SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 23
Descargar para leer sin conexión
Impedance matching
Penyesuai impedansi adalah hal yang penting dalam rentang frekuensi
gelombang mikro. Suatu saluran transmisi yang diberi beban yang sama
dengan impedansi karakteristik mempunyai standing wave ratio (SWR) sama
dengan satu, dan mentransmisikan sejumlah daya tanpa adanya pantulan.
Juga efisiensi transmisi menjadi optimum jika tidak ada daya yang
dipantulkan.
Matching dalam saluran transmisi mempunyai pengertian yang berbeda
dengan dalam teori rangkaian. Dalam teori rangkaian, transfer daya
maksimum membutuhkan impedansi beban sama dengan konjugasi kompleks
sumber. Matching seperti ini disebut dengan matching konjugasi. Dalam
saluran transmisi, matching mempunyai pengertian memberikan beban yang
sama dengan impedansi karakteristik saluran.
1. Conjugate Matching

Zg
ZL

Zs = Z*L

Vs
Digunakan umumnya di bagian sumber. Matching ini memaksimalkan daya
yang dikirim ke beban, tapi tidak meminimalkan pantulan ( kecuali Zs real)
2. Load Matching

Z0

Z0 = ZL
ZL
Umumnya digunakan di bagian beban. Matching ini meminimalkan pantulan
tapi tidak memaksimalkan daya yang dikirim, kecuali jika Z0 real.
Gambar berikut menunjukkan sistem saluran transmisi yang ”matched”.

Input
matching
network

Zg

Vs

Zg

Zg* Z0

output
matching
network

Z0

Z0

Z0

Z0

ZL*

ZL
ZL

Rangkaian penyesuai impedansi umumnya menggunakan komponen reaktif
(kapasitor dan induktor) untuk menghindari rugi-rugi.
Matching dengan elemen seri dan paralel
Perancangan

rangkaian

penyesuai

impedansi

selain

menggunakan

pendekatan matematis dapat juga menggunakan pendekatan grafis dengan
Smith Chart. Pada Smith Chart akan diplot titik-titik impedansi atau
admitansi. Titik-titik admitansi dan impedansi yang diplot dapat merupakan
harga normalisasi pada suatu harga tertentu. Titik admitansi dapat dapat
diperoleh dari titik impedansi dengan mencerminkannya pada titik tengah,
begitu juga sebaliknya. Penambahan komponen reaktansi seri atau paralel
dapat dilakukan dengan aturan sebagai berikut:
1. Penambahan L seri atau C seri menggerakkan titik impedansi di
sepanjang lingkaran resistansi konstan. L seri menambah induktansi
sedangkan penambahan C seri mengurangi kapasitansi.
induktansi Seri

kapasitansi Seri

2. Penambahan L atau C paralel menggerakkan impedansi di sepanjang
lingkaran konduktansi konstan. Penambahan C paralel menaikkan
kapasitansi sedangkan L paralel mengurangi induktansi.

induktansi paralel

kapasitansi paralel

Penggunaan Smith Chart dalam Saluran Transmisi
Smith chart bisa digunakan untuk menghitung impedansi akibat penambahan
elemen seri atau paralel terhadap beban.
Contoh : Suatu beban ZL = RL + jXL,
ditambahkan suatu induktor X = jωL
secara seri, dimana impedansi
berubah menjadi Z' = ZL + X = RL +
j(XL + X). Bagian real dari
impedansi adalah tetap sedangkan
bagian reaktansi (imajiner)
bertambah sebanyak jX. Dalam
smith chart, hal ini berasosiasi
dengan pergerakan sepanjang
lingkaran resistansi konstan, dan
menaikkan bagian imajiner dari
impedansi.
Jika ZL = 50 − j75 dan impedansi
sistem adalah 50 Ω, impedance
beban ternormalisasi menjadi zL =
ZL / Zo = 1 − j1.5. Penambahan
suatu induktor dengan reaktansi X
= jωL = j50 (normalisasi menjadi x
= j50 / 50 = j1) menghasilkan
impedansi ternormalisasi z'L = 1 −
j1.5 + j1 = 1 − j0.5. Pergerakan
dalam smithchart adalah di
sepanjang lingkaran resistansi
konstan (r = 1), dari j = − j1.5 to j
= − j0.5.

Penambahan resistansi seri menggerakkan
impedansi beban di sepanjang lingkaran
resistansi konstan menuju nilai reaktansi yang
lebih positif.

Secara matematis, adalah mudah untuk menghitung efek dari penambahan
satu elemen seri. Tapi akan menjadi cukup rumit jika beberapa elemen
ditambahkan secara seri dan paralel. Dengan menggunakan smith chart,
perubahan impedansi bisa dihitung dengan mudah.
Perubahan dalam impedansi akibat penambahan elemen R,L ,atau C pada
beban :
•

Penambahan elemen bisa dilihat sebagai suatu pergerakan dalam smith
chart

•

Induktor seri : reaktansi positif, bergerak searah jarum jam dalam
lingkaran resistansi konstan

•

Kapasitor seri : reaktansi negatif, bergerak BAJJ dalam lingkaran
resistansii konstan
•

Induktor paralel : suseptansi negatif, bergerak berlawanan arah jarum
jam dalam lingkaran konduktansi konstan.

•

Kapasitor paralel : suseptansi positif, bergerak searah jarum jam dalam
lingkaran konduktansi konstan

•

Secara umum, reaktansi/suseptansi positif bergerak searah jarum jam.
Latihan :
Dengan Z0 = 50 Ω, hitung Z pada fekuensi 3 GHz.
B

A
C =0,73 pF

L = 6,17 nH

RL = 50 Ω

Z?

XL

= jωL = j 2π 3.109 . 6,17 10

-9

XC

= 1/jωC = 1/ j 2π 3.109 0,73 10-12 = 1/j 0,01376

= j 116,35 Ω

=- j 72,6
Secara matematis bisa diselesaikan :
Z = (j116,35)//(50-j72,6)
Atau dalam admitansi :
Y=

1
1
+
j116,35 (50 − j 72,6)
= − j8,6.10 −3 +

1
88,15∠ − 55,4

= 6,4 +j 0,7 mmho
Maka Z = 1/Y
= 155,3 ∠ -6,3º
= 154 – j 17
Dengan smith chart
B
XL = j115,35

A
XC =-j72,6
RL = 50 Ω

Z?

Normalisasi :
r - xC = (50-j72,6)/50 = 1 - j1,45
xL = 116,35/50 = j2,327
yL = 1/xL = -j 0,43
Plot dimulai dari beban.
Plot titik A di 1 – j 1,45
Karena beban berikutnya adalah
L paralel, konversi titik A ke
admitansi menjadi A’ ( 0,33 + j

A’

0,47)
Penambahan L paralel
menggerakkan beban
berlawanan arah jarum jam

B’
B

(pada kurva resistansi konstan)
sejauh yL = 0,43 yang jatuh di
titik B (0,33 + j 0,04).
Impedansi diperoleh dengan
mencerminkan B terhadap pusat
smith chart (B’ = 2,9 – j 0,4)
Impedansi = (3 – j 0,4) x 50 =
150 – j 20 Ohm

A
Dengan Z0 = 50 Ω, hitung Z ?
B

A

XC = -j75 Ω

RL = 50 Ω
XL = j100 Ω

Z?

Secara matematis :
Z = (-j75)//(50 + j100)
Z=

(− j 75)(50 + j100)
(− j 75)(50 + j100)

Z=

− j 3750 + 7500 8385,25∠ − 26,56
=
= 150∠ − 53,12
50 + j 25
55,9∠26,56

Z= 90 – j120 Ω
Dengan menggunakan smith chart
Normalisasi beban terhadap Z0:
R + XL = 50 + j 100 Ω
r + xL = (50 + j 100)/50
= 1 + j2 Ω
XC = - j75 Ω
xC = - j1,5 Ω
Langkah :
1. Plot titik A. Mulai dari beban 50
pada pusat smith chart, bergerak
searah jarum menyusuri
lingkaran resistansi konstan = 1
sejauh +2.

A = 1 + j2

2. Karena komponen berikutnya
adalah paralel, maka titik A
dikonversi ke dalam admitansi
(A’)

A’ = 0,22 – j 0,4

3. Dalam admitansi xc dikonversi
menjadi yc = 1/xc = j0,67
Titik B diperoleh dengan
menggerakkan A’ searah jarum
jam pada lingkaran resistansi

B

A

konstan sejauh 0,67. (kurva
admitansi)
B = 0,2 + j 0,27
4. Untuk memperoleh nilai
impedansi Z, konversi B menjadi
B’ dengan mencerminkan
terhadap pusat smith chart/titik
(0,0).
B’ = 1,8 - j 2,2
Maka Z = (1,8 + j 2,4 ) x 50
= 90 + j 120 Ω

A’

B’
soal: Beban dengan reaktansi seri
Suatu bagian dari saluran 50 Ohm diterminasi dengan beban ternormalisasi 1
+ j1 Ohm dan impedansi pada input adalah 1-j1 Ohm. Tentukan elemen seri
untuk menyesuaikan kedua port dengan menggunakan smiht chart.
Solusi :

B

A

ZL = 1 + j 1

Zin = 1 - j 1

Plot zℓ = 1 + j1 dan
zin = 1 - j1 pada titik A dan
B pada smith chart.
Supaya impedansi beban
(output) dan impedansi
input sesuai, maka
diperlukan komponen yang
bisa menggeser beban
sejauh –j2 menuju
impedansi input.
Komponen tersebut adalah
elemen seri C (reaktansi
kapasitif):
jxc = - j 2,0

V
Rangkaian penyesuai impedansi ekivalen :
B

A
-j 2,0
ZL = 1 + j 1

Zin = 1 - j 1

Soal :Admitansi beban dengan elemen paralel
Suatu bagian dari saluran 50 ohm mempunyai admitansi input dan beban
berikut :
YL = 0,5 + j2,0
yin = 0,5 – j2,0
Tentukan elemen paralel L untuk menyesuaikan kedua terminal. Gunakan
smith chart.
Solusi:
Plot yL dan yin pada titik A
dan B seperti gambar.
Baca elemen paralel sebagai
suseptansi induktif
yL = - j 4,0
Berarti ZL = 1/yL =
1/-j 4,0
jxL = j 0,25

Rangkaian :

B

A

yL= -j 4

yin = 0,5 - j 2

yL = 0,5 + j 2
Penyesuai Impedansi dengan L Network
Penyesuai impedansi dengan elemen lumped bisa didisain dengan
menggunakan smith chart. Rangkaian ini terdiri dari dua elmen reaktif dalam
konfigurasi L (satu paralel dan satu seri dengan beban).
Dalam penyesuaian impedansi, terdapat beberapa pilihan yang bisa
digunakan, pemilihan dilakukan dengan pertimbangan :
•

Memiliki nilai komponen yang mudah direalisasi

•

Efek terhadap pem-bias-an. Induktor adalah DC short, kapasitor adalah
DC block, yang mempengaruhi bias DC pada piranti aktif.

•

Pengaruh terhadap stabilitas piranti aktif.

Penyesuai impedansi bisa didisain dengan dua cara :
1. Menggunakan persamaan matematis
2. Menggunakan smith chart
Pengunaan Smith Chart
Secara umum, penggunaan smith chart dalam penyesuaian impedansi bisa
dikelompokkan dalam dua kondisi :

matching
network

Z0

matching
network

ZL
ZL

Tipe 1

Tipe 2

Z0
1.

Matching suatu beban kompleks ZL menuju impedansi sistem Zo, misal.
matching beban ZL = 10 + j100 Ω menuju saluran treansmisi 50 Ω

2.

Membuat impedansi kompleks ZL dari Zo, contoh. Transformasi sumber
50 Ω (dengan reflection coefficient Γ = 0) menuju impedance 10 + j100.
Penyesuaian tipe ini biasanyan diperlukan dalam disain penguat

Perlu diingat bahwa dalam menggunakan smith chart, semua
impedansi/admitansi dinormalisasi terhadap impedansi karakteristik saluran
tramsisi. Kedua tipe di atas melibatkan pergerakan dalam smith chart yang
mulai dari impedansi yang dimiliki menuju impedasi yang diinginkan. Masingmasing mungkin memiliki solusi lebih dari satu.

Soal : matching beban pada saluran 50 ohm
Suatu piranti gelombang mikro mempunyai impedansi output :
Zout = 15 + j 15 Ohm. Disain rangkaian penyesuai impedansi untuk
mentransform impedansi output menuju saluran transmisi 50 ohm. Gunakan
smith chart.
Solusi :
1. Plot impedansi output
ternormalisasi pada point A
dalam smith chart
zout = 0,3 + j 0,3
2. Buat lingkaran konduktansi
konstan satu. Lingkaran ini
memotong lingkaran resistansi
konstan 0,3 pada titik B.
zB = 0,3 + j 0,45.
L seri adalah zseri = +j0,15
3. Titik B’ pada smith chart adalah
yB = 1- j 1,60
Nilai elemen C seri dari titik B
menuju pusat C adalah :
yL = +j 1,60
Berarti elemen paralel adalah
kapasitor dengan jxc = -j 0,63

Soal : Matching impedansi pada beban 50 ohm
Suatu penguat gelombang mikro mempunyai parameter impedansi berikut ini
:
Zout = 100 – j 100

zout = 2 – j 2

Yout = 0,005 + j 0,005

yout = 0,25 + j 0,25

Desain suatu rangkaian penyesuai impedansi untuk menyesuaikan admitansi
penguat pada beban 50 Ohm. Gunakan Smith chart.
Solusi :
1. Plot impedansi zout pada titik D
dalam smith chart.
2. Baca admitansi pada titik C
Yout = 0,25 + j 0,25
3. Gambar lingkaran konduktansi
konstan satu yang memotong
lingkaran resistansi konstan 0,25
pada titik B.
Z seri = +j1,90 (dari impedansi)
yB = 0,25 – j0,42 (dari admitans)i
4. Nilai dari titik B menuju C adalah
Y paralel = +j 0,67
Z paralel = -j1,49

Stub Matching
Penyesuaian impedansi bisa dilakukan dengan menyisipkan suatu admitansi
imajiner paralel dalam saluran transmisi. Admitansi ini bisa diperoleh dari
potongan suatu saluran transmisi. Teknik penyesuai impedansi seperti ini
disebut dengan stub matching. Ujung dari stub bisa terbuka atau tertutup,
tergantung dari admitansi imajiner yang diinginkan. Dua atau tiga stub juga
bisa disisipkan pada lokasi tertentu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Penyesuai impedansi dengan stub
Stub Matching Seri
Jika suatu impedansi di plot dalam smith chart, kemudian digerakkan dalam
lingkaran koefisien pantul konstan ( radius konstan) ke arah sumber, maka
pada suatu lokasi akan memotong lingkaran r = 1. Transformasi ini
menyatakan pergerakan disepanjang saluran transmisi dari beban menuju
sumber. Satu putaran penuh dalam smith chart menyatakan pergerakan
sejauh ½ λ. Pada perpotongan tersebut, impedansi ternormalisasi r + jx
berubah menjadi 1 + jx’. Setidaknya, dalam putaran tersebut, bagian real
dari impedansi sama dengan impedansi karakteristik Z0 ( perhatikan
perbedaan jx dengan jx’). Jika di titik ini saluran dipotong dan disisipkan
suatu reaktansi murni –jx’, maka impedansi total dilihat pada perpotongan ini
(dari arah sumber) adalah penjumlahan 1 + jx’ – jx’ = 1. Dengan demikian
saluran transmisi menjadi matched (sesuai).
Contoh :
Suatu antena dipole bekerja pada frekuensi 120 MHz mempunyai impedansi
44,8 – j 107 Ω. Buatkan rangkaian penyesuai impedansi dengan stub seri
pada saluran transmisi 75 Ω.
Solusi :
1. Normalisasi beban pada Z0 = 75 Ω
Z0 = 0,597 – j 1,43 Ω ( titik A)
2. Putar beban searah generator sampai memotong lingkaran r = 1. (B)
3. Tarik garis dari pusat smith chart (0,0) ke masing-masing titik A dan B.
4. Hitung jarak stub ke beban yang dibutuhkan ( dalam panjang
gelombang) dari B ke A.
Jarak stub dari beban antena adalah 0,346 λ
5. cari nilai reaktansi (ternormalisasi) pada titik B.
jB = j 1,86.
Panjang stub yang diperlukan harus mampu menghilangkan reaktansi
ini. Sisi luar smith chart adalah lingkaran dengan r = 0 (rektansi
murni). Bagian kiri adalah short dan bagian kanan open circuit.
6. Tentukan titik –j1,86 yang diperlukan. Cari panjang stub yang
dibutuhkan. Untuk short circuit stub diperlukan panjang 0,328 λ.
Untuk open circuit stub diperlukan panjang 0,078 λ.
7. Hitung jarak dan panjang stub untuk open circuit :
Jika kecepatan gelombang dalam saluran koaksial adalah 2/3 c (20
cm/ns) maka panjang gelombang λ adalah 1,67 m.
Stub Matching Paralel
Matching juga bisa dilakukan dengan suatu elemen paralel (shunt). Karena
melibatkan

rangkaian

paralel,

adalah

lebih

mudah

kalau

perhitungan

dilakukan dalam admitansi.

Elemen disisipkan pada jarak ds dimana bagian real dari admitansi sama
dengan admitansi karakteristik Y0.
Y’ = Y0 + jβ
Matching diperoleh dengan menggunakan elemen dengan suseptansi - jβ,
sehingga :
Y1 = Y’ - j β = Y0
Elemen paralel bisa digantikan dengan suatu potongan saluran transmisi
(stub) dengan panjang tertentu. Untuk memperoleh suseptansi murni,
elemen stub bisa berupa saluran transmisi dengan ujung terbuka (open
circuit) atau tertutup (shor circuit).

Dalam disain penyesuai impedansi dengan stub paralel, perlu dicari dua hal
yaitu :
-

lokasi stub dihitung dari beban (ds)

-

panjang stub (Ls)

YA = Ystub + Yd = Y0 + 1/Z0
Dimana
Ystub adalah admitansi input stub
Yd adalah admitansi saluran pada lokasi stub sebelum stub dipasang.
Admitansi pada persimpangan adalah :
YA = Ystub + Yd = Y0
Jika stub menggunakan saluran dengan karakteristik berbeda, maka untuk
mendapatkan suseptansi yang diberikan oleh stub, perlu sedikit perhitungan
sbb :
YA = Ystub + Yd
Dalam nilai ternormalisasi :
yAY0 = ydY0 + ystub YOs
ys = (yA-yd)(Y0/YOs)
Tergantung dari panjang saluran transmisi, ada beberapa lokasi yang bisa
dipergunakan untuk menyisipkan stub. Smith chart bisa membantu dalam
menentukan panjang dan lokasi stub.
Matching impedance

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbangSimon Patabang
 
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7 derau dalam sistem komunikasi
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7   derau dalam sistem komunikasiTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7   derau dalam sistem komunikasi
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7 derau dalam sistem komunikasiBeny Nugraha
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiFauzi Nugroho
 
Materi Amplitude Modulation (AM)
Materi Amplitude Modulation (AM) Materi Amplitude Modulation (AM)
Materi Amplitude Modulation (AM) Ferdi Dirgantara
 
RL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan MeshRL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan MeshMuhammad Dany
 
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (fm dan pm)
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (fm dan pm)Modulasi frekuensi dan modulasi phase (fm dan pm)
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (fm dan pm)Ishardi Nassogi
 
Serat Optik
Serat OptikSerat Optik
Serat Optikampas03
 
Osilator kelompok 6
Osilator kelompok 6Osilator kelompok 6
Osilator kelompok 6kemenag
 
7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeterSimon Patabang
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASAMuhammad Dany
 
Dasar Sistem Telekomunikasi
Dasar Sistem TelekomunikasiDasar Sistem Telekomunikasi
Dasar Sistem TelekomunikasiAfdan Rojabi
 
Karakteristik Transistor
Karakteristik TransistorKarakteristik Transistor
Karakteristik TransistorRyan Aryoko
 
Hand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemHand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemSetyo Wibowo'
 
Balun (Perekayasaan Instalasi Sistem Antena Penerima)
Balun (Perekayasaan Instalasi Sistem Antena Penerima)Balun (Perekayasaan Instalasi Sistem Antena Penerima)
Balun (Perekayasaan Instalasi Sistem Antena Penerima)Lazimatul A
 

La actualidad más candente (20)

9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbang
 
Soal soal adc 2
Soal soal adc 2Soal soal adc 2
Soal soal adc 2
 
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7 derau dalam sistem komunikasi
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7   derau dalam sistem komunikasiTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7   derau dalam sistem komunikasi
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7 derau dalam sistem komunikasi
 
PCM (Pulse Code Modulation)
PCM (Pulse Code Modulation)PCM (Pulse Code Modulation)
PCM (Pulse Code Modulation)
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik Resonansi
 
Materi Amplitude Modulation (AM)
Materi Amplitude Modulation (AM) Materi Amplitude Modulation (AM)
Materi Amplitude Modulation (AM)
 
RL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan MeshRL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan Mesh
 
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (fm dan pm)
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (fm dan pm)Modulasi frekuensi dan modulasi phase (fm dan pm)
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (fm dan pm)
 
Rangkaian Resonansi Paralel
Rangkaian Resonansi ParalelRangkaian Resonansi Paralel
Rangkaian Resonansi Paralel
 
Serat Optik
Serat OptikSerat Optik
Serat Optik
 
Osilator kelompok 6
Osilator kelompok 6Osilator kelompok 6
Osilator kelompok 6
 
Teori Sampling and Hold
Teori Sampling and HoldTeori Sampling and Hold
Teori Sampling and Hold
 
Qpsk
QpskQpsk
Qpsk
 
7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter
 
Modulasi digital ASK kelompok 2
Modulasi digital ASK kelompok 2Modulasi digital ASK kelompok 2
Modulasi digital ASK kelompok 2
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASA
 
Dasar Sistem Telekomunikasi
Dasar Sistem TelekomunikasiDasar Sistem Telekomunikasi
Dasar Sistem Telekomunikasi
 
Karakteristik Transistor
Karakteristik TransistorKarakteristik Transistor
Karakteristik Transistor
 
Hand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemHand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistem
 
Balun (Perekayasaan Instalasi Sistem Antena Penerima)
Balun (Perekayasaan Instalasi Sistem Antena Penerima)Balun (Perekayasaan Instalasi Sistem Antena Penerima)
Balun (Perekayasaan Instalasi Sistem Antena Penerima)
 

Destacado

Materi tugas saluran transmisi dan matching impedance
Materi tugas saluran transmisi dan matching impedanceMateri tugas saluran transmisi dan matching impedance
Materi tugas saluran transmisi dan matching impedanceEmyu Rahmawan
 
Impedance matching in awr
Impedance matching in awrImpedance matching in awr
Impedance matching in awrAntul Kashyap
 
Amplifier 900 MHz ADS 2011
Amplifier 900 MHz ADS 2011Amplifier 900 MHz ADS 2011
Amplifier 900 MHz ADS 2011kristarist
 
Ppp085 Impedance Educational
Ppp085 Impedance EducationalPpp085 Impedance Educational
Ppp085 Impedance Educationallwannall
 
Buku referensi antena
Buku referensi antenaBuku referensi antena
Buku referensi antenaJONIKENEDI
 
2.saluran transmisi
2.saluran transmisi2.saluran transmisi
2.saluran transmisiampas03
 
04 deret-fourier-gt
04 deret-fourier-gt04 deret-fourier-gt
04 deret-fourier-gtLukman Hakim
 
Impedance audiometry part 1
Impedance audiometry part 1Impedance audiometry part 1
Impedance audiometry part 1Aditya Roy
 
Bab 1 dasar dasar sinyal audio
Bab 1 dasar dasar sinyal audioBab 1 dasar dasar sinyal audio
Bab 1 dasar dasar sinyal audioEko Supriyadi
 
Amplifier
AmplifierAmplifier
Amplifieragwahyu
 
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]Salman Alparisi
 

Destacado (20)

Materi tugas saluran transmisi dan matching impedance
Materi tugas saluran transmisi dan matching impedanceMateri tugas saluran transmisi dan matching impedance
Materi tugas saluran transmisi dan matching impedance
 
Impedance Matching
Impedance MatchingImpedance Matching
Impedance Matching
 
Impedance matching in awr
Impedance matching in awrImpedance matching in awr
Impedance matching in awr
 
Matching techniques
Matching techniquesMatching techniques
Matching techniques
 
Amplifier 900 MHz ADS 2011
Amplifier 900 MHz ADS 2011Amplifier 900 MHz ADS 2011
Amplifier 900 MHz ADS 2011
 
Deret fourier
Deret fourierDeret fourier
Deret fourier
 
Ppp085 Impedance Educational
Ppp085 Impedance EducationalPpp085 Impedance Educational
Ppp085 Impedance Educational
 
Buku referensi antena
Buku referensi antenaBuku referensi antena
Buku referensi antena
 
2.saluran transmisi
2.saluran transmisi2.saluran transmisi
2.saluran transmisi
 
04 deret-fourier-gt
04 deret-fourier-gt04 deret-fourier-gt
04 deret-fourier-gt
 
Impedance audiometry part 1
Impedance audiometry part 1Impedance audiometry part 1
Impedance audiometry part 1
 
Impedance Matching
Impedance MatchingImpedance Matching
Impedance Matching
 
12 rcp avanzado
12 rcp avanzado12 rcp avanzado
12 rcp avanzado
 
Bab 1 dasar dasar sinyal audio
Bab 1 dasar dasar sinyal audioBab 1 dasar dasar sinyal audio
Bab 1 dasar dasar sinyal audio
 
Amplifier
AmplifierAmplifier
Amplifier
 
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
SALURAN TRANSMISI [Praktikum DST]
 
Low pass filters
Low pass filtersLow pass filters
Low pass filters
 
Smith Chart
Smith ChartSmith Chart
Smith Chart
 
7 multiplexing
7 multiplexing7 multiplexing
7 multiplexing
 
Filters
FiltersFilters
Filters
 

Similar a Matching impedance

rangkaian ac seri dan pararel
rangkaian ac seri dan pararelrangkaian ac seri dan pararel
rangkaian ac seri dan pararelSimon Patabang
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralelSimon Patabang
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)FEmi1710
 
Teknik tenaga listrik pertemuan 2
Teknik tenaga listrik  pertemuan 2Teknik tenaga listrik  pertemuan 2
Teknik tenaga listrik pertemuan 2indra putra
 
12 rangkaian rlc pararel
12 rangkaian rlc  pararel12 rangkaian rlc  pararel
12 rangkaian rlc pararelSimon Patabang
 
Materi s-parameter
Materi s-parameterMateri s-parameter
Materi s-parameterampas03
 
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdfSimon Patabang
 
8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor dayaSimon Patabang
 
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdfANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdfDennyHardiyanto2
 
Ii Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik FasorIi Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik FasorFauzi Nugroho
 
13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balikSimon Patabang
 
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxBAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxVirablue02
 
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif Aris Widodo
 
BAB 5 - ARUS BOLAK-BALIK.pptx
BAB 5 - ARUS BOLAK-BALIK.pptxBAB 5 - ARUS BOLAK-BALIK.pptx
BAB 5 - ARUS BOLAK-BALIK.pptxUlfiaPerdani2
 

Similar a Matching impedance (20)

rangkaian ac seri dan pararel
rangkaian ac seri dan pararelrangkaian ac seri dan pararel
rangkaian ac seri dan pararel
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel
 
sak.pptx
sak.pptxsak.pptx
sak.pptx
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
 
1. Pendahuluan RL.pptx
1. Pendahuluan RL.pptx1. Pendahuluan RL.pptx
1. Pendahuluan RL.pptx
 
Teknik tenaga listrik pertemuan 2
Teknik tenaga listrik  pertemuan 2Teknik tenaga listrik  pertemuan 2
Teknik tenaga listrik pertemuan 2
 
12 rangkaian rlc pararel
12 rangkaian rlc  pararel12 rangkaian rlc  pararel
12 rangkaian rlc pararel
 
Materi s-parameter
Materi s-parameterMateri s-parameter
Materi s-parameter
 
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
6 DAYA PADA RANGKAIAN RLC.pdf
 
8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya8 perbaikan faktor daya
8 perbaikan faktor daya
 
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdfANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
 
Ii Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik FasorIi Rangkaian Listrik Fasor
Ii Rangkaian Listrik Fasor
 
13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik13 jembatan arus bolak – balik
13 jembatan arus bolak – balik
 
Ppt modul 17
Ppt modul 17Ppt modul 17
Ppt modul 17
 
8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri
 
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxBAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
 
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
 
Makalah arus ac
Makalah arus acMakalah arus ac
Makalah arus ac
 
Load flow1
Load flow1Load flow1
Load flow1
 
BAB 5 - ARUS BOLAK-BALIK.pptx
BAB 5 - ARUS BOLAK-BALIK.pptxBAB 5 - ARUS BOLAK-BALIK.pptx
BAB 5 - ARUS BOLAK-BALIK.pptx
 

Más de ampas03

Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literaturDigital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literaturampas03
 
Dasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasiDasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasiampas03
 
komunikasi serat optik
komunikasi serat optikkomunikasi serat optik
komunikasi serat optikampas03
 
Network layer m6
Network layer m6Network layer m6
Network layer m6ampas03
 
Makalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingMakalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingampas03
 
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkkJaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkkampas03
 
Datalink layer m5
Datalink layer m5Datalink layer m5
Datalink layer m5ampas03
 
Bounce diagram technique
Bounce diagram techniqueBounce diagram technique
Bounce diagram techniqueampas03
 
Bahan presentasi
Bahan presentasiBahan presentasi
Bahan presentasiampas03
 
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerakBab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerakampas03
 
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerakBab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerakampas03
 
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerakBab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerakampas03
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanampas03
 
10 wired lan
10 wired lan10 wired lan
10 wired lanampas03
 
10 hub bridgeswitch
10 hub bridgeswitch10 hub bridgeswitch
10 hub bridgeswitchampas03
 
9 multiple access
9 multiple access9 multiple access
9 multiple accessampas03
 
5 multiplexing dan media transmisi(1)
5 multiplexing dan media transmisi(1)5 multiplexing dan media transmisi(1)
5 multiplexing dan media transmisi(1)ampas03
 
5 multiplexing dan media transmisi
5 multiplexing dan media transmisi5 multiplexing dan media transmisi
5 multiplexing dan media transmisiampas03
 
1.pendahuluan saluran transmisi
1.pendahuluan saluran transmisi1.pendahuluan saluran transmisi
1.pendahuluan saluran transmisiampas03
 

Más de ampas03 (20)

Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literaturDigital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
Digital 131341 t 27623-analisis kualitas-tinjauan literatur
 
Dasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasiDasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasi
 
komunikasi serat optik
komunikasi serat optikkomunikasi serat optik
komunikasi serat optik
 
Network layer m6
Network layer m6Network layer m6
Network layer m6
 
Makalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingMakalah phase shift keying
Makalah phase shift keying
 
Komdat
KomdatKomdat
Komdat
 
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkkJaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
Jaringan dan teknologi fiber opti kkkkkkk
 
Datalink layer m5
Datalink layer m5Datalink layer m5
Datalink layer m5
 
Bounce diagram technique
Bounce diagram techniqueBounce diagram technique
Bounce diagram technique
 
Bahan presentasi
Bahan presentasiBahan presentasi
Bahan presentasi
 
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerakBab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
Bab 4 perkembangan dan kemajuan sistem komunikasi bergerak
 
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerakBab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
Bab 3 konsep sistem komunikasi bergerak
 
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerakBab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
Bab 2 arsitektur sistem komunikasi bergerak
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
10 wired lan
10 wired lan10 wired lan
10 wired lan
 
10 hub bridgeswitch
10 hub bridgeswitch10 hub bridgeswitch
10 hub bridgeswitch
 
9 multiple access
9 multiple access9 multiple access
9 multiple access
 
5 multiplexing dan media transmisi(1)
5 multiplexing dan media transmisi(1)5 multiplexing dan media transmisi(1)
5 multiplexing dan media transmisi(1)
 
5 multiplexing dan media transmisi
5 multiplexing dan media transmisi5 multiplexing dan media transmisi
5 multiplexing dan media transmisi
 
1.pendahuluan saluran transmisi
1.pendahuluan saluran transmisi1.pendahuluan saluran transmisi
1.pendahuluan saluran transmisi
 

Matching impedance

  • 1. Impedance matching Penyesuai impedansi adalah hal yang penting dalam rentang frekuensi gelombang mikro. Suatu saluran transmisi yang diberi beban yang sama dengan impedansi karakteristik mempunyai standing wave ratio (SWR) sama dengan satu, dan mentransmisikan sejumlah daya tanpa adanya pantulan. Juga efisiensi transmisi menjadi optimum jika tidak ada daya yang dipantulkan. Matching dalam saluran transmisi mempunyai pengertian yang berbeda dengan dalam teori rangkaian. Dalam teori rangkaian, transfer daya maksimum membutuhkan impedansi beban sama dengan konjugasi kompleks sumber. Matching seperti ini disebut dengan matching konjugasi. Dalam saluran transmisi, matching mempunyai pengertian memberikan beban yang sama dengan impedansi karakteristik saluran. 1. Conjugate Matching Zg ZL Zs = Z*L Vs Digunakan umumnya di bagian sumber. Matching ini memaksimalkan daya yang dikirim ke beban, tapi tidak meminimalkan pantulan ( kecuali Zs real) 2. Load Matching Z0 Z0 = ZL ZL
  • 2. Umumnya digunakan di bagian beban. Matching ini meminimalkan pantulan tapi tidak memaksimalkan daya yang dikirim, kecuali jika Z0 real. Gambar berikut menunjukkan sistem saluran transmisi yang ”matched”. Input matching network Zg Vs Zg Zg* Z0 output matching network Z0 Z0 Z0 Z0 ZL* ZL ZL Rangkaian penyesuai impedansi umumnya menggunakan komponen reaktif (kapasitor dan induktor) untuk menghindari rugi-rugi. Matching dengan elemen seri dan paralel Perancangan rangkaian penyesuai impedansi selain menggunakan pendekatan matematis dapat juga menggunakan pendekatan grafis dengan Smith Chart. Pada Smith Chart akan diplot titik-titik impedansi atau admitansi. Titik-titik admitansi dan impedansi yang diplot dapat merupakan harga normalisasi pada suatu harga tertentu. Titik admitansi dapat dapat diperoleh dari titik impedansi dengan mencerminkannya pada titik tengah, begitu juga sebaliknya. Penambahan komponen reaktansi seri atau paralel dapat dilakukan dengan aturan sebagai berikut: 1. Penambahan L seri atau C seri menggerakkan titik impedansi di sepanjang lingkaran resistansi konstan. L seri menambah induktansi sedangkan penambahan C seri mengurangi kapasitansi.
  • 3. induktansi Seri kapasitansi Seri 2. Penambahan L atau C paralel menggerakkan impedansi di sepanjang lingkaran konduktansi konstan. Penambahan C paralel menaikkan kapasitansi sedangkan L paralel mengurangi induktansi. induktansi paralel kapasitansi paralel Penggunaan Smith Chart dalam Saluran Transmisi Smith chart bisa digunakan untuk menghitung impedansi akibat penambahan elemen seri atau paralel terhadap beban.
  • 4. Contoh : Suatu beban ZL = RL + jXL, ditambahkan suatu induktor X = jωL secara seri, dimana impedansi berubah menjadi Z' = ZL + X = RL + j(XL + X). Bagian real dari impedansi adalah tetap sedangkan bagian reaktansi (imajiner) bertambah sebanyak jX. Dalam smith chart, hal ini berasosiasi dengan pergerakan sepanjang lingkaran resistansi konstan, dan menaikkan bagian imajiner dari impedansi. Jika ZL = 50 − j75 dan impedansi sistem adalah 50 Ω, impedance beban ternormalisasi menjadi zL = ZL / Zo = 1 − j1.5. Penambahan suatu induktor dengan reaktansi X = jωL = j50 (normalisasi menjadi x = j50 / 50 = j1) menghasilkan impedansi ternormalisasi z'L = 1 − j1.5 + j1 = 1 − j0.5. Pergerakan dalam smithchart adalah di sepanjang lingkaran resistansi konstan (r = 1), dari j = − j1.5 to j = − j0.5. Penambahan resistansi seri menggerakkan impedansi beban di sepanjang lingkaran resistansi konstan menuju nilai reaktansi yang lebih positif. Secara matematis, adalah mudah untuk menghitung efek dari penambahan satu elemen seri. Tapi akan menjadi cukup rumit jika beberapa elemen ditambahkan secara seri dan paralel. Dengan menggunakan smith chart, perubahan impedansi bisa dihitung dengan mudah. Perubahan dalam impedansi akibat penambahan elemen R,L ,atau C pada beban : • Penambahan elemen bisa dilihat sebagai suatu pergerakan dalam smith chart • Induktor seri : reaktansi positif, bergerak searah jarum jam dalam lingkaran resistansi konstan • Kapasitor seri : reaktansi negatif, bergerak BAJJ dalam lingkaran resistansii konstan
  • 5. • Induktor paralel : suseptansi negatif, bergerak berlawanan arah jarum jam dalam lingkaran konduktansi konstan. • Kapasitor paralel : suseptansi positif, bergerak searah jarum jam dalam lingkaran konduktansi konstan • Secara umum, reaktansi/suseptansi positif bergerak searah jarum jam.
  • 6. Latihan : Dengan Z0 = 50 Ω, hitung Z pada fekuensi 3 GHz. B A C =0,73 pF L = 6,17 nH RL = 50 Ω Z? XL = jωL = j 2π 3.109 . 6,17 10 -9 XC = 1/jωC = 1/ j 2π 3.109 0,73 10-12 = 1/j 0,01376 = j 116,35 Ω =- j 72,6 Secara matematis bisa diselesaikan : Z = (j116,35)//(50-j72,6) Atau dalam admitansi : Y= 1 1 + j116,35 (50 − j 72,6) = − j8,6.10 −3 + 1 88,15∠ − 55,4 = 6,4 +j 0,7 mmho Maka Z = 1/Y = 155,3 ∠ -6,3º = 154 – j 17
  • 7. Dengan smith chart B XL = j115,35 A XC =-j72,6 RL = 50 Ω Z? Normalisasi : r - xC = (50-j72,6)/50 = 1 - j1,45 xL = 116,35/50 = j2,327 yL = 1/xL = -j 0,43 Plot dimulai dari beban. Plot titik A di 1 – j 1,45 Karena beban berikutnya adalah L paralel, konversi titik A ke admitansi menjadi A’ ( 0,33 + j A’ 0,47) Penambahan L paralel menggerakkan beban berlawanan arah jarum jam B’ B (pada kurva resistansi konstan) sejauh yL = 0,43 yang jatuh di titik B (0,33 + j 0,04). Impedansi diperoleh dengan mencerminkan B terhadap pusat smith chart (B’ = 2,9 – j 0,4) Impedansi = (3 – j 0,4) x 50 = 150 – j 20 Ohm A
  • 8. Dengan Z0 = 50 Ω, hitung Z ? B A XC = -j75 Ω RL = 50 Ω XL = j100 Ω Z? Secara matematis : Z = (-j75)//(50 + j100) Z= (− j 75)(50 + j100) (− j 75)(50 + j100) Z= − j 3750 + 7500 8385,25∠ − 26,56 = = 150∠ − 53,12 50 + j 25 55,9∠26,56 Z= 90 – j120 Ω Dengan menggunakan smith chart Normalisasi beban terhadap Z0: R + XL = 50 + j 100 Ω r + xL = (50 + j 100)/50 = 1 + j2 Ω XC = - j75 Ω xC = - j1,5 Ω Langkah :
  • 9. 1. Plot titik A. Mulai dari beban 50 pada pusat smith chart, bergerak searah jarum menyusuri lingkaran resistansi konstan = 1 sejauh +2. A = 1 + j2 2. Karena komponen berikutnya adalah paralel, maka titik A dikonversi ke dalam admitansi (A’) A’ = 0,22 – j 0,4 3. Dalam admitansi xc dikonversi menjadi yc = 1/xc = j0,67 Titik B diperoleh dengan menggerakkan A’ searah jarum jam pada lingkaran resistansi B A konstan sejauh 0,67. (kurva admitansi) B = 0,2 + j 0,27 4. Untuk memperoleh nilai impedansi Z, konversi B menjadi B’ dengan mencerminkan terhadap pusat smith chart/titik (0,0). B’ = 1,8 - j 2,2 Maka Z = (1,8 + j 2,4 ) x 50 = 90 + j 120 Ω A’ B’
  • 10. soal: Beban dengan reaktansi seri Suatu bagian dari saluran 50 Ohm diterminasi dengan beban ternormalisasi 1 + j1 Ohm dan impedansi pada input adalah 1-j1 Ohm. Tentukan elemen seri untuk menyesuaikan kedua port dengan menggunakan smiht chart. Solusi : B A ZL = 1 + j 1 Zin = 1 - j 1 Plot zℓ = 1 + j1 dan zin = 1 - j1 pada titik A dan B pada smith chart. Supaya impedansi beban (output) dan impedansi input sesuai, maka diperlukan komponen yang bisa menggeser beban sejauh –j2 menuju impedansi input. Komponen tersebut adalah elemen seri C (reaktansi kapasitif): jxc = - j 2,0 V
  • 11. Rangkaian penyesuai impedansi ekivalen : B A -j 2,0 ZL = 1 + j 1 Zin = 1 - j 1 Soal :Admitansi beban dengan elemen paralel Suatu bagian dari saluran 50 ohm mempunyai admitansi input dan beban berikut : YL = 0,5 + j2,0 yin = 0,5 – j2,0 Tentukan elemen paralel L untuk menyesuaikan kedua terminal. Gunakan smith chart. Solusi:
  • 12. Plot yL dan yin pada titik A dan B seperti gambar. Baca elemen paralel sebagai suseptansi induktif yL = - j 4,0 Berarti ZL = 1/yL = 1/-j 4,0 jxL = j 0,25 Rangkaian : B A yL= -j 4 yin = 0,5 - j 2 yL = 0,5 + j 2
  • 13. Penyesuai Impedansi dengan L Network Penyesuai impedansi dengan elemen lumped bisa didisain dengan menggunakan smith chart. Rangkaian ini terdiri dari dua elmen reaktif dalam konfigurasi L (satu paralel dan satu seri dengan beban). Dalam penyesuaian impedansi, terdapat beberapa pilihan yang bisa digunakan, pemilihan dilakukan dengan pertimbangan : • Memiliki nilai komponen yang mudah direalisasi • Efek terhadap pem-bias-an. Induktor adalah DC short, kapasitor adalah DC block, yang mempengaruhi bias DC pada piranti aktif. • Pengaruh terhadap stabilitas piranti aktif. Penyesuai impedansi bisa didisain dengan dua cara : 1. Menggunakan persamaan matematis 2. Menggunakan smith chart Pengunaan Smith Chart Secara umum, penggunaan smith chart dalam penyesuaian impedansi bisa dikelompokkan dalam dua kondisi : matching network Z0 matching network ZL ZL Tipe 1 Tipe 2 Z0
  • 14. 1. Matching suatu beban kompleks ZL menuju impedansi sistem Zo, misal. matching beban ZL = 10 + j100 Ω menuju saluran treansmisi 50 Ω 2. Membuat impedansi kompleks ZL dari Zo, contoh. Transformasi sumber 50 Ω (dengan reflection coefficient Γ = 0) menuju impedance 10 + j100. Penyesuaian tipe ini biasanyan diperlukan dalam disain penguat Perlu diingat bahwa dalam menggunakan smith chart, semua impedansi/admitansi dinormalisasi terhadap impedansi karakteristik saluran tramsisi. Kedua tipe di atas melibatkan pergerakan dalam smith chart yang mulai dari impedansi yang dimiliki menuju impedasi yang diinginkan. Masingmasing mungkin memiliki solusi lebih dari satu. Soal : matching beban pada saluran 50 ohm Suatu piranti gelombang mikro mempunyai impedansi output : Zout = 15 + j 15 Ohm. Disain rangkaian penyesuai impedansi untuk mentransform impedansi output menuju saluran transmisi 50 ohm. Gunakan smith chart. Solusi :
  • 15. 1. Plot impedansi output ternormalisasi pada point A dalam smith chart zout = 0,3 + j 0,3 2. Buat lingkaran konduktansi konstan satu. Lingkaran ini memotong lingkaran resistansi konstan 0,3 pada titik B. zB = 0,3 + j 0,45. L seri adalah zseri = +j0,15 3. Titik B’ pada smith chart adalah yB = 1- j 1,60 Nilai elemen C seri dari titik B menuju pusat C adalah : yL = +j 1,60 Berarti elemen paralel adalah kapasitor dengan jxc = -j 0,63 Soal : Matching impedansi pada beban 50 ohm Suatu penguat gelombang mikro mempunyai parameter impedansi berikut ini : Zout = 100 – j 100 zout = 2 – j 2 Yout = 0,005 + j 0,005 yout = 0,25 + j 0,25 Desain suatu rangkaian penyesuai impedansi untuk menyesuaikan admitansi penguat pada beban 50 Ohm. Gunakan Smith chart. Solusi :
  • 16. 1. Plot impedansi zout pada titik D dalam smith chart. 2. Baca admitansi pada titik C Yout = 0,25 + j 0,25 3. Gambar lingkaran konduktansi konstan satu yang memotong lingkaran resistansi konstan 0,25 pada titik B. Z seri = +j1,90 (dari impedansi) yB = 0,25 – j0,42 (dari admitans)i 4. Nilai dari titik B menuju C adalah Y paralel = +j 0,67 Z paralel = -j1,49 Stub Matching Penyesuaian impedansi bisa dilakukan dengan menyisipkan suatu admitansi imajiner paralel dalam saluran transmisi. Admitansi ini bisa diperoleh dari potongan suatu saluran transmisi. Teknik penyesuai impedansi seperti ini disebut dengan stub matching. Ujung dari stub bisa terbuka atau tertutup, tergantung dari admitansi imajiner yang diinginkan. Dua atau tiga stub juga bisa disisipkan pada lokasi tertentu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Penyesuai impedansi dengan stub
  • 17. Stub Matching Seri Jika suatu impedansi di plot dalam smith chart, kemudian digerakkan dalam lingkaran koefisien pantul konstan ( radius konstan) ke arah sumber, maka pada suatu lokasi akan memotong lingkaran r = 1. Transformasi ini menyatakan pergerakan disepanjang saluran transmisi dari beban menuju sumber. Satu putaran penuh dalam smith chart menyatakan pergerakan sejauh ½ λ. Pada perpotongan tersebut, impedansi ternormalisasi r + jx berubah menjadi 1 + jx’. Setidaknya, dalam putaran tersebut, bagian real dari impedansi sama dengan impedansi karakteristik Z0 ( perhatikan perbedaan jx dengan jx’). Jika di titik ini saluran dipotong dan disisipkan suatu reaktansi murni –jx’, maka impedansi total dilihat pada perpotongan ini (dari arah sumber) adalah penjumlahan 1 + jx’ – jx’ = 1. Dengan demikian saluran transmisi menjadi matched (sesuai). Contoh : Suatu antena dipole bekerja pada frekuensi 120 MHz mempunyai impedansi 44,8 – j 107 Ω. Buatkan rangkaian penyesuai impedansi dengan stub seri pada saluran transmisi 75 Ω. Solusi : 1. Normalisasi beban pada Z0 = 75 Ω Z0 = 0,597 – j 1,43 Ω ( titik A) 2. Putar beban searah generator sampai memotong lingkaran r = 1. (B) 3. Tarik garis dari pusat smith chart (0,0) ke masing-masing titik A dan B. 4. Hitung jarak stub ke beban yang dibutuhkan ( dalam panjang gelombang) dari B ke A. Jarak stub dari beban antena adalah 0,346 λ 5. cari nilai reaktansi (ternormalisasi) pada titik B. jB = j 1,86.
  • 18. Panjang stub yang diperlukan harus mampu menghilangkan reaktansi ini. Sisi luar smith chart adalah lingkaran dengan r = 0 (rektansi murni). Bagian kiri adalah short dan bagian kanan open circuit. 6. Tentukan titik –j1,86 yang diperlukan. Cari panjang stub yang dibutuhkan. Untuk short circuit stub diperlukan panjang 0,328 λ. Untuk open circuit stub diperlukan panjang 0,078 λ.
  • 19. 7. Hitung jarak dan panjang stub untuk open circuit : Jika kecepatan gelombang dalam saluran koaksial adalah 2/3 c (20 cm/ns) maka panjang gelombang λ adalah 1,67 m.
  • 20. Stub Matching Paralel Matching juga bisa dilakukan dengan suatu elemen paralel (shunt). Karena melibatkan rangkaian paralel, adalah lebih mudah kalau perhitungan dilakukan dalam admitansi. Elemen disisipkan pada jarak ds dimana bagian real dari admitansi sama dengan admitansi karakteristik Y0. Y’ = Y0 + jβ Matching diperoleh dengan menggunakan elemen dengan suseptansi - jβ, sehingga : Y1 = Y’ - j β = Y0 Elemen paralel bisa digantikan dengan suatu potongan saluran transmisi (stub) dengan panjang tertentu. Untuk memperoleh suseptansi murni,
  • 21. elemen stub bisa berupa saluran transmisi dengan ujung terbuka (open circuit) atau tertutup (shor circuit). Dalam disain penyesuai impedansi dengan stub paralel, perlu dicari dua hal yaitu : - lokasi stub dihitung dari beban (ds) - panjang stub (Ls) YA = Ystub + Yd = Y0 + 1/Z0 Dimana Ystub adalah admitansi input stub Yd adalah admitansi saluran pada lokasi stub sebelum stub dipasang.
  • 22. Admitansi pada persimpangan adalah : YA = Ystub + Yd = Y0 Jika stub menggunakan saluran dengan karakteristik berbeda, maka untuk mendapatkan suseptansi yang diberikan oleh stub, perlu sedikit perhitungan sbb : YA = Ystub + Yd Dalam nilai ternormalisasi : yAY0 = ydY0 + ystub YOs ys = (yA-yd)(Y0/YOs) Tergantung dari panjang saluran transmisi, ada beberapa lokasi yang bisa dipergunakan untuk menyisipkan stub. Smith chart bisa membantu dalam menentukan panjang dan lokasi stub.