SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 107
ANATOMI FISIOLOGI TRAKTUS
URINARIUS
(SISTEM SALURAN KEMIH)
• ANDRY SARTIKA
PENDAHULUAN
- Kelangsungan hidup dan kemampuan sel
menjalankan fungsinya tergantung
pada kadar air dan elektrolit yang mantap di CES
serta kemampuan sel untuk membuang sisa hasil
metabolismenya secara terus menerus
- Ginjal berperan penting mempertahankan
homeostasis karena
kemampuannya mengatur kadar dan volume air
dan elektrolit CES serta
mampu membuang hampir semua sisa
metabolisme (kecuali CO2)
EMBRIOLOGI.
Tract Urinarius terbentuk pada minggu ke
14 – 18 dari kehamilan bersamaan dengan
alat-alat lainnya. Ia berasal dari mesoder
mal dalam stadium morula dan blastula.
Oleh karena itu semua selaput lendir dari
trac.urinarius sama,maka bila ada penya
kit yang sama DNA nya ia akan menyebar
SISTEM URINARIUS
GINJAL/REN
• Ginjal terdiri dari 2 buah kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari kiri karena
terdapat Hepar pada daerah itu.
• Ginjal terletak pada dinding
posterior abdomen, kedudukannya
mulai dari Th 12 – L 1-3, dan tiga
otot-otot besar transversus
abdominalis
• Ukuran :
Panjang : 6 - 7,5 cm
Lebar : 6 cm
Tebal : 1,5 - 3 cm
• Beratnya : 125 – 170 gram (0,5 %
BBT)
• Ginjal diliputi oleh suatu kapsula
tribosa tipis mengkilat
• Posterior dilindungi oleh kosta
dan otot-otot yang meliputi kosta
ke IX dan XII
• Anterior dilindungi oleh organ
intra peritoneal
• Batas Sup. Ren Dextra : Costa
XII
• Batas Sup. Ren Sinistra : Costa
XI
• Batas Inf. Ren Dextra : pinggir
bawah VL 3
• Batas Inf. Ren Sinistra : Discus
inter vert,VL 2
• Permukaan lateralnya konveks
• Permukaan medial konkaf
membentuk celah disebut hilum
• Hilus : pemb. Darah, ureter, saraf
PEMBUNGKUS GINJAL
1. Capsula Fibrosa : Paling dalam
2. Capsula Adiposa : jaringan lemak
pembungkus Ren dan Supraren
3. Fascia Renalis : a. Fascia Prerenalis
b. Fascia Retro Renalis
Strukur dan Bagian – Bagian Ginjal
• Kulit Ginjal (Korteks)
Nefron → glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, Penyaringan
darah terjadi pada badan malphigi, yaitu
diantara glomerolus dan simpai bownman.
• Sumsum Ginjal (Medula)
Bagian ini merupakan area yang berisi 8 sampai
18 bagian berbentuk kerucut yang disebut
piramid, yang terbentuk hampir semuanya dari
ikatan saluran berukuran mikroskopis.
• Renal pelvis (=basin)
Saluran berbentuk pipa, bagian superior ureter.
Percabangan 2 – 3 kaliks mayor. Kaliks mayor
kumpulan dari kaliks minor: penampung urine
dari papila piramidalis
STRUKTUR GINJAL DENGAN BAGIAN-BAGIANNYA
Pelvic space
Renal artery
Renal vein
Pelvis
Ureter
STRUKTURE OF
KIDNEY
• Outer cortex:
– Contains many
capillaries.
• Medulla:
– Renal pyramids
separated by renal
columns.
– Pyramid contains
minor calyces which
unite to form a
major calyx.
– Major calyces form
renal pelvis.
– Renal pelvis
collects urine.
– Transports urine to
ureters.
NEFRON
• Unit fungsional
ginjal.(±1 juta nefron 1
ginjal)
• Bertanggung jawab dlm
pembentukan urine.
• Strukture nephrone :
a. Glomerulus
b. Kapsula Bowman
c. Renal tubule
Bentuk Nephrons
SlideCopyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings
Figure 15.3a
1. Cortical nephrons
 Berada pada cortex
 Sebagian besar
nephrons
2. Juxtamedullary
nephrons
 Dijumpai pada batas
cortex dan medulla
Beda Cortical & Juxtamedullary Nephron
Cortical Nephron
• Terletak 2/3 bagian luar
cortex
• 85% dari seluruh nephron
• Loop of henle pendek
• Dikelilingi oleh kapiler
peritubular berbentuk jala
 network
Juxtamedullary Nephron
• Terletak bagian dalam
cortex dekat medulla
• 15% dari seluruh nephron
• Loop of henle panjang,
lebih dalam masuk ke
medulla
• Dikelilingi kapiler berbentuk
U  vasa recta
Glomerolus & Kapsula Bowman
• Jaringan Kapiler khusus
• Melekat pada arterioles kedua
sisi
– afferent arteriole
– efferent arteriole
• Berada dlm glomerular capsule
Bowman (bag.pertama renal
tubule)
• Permukaan luar kapiler
glomeruli menempel sel
berbentuk spesifik dan memiliki
penjuluran-penjuluran yang
disebut podosit.
• Podosit berfungsi
membantu filtrasi
cairan darah menjadi
cairan ultra filtrat (urin
primer).
• Lapisan parietal kapsula
bowman terdiri atas
epitel selapis gepeng.
• Ruang kapsuler
berfungsi menampung
urine primer (ultra
filtrat).
Renal Tubule
Tubulus proksimal
• Berhubungan langsung dgn
bowman kapsul
• Dindingnya disusun oleh
selapis sel kuboid. Inti sel
bulat, bundar, biru
Sitoplasmanya bewarna
asidofili
• Fungsi tubulus kontortus
proksimal adalah mengurangi
isi filtrat glomerulus 80-85
persen dengan cara reabsorpsi
via transport dan pompa
natrium. Glukosa, asam amino
dan protein seperti bikarbonat,
akan diresorpsi
Lengkung Henle
• pars descendens
• pars ascendens
• berfungsi reabsorbsi bahan-
bahan dari cairan tubulus dan
sekresi bahan-bahan ke dalam
cairan tubulus.
• Cairan urin ketika berada dalam
loop of Henle bersifat hipotonik,
tetapi setelah melewati loop of
Henle urin menjadi bersifat
hipertonik. Hal ini dikarenakan
bagian descenden loop of Henle
sangat permeabel terhadap
pergerakan air, Na+, dan Cl-,
• Tubulus Distal
Tubulus contortus distalis tersusun sel epithelium berbentuk
kuboid, sitoplasma pucat, nuklei tampak lebih banyak
Tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus
koligentis.
• Duktus Kolektifus
Duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla ginjal
bersatu membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan
bermuara pada duktus belini, seterusnya menuju kaliks minor,
ke kaliks mayor, dan akhirnya mengosongkan isinya ke dalam
pelvis renalis
Tubulus kolektivus dari Bellini merupakan tersusun atas sel-
sel epithelium columnair, sitoplasma jernih, nukleus spheris
Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urine terjadi
disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap
reabsorbsi natrium.
Nephron• Functional unit of
the kidney.
• Consists of:
– Blood vessels:
• Vasa recta.
• Peritubular
capillaries.
– Urinary tubules:
• PCT.
• LH.
• DCT.
• CD.
Proximal
convoluted
tubule
Ascending
thin limb of
loop of Henlé
Ascending thick limb
of loop of Henlé
Collecting duct
Distal convoluted
tubule
The nephron
The nephron is the functional unit of the kidney
Each region is composed of cells that are suited to perform specific transport functions
Peredaran Darah
Ginjal mendapatkan suplai darah dari aorta
abdominalis yang bercabang menjadi arteri
renalis, → arteri interlobaris → arteri
arcuata → arteri interlobularis → arteriole
aferen → glomerulus → arteriole eferen →
kapiler juxta glomerulare → peritubuler →
vena interlobularis → vena arcuata → vena
interlobularis → vena renalis → vena kava
inferior
glomerulus
PERSYARAFAN GINJAL
• Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus
renalis (vasomotor).
• Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah
darah yang masuk ke dalam ginjal.
• Saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal
HORMON YANG DIPRODUKSI GINJAL
RENIN Erythropoetin Calcitriol
Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh
Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan
keseimbangan ion yang optimal dalam plasma ( keseimbangan
elektrolit )
Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Fungsi hormonal dan metabolisme
Eksresi sisa hasil metabolisme
FUNGSI GINJAL
URETER
1. Ukuran :
P : 25-30 cm (ka < 1 cm dari kiri)
D : 1mm-10mm (rata-rata 5 mm)
Ada 2 bagian :
a. Pars abdominalis : laki2 =wanita
b. Pars pelvina :Laki2 beda dgn wanita
Terletak dlm rongga abdomen dan
sebagian di rongga pelvis
2. Persarafan Ureter
• cabang dari pleksus mesenterikus
inferior, fleksus spermatikus, dan
pleksus pelvis sepertiga dari nervus
vagus rantai aferens dan nervus vagus
rantai eferens dari nervus torakali ke-
11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-
1,dan nervuus vagus mempunyai
rantai eferens untuk ureter
• Pada laki2 ureter berjalan didepan
ujung atas vesicula seminalis
menyilang ductus deferens
dibawahnya vesica urinaria
• pada wanita terdapat di belakang
fossa ovarika dan berjalan ke bagian
medial dan ke dapan bagian lateral
serviks uteri bagian atas , vagina
untuk mencapai fundus vesika
urinaria
• Tempat penyempitan ureter :
a. Flexura marginalis
b. Laki2 penyilangan dengan ductus
deferens
c. Pada tempat masuk ke vesica
urinaria
3. Pembuluh darah ureter:
Arteri renalis
Arteri spermatika interna
Arteri hipogastrika
Arteri vesikalis inferior
VESICA URINARIA
• Letaknya di belakang os pubis.
• Terdapat trigonum vesicae pada bagian
posteroinferior dan collum vesicae
• Trigonum vesicae terdiri dari orifisium kedua
ureter dan collum vesicae
• Dinding kandung kemih terdiri dari:
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
• Apex dihubungkan ke cranial
oleh urachus (sisa kantong
allantois ) sampai ke umbilicus
membentuk ligamentum
vesico umbilicale mediale.
Bagian ini tertutup
peritoneum dan berbatasan
dengan ileum & colon
sigmoideum
• Corpus yaitu bagian antara
verteks dan fundus.
• Fundus yaitu bagian yang
mengahadap kearah belakang
dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium
rectosivikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent,
vesika seminalis dan prostate
Persarafan Kandung Kemih
• saraf simpatis & parasimpatis.
• Saraf-saraf simpatis:
Adalah saraf-saraf para symphatis dari kandung kemih adalah saraf
pelvis ( N. origentes ) dan merupakan saraf motorik utama ke
sphincter internal dan detrusor Saraf tersebut berasal dari segmen
sacral s2 dan s3 medula spinalis dipusat Vesikal. Sensasi saraf dari
reseptor regang pada dinding kandung kemih juga menjalar dalam
saraf pelvis. Saraf sympatik dari plexus hypogastrika mensarafi otot-
otot sekitar trigone dan pembuluh darah pada kandung kemih. Ia
tidak berefek dalam berkemih
• Saraf-saraf somatik.: ia berasal dari medula spinalis tapi mempunyai
rute berbeda untuk mensarafi sphyncter Ex- ternal urethra. Sensasi
saraf dari urethra dan trigone menjalar denga saraf saraf pudendal.
Jadi berguna untuk proses mik- si.
URETHRA
• Merupakan saluran sempit yang berpangkal pd
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan
air kemih keluar
• Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok
melalui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus os
pubis kebagian penis.
• Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2
cm.
• Digunakan sebagai tempat pengaliran urine
dan system reproduksi.
• Uretra pada pria terdiri
dari :
a. Uretra prostatia
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
• Lapisan uretra pria
terdiri dari :
a. Lapisan mukosa
(lapisan paling dalam)
b. Lapisan submukosa
• Uretra pada wanita : Terletak
dibelakang simfisis pubis,
berjalan miring sedikit kearah
atas. Panjangnya+ 3-6 cm
• Hanya berfungsi sebagai
tempat menyalurkan urine ke
bagian luar tubuh.
Lapisan uretra wanita terdiri
dari :
a. Tunika muskularis (lapisan
sebelah luar)
b. Lapisan spongeosa
c. Lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam)
• Pengeluaran urine diatur oleh
dua katup (sphincters)
– Internal urethral sphincter
(tanpa sadari/involuntary)
– External urethral sphincter
(disadari/voluntary)
Mekanisme Pembentukan Urin
1. Filtrasi di glomerulus
2. Reabsorbsi di tubulus
3. Sekresi di tubulus
LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG)
Filtrasi Ginjal (Glomerular Filtration Rate,GFR)
adalah jumlah filtrat ginjal yang terbentuk
oleh ginjal dalam satu menit;rata-rata 100
sampai 125 ml per menit. GFR dapat berubah
jika laju aliran darah melalui ginjal berubah.
Jika aliran darah meningkat,GFR akan
meningkat dan akan lebih banyak filtrat
dibentuk. Jika aliran darah turun(seperti yang
terjadi setelah perdarahan hebat),GFR akan
turun, sehingga filtrat yang dibentuk sedikit
haluaran urine turun
Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman
• Tekanan osmitik (TO). Tekanan yang dikeluarkan
oleh air (sebagai pelarut) pada membrane
semipermeabel sebagai usaha untuk menembus
membrane semipermeabel ke dalam area yang
mengandung lebih banyak molekul yang dapat
melewati membrane semipermeabel. Pori-pori
dalam kapiler glomerulus membuat membrane
semipermeabel memungkinkan untuk melewati
yang lebih kecil dari air tetapi mencegah molekul
yang lebih besar misalnya protein dan plasma.
• Tekanan hidroststik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan
oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan
dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga
mengeluarkan tekanan osmitik 1-3 mmHg yang
berlawanan dengan osmitik darah.
• Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan
dalam kapsula bowman mencerminkan perbedaan
kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-
pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
• Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat
kapsula bowman bekerja sama untuk meningkatkan
gerakan air dan molekul permeabel, molekul
permeabel kecil dari plasma masuk ke dalam kapsula
bowman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR
• Filtration Pressure = Glomerular Capillary
Pressure – Plasma Colloid Osmotic Pressure –
Bowman’s Capsule Pressure.
• Luas Daerah Kapiler
• Permeabilitas kapiler
• Pengaruh Renal Blood Flow
• Penagruh konstriksi arteriole afferent
• Pengaruh konstriksi arteriole efferent
• Pengaruh perangsangan simpatis
• Pengaruh tekanan darah.
Urine Formation
1-filtration movement
fluid across the filtration
membrane as a result of
pressure.
Hormon Yang Mempengaruhi Reabsorpsi Air
– Hormon antidiuretik (ADH) berfungsi meningkatkan
reabsorpsi air dan filtrate ke dalam darah
– Hormone paratiroid (PTH) berfungsi meningkatkan
reabsorpsi ion ca dari filtrate ke dalam darah dan
ekskresi ion-ion fosfat ke dalam filtrate
– Aldosteron berfungsi meningkatkan reabsorpsi air na
dan filtrate ke dalam darah dan ekskresi ion k ke
dalam filtrate
– Atrial natiuretik hormone (ANH) berfungsi
menurunkan reabsorpsi ion na yang masih terdapat
dalam filtrate, sehingga lebih banyak natrium dan air
di buang ke dalam urine.
Urine Formation
2-Reabsorption movement
of substances from the
filtrate back into the blood
Terdapat 2 jalur reabsorbsi
1. Jalur paraseluler
- perpindahan air & zat yg terlarut melalui celah antar sel/tight junction
- hanya bertangsung bila ada perbedaan elektrokimia dan tight junction
permeabel untuk zat yang akan direabsorpsi
2. Jalur Transeluler
- Zat yg direabsorpasi melewati kedua membran plasma
- Tahapannya ada 5 langkah yaitu:
1. Zat meninggalkan cairan tubulus menembus membran luminal sel
tubulus
2. Zat bergerak sepanjang sitosol sel tubulus dari satu sisi ke sisi
lainnya
3. Zat menembus membran basolateral sel tubulus masuk ke cairan
interstisial
4. Zat berdifusi dalam cairan interstisial
5. Zat menembus dinding kapiler dan masuk ke dalam plasma darah
Reabsorpsi Natrium
- 99% natrium direabsorbsi di sepanjang tubulus:
* 67% di tubulus proksimal
* 25% di loop of henle
* 8% di tubulus distal dan duktus koligens
Reabsorpsi natrium berperan penting di tiap bagian tubulus, yaitu:
1. di tubulus proksimal, reabsorpsi Na+ berperan utama dlm reabsorpsi
glukosa, asam amino, H20, Cl- dan ureum
2. di ansa Henle, reabsorpsi Na+ bersama dengan Cl-, berperan dlm
kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin dengan berbagai kepekatan
dan volume, bergantung kepada kebutuhan tubuh untuk menahan atau
membuang H20
3. di tubulus distal, reabsorpsi Na+ bervariasi dipengaruhi pengaturan
hormonal dan merupakan salah satu cara pengaturan volume cairan
ekstrasel yang penting
Reabsorpsi Na+ di tubulus proksimal
- Terjadi melalui transport aktif primer, melibatkan suatu Na+ - K- ATPase
carrier yang terdapat pada membran basolateral sel tubulus
- Carrier ini secara aktif memompa Na+ dari sel tubulus ke ruang lateral,
shg konsentrasi Na+ di ruang lateral tinggi sedangkan konsentrasinya
di intrase! dipertahankan rendah
- Terciptalah gradien konsentrasi yang memudahkan difusi Na+ dari lumen
tubulus menembus membran luminal, melalui channel Na+, ke dalam sel
tubulus
- Ion Na secara aktif dipompa ke ruang lateral, untuk selanjutnya sekali
lagi berdifusi di cairan interstisial dan akhirya masuk ke kapiler
peritubular melalui proses difusi
SISTEM RENIN-ANGIOTENSIN-ALDOSTERON
MEKANISME KERJA ALDOSTERON
MEKANISME KERJA VASOPRESSIN
• Reabsorpsi Glukosa
- Konsentrasi glukosa di dalam plasma normal 100 mg/100 ml
- Semua glukosa plasma difiltrasikan secara bebas ke dalam kapsula
bowman Jumlah zat yg difiltrasikan = konsentrasi plasma x LFG.
Jumlah glukosa yg difiltrasikan = 100mg/100ml x 125ml/menit= 125
mg/menit
- Glukosa yg difiltrasikan glomerulus akan direabsorpsi kembali secara
aktif di dalam tubulus
- Pada keadaan normal, glukosa direabsorpsi seluruhnya di tubulus
proksimal dan tidak ada yang diekskresikan
- Glukosa diangkut melalui mekanisme transport aktif sekunder
bersama dgn natrium menembus membran luminal sel tubulus
- Pergerakan glukosa selanjutnya ke dlm kapiler peritubulus mengikuti
gradien konsentrasi dan dijalankan melalui suatu carrier yg sodium-
Independent (tidal< bergantung pada natrium) pada membran
basolateral, disebut mekanisme difusi fasilitasi
• Tubular maximum for glucose
- Tm untuk glukosa adalah 375 mg/menit
- Jika kadar glukosa darah normal maka semua glukosa yang
difiltrasikan akan direabsorbsi kembali di tubulus proksimal co:
konsentrasi glukosa darah 100mg/100ml, maka dalam satu menit
glukosa yang difiltrasikan 125 mg/menit semua glukosa akan
direabsorbsi di tubulus proksimal yaitu sebesar 125mg/menit,
karena belum melewati Tm glukosa
• Renal threshold for glucose (ambang batas ginjal terhadap glukosa)
Konsentrasi glukosa plasma dimana Tm glukosa dicapai dan glukosa
mulai diekskresikan melalui urin disebut Renal threshold for glucose
Jika Tm glukosa = 375 mg/menit dan LFG = 125 ml/menit, maka
ambang batas ginjal terhadap glukosa = 300 mg/100 ml
• Adanya glukosa di dlm urin disebabkan sel tubulus memiliki
kapasitas reabsorpsi suatu zat per satuan waktu yang terbatas. Bila
jumlah glukosa yang difiltrasi sangat banyak, seluruh carrier glukosa
tersaturasi, akibat dari jumlah carrier dan energi yg tersedia
terbatas. Glukosa yg tdk dpt direabsorpsi akan keluar melalui urin.
Akibatnya, kecepatan pembentukan urin meningkat (poliuri) yg dpt
disertai dgn dehidrasi dan rasa haus
REABSORBSI GLUKOSA DI TUBULUS PROKSIMALIS
REABSORBSI DI SEPANJANG TUBULUS
TUBULUS PROKSIMAL
- 65 % filtrat dari glomerulus di reabsorbsi di tubulus proksimal
- Glukosa dan asam amino 100% di reabsorbsi kembali ke pembuluh darah
LOOP OF HENLE
- Descending loop of henle terjadi reabsorbsi air, sedangkan zat terlarut
tdk di reabsorbsi
- Ascending loop of henle terjadi reabsorbsi zat terlarut, sedangkan air tdk
direabsorbsi
TUBULUS DISTAL & DUKTUS KOLEKTIVUS
- Reabsorbsi sisa filtrat di tubulus distal dan duktus kolektivus dikontrol
o/ mekanisme renin-angiotensin-aldosteron
3. SEKRESI DI TUBULUS
- yi: proses yg mentransport zat melewati sel epitel tubulus menuju lumen
tubulus, berlawanan arah dgn reabsorbsi tubulus
- Zat terpenting yg disekresi o/ tubulus ginjal adalah ion H+, K+ dll
BACA SENDIRI !!!
HIPOTESIS SISTEM “COUNTERCURRENT” PADA PEMBENTUKAN URIN
PEKAT
- Ginjal mampu membentuk urin yg pekat dengan konsentrasi maksimal
sebesar 1200 mosm/liter
- Sehingga air yg diperlukan sebesar:
- Jumlah inilah yg minimal harus diekskresikan oleh ginjal sehat, meskipun
dalam keadaan kekurangan air
- Dengan kemampuannya membentuk urin yg pekat (hiperosmotik), ginjal
mampu meyimpan air dlm tubuh
600 mosm/hari = 0,5 L/hari
1200 mosm/L
Terdapat 2 mekanisme countercurrent:
1. Countercurrent multiplier
- Dilaksanakan oleh ansa henle nefron jukstamedulla
2. Countercurrent exchanger
- Dilaksanakan oleh pembuluh kapiler peritubulus
COUNTERCURRENT MULTIPLIER
- Ansa Henle nefron jukstamedula bentuknya lurus dan panjang
mencapai bagian dalam medula ginjal
- Ansa Henle pars desendens dan asendens terletak sejajar dan aliran
filtrat di dalamnya berjalan berlawanan arah
- Sifaf penting yang dimiliki ansa Henle adalah:
a. Pars desendens tidak permeabel terhadap ion Na+ dan Cl-, tetapi
sangat permeabel untuk air
b. b. Pars asendens mereabsorpsi ion Na+ dan Cl- secara aktif namun
tdk permeabel terhadap air, sehingga keluarnya ion Na+ dan Cl+
tidak disertai dengan air
Sistem countercurrent multiplier berguna untuk 2 hal :
1. Menghasilkan gradien osmotik cairan interstitial medula ginjal
2. Menghasilkan cairan hipotonik saat memasuki tubulus distal,
sehingga memungkinkan ginjal mengekskresikan urin yg lebih
encer dibandingkan cairan tubuh
glomerulus
COUNTERCURRENT EXCHANGER
- Yi: proses yang gradien berfungsi mempertahankan
gradien osmotik di medula ginjal
- Untuk mempertahankan osmolaritas interstitium medula
dan papila yg tinggi, tentunya hrs ada mekanisme sirkulasi
tertentu shg zat terlarut dan air di interstitum akan
langsung berdifusi masuk ke vas rekta
- Saat darah mengalir di dlm vasa rekta pars desenden,
lingkungan sekitarnya yg makin ke arah medula semakin
tinggi osmolaritasnya, mengakibatkan darah menerima zat
terlarut dari interstitium dan kehilangan sejumlah air
- Saat mencapai ujung akhir bagian desendens, sifat cairan di
dalamnya sangat hipertonik
- Selanjutnya, saat darah kembali mengalir ke arah korteks di
dalam vasa rekta pars asendens, solut kembali berdifusi ke
interstitium dan air kembali ke dlm vasa rekta mengikuti
lingkungan yg semakin berkurang kepekatannya
PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA OLEH GINJAL
- Mempertahankan keseimbangan asam-basa merupakan proses yg penting
di dalam tubuh ?
- Asam atau basa suatu larutan dinyatakan dalam pH, tergantung pada
konsentrasi ion H+ bebas dalam larutan
- Asam dan basa di dlm tubuh kita berasal dari:
a. Makanan
b. Hasil metabolisme tubuh, co: asam laktat
Asam: HCl, H2CO3 (asam karbonat), asam laktat dll
Basa: HCO3
- (bikarbonat), hidrogen fosfat, sulfat dll
PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA OLEH GINJAL
- Tubuh secara terus menerus mempertahankan keseimbangan asam-basa
cairan tubuh
- pH cairan tubuh yg harus dijaga dalam keadaan seimbang sehingga fungsi
tubuh normal adalah pH darah yi sebesar 7,35-7,45
pH darah < 7,35 ---- Asidosis
pH darah > 7,45 ---- Alkalosis
- Mempertahankan keseimbangan asam-basa merupakan proses yg penting
di dalam tubuh salah satunya karena protein tdk dapat berfungsi jika
pH darah tidak normal
pH darah normal
pH darah rendah pH darah tinggi
Mekanisme tubuh u/ m’p’tahankan keseimbangan asam-basa, al:
1. Aktivasi sistem buffer kimia
- Buffer bikarbonat & asam karbonat
- Buffer fosfat
- Buffer protein
- Buffer hemoglobin
2. Pengaturan o/ sistem pernapasan
3. Pengaturan o/ ginjal
Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal :
RENAL KONTROL TERHADAP ASIDOSIS
- Jika tubuh mengalami asidosis, terdapat 3
mekanisme ginjal mempertahankan pH darah
kembali normal:
1. Reabsorbsi HCO3
-
2. Membentuk HCO3
- yg baru oleh sel tubulus
ginjal
3. Sekresi dan eksresi ion H+
Metabolisme Glutamin
Jika tubuh mengalami alkalosis, maka mekanisme ginjal mempertahankan
pH darah kembali normal, yi:
a. Sekresi dan eksresi ion H+ berkurang, terjadi reabsorbsi H+
b. Bikarbonat yang difiltrasikan ke glomerulus tidak diabsorbsi, terjadi
sekresi dan ekskresi bikarbonat
RENAL KONTROL TERHADAP ALKALOSIS
Pembentukan Urine
SlideCopyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings
Figure 15.5
Transpor urin
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke
kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan
meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang
kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik
yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian
turun sepanjang ureter dangan demikian
mendorong urin dari pelvis renalis ke arah
kandung kemih.
Mekanisme urine yang :
• Hipotonis :
Banyak minum  Vol. ECF   Sekresi ADH
 Reabsorbsi air  (Retensi dalam tubuh) 
Diuresis.
• Hipertonis
Sedikit minum  Vol. ECF   Sekresi ADH 
 Reabsorbsi air   Urine Hipertonis
(Pekat).
Sifat – sifat air kemih
• Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500
cc tergantung dari masuknya (intake)
cairan serta faktor lainnya.
• Baunya tajam, reaksinya sedikit asam
terhadap lakmus dengan pH rata-
rata 6.
• Warna bening muda dan bila
dibiarkan akan menjadi keruh.
• Warna kuning terantung dari
kepekatan, diet obat – obatan dan
sebagainya.
• Bau khas air kemih bila dibiarkan
terlalu lama maka akan berbau
amoniak.
• Baerat jenis 1.015 – 1.020.
• Reaksi asam bila terlalu lama akan
menjadi alkalis, tergantung pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis
dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih
• Air kemih terdiri dari kira –
kira 95 % air
• Zat – zat sisa nitrogen dari
hasil metabolisme protein
asam urea, amoniak dan
kreatinin
• Elektrolit, natrium, kalsium,
NH3, bikarbonat, fosfat dan
sulfat
• Pigmen (bilirubin, urobilin)
• Toksin
• Hormon (Velho, 2013).
Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
• Tujuan Pemeriksaan Fisik Ginjal :
1. Mendapatkan kesan kondisi dan fungsi organ perkemihan.
2. Mengetahui keluhan klien yang muncul dari sistem
perkemihan
• Langkah-langkah pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Langkah :
A. Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Sarung tangan bersih
3. Alat tulis
4. Bengkok
Beberapa hal penting yang diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah
cahaya ruangan cukup baik, klien harus rileks, pakaian harus terbuka dari
processus xyphoideus sampai sympisis pubis. Kondisi rileks dari klien
dapat diperoleh dengan cara :
– Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
– Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada
posisi fleksi (bila diperlukan)
– Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas
kepala akan menarik dan menegangkan otot perut
– Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, sdan kuku harus pendek.
Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat telapak tangan
jadi hangat.
– Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan
tak diinginkan
– Jika perlu ajak klien berbicara sehingga pasien akan lebih relak
– Jika klien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan
klien sendiri dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan
tangan pemeriksa menggantikan tangan klien
– Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan
emosi klien
Inspeksi
• Keadaan umum sistem perkemihan
• Keadaan lokalis sistem perkemihan (ginjal, kandung
kemih, alat genitalia, rectum, dll)
• Penggunaan alat bantu seperti : condom catheter,
folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau
supra pubik kateter.
• Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen,
catat ukuran, kesimetrisan, warna kulit, tekstur,
turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan,
distensi, dan luka. Kulit dan membran mukosa yang
pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan
anemia. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi
dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan
penumpukkan cairan.
Auskultasi
• Gunakan diafragma/bel
stetoskop untuk
mengauskultasi bagian atas
sudut kostovertebral dan
kuadran atas abdomen. Jika
terdengar bunyi bruit (bising)
pada aorta abdomen dan
arteri renalis, maka indikasi
adanya gangguan aliran darah
ke ginjal (stenosis arteri
ginjal)
Palpasi Ginjal
• Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah
kanan/kiri.
• Letakkan tangan kiri di bawah costa 12 dengan ujung jari anda menyentuh
sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong ginjal kanan ke
depan (anterior).
• Letakkan tangan kanan dibagian atas, di sebelah lateral dan sejajar
terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis dekstra)
• Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah
sementara tangan kiri mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan
tangan kanan kuat dan dalam. Raba ginjal antara 2 tangan. Tentukan
ukuran, nyeri tekan. Normalnya jarang teraba.
• Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-
pelan, lepaskan tekanan tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal
akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba
(normalnya jarang teraba), tentukan ukurannya, contour, dan ada/tidaknya
nyeri tekan
Palpasi Aorta
• Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit
di sebelah kiri garis tengah, dan rasakan adanya
pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun,
cobalah memperkirakan lebar aorta dengan
menekan kedua tangan pada kedua sisi.
Perkusi
• Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk
• Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut
costovertebral/costovertebral angel (setinggi vertebra
torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan tangan kanan
yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri. Lakukan perkusi ginjal
dengan cukup kekuatan sampai pasien dapat merasakan
pukulan.
• Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat nyeri
mengindikasikan adanya batu atau pyelonephritis
Pemeriksaan Vesika Urinaria
Palpasi Vesika Urinaria
• Palpasi vesika urinary untuk
memeriksa adanya kesimetrisan,
lokasi, ukuran, dan sensasi.
Dalam kondisi normal, vesika
urinaria tidak teraba.
Langkah-langkah
• palpasi vesika urianaria:
• - Atur posisi pasien supinasi
• - Lakukan palpasi di bawah
umbilikus ke arah bawah
mendekati simfisis.
• - Palpasi adanya distensi
kandung kemih/vesika urinaria
Perkusi Vesika Urinaria
• Secara normal, vesika urinaria
tidak dapat diperkusi, kecuali
volume urin di atas 150 ml. Jika
terjadi distensi, maka kandung
kemih dapat diperkusi sampai
setinggi umbilicus.
• Langkah-langkah perkusi vesika
urinaria:
• Atur posisi pasien supinasi
• Lakukan perkusi dimulai dari
suprapubic sampai ke area
umbilicus.Vesika urinaria dalam
keadaan penuh akan terdengar
“dullness”.
Pemeriksaan Meatus
Pada pasien laki-laki
• Atur pasien dalam posisi
duduk atau berdiri
• Gunakan sarung tangan
• Pegang penis dengan dua
tangan, tekan ujung gland
penis untuk membuka
meatus urinary. Lihat meatus
adanya kemerahan,
pembengkakan,
discharge/cairan, luka, pada
meatus.
Pada pasien perempuan
• Atur pasien dalam posisi
litotomi
• Gunakan sarung tangan
• Buka labia mayora dengan
tangan yang dominan, lihat
meatus adanya kemerahan,
pembengkakan,
discharge/cairan, luka, pada
meatus
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Perkemihan
Urinalisis
• Observasi warna dan
kejernihan urin
• Pengkajian bau urin
• Pengukuran keasaman
dan berat jenis urin.
• Sedimen urin
Darah
• Serum kreatinin, Blood
urea nitrogen, Kadar
kalium, Hematokrit,
Hemoglobin, Natrium,
kalsium,
Magnesium/posfat,
Protein (khususnya
albumin)
• Ultrasound Ultrasound : Abnormalitas seperti
akumulasi cairan, massa, malformasi, perubahan
ukuran organ ataupun obstruksi dapat
diidentifikasi.
• Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan lainnya
- Kidney, Ureter and Bladder (KUB) : melihat
ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan
mengidentifikasi semua kelainan seperti batu
dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis
(distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau
pergeseran ginjal
- Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) : gambar penampang ginjal serta saluran
kemih yang sangat jelas.
- Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau
intravenous pyelogram) : menegakan diagnose lesi
pada ginjal dan ureter
- Pielografi retrograde : pemeriksaan IVP kurang
memperlihatkan dengan jelas
- Infusion drip pyelography : bila teknik urografi
yang biasa dikerrjakan tidak berhasil
memperlihatkan struktur drainase
- Sistogram : mellihat garis besar dinding kandung
kemih serta membantu dalam mengevaluasi
refluks vesikouretral
- Sistouretrogram
- Angiografi renal.
• Endourologi (prosedur endoskopi urologi)
- Pemeriksaan sistoskopi : melihat lanngsung uretra dan
kandung kemih
- Brush biopsy ginjal dan uretra : menghasilkan
informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan
radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak
dapat menunjukan apakah kelainan tersebut
merupakan tumor, batu, bekuan darah atau hanya
artefak.
- Endoskopi renal (nefroskopi) : melihat bagian dalam
pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi
yang kecil dan membantu menegakan diagnose
hematuria serta tumor renal
- Biopsi ginjal : untuk mengevaluasi perjalanan penyakit
ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan
mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya
bagi penyakit glomerulus
- Pemeriksaan radio isotop : menghasilkan
informasi tentang perfusi ginjal dan sangat
berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang
buruk.
- Pengukuran urodinamik
Uroflometri (kecepatan aliran)
Sistometrogram tekanan dalam kadung kemih
Profil tekanan uretra
Sistouretrogram
voiding cystourethogram
DAFTAR PUSTAKA
• Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
• Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC
• Mubarak dan Cahyatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
• Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
• Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC
• Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina.,2006.,Buku Ajar Anatomi & Fisiologi.,Jakarta :Egc.
• Simadibrata MK, 2006. Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam:
Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta, hal:51-55.
• S. Suarli dan Yanyan Bahtiar. 2010. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga Medical
Series.
• Scanlon c. Valerie (2007). Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: EGC
• Syaifuddin (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta
Salemba Medika
• Zubir N. Pemeriksaan abdomen. Dalam: Acang N, Zubir N, Najirman, Yuliwansyah R,
• Eds. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, Padang. 2008
Anatomi Fisiologi  Sistem Perkemihan (Traktus Urinarius)

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Anatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem UrinariaAnatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem Urinariadewisetiyana52
 
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitaldr. Bobby Ahmad
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPuteri Mentira
 
Sistem reproduksi pria
Sistem reproduksi priaSistem reproduksi pria
Sistem reproduksi priaDokter Tekno
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitisPradasary
 
Anatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanAnatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanYepi Addianto
 
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin Viliansyah Viliansyah
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi pjj_kemenkes
 
Sistem limfatik
Sistem limfatikSistem limfatik
Sistem limfatikSurya Aldy
 
histologi telinga (modul orsen)
histologi telinga (modul orsen)histologi telinga (modul orsen)
histologi telinga (modul orsen)fikri asyura
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungVerar Oka
 

La actualidad más candente (20)

Anatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem UrinariaAnatomi Sistem Urinaria
Anatomi Sistem Urinaria
 
Sistem traktus urinarius
Sistem traktus urinariusSistem traktus urinarius
Sistem traktus urinarius
 
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Hidrokel nakal
Hidrokel nakalHidrokel nakal
Hidrokel nakal
 
Sistem reproduksi pria
Sistem reproduksi priaSistem reproduksi pria
Sistem reproduksi pria
 
struktur histologis otot
struktur histologis ototstruktur histologis otot
struktur histologis otot
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
 
Makalah sistem urinaria
Makalah sistem urinariaMakalah sistem urinaria
Makalah sistem urinaria
 
Anatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanAnatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihan
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Sistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskularSistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskular
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
 
Sistem limfatik
Sistem limfatikSistem limfatik
Sistem limfatik
 
histologi telinga (modul orsen)
histologi telinga (modul orsen)histologi telinga (modul orsen)
histologi telinga (modul orsen)
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Anatomi ginjal
Anatomi ginjalAnatomi ginjal
Anatomi ginjal
 
sistem perkemihan
sistem perkemihansistem perkemihan
sistem perkemihan
 

Similar a Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Traktus Urinarius)

Similar a Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Traktus Urinarius) (20)

Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)
Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)
Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)
 
5.SISTEM URINARIA.pdf
5.SISTEM URINARIA.pdf5.SISTEM URINARIA.pdf
5.SISTEM URINARIA.pdf
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
 
anatomi sistema urinaria
anatomi sistema urinariaanatomi sistema urinaria
anatomi sistema urinaria
 
Sistem hepatopancreatiko
Sistem hepatopancreatikoSistem hepatopancreatiko
Sistem hepatopancreatiko
 
Urinarius
UrinariusUrinarius
Urinarius
 
Materi 6 Perkemihan 1.ppt
Materi 6 Perkemihan 1.pptMateri 6 Perkemihan 1.ppt
Materi 6 Perkemihan 1.ppt
 
Anfis perkemihan
Anfis perkemihanAnfis perkemihan
Anfis perkemihan
 
Anfis perkemihan
Anfis perkemihanAnfis perkemihan
Anfis perkemihan
 
anfis-perkemihan.ppt
anfis-perkemihan.pptanfis-perkemihan.ppt
anfis-perkemihan.ppt
 
3. anfis-perkemihan
3. anfis-perkemihan3. anfis-perkemihan
3. anfis-perkemihan
 
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
POWER POINT SISTEM EKSKRESI MANUSIA
 
Makalah blok 10
Makalah blok 10Makalah blok 10
Makalah blok 10
 
Sistem+kemih
Sistem+kemihSistem+kemih
Sistem+kemih
 
Ppt ginjal
Ppt ginjalPpt ginjal
Ppt ginjal
 
Fisiologi sistem eksresi
Fisiologi sistem eksresiFisiologi sistem eksresi
Fisiologi sistem eksresi
 
Pengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinariaPengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinaria
 
Pengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinariaPengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinaria
 
Pengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinariaPengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinaria
 
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alviPemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
 

Más de Andry Sartika, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Más de Andry Sartika, S.Kep.,Ners.,M.Kep (20)

Metode Berfikir Kritis
Metode Berfikir KritisMetode Berfikir Kritis
Metode Berfikir Kritis
 
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP RESUSITASI JANTUNG PARURJP RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
 
Cidera Kepala
Cidera KepalaCidera Kepala
Cidera Kepala
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
Transport dan Rujukan Penderita Gawat Darurat
Transport dan Rujukan Penderita Gawat DaruratTransport dan Rujukan Penderita Gawat Darurat
Transport dan Rujukan Penderita Gawat Darurat
 
SHOCK MANAGEMENT
SHOCK MANAGEMENT SHOCK MANAGEMENT
SHOCK MANAGEMENT
 
PEREKAMAN EKG
PEREKAMAN EKGPEREKAMAN EKG
PEREKAMAN EKG
 
Trauma Luka Dan Fraktur
Trauma Luka Dan Fraktur Trauma Luka Dan Fraktur
Trauma Luka Dan Fraktur
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Latihan EKG Strip
Latihan EKG StripLatihan EKG Strip
Latihan EKG Strip
 
Penatalaksanaan Keracunan
Penatalaksanaan KeracunanPenatalaksanaan Keracunan
Penatalaksanaan Keracunan
 
Initial Assessment
Initial AssessmentInitial Assessment
Initial Assessment
 
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan GadarEtika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
 
EKG Konsep Dasar
EKG Konsep DasarEKG Konsep Dasar
EKG Konsep Dasar
 
Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Cedera Kepala
 
Biomekanik Trauma
Biomekanik TraumaBiomekanik Trauma
Biomekanik Trauma
 
Bantuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup DasarBantuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup Dasar
 
Aritmia Jantung & Therapi Listrik
Aritmia Jantung & Therapi ListrikAritmia Jantung & Therapi Listrik
Aritmia Jantung & Therapi Listrik
 
Airway & Breathing Management
Airway & Breathing Management Airway & Breathing Management
Airway & Breathing Management
 
Acut Coronary
Acut CoronaryAcut Coronary
Acut Coronary
 

Último

14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).pptnurifat
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfaguswidiyanto98
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioSafrina Ramadhani
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANfaisalkurniawan12
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccanangkuniawan
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybankcsooyoung073
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAStarkoko
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)fifinoktaviani
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxALHIDAYAHRMALLORONG2
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptchoukocat
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIgermanaaprianineno
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.pptcels17082019
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptHenryAdhySantoso
 

Último (17)

14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Traktus Urinarius)

  • 1. ANATOMI FISIOLOGI TRAKTUS URINARIUS (SISTEM SALURAN KEMIH) • ANDRY SARTIKA
  • 2. PENDAHULUAN - Kelangsungan hidup dan kemampuan sel menjalankan fungsinya tergantung pada kadar air dan elektrolit yang mantap di CES serta kemampuan sel untuk membuang sisa hasil metabolismenya secara terus menerus - Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis karena kemampuannya mengatur kadar dan volume air dan elektrolit CES serta mampu membuang hampir semua sisa metabolisme (kecuali CO2)
  • 3. EMBRIOLOGI. Tract Urinarius terbentuk pada minggu ke 14 – 18 dari kehamilan bersamaan dengan alat-alat lainnya. Ia berasal dari mesoder mal dalam stadium morula dan blastula. Oleh karena itu semua selaput lendir dari trac.urinarius sama,maka bila ada penya kit yang sama DNA nya ia akan menyebar
  • 4.
  • 6. GINJAL/REN • Ginjal terdiri dari 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena terdapat Hepar pada daerah itu. • Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, kedudukannya mulai dari Th 12 – L 1-3, dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis • Ukuran : Panjang : 6 - 7,5 cm Lebar : 6 cm Tebal : 1,5 - 3 cm • Beratnya : 125 – 170 gram (0,5 % BBT) • Ginjal diliputi oleh suatu kapsula tribosa tipis mengkilat • Posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi kosta ke IX dan XII • Anterior dilindungi oleh organ intra peritoneal • Batas Sup. Ren Dextra : Costa XII • Batas Sup. Ren Sinistra : Costa XI • Batas Inf. Ren Dextra : pinggir bawah VL 3 • Batas Inf. Ren Sinistra : Discus inter vert,VL 2 • Permukaan lateralnya konveks • Permukaan medial konkaf membentuk celah disebut hilum • Hilus : pemb. Darah, ureter, saraf
  • 7.
  • 8. PEMBUNGKUS GINJAL 1. Capsula Fibrosa : Paling dalam 2. Capsula Adiposa : jaringan lemak pembungkus Ren dan Supraren 3. Fascia Renalis : a. Fascia Prerenalis b. Fascia Retro Renalis
  • 9.
  • 10. Strukur dan Bagian – Bagian Ginjal • Kulit Ginjal (Korteks) Nefron → glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. • Sumsum Ginjal (Medula) Bagian ini merupakan area yang berisi 8 sampai 18 bagian berbentuk kerucut yang disebut piramid, yang terbentuk hampir semuanya dari ikatan saluran berukuran mikroskopis. • Renal pelvis (=basin) Saluran berbentuk pipa, bagian superior ureter. Percabangan 2 – 3 kaliks mayor. Kaliks mayor kumpulan dari kaliks minor: penampung urine dari papila piramidalis
  • 11.
  • 12.
  • 13.
  • 14. STRUKTUR GINJAL DENGAN BAGIAN-BAGIANNYA
  • 15. Pelvic space Renal artery Renal vein Pelvis Ureter
  • 16. STRUKTURE OF KIDNEY • Outer cortex: – Contains many capillaries. • Medulla: – Renal pyramids separated by renal columns. – Pyramid contains minor calyces which unite to form a major calyx.
  • 17. – Major calyces form renal pelvis. – Renal pelvis collects urine. – Transports urine to ureters.
  • 18. NEFRON • Unit fungsional ginjal.(±1 juta nefron 1 ginjal) • Bertanggung jawab dlm pembentukan urine. • Strukture nephrone : a. Glomerulus b. Kapsula Bowman c. Renal tubule
  • 19. Bentuk Nephrons SlideCopyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings Figure 15.3a 1. Cortical nephrons  Berada pada cortex  Sebagian besar nephrons 2. Juxtamedullary nephrons  Dijumpai pada batas cortex dan medulla
  • 20. Beda Cortical & Juxtamedullary Nephron Cortical Nephron • Terletak 2/3 bagian luar cortex • 85% dari seluruh nephron • Loop of henle pendek • Dikelilingi oleh kapiler peritubular berbentuk jala  network Juxtamedullary Nephron • Terletak bagian dalam cortex dekat medulla • 15% dari seluruh nephron • Loop of henle panjang, lebih dalam masuk ke medulla • Dikelilingi kapiler berbentuk U  vasa recta
  • 21. Glomerolus & Kapsula Bowman • Jaringan Kapiler khusus • Melekat pada arterioles kedua sisi – afferent arteriole – efferent arteriole • Berada dlm glomerular capsule Bowman (bag.pertama renal tubule) • Permukaan luar kapiler glomeruli menempel sel berbentuk spesifik dan memiliki penjuluran-penjuluran yang disebut podosit. • Podosit berfungsi membantu filtrasi cairan darah menjadi cairan ultra filtrat (urin primer). • Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng. • Ruang kapsuler berfungsi menampung urine primer (ultra filtrat).
  • 22. Renal Tubule Tubulus proksimal • Berhubungan langsung dgn bowman kapsul • Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid. Inti sel bulat, bundar, biru Sitoplasmanya bewarna asidofili • Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi Lengkung Henle • pars descendens • pars ascendens • berfungsi reabsorbsi bahan- bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. • Cairan urin ketika berada dalam loop of Henle bersifat hipotonik, tetapi setelah melewati loop of Henle urin menjadi bersifat hipertonik. Hal ini dikarenakan bagian descenden loop of Henle sangat permeabel terhadap pergerakan air, Na+, dan Cl-,
  • 23. • Tubulus Distal Tubulus contortus distalis tersusun sel epithelium berbentuk kuboid, sitoplasma pucat, nuklei tampak lebih banyak Tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus koligentis. • Duktus Kolektifus Duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla ginjal bersatu membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan bermuara pada duktus belini, seterusnya menuju kaliks minor, ke kaliks mayor, dan akhirnya mengosongkan isinya ke dalam pelvis renalis Tubulus kolektivus dari Bellini merupakan tersusun atas sel- sel epithelium columnair, sitoplasma jernih, nukleus spheris Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urine terjadi disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorbsi natrium.
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27. Nephron• Functional unit of the kidney. • Consists of: – Blood vessels: • Vasa recta. • Peritubular capillaries. – Urinary tubules: • PCT. • LH. • DCT. • CD.
  • 28. Proximal convoluted tubule Ascending thin limb of loop of Henlé Ascending thick limb of loop of Henlé Collecting duct Distal convoluted tubule The nephron The nephron is the functional unit of the kidney Each region is composed of cells that are suited to perform specific transport functions
  • 29.
  • 30. Peredaran Darah Ginjal mendapatkan suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi arteri renalis, → arteri interlobaris → arteri arcuata → arteri interlobularis → arteriole aferen → glomerulus → arteriole eferen → kapiler juxta glomerulare → peritubuler → vena interlobularis → vena arcuata → vena interlobularis → vena renalis → vena kava inferior
  • 32. PERSYARAFAN GINJAL • Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). • Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal. • Saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal
  • 33. HORMON YANG DIPRODUKSI GINJAL RENIN Erythropoetin Calcitriol
  • 34. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma ( keseimbangan elektrolit ) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh Fungsi hormonal dan metabolisme Eksresi sisa hasil metabolisme FUNGSI GINJAL
  • 35. URETER 1. Ukuran : P : 25-30 cm (ka < 1 cm dari kiri) D : 1mm-10mm (rata-rata 5 mm) Ada 2 bagian : a. Pars abdominalis : laki2 =wanita b. Pars pelvina :Laki2 beda dgn wanita Terletak dlm rongga abdomen dan sebagian di rongga pelvis 2. Persarafan Ureter • cabang dari pleksus mesenterikus inferior, fleksus spermatikus, dan pleksus pelvis sepertiga dari nervus vagus rantai aferens dan nervus vagus rantai eferens dari nervus torakali ke- 11 dan ke-12, nervus lumbalis ke- 1,dan nervuus vagus mempunyai rantai eferens untuk ureter • Pada laki2 ureter berjalan didepan ujung atas vesicula seminalis menyilang ductus deferens dibawahnya vesica urinaria • pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian medial dan ke dapan bagian lateral serviks uteri bagian atas , vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria • Tempat penyempitan ureter : a. Flexura marginalis b. Laki2 penyilangan dengan ductus deferens c. Pada tempat masuk ke vesica urinaria 3. Pembuluh darah ureter: Arteri renalis Arteri spermatika interna Arteri hipogastrika Arteri vesikalis inferior
  • 36. VESICA URINARIA • Letaknya di belakang os pubis. • Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae • Trigonum vesicae terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae • Dinding kandung kemih terdiri dari: a. Lapisan sebelah luar (peritoneum). b. Tunika muskularis (lapisan berotot). c. Tunika submukosa. d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
  • 37. • Apex dihubungkan ke cranial oleh urachus (sisa kantong allantois ) sampai ke umbilicus membentuk ligamentum vesico umbilicale mediale. Bagian ini tertutup peritoneum dan berbatasan dengan ileum & colon sigmoideum • Corpus yaitu bagian antara verteks dan fundus. • Fundus yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate
  • 38.
  • 39. Persarafan Kandung Kemih • saraf simpatis & parasimpatis. • Saraf-saraf simpatis: Adalah saraf-saraf para symphatis dari kandung kemih adalah saraf pelvis ( N. origentes ) dan merupakan saraf motorik utama ke sphincter internal dan detrusor Saraf tersebut berasal dari segmen sacral s2 dan s3 medula spinalis dipusat Vesikal. Sensasi saraf dari reseptor regang pada dinding kandung kemih juga menjalar dalam saraf pelvis. Saraf sympatik dari plexus hypogastrika mensarafi otot- otot sekitar trigone dan pembuluh darah pada kandung kemih. Ia tidak berefek dalam berkemih • Saraf-saraf somatik.: ia berasal dari medula spinalis tapi mempunyai rute berbeda untuk mensarafi sphyncter Ex- ternal urethra. Sensasi saraf dari urethra dan trigone menjalar denga saraf saraf pudendal. Jadi berguna untuk proses mik- si.
  • 40.
  • 41. URETHRA • Merupakan saluran sempit yang berpangkal pd kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar • Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus os pubis kebagian penis. • Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm. • Digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan system reproduksi.
  • 42. • Uretra pada pria terdiri dari : a. Uretra prostatia b. Uretra membranosa c. Uretra kavernosa • Lapisan uretra pria terdiri dari : a. Lapisan mukosa (lapisan paling dalam) b. Lapisan submukosa
  • 43. • Uretra pada wanita : Terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit kearah atas. Panjangnya+ 3-6 cm • Hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar tubuh. Lapisan uretra wanita terdiri dari : a. Tunika muskularis (lapisan sebelah luar) b. Lapisan spongeosa c. Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam) • Pengeluaran urine diatur oleh dua katup (sphincters) – Internal urethral sphincter (tanpa sadari/involuntary) – External urethral sphincter (disadari/voluntary)
  • 44. Mekanisme Pembentukan Urin 1. Filtrasi di glomerulus 2. Reabsorbsi di tubulus 3. Sekresi di tubulus
  • 45.
  • 46. LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) Filtrasi Ginjal (Glomerular Filtration Rate,GFR) adalah jumlah filtrat ginjal yang terbentuk oleh ginjal dalam satu menit;rata-rata 100 sampai 125 ml per menit. GFR dapat berubah jika laju aliran darah melalui ginjal berubah. Jika aliran darah meningkat,GFR akan meningkat dan akan lebih banyak filtrat dibentuk. Jika aliran darah turun(seperti yang terjadi setelah perdarahan hebat),GFR akan turun, sehingga filtrat yang dibentuk sedikit haluaran urine turun
  • 47. Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman • Tekanan osmitik (TO). Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membrane semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membrane semipermeabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membrane semipermeabel. Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat membrane semipermeabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dari air tetapi mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein dan plasma.
  • 48. • Tekanan hidroststik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmitik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmitik darah. • Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan dalam kapsula bowman mencerminkan perbedaan kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori- pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi. • Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat kapsula bowman bekerja sama untuk meningkatkan gerakan air dan molekul permeabel, molekul permeabel kecil dari plasma masuk ke dalam kapsula bowman.
  • 49. Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR • Filtration Pressure = Glomerular Capillary Pressure – Plasma Colloid Osmotic Pressure – Bowman’s Capsule Pressure. • Luas Daerah Kapiler • Permeabilitas kapiler • Pengaruh Renal Blood Flow • Penagruh konstriksi arteriole afferent • Pengaruh konstriksi arteriole efferent • Pengaruh perangsangan simpatis • Pengaruh tekanan darah.
  • 50. Urine Formation 1-filtration movement fluid across the filtration membrane as a result of pressure.
  • 51.
  • 52. Hormon Yang Mempengaruhi Reabsorpsi Air – Hormon antidiuretik (ADH) berfungsi meningkatkan reabsorpsi air dan filtrate ke dalam darah – Hormone paratiroid (PTH) berfungsi meningkatkan reabsorpsi ion ca dari filtrate ke dalam darah dan ekskresi ion-ion fosfat ke dalam filtrate – Aldosteron berfungsi meningkatkan reabsorpsi air na dan filtrate ke dalam darah dan ekskresi ion k ke dalam filtrate – Atrial natiuretik hormone (ANH) berfungsi menurunkan reabsorpsi ion na yang masih terdapat dalam filtrate, sehingga lebih banyak natrium dan air di buang ke dalam urine.
  • 53. Urine Formation 2-Reabsorption movement of substances from the filtrate back into the blood
  • 54. Terdapat 2 jalur reabsorbsi 1. Jalur paraseluler - perpindahan air & zat yg terlarut melalui celah antar sel/tight junction - hanya bertangsung bila ada perbedaan elektrokimia dan tight junction permeabel untuk zat yang akan direabsorpsi
  • 55. 2. Jalur Transeluler - Zat yg direabsorpasi melewati kedua membran plasma - Tahapannya ada 5 langkah yaitu: 1. Zat meninggalkan cairan tubulus menembus membran luminal sel tubulus 2. Zat bergerak sepanjang sitosol sel tubulus dari satu sisi ke sisi lainnya 3. Zat menembus membran basolateral sel tubulus masuk ke cairan interstisial 4. Zat berdifusi dalam cairan interstisial 5. Zat menembus dinding kapiler dan masuk ke dalam plasma darah
  • 56. Reabsorpsi Natrium - 99% natrium direabsorbsi di sepanjang tubulus: * 67% di tubulus proksimal * 25% di loop of henle * 8% di tubulus distal dan duktus koligens Reabsorpsi natrium berperan penting di tiap bagian tubulus, yaitu: 1. di tubulus proksimal, reabsorpsi Na+ berperan utama dlm reabsorpsi glukosa, asam amino, H20, Cl- dan ureum 2. di ansa Henle, reabsorpsi Na+ bersama dengan Cl-, berperan dlm kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin dengan berbagai kepekatan dan volume, bergantung kepada kebutuhan tubuh untuk menahan atau membuang H20 3. di tubulus distal, reabsorpsi Na+ bervariasi dipengaruhi pengaturan hormonal dan merupakan salah satu cara pengaturan volume cairan ekstrasel yang penting
  • 57. Reabsorpsi Na+ di tubulus proksimal - Terjadi melalui transport aktif primer, melibatkan suatu Na+ - K- ATPase carrier yang terdapat pada membran basolateral sel tubulus - Carrier ini secara aktif memompa Na+ dari sel tubulus ke ruang lateral, shg konsentrasi Na+ di ruang lateral tinggi sedangkan konsentrasinya di intrase! dipertahankan rendah - Terciptalah gradien konsentrasi yang memudahkan difusi Na+ dari lumen tubulus menembus membran luminal, melalui channel Na+, ke dalam sel tubulus - Ion Na secara aktif dipompa ke ruang lateral, untuk selanjutnya sekali lagi berdifusi di cairan interstisial dan akhirya masuk ke kapiler peritubular melalui proses difusi
  • 61. • Reabsorpsi Glukosa - Konsentrasi glukosa di dalam plasma normal 100 mg/100 ml - Semua glukosa plasma difiltrasikan secara bebas ke dalam kapsula bowman Jumlah zat yg difiltrasikan = konsentrasi plasma x LFG. Jumlah glukosa yg difiltrasikan = 100mg/100ml x 125ml/menit= 125 mg/menit - Glukosa yg difiltrasikan glomerulus akan direabsorpsi kembali secara aktif di dalam tubulus - Pada keadaan normal, glukosa direabsorpsi seluruhnya di tubulus proksimal dan tidak ada yang diekskresikan - Glukosa diangkut melalui mekanisme transport aktif sekunder bersama dgn natrium menembus membran luminal sel tubulus - Pergerakan glukosa selanjutnya ke dlm kapiler peritubulus mengikuti gradien konsentrasi dan dijalankan melalui suatu carrier yg sodium- Independent (tidal< bergantung pada natrium) pada membran basolateral, disebut mekanisme difusi fasilitasi
  • 62. • Tubular maximum for glucose - Tm untuk glukosa adalah 375 mg/menit - Jika kadar glukosa darah normal maka semua glukosa yang difiltrasikan akan direabsorbsi kembali di tubulus proksimal co: konsentrasi glukosa darah 100mg/100ml, maka dalam satu menit glukosa yang difiltrasikan 125 mg/menit semua glukosa akan direabsorbsi di tubulus proksimal yaitu sebesar 125mg/menit, karena belum melewati Tm glukosa • Renal threshold for glucose (ambang batas ginjal terhadap glukosa) Konsentrasi glukosa plasma dimana Tm glukosa dicapai dan glukosa mulai diekskresikan melalui urin disebut Renal threshold for glucose Jika Tm glukosa = 375 mg/menit dan LFG = 125 ml/menit, maka ambang batas ginjal terhadap glukosa = 300 mg/100 ml • Adanya glukosa di dlm urin disebabkan sel tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi suatu zat per satuan waktu yang terbatas. Bila jumlah glukosa yang difiltrasi sangat banyak, seluruh carrier glukosa tersaturasi, akibat dari jumlah carrier dan energi yg tersedia terbatas. Glukosa yg tdk dpt direabsorpsi akan keluar melalui urin. Akibatnya, kecepatan pembentukan urin meningkat (poliuri) yg dpt disertai dgn dehidrasi dan rasa haus
  • 63. REABSORBSI GLUKOSA DI TUBULUS PROKSIMALIS
  • 64. REABSORBSI DI SEPANJANG TUBULUS TUBULUS PROKSIMAL - 65 % filtrat dari glomerulus di reabsorbsi di tubulus proksimal - Glukosa dan asam amino 100% di reabsorbsi kembali ke pembuluh darah LOOP OF HENLE - Descending loop of henle terjadi reabsorbsi air, sedangkan zat terlarut tdk di reabsorbsi - Ascending loop of henle terjadi reabsorbsi zat terlarut, sedangkan air tdk direabsorbsi TUBULUS DISTAL & DUKTUS KOLEKTIVUS - Reabsorbsi sisa filtrat di tubulus distal dan duktus kolektivus dikontrol o/ mekanisme renin-angiotensin-aldosteron
  • 65. 3. SEKRESI DI TUBULUS - yi: proses yg mentransport zat melewati sel epitel tubulus menuju lumen tubulus, berlawanan arah dgn reabsorbsi tubulus - Zat terpenting yg disekresi o/ tubulus ginjal adalah ion H+, K+ dll BACA SENDIRI !!!
  • 66. HIPOTESIS SISTEM “COUNTERCURRENT” PADA PEMBENTUKAN URIN PEKAT - Ginjal mampu membentuk urin yg pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200 mosm/liter - Sehingga air yg diperlukan sebesar: - Jumlah inilah yg minimal harus diekskresikan oleh ginjal sehat, meskipun dalam keadaan kekurangan air - Dengan kemampuannya membentuk urin yg pekat (hiperosmotik), ginjal mampu meyimpan air dlm tubuh 600 mosm/hari = 0,5 L/hari 1200 mosm/L
  • 67. Terdapat 2 mekanisme countercurrent: 1. Countercurrent multiplier - Dilaksanakan oleh ansa henle nefron jukstamedulla 2. Countercurrent exchanger - Dilaksanakan oleh pembuluh kapiler peritubulus
  • 68. COUNTERCURRENT MULTIPLIER - Ansa Henle nefron jukstamedula bentuknya lurus dan panjang mencapai bagian dalam medula ginjal - Ansa Henle pars desendens dan asendens terletak sejajar dan aliran filtrat di dalamnya berjalan berlawanan arah - Sifaf penting yang dimiliki ansa Henle adalah: a. Pars desendens tidak permeabel terhadap ion Na+ dan Cl-, tetapi sangat permeabel untuk air b. b. Pars asendens mereabsorpsi ion Na+ dan Cl- secara aktif namun tdk permeabel terhadap air, sehingga keluarnya ion Na+ dan Cl+ tidak disertai dengan air Sistem countercurrent multiplier berguna untuk 2 hal : 1. Menghasilkan gradien osmotik cairan interstitial medula ginjal 2. Menghasilkan cairan hipotonik saat memasuki tubulus distal, sehingga memungkinkan ginjal mengekskresikan urin yg lebih encer dibandingkan cairan tubuh
  • 70.
  • 71. COUNTERCURRENT EXCHANGER - Yi: proses yang gradien berfungsi mempertahankan gradien osmotik di medula ginjal - Untuk mempertahankan osmolaritas interstitium medula dan papila yg tinggi, tentunya hrs ada mekanisme sirkulasi tertentu shg zat terlarut dan air di interstitum akan langsung berdifusi masuk ke vas rekta - Saat darah mengalir di dlm vasa rekta pars desenden, lingkungan sekitarnya yg makin ke arah medula semakin tinggi osmolaritasnya, mengakibatkan darah menerima zat terlarut dari interstitium dan kehilangan sejumlah air - Saat mencapai ujung akhir bagian desendens, sifat cairan di dalamnya sangat hipertonik - Selanjutnya, saat darah kembali mengalir ke arah korteks di dalam vasa rekta pars asendens, solut kembali berdifusi ke interstitium dan air kembali ke dlm vasa rekta mengikuti lingkungan yg semakin berkurang kepekatannya
  • 72.
  • 73.
  • 74.
  • 75. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA OLEH GINJAL - Mempertahankan keseimbangan asam-basa merupakan proses yg penting di dalam tubuh ? - Asam atau basa suatu larutan dinyatakan dalam pH, tergantung pada konsentrasi ion H+ bebas dalam larutan - Asam dan basa di dlm tubuh kita berasal dari: a. Makanan b. Hasil metabolisme tubuh, co: asam laktat Asam: HCl, H2CO3 (asam karbonat), asam laktat dll Basa: HCO3 - (bikarbonat), hidrogen fosfat, sulfat dll
  • 76. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA OLEH GINJAL - Tubuh secara terus menerus mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh - pH cairan tubuh yg harus dijaga dalam keadaan seimbang sehingga fungsi tubuh normal adalah pH darah yi sebesar 7,35-7,45 pH darah < 7,35 ---- Asidosis pH darah > 7,45 ---- Alkalosis - Mempertahankan keseimbangan asam-basa merupakan proses yg penting di dalam tubuh salah satunya karena protein tdk dapat berfungsi jika pH darah tidak normal
  • 77. pH darah normal pH darah rendah pH darah tinggi
  • 78. Mekanisme tubuh u/ m’p’tahankan keseimbangan asam-basa, al: 1. Aktivasi sistem buffer kimia - Buffer bikarbonat & asam karbonat - Buffer fosfat - Buffer protein - Buffer hemoglobin 2. Pengaturan o/ sistem pernapasan 3. Pengaturan o/ ginjal
  • 80. RENAL KONTROL TERHADAP ASIDOSIS - Jika tubuh mengalami asidosis, terdapat 3 mekanisme ginjal mempertahankan pH darah kembali normal: 1. Reabsorbsi HCO3 - 2. Membentuk HCO3 - yg baru oleh sel tubulus ginjal 3. Sekresi dan eksresi ion H+
  • 81.
  • 83. Jika tubuh mengalami alkalosis, maka mekanisme ginjal mempertahankan pH darah kembali normal, yi: a. Sekresi dan eksresi ion H+ berkurang, terjadi reabsorbsi H+ b. Bikarbonat yang difiltrasikan ke glomerulus tidak diabsorbsi, terjadi sekresi dan ekskresi bikarbonat RENAL KONTROL TERHADAP ALKALOSIS
  • 84.
  • 85.
  • 86. Pembentukan Urine SlideCopyright © 2003 Pearson Education, Inc. publishing as Benjamin Cummings Figure 15.5
  • 87.
  • 88. Transpor urin Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter dangan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih.
  • 89.
  • 90. Mekanisme urine yang : • Hipotonis : Banyak minum  Vol. ECF   Sekresi ADH  Reabsorbsi air  (Retensi dalam tubuh)  Diuresis. • Hipertonis Sedikit minum  Vol. ECF   Sekresi ADH   Reabsorbsi air   Urine Hipertonis (Pekat).
  • 91. Sifat – sifat air kemih • Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. • Baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata- rata 6. • Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. • Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya. • Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. • Baerat jenis 1.015 – 1.020. • Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam). Komposisi air kemih • Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air • Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin • Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat • Pigmen (bilirubin, urobilin) • Toksin • Hormon (Velho, 2013).
  • 92. Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan • Tujuan Pemeriksaan Fisik Ginjal : 1. Mendapatkan kesan kondisi dan fungsi organ perkemihan. 2. Mengetahui keluhan klien yang muncul dari sistem perkemihan • Langkah-langkah pemeriksaan fisik sistem perkemihan Langkah : A. Persiapan Alat 1. Stetoskop 2. Sarung tangan bersih 3. Alat tulis 4. Bengkok
  • 93. Beberapa hal penting yang diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah cahaya ruangan cukup baik, klien harus rileks, pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis pubis. Kondisi rileks dari klien dapat diperoleh dengan cara : – Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu – Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada posisi fleksi (bila diperlukan) – Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas kepala akan menarik dan menegangkan otot perut – Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, sdan kuku harus pendek. Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat telapak tangan jadi hangat. – Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak diinginkan – Jika perlu ajak klien berbicara sehingga pasien akan lebih relak – Jika klien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan klien sendiri dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan tangan pemeriksa menggantikan tangan klien – Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi klien
  • 94. Inspeksi • Keadaan umum sistem perkemihan • Keadaan lokalis sistem perkemihan (ginjal, kandung kemih, alat genitalia, rectum, dll) • Penggunaan alat bantu seperti : condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau supra pubik kateter. • Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen, catat ukuran, kesimetrisan, warna kulit, tekstur, turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan, distensi, dan luka. Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
  • 95. Auskultasi • Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)
  • 96. Palpasi Ginjal • Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan/kiri. • Letakkan tangan kiri di bawah costa 12 dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong ginjal kanan ke depan (anterior). • Letakkan tangan kanan dibagian atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis dekstra) • Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah sementara tangan kiri mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kanan kuat dan dalam. Raba ginjal antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan. Normalnya jarang teraba. • Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan- pelan, lepaskan tekanan tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba (normalnya jarang teraba), tentukan ukurannya, contour, dan ada/tidaknya nyeri tekan
  • 97. Palpasi Aorta • Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah memperkirakan lebar aorta dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.
  • 98. Perkusi • Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk • Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut costovertebral/costovertebral angel (setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan tangan kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri. Lakukan perkusi ginjal dengan cukup kekuatan sampai pasien dapat merasakan pukulan. • Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat nyeri mengindikasikan adanya batu atau pyelonephritis
  • 99. Pemeriksaan Vesika Urinaria Palpasi Vesika Urinaria • Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan, lokasi, ukuran, dan sensasi. Dalam kondisi normal, vesika urinaria tidak teraba. Langkah-langkah • palpasi vesika urianaria: • - Atur posisi pasien supinasi • - Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah mendekati simfisis. • - Palpasi adanya distensi kandung kemih/vesika urinaria Perkusi Vesika Urinaria • Secara normal, vesika urinaria tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus. • Langkah-langkah perkusi vesika urinaria: • Atur posisi pasien supinasi • Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus.Vesika urinaria dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”.
  • 100. Pemeriksaan Meatus Pada pasien laki-laki • Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri • Gunakan sarung tangan • Pegang penis dengan dua tangan, tekan ujung gland penis untuk membuka meatus urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus. Pada pasien perempuan • Atur pasien dalam posisi litotomi • Gunakan sarung tangan • Buka labia mayora dengan tangan yang dominan, lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus
  • 101. Pemeriksaan Diagnostik Sistem Perkemihan Urinalisis • Observasi warna dan kejernihan urin • Pengkajian bau urin • Pengukuran keasaman dan berat jenis urin. • Sedimen urin Darah • Serum kreatinin, Blood urea nitrogen, Kadar kalium, Hematokrit, Hemoglobin, Natrium, kalsium, Magnesium/posfat, Protein (khususnya albumin)
  • 102. • Ultrasound Ultrasound : Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malformasi, perubahan ukuran organ ataupun obstruksi dapat diidentifikasi. • Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan lainnya - Kidney, Ureter and Bladder (KUB) : melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan seperti batu dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau pergeseran ginjal - Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) : gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas.
  • 103. - Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau intravenous pyelogram) : menegakan diagnose lesi pada ginjal dan ureter - Pielografi retrograde : pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas - Infusion drip pyelography : bila teknik urografi yang biasa dikerrjakan tidak berhasil memperlihatkan struktur drainase - Sistogram : mellihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral - Sistouretrogram - Angiografi renal.
  • 104. • Endourologi (prosedur endoskopi urologi) - Pemeriksaan sistoskopi : melihat lanngsung uretra dan kandung kemih - Brush biopsy ginjal dan uretra : menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjukan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah atau hanya artefak. - Endoskopi renal (nefroskopi) : melihat bagian dalam pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan membantu menegakan diagnose hematuria serta tumor renal - Biopsi ginjal : untuk mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya bagi penyakit glomerulus
  • 105. - Pemeriksaan radio isotop : menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan sangat berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. - Pengukuran urodinamik Uroflometri (kecepatan aliran) Sistometrogram tekanan dalam kadung kemih Profil tekanan uretra Sistouretrogram voiding cystourethogram
  • 106. DAFTAR PUSTAKA • Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. • Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC • Mubarak dan Cahyatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC • Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika • Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC • Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina.,2006.,Buku Ajar Anatomi & Fisiologi.,Jakarta :Egc. • Simadibrata MK, 2006. Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam: Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, hal:51-55. • S. Suarli dan Yanyan Bahtiar. 2010. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga Medical Series. • Scanlon c. Valerie (2007). Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: EGC • Syaifuddin (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta Salemba Medika • Zubir N. Pemeriksaan abdomen. Dalam: Acang N, Zubir N, Najirman, Yuliwansyah R, • Eds. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang. 2008