan jumlah dan persentase Diketahui grafik jenis kelamin responden
  • 77. Latihan 4 Membuat Deskripsi Variabel Numerik Prinsip utama: “Know your data! What kind of data you have!” Langkah membuat deskripsi variabel dengan skala pengukuran numerik merupakan langkah yg sangat penting agar Anda mengetahui karakteristik data yg Anda miliki. Kasus Anda melakukan penelitian serta sudah mengumpulkan & memasukkan data ke SPSS. Salah satu variabel adalah jenis kelamin. Salah satu variabel yg Anda ukur adalah variabel body mass index (BMI). Karena Anda mengetahui bahwa BMI adalah variabel numerik, maka Anda ingin mengetahui deskripsi variabel tsb berdasarkan ukuran pemusatan & ukuran penyebarannya serta penyajian dlm bentuk histogram. Bagaimana langkah yg dilakukan dengan program SPSS?
  • 78. Latihan 4 Membuat Deskripsi Variabel Numerik Langkah – Langkah: 1. Buka file deskripsi 2. Lakukan langkah-langkah sbb:  Analyze  Descriptive statistics  Frequencies  Masukkan BMI ke dlm kotak variable(s)  Pilihan Display Frequency Tables dinonaktifkan Akan terlihat tampilan sbb:
  • 79. Latihan 4 Membuat Deskripsi Variabel Numerik  Klik kotak Statistic  Pilih Mean, Median, Modus pada Central Tendency (sbg ukuran pemusatan)  Pilih Std deviation, Variance, Minimum, Maximum pada Dispersion  Pilih Skewness dan Kurtosis pada Distribution (sebagai ukuran penyebaran)  Klik Continue  aktifkan pilihan Chart  Pilih Histogram pada Chart Type  Aktifkan kotak With normal curve  Proses telah selesai, klik Continue  Klik OK
  • 80. Output SPSS Bagaimana hasilnya? Interpretasi Hasil Diketahui parameter ukuran pemusatan (mean, median, dan modus) serta ukuran penyebarannya (standar deviation, variance, minimum-maksimum, skewness, dan kurtosis) Dari histogram dapat diketahui distribusi data yg dimiliki dengan kurva normalnya Latihan 4 Membuat Deskripsi Variabel Numerik
  • 81. Latihan 5 Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak  Utk penyajian data  bila distribusi normal  digunakan mean & standar deviasi sedangkan bila distribusi data tidak normal digunakan median & minimum-maksimum sbg ukuran pemusatan & penyebaran.  Utk uji hipotesis  bila distribusi normal  digunakan uji parametrik sedangkan bila distribusi data tidak normal digunakan uji nonparametrik. Kasus Anda melakukan penelitian serta sudah mengumpulkan & memasukkan data ke SPSS. Salah satu variabel yg Anda ukur adalah variabel umur. Di sini, Anda ingin mengetahui apakah variabel umur responden mempunyai distribusi normal atau tidak. Bagaimana langkah yg dilakukan dengan program SPSS?
  • 82. Langkah – Langkah: 1. Buka file normalitas 2. Lihat Variable View. Bacalah keterangan variabel yg ada pada file tsb 3. Lihat Data View 4. Analyze  Descriptive Statistics  Explore. Masukkan variabel umur ke dalam Dependent List 5. Pilih Both pada display 6. Biarkan kotak Statistic sesuai default SPSS. Pilihan ini akan memberi output deskripsi variabel. 7. Aktifkan kotak Plot  aktifkan Factor levels together pd Boxplots (utk menampilkan boxplot)  aktifkan Histogram pd Descriptive (utk menampilkan histogram), dan Normality plots with tests (utk menampilkan plot & uji normalitas) 8. Proses telah selesai, klik Continue, klik OK Latihan 5 Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak
  • 83. Output SPSS Bagaimana hasilnya? Interpretasi Hasil Menilai Distribusi Data secara Deskriptif (menghitung & melihat) Latihan 5 Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak Menghitung koefisien varians Menghitung rasio skewness Menghitung rasio kurtosis Melihat histogram Melihat normal Q-Q plot Melihat Detrended normal Q-Q plot Melihat box plot
  • 84. a. Menghitung koefisien varians Koefisien varians = (standar deviasi/mean) x 100% = (5,79/39,84) x 100% = 14,5%  distribusi data normal (KV < 30%) b. Menghitung rasio skewness Rasio skewness = skewness/standar error of skewness = 0,569/0,141 = 4,04  distribusi data tidak normal (RS di luar rentang -2 s.d 2) c. Menghitung rasio kurtosis Rasio kurtosis = kurtosis/standar error of kur tosis = 0,429/0,281 = 1,44  distribusi data normal (RK masuk rentang -2 s.d 2)
  • 85. Dengan melihat histogram  distribusi data cenderung miring ke kiri H I S T O G R A M
  • 86. Secara teoritis, suatu set data dikatakan mempunyai distribusi normal apabila data tersebar di sekitar garis Melihat Q-Q plot Normal Q-Q Plot of umur responden INTERPRETASI: Terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis, akan tetapi terdapat beberapa data yg letaknya jauh dari garis  kemungkinan besar, distribusi data tidak normal
  • 87. Secara teoritis, suatu set data dikatakan mempunyai distribusi normal apabila data tersebar di sekitar garis (angka nol) Melihat Detrended normal Q-Q INTERPRETASI: Terlihat bahwa banyak sekali data yg letaknya jauh dari garis  kemungkinan besar, distribusi data tidak normal Detrended Normal Q-Q Plot of umur responden
  • 88. Keterangan:  Kotak besar mengandung 50% data yaitu dari persentil 25 s.d persentil 75. Garis tebal pd tengah kotak merupakan median (persentil 50). Wilayah ini dinamakan hspread.  Data 1,5 hspread disebut whisker.  Nilai > 1,5 hspread disebut data outlier (diberi tanda o).  Nilai > 3 hspread disebut data ekstrem (diberi tanda *). Melihat boxplot Whisker Hspread Nilai di atas garis adalah nilai ekstrem atas Nilai di bawah garis adalah nilai ekstrem bawah Persentil 75 Persentil 50 Persentil 25
  • 89. Secara teoritis, suatu set data dikatakan mempunyai distribusi normal apabila: 1. Nilai median ada di tengah-tengah kotak. 2. Nilai whisker terbagi secara simetris ke atas & ke bawah. 3. Tidak ada nilai eksterm atau outlier. Melihat boxplot INTERPRETASI: Terlihat bahwa median terletak agak ke bawah kotak, whisker relatif simetris, terdapat data outlier  kemungkinan besar, distribusi data tidak normal umur responden
  • 90. Output SPSS Bagaimana hasilnya? Interpretasi Hasil Menilai Distribusi Data Analitis Latihan 5 Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak • Digunakan utk sampel > 50 Uji Kolmogorov- Smirnov • Digunakan utk sampel ≤ 50 Uji Shapiro- Wilk
  • 91. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Latihan 5 Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak  Diperoleh nilai p = 0,000  Karena nilai p < 0,05 maka disimpulkan bahwa distribusi umur tidak normal
  • 92. Kesimpulan Distribusi Data Normal atau Tidak Berdasarkan Beberapa Parameter Penilaian Latihan 5 Mengetahui Suatu Data Berdistribusi Normal atau Tidak Parameter Hasil Observasi Kriteria Normal Kesimpulan Distribusi Data Koefisien varians 14,5% < 30% Normal Rasio skewness 4,04 -2 s.d 2 Tidak normal Rasio kurtosis 1,12 -2 s.d 2 Normal Histogram* Sedikit miring ke kiri Simetris, tidak miring kiri maupun kanan, tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah Tidak normal Boxplot* Sedikit tidak simetris terdapat outlier Simetris, median tepat tengah, tdk ada outlier atau nilai ekstrim Tidak normal Normal Q-Q plots* Terdapat data yg tidak berada di sekitar garis Data menyebar sekitar garis Tidak normal Detrended Q-Q plots* Banyak data yg tidak berada di sekitar garis Data menyebar sekitar garis pd nilai 0 Tidak normal Kolmogorov-Smirnov p = 0,000 p > 0,05 Tidak normal Uji Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk adalah uji yg lebih sensitif
  • 93. Latihan 6 Uji T Tidak Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Dua Kelompok Tidak Berpasangan) Kasus Anda ingin mengetahui bagaimana pengaruh kehadiran suami pd saat istri dlm proses melahirkan thd skor ansietas istri. Anda merumuskan pertanyaan penelitian sbb: “Apakah terdapat perbedaan rerata skor ansietas antara kelompok ibu-ibu yg proses melahirkannya didampingi suami & ibu- ibu yg proses melahirkannya tidak didampingi suami?” Uji hipotesis apa yg akan dipilih? No. Langkah Jawaban 1. Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah pendampingan kelahiran (kategorik) dengan skor ansietas (numerik) 2. Menentukan jenis hipotesis Komparatif 3. Menentukan masalah skala variabel Numerik 4. Menentukan pasangan/tdk berpasangan Tidak berpasangan 5. Menentukan jumlah kelompok Dua kelompok Kesimpulan: Uji yg digunakan adalah uji t tdk berpasangan (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Mann-Whitney (uji nonparametrik).
  • 94. Latihan 6 Uji T Tidak Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Dua Kelompok Tidak Berpasangan) Langkah-langkah uji t tidak berpasangan: 1. Memeriksa syarat uji t tidak berpasangan a. Data harus berdistribusi normal (WAJIB) b. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama 2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal)  dipilih uji t tidak berpasangan 3. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak berdistribusi normal)  dilakukan terlebih dahulu transformasi data 4. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal  dipakai uji t tidak berpasangan 5. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal  dipilih uji Mann-Whitney
  • 95. Latihan 6 Uji T Tidak Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Dua Kelompok Tidak Berpasangan) Bagaimana prosedur melakukan uji t tidak berpasangan dengan SPSS? 1. Menguji distribusi data  Bukalah file: unpaired_t_test  Lakukanlah uji normalitas utk data skor ansietas kelompok ibu yg proses melahirkannya ditemani suami & data skor ansietas kelompok ibu yg proses melahirkannya tidak didampingi suami
  • 97. Interpretasi Hasil: 1. Bagian pertama adalah statistik deskriptif utk variabel skor ansietas berdasarkan masing-masing kelompok. Ingat prinsip bahwa Anda harus selalu mempelajari deskripsi variabel sebelum melangkah pd proses selanjutnya. 2. Digunakan uji Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk utk menguji apakah distribusi data normal atau tidak. Apakah data berdistribusi normal?  Pada uji Test of Normality Kolmogorov-Smirnov, skor ansietas ibu yg didampingi suami (p = 0,098) sedangkan yg tidak didampingi suami (p = 0,200)  Nilai p > 0,05  distribusi skor ansietas ibu yg didampingi suami maupun yg tidak didampingi suami berdistribusi normal Uji apakah yg akan Anda pakai? Karena syarat distribusi data normal terpenuhi, maka uji hipotesis yg digunakan adalah uji t tidak berpasangan
  • 98. 2. Langkah-langkah uji t tidak berpasangan Bukalah file: unpaired_t_test Lakukan prosedur sbb:  Analyze  Compare Means  Independent-Sample T Test  Masukkan score ke dalam kotak Test Variable  Masukkan suami ke dalam kotak Grouping Variable  Aktifkan kotak Define Group  Masukkan angka 1 utk kotak group 1 (sbg kode tidak didampingi suami)  Masukkan angka 2 utk kotak group 2 (sbg kode didampingi suami) Prosedur telah selesai. Klik Continue, klik OK
  • 99. Output SPSS Interpretasi Hasil a. Menguji varians Pada kotak Levene’s test (nama uji hipotesis utk menguji varians), nilai sig = 0,000. Karena nilai p < 0,05 maka varians data kedua kelompok tidak sama. Ingat, utk variabel 2 kelompok tidak berpasangan, kesamaan varians tidak menjadi syarat mutlak. b. Karena varians tidak sama, maka utk melihat hasil uji t memakai hasil pada baris kedua (equal varians not assumed). c. Angka Significancy pada baris kedua (0,000) dengan perbedaan rerata (means difference) sebesar -50,125. d. Nilai IK 95% adalah antara -52,956 sampai -47,295. e. Karena nilai p < 0,05 maka disimpulkan “terdapat perbedaan rerata skor ansietas yg bermakna antara kelompok ibu yg proses melahirkan didampingi suami dan yg tidak didampingi suami, dimana skor ansietas didampingi suami lebih rendah daripada tidak didampingi suami” atau “rerata skor ansietas kelompok ibu yg proses melahirkan didampingi suami lebih rendah secara bermakna dibandingkan tidak didampingi suami.”
  • 100. Melaporkan Hasil n Rerata±s.b Perbedaan Rerata (IK 95%) p Didampingi suami 147 20,9±7,6 50,1 (47,3–53,0) < 0,001 Tidak didampingi suami 103 71,0±13,1 Uji t tidak berpasangan Tabel 1 Hasil uji t tidak berpasangan secara lengkap n Rerata±s.b p Didampingi suami 147 20,9±7,6 < 0,001 Tidak didampingi suami 103 71,0±13,1 Tabel 2 Hasil uji t tidak berpasangan dengan melaporkan nilai p Uji t tidak berpasangan
  • 101. Melaporkan Hasil n Rerata±s.b Perbedaan Rerata (IK 95%) Didampingi suami 147 20,9±7,6 50,1 (47,3–53,0) Tidak didampingi suami 103 71,0±13,1 Uji t tidak berpasangan Tabel 3 Hasil uji t tidak berpasangan dengan melaporkan nilai interval kepercayaan o Penyajian terbaik adalah Tabel 1, kemudian tabel 3 dan tabel 2. o Tabel 1 paling baik karena menyajikan informasi yg lengkap. o Penyajian IK (tabel 3) lebih baik daripada penyajian nilai p (tabel 2) karena informasi nilai IK lebih berguna secara klinis dibandingkan informasi nilai p. o Dengan mengetahui nilai IK, dapat diketahui nilai p. o Oleh karena pada IK tidak terdapat angka nol, dapat diketahui nilai p pasti kurang dari 0,05.
  • 102. Latihan 7 Uji T Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Dua Kelompok Berpasangan) Kasus Anda ingin mengetahui bagaimana pengaruh terapi sulih testosteron thd perubahan body mass index (BMI). Anda merumuskan pertanyaan penelitian sbb: “Apakah terdapat perbedaan rerata BMI sebelum dan sesudah satu bulan penyuntikan testosteron?” Uji hipotesis apa yg akan dipilih? No. Langkah Jawaban 1. Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah BMI (numerik) dengan waktu pengukuran (kategorik) 2. Menentukan jenis hipotesis Komparatif 3. Menentukan masalah skala variabel Numerik 4. Menentukan pasangan/tdk berpasangan Berpasangan 5. Menentukan jumlah kelompok Dua kelompok Kesimpulan: Uji yg digunakan adalah uji t berpasangan (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon (uji nonparametrik) .
  • 103. Langkah-langkah uji t berpasangan: 1. Memeriksa syarat uji t untuk kelompok berpasangan a. Data harus berdistribusi normal (WAJIB) b. Varians data tidak perlu diuji karena kelompok data berpasangan 2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal)  dipilih uji berpasangan 3. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak berdistribusi normal)  dilakukan terlebih dahulu transformasi data 4. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal  dipakai uji t berpasangan 5. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal  dipilih uji Wilcoxon Latihan 7 Uji T Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Dua Kelompok Berpasangan)
  • 104. Bagaimana prosedur melakukan uji t berpasangan dengan SPSS? 1. Menguji distribusi data  Bukalah file: paired_t_test  Lakukanlah uji normalitas utk data skor BMI sebelum dan skor BMI setelah satu bulan penyuntikan testosteron Latihan 7 Uji T Berpasangan (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Dua Kelompok Berpasangan)
  • 105.
  • 106. Interpretasi Hasil: 1. Bagian pertama adalah statistik deskriptif utk variabel BMI berdasarkan masing- masing kelompok data. Ingat prinsip bahwa Anda harus selalu mempelajari deskripsi variabel sebelum melangkah pada proses selanjutnya. 2. Pada tes normalitas, karena jumlah sampel kecil (n = 50) dianjurkan utk memakai hasil uji Shapiro-Wilk. 3. Dengan melihat hasil Test of Normality Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nilai kemaknaan utk kedua kelompok data adalah > 0,005  disimpulkan bahwa distribusi kedua kelompok data adalah normal. Uji apakah yg akan Anda pakai? Karena syarat distribusi data normal terpenuhi, maka uji hipotesis yg digunakan adalah uji t berpasangan
  • 107. 2. Langkah-langkah uji t test berpasangan Bukalah file: paired_t_test Lakukan prosedur sbb:  Analyze  Compare Means  Paired Samples T  Masukkan bmipre dan bmipost ke dalam kotak Paired Variables Prosedur telah selesai. Klik Continue, klik OK
  • 108. Output SPSS Interpretasi Hasil a. Bagian Paired Samples Statistics menggambarkan deskripsi masing-masing variabel. b. Tabel Paired Samples Test menggambarkan hasil uji t berpasangan. Lihat kolom sig. (2 tailed). Diperoleh nilai Significancy 0,000 (p < 0,05)  “terdapat perbedaan rerata BMI yg bermakna sebelum dan setelah satu bulan penyuntikan testosteron.” c. Nilai IK 95% adalah antara -5,913 sampai -5,295.
  • 109. Melaporkan Hasil n Rerata±s.b Perbedaan Rerata±s.b IK 95% p BMI sebelum penyuntikan testosteron 50 18,39±0,77 5,60±1,09 5,29–5,91 < 0,001 BMI setelah penyuntikan testosteron 50 23,99±0,89 Uji t berpasangan Tabel 1 Hasil uji t berpasangan secara lengkap Tabel 2 Hasil uji t berpasangan dengan melaporkan nilai p n Rerata±s.b p BMI sebelum penyuntikan testosteron 50 18,39±0,77 < 0,001 BMI setelah penyuntikan testosteron 50 23,99±0,89 Uji t berpasangan Tabel 3 Hasil uji t berpasangan dengan melaporkan nilai interval kepercayaan tanpa simpang baku perbedaan rerata n Rerata±s.b Perbedaan Rerata (IK 95%) BMI sebelum penyuntikan testosteron 50 18,39±0,77 5,60 (5,29–5,91) BMI setelah penyuntikan testosteron 50 23,99±0,89 Uji t berpasangan
  • 110. Melaporkan Hasil n Rerata±s.b Perbedaan Rerata±s.b IK 95% BMI sebelum penyuntikan testosteron 50 18,39±0,77 5,60±1,09 5,29–5,91 BMI setelah penyuntikan testosteron 50 23,99±0,89 Uji t berpasangan Tabel 4 Hasil uji t berpasangan dengan melaporkan nilai interval kepercayaan dengan simpang baku perbedaan rerata o Tabel 1, 2, 3, dan 4 menyajikan hasil analisis uji t berpasangan. o Suatu tabel yg lengkap tdd jumlah subjek tiap kelompok, rerata tiap kelompok, simpang baku tiap kelompok, perbedaan rerata tiap kelompok, simpang baku dari perbedaan rerata, IK dari perbedaab rerata, dan nilai p. o Penyajian terbaik adalah tabel 1 karena menyajikan informasi yg lengkap. o Penyajian IK (tabel 3 dan 4) lebih baik dibandingkan penyajian nilai p (tabel 2) karena informasi nilai IK lebih berguna secara klinis daripada informasi nilai p. o Dengan mengetahui nilai IK, dapat diketahui nilai p  karena pada IK tidak terdapat nilai nol maka dapat diketahui nilia p pasti < 0,05.
  • 111. Latihan 8 One Way ANOVA (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Lebih dari Dua Kelompok) Kasus Anda ingin mengetahui apakah ada perbedaan kadar glukosa darah antara kelompok ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. Anda membuat pertanyaan penelitian sbb: “Apakah terdapat perbedaan kadar glukosa darah antara kelompok ekonomi rendah, sedang, dan tinggi?” Uji hipotesis apa yg akan dipilih? No. Langkah Jawaban 1. Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah kadar glukosa darah (numerik) dengan status ekonomi (kategorik) 2. Menentukan jenis hipotesis Komparatif 3. Menentukan masalah skala variabel Numerik 4. Menentukan pasangan/tdk berpasangan Tidak berpasangan 5. Menentukan jumlah kelompok Tiga kelompok Kesimpulan: Uji yg digunakan adalah one way ANOVA (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Kruskal-Wallis (uji nonparametrik) .
  • 112. Langkah-langkah uji one way ANOVA: 1. Memeriksa syarat ANOVA untuk > 2 kelompok tidak berpasangan a. Data harus berdistribusi normal (WAJIB) b. Varians data harus sama (WAJIB) 2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal, varians sama)  dipilih uji one way ANOVA. 3. Jika tidak memenuhi syarat  dilakukan terlebih dahulu transformasi data supaya distribusi menjadi normal dan varians menjadi sama. 4. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal atau varians tetap tidak sama  dipilih uji Kruskal-Wallis (sbg alternatif). 5. Jika pada uji ANOVA atau Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p < 0,05  dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc. Latihan 8 One Way ANOVA (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Lebih dari Dua Kelompok)
  • 113. Bagaimana prosedur melakukan uji one way ANOVA dengan SPSS? 1. Uji normalitas  Bukalah file: ANOVA. Lihat terlebih dahulu bagian Variable View.  Lakukanlah uji normalitas utk data kadar glukosa darah kelompok ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. Jangan lupa utk memasukkan variabel tingkat ekonomi ke dalam kotak Factor List. Latihan 8 One Way ANOVA (Uji Hipotesis Komparatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal Lebih dari Dua Kelompok)
  • 114.
  • 115. Interpretasi Hasil: 1. Bagian pertama adalah statistik deskriptif utk variabel kadar glukosa darah berdasarkan masing-masing kelompok data. Ingat prinsip bahwa Anda harus selalu mempelajari deskripsi variabel sebelum melangkah pada proses selanjutnya. 2. Pada Test of Normality, terlihat bahwa nilai Significancy utk masing-masing kelompok semuanya > 0,05. Bagaimana kesimpulan Anda? 3. Karena nilai p utk ketiga kelompok data adalah > 0,05  disimpulkan bahwa distribusi ketiga kelompok data adalah normal.
  • 116. 2. Uji varians dan melihat hasil ANOVA Langkah-langkah melakukan uji varians  Analyze  Compare means  One-way ANOVA.  Masukkan variabel glukosa ke dalam Dependent List.  Masukkan variabel obat ke dalam Factor List.  Aktifkan kotak Options.  Pilih Homogeneity of Variance (utk menguji varians data).  Klik Continue. Klik OK.
  • 117. Output SPSS Interpretasi Hasil a. Significancy Test Homogeneity of Variances menunjukkan angka 0,000 (p < 0,05). Oleh karena p < 0,05 disimpulkan bahwa “paling tidak terdapat dua kelompok yg mempunyai varians data yg berbeda secara bermakna.” b. Karena varians data data tidak sama, maka hasil uji ANOVA pada tabel berikutnya tidak valid. Mengapa? Ingat: syarat uji one way ANOVA utk kelompok tidak berpasangan, varians data harus sama. c. Oleh karena varians data tidak sama, maka Anda harus melakukan transformasi data agar varians data sama. TIDAK VALID
  • 118. 3. Mencari bentuk transformasi Langkah-langkah untuk memperoleh bentuk transformasi:  Analyze  Descriptive statistics  Explore.  Masukkan variabel glukosa ke dalam Dependent List.  Masukkan variabel class ke dalam Factor List.  Pilih Plots pada kotak Display List.  Aktifkan kotak Plots.  Pilih Power Estimation (utk mencari bentuk transformasi terbaik).  Klik Continue, klik OK.
  • 119. Output SPSS Interpretasi Hasil Nilai slope dan nilai power adalah panduan utk menentukan jenis transformasi.
  • 120. Slope Power Bentuk transformasi -1 2 Square (kuadrat) 0 1 Tidak perlu transformasi 0,5 0,5 Square root (akar kuadrat) 1 0 Logaritma 1,5 -0,5 1/Square root 2 -1 Reciprocal (1/n) Panduan mencari bentuk transformasi terbaik dengan memperhitungkan faktor slope dan power Karena nilai slope dan power yg diperoleh adalah 1,429 dan -0,429  berdasarkan tabel di atas, bentuk anjuran transformasi yg terbaik adalah 1/Square root. Catatan:  Utk mentransformasi data supaya mempunyai varians yg sama, terdapat panduan yaitu dengan memperhatikan nilai slope & nilai power.  Utk mentransformasi data supaya mempunyai distribusi normal, tidak terdapat panduan pasti  harus dilakukan beberapa kali percobaan transformasi data.
  • 121. 4. Melakukan transformasi data Langkah-langkah untuk transformasi data:  Transform  Compute Variable.  Ketik trn_glukosa pada Target Variable (sbg nama variabel baru).  Pindahkan Sqrt dari kotak Function ke kotak Numeric Expression dengan mengklik tanda panah.  Tampak ada kolom berkedip.  Masukkan variabel glukosa ke dlm kolom berkedip dengan mengklik tanda panah  tampil Sqrt(glukosa).  Lalu ketik 1/sebelum SQRT(glukosa)  tertulis: 1/SQRT(glukosa) yg berarti 1/square root.  Proses telah selesai, klik OK.
  • 122. Akan muncul variabel baru dengan nama trn_glukosa di kolom paling kanan Data View.
  • 123. 5. Melakukan uji varians untuk variabel hasil transformasi Langkah-langkah:  Analyze  Compare Means  One-way ANOVA.  Masukkan variabel tran_glukosa ke dlm Dependent List.  Masukkan variabel class ke dlm Factor List.  Aktifkan kotak Options.  Pilih Homogeneity of Variance (utk menguji varians data).  Klik Continue, klik OK.
  • 124. Output SPSS Interpretasi Hasil a. Menilai varians Pada uji varians, diperoleh nilai p = 0,142. Karena nilai p > 0,05 disimpulkan bahwa “tidak ada perbedaan varians antara kelompok data yg dibandingkan” dengan kata lain “varians data adalah sama.” b. Menilai hasil uji ANOVA Karena varians data sama, maka uji ANOVA pada tabel berikutnya adalah valid. Pada uji ANOVA, diperoleh nilai p = 0,000 yg artinya “paling tidak terdapat perbedaan kadar glukosa darah yg bermakna pada dua kelompok.” VALID
  • 125. 6. Melakukan analisis Post Hoc Langkah-langkah:  Analyze  Compare Means  One-way ANOVA.  Masukkan variabel tran_glukosa ke dlm Dependent List.  Masukkan variabel class ke dlm Factor List.  Aktifkan kotak Post Hoc.  Pilih LSD pada kotak Equal Variances Assumed (memilih alaternatif manapun, hasilnya relatif sama).  Klik Continue, klik OK. Pada kelompok manakah terdapat perbedaan yg bermakna itu ada?
  • 126. Output SPSS Interpretasi Hasil  Dengan melihat hasil analisis Post Hoc, diperoleh hasil:  Kelompok ekonomi tinggi dengan sedang, p = 0,000; IK 95% tidak tercakup angka 0.  Kelompok ekonomi tinggi dengan rendah, p = 0,000; IK 95% tidak tercakup angka 0.  Kelompok ekonomi sedang dengan rendah, p = 0,028; IK 95% tidak tercakup angka 0. Disimpulkan: Perbedaan kadar glukosa darah berbeda secara bermakna pada semua kelompok tingkat ekonomi
  • 127.
  • 128. Melaporkan Hasil n Rerata±s.b p Tingkat ekonomi Tinggi 100 0,061±0,005 < 0,001 Sedang 100 0,069±0,004 Rendah 100 0,070±0,005 Tabel 1 Hasil analisis one-way ANOVA Perbedaan rerata IK95% p Minimum Maksimum Tinggi vs sedang -0,008 -0,009 -0,006 < 0,001 Tinggi vs rendah -0,009 -0,011 -0,008 < 0,001 Sedang vs rendah -0,002 -0,003 -0,000 0,028 Uji one-way ANOVA Uji post-hoc LSD Tabel 2 Hasil analisis post-hoc LSD Tabel 1 dan 2 menyajikan hasil analisis uji one-way ANOVA yg dilanjutkan dengan post-hoc LSD
  • 129. Melaporkan Hasil n Rerata±s.b p Tingkat ekonomi Tinggi 100 0,061±0,005 < 0,001 Sedang 100 0,069±0,004 Rendah 100 0,070±0,005 Tabel 3 Hasil analisis one-way ANOVA Uji one-way ANOVA. Uji post-hoc LSD: tinggi vs sedang p < 0,001; tinggi vs rendah p < 0,001; sedang vs rendah p = 0,028 • Alternatif lain penyajian analisis one-way ANOVA dan post-hoc LSD adalah dengan menyingkat tabel. • Analisis LSD tdk disajikan secara terpisah, melainkan menjadi keterangan dari tabel one-way ANOVA.
  • 130. Melaporkan Hasil n Rerata geometris p Tingkat ekonomi Tinggi 100 279,21 < 0,001 Sedang 100 205,48 Rendah 100 203,98 Tabel 4 Hasil analisis one-way ANOVA Uji one-way ANOVA. Uji post-hoc LSD: tinggi vs sedang p < 0,001; tinggi vs rendah p < 0,001; sedang vs rendah p = 0,028 • Data yg disajikan pada tabel 1, 2, dan 3 merupakan data hasil transformasi kadar glukosa darah (nilai 1/akar dua dari nilai kadar glukosa darah)  sukar dipahami secara klinis. • Tidak terbiasa menggunakan nilai 1/akar dua dari kadar glukosa darah  disajikan rerata geometris (bisa dihitung menggunakan Excel “GEOMEAN”). • Rerata geometris  transformasi balik dari rerata nilai transfromasi. • Rerata geometris tingkat ekonomi tinggi adalah transformasi balik dari 0,061 yaitu 279,21. • Rerata geometris tingkat ekonomi sedang adalah transformasi balik dari 0,069 yaitu 205,48. • Rerata geometris tingkat ekonomi rendah adalah transformasi balik dari 0,070 yaitu 203,98. • Berbeda dengan rerata, nilai simpang baku hasil transformasi tidak dapat ditransformasi balik utk memperoleh simpang baku kadar glukosa darah  tidak dapat disertakan nilai simpang baku utk rerata geometris.
  • 131. Latihan 9 Uji Korelasi Pearson (Uji Hipotesis Korelatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal) Kasus Anda ingin mengetahui korelasi antara skor depresi dengan skor ansietas. Anda membuat pertanyaan penelitian sbb: “Adakah korelasi antara skor depresi dengan skor ansietas?” Uji hipotesis apa yg akan dipilih? No. Langkah Jawaban 1. Menentukan variabel yg dihubungkan Variabel yg dihubungkan adalah skor depresi (numerik) dengan skor ansietas (numerik) 2. Menentukan jenis hipotesis Korelatif 3. Menentukan masalah skala variabel Numerik Kesimpulan: Uji yg digunakan adalah uji korelasi Pearson (uji parametrik) jika memenuhi syarat. Jika tdk memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji korelasi Spearman (uji nonparametrik).
  • 132. Langkah-langkah uji korelasi Pearson: 1. Memeriksa syarat uji parametrik: distribusi data harus normal (WAJIB). 2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal)  dipilih uji korelasi Pearson. 3. Jika tidak memenuhi syarat (distribusi data tidak normal)  dilakukan terlebih dahulu transformasi data supaya distribusi menjadi normal. 4. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal  dipilih uji korelasi Pearson. 5. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi tidak normal  dipilih uji alernatifnya (uji korelasi Spearman). Latihan 9 Uji Korelasi Pearson (Uji Hipotesis Korelatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal)
  • 133. Bagaimana prosedur melakukan uji korelasi Pearson dengan SPSS? 1. Uji normalitas  Bukalah file: pearson.  Lihat terlebih dahulu bagian Variable View utk mempelajari variabel yg ada.  Lakukan uji normalitas utk data variabel depresi dan variabel ansietas. Latihan 9 Uji Korelasi Pearson (Uji Hipotesis Korelatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal)
  • 134.
  • 135. Interpretasi Hasil: 1. Bagian pertama adalah statistik deskriptif utk variabel skor ansietas dan skor depresi. Ingat prinsip bahwa Anda harus selalu mempelajari deskripsi variabel sebelum melangkah pada proses selanjutnya. 2. Pada uji Test of Normality Kolmogorov-Smirnov, baik skor ansietas maupun skor depresi mempunyai nilai p = 0,078  nilai p > 0,005  disimpulkan bahwa kedua kelompok data mempunyai distribusi normal.
  • 136. 2. Melakukan uji Pearson  Analyze  Correlate  Bivariate.  Masukkan depresi dan ansietas ke dlm kotak variables.  Pilih uji Pearson pada kotak Correlation Coefficients.  Pilih Two tailed pada Test of Significance.  Proses telah selesai, klik OK. Latihan 9 Uji Korelasi Pearson (Uji Hipotesis Korelatif Variabel Numerik Berdistribusi Normal)
  • 137. Output SPSS Interpretasi Hasil  Diperoleh nilai sig 0,000 (nilai p)  menunjukkan bahwa korelasi antara skor depresi dan skor ansietas adalah bermakna.  Nilai korelasi Pearson sebesar 0,862 (nilai r) menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yg sangat kuat.
  • 138. Melaporkan Hasil Skor ansietas Skor depresi r 0,862 p < 0,001 n 348 Hasil analisis korelasi Pearson Uji korelasi Pearson o Tabel menyajikan hasil analisis korelasi Pearson. o Tabel tdd koefisien korelasi (r), nilai p, dan jumlah subjek (n). No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan korelasi (r) 0,00-0,199 Sangat lemah 0,20-0,399 Lemah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat 2. Nilai p p < 0,05 Terdapat korelasi yg bermakna antara dua variabel yg diuji p > 0,05 Tidak terdapat korelasi yg bermakna antara dua variabel yg diuji 3. Arah korelasi + (positif) Searah, semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel lainnya - (negatif) Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi